BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan - Pengaruh Profitabilitas Dan Size Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis

1. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

  Corporate Social Responsibility dalam bahasa Indonesia dikenal dengan

  tanggungjawab sosial perusahaan sedangkan di Amerika, konsep ini seringkali disamakan dengan corporate citizenship. Pada intinya, keduanya dimaksudkan sebagai upaya perusahaan untuk meningkatkan kepedulian terhadap masalah sosial dan lingkungan dalam kegiatan usaha dan juga pada cara perusahaan berinteraksi dengan stakeholder yang dilakukan secara sukarela. Selain itu, tanggungjawab sosial perusahaan diartikan pula sebagai komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan dan masyarakat setempat (lokal) dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan.

  Dalam hal ini belum ada definisi tunggal mengenai pengertian dari CSR. The

  

World Business Council for Sustainable Development (WBCSD), lembaga

  internasional yang berdiri tahun 1995 dan beranggotakan lebih dari 120 perusahaan multinasional yang berasal dari 30 negara memberikan definisi CSR sebagai Continuing commitment by business to behave ethically and contribute to

  

economic development while improving the quality of life of the workforce and

their families as well as of the local community and society at large . Maksudnya adalah “komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas” (Wibisono, 2007).

  Definisi lain mengenai CSR juga dilontarkan oleh World Bank yang memandang CSR sebagai “the commitment of business to contribute to

  

sustainable economic development working with amployees and their

representatives the local community and society at large to improve quality of life,

in ways that are both good for business and good for development”. Yaitu sebagai

  komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerjasama dengan para karyawn serta perwakilan mereka, keluarga mereka, komunitas setempat maupun masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas hidup, dengan cara-cara yang bermanfaat bagi bisnis sendiri maupun untuk pembangunan (Kiroyan, 2006).

  Sejalan dengan definisi di atas, Maignan dan Farrel (2004) mendefenisikan CSR sebagai “ A business acts in socially responsible manner when its decision and actions for balance diverse when its decision and actinons for and balance

  perlunya memberikan

  diverse stakeholder interest”. Definisi ini menekankan

  

perhatian secara seimbang terhadap kepentingan berbagai stakeholder yang beragam

dalam setiap keputusan dan tindakan yang diambil oleh pelaku bisnis melalui perilaku yang secara sosial bertanggung jawab (Susanto, 2007).

  Tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) adalah suatu konsep bahwa suatu organisasi khususnya (namun bukan hanya) perusahaan adalah memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas, dan lingkungan dalam aspek operasional perusahaan. Tanggung jawab sosial berhubungan erat dengan dengan “pembangunan berkelanjutan”, dimana ada argumentasi bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan faktor keuangan, misalnya keuntungan atau dividen melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang. Definisi ini memberikan pemahaman bahwa tanggung jawab sosial pada dasarnya adalah komitmen perusahaan terhadap tiga (3) elemen yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan.

  Dauman dan Hargreaves (1992) dalam Hasibuan (2001) menyatakan bahwa tanggung jawab perusahaan dapat dibagi menjadi tiga level yaitu: basic responsibility, organization responsibility, dan sociental responses.

  a.

  Basic Responsibility (BR) Pada level pertama, menghubungkan tanggung jawab yang pertama suatu perusahan,

yang muncul karena keberadaan perusahaan tersebut seperti; perusahaan harus

membayar pajak, memenuhi hukum, memenuhi standar pekerjaan, dan memuaskan

pemegang saham. Bila tanggung jawab pada level ini tidak dipenuhi akan menimbulkan dampak yang sangat serius. b.

  Organization responsibility (OR)

Pada level kedua ini menunjukan tanggung jawab perusahaan untuk memenuhi

perubahan kebutuhan “Stakeholder” seperti pekerja, pemegang saham, dan masyarakat di sekitarnya.

  c.

  Sociental Responses (SR)

Pada level ketiga, menunjukan tahapan ketika interaksi antara bisnis dan kekuatan

lain dalam masyarakat yang demikian kuat sehingga perusahaan dapat tumbuh dan

berkembang secara berkesinambungan, terlibat dengan apa yang terjadi dalam

lingkungannya secara keseluruhan.

