Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi Dengan Padi Sawah Sistem Tadah Hujan (Studi Kasus : Desa Bakaran Batu Dan Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang)

ANALISIS KOMPARASI USAHATANI PADI SAWAH SISTEM IRIGASI DENGAN PADI SAWAH SISTEM TADAH HUJAN
(Studi kasus : Desa Bakaran Batu dan Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang)
SKRIPSI
OLEH : ARPAN DALIMUNTHE
070309009 PKP
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

ANALISIS KOMPARASI USAHATANI PADI SAWAH SISTEM IRIGASI DENGAN PADI SAWAH SISTEM TADAH HUJAN
(Studi kasus : Desa Bakaran Batu dan Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

OLEH :
ARPAN DALIMUNTHE 070309009 PKP

Skripsi Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing


Ketua

Anggota

(Ir.Hj.Lily Fauzia, M.Si) NIP : 19630822 198803 2 003

(Ir.H.M.Roem.S, M.Si) NIP : 19550918 198202 1 001

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

ABSTRAK
ARPAN DALIMUNTHE (070309009) dengan judul penelitian Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi Dengan Padi Sawah Sistem Tadah Hujan (Studi kasus : Desa Bakaran Batu dan Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang). Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Ir.H.Lily Fauzia, M.Si dan Bapak Ir.H.M.Roem, M.Si.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengelolaan uasahtani padi sawah sistem irigasi dengan sistem tadah hujan, untuk mengetahui apakah ada perbedaan biaya usahatani padi sawah sistem irigasi dengan sistem tadah hujan, untuk mengetahui apakah ada perbedaan produksi, produktivitas, penerimaan dan pendapatan antara usahatani padi sawah sistem irigasi dengan sistem tadah hujan, untuk mengetahui apakah ada masalah-masalah yang dihadapi dalam mengelola usahatani padi sawah sistem irigasi dengan sistem tadah hujan,untuk mengetahui apa upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapai petani padi sawah sistem irigasi dengan sistem tadah hujan di daerah penelitian.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk Daerah penelitian ditentukan secara purposive, untuk metode penentuan sampel digunakan metode proportionated stratified random sampling (pengambilan sampel secara acak) berdasarkan strata luas lahan. Penentuan sampel dibedakan sesuai dengan daerah penelitian. Sampel petani yang menerapkan usahatani padi sawah sistem irigasi diambil dari Kelurahan Paluh Kemiri dan petani yang menerapkan usahatani padi sawah sistem tadah hujan diambil dari Desa Bakaran Batu. Populasi sampel di Kelurahan Paluh Kemiri adalah 256 KK dan Desa Bakaran Batu adalah 247 KK kemudian dari masingmasing daerah diambil 15 sampel sehingga sampel dalam penelitian ini adalah 30 KK. Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif dan analisis uji-t.
Dari hasil penelitian diperoleh; Terdapat perbedaan tahapan-tahapan pengelolaan usahatani antara petani padi sawah sistem irigasi dengan sistem tadah hujan; terdapat perbedaan biaya produksi usahatani antara petani padi sawah sistem irigasi dengan sistem tadah hujan. Terdapat perbedaan Produksi, produktivitas, penerimaan, dan pendapatan usahatani antara petani padi sawah sistem irigasi lebih tinggi dibandingkan sistem tadah hujan; Masalah yang dihadapi petani sistem irigasi seperti masalah hama, sedangkan sistem tadah hujan seperti masalahair dan hama; Upaya mengatasi masalah sistem irigasi seperti dengan pemberian racun, sedangkan sistem tadah hujan seperti menggunakan sumur bor dan pemberian racun.
Kata Kunci: Analisis Komparasi, Padi Sawah Irigasi, Padi Sawah Tadah Hujan.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


RIWAYAT HIDUP
Arpan Dalimunthe, lahir di Siborangan pada Tanggal 05 Februari 1988, sebagai anak yang ke 13 dari 13 bersaudara, anak dari Bapak Saloan Dalimunthe (Alm) dan Ibu Marni.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut : 1. Tahun 1995 masuk Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 142847 Siborangan , dan
lulus SD pada Tahun 2001. 2. Tahun 2001 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di Madrasah
Tsanawiyah Swasata Darul Mursyid Simanosor Julu, dan lulus Mtss pada Tahun 2004. 3. Tahun 2004 masuk Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Swasta UISU Medan, dan lulus SMA pada Tahun 2007. 4. Tahun 2007, diterima di Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, melalui jalur Pemandu Minat dan Kemampuan (PMDK). 5. Tanggal 27 Juni-27 Juli 2011 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Sei Suka Kecamatan Talaei Kabupaten Batubara. 6. Bulan Agustus 2011-Maret 2012 melaksanakan penelitian skripsi di Desa Bakaran Batu Dan Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Deli Serdang.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, hidayah, serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Judul skripsi ini adalah “Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi Dengan Padi Sawah Sistem Tadah Hujan (Studi kasus : Desa Bakaran Batu dan Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang)”. Adapun tujuan penulisan skripssi ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengelolaan uasahtani padi sawah sistem irigasi dengan padi sawah sistem tadah hujan, untuk mengetahui apakah ada perbedaan biaya usahatani padi sawah sistem irigasi dengan padi sawah sistem tadah hujan, untuk mengetahui apakah ada perbedaan produksi, prodiktivitas usahatani,penerimaan dan pendapatan antara usahatani padi sawah sistem irigasi dengan padi sawah sistem tadah hujan, untuk mengetahui apakah ada masalah-masalah yang dihadapi dalam mengelola usahatani padi sawah sistem irigasi dengan padi sawah sistem tadah hujan,untuk mengetahui apa upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapai petani padi sawah sistem irigasi dengan padi sawah sistem tadah hujan di daerah penelitian.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Ir.Hj.Lily Fauzia, M.Si, selaku ketua pembimbing skripsi dan kepada
Bapak Ir.H.M.Roem. S, M.Si, selaku anggota pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

2. Ibu Dr. Ir. Salmiah MS. dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara, M.Ec, selaku ketua dan sekretaris program studi Agribisnis FP USU
3. Seluruh staff pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis 4. Ibunda tercinta Marni Ritonga selaku orang tua penulis yang telah
memberikan dukungan dan motivasi yang sangat luar biasa kepada penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk
itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang besifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Medan, Maret 2012 Penulis

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ...................................................................................................... i RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ ii KATA PENGANTAR.................................................................................... iii DAFTAR ISI................................................................................................... v DAFTAR TABEL........................................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix

PENDAHULUAN........................................................................................... Latar Belakang .......................................................................................... Identifikasi Masalah.................................................................................. Tujuan Penelitian ...................................................................................... Kegunaan Penelitian .................................................................................

