Pengaruh Faktor-Faktor Produksi Terhadap Pendapatan Usahatani Padi Sawah Tadah Hujan Di Gampong Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat - Repository utu

  

PENGARUHFAKTOR – FAKTORPRODUKSITERHADAP

PENDAPATANUSAHATANI PADI SAWAH TADAH

HUJAN DI GAMPONGBEURAWANG

KEC. BUBON KAB. ACEH BARAT

SKRIPSI

NAZUAR

  

09C10404075

PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH,ACEH BARAT

  

PENGARUHFAKTOR –

FAKTORPRODUKSITERHADAPPENDAPATAN USAHATANI

PADI SAWAH TADAH

HUJAN DI GAMPONG BEURAWANG

KEC. BUBON KAB. ACEH BARAT

SKRIPSI

NAZUAR

  

09C10404075

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar sarjana pertanian pada Fakultas Pertanian

  

Universitas Teuku Umar

PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

  2013

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Beras merupakan salah satu golongan padi-padian paling penting untukkonsumsi manusia di dunia. Sebanyak75 persen masukan kalori harian masyarakat di negara-negara Asia tersebut berasaldari beras. Lebih dari 59 persen penduduk dunia tergantung pada beras sebagai sumberkalori utama (Marjuki, 2008).

  Beras merupakan bahan pokok yang sampai saat ini masih dikonsumsioleh sekitar 90 persen penduduk Indonesia dan menyumbang lebih dari 50 persen kebutuhankalori serta hampir 50 persen kebutuhan protein (Amang, 1995). Mengingat perannya sebagai komoditas pangan utama masyarakatIndonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting sebagaisalah satu faktor yang mempengaruhi terwujudnya ketahanan pangan nasional.

  Menurut Marjuki(2008), berassebagai bahan makanan pokok tampaknya tetap mendominasi pola makan orangIndonesia. Hal ini terlihat dari tingkat partisipasi konsumsi di Indonesia yangmasih diatas 95 persen.Bahkan Surono (2001), memperkirakantingkat partisipasi konsumsi beras baik di kota maupun di desa, di jawa maupun diluar jawa sekitar 97 persen hingga 100 persen. Ini berarti hanya sekitar 3 persen dari total RT diIndonesia yang tidak mengkonsumsi beras.

  Di Indonesia sendiri, propinsi dengan jumlah produksi padi tertinggiadalah Jawa Barat, kemudian diikuti oleh Jawa Timur dan Jawa Tengah. Propinsilainnya dengan jumlah produksi padi diatas satu juta ton per tahun adalahSulawesi Selatan, Sumatera Utara, Aceh, NTB, Banten, Kalimantan Selatan. Untukvolume

  2 konsumsi beras, Indonesia juga berada pada peringkat tiga konsumenberas terbesar di dunia setelah Cina dan India, yaitu berkisar antara 110-139 kg per tahun per orang.

  Untuk produksi padi, di Indonesia memiliki beberapa propinsi yangmenjadi kantong-kantong penyedia padi, salah satunya adalah Propinsi Aceh.

  Di Propinsi Aceh, Kabupaten Aceh Barat merupakan salah satu kabupaten yang berperan sebagai kantong produksi padi nasional. Dengan luas lahan di Kabupaten Aceh Barat yaitu seluas 15.346 Ha. Dengan produksi gabah mencapai 55.165 ton pada tahun 2011 (BPS Kabupaten Aceh Barat, 2012)

  Data luas lahan dan produksi padi dalam setiap kecamatan di Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2011 disajikan pada Tabel 1.1. berikut ini.

  Tabel

1.1.DataLuas Lahan dan Produksi Padi dalamKecamatan di Kabupaten Aceh Barat Tahun (2011) No Kecamatan Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)

  2 Samatiga 1.234 2.941 2,38

  3 Bubon 1.256 5.880 4,68

  4 Arongan Lambalek 1.429 3.225 2,25

  5 Woyla 2.546 8.102 3,18

  1 Johan Pahlawan 548 1.404 2,56

  7 Woyla Timur 115 1.003 8,72

  8 Kawai XVI 2.307 7.133 3,09

  9 Meurebo 814 5.311 6,52

  10 Pante Ceureumen 2.570 8.388 3,26

  11 Panton Reu 1.010 4.986 4,93

  12 Sungai Mas 837 2.394 2,86

  Jumlah 15.346 55.165 4,24 Sumber : BPS Kabupaten Aceh Barat, 2012

  Berdasarkan Tabel 1.1.diatas Kecamatan Woyla Timur merupakan

  6 Woyla Barat 680 4.398 6,46

  3 produktivitas produksi padi paling rendah adalah Kecamatan Arongan Lambalek dengan produktivitas 2,25 ton per hektar.

  7 Gunong Panah 26 135 5,2

  16 Peulanteu 43 215

  20 94 4,7

  15 Cot Lada

  14 Suak Pangkat 37 181 4,9

  13 Cot Keumuneng 35 189 5,4

  12 Liceh 60 276 4,6

  11 Seuneubok Trap 45 207 4,6

  10 Ulai Blang 30 153 5,1

  9 Kuala Pling 81 421 5,2

  8 Seumuleng 28 132 4,7

  20 96 4,8

  Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Aceh Barat (2012), kecamatanyang berada di Kabupaten Aceh Barat dengansawahtadahhujanadalahKecamatanBubon,KecamatanAronganLambalek, KecamatanJohanPahlawan, KecamatanWoyla, dan Kecamatan Sungai Mas.

