BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Dasar Pertimbangan Jaksa Penuntut Umum Melakukan Pemisahan Berkas Perkara (Splitsing) dalam tindak pidana pengeroyokan - 14.C1.0095 Damas Sang Panatayudha.BAB III

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Dasar Pertimbangan Jaksa Penuntut Umum Melakukan Pemisahan Berkas Perkara (Splitsing) dalam tindak pidana pengeroyokan Pemisahan berkas perkara (splitsing) ialah memecah satu berkas

  perkara menjadi dua atau lebih berkas perkara. Undang-undang dan praktik hukum memberi kemungkinan memisahkan perkara atau beberapa orang dalam lebih satu berkas perkara. Aturan splitsing termaktub dalam Pasal 142 KUHAP sebagaimana pengecualian dari aturan Pasal 141 KUHAP terkait tentang penggabungan perkara (voeging). Pasal 141 KUHAP menyatakan bahwa:

  Pasal 141 Penuntut Umum dapat melakukan penggabungan perkara dan membuatnya dalam satu surat dakwaan, apabila pada waktu yang sama atau hampir bersamaan ia menerima beberapa berkas perkara dalam hal:

  a. Beberapa tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang yang sama dan kepentingan pemeriksaan tidak menjadikan halangan terhadap penggabungannya;

  b. Beberapa tindak pidana yang bersangkut paut satu dengan yang lain; c. Beberapa tindak pidana yang tidak bersangkut paut satu dengan yang lain, akan tetapi yang satu dengan yang lain itu ada hubungannya, yang dalam hal ini penggabungan tersebut perlu bagi kepentingan bersama.

  Pada dasarnya pemisahan berkas perkara (splitsing) dilakukan oleh Penuntut Umum sebagaimana diatur dalam Pasal 142 KUHAP, yang menyebutkan bahwa:

  Pasal 142 KUHAP Dalam hal Penuntut Umum menerima satu berkas perkara yang memuat beberapa tindak pidana yang dilakukan oleh beberapa orang tersangka yang tidak termasuk dalam ketentuan Pasal 141, Penuntut Umum dapat melakukan penuntutan terhadap masing- masing terdakwa secara terpisah.

  Splitsing merupakan kewenangan Penuntut Umum yang berdasarkan

  keyakinan serta pertimbangan yang tepat perlu dilakukan. Dasarnya pemisahan berkas perkara disebabkan terjadi disebabkan faktor pelaku tindak pidana, terdiri dari beberapa orang

  56

  . Dilakukannya splitsing tidak hanya karena alasan pelaku tindak pidana terdiri dari beberapa orang saja, namun juga karena dimungkinkan kurangnya saksi, meringankan Penuntut Umum menyusun tuntutan. Secara implisit, dilakukannya splitsing maka nantinya terdakwa bisa menjadi saksi ataupun sebaliknya, saksi bisa menjadi terdakwa

  57 .

  Pada kasus yang diteliti yaitu kasus pengeroyokan yang terjadi di Jalan Setiabudi Kota Semarang pada hari Kamis tanggal 22 Oktober 2015 yang dilakukan oleh delapan terdakwa yakni Bahtiar Samaul Aldi, Puthut Reza Agung Haryono, Riris Adi Purwoko, Abry Yuda Pangestu, Martayuki Saputra, Sali Afrija, Okta Ardi Hartanto dan M. Dekron terhadap korban bernama Tranggono Hemawan yang kemudian oleh Penuntut Umum dipisah menjadi lima berkas perkara.

  Peristiwa tindak pidana pengeroyokan di Jalan Setiabudi Semarang pada hari Kamis tanggal 22 Oktober 2015 pukul 03.30 WIB. Awalnya terdakwa I, II, III, IV dan beberapa orang berada di indomart Jalan Setiabudi Semarang untuk melihat balapan liar, kemudian korban datang berniat membeli perlengkapan mandi. Saat itu juga korban dipanggil oleh orang tak dikenal yang melihat balapan liar untuk ditanyai siapa dirinya, kemudian 56 Yahya Harahap, Op. Cit., hlm. 442. korban mengaku bahwa dirinya anggota TNI dari Banteng Raiders dan korban menyuruh bubar orang-orang termasuk terdakwa I, II, III, IV yang melihat balapan liar. Sebagian orang ada yang membubarkan diri namun juga ada yang sebagian yang tidak mau pergi, lalu kepada yang tidak membubarkan diri korban mengambil kunci motor terdakwa III dan handphone milik terdakwa IV. kembali kunci motor dan handphone namun tidak diberikan oleh korban. Terjadilah percecokan antara korban dengan terdakwa I, II, III, IV. Tiba-tiba datanglah terdakwa VII disusul terdakwa V, VI yang langsung memukul mengenai dada korban dan diikuti pemukulan oleh para terdakwa lain. Korban merasa terdesak dan berlari ke arah patung diponegoro UNDIP, para terdakwa turut mengejar. Sampainya di patung Diponegoro UNDIP korban dipukuli secara bersama-sama dan terjatuh tidak sadarkan diri. Kemudian melintas terdakwa VIII yang awalnya hendak membeli pulsa, karena melihat korban terkapar lalu dihampirinya korban. Terdakwa VIII mengambil batu dan menjatuhkan ke kepala korban, setelah itu pergi meninggalkan tempat kejadian perkara. Korban kemudian dibawa ke rumah sakit Banyumanik dan dirujuk ke rumah sakit Kariadi.

