BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Sikap Tanggung Jawab a. Pengertian Tanggung Jawab - PENINGKATAN SIKAP TANGGUNG JAWAB DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE MENGGUNAKAN MULTIMEDIA DI

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Sikap Tanggung Jawab a. Pengertian Tanggung Jawab Kepribadian seseorang dapat diketahui dengan cara

  bagaimana individu tersebut akan bersikap pada kondisi-kondisi tertentu di lingkungan. Hal tersebut didefinisikan sebagai tindakan yang terjadi tanpa ada lagi pemikiran karena sudah tertanam dalam pikiran yang sudah menjadi kebiasaan. Sejalan dengan itu Doni Koesoema dalam Gunawan (2012: 2), memahami bahwa ‘karakter adalah sama dengan kepribadia n’. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan.

  Karakter menggambarkan sikap, seperti yang diungkapkan oleh Yaumi dalam Daryanto (2013: 9 ), bahwa ‘karakter menggambarkan kualitas moral seseorang yang tercermin dari segala tingkah lakunya yang mengandung unsur keberanian, ketabahan, kejujuran, dan kesetiaan, atau perilaku, dan kebiasaan yang baik’. Karakter ini dapat berubah akibat pengaruh lingkungan, oleh karena itu perlu usaha membangun karakter, dan menjaganya agar tidak terpengaruh oleh hal-hal yang menyesatkan.

  8 Berdasarkan uraian tetang karakter sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa karakter adalah suatu sikap dan ciri khas yang dimiliki oleh setiap individu. Karakter tersebut terbentuk dari hasil interaksi dengan lingkungan. Karakter setiap individu dapat dilihat dari tingkah laku sehari-hari.

  Nilai pendidikan karakter bangsa terdiri dari religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Salah satu nilai pendidikan karakter yang diangkat dalam penelitian ini adalah sikap tanggung jawab. Setiap orang harus memiliki sikap tanggung jawab. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), menyebutkan bahwa “tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan, dsb)”. Kita bertanggung jawab apabila kita mau menanggung akibat dari perbuatan kita. Kita tidak akan mempermasalahkan orang lain atau keadaan apabila kita lalai atau berbuat kesalahan.

  Tanggung jawab harus ditumbuhkan sejak dini kepada siswa, agar siswa memiliki sikap tanggung jawab yang baik. Sebagaimana dikemukakan oleh Mustari (2014 : 21), bahwa “bertanggung jawab adalah sikap, dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas, dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), Negara dan Tuhan.” Subjek yang diteliti dalam penelitian ini adalah siswa SD Negeri Pangebatan, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas.

  Seorang siswa mempunyai tanggung jawab untuk belajar, sebagaimana dijelaskan oleh Wijaya (2014: 91), bahwa ‘sebagai pelajar, siswa bertanggung jawab untuk belajar, mengerjakan tugas sekolah, menaati tata tertib sekolah, serta berbuat baik kepada guru dan teman di sekolah

  ’. Seorang siswa bertanggung jawab terhadap diri sendiri, guru, dan keluarga. Tanggung jawab siswa terhadap diri sendiri yaitu menuntut kesadaran setiap siswa untuk memenuhi kewajibannya sendiri, misalnya seorang siswa mempunyai kewajiban untuk belajar, apabila ia belajar maka ia telah bertanggung jawab memenuhi kewajibannya. Tanggung jawab terhadap guru menuntut siswa untuk selalu menjaga sikap sopan santun dan tutur kata dalam berbicara, serta tanggung jawab siswa terhadap keluaraga yaitu siswa harus bisa menjaga nama baik keluaraganya sendiri dengan cara selalu berbuat positif dalam melakukan sesuatu

  Penjabaran sebelumnya memberikan penjelasan bagi peneliti, bahwa tanggung jawab adalah pertanggungjawaban diri sendiri.