  6 Alue Bakong

  5 Alue Lhok 45 216 4,8

  4 Layung 193 1.023 5,3

  3 Kuta Padang 80 456 5,7

  2 Beurawang 50 225 4,5

  1 Rambung 30 174 5,8

  No Gampong Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)

Tabel 1.2. Data Luas Lahan, Produksi, dan Produktivitas Padi Sawah TadahHujan di Kecamatan Bubon Tahun 2012.

  Untuk data luas lahan, produksi, dan produktivitas padi sawah tadah hujan di Kecamatan Bubon pada tahun 2012 disajikan pada Tabel 1.2. berikut ini.

  Untuk sawah tadah hujan, KecamatanBubonmerupakansalahsatukecamatandenganproduktivitasproduksi paling tinggiyaitu 4,68 ton per hektare, dibandingkandenganproduktivitassawahtadahhujan di kecamatanlainnya pada tahun 2011.

  5

  4

  Jumlah 908 4.711 5,1 Sumber : (BP3K), Kecamatan Bubon 2013

  Berdasarkan Tabel 1.2. diatas Desa(Gampong, dalam bahasa Aceh) Blang Sibeutong merupakan gampongdengan produktivitas padi paling tinggi yaitu 6,1 ton per hektare, sedangkan produktivitas padi paling rendah adalah Gampong Beurawang dengan produktivitas 4,5 ton per hektar.

  Gampong Beurawang merupakan salah satu gampong yang berada di Kecamatan Bubon dengan jumlah penduduk 479 jiwa pada tahun 2012. Lebih dari 70 persen masyarakat di Gampong Beurawang bekerja sebagai petani padi. Dalam melakukan usahatani padi, masyarakat di Gampong Beurawang sangat mengandalkan kondisi alam, karena sawah di Gampong Beurawang adalah sawah tadah hujan.

  Luas lahan sangat mempengaruhi produksi padi. Apabila luas lahan semakin luas maka produksi padi yang dihasilkan akan semakin meningkat.

  Sebaliknya apabila luas lahan semakin sempit maka produksi padi yang dihasilkan akan semakin sedikit. Luas lahan pertanian yang dimiliki oleh petani padi di Gampong Beurawang lebih kurang 50 hektar.

  Faktor lain yang turut mempengaruhi pendapatan petani padi adalah tenaga kerja. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam bidang pertanian. Tenaga kerja disektor pertanian seringkali menjadi kendala, seiring dengan menurunnya minat tenaga kerja muda untuk terjun disektor pertanian maka seringkali dijumpai kelangkaan tenaga kerja pada saat pengolahan lahan atau pada saat panen raya, hal ini merupakan salah satu penyebab kurang optimalnya produksi padi di propinsi Aceh.

  5 Bagi petani tradisional biasanya jumlah tenaga kerja dengan luas lahan tidak seimbang. Selain itu, banyak dari waktu yang seharusnya digunakan untuk menggarap sawah digunakan untuk hal – hal lain, sehingga pekerjaan yang seharusnya dikerjakan menjadi telantar.Jumlah tenaga atau jumlah petani di Gampong Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat tahun 2012 adalah 79 KK, dengan jumlah keluargapetani 337 orang, yang terdiri dari 231 orang laki – laki dan 106 orang perempuan.

  Selain dari faktor produksi, yaitu luas lahan, tenaga kerja, faktor lain yang mempengaruhi produksi padi adalah penggunaan pupuk. Tingkat produktivitas usaha tani padi pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh tingkat penerapan teknologinya, dan salah satu diantaranya adalah pemupukan. Pedoman tingkat penggunaan pupuk per satuan luas secara teknis telah dikeluarkan oleh dinas pertanian. Dengan penggunaan pupuk yang tidak sesuai dosis tersebut maka produktivitas per satuan lahan dapat menjadi berkurang, sehingga produksi beras mengalami penurunan. Oleh karena itu, berapa dan dalam kondisi bagaimana faktor-faktor produksi digunakan, semuanya diputuskan dengan menganggap bahwa produsen selalu berusaha untuk mencapai keuntungan yang maksimum (Budiono, 2002).

  Pupuk merupakan faktor penting dalam memproduksi padi. Apabila harga pupuk mengalami perubahan berarti faktor biaya produksi pun mengalami perubahan. Hal ini mengandung arti bila harga pupuk lebih mahal maka biaya produksi meningkat dan bila harga keluaran (padi) relatif tetap maka produsen akan semakin kecil pendapatannya. Atau bisa juga terjadi karena mahalnya harga

  6 pupuk maka penggunaan pupuk berkurang yang selanjutnya mengurangi produksi.

  Dalam melakukan pemupukan padi petani di Gampong Beurawang menggunakan pupuk kimia, yaitu pupuk Urea dan pupuk NPK, dengan dosis pupuk yang berbeda tergantung pemilik. Untuk pupuk Urea dosis rata-rata adalah 200 Kg per Ha. Sedangkan dosis pupuk NPK rata – rata adalah 100 Kg per Ha.

  Faktor penting lainnya yang turut menentukan pendapatan petani padi adalah pestisida yang tepat. Kelebihan dalam penggunaan pestisida akanberdampak pada peningkatan biaya produksi. Sementara bila kekurangan pestisida akan menyebabkan penurunan produksi.

  Pestisida yang umum digunakan petani padi di Desa Beurawang adalah pestisida jenis clipper. Penggunaan pestisida clipper oleh petani padi di Desa Beurawang rata - rata adalah 1 Liter per Ha.

  Dalam penelitian ini hanya terbatas pada apakah faktor – faktor produksi (luas lahan, tenaga kerja,pupuk, dan pestisida)mempengaruhi pendapatan petani padi sawah. Berdasarkan masalah tersebut maka penelitian skripsi ini akan diberi

  • – judul: PENGARUH FAKTOR FAKTOR PRODUKSI TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH TADAH HUJAN DI GAMPONG BEURAWANG KECAMATAN BUBON KABUPATEN ACEH BARAT.