  Prinsip yang berkaitan erat dengan CSR adalah Responsibilitas yang merupakan aspek pertanggungjawaban dari setiap kegiatan perusahaan untuk melaksanakan prinsip corporate social responsibility karena dalam berusaha, sebuah perusahaan tidak akan lepas dari masyarakat sekitar, ditekankan juga pada signifikasi filantrofik yang diberikan dunia usaha kepada kepentingan pihak-pihak eksternal dimana perusahaan diharuskan memperhatikan kepentingan stakeholder perusahaan, menciptakan nilai tambah (value added) dari produk dan jasa, dan memelihara kesinambungan nilai tambah yang diciptakannya.

  Diluar itu, lewat prinsip responsibility diharapkan membantu pemerintah dalam mengurangi kesenjangan pendapatan dan kesempatan kerja pada segmen masyarakat yang belum mendapatkan manfaat dari mekanisme pasar. Corporate

  

Social Responsibility sebagai sebuah gagasan, perusahaan tidak lagi dihadapkan

  pada tanggungjawab yang berpijak pada single bottom line yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya (financial saja) tetapi harus berpijak pada triple bottom lines, dimana bottom lines selain financial juga adalah sosial dan lingkungan. Karena kondisi keuangan saja tak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable).

  Berdasarkan standar dari Bank Dunia maka CSR meliputi beberapa komponen utama yakni : (1) perlindungan lingkungan; (2) jaminan kerja; (3) Hak Asasi Manusia; (4) interaksi dan keterlibatan perusahaan dengan masyarakat; (5) standar usaha; (6) pasar; (7) pengembangan ekonomi dan badan usaha; (8) perlindungan kesehatan; (9) kepemimpinan dan pendidikan; (10) bantuan bencana kemanusiaan. Bagi perusahaan yang berupaya untuk membangun citra positif perusahaannya, maka kesepuluh komponen tersebut harus diupayakan pemenuhannya.

  Dampak dari pendirian perusahaan oleh pemilik modal yang tergabung dalam sebuah corporation salah satunya adalah muncul kesenjangan antara pihak perusahaan (corporate) dengan masyarakat setempat yang dapat mempengaruhi kestabilan negara, disisi lain pemerintah terkadang tidak bisa berbuat banyak dalam memenui semua tuntutan masyarakat yang merasa hak-hak atas daerahnya dilanggar termasuk hak asasi seperti terusiknya tempat tinggal dan berkurangnya mata pencarian anggota masyarakat disekitar perusahaan. Dalam meminimalisir akibat tersebut, peran dari program corporate social responsibility sangat besar.

  Dalam melakukan CSR, tentunya perusahaan memiliki tujuan diantaranya adalah :

  1. Alasan Sosial Perusahaan melakukan program CSR untuk memenuhi tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Sebagai pihak luar yang beroperasi pada wilayah orang lain perusahaan harus memperhatikan masyarakat sekitarnya. Perusahaan harus ikut serta menjaga kesejahteraan ekonomi masyarakat dan juga menjaga lingkungan dari kerusakan yang ditimbulkan.

  2. Alasan Ekonomi Motif perusahaan dalam melakukan CSR tetap berujung pada keuntungan. Perusahaan melakukan program CSR untuk menarik simpati masyarakat dengan membangun image positif bagi perusahaan yang tujuan akhirnya tetap pada peningkatan profit.

  3. Alasan Hukum Perusahaan melakukan program CSR hanya karena adanya peraturan pemerintah.

  CSR dilakukan perusahaan karena ada tuntutan yang jika tidak dilakukan akan dikenai sanksi atau denda dan bukan karena kesadaraan perusahan untuk ikut serta menjaga lingkungan. Akibatnya banyak perusahaan yang melakukan CSR sekedar ikut-ikutan atau untuk menghindari sanksi dari pemerintah. Adapun peraturan ini diperkuat dengan dikeluarkannya Undang-undang PT No. 40 pasal 74 yang isinya mewajibkan pelaksanaan CSR bagi perusahaan-perusahaan yang terkait terhadap SDA dan yang menghasilkan limbah.