  Rangkaian peristiwa terkait pengeroyokan yang terjadi di Jalan Setiabudi oleh delapan terdakwa terhadap satu korban sampai korban mengalami luka-luka dapat dijelaskan melalui skema sebagaimana berikut:

  Skema 2. Rangkaian peristiwa tindak pidana pengeroyokan Sumber: Diolah dari hasil wawancara dengan Bripka Hidayat Abdullah,

  Penyidik Pembantu dari Polrestabes Semarang pada hari Senin, tanggal 18 Desember 2017.

  terdakwa I, II, III, IV dan beberapa orang berada di indomart Jl. Setiabudi SMG untuk melihat balapan liar korban datang ke indomart berniat membeli perlengkapan mandi korban dipanggil oleh seseorang yang melihat balapan liar untuk ditanyai kemudian korban mengaku anggota TNI Banteng Raiders dan menyuruh bubar untuk tidak balapan liar sebagian orang yang melihat balapan liar ada yang pergi dan ada yang tidak pergi kepada yang tidak pergi, korban mengambil kunci motor terdakwa III dan handphone milik terdakwa IV kemudian terjadi percecokan antara korban dengan terdakwa

  I, II, III, IV tiba-tiba terdakwa VII datang ke indomart, kemudian disusul terdakwa V, VI terdakwa VII melakukan pemukulan kepada korban menganai dada dan diikuti pemukulan oleh para terdakwa lain telah terjadi pengeroyokan kepada korban oleh para terdakwa korban berlari melarikan diri sampai dekat patung diponegoro UNDIP dan masih dikejar oleh para terdakwa sampai di patung diponegoro UNDIP, korban dipukuli secara bersama-sama menggunakan batu, paving, kayu korban terjatuh dan tidak sadarkan diri para terdakwa meninggalkan tempat kejadian terdakwa VIII yang melintas hendak membeli pulsa kemudian melihat dan mengampiri korban terdakwa VIII mengambil batu dan menjatuhkannya ke kepala korban terdakwa VIII kemudian meninggalkan tempat kejadian perkara korban dibawa ke RS

  Banyumanik dan dirujuk ke RS Kariadi korban mengalami luka robek kepala sebanyak tiga luka, luka robek belakang telinga kiri, luka lebam mata kiri, luka robek pelipis kiri, luka lebam sebelah hidung, luka lecet bagian dada, dan memar bagian dada

  

Tindak pidana

pengeroyokan

Tempus Delicti

  Kamis, 22 Oktober 2015 pukul 03.30 WIB

  Locus Delicti Jl. Setiabudi Semarang Keterangan dari alur terjadinya tindak pidana pengeroyokan di atas ialah:

  1. Terdakwa I ialah Bahtiar Samaul Aldi;

  2. Terdakwa II ialah Puthut Reza Agung Haryono;

  3. Terdakwa III ialah Riris Adi Purwoko;

  4. Terdakwa IV ialah Abry Yuda Pangestu;

  5. Terdakwa V ialah Martayuki Saputra;

  6. Terdakwa VI ialah Sali Afrija;

  7. Terdakwa VII ialah Okta Adi Hartanto;

  8. Terdakwa VIII ialah M. Dekron; 9. Korban ialah Tranggono Hemawan.

  Pada kasus pengeroyokan yang terjadi di Jalan Setiabudi Kota Semarang pada hari Kamis tanggal 22 Oktober 2015, Penuntut Umum melakukan pemisahan berkas perkara (splitsing) antara satu terdakwa dengan terdakwa yang lain. Dasar pertimbangan Penuntut Umum melakukan pemisahan berkas perkara (splitsing) ialah bahan pertimbangan bagi Penuntut Umum melalui petunjuk supaya berkas perkara dipisah oleh penyidik, sebagaimana menjadi lima berkas perkara untuk delapan terdakwa. Sekalipun berkas perkara tersebut dipisah menjadi lima, namun tidak semua berkas memliki kesamaan alasan mengapa berkas tersebut dipisah. Berdasarkan hasil penelitian terkait dengan tindak pidana pengeroyokan yang terjadi di Jalan Setiabudi Semarang dikemukakan terdapat lima putusan yaitu:

  1. Putusan Nomor 01/PID.B/2016/PN.SMG (terdakwa Bahtiar Samaul Aldi dengan Puthut Reza Agung Haryono);

  2. Putusan Nomor 03/PID.B/2016/PN.SMG (terdakwa Riris Adi Purwoko dengan Abry Yuda Pangestu);

  3. Putusan Nomor 04/PID.B/2016/PN.SMG (terdakwa M Dekron);

  4. Putusan Nomor 05/PID.B/2016/PN.SMG (terdakwa Martayuki Saputra dengan Sali Afrija);

  5. Putusan Nomor 06/PID.B/2016/PN.SMG (terdakwa Okta Adi Hartanto). Sebagaimana dapat diuraikan berdasarkan identitas terdakwa, kasus posisi, dakwaan, tuntutan dan vonis masing-masing perkara melalui tabel berikut: (halaman berikut)