1.2. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok permasalah di atas adalah sebagai berikut:

  7

  1. Apakah faktor – faktor produksi (luas lahan, jumlah tenaga kerja, dosis pupuk, dan dosis pestisida) secara parsial mempengaruhi pendapatan petani padi sawah tadah hujan di Gampong Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat?

  2. Apakah faktor – faktor produksi (luas lahan, jumlah tenaga kerja, dosis pupuk, dan dosis pestisida) secara simultan mempengaruhi pendapatan petani padi sawah tadah hujan di Gampong Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat?

  1.3. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai melalui penetian ini adalah:

  1. Untuk mengetahui pengaruhfaktor – faktor produksi (luas lahan, jumlah tenaga kerja, dosis pupuk, dan dosis pestisida) secara parsialterhadap pendapatan petani padi sawah tadah hujan di Gampong Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat.

  2. Untuk mengetahui pengaruh faktor – faktor produksi (luas lahan, jumlah tenaga kerja, dosis pupuk, dan dosis pestisida) secara simultan terhadap pendapatan petani padi sawah tadah hujan di Gampong Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat.

  1.4. Manfaat Penelitian

  1. Bagi Petani, khususnya petani di Gampong Beurawang, diharapkan setelah dilakukan penelitian agar dapat meningkatkan produksi dan

  8 berkaitan dengan penggunaan lahan, tenaga kerja, pupuk, dan pestisida.

  2. Bagi dinas terkait di Kecamatan Bubon dari hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam upaya meningkatkan pendapatan petani di Kecamatan Bubon.

  3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitianlebihlanjut yang berkaitandenganpenelitianini.

  4. Bagimahasiswa, sebagaisalahsatusyaratuntukmemperolehgelarStrata 1 (S1) di FakultasPertanianUniversitasTeuku Umar.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Padi

  Padi (Oryza sativa L.) adalah salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban manusia, yang merupakan komoditas utama yang berperan sebagai pemenuh kebutuhan pokok karbohidrat bagi mayoritas penduduk dunia. Komoditas padi memiliki peranan pokok sebagai pemenuhan kebutuhan pangan utama yang setiap tahunnya meningkat sebagai akibat pertambahan jumlah penduduk yang besar, serta berkembangnya industri pangan dan pakan (Yusuf, 2010).

  Di Indonesia pada umumnya ada 2 teknik budidaya padi sawah yaitu teknik budidaya padi sawah tadah hujan dan teknik budidaya padi irigasi. Sawah tadah hujan adalah sawah yang pengairannya sangat tergantung pada musim hujan, dengan masa tanam 1 kali dalam 1 tahun. Sedangkan sawah irigasi adalah sawah yang menggunakan sistem irigasi teratur (teknis). Pengairan sawah irigasi berasal dari sebuah bendungan atau waduk. Pada sawah irigasi petani dapat panen 2-3 kali tanaman padi. Untuk sawah tadah hujan dan sawah irigasi dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

  Tanaman padi tergolong tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun dari ruas-ruas. Rumpun tanaman padi terbentuk dari anakan yang biasanya tumbuh pada dasar batang. Pembentukan anakan padi terjadi secara bersusun mulai dari batang pokok yang menumbuhkan anakan pertama, anakan kedua tumbuh dari anakan pertama, anakan ketiga tumbuh pada buku anakan kedua dan seterusnya. Semua anakan memiliki bentuk yang serupa dan membentuk perakarannya sendiri (Luh, 1991).

  Secara umum padi dikatakan sudah siap untuk dipanen apabila bulir gabahnya sudah menguning hingga 80 persen dan tangkainya sudah menunduk.

  Tangkai padi dapat merunduk karena sarat dengan bulir gabah isi (bernas). Untuk lebih memastikan padi sudah siap dipanen dapat dilakukan dengan cara manual yaitu menekan bulir gabah, bulir yang sudah keras berisi menunjukkan siap untuk dipanen (Andoko, 2002).

  Padi dapat tumbuh pada iklim yang beragam, mulai dari daerah tropis hingga subtropis pada kisaran 45o LU dan 45o LS dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan musim hujan empat bulan. Di dataran rendah padi dapat tumbuh pada ketinggian 0 – 650 m dpl dengan kisaran temperatur rata-rata harian22 – 27 C sedangkan didataran tinggi tanaman padi masih dapat tumbuh pada ketinggian 650-1500 mdpl dengan kisaran temperatur rata-rata harian 19 –

  23 C. Tanaman padi dapat tumbuh baik di daerah yang bersuhu panas dan banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan adalah 200 mm per bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan. Curah hujan yang dikehendaki pertahun sekitar 1500-2000 mm (Warintek Kab. Bantul, 2008).

  Temperatur sangat mempengaruhi proses pengisian bulir padi. Hal ini berkaitan dengan mekanisme membuka dan menutupnya lemma dan palea pada saat pembuahan. Temperatur yang rendah yang disertai kelembaban tinggi pada waktu pembungaan akan mengganggu proses pembuahan dan dapat mengakibatkan gabah menjadi hampa. Hal ini terjadi karena bakal biji tidak membuka. Temperatur yang rendah pada saat tanaman padi memasuki fase bunting dapat menyebabkan rusaknya pollen dan menunda pembukaan tepung sari (Luh, 1991).

2.2. Faktor – Faktor Produksi

  Dalam bidang pertanian, produksi fisik dihasilkan oleh bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus, antara lain lahan,tenaga kerja, benih, pupuk,dan modal serta faktor produksi lainnya. Seorang produsen yang rasionil tentunya akan mengombinasikan faktor-faktor produksi sedemikian rupa untuk mencapai usahatani yang efisien (Mubyarto,1977).