  Seorang individu harus mau menerima resiko dari apa yang dilakukan. Tanggung jawab yang diteliti dalam penelitian ini adalah tanggung jawab individu sebagai siswa. Adanya tanggung jawab dalam diri siswa, akan berpengaruh pada kesungguhan individu dalam melaksanakan setiap kegiatan.

b. Indikator Tanggung Jawab

  Indikator adalah variabel untuk mengukur perubahan- perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Indikator tanggung jawab menurut Fitri (2012: 43) adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Indikator Tanggung Jawab

  No. Nilai Indikator Tanggung Jawab Mengerjakan tugas dan pekerjaan rumah dengan baik Bertanggung Jawab terhadap setiap perbuatan

  18 Tanggung Jawab Melakukan piket sesuai dengan jadwal yang telah diterapkan Mengerjakan tugas kelompok secara bersama-sama

Tabel 2.1 menerangkan tentang indikator tanggung jawab.

  Indikator yang akan diteliti dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas dan bertanggung jawab terhadap setiap perbuatan. Alasan meneliti hal tersebut adalah ditemuinya permasalahan tentang beberapa siswa yang tidak mengerjakan tugas, seperti tugas piket, dan pekerjaan rumah.

2. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar

  Prestasi merupakan sesuatu yang dihargai yang diperoleh seseorang ataupun sekelompok orang setelah melakukan sebuah kegiatan.

  Arifin (2013: 11), mengemukakan bahwa “kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam Bahasa Indonesia menjadi prestasi yang artinya hasil usaha”. Pada umumnya prestasi belajar berkenaan dengan pengetahuan. Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang, dan kegiatan antara lain dalam kesenian, olahraga, dan pendidikan, khususnya pembelajaran.

  Mulyasa (2014: 189), mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh kegia tan belajar” Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah adanya evaluasi yang dilakukan oleh guru. Hasil dari evaluasi tersebut dapat menunjukkan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa dalam kelas.

  Pengertian prestasi belajar juga dikemukakan oleh Winkel dalam Hamdani (2011: 138), ia mengemukakan bahwa ‘prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai seseorang’. Prestasi belajar merupakan hasil dari kegiatan belajar yaitu sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang telah diajarkan.

  Hamdani (2011: 138), menjelaskan bahwa “prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas belajar”.

  Uraian dari prestasi belajar sebelumnya memberikan pengertian bagi peneliti bahwa prestasi belajar adalah hasil kegiatan belajar siswa, artinya hasil belajar tersebut digunakan untuk mengukur sejauh mana siswa memahami materi yang telah disimpulkan. Prestasi belajar yang diperoleh siswa juga dapat memberikan gambaran keberhasilan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru.

b. Fungsi Prestasi Belajar

  Prestasi belajar semakin terasa penting untuk dibahas karena mempunyai beberapa fungsi. Arifin (2013: 11-12), menyebutkan beberapa fungsi utama prestasi belajar adalah sebagai berikut:

  1) Sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik. 2) Sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi keingintahuan”, dan merupakan kebutuhan umum manusia.

  3) Sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.

  Prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan. 4) Sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu intuisi pendidikan. 5) Dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik.

  Penjelasan dari uraian tersebut adalah dari prestasi belajar guru dapat mengetahui kualitas dan kuantitas pengetahuan yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran. Prestasi belajar yang diperoleh siswa nantinya juga dapat memberikan gambaran guru untuk langkah ke depannya dalam kegiatan pembelajaran. Misalnya, melakukan perbaikan atau inovasi pembelajaran untuk memaksimalkan prestasi belajar siswa.

c. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

  Prestasi belajar yang dicapai seseorang menurut Ahmadi (2013: 138), hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu’. Faktor-faktor tersebut diantaranya yaitu:

  1) Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu. Faktor ini antara lain: a) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.

  b) Faktor psikologis, antara lain: (1) Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang dimiliki. (2) Faktor non intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi dan penyesuaian diri.