1 1 6 6 7

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN .........................................................................
Tinjauan Pustaka....................................................................................... Landasan Teori.......................................................................................... Kerangka Pemikiran.................................................................................. Hipotesis Penelitian ..................................................................................

8 8 13 18 21

METODE PENELITIAN .............................................................................. Metode Penentuan Daerah Penelitian ....................................................... Metode Pengambilan Sampel ................................................................... Metode Pengumpulan Data....................................................................... Metode Analisis Data................................................................................ Defenisi dan Batasan Operasional ............................................................ Defenisi ............................................................................................. Batasan Operasional...........................................................................

22 22 22 23 24 28 28 29


DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN ........................................................ Deskripsi Wilayah Kelurahan Paluh Kemiri............................................. Luas dan Kondisi Geografis............................................................... Tata Guna Lahan Kelurahan Paluh Kemiri........................................ Keadaan Penduduk............................................................................. Keadaan Sarana dan Prasarana .......................................................... Deskripsi Wilayah Desa Bakaran Batu..................................................... Luas dan Kondisi Geografis............................................................... Keadaan Penduduk............................................................................. Keadaan Sarana dan Prasarana ..........................................................

30 30 30 31 31 32 33 33 34 34

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... Perbedaan Tahap-Tahap Pengelolaan Lahan Antara Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi Dengan Usahatani Sistem Tadah Hujan................. Tahapan-Tahapan Pengelolaan Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi ................................................................................................. Tahapan-Tahapan Pengelolaan Usahatani Padi Sawah Sistem Tadah Hujan.......................................................................................

36 36 36 43

Perbedaan Biaya Produksi Antara Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi Dengan Sistem Tadah Hujan..................................................................... 50

Perbedaan Produksi Usahatani Padi Sawah Petani Sitem Irigasi Dengan Sistem Tadah Hujan..................................................................... 55

Perbedaan Produktivitas Usahatani padi Sawah Petani Sistem Irigasi dan Petani Sistem Tadah Hujan ................................................................ 57

Perbedaan Penerimaan Usahatani padi Sawah Petani Sistem Irigasi dan Petani Sistem Tadah Hujan ................................................................ 58

Perbedaan Pendapatan Usahatani Padi Sawah Petani Sistem Irigasi dan Petani Sistem Tadah Hujan ................................................................ 60


Masalah-Masalah Yang Dihadapi Petani Dalam Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi Dan Padi sawah Sistem Tadah Hujan ................................
Masalah-Masalah Yang Dihadapi Petani Dalam Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi Tadah Hujan .................................................... Masalah-Masalah Yang Dihadapi Petani Dalam Usahatani Padi Sawah Sistem Tadah Hujan ...............................................................

62 62 63

Upaya-Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Masalah-Masalah Yang Dihadapi Petani Padi Sawah Sistem Irigasi Dan Padi Sawah Tadah Hujan..............................................................................................
Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Masalah-Masalah Yang Dihadapi Petani Padi Sawah Sistem Irigasi ....................................... Upaya-Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Masalah-Masalah Yang Dihadapi Petani Padi Sawah Sistem Tadah Hujan...................

64 64 64

KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 66 Kesimpulan ............................................................................................... 66 Saran ......................................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

DAFTAR TABEL


No. Judul

Hal

1. Luas Lahan Sawah Irigasi dan Sawah Tadah Hujan............................

22

2. Distribusi Populasi, Sampel, dan Strata Luas Lahan.............................. 23

3. Tata Guna Lahan Menurut Penggunaannya di Kelurahan Paluh Kemiri Tahun 2010.................................................. 31

4. Ditribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan Paluh Kemiri Tahun 2010....................................................................... 31

5. Sarana Peribadatan Kelurahan Paluh Kemiri Tahun 2010...................... 32

6. Sarana Kesehatan Kelurahan Paluh Kemiri Tahun 2010...................... 32

7. Sarana Pendidikan Kelurahan Paluh Kemiri Tahun 2010..................... 33


8. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Desa Bakaran Batu Tahun 2010........................................................ 34

9. Sarana Pendidikan Desa Bakaran Batu Tahun 2010.............................. 34

10. Sarana Peribadatan Desa Bakaran Batu Tahun 2010...........................

35

11. Sarana Kesehatan Desa Bakaran Batu Tahun 2010.............................

35

12. Perbedaan Tahapan Pengelolaan Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi Dan Sistem Tadah Hujan............................................................

49

13. Perbedaan Rata-Rata Biaya Produksi Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi dan Tadah Hujan Per Petani Per Hektar Per Musim Tanam 2011.......................................................................................................

51


14. Hasil Analisis Perbedaan Rata-Rata Total Biaya Produksi Antara Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi Dengan Sistem Tadah Hujan......

54

15. Perbedaan Rata-Rata Produksi Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi Dengan Sitem Tadah Hujan Per Hektar Per Musim Tanam.................

55

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

16. Hasil Analisis Perbedaan Rata-Rata Produksi Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi Dengan Sitem Tadah Hujan Per Hektar Per Musim Tanam....................................................................................................