  Menurut Prayitno (1987), ada empat sumberdaya yang merupakan faktor produksi penting dalamusahatani: (1) lahan, (2) tenaga kerja, (3) modal untuk pembelian input variabel, (4) ketrampilan manajemen petani

2.2.1. Luas Lahan

  Purnomo (2006), menyimpulkan bahwa, nilai kesetimbangan produksi- konsumsi mengalami penurunan karena faktor berkurangnya lahan sawah sehingga produksi padi menurun.

  Menurut Noer dan Agus (2007), luas areal tanam dan produksi per hektar perubahan luas areal tanam. Dalam penelitiannya, Noer dan Agus (2007) menyimpulkan bahwa peningkatan produksi sebagai akibat peningkatan jumlah areal tanam.

  Lains (1988), menunjukkan selama 1971- 1986 kenaikan luas lahan berkontribusi 41,3 persen terhadap pertumbuhan produksi. Luas lahan sangat mempengaruhi produksi, karena apabila luas lahan semakin luas maka penawaran beras akan semakin besar, sebaliknya apabila luas lahan semakin sempit maka produksi padi akan semakin sedikit. Jadi, hubungan luas lahan dengan produksi padi adalah positif.

2.2.2. Tenaga Kerja

  Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam proses produksi. “Production / operation cannot fuction without people. The

  

humanresources fuction is to recruitment train workers to fill

productionprocessaccording to the job design and skill assessment performed by

work-study analyst” (Ruch, Fearon dan Witers, 1992).

  Tenaga kerja mempunyai pengaruh yang nyata terhadap produksi padi (Zulkarnain, 2004).

  Menurut Indiarto (2006), faktor input tenaga kerja dengan nilai elastisitas sebesar 0,49 dapat diartikan bahwa untuk setiap tambahan penggunaan tenaga kerja sebesar 1 persen akan menaikkan produksi sebesar 0,49 persen

  2.2.3. Modal

  Menurut mubyarto (1994), modal adalah barang atau uangyang secara bersama – sama faktor produksi, lahan dan tenaga kerja menghasilkan barang yang baru yaitu output.

  Pentingnya peranan modal karena dapat membantu menghasilkan ketrampilan dan kecakapan pekerja juga menaikkan produktivitas produksi (Mubyarto, 1994).

  2.2.4. Benih

  Pengertianbibitataubenihsecaraumumadalah: jenisvarietastanaman yang di anggapbagusdengankriteriatertentuuntuk di tanamsertabisamenghasilkanproduksi yang baik di saatpanen (Sutopo, 2004).

  MenurutNugroho (2011), dengan penggunaan bibit padi yang baik, maka akan menghasilkan tanaman yang baik pula. Selain itu kelebihan penggunaan bibit bermutu adalah menghasilkan produksi padi yang tinggi.

  Menurut Noviyanto (2009), menyimpulkan bahwa penyebab utama rendahnya produktivitas tanaman padi sawah adalah rendahnya pengisian biji atau masih tingginya gabah hampa 24,2 – 28,2 persen

  Indiarto (2006), dalam tesisnya yang berjudul “Analisis Faktor- Faktor Produksi Padi di ASEAN menggunakan model Cobb-Douglas“, penggunaan benih padi varietas tinggi diperkirakan dapat meningkatkan produksi minimal 10 persen per hektar, namun program ini harus ditunjang oleh ketersediaan benih itu sendiri, mudahnya akses untuk mendapatkan benih tersebut dengan harga yang terjangkau oleh petani.

  2.2.5. Pupuk

  Pupukadalahsuatubahan yang mengandungsatuataulebihunsurhara bagitanaman. Bahantersebutberupa mineral atauorganik, dihasilkanolehkegiatanalamataudiolaholehmanusia di pabrik (Novizan, 2007).

  Tingkat produktifitasusahatanipadi pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh tingkat penerapan teknologinya, dan salah satu diantaranya adalah pemupukan.

  Pedoman tingkat penggunaan pupuk per satuan luas secara teknis telah dikeluarkan oleh Dinas Pertanian. Dengan penggunaan pupuk yang tidak sesuai dosis tersebut maka produtivitas per satuan lahan dapat menjadi berkurang, sehingga produksi beras mengalami penurunan. Oleh karena itu berapa dan dalam kondisi bagaimana faktor-faktor produksi digunakan, semuanya diputusakan dengan menganggap bahwa produsen selalu berusaha untuk mencapai keuntungan yang maksimum (Budiono, 2002).

  Pesatnya pertumbuhan produksi padi juga tidak terlepas dari dukungan penyediaan pupuk dan pestisida disertai kebijakan harga yang kondusif. Meskipun demikian, pemanfaatan pupuk dan pestisida kimiawi dalam jangka panjang dapat menurunkan tingkat kesuburan tanah, yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat produksi padi (Suparmoko, 2002)

  2.2.6. Pestisida

  Pestisida (Inggris : pesticide) berasal dari kata pest yang berarti hama dan

  

cide yang berarti mematikan/racun. Jadi pestisida adalah racun hama. Secara

  umumpestisida dapat didefenisikan sebagai bahan yang digunakan untuk mengendalikanpopulasi jasad yang dianggap sebagai pest (hama) yang secara

  Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan perkembangan/pertumbuhan dari hama, penyakit dan gulma (Sofia, 2001).

  Menurut Yuantari (2009) pestisida adalah zat atau campuran yang diharapkan sebagai pencegahan, menghancurkan atau pengawasan setiap hama termasuk vektor terhadap manusia dan penyakit pada binatang, tanaman yang tidak disukai dalam proses produksi.