  2) Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu, faktor ini antara lain: a) Faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan kelompok.

  b) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.

  c) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim. Penjelasan faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah, terdapat dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, yaitu faktor internal dan ekternal. Kedua faktor tersebut sangatlah penting dalam menunjang prestasi belajar yang diperoleh siswa. Faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain, jika salah satu komponen dalam faktor tersebut bermasalah, maka akan mempengaruhi prestasi belajar yang diperoleh siswa.

3. Matematika a. Pengertian Matematika

  Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada sekolah dasar. Mata pelajaran matematika erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga matematika diajarkan pada siswa untuk melatih kemampuan berpikir secara kritis dan logis. Depdiknas dalam Susanto (2014: 184), mengatakan bahwa kata: matematika berasal dari bahasa Latin, manthanein atau

  mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari, sedang

  dalam bahasa Belanda, matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Matematika adalah suatu hal yang dipelajari. Suatu hal yang dimaksud disini yaitu ilmu pasti. Ilmu yang berkaitan dengan penalaran. Matematika di sekolah dasar merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diberikan kepada siswa. Sejalan dengan itu, Susanto (2014: 185), mengatakan bahwa:

  Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Belajar matematika membuat siswa untuk belajar secara kritis, kreatif dan aktif. Aktif dalam berargumentasi dan dengan belajar matematika otak siswa akan terbiasa memecahkan masalah secara sistematis. Sehingga bila diterapkan dalam kehidupan nyata siswa dapat menyelesaikan masalah lebih mudah.

  Pengertian Matematika juga dikemukakan oleh Ruseffendi dalam Heruman (2007: 1), bahwa matematika adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksomia atau postulat, dan akhirya ke dalil. Sesuai pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu yang memerlukan penalaran sehingga dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa. Penyampaian Matematika dalam proses pembelajaran disampaikan dengan menggunakan bahasa simbol agar mempermudah siswa dalam proses penalaran.

  b.

  

Langkah-langkah Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

  Secara umum tedapat 4 tahapan aktivitas dalam rangka penguasaan materi pelajaran matematika di dalam pembelajaran.

  Depdiknas (2009: 1), menyebutkan tahapan aktivitas tersebut adalah sebagai berikut: 1) Tahap Penanaman Konsep

  Tahap penanaman konsep merupakan tahap pengenalan awal tentang konsep yang akan dipelajari siswa. Pada tahap ini pengajaran memerlukan penggunaan benda konkrit sebagai alat peraga.

  2) Tahap Pemahaan Konsep Tahap lanjutan setelah konsep ditanamkan. Pada tahap ini penggunaan alat peraga mulai dikurangi dan bentuknya semi konkrit sampai pada akhirnya tidak diperlukan lagi. 3) Tahap Pembinaan Keterampilan

  Merupakan tahap yang tidak boleh dilupakan dalam rangka membina pengetahuan siap bagi siswa. Tahap ini diwarnai dengan latihan-latihan. Pada tahap pengajaran ini alat peraga sudah tidak boleh digunakan lagi. 4) Tahap Penerapan Konsep

  Penerapan konsep yang sudah dipelajari ke dalam bentuk soal-soal terapan (cerita) yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Tahap ini disebut juga sebagai pembinaan kemampuan memecahkan masalah.

  Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diketahui bahwa pembelajaran matematika harus dilakukan dari hal yang paling dasar dan secara berutan mulai dari yang pertama yaitu penanaman konsep, dalam penanaman konsep guru dapat menggunakan media untuk menunjang pembelajaran. Tahap kedua adalah pemahaman konsep, pemahaman konsep bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep materi. Pada tahapan ini guru dapat menambahkan materi yang sesuai dengan lingkungan belajar siswa.