56

17. Perbedaan Rata-Rata Produktivits Usahatani Padi Sawah Petani Sistem Irigasi Dengan Sistem Tadah Hujan Per Hekter Per Musim Tanam......... 57

18. Hasil Analisis Perbedaan Rata-Rata Produktivitas Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi Dengan Sitem Tadah Hujan Per Hektar Per Musim Tanam....................................................................................................... 58

19. Perbedaan Rata-Rata Penerimaan Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi Dengan Sitem Tadah Hujan Per Petani Per Hektar Per Musim Tanam..... 59


20. Hasil Analisis Perbedaan Penerimaan Usahatani Padi Sawah Petani Sistem Irigasi dan Sistem Tadah Hujan................................................... 60

21. Perbedaan Rata-Rata Pendapatan Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi Dengan Sitem Tadah Hujan Per Hektar Per Musim Tanam.... 61

22. Hasil Analisis Perbedaan Pendapatan Usahatani Padi Sawah Petani Sistem Irigasi dan Sistem Tadah Hujan................................................... 62

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1a. Biaya sarana produksi benih petani padi sawah sistem irigasi per petani per musim tanam
2. Lampiran 1b.Biaya produksi Benih petani padi sawah sistem tadah hujan per petani per musim tanam
3. Lampiran 1ab. Total biaya saran produksi benih petani padi sawah sistem irigasi per hektar per petani per musim tanam
4. Lampiran 1bc. Total biaya saran produksi benih petani padi sawah sistem tadah hujan per hektar per petani per musim tanam
5. Lampiran 2a. Biaya sarana produksi pupuk petani padi sawah sistem irigasi per petani per musim tanam
6. Lampiran 2b. Biaya saran produksi pupuk petani padi sawah sistem tadah hujan per petani
7. Lampiran 2ab. Total biaya sarana produksi pupuk petani padi sawah sistem irigasi per hektar per petani per musim tanam
8. Lampiran 2bc. Total biaya sarana produksi pupuk petani padi sawah sistem tadah hujan per hektar per petani per musim tanam
9. Lampiran 3a. Biaya sarana produksi pestisida petani padi sawah sistem irigasi per petani per musim tanam
10. Lampiran 3b. Biaya sarana produksi pestisida petani padi sawah sistem tadah hujan per petani per musim tanam

11. Sambungan 1 dan 2 Lampiran 3b. Biaya sarana produksi pestisida per petani
12. Lampiran 3ab. Total biaya pestisida petani padi sawah sistem irigasi per hektar per petani permusim tanam
13. Lampiran 3bc. Total biaya pestisida petani padi sawah sistem tadah hujan per hektar per petani permusim tanam
14. Lampiran 4a. Biaya tenaga kerja dalam keluarga petani padi sawah sistem irigasi per petani per musim tanam
15. Lampiran 4b. Biaya tenaga kerja dalam keluarga petani padi sawah sistem tadah hujan per petani per nusim tanam
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

16. Lampiran 4ab. Biaya enaga kerja luar keluarga petani padi sawah sistem irigasi per petani per musim tanam
17. Lampiran 4bc. Biaya tenaga kerja luar keluarga petani padi sawah sistem tadah hujan per petani per musim tanam
18. Lapiran 5a. Total biaya tenaga kerja petani padi sawah sistem irigasi per petani per musim tanam
19. Lampiran 5b. Total biaya tenaga kerja petani padi sawah sistem tadah hujan per petani per musim tanam
20. Lampiran 5ab. Total biaya tenaga kerja petani padi sawah sistem irigasi per hektar per petani per musim tanam
21. Lampiran 5bc. Total biaya tenaga kerja petani padi sawah sistem tadah hujan per hektar per petani per musim tanam
22. Lampiran 6a. Biaya penyusutan alat petani padi sawah sistem irigasi per petani per musim tanam
23. Lampiran 6b. Biaya penyusutan alat petani padi sawah sistem tadah hujan per petani per musim tanam
24. Lampiran 6ab. Total biaya penyusutan alat petani padi sawah sistem irigasi per hektar per per musim tanam
25. Lampiran 6bc. Total biaya penyusutan alat petani padi sawah sistem tadah hujan per hektar per per musim tanam
26. Lampiran 7a. Total Biaya lain-lain petani padi sawah sistem irigasi per petani per musim tanam
27. Lampiran 7b. Total Biaya lain-lain petani padi sawah sistem tadah hujan per petani per musim tanam
28. Lampiran 7ab. Total biaya lain-lain petani padi sawah sistem irigasi per hektar per musim tanam

29. Lampiran 7bc. Total biaya lain-lain petani padi sawah sistem tadah hujan per hektar per musim tanam
30. Lampiran 8a. Produksi, produktivitas usahatani petani padi sawah sistem irigasi per petani per hektar per musim tanam
31. Lampiran 8b. Produksi, produktivitas usahatani petani padi sawah sistem tadah hujan per petani per hektar per musim tanam
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

32. Lampiran 9a. Penerimaan usahatani petani padi sawah sistem irigasi per petani per musim tanam
33. Lampiran 9b. Penerimaan usahatani petani padi sawah sistem tadah hujan per petani per musim tanam
34. Lampiran 9ab. Total penerimaan petani padi sawah sistem irigasi per hektar per petani per musim tanam
35. Lampiran 9bc. Total penerimaan petani padi sawah sistem tadah hujan per hektar per petani per musim tanam
36. Lampiran 10a. Biaya pengairan petani padi sawah sistem tadah hujan per petani per musim tanam
37. Lampiran 10ab. Total biaya pengairan petani padi sawah sistem tadah hujan per hektar per petani per musim tanam
38. Lampiran 11a. Total biaya produksi petani padi sawah sistem irigasi per petani per musim tanam
39. Lampiran 11b. Total biaya produksi petani padi sawah sistem tadah hujan per petani per musim tanam
40. Lampiran 11ab. Total biaya produksi petani padi sawah sistem irigasi per hektar per petani per musim tanam
41. Lampiran 11bc. Total biaya produksi petani padi sawah sistem tadah hujan per hektar per petani per musim tanam
42. Lampiran 12a. Pendapatan petani padi padi sawah sistem irigasi per petani per musim tanam
43. Lampiran 12b. Pendapatan petani padi sawah sistem tadah hujan per petani per musim tanam
44. Lampiran 12ab. Total pendapatan petani padi sawah sistem irigasi per hektar per petani per musim tanam
45. Lampiran 12bc. Total pendapatan petani padi sawah sistem tadah hujan per hektar per petani per musim tanam
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