2.3. Penerimaan

  Menurut Rahim dan Diah (2008), penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Sedangkan menurut Hernanto (1988), menyatakan bahwa penerimaan usahatani adalah penerimaan dari semua usahatani meliputi jumlah penambahan inventaris, nilai penjualan hasil, dan nilai yang dikonsumsi.

  Penerimaan usahatani merupakan total penerimaan dari kegiatan usahatani yang diterima pada akhir proses produksi. Penerimaan usahatani dapat pula diartikan sebagai keuntungan material yang diperoleh seorang petani atau bentuk imbalan jasa petani maupun keluarganya sebagai pengelola usahatani maupun akibat pemakaian barang modal yang dimilikinya.

  Penerimaan usahatani dipengaruhi oleh produksi fisik yang dihasilkan, dimana produksi fisik adalah hasil fisik yang diperoleh dalam suatu proses produksi dalam kegiatan usahatani selama satu musim tanam. Penerimaan usahatani akan meningkat jika produksi yang dihasilkan bertambah dan sebaliknya akan menurun bila produksi yang dihasilkan berkurang. Disamping itu, bertambah atau berkurangnya produksi juga dipengaruhi oleh tingkat penggunaan

2.4. Biaya

  Krista (2004) mendefinisikan, “Biaya sebagai nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh manfaat”.

  Biaya adalah nilai korbanan yang dikeluarkan untuk memperoleh hasil. Menurut kerangka waktu, biaya dapat dibedakan menjadi biaya jangka pendek dan biaya jangka panjang. Biaya jangka pendek terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost), sedangkan dalam jangka panjang semua biaya dianggap per diperhitungkan sebagai biaya variabel (Hernanto, 1988). Biaya usahatani akan dipengaruhi oleh jumlah pemakaian input, harga dari input, tenaga kerja, upah tenaga kerja, dan intensitas pengelolaan usahatani.

  Menurut Rahardja (2006) biaya – biaya tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut:

  1. Biaya tetap (fixed cost – FC) Biaya tetap merupakan biaya yang secara total tidak mengalami perubahan, walaupun ada perubahan volume produksi atau penjualan (dalam batas tertentu). Artinya biaya yang besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya kuantitas produksi yang dihasilkan. Yang termasuk biaya tetap seperti gaji yang dibayar tetap, sewa tanah, pajak tanah, alat dan mesin, bangunan ataupun bunga uang serta biaya tetap lainnya.

  2. Biaya variabel (variable cost – VC) Biaya variabel merupakan biaya yang secara total berubah-ubah sesuai dengan perubahan volume produksi atau penjualan. Artinya biaya variabel berubah menurut tinggi rendahnya ouput yang dihasilkan, atau tergantung kepada skala produksi yang dilakukan. Yang termasuk biaya variabel dalam usahatani seperti biaya bibit, biaya pupuk, biaya obat-obatan, serta termasuk ongkos tenaga kerja yang dibayar berdasarkan penghitungan volume produksi.

2.5. Pendapatan

  Pendapatan usahatani adalah total pendapatan bersih yang diperoleh dari seluruh aktivitas usahatani yang merupakan selisih antara total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan (Hadisapoetra,1985).

  Menurut Soekartawi, dkk. (1986) menguraikan dan membagi pendapatan usahatani menjadi dua, yaitu: pendapatan kotor usahatani (gross farm income) dan pendapatan bersih usahatani (net farm income). Pendapatan kotor usahatani yaitu nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu yang meliputi seluruh produk yang dihasilkan baik yang (1) dijual, (2) dikonsumsi rumah tangga petani, (3) digunakan dalam usahatani seperti untuk luas lahan, bibit, pupuk, tenaga kerja, modal dan lainnya, (4) digunakan untuk pembayaran, dan (5) untuk disimpan.

  Untuk menghitung nilai produk tersebut, harus dikalikan dengan harga pasar yang berlaku, yaitu harga jual bersih ditingkat petani.

  Sementara pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani. Pendapatan usahatani dipengaruhi oleh penerimaan usahatani dan biaya produksi. Pendapatan usahatani ditentukan oleh harga jual produk yang diterima ditingkat petani maupun harga- harga faktor produksi yang dikeluarkan petani sebagai biaya produksi. Jika harga produk atau harga faktor produksi berubah, maka pendapatan usahatani juga akan mengalami perubahan.

III. METODE PENELITIAN

  3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

  Penelitian ini akan dilaksanakan di Gampong Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat, yang dilaksanakan pada bulan September sampai November 2013. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive

  

sampling) . Pemilihan Gampong Beurawang dikarenakan Gampong tersebut

  lebihdari 70 persen masyarakatnya bekerja sebagai petani. Selain itu lokasi penelitian mudah dijangkau oleh peneliti sehingga memudahkan penelitian skripsi/tugas akhir ini.

  3.2. Populasi dan Sampel

  Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan Kepala Keluarga yang bekerja sebagai petani, jumlah Kepala Keluarga yang yang bekerja sebagai petani di Gampong Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat berjumlah 79 Kepala Keluarga.

  Sampel pada penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik simple

  

random sampling. Menurut Notoatmojo (2005), prosedur pengambilan sampel

  penelitian dan teknik pengambilan sampel ini adalah bahwa setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi menjadi sampel.

  Penentuan sampel secara simple random sampling dengan menggunakan rumus Vincent Gasper (2006) sebagai berikut: . − (1 − )

  =

  = 79. (1,96) − 0,5(1 − 0,5)

  79.0,1 + 1,96 . 0,5(1 − 0,5) =

  79. (3,8416). 0,25 79. (0,01) + (3,8416). 0,25

  = 75,8716

  1,7504 = 43,345292 = 43

  Dimana: n = besar sampel N = besar populasi Zc = nilai derajat kepercayaan 95% = 1,96 G = galat penduga = 0,1 P = proporsi dari populasi ditetapkan p = 0,5 Jadi, besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 43 Kepala Keluarga.