  Ketika siswa sudah bisa memahami suatu konsep, maka tahapan ketiga adalah pembinaan keterampilan. Pada tahap ini guru dapat memfasilitasi siswa dengan memberikan latihan-latihan soal dimulai dari yang mudah sampai yang sukar. Tahap yang terakhir adalah penerapan konsep. Pada tahap ini siswa diharapkan mampu menerapkan konsep yang telah diterima dalam kehidupan sehari-hari.

  4. Materi Bangun Ruang Sederhana

  Materi yang akan digunakan oleh peneliti dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah materi sifat-sifat bangun ruang sederhana di kelas VB semester II, SD Negeri Pangebatan, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas. Materi ini terdiri dari sifat-sifat bangun ruang sederhana seperti Kubus, Balok, Tabung, Kerucut, dan Bola.

  Berikut adalah starndar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dijadikan bahan penelitian seperti dalam tabel 2.2.

Tabel 2.2 Standar Kompetesi dan Kompetensi Dasar Kelas V Mata Pelajaran Matematika

  Standar Kompetensi Kompetesi Dasar

  6 Memahami sifat-sifat

  6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun ruang bangun

  Sumber: Panduan KTSP SK & KD

Tabel 2.2 menerangkan tetang standar kompetensi dan kompetensi dasar. Standar kompetensi yang akan digunakan dalam penelitian ini

  adalah memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar bangun datar. Sedangkan kompetensi dasar yang digunakan adalah menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana. Peneliti menggunakan model pembelajaran Van Hiele melalui multimedia dalam penelitian ini.

  5. Model Pembelajaran Van Hiele a. Pengertian Model Pembelajaran

  Model pembelajaran adalah perencanaan sistematis dan konseptual yang digunakan dalam pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial dalam membuat dan melaksanakan pembelajaran untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajarannya. Joice & Weil dalam Rusman (2014: 133), berpendapat bahwa ‘model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain’.

  Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan komponen-komponen pembelajaran, dan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Model pembelajaran berisi tentang komponen-komponen yang terorganisir secara sistematis yang menggambarkan gaya mengajar seorang pendidik. Menurut Trianto (2014: 28) model pembelajaran adalah: suatu perencanaan atau pola yang dapat kita gunakan untuk mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka di dalam kelas atau mengatur tutorial, dan untuk menentukan material/perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku- buku, film-film, tipe-tipe, program-program media komputer, dan kurikulum (sebagai kursus untuk belajar). Pengertian model pembelajaran yang dikemukakan oleh beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu pola atau konsep yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar. Model pembelajaran dapat sebagai pedoman guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran dalam model pembelajaran akan mempermudah guru dalam melaksanakan pembelajaran.

b. Model Pembelajaran Van Hiele

  Suwangsih dan Triurlina (2006: 55), menjelaskan bahwa “Van Hiele seorang guru bangsa Belanda yang mengadakan penelitian dalam pengajaran Geometri, ia menguraikan tahap-tahap perkembangan mental anak dalam geometri”. Tiga unsur utama dalam pengajaran geometri yaitu waktu, materi pengajaran, dan metode pengajaran yang diterapkan, jika ketiga unsur itu ditata secara terpadu akan dapat meningkatkan kemampuan berpikir anak kepada tingkatan berpikir yang lebih tinggi.

  Suatu rencana pembelajaran dapat dikatakan sebagai model pembelajaran jika memiliki ciri-ciri tertentu. Menurut Rusman (2014: 136), ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut:

  1) Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu. Sebagai contoh, model penelitian kelompok disusun oleh Herber Then dan berdasarkan teori John Dewy. Model ini dirancang untuk melatih partisipasi dalam kelompok secara demokratis. 2) Mempunyai misi dan tujuan pendidikan tertentu, misalnya model berpikir induktif dirancang untuk mengembangkan proses berpikir induktif. 3) Dapat dijadikan pedoman untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar di kelas, misalnya model Synetic dirancang untuk memperbaiki kreativitas dalam pelajaran mengarang. 4) Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax), adanya prinsip-prinsip reaksi, sistem sosial, sistem pendukung. Keempat bagian tertentu merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu model pembelajaran.