  Tanggung jawab sosial sebagai konsekuensi logis keberadaan perusahaan di sebuah lingkungan masyarakat mendorong perusahaan untuk lebih proaktif dalam mengambil inisiatif dalam hal tanggung jawab sosial. Pandangan ini tentunya bukan tanpa alasan, karena pada dasarnya tanggung jawab sosial akan memberikan manfaat dalam jangka panjang bagi semua pihak yang ada dalam hal ini yaitu perusahaan,masyarakat,dan pemerintah. Dengan melaksanakan program CSR banyak sekali manfaat yang akan diperoleh, terlepas dari biaya yang dikeluarkan, diantaranya adalah sebagai berikut.

  1. Manfaat Bagi Perusahaan Manfaat yang jelas bagi perusahaan jika perusahaan memberikan tanggung jawab sosial adalah munculnya citra positif dari masyarakat akan kehadiran perusahaan di lingkungannya. Kegiatan perusahaan dalam jangka panjang akan dianggap sebagai kontribusi yang positif bagi masyarakat.

  2. Manfaat Bagi Masyarakat Selain bahwa kepentingan masyarakat diperhatikan oleh perusahaan, masyarakat juga akan mendapat pandangan baru mengenai hubungan perusahaan dan masyarakat yang barangkali selama ini hanya sekedar dipahami sebagai hubungan produsen-konsumen, atau hubungan antara penjual dan pembeli saja.

  3. Manfaat Bagi Pemerintah Pemerintah pada akhirnya tidak hanya berfungsi sebagai wasit yang menetapkan aturan main dalam hubungan masyarakat dengan dunia bisnis, dan memberikan sanksi bagi pihak yang melanggarnya. Pemerintah sebagai pihak yang mendapat legitimasi untuk mengubah tatanan masyarakat ke arah yang lebih baik akan mendapatkan partner dalam mewujudkan tatanan masyarakat tersebut.

  Oleh karena itu, CSR tidak hanya sebatas konsep untuk mendapatkan kesan baik atau citra positif semata melainkan benar-benar merupakan realisasi dari niat baik perusahaan sebagai wujud pelaporan tanggung jawab sosial kepada masyarakat.

2. Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

  Pengungkapan didefenisikan sebagai suatu usaha perusahaan untuk menyeimbangkan komitmen-komitmennya terhadap kelompok dan individual dalam lingkungan perusahaan (Griffin dan Ebert,2003). Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan bukan menjadi hal yang bersifat sukarela tetapi sudah menjadi kegiatan yang wajib dinyatakan dalam laporan tahunan. Semakin besar perusahaan maka semakin diwajibkan perusahaan tersebut untuk mengungkapkan kegiatan sosialmya. Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang dinyatakan dalam laporan tahunan untuk memberikan informasi kepada pengguna laporan keuangan tahunan dan kegiatan sosial yang dilakukan untuk mengurangi dampak negatif yang dialami perusahaan seperti kemungkinan terjadinya kesenjangan sosial atau kerusakan lingkungan. Akan tetapi sampai saat ini pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan keuangan masih bersifat sukalera. Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 (Revisi 1998) paragraf kesembilan, Ikatan Akuntan Indonesia (2002) secara implisit memberikan penjelasan mengenai pengungkapan sosial pada laporan tahunan: ”Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting”. PSAK tersebut tidak secara tegas mengharuskan perusahaan untuk melaporkan tanggung jawab sosial mereka. Pengelompokan, pengukuran dan pelaporan juga belum diatur, jadi untuk pelaporan tanggung jawab sosial diserahkan pada masing-masing perusahaan.

  Gray et al (1995) menyatakan kecendrungan pengungkapan sosial dibagi dalam tiga kelompok yaitu: a.

  Decision usefullness studies Pengungkapan sosial dilakukan karena informasi tersebut dibutuhkan oleh para pemakai laporan keuangan dan ditempatkan pada posisi yang moderatly important.

  b.

  Economy theory studies Sebagai agen dari suatu prinsipal yang mewakili seluruh intrest group perusahaan, pihak manajemen melakukan pengungkapan sosial sebagai upaya untuk memenuhi tuntutan publik.

  c.

  Social and political theory studies Pengungkapan sosial dilakukan sebagai reaksi terhadap tekanan-tekanan dari lingkungannya agar perusahaan merasa eksistensi dan aktifitasnya terlegitimasi.

  Menurut Harahap (2003: 351-352) ada beberapa paradigma yang menimbulkan kecendrungan perusahaan untuk mengungkapkan tanggung jawab sosialnya,yaitu : a.