3.3. Metode Pengumpulan Data

3.3.1. Data Primer

  Data primer adalah data yang diperoleh langsung oleh peneliti dilokasi penelitian yang didapatkan dengan teknik wawancara kepada responden dalam penelitian ini adalah petani padisawah tadah hujan di Gampong Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat, dengan menggunakan daftar pertanyaan (quesioner) yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.

3.3.2. Data Skunder

  Data skunder adalah data yang dikumpulkan dan diolah langsung oleh pihak lain. Dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari beberapa instansi terkait seperti Dinas Pertanian, BPS, perpustakaan dan sebagainya.

3.4. Batasan Variabel Penelitian

  Dalam penelitian ini tidak semua variabel yang penulis teliti, adapun batasan – batasan variabel tersebut sebagai berikut: a) Pendapatan adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap orang dalam masyarakat. Pendapatan atau penghasilan petani padi tergantung dari banyaknya luas lahan yang dimiliki, dalam hal ini yang dimaksud pendapatan yang berasal dari pertanian padi diukur dalam satuan rupiah (Rp).

  b) Luas lahan adalah total luas tanah yang digunakan oleh petani untuk menanam padi diukur dalam satuan hektar (Ha) c) Tenaga kerja yang digunakan adalahpetani yang berasal dari anggota keluarga petani padi, yang diukur dengan satuan orang.

  d) Pupuk adalah jumlah pupuk yang digunakan dalam sekali panen.

  Pupuk yang digunakan dalam usahatani padi sawah tadah hujan adalah pupuk kimia yaitu pupuk NPK dan pupuk Urea, dengan dosis dan harga yang berbeda. Maka satuan yang digunakan adalah rupiah (Rp).

  e) Pestisida adalah obat yang digunakan untuk mengendalikan gulma maupun hama penyakit. Dalam usahatani padi ini hanya satu jenis pestisida yang digunakan yaitu herbisida Clipper yang diukur dalam

3.5. Metode Analisis Data

  X

  Analisis ini digunakan untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel X ( Luas Lahan, Tenaga Kerja, Pupuk, dan Pestisida) terhadap variabel Y

  2 )

  3.5.2. Koefisien Determinasi (R

  2 = Tenaga Kerja =

  X

  1 = Luas lahan b = Koefisien

  Data yang telah diperoleh dari lapangan diolah dan ditabulasikan kedalam bentuk tabulasi tabel sesuai dengan kebutuhan analisis. Rumus analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Regresi Linier Berganda. Regresi Linier Berganda adalah regresi yang digunakan untuk menganalisis lebih dari dua variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Alat analisis yang digunakan adalah softwere SPSS 17.

  3.5.1. Regresi Linier Berganda

  4

  a = Konstanta X

  3 = Pupuk

  X

  Dimana: Y = pendapatan

  Bentuk umum persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: Y = + X + X + X + X +

  Regresi linier berganda adalah analisis regresi yang menjelaskan hubungan antara peubah respon (variabel dependen) dengan faktor – faktor yang mempengaruhi lebih dari satu prediktor (variabel independen).

  = Pestisida

  2

  (tingkat pendapatan). Koefisien determinasi (r ) merupakan kuadrat dari nilai koefisien korelasi.

  Rumus koefisien determinasi menurutCut Husna (2011) adalah:

2 Kp = r x 100 %

  Dimana: Kp = Besarnya Koefisien Penentu (Determinasi) r = Koefisien Korelasi

3.5.3. Uji t ( Uji Koefisien Regrasi Secara Parsial)

  Uji t – statistik merupakan suatu pengujian parsial yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh koefisien regresi secara individu terhadap variabel lainnya konstan. Rumus uji t menurut Ruslan (2006) adalah:

  √n − r t = √1 − r

  Dimana: t = Uji Parsial n = Jumlah Sampel r = Koefisien Korelasi

  Langkah – langkah Uji t adalah sebagai berikut: 1) Menentukan hipotesis

  Ho : bi = 0, berarti faktor produksi (Luas lahan,Tenaga kerja, Pupuk, dan Pestisida) secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani padi sawah tadah hujan di Desa

  H1 : bi ≠0, berarti faktor produksi (Luas lahan,Tenaga kerja, Pupuk, dan Pestisida) secara parsialberpengaruh nyata terhadap pendapatan petani padi sawah tadah hujan di Desa Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat

  2) Menentukan tingkat signifikan, dalam penelitian ini penulis menggunakan tingkat signifikan 0,05 3) Menentukan t hitung t hitung diperoleh berdasarkan hasil output dari SPSS 4) Menentukan t tabel

  Tabel distribusi t dicari pada α = 5 persen : 2,5 persen (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 43-4-1 = 38 (n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel independen). Dengan pengujian 2 sisi (signifikan = 0,025) hasil diperoleh untuk t tabel sebesar 2,024 (Lampiran 4)

  5) Kriteria pengujian Ho terima jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel Ho ditolak jika –t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel

  6) Membandingkan t hitung dengan t tabel 7) Kesimpulan.