  5) Memiliki dampak sebagai terapan model pembelajaran.

  Dampak tersebut meliputi dampak pembnelajaran yaitu hasil belajar yang dapat diukur dan dampak pengiring yaitu hasil belajar jangka panjang. 6) Membuat persiapan mengajar (desain intruksional) dengan model pembelajaran yang dipilihnya.

  Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa teori Van Hiele dapat disetarakan sebagai sebuah model pembelajaran karena memenuhi ciri-ciri model pembelajaran. Teori

  

Van Hiele memiliki tahap-tahap pembelajaran yang sudah sesuai

dengan langkah-langkah yang dibutuhkan dalam sebuah model.

  Model pembelajaran Van Hiele ini juga akan diterapkan dalam penelitian tindakan kelas ini.

c. Tahap Pemahaman Geometri Menurut Van Hiele

  Tahapan berpikir atau tingkat kognitif yang dilalui siswa dalam pembelajaran geometri, menurut Van Hiele dalam Suwangsih dan Triurlina (2006 : 55-56) adalah sebagai berikut:

  1) Tahap ke 1 Pengenalan (Visualisasi) 2) Tahap ke 2 Analisis 3) Tahap ke 3 Pengurutan 4) Tahap ke 4 Deduksi 5) Tahap ke 5 Keakuratan (Rigor) Penjelasan dari tahapan di atas adalah model pembelajaran

  

Van Hiele dimulai pada tahap pengenalan. Pada tahap ini anak mulai

  mengenal bentuk geometri secara keseluruhan, misalnya bentuk persegi segitiga, dan lain-lain. Namun anak belum mampu mengetahui adanya sifat-sifat dari bentuk geometri yang dilihatnya. Setelah tahap pengenalan adalah tahap analisis, pada tahap analisis anak sudah mulai mengenal dan memahai sifat-sifat yang dimiliki benda geometri yang diamati. Misalnya anak mengamati balok, ia mengetahui bahwa pada balok memiliki 12 rusuk. Tahap selanjutnya adalah pengurutan. Pada tahap ini anak sudah mulai mampu mengurutkan berdasarkan sifat-sifat yang dimiliki setiap bangun geometri. Misalnya anak dapat menyimpulkan bahwa bujur sangkar adalah jajar genjang.

  Tahap deduksi adalah tahap dimana anak sudah mampu memahai kedudukan definisi postulat/aksioma, dalil atau teorema, dan mampu menggunakannya dalam pembuktian. Pada tahap ini anak sudah mampu menarik kesimpulan secara deduktif, yakni penarikan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum menuju ke hal-hal yang bersifat khusus. Tahap terakhir dalam model pembelajaran Van Hiele adalah keakuratan atau rigor. Tahap akurasi merupakan tingkt berpikir tinggi, rumit serta kompleks.

  Siswa dalam kegiatan belajar yang menggunakan teori Van

  Hiele memiliki 5 tahap yang harus dilalui, dari proses pengenalan

  sampai keakuratan. Teori Van Hiele ini pada pembelajaran geometri di tingkat SD hanya sampai tahap ketiga yaitu tahap pengurutan.

  Tahap berikutnya diperoleh siswa di tingkat sekolah yang lebih tinggi

6. Multimedia

  Proses pembelajaran membutuhkan media sebagai alat untuk menyampaikan atau mengantarkan informasi pembelajaran. Arsyad (2007: 3), menjelaskan bahwa kata media berasal dari bahasa latin

  medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’.

  Sedangkan Sanjaya (2012: 61), mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah: segala sesuatu seperti alat, linngkungan dan segala bentuk kegiatan yang dikondisikan untuk menambah pengetahuan, mengubah sikap atau menanamkan keterampilan pada setiap orang yang memanfaatkannya. Media juga dijadikan sebagai perantara dari informasi ke penerima informasi, contohnya video, televisi, komputer dan lain sebagainya.