ABSTRAK
ARPAN DALIMUNTHE (070309009) dengan judul penelitian Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi Dengan Padi Sawah Sistem Tadah Hujan (Studi kasus : Desa Bakaran Batu dan Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang). Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Ir.H.Lily Fauzia, M.Si dan Bapak Ir.H.M.Roem, M.Si.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengelolaan uasahtani padi sawah sistem irigasi dengan sistem tadah hujan, untuk mengetahui apakah ada perbedaan biaya usahatani padi sawah sistem irigasi dengan sistem tadah hujan, untuk mengetahui apakah ada perbedaan produksi, produktivitas, penerimaan dan pendapatan antara usahatani padi sawah sistem irigasi dengan sistem tadah hujan, untuk mengetahui apakah ada masalah-masalah yang dihadapi dalam mengelola usahatani padi sawah sistem irigasi dengan sistem tadah hujan,untuk mengetahui apa upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapai petani padi sawah sistem irigasi dengan sistem tadah hujan di daerah penelitian.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk Daerah penelitian ditentukan secara purposive, untuk metode penentuan sampel digunakan metode proportionated stratified random sampling (pengambilan sampel secara acak) berdasarkan strata luas lahan. Penentuan sampel dibedakan sesuai dengan daerah penelitian. Sampel petani yang menerapkan usahatani padi sawah sistem irigasi diambil dari Kelurahan Paluh Kemiri dan petani yang menerapkan usahatani padi sawah sistem tadah hujan diambil dari Desa Bakaran Batu. Populasi sampel di Kelurahan Paluh Kemiri adalah 256 KK dan Desa Bakaran Batu adalah 247 KK kemudian dari masingmasing daerah diambil 15 sampel sehingga sampel dalam penelitian ini adalah 30 KK. Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif dan analisis uji-t.
Dari hasil penelitian diperoleh; Terdapat perbedaan tahapan-tahapan pengelolaan usahatani antara petani padi sawah sistem irigasi dengan sistem tadah hujan; terdapat perbedaan biaya produksi usahatani antara petani padi sawah sistem irigasi dengan sistem tadah hujan. Terdapat perbedaan Produksi, produktivitas, penerimaan, dan pendapatan usahatani antara petani padi sawah sistem irigasi lebih tinggi dibandingkan sistem tadah hujan; Masalah yang dihadapi petani sistem irigasi seperti masalah hama, sedangkan sistem tadah hujan seperti masalahair dan hama; Upaya mengatasi masalah sistem irigasi seperti dengan pemberian racun, sedangkan sistem tadah hujan seperti menggunakan sumur bor dan pemberian racun.
Kata Kunci: Analisis Komparasi, Padi Sawah Irigasi, Padi Sawah Tadah Hujan.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertanian merupakan sektor yang paling penting bagi Bangsa Indonesia. Pertanian merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat Indonesia. Sampai saat ini sektor pertanian sebagai salah satu sektor andalan bagi perekonomian negara kita. Namun, pada umumnya usaha pertanian masih dilakukan secara tradisional, dikerjakan pada lahan-lahan yang sempit dan pemanfaatan lahannya tidak optimal, sehingga hasilnya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya itu sendiri, bahkan kadang-kadang tidak mencukupi (Ekstensi, 2003).
Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting karena bertujuan selain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, juga merupakan sektor andalan penyumbang devisa negara dari sektor non migas. Besarnya kesempatan kerja yang dapat diserap dan besarnya jumlah penduduk yang masih bergantung pada sektor ini masih perlu terus ditumbuh kembangkan. Dibalik peranan sektor pertanian yang semakin penting, keadaan sumber daya manusia yang berada disektor ini masih memprihatinkan karena sebagian besar masih tergolong berkualitas rendah. Sekitar 69% penduduk yang berada di sektor ini tergolong miskin, diantaranya 82% berada di pedesaan (Noor, 1996).
Sektor pertanian dengan produksi berbagai komoditas bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan nasional, telah mnunjukkan kontribusi yang
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

sangat signifikan. Kebutuhan pangan akan terus meningkat dalam jumlah, keragaman, dan mutunya, seiring dengan perkembangan populasi kualitas hidup masyarakat. Jumlah penduduk Indonesia yang cukup besar, sekitar 204 jiwa dan terus bertambah 1,6% per tahun, membutuhkan ketersediaan pangan yang cukup besar, yang tentunya akan memerlukan upaya dan sumber daya yang besar untuk memenuhinya (Suryana, 2003).
Untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi pedesaan, strategi pembangunan pedesaan haruslah berbasiskan pertanian. Agar kesempatan berusaha, kesempatan kerja, dan penciptaan nilai tambah di pedesaan dapt ditingkatkan. Basis pembangunan pertanian pedesaan diperluas pada kegiatankegiatan yang mempunyai keterkaitan yang erat dengan pertanian. Strategi pembangunan pedesaan ini dapat disebut dengan pendekatan pembangunan sistem agribisnis. Tampaknya pendekatan ini merupakan salah satu alternatif yang mendapat banyak dukungan, baik dari para akademisi dan praktisi (Mubyarto, 1984).
Pembangunan pertanian pada dasarnya adalah suatu upaya untuk meningkatkan kualitas hidup petani. Peningkatan ini dapat dicapai melalui strategi investasi dan kebijakan pengembangan profesional dan produktivitas tenaga kerja pertanian, selain itu pengembangan pertanian dapat dilakukan dengan upaya pengembangan sarana dan prasarana ekonomi, pengembangan IPTEK disertai dengan penataan dan pengembangan kelembagaan pedesaan secara konseptual maupun empiris. Dengan upaya ini maka, sektor pertanian layak dijadikan sumber sektor andalan ekonomi secara nasional termasuk dala
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

m meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2000).
Adanya perkembangan terus menerus dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi pangan yang begitu pesat, memungkinkan meningkatnya produksi baik dalam hal kualitas maupun kuantitas. Walaupun demikian, peningkatan produksi ini masih terus diimbangi oleh laju pertumbuhan jumlah penduduk yang cukup tinggi. Inilah yang menjadi permasalahan yang khususnya bagi para petani yang mengusahakan tanaman padi (AAK,1990).
Salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha peningkatan produksi pertanian melalui panca usahatani adalah pengairan. Air adalah salah satu syarat mutlak bagi kehidupan dan pertumbuhan tanaman. Air dapat dari hujan atau mendapatkan air secukupnya, tidak kurang tetapi juga tidak terlalu banyak. Pengairan meliputi pengaturan kebutuhan air bagi tanaman di dalamnya juga termasuk drainase. Pengairan sering disebut irigasi yang terdiri dari irigasi teknis, setengah teknis, dan irigasi sederahana (Mubyarto, 1985).
Pengairan (irigasi) adalah pemberian air secara sengaja dan teratur pada sebidang lahan tanaman. Tujuan utama pengairan adalah menyediakan air bagi tanaman. Dengan pengairan, tersedia air yang cukup dalam suatu priode apabila curah hujan alami berkurang. Dalam kondisi kekurangan air, pengairan berbasis menambah unsur air dalam tingkat siklus air sehingga menjadi tersedia bagi pertumbuhan tanaman. Dalam kondisi jumlah air tersebut berlebihan, kelebihan air dapat dibuang sehingga tidak terjadi genangan yang akan merugikan pertumbuahan tanaman. Pembuangan air
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

tersebut drainase. Cadangan air yang berjumlah banyak akan dipergunakan

untuk pertubuhan tanaman dalam waktu lama untuk masa mendatang, dan

disimpan dalam simpanan cadangan air. Sumber cadangan air tersebut perlu

mendapat perlindungan atau konservasi

(Supradjo, 1993).

Pengertian irigasi secara umun yaitu pemberian air kepada tanah dengan maksud untuk memasok lengas esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hansen, dkk, 1990). Tujuan irigasi kemudian dirinci lebih lanjut, yaitu; (1) menjamin keberhassilan produksi tanaman dalam mengahdapi kekeringan jangka pendek, (2) mendinginkan tanah dan atmosfir sehingga akrab untuk pertumbuhan tanaman, (3) mengurangi bahaya kekeringan, (4) mencuci atau melarutkan garam dalam tanah, (5) mengurangi bahaya penimpaan tanah, (6) melunakkan lapisan olah dan gumpalan-gumpalan tanah, dan (7) menunda pertunasan dengan cara pendinginan lewat evaporasi. Tujuan umum irigasi tersebut secara implisit mencakup pula drainase pertanian, terutama yang berkaitan dengan tujuan mencuci dan melarutkan garam dalam tanah (Pusposutardjo, 2001).

Disamping sawah irigasi terdapat juga sawah tadah hujan yaitu sawah yang hanya mendapatkan air dari air hujan. Sawah tadah hujan biasanya diusahakan untuk tanaman padi hanya pada musim hujan. Pada sawah tadah hujan pengembangahan lahan dimulai dengan pembukaan areal hutan atau semak belukar menjadi lahan yang siap ditanami., kemudian usaha perataan tanah dan pembuatan pematang untuk memungkinkan air hujan dapat ditampung lebih lama untuk tujuan budidaya tanaman padi. Sedangkan sawah irigasi, penyediaan air tidak mencukupi dan tidak menentu, menyebabkan

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

manusia mengembangkan irigasi untuk tujuan memberikan air irigasi kepada sawah lahan tadah hujan (Pasandaraan, 1991).
Air untuk tanaman padi di lahan tadah hujan sangatlah sulit diatur karena sumber air berasal dari air hujan yang datangnya tidak tentu, tergantung keadaan cuaca. Pada saat musim hujan, sering air berlimpah, sedangkan pada musim kemarau, sering kali kekurangan air bahkan tidak ada air. Keadaan air di lahan tadah hujan dapat dikendalikan dengan teknologi embung. Embung merupakan tempat untuk menampung air pada musim hujan. Air tersebut kemudian didistribusikaan pada saat diperlukan. Dari segi fungsi, embung merupakan danau-danau air yang besar karena tidak saja merupakan sumber air bagi tanaman, tetapi bagi manusia dan juga ternak. Namun, perbedaannya dengan danau atau bendungan terletak pada sumber airnya. Sumber air danau berasal dari mata air yang keluar dari dalam tanah, Sedangkan sumber air embung dari hujan. Embung juga dapat berfungsi sebagai penahan banjir dan tempat pemeliharaan ikan (Suprayono, 1997).
Disamping banyak hal yang menggembirakan dari hasil pembangunan irigasi namun masih banyak pula hal-hal yang harus disempurnakan agar investasi tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal oleh petani pemakai air khususnya, maupun negara pada umumnya. Kalau ditinjau bahwa irigasi yang dikembangkan merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan pelayanan pada masyarakat guna meningkatkan kemampuan berusahatani (Kaslan, 1991).
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Berdasarkan survey dilapangan bahwa produksi usahatani padi sawah irigasi lebih tinggi dari pada usahatani padi sawah tadah hujan. Sehubungan dengan penjelasan diatas peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian secara ilmiah tentang perbandingan usahatani padi sawah irigasi dan tadah hujan di Kelurahan Paluh Kemiri dan Desa Bakaran Batu Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: Bagaimana pengelolaan usahatani padi sawah sistem irigasi dengan padi sawah sistem tadah hujan, apakah ada perbedaan biaya usahatani padi sawah sistem irigasi dengan padi sawah sistem tadah hujan, apakah ada perbedaan produksi, produktivitas usahatani, penerimaan dan pendapatan, antara usahatani padi sawah sistem irigasi dengan padi sawah sistem tadah hujan, apakah ada masalah-masalah yang dihadapi dalam mengelola usahatani padi sawah sistem irigasi dengan padi sawah sistem tadah hujan, apa upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi petani padi sawah sistem irigasi dengan padi sawah sistem tadah hujan di daerah penelitian.
Tujuan penelitian
Sesuai dengan identifikasi masalah maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana pengelolaan uasahtani padi sawah sistem irigasi dengan padi sawah sistem tadah hujan, untuk mengetahui apakah ada perbedaan biaya usahatani padi sawah sistem irigasi dengan padi sawah sistem
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

tadah hujan, untuk mengetahui apakah ada perbedaan produksi, produksi, prodiktivitas usahatani,penerimaan dan pendapatan antara usahatani padi sawah sistem irigasi dengan padi sawah sistem tadah hujan, untuk mengetahui apakah ada masalah-masalah yang dihadapi dalam mengelola usahatani padi sawah sistem irigasi dengan padi sawah sistem tadah hujan,untuk mengetahui apa upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapai petani padi sawah sistem irigasi dengan padi sawah sistem tadah hujan di daerah penelitian. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan dan kebijakan dalam peningkatan usahatani padi sawah sistem irigasi dan padi sawak sistem tadah hujan, sebagai bahan masukan bagi para petani yang mengusahakan usahatani padi sawah sistem irigasi dan padi sawah sistem tadah hujan di daerah penelitian, dan sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPITESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Tanaman padi merupakan tanaman musiman (annual) dengan

sistematika atau taksonomi sebagai berikut:

Kingdom

: Plantae

Divisio

: Spermatophyta

Subdivisio

: Angiospermae

Class

: Monocotyledoneae

Ordo

: Graminales

Familiy

: Gramineae

Genus

: Oryza

Species

: Oryza sativa L

( AAK, 1992).

Menurut sejarahnya padi termasuk genus Oryza yang meliputi lebih kurang 25 spesies tersebar di daerah tropik dan subtropik seperti Asia, Afrika, dan Australia. Menurut Chevalier dan Neguier, padi berasal dari dua benua Oryza fatua keoning dan Oryza sativa L berasala dari benua Asia sedangkan jenis padi lainnya yaitu Oryza stapfi Roschew dan Oryza glaberrima steun berasal dari benua Afrika ( AAK, 1992).

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Pada dasarnya tanaman padi terdiri dari dua bagian utama yaitu bagian vegetatif (akar, batang, dan daun) dan bagian generatif berupa bunga dan malai.
Bagian tanaman Vegetatif tanaman padi sawah sebagai berikut:
a. Akar Akar padi terolong akar serabut, akar tumbuh dari kecambah biji dasar
akar utama (primer, radikula). Akar lain yang tumbuh didekat buku disebut akar seminal. Akar padi tidak memiliki pertumbuhan sekunder sehingga tidak banyak mengalami perubahan.
b. Batang Batang padi bentuknya bulat, berongga dan beruas-ruas. Antara ruas
dipisahkan oleh buku. Pada awal pertumbuhan ruas-ruas sangat pendek dan bertumpuk rapat. Setelah memasuki stadium produktif, ruas-ruas memanjang dan berongga. Pada buku yang paling bawah tumbuh tunas yang akan menjadi batang sekunder. Selanjutnya batang sekunder menghasilkan batang tersier.
c. Daun Daun padi tumbuh pada buku-buku dengan sumsum berseling. Pada
tiap buku tumbuh satu daun yang terdiri dari pelepah daun, helai daun. Bagian generatif tanaman padi terdiri dari malai dan bunga. Malai padi terdiri dari 810 buku yang menghasilkan cabang-cabang primer. Dari buku pangkal malai pada umumnya muncul satu cabang primer dan dari cabang primer terebut akan mucul 19 cabang-cabang batang sekunder (Suparyono dan A.Satyono, 1993).
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Panjang malai tergantung pada varietes padi yang ditanam dan cara bercocok tanam. Dari sumbu utama pada ruas buku yang terakhir inilah biasanya panjang malai diukur. Panjang malai dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu malai pendek 20 cm, malai sedang antara 20-30 cm, dan malai panjang lebih dari 30 cm. Jumlah cabang pada setiap malai berkisar antara 1520 buah, yang paling rendah 7 buah cabang, dan yang terbanyak dapat mencapai 30 buah cabang. Jumlah cabang ini akan mempengaruhi besarnya rendemen tanaman padi baru, setiap malai bisa mencapai 100- 200 bunga ( AAK, 2006).
Tanaman padi dapat hidup dengan baik di daerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Dengan kata lain, padi dapat hidup baik di daerah beriklim panas yang lembab. Pengertian iklim ini menyangkut curah hujan, temperatur, ketinggian tempat, sinar matahari, angin, dan musim ( AAK, 2006).
Tanaman padi membutuhkan curahan hujan yang baik rata-rata 200 mm/bulan atau tumbuh dengan disteribusi selama empat bulan, sedangkan curahan hujan yang dikehendaki/tahun sekitar 1500-2000 mm. Curah hujan yang baik akan membawa dampak positif dalam pengairan, sehingga genangan air yang diperlukan tanaman padi sawah dapat tercukupi. Padi sawah membutuhkan tanah lumpur dengan kandungan ketiga fraksi (pesir, lempung , debu) dengan perbandingan tertentu. Padi dapat tumbuh dengan baik pada pH antara 4-7 dengan kedalaman olah tanah 18 cm ( AAK, 1992).
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Tanaman padi seperti halnya tanaman lainnya membutuhkan pemeliharaan. Bahkan dapat dikatakan pemeliharaan merupakan bagian yang terpenting dari pekerjaan bercocok tanam padi. Tujuan penanaman padi adalah memberikan hasil berupa biji padi yang maksimal. Hasil yang maksimal tidak akan tercapai tanpa ada pemeliharaan yang baik. Pemeliharaan tanaman padi meliputi pekerjaan mulai dari penyiangan, pengairan, pemupukan, dan pemberanrasan hama penyakit ( Yandianto, 2003).
Tanaman padi merupakan tanaman yang sensitif terhadap hama dan penyakit. Di Indonesia kombinasi antara iklim tropis, varietas dan ketersediaan tanaman padi sepanjang tahun sangat cocok untuk perkembangan hama dan penyakit. Adapun hama padi adalah wereng coklat, tikus, dan penggerek batang. Penyakit padi dapat digolongkan kedalam bakteri, jamur, dan virus. Penyakit bakteri antara lain hawar daun atau hawar daun jingga. Penyakit jamur antara lain hawar pelepah, busuk batang, bercak coklat, dan blast. Penyakit virus antara lain tungro, kerdil hampa dan kerdil rumput. Cara pengendalian hama dan penyakit padi biasanya terdiri dari berbagai macam. Dalam pelaksanaannya sebaiknya cara itu saling menunjang atau memungkinkan dilakukan secara terpadu baik itu secara mekanis, biologis dan kimiawi. Biasanya dari beberapa cara yang tersedia yang dapat disarankan adalah penanaman untuk padi sawah ketersediaan air yang mampu menggenangi lahan tempat penanaman sangat penting. Oleh karena itu, air untuk tanaman padi di lahan tadah hujan sangat sulit diatur karena sumber air berasal dari hujan sehingga tergantung dari keadaan cuaca (Suparyono dan A.Setyono, 1997).
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Pengertian irigasi secara umun yaitu pemberian air kepada tanah dengan maksud untuk memasok lengas esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hansen, dkk, 1990). Tujuan irigasi kemudian dirinci lebih lanjut, yaitu ; (1) menjamin keberhassilan produksi tanaman dalam mengahdapi kekeringan jangka pendek, (2) mendinginkan tanah dan atmosfir sehingga akrab untuk pertumbuhan tanaman, (3) mengurangi bahaya kekeringan, (4) mencuci atau melarutkan garam dalam tanah, (5) mengurangi bahaya penimpaan tanah, (6) melunakkan lapisan olah dan gumpalan-gumpalan tanah, dan (7) menunda pertunasan dengan cara pendinginan lwat evaporasi. Tujuan umum irigasi tersebut secara implisit mencakup pula drainase pertanian, terutama yang berkaitan dengan tujuan mencuci dan melarutkan garam dalam tanah (Pusposutardjo, 2001).
Dilihat dari segi konstruksinya jaringan irigasinya, Direktorat Jenderal peng\airan mengklasifikasikan sistem irigasi menjadi empat macam yaitu: 1. Irigasi sederhana, yaitu sistem irigasi yang konstruksinya dilakukan dengan sederhana, tidak dilengkapi dengan pintu pengaturan dan alat pengujur sehingga air irigasi tidak dapat diatur dan tidak terukur, dan disadari efisiensinya rendah. 2. Irigasi setengah teknis, yaitu suatu sistem irigasi dengan konstruksi pintu pengatur dengan alat pengukurnya pada bangunan pengambilan saja, sehingga air hanya teratur dan terukur pada head work saja dan diharapkan efisiensinya sedang.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