3.5.4. Uji F ( Uji Koefisien Regrasi Secara Bersama - Sama)

  Uji F dilakukan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama – sama. Dengan rumus sebagai berikut: R /k

  Fhit = (1 − R )/(n − k − 1) Dimana:

2 R = Koefisien Determinasi

  n = Jumlah Sampel k = Banyaknya variabel Bebas Langkah –langkah uji F adalah sebagai berikut:

  1) Menentukan hipotesis Ho : bi = 0, berarti faktor produksi (Luas lahan,Tenaga kerja, Pupuk, dan

  Pestisida) secara bersama- sama tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani padi sawah tadah hujan di Desa Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat

  H1 : bi ≠ 0, berarti faktor produksi (Luas lahan,Tenaga kerja, Pupuk, dan Pestisida) secara bersama- sama berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani padi sawah tadah hujan di Desa Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat

  2) Menentukan tingkat signifikan, dalam penelitian ini penulis menggunakan tingkat signifikan 0,05 3) Menentukan F hitung

  F hitung diperoleh berdasarkan hasil output dari SPSS 4) Menentukan F tabel

  Dengan menggunakan tingkat keyakinan 95 persen, α = 5 persen, df 1 (jumlah variabel – 1) atau 5 – 1 = 4 dan df 2 (n-k-1) atau 43-4-1 = 38 (n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel independen). Hasil diperoleh 2,619. (Lampiran 5)

  5) Kriteria pengujian Ho diterima bila F hitung ≤ F tabel - Ho ditolak bila F hitung > F tabel -

  6) Membandingkan F hitung dengan F tabel 7) Kesimpulan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

  4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

  4.1.1. Luas dan Batas Wilayah

  Kecamatan Bubon merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Aceh Barat yang terdiri atas 17 gampong, salah satunya adalah GampongBeurawang. GampongBeurawang memiliki luas wilayah 209hektar.

  Secara keseluruhan, Gampong Beurawang terbagi dalam 3 dusun antara lain Dusun Alue Sungai Pinang, Dusun Rimba Jaya, dan Dusun Kumbang Senang.

  Jarak dari Ibukota Kabupaten Aceh Barat (Meulaboh) adalah 24Km denganwaktu tempuh lebih kurang 60 menit dan jarak Ibukota Kecamatan Bubon (Banda Layung) adalah 2 Km denganwaktu tempuh lebih kurang10 menit.

  Secara administratif, Gampong Beurawang mempunyai batas-batas wilayah sebagaiberikut : Sebelah Utara berbatasan dengan GampongKuta padang - Sebelah Selatan berbatasan dengan GampongPange - Sebelah Timur berbatasan dengan GampongRambung - Sebelah Barat berbatasan dengan hutan -

  4.1.2. Keadaan Penduduk

  Berdasarkan data dari KeuchikGampong Beurawang menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Gampong Beurawang adalah 479 jiwa pada tahun 2012, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 113 KK. Berdasarkan jenis kelamin, penduduk laki-laki berjumlah sebanyak 232 jiwa (48,43 persen) dan penduduk

  27 perempuan sebanyak 247 jiwa (51,56 persen). Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 4.1.berikut ini :

  

Tabel 4.1.Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian diGampong

Beurawang, Kecamatan Bubon, Kabupaten Aceh Barat Tahun 2012.

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah Jumlah Penduduk

penduduk (Persen)

  (Jiwa)

  1 Pertanian 337 70,35

  2 PNS / ABRI 16 3,34

  3 Wiraswasta 29 6,05

  4 Tukang 10 2,08

  5 Dagang 9 1,87

  6 Lainnya 6 1,25

  7 Tidak bekerja 72 15,03

  Jumlah 479 100 Sumbe r :Data primer, diolah 2013.

  Berdasarkan Tabel 4.1. dapat diketahui bahwa sebanyak 337 jiwa atau70,35persenmasyarakat GampongBeurawang bekerja pada sektor Pertanian,yang bekerja sebagai PNS/ABRI adalah 16 jiwa atau 3,34 persen, yang bekerja sebagai wiraswasta adalah 29 jiwa atau 6,05 persen , yang bekerja sebagaitukang adalah 10 jiwa atau 2,08 persen, yang bekerja sebagai pedagang adalah 9 jiwa atau 1,87 , dan yang bekerja pada sektor lainnya (misalnya pensiunan, buruh, dan lain-lain) adalah 6 orang atau 1, 25 persen, serta yang tidak bekerja ( bayi, masih sekolah, dan lain-lain) adalah 72 jiwa atau 15,03 persen.

4.1.3. Penggunaan Lahan

  Luas wilayah GampongBeurawang menurut jenis penggunaan tanah dibagi menjadiareal pemukiman,areal persawahan, areal perkebunan, areal hutan, areal lahan lainnya.Untuk lebih terperinci dapat dilihat pada Tabel 4.2.berikut:

  28

  Tabel 4.2.Penggunaan Lahan di GampongBeurawang, Kecamatan Bubon, Kabupaten Aceh Barat Tahun 2012

No Uraian Luas (Ha) Persentase

(%)

  1 Areal bangunan (pemukiman, sarana 73 34,92 ibadah, sarana pendidikan)

  2 Areal persawahan 50 23,92

  3 Areal perkebunan 30 14,35

  4 Areal hutan 47 22,48

  5 Areal lahan lainnya 9 4,30

  Jumlah 209 100 Sumber : Data Primer, diolah 2013.

  Dari Tabel 4.2. diketahui bahwa di GampongBeurawang penggunaan tanah yangpaling luas adalah untuk lahan bangunan yaitu 73 Ha yaitu 34,92 persen, lahan persawahan 50 Ha yaitu 23,92 persen,lahan hutan 47 Ha yaitu 22,48 persen, lahan perkebunan 30 Ha yaitu14,35 persen, dan lahan lainnya9 Ha yaitu 4,30 persen.

4.2. Karakteristik Responden

  Adapun karakteristik responden dibagi menurut kategori umur/usia, tingkat pendidikan, luas lahan, status kepemilikan lahan, tenaga kerja, pupuk, dan pestisida dalam mengelola usahatani padi sawah tadah hujan di Gampong Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat.