  Sesuai uraian tersebut, maka media pembelajaran adalah suatu alat yang digunakan untuk mempermudah penyampaian informasi dalam proses belajar mengajar yang bertujuan untuk menambah pengetahuan dan keterampilan siswa. Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media pembelajaran berbasis multimedia. Multimedia menurut Thompson dalam Munir (2008: 23

  3), ‘adalah suatu sistem yang menggabungkan gambar, video, animasi, suara secara interaktif’. Arsyad (2007: 171), mengemukakan “arti multimedia yang umumnya dikenal dewasa ini adalah berbagai macam kombinasi grafik, teks, suara, video dan animasi”. Sajian mutimedia dapat diartikan sebagai teknologi yang mengoptimalkan peran komputer sebagai media yang terintegrasi dan interaktif. Jenis multimedia yang digunakan dalam penelitian ini adalah media audio- visual. Menurut Djamarah (2010: 140), “media audio adalah media yang hanya mengandalkan keterampilan suara saja, seperti radio,

  cassette recorder , piringan hitam. Sedangkan Media Visual adalah

  media yang hanya mengandalkan indera penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip (film rangkai),

  slides (film bingkai), foto, gambar atau lukisan, dan cetakan. Adapula

  media visual yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu dan film kartun”.

  Berdasarkan penjelasan tentang media audio-visual tersebut, dapat disimpulkan bahwa media audio-visual merupakan media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar dalam satu media. Adanya dua unsur tersebut menjadikan siswa tidak hanya belajar melalui visual saja, akan tetapi audio. Penggunaan media audio-visual dalam penelitian ini bertujuan untuk lebih memantapkan pengetahuan siswa akan materi sifat- sifat bangun ruang menggunakan model pembelajaran Van Hiele.

  Pada penelitian tindakan kelas ini, selain menggunakan media audio-visual peneliti juga menggunakan media konkrit bangun ruang yang dibuat dari bahan kertas. Penggunaan media konkrit ini bertujuan agar siswa tidak hanya melihat gambar saja, akan tetapi benda konkritnya. Diharapkan dengan penggunaan media konkrit akan menambah lama ingatan siswa terkait materi yang diajarkan.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

  Penelitian melalui model pembelajaran Van Hiele juga pernah dilakukan oleh Noraini Idris tahun 2007 dalam jurnal penelitiannya yang berjudul:

  The Effect Geometers’ Sketchpad on the Performance in Geometery of malaysian Students Achievment and Van Hiele Geometric Thinking”

  menyatakan bahwa: A descriptive analysis showed that most of the student agreed that the

  Geometer’s Sketchpad is useful tool for learning geometry. The findings of this study about the effects of geometer’s. Sketchpad and Van Hiele model will be useful to mathematics teachers, educators and those who are involved in the teaching of mathematics, particularly geometry in the planning of teaching activities for the classroom.

  Penyataan di atas, adalah penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui efek penting dari menggunakan model pembelajaran Van Hiele pada geometri. Sampel yang digunakan yaitu siswa SMA sejumlah 65, yang dibagi menjadi 2 kelas, salah satu kelas mendapatkan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Van Hiele dan kelas yang satunya menggunakan model pembelajaran yang seperti biasanya. H0 ditolak dan H1 diterima. Jadi ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan model pembelajaran Van Hiele dalam materi geometri.