  Kecenderungan Terhadap Kesejahteraan Sosial Kecendrungan ini berdasarkan kenyataan bahwa kelangsungan hidup manusia, kesejaterahan masyarakat hanya dapat lahir dari sikap kerjasama antar unit-unit masyarakat itu sendiri. Sehingga timbullah kesadaran dan kebutuhan pertanggungjawaban sosial perusahaan terhadap lingkungan sosialnya. b.

  Kecendrungan Terhadap Kesadaran Lingkungan Kecendrungan ini berdasarkan kenyataan bahwa manusia adalah makhluk di antara bermacam-macam makhluk yang mendiami bumi yang saling mempunyai keterkaitan dan sebab akibat serta dibatasi oleh sifat keterbatasan dunia itu sendiri, baik sosial, ekonomi, dan politik. Akibat semakin meningkatnya kesadaran perusahaan terhadap kenyataan tersebut, sehingga timbul kebutuhan tentang perlunya melakukan pertanggungjawaban sosial kepada stakeholder.

  c.

  Perspektif Ekosistem Dalam perspektif ini perusahaan sadar bahwa kegiatan ekonomi yang dilakukan akan menimbulkan dampak bagi ekosistem yang berada di sekitarnya.

  d.

  Ekonomisasi vs Sosialisasi Ekonomi mengarahkan perhatian hanya kepada kepuasan individual sebagai unit yang selalu mempertimbangkan cost dan benefit tanpa memperhatikan kepentingan masyarakat. Sebaliknya, sosialis menfokuskan perhatiannya terhadap kepentingan sosial dan selalu memperhatikan efek sosial yang ditimbulkan oleh kegiatannya.

  Melalui pengungkapan sosial, perusahaan mengkomunikasikan kepada stakeholders mengenai aktivitas-aktivitas sosial yang dilakukannya. Di dalamnya, perusahaan mengungkapkan informasi yang lebih luas di luar batas-batas akuntansi konvensional. Informasi tersebut antara lain mengenai karyawan, produk, konsumen, lingkungan hidup dan kemasyarakatan. Pentingnya pengungkapan sosial perusahaan (corporate social disclosure) berkaitan dengan adanya kontrak (perjanjian) sosial (social contract). Kontrak antara perusahaan dengan masyarakat—baik yang sifatnya eksplisit maupun implisit—yang timbul karena interaksi perusahaan dengan lingkungan sosialnya, membawa konsekuensi perusahaan harus bertanggungjawab tidak hanya terhadap kesejahteraan pemegang saham, tetapi juga memiliki tanggung jawab sosial, yaitu tanggung jawab untuk memaksimalkan kesejahteraan sosial (Belkaoui, 2000). Kasus pencemaran Teluk Buyat oleh PT Newmont, kasus produk mengandung enzim babi yang pernah menimpa PT Ajinomoto, serta demonstrasi para karyawan akibat ketidakadilan perusahaan di berbagai kota membuktikan bahwa mengabaikan tanggung jawab sosial akan berakibat pada munculnya berbagai masalah yang dapat membahayakan kelangsungan hidup perusahaan. Itulah sebabnya mengapa perusahaan perlu melakukan pengungkapan sosial.

  Pengungkapan sosial merupakan wujud pertanggungjawaban sosial perusahaan (corporate social responsibility). Melalui pengungkapan sosial pada laporan tahunan, masyarakat dapat memantau aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka memenuhi tanggung jawab sosialnya. Dengan cara demikian, perusahaan akan memperoleh perhatian, kepercayaan dan dukungan dari masyarakat sehingga perusahaan dapat tetap eksis.

  Ada dua pendekatan yang secara signifikan berbeda dalam melakukan penelitian tentang pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Pertama, pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan mungkin diperlakukan sebagai suatu suplemen dari aktivitas akuntansi konvensional. Pendekatan ini secara umum akan menganggap masyarakat keuangan sebagai pemakai utama pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan cenderung membatasi persepsi tentang tanggung jawab sosial yang dilaporkan. Pendekatan alternatif kedua dengan meletakkan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pada suatu pengujian peran informasi dalam hubungan masyarakat dan organisasi. Pandangan yang lebih luas ini telah menjadi sumber utama kemajuan dalam pemahaman tentang pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan sekaligus merupakan sumber kritik yang utama terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (Gray et.al dalam Sembiring, 2005).