3. Irigasi teknis, yaitu suatu sistem irigasi yang dilengkapi dengan pengaatur dan pengukur air pada head work, sehingga air terukur dan teratur dan diharapkan efisiensinya tinggi.
4. Irigasi teknis maju, yaitu suatu sistem irigasi yang airnya dapat diaatur dan terukur pada seluruh jaringan dan diharapkan sfisiensinya tinggi sekali.
( Effendi Pasandaraan, 1991).
Dipandang dari sudut pertanian rakyat, pengairan memiliki beberapa fungsi penting diantaranya: 1. Mendatangkan air sebagai bahan yang diperlukan untuk kehidupan tanaman, ikan dan ternak. 2. Membantu meniadakan/mengurangi keganjilan dan peredaran hujan. 3. Mempertahankan atau manambah kesuburan tanah. 4. Dan lain-lain seperti: membersihkan tanah ari racun dan hama, mengatur tingginya panas tanah, menimbun tanah rendah dan membuang kotoran dari kota ( Kaslan, 1991).
Kebijakan pembangunan irigasi nampak menonjol sekali dalam pelita V, karena hal inilah maka konstribusi sektro pertanian semakin nyata bahkan produksi padi kini menjadi cukup besar sehingga mampu memenuhi konsumsi dalam negeri. Pertanian irigasi dalam pembangunan tidak perlu diragukan lagi, karena faktor air yang tersedia dalam jumlah cukup dan akan mempunyai pengaruh nyata terhadap peningkatan produksi pertanian ( Soekartawi, 1995).
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Landasan Teori
Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efesien dan efektif untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki sebaik-baiknya dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumber daya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input) ( Soekartawi, 1995).
Pada umumnya petani tidak mempunyai catatan usahatani (farm recording) sehingga sulit bagi petani untuk melakukan analisis usahataninya. Petani hanya mengingat-ingat anggaran arus uang tunai ( cash flow) yang mereka lakukan, walaupun sebenarnya ingatan itu tidak terlalu jelek karena mereka masih ingat bila ditanya tentang output yang mereka peroleh dan berapa input yang mereka gunakan (Soekartawi, 1995).
Keberhasilan usahatani dimulai dari awal yaitu penentuan tujuan dan harapan yang diinginkan karena segala kegiatan harus mengarah pada tujuantujuan tersebut. Namun demikian sering kali petani karena kesibukannya tidak menganggap penting penentuan tujuan. Mereka menganggap mengelola usahatani adalah kewajiban dan pekerjaan sehari-hari yang dari dulu hingga saat ini hanya begitu-begitu saja, tidak berubah dan tanpa tujuan yang pasti. Dengan demikian untuk mengukur keberhasilan dikemudian hari akan mengalami kesulitan (Suratiyah, 2008).
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Setiap petani memperhitungkan biaya dan hasil, betapapun hasil primitif atau majunya metode bertaninya pertimbangan mengenai biaya selalu mencakup jerih payah yang dikeluarkan. Biaya tunai untuk peralatan dan bahan yang dipergunakanpun diperhitungkannya. Petani memperhitungkan pula dana-dana ketika menghadapi berbagai resiko kegagalan panen, kemungkinan jatuhnya harga pasar pada waktu panen dan ketidakpastian tentang efektifnya metode baru yang sedang ia pertimbangkan masukan dan keluaran mencakup biaya dan hasil pada pertanian primitif. Biaya utama adalah kegiatan jerih payah dan keterampilan petani beserta keluarganya. Setelah pertanian lebih maju semakin banyak biaya dan penerimaan yang berupa uang tunai. Uang yang dibayaar untuk sarana dan peralatan produksi dan kadang-kadang untuk membayar upah tenaga kerja, upah diterima dari penjualan berbagai komoditi atau produk (Mosher, 1987).
Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi 2 yaitu: (a) biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost). Biaya tetap umumnya didefenisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh sedikit, contohnya pajak. Biaya untuk pajak akan tetap dibayar walaupun usahatani itu besar atau gagal sekalipun. Biaya tidak tetap atau biaya variabel biasanya didefenisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Biaya ini sifatnya berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan produksi (Soekartawi, 1996).
Pendapatan dari usahatani adalah total penerimaan yang berasal dari nilai penjualan hasil ditambah dari hasil-hasil yang dipergunakan sendiri, dikurangi dengan total nilai pengeluaran yang terdiri dari: pengeluaran untuk
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