  Penelitian lain juga dilakukan oleh Agus Setiawan, Nursiwi Nugraheni dan Sumilah tahun 2013 dalam jurnal penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran Geometri berdasarkan Teori Van Hiele melalui model Inkuiri” menyatakan bahwa:

  Hasil penelitian keterampilan guru pada siklus I memperoleh skor 25 meningkat pada siklus II menjadi 29,5, aktivitas siswa pada siklus I memperoleh jumlah skor 18,5 pada siklus II rata-rata 25,1, iklim pembelajaran meningkat dari siklus I jumlah skor 21 menjadi 22,5 pada siklus II, materi pembelajaran siklus I memperoleh jumlah skor 6 meningkat pada siklus II menjadi 8, media pembelajaran siklus I memperoleh skor 12 meningkat pada siklus II menjadi 14,5, kompetensi sikap spiritual dan sosial pada siklus I dan siklus II memperoleh modus 3 (mulai berkembang), aspek pengetahuan pada siklus I adalah 76.47% dan meningkat siklus II menjadi 97,05%.

  Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan penelitian ini membuktikan bahwa teori Van Hiele melalui model Inkuiri dapat meningkatkan pembelajaran geometri di kelas IV SD dibuktikan dengan meningkatnya siklus pembelajaran dari siklus I 76,47% meningkat pada siklus II menjadi 97,05%.

C. Kerangka Berpikir

  Kondisi awal siswa di kelas VB SD Negeri pangebatan yaitu masih kurangnya sikap tanggung jawab siswa, dan belum maksimalnya prestasi belajar yang didapat oleh siswa. Keadaan atau kondisi tersebut didukung oleh hasil wawancara dengan guru dan observasi saat pembelajaran serta hasil

  pretest. Hasil wawancara dan observasi diantaranya terdapat siswa yang tidak

  mengerjakan tugas, seperti tugas piket, pekerjaan rumah (PR), dan soal-soal latihan. Siswa kurang tanggap dalam menjawab pertayaan, dan tugas yang diberikan oleh guru. Pada saat melakukan diskusi kelompok terdapat beberapa siswa yang lebih mengandalkan teman kelompoknya untuk mengerjakan tugas tersebut. Prestasi belajar siswa belum maksimal, hal ini didukung dengan hasil pretest yang menerangkan bahwa dari 35 siswa yang mengikuti pretest, hanya 9 siswa atau 25% siswa yang tuntas belajar, dan memnuhi nilai KKM yang ditentukan yaitu 65. Rata rata nilai yang diperoleh siswa juga belum seperti yang diharapkan yaitu 51,14.

  Kurangnya sikap tanggung jawab dan belum maksimalnya prestasi belajar adalah suatu permasalahan. Munculnya suatu permasalahan harus segera diperbaiki dan diatasi dengan melakukan suatu tindakan. Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu, dengan cara menerapkan model pembelajaran Van Hiele dalam pembelajaran dan didukung dengan penggunaan multimedia. Melalui penerapan model model pembelajaran Van Hiele menggunakan multimedia diharapkan dapat meningkatkan sikap tanggung jawab dan prestasi belajar siswa pada setiap siklus.

  Sesuai penjabaran di atas, maka didapati kerangka berpikir yang menjadi sebuah gambaran pada penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan dalam penelitian. Adapun kerangka berpikir penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:

  Kurangnya tanggung jawab Belum dan belum menggunakan

  Kondisi awal maksimalnya model prestasi belajar pembelajaran siswa

  Melalui model pembelajaran Siklus I

  

Van Hiele

  menggunakan Refleksi multimedia

  Tindakan Siklus II

  Sikap tanggung jawab dan prestasi Kondisi akhir belajar siswa meningkat

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Tindakan

  Hipotesis tindakan yang sesuai dengan kajian teori dan kerangka berpikir di atas dapat dirumuskan sebagai berikut:

  1. Pembelajaran melalui model pembelajaran Van Hiele menggunakan multimedia dapat meningkatkan sikap tanggung jawab siswa dalam mata pelajaran matematika materi sifat-sifat bangun ruang di kelas VB SD Negeri Pangebatan.

  2. Pembelajaran melalui model pembelajaran Van Hiele menggunakan multimedia dapat meningkatkan prestasi belajar dalam mata pelajaran matematika materi sifat-sifat bangun ruang di kelas VB SD Negeri Pangebatan.