4.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

  Karakteristik responden berdasarkan tingkat umur petani padi sawah tadah hujan di Gampong Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.3. dibawah ini.

  29

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Umur Petani Padi Sawah Tadah Hujan di Gampong Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat Tahun 2012

  

No Umur (Tahun) Frekuensi (Orang) Persentase (%)

  1 < 20 4 9,30 2 21 – 30 11 25,58 3 31 – 40

  8 18,60 4 41 – 50 7 16,27 5 51 – 60

  10 23,25 6 > 61 3 6,97

  Total 43 100 Sumber : Data Primer, diolah, 2013

  Dari data Tabel 4.3. diatas dapat dilihat petani padi sawah tadah hujan di Gampong Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah berada pada interval umur dibawah 20 tahun sebanyak 4 orang atau 9,30 persen, interval umur 21 – 30 tahun sebanyak 11 orang atau 25,58 persen, interval umur 31 – 40 tahun sebanyak 8 orang atau 18,60 persen, interval umur 41 – 50 tahun sebanyak 7 orang atau 16,27 persen, interval umur 51 – 60 tahun sebanyak 10 orang atau 23,25 persen. Diikuti dengan jumlah sampel terkecil interval umur diatas 61 tahun sebanyak 3 orang atau 6,97 persen.

4.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

  Pendidikan petani sangat erat hubungannya dengan kemampuan petani dalam mengadopsi teknologi baru yang dapat menunjang peningkatan optimasi penggunaan input dalam usahataninya. Pendidikan petani yangsemakin tinggi membuat petani lebih mudah dalam mengadopsi teknologi yang diperoleh dari penyuluh – penyuluh pertanian yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan

  30 Adapun tingkat pendidikan petani sawah tadah hujan di Gampong

  Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat sangat bervariasi dari tingkat Tidak Sekolah, SD, SLTP, dan SMU. Data distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan petani padi sawah tadah hujan di Gampong Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat dapat dilihat pada Tabel 4.4. dibawah ini.

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Petani Padi Sawah Tadah Hujan di Gampong Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat Tahun 2012

  

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase

(Orang) (%)

  1 Tidak Sekolah 7 16,27

  2 Tamat SD 16 37,20

  3 Tamat SLTP 11 25,58

  4 Tamat SMU 9 20,93

  Total 43 100

  Sumber : Data Primer, diolah, 2013

  Dari Tabel 4.4. diatas dapat dilihat petani padi sawah tadah hujan di Gampong Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat didominasi oleh lulusan Sekolah Dasar (SD), yaitu 16 orang atau 37,20 persen. Lulusan dari Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) merupakan tingkat pendidikan mayoritas kedua dari responden penelitian, yaitu 11 orang atau 25,58 persen.

  Mayoritas berikutnya adalah responden dengan tingkat pendidikan Sekolah Menengah Umum (SMU) yaitu 9 orang atau 20,93 persen. Responden penelitian yang paling sedikit adalah yang memiliki tingkat pendidikan Tidak Sekolah yaitu 7 orang atau 16,27 persen.

  31

4.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Lahan

  Lahan merupakan salah satu faktor penting dalam mekakukan suatu usahatani. Luas lahan petani padi sawah tadah hujan di Gampong Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat dibagikan dalam 3 kategori yaitu < 0,5 hektar, 0,5 sampai 1 hektar, dan > 1 hektar. Data luas lahan petani padi sawah tadah hujan di Gampong Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat disajikan dalam Tabel 4.5. dibawah ini.

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Luas Lahan Petani Padi Sawah Tadah Hujan di Gampong Beurawang Kecamatan

  Bubon Kabupaten Aceh Barat Tahun 2012

No Kategori Lahan Jumlah Sampel Persentase Sampel

(Ha) (Orang) (%)

  1 < 0,5 8 16,27 2 0,5 – 1 26 62,79 3 > 1

  9 20,93

  Total 43 100 Sumber : Data Primer, diolah, 2013

  Dari Tabel 4.5. diatas dapat dilihat luas lahan yang dimiliki oleh petani padi sawah tadah hujan di Gampong Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat bervariasi dari < 0,5 Ha hingga > 1 Ha. Diketahui bahwa mayoritas petani padi sawah tadah hujan memiliki lahan berada pada interval 0,5 – 1 Ha, yaitu 26 orang responden atau 62,79 persen. Mayoritas kedua berada pada interval luas lahan > 1 Ha, yaitu 9 orang atau 20,93 persen. Responden yang paling sedikit adalah interval luas lahan < 0,5 Ha, yaitu 8 orang atau 16,27 persen.

  32

4.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan

  Karakteristik responden berdasarkan status kepemilikan lahan petani padi sawah tadah hujan di Gampong Beurawang Kecamatan Bubon Kabupaten Aceh Barat tahun 2012 adalah 100 persen milik sendiri.

4.3. Tingkat Pendapatan Petani Padi Sawah Tadah Hujan dan Variabel yang Mempengaruhinya.

  Komposisi tingkat – pendapatan serta faktor faktor yang mempengaruhinya dapat dilihat pada Tabel 4.6. berikut ini.

Tabel 4.6. Komposisi Tingkat Pendapatan Petani Padi Sawah Tadah Hujan dan Variabel yang Mempengaruhinya.

  

No Variabel Sampel Minimum Maksimum

(Orang)

  1 Pendapatan (Rp) 43 3.596.400 21.778.200

  2

  2 Luas lahan (M ) 43 1.800 11.900

  3 Tenaga Kerja (Orang)

  43

  2

  7

  4 Pupuk (Rp) 43 80.000 565.000

  5 Pestisida (ml) 43 120 1.000

  Sumber : Data Primer, diolah, 2013