input (benih, pupuk, pestisida, dan obat-obatan), pengeluaran untuk upah tenaga kerja dari luar keluarga,, pengeluaran pajak dan lain-lain (Hernanto, 1993).
Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam satu usahatani dan pendapatan usahatani adalah selisih antara pengeluaran dan penerimaan dalam usahatani (Soekartawi, 1995).
Produksi usahatani mempergunakan masukan untuk menghasilkan keluaran. Masukan selalu mencakup tanah dan tenaga, untuk pertanian maju, masukan ini mencakup semua produksi dan peralatan yang dibeli. Untuk meningkatkan produktivitas pertanian, setiap petani semakin lama semakin tergantung kepada sumber-sumber dari luar lingkungan. Ia lengkapi zat hara tanaman yang terdapat di dalam tanah dengan pupuk yang dibelinya, ia tambah kelembapan tanah dengan air irigasi yang sering kali diperolehnya melalui saluran-saluran dari sumber-sember yang jauh letaknya,ia beli dan semaikan bibit unggul, ia berantas penyakit tanaman dan hewan dengan pestisida dan obat-obatan, ia semakin banyak menjual hasil pertaniannya ke pasar diluar daerahnya. Bahkan keterampilan dan pengetahuan yang ia praktekkan dalam usahataninya semakin bertambah pula dengan pendidikan yang diperolehnya dari sekolah-sekolah dan kadang-kadang di fakultasfakultas, dan melalui lembaga-lembaga penyuluhan serta bentuk-bentuk pendidikan orang dewasa lainnya (Mosher,1987).
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasi berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output.
Biaya usahatani diklsifikasikan menjadi dua yaitu: 1. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang relative tetap jumlahnya, dan terus
dikeluarkan walaupun prodiksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besar biaya ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. 2. Biaya tidak tetap (variabel cost) addalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh.
Biaya usahatani atau disebut dengan total biaya merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya tidak tetap, dengan rumus sebagai berikut: TC= FC + VC
Keterangan: TC = Total Biaya (Rp) FC = Biaya Tetap (Rp) VC = Biaya Variabel (Rp)
Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual, pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut: TR = Y. PY
Keterangan: TR = Total Penerimaan (Rp)
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani PY = Harga (Rp)
Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya sehingga dapat ditulis dengan rumus : Pd = TR – TC
Keterangan: Pd = Pendapatan usahatani (Rp) TR = Total penerimaan (Rp) TC = Total biaya (Rp)
( Soekartawi, 2002).
Kerangka Pemikiran
Petani adalah orang yang menjalankan dan mengelola uasahataninya. Usahatani yang diusahakan petani dalam hal ini adalah usahatani padi sawah sistem irigasi dengan usahatani padi sawah sistem tadah hujan.
Dalam mengelola usahataninya petani dikategorikan memegang peranan yaitu sebagai juru tani. Petani mempunyai peranan memelihara tanaman yang diusahakannya mulai dari persemaian, pengolahan lahan, penyulaman, penanaman, penyiangan, pemupukan, pengaturan air, pengendalian hama dan penyakit, serta panen.
Dalam menjalankan usahataninya petani selalu berusaha agar hasil produksi usahataninya tinggi. Untuk mendapatkan produksi yang tinggi maka diperlukan biaya produksi dalam usahatani padi sawah sistem irigasi dan
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

usahatani padi sawah sistem tadah hujan. Faktor produksi modal biasanya digunakan untuk pembiayaan produksi dan sarana produksi misalnya pembelian bibit, pupuk, pestisida dan lainnya. Selain faktor-faktor tersebut air merupakan faktor utama dalam usahatani padi sawah. Pada sistem sawah irigasi air mudah diatur pada musim kemarau sehingga membutuhkan tambahan air. Kemudahan pengaturan air akan mempermudah pengolahan uasahatani padi sawah mulai dari persemaian sampai panen.
Produksi padi sawah merupakan hasil penen yanng diperoleh petani dari satu kegiatan usahatani padi sawah. Dengan dicapainya produksi padi sawah yang maksimal maka produktivitasnya juga tentu akan maksimal. Produktivitas dihit

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Budidaya Nonorganik, Semiorganik, dan Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kec. Perbaungan, Kab. Serdang Bedagai)

3 187 177

Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi Dengan Padi Sawah Sistem Tadah Hujan (Studi kasus : Desa Bakaran Batu dan Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang).

14 80 152

Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani Padi Sawah Di Desa Kolam Kecamatan Percut Sei Tuan Dengan Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

14 121 99

Analisis Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Jenis Saluran Irigasi (Studi Kasus: Desa Sarimatondang, Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun)

8 82 59

Analisis Pendapatan Pada Petani Padi Sawah Terhadap Kesejahteraan (Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

19 173 117

Pengaruh Pupuk Terhadap Optimasi Produksi Padi Sawah Di Kabupaten Deli Serdang (Studi Kasus : Kelurahan Paluh Kemiri, Kecamatan Lubuk Pakam)

15 106 86

Hubungan Tingkat Kosmopolitan Dengan Sikap Petani Padi Sawah Terhadap Kelompok Tani Di Kabupaten Deli Serdang. (Studi Hasil : Kelompok Tani Kampung Baru, Tani Jaya, Hotma Jaya, Desa Pasar Melintang, Kecamatan Lubuk Pakam)

3 44 87

Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Antara Petani Pengguna Pompa Air Dan Petani Pengguna Irigasi Pada Lahan Irigas) Di Kabupaten Deli Serdang (Studi Kasus: Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)

2 36 140

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI USAHATANI PADI SAWAH IRIGASI TEKNIS DAN TADAH HUJAN KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

0 4 13

PENDAHULUAN Latar Belakang - Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi Dengan Padi Sawah Sistem Tadah Hujan (Studi kasus : Desa Bakaran Batu dan Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang).

0 0 7