  Menurut Murtanto (2006) dalam Media Akuntansi, pengungkapan kinerja perusahaan seringkali dilakukan secara sukarela (voluntary disclosure) oleh perusahaan. Adapun alasan-alasan perusahaan mengungkapkan kinerja sosial secara sukarela antara lain:

  1. Internal Decision Making Manajemen membutuhkan informasi untuk menentukan efektivitas informasi sosial tertentu dalam mencapai tujuan sosial perusahaan. Walaupun hal ini sulit diidentifikasi dan diukur, namun analissis secara sederhana lebih baik daripada tidak sam sekali.

  2. Product Differentiation Manajer perusahaan memiliki insentif untuk membedakan diri dari pesaing yang tidak bertanggung jawab secara sosial kepada masyarakat. Akuntansi kontemporer tidak memisahkan pencatatan biaya dan manfaat aktivitas sosial perusahaan dalam laporan keuangan, sehingga perusahaan yang tidak peduli sosial akan terlihat lebih sukses daripada perusahaan yang peduli. Ini akan mendorong perusahaan yang peduli sosial untuk mengungkapkan informasi tersebut sehingga masyarakat dapat membedakan mereka dari perusahaan lain.

3. Enlightened Self Interest

  Perusahaan melakukan pengungkapan untuk menjaga keselarasan sosialnya dengan para stakeholder karena mereka dapat mempengaruhi pendapatan penjualan dan harga saham perusahaan.

  Dalam menyusun dan mengungkapkan informasi tentang aktivitas pertanggungjawaban sosial perusahaan, ada beberapa hal yang berkaitan dengan pelaporan sosial perusahaan, yaitu sebagai berikut: a.

  Lingkungan, meliputi pengendalian terhadap polusi, pencegahan atau perbaikan terhadap kerusakan lingkungan, konservasi alam, dan pengungkapan lain yang berkaitan dengan lingkungan.

  b.

  Energi, meliputi konservasi energi, efisiensi energi, dll.

  c.

  Praktik bisnis yang wajar, meliputi, pemberdayaan terhadap minoritas dan perempuan, dukungan terhadap usaha minoritas, tanggung jawab sosial.

  d.

  Sumber daya manusia, meliputi aktivitas di dalam suatu komunitas, dalam kaitan dengan pelayanan kesehatan, pendidikan dan seni.

  e.

  Produk, meliputi keamanan, pengurangan polusi, dll Meskipun tanggung jawab sosial perusahaan kini telah menjadi perhatian para akademisi dan praktisi di bidang akuntansi, namun hingga saat ini belum ada standard yang dapat dipakai sebagai pedoman untuk mengukur pertanggungjawaban sosial perusahaan dalam laporan tahunan). Pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan keuangan penting karena melalui social reporting disclosure, pemakai laporan keuangan akan dapat menganalisis sejauh mana perhatian dan tanggung jawab sosial perusahaan dalam menjalankan bisnis.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Sosial

  

Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan tanggung

jawab sosial perusahaan diproksikan dalam Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas.

  a.

  Ukuran perusahaan (size) Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata–rata total penjualan dan rata– rata total aktiva. Jadi, ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki oleh perusahaan. Terdapat tiga alternatif yang digunakan untuk

  menghitung size perusahaan, yaitu total asset, penjualan bersih dan kapitalisasi pasar.

  Pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan CSR tercermin dalam teori agensi yang menjelaskan bahwa perusahaan besar mempunyai biaya agensi yang besar, oleh karena itu perusahaan besar akan lebih banyak mengungkapkan informasi daripada perusahaan yang berskala kecil (Jensen & Meckling, 1976). Akan tetapi, tidak semua penelitian mendukung hubungan antara ukuran perusahaan dengan tanggung jawab sosial perusahaan. Selain teori keagenan ada beberapa alasan yang menunjukkan bahwa perusahaan besar lebih banyak mengungkapkan informasi daripada perusahaan kecil. Perusahaan besar umumnya menjadi sorotan banyak pihak, baik dari masyarakat secara umum maupun pemerintah, sehingga mereka berupaya menyajikan pengungkapan yang lebih baik untuk dapat meminimalisasi tekanan-tekanan pemerintah (Tjakradinata, 2000). Oleh karena itu, perusahaan besar tersebut dituntut untuk mengungkapkan informasi yang lebih banyak dari perusahaan kecil. Selain daripada teori agensi dan sorotan banyak pihak, sumber daya besar juga mempengaruhi ukuran perusahaan. Perusahaan besar memiliki sumber daya yang besar. Dengan sumber daya yang besar tersebut, perusahaan perlu dan mampu membiayai penyediaan informasi untuk keperluan internal. Informasi itu sekaligus menjadi bahan untuk keperluan pengungkpan informasi kepada pihak eksterna, sehingga tidak perlu ada tambahan biaya yang besar untuk dapat melakukan pengungkapan dengan lebih lengkap. Sebaliknya, perusahaan dengan sumber daya yang relatif kecil mungkin tidak memiliki informasi siap saji sebagaimana perusahaan besar (Marwata, 2001). Dengan demikian, biaya pengumpulan, pemrosesan, dan penyajian informasi pada perusahaan besar merupakan suatu kebutuhan yaitu untuk kepentingan pelaporan internal dan eksternal perusahaan, sehingga pengungkapan informasi bagi perusahaan besar bukanlah suatu masalah. Perusahaan besar juga berkemungkinan memperoleh keuntungan-keuntungan dengan mengungkapkan informasi yang memadai dalam laporan tahunan, misalnya kemudahan untuk memasarkan saham dan kemudahan memperoleh dana dari pasar modal. Sedangkan perusahaan kecil umumnya sulit untuk mendapatkan dana dari pasar modal, mengingat pembatasan ukuran aset bila terjun ke bursa, sehingga perusahaan kecil tidak dapat menikmati keuntungan dari pengungkapan informasi yang memadai (Tjakradinata,2000).

  Semua alasan tersebut menunjukkan bahwa perusahaan besar mempunyai insentif untuk memberikan pengungkapan ukarela lebih luas dibanding perusahaan kecil. Variabel ukuran perusahaan merupakan variabel yang paling konsisten berpengruh signifikan terhadap luas pengungkapan dalam penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan Cerf (1961), Shingvi and Desai (1971), dan Marwata (2001).

  b.

  Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan juga memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya. Efektifitas manajemen disini dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan. Rasio ini disebut juga rasio rentabilitas. Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mendapatka laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya (Syafri, 2008:304).

  Rasio yang termasuk rasio profitabilitas antara lain: 1. Gross profit margin (margin laba kotor)

  

Gross profit margin merupakan rasio yang mengukur efisiensi pengendalian harga

  pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien (Sawir, 2009:18).

  2. Net profit margin (margin laba bersih) Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan.

  3. Rentabilitas ekonomi/daya laba besar/basic earning power Rentabilitas ekonomi merupakan perbandingan laba sebelum pajak terhadap total asset.

  4. Return on investment

  

Return on investment merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak

dengan total aktiva.

  5. Return on equity

  

Return on equity merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah pajak

dengan total ekuitas.

  Pengaruh profitabilitas terhadap pengungkapan CSR tercermin dalam teori agensi yang menjelaskan bahwa semakin besar perolehan laba yang didapat,

  

semakin luas pula informasi sosial yang diungkapkan perusahaan untuk mengurangi

biaya keagenan yang muncul. Dengan demikian, semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosialnya.

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

  Penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini disajikan pada Tabel 2.1.

TABEL 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

  NO Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

  1 Hardhina Rosmasita (2007) Faktor-faktor yang

  Mempengaruhi Pengungkapan Sosial (Social Disclosure) dalam Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Manufaktur di BEJ Variabel independen : kepemilikan manajemen,leverage,size dan profitabilitas variabel dependen : pengungkapan sosial Menunjukkan secara simultan semua variabel berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan sosial tetapi secara parsial hanya variabel kepemilikan manajemen yang berpengaruh terhadap pengungkapan sosial

  2 Sri Sulastini (2007) Pengaruh

  Karakteristik Perusahaan terhadap Social Disclosure Perusahaan Manufaktur yang telah go public Variabel independen : size, profitabilitas, ukuran dewan komisaris dan profile variabel dependen : adalah pengungkapan sosial

  Menunjukkan bahwa secara simultan semua variabel independen berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan sosial tetapi secara parsial hanya variabel profitabilitas yang tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sosial

  3 Andre Christian Sitepu (2008)

  Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Tahunan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta

  Variabel independen: Ukuran dewan komisaris, tingkat leverage, ukuran perusahaan, tingkat profitabilitas Variabel dependen: Pengungkapan sosial Menunjukkan secara parsial hanya variabel dewan komisaris dan profitabilitas yang memiliki pengaruh signifikan terhadap pengungkapan sosial perusahaan. ukuran dewan komisaris, ukuran perusahaan dan profitabilitas secara simultan memiliki kemampuan mempengaruhi jumlah informasi sosial yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar

  4 Ririn Saputri (2011) Pengaruh

  Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

  Variabel independen: profitabilitas,leverage,siz e, kepemilikan saham

publik

Variabel dependen: pengungkapan sosial

  Menunjukkan secara simultan semua variable memiliki pengaruh terhadap pengungkapan sosial perusahaan. Profitabilitas, ukuran perusahaan dan kepemilikan saham publik secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan sosial.

  Sumber : Peneliti, 2013

  Rosmasita (2007) melakukan penelitian yang mempelajari Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Sosial (Social Disclosure) dalam Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian menemukan bahwa secara simultan semua variabel yaitu kepemilikan manajemen,leverage,size dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan sosial tetapi secara parsial hanya variabel kepemilikan manajemen yang berpengaruh terhadap pengungkapan sosial. Sulastini (2007) meneliti Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Social Disclosure Perusahaan Manufaktur yang telah go public. Penelitian ini menyimpulkan bahwa secara simultan semua variabel independen yaitu size, profitabilitas, ukuran dewan komisaris dan profile berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan sosial tetapi secara parsial hanya variabel profitabilitas yang tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sosial. Penelitian lain dilakukan oleh Sitepu (2008) yang meneliti Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Tahunan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial hanya variabel dewan komisaris dan profitabilitas yang memiliki pengaruh signifikan terhadap pengungkapan sosial perusahaan. ukuran dewan komisaris, ukuran perusahaan dan profitabilitas secara simultan memiliki kemampuan mempengaruhi jumlah informasi sosial yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar.

  Saputri (2011) meneliti Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Hasil penelitannya menunjukkan secara simultan semua variable yaitu profitabilitas, leverage, size, kepemilikan saham publik memiliki pengaruh terhadap pengungkapan sosial perusahaan. Profitabilitas, ukuran perusahaan

dan kepemilikan saham publik secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap pengungkapan sosial

  .

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis

  1. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainya dari masalah yang ingin diteliti.

  Kerangka konsep ini gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan secara panjang lebar mengenai variabel-variabel yang akan diteliti. Kerangka konseptual dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.2.

  Profitabilitas (X1)

  Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (Y1)

  Size Perusahaan

  2 (X )

  Sumber : Diolah Peneliti, 2013

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Penelitian

  Profitabilitas diukur dengan menggunakan Return On Asset (ROA) yang merupakan rasio antar laba bersih yang berbanding terbalik dengan keseluruhan aktiva untuk menghasilkan laba. Rasio ini menunjukan berapa besar laba bersih yang diperoleh perusahaan diukur dari nilai aktivanya. Semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosialnya.

  Ukuran perusahaan ditunjukkan oleh total asset, penjualan bersih dan kapitalisasi pasar.

  Penelitian ini diukur dengan menggunakan total asset. Semakin besar total asset, penjualan bersih dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut.

2. Hipotesis Penelitian

  Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya melalui suatu penelitian.

  

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual peneliti menentukan dan

akan menguji hipotesis sebagai berikut : H1 : Profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan tanggungjawab

  sosial pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI

  H2 : Size Perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggungjawab sosial pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI.

  H3 : Profitabilitas dan Size Perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial.

  .

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 110 125

Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 42 90

Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 77 128

Pengaruh Profitabilitas Dan Size Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 28 102

Pengaruh Profitabilitas Dan Size Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 43 102

Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 56 91

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social Responsibility) - Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pertanggungjawaban Sosial Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social - Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 18

Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 20

Pengaruh Profitabilitas Dan Size Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 14