  5

  8. Pekerjaan : Swasta

  9. Pendidikan : SMA Ditahan dalam Rumah Tahanan Negara sejak tanggal 23- 10-201 5.

  8. Pekerjaan : Swasta

  7. Agama : Islam

  6. Tempat tinggal : Jl.Mangga No.9 RT.05 RW.02 Kel.Srondol Wetan Kec.Banyumanik Kota Semarang

  5. Kebangsaan : Indonesia

  4. Jenis kelamin : laki-laki

  3. Umur/tanggal lahir : 18 tahun/29 Agustus 1997

  2. Tempat lahir : Semarang

  1. Nama lengkap : Puthut Reza Agung Haryono

  9. Pendidikan : SMP Terdakwa II

  7. Agama : Islam

  4 Nomor Perkara : 01/PID.B/2016/PN.SMG Nama Terdakwa : Bahtiar Samaul Aldi dengan Puthut Reza Agung Haryono Nama Korban : Tranggono Hemawan

  6. Tempat tinggal : Jl.Sukun No.2 RT.04 RW.02 Kel.Srondol Wetan Kec.Banyumanik Kota Semarang

  5. Kebangsaan : Indonesia

  4. Jenis kelamin : laki-laki

  3. Umur/tanggal lahir : 20 tahun/30 Januari 1995

  2. Tempat lahir : Semarang

  1. Nama lengkap : Bahtiar Samaul Aldi

  Terdakwa I

  Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP. Kasus Posisi

Pada saat kejadian para

terdakwa sedang berada di

indomart Jl. Setiabudi

Semarang untuk melihat

balapan liar. Kemudian korban datang untuk membeli

perlengkapan mandi. Para

terdakwa termasuk yang tidak

pergi saat korban menyuruh

pergi beberapa orang yang

ingin melihat balapan liar di

indomart. Saat terjadinya

tindak pidana terdakwa I

melakukan pengeroyokan

dengan memukul korban satu

kali yang mengenai pundak

sebelah kiri dengan

menggunakan tangan kanan

mengepal. Terdakwa II juga

melakukan pengeroyokan

dengan memukul kepala

korban satu kali mengenai

bagian belakang. Kemudian

para terdakwa juga turut

mengejar korban dengan

disertai pemukulan sampai

patung diponegoro UNDIP.

Identitas Terdakwa

  Tuntutan Terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pengeroyokan sebagaimana dan diancam dalam Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP, dijatuhkan pidana penjara selama satu tahun dengan dikurangi selama para terdakwa berada dalam tahanan sementara dengan perintah para terdakwa tetap ditahan, dibebani membayar biaya perkara sebesar Rp 2.000,. Dakwaan Dakwaan tunggal

  Dasar pertimbangan splitsing adalah guna keperluan kesaksian di persidangan untuk menjadi saksi perkara terdakwa lain. Sebagaimana saat awal proses hukum tindak pidana pengeroyokan hanya enam tersangka yang ditetapkan terlebih dahulu, maka Penuntut Umum memisah berkas tersebut berisi dua terdakwa.

  Vonis Pidana penjara selama enam bulan, masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani terdakwa I & terdakwa II dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan, menetapkan para terdakwa tetap berada dalam tahanan, membayar biaya perkara masing-masing sejumlah Rp 2.000,.

  Tabel 1. Ringkasan Putusan Nomor 01/PID.B/2016/PN.SMG

  5

  7. Agama : Islam

  9. Pendidikan : SMA Ditahan dalam Rumah Tahanan Negara sejak tanggal 23-10- 2015

  8. Pekerjaan : Swasta

  7. Agama : Islam

  No.10 Kel.Gedawang Kec.Banyumanik Kota Semarang

  5. Kebangsaan : Indonesia 6. Tempat tinggal : Perum Gedawai Permai II Blok AA.

  4. Jenis kelamin : laki-laki

  3. Umur/tanggal lahir : 18 tahun/30 April 1997

  2. Tempat lahir : Semarang

  1. Nama lengkap : Abry Yuda Pangestu

  8. Pendidikan : SMU Terdakwa II

  6. Tempat tinggal : Jl.Mangga Dalam No.3 RT.06 RW.02 Kel.Srondol Wetan Kec.Banyumanik Kota Semarang

  5 Nomor Perkara : 03/PID.B/2016/PN.SMG Nama Terdakwa : Riris Adi Purwoko dengan Abry Yuda Pangestu Nama Korban : (korban hanya satu menyesuaikan putusan sebelumnya)

  5. Kebangsaan : Indonesia

  4. Jenis kelamin : laki-laki

  3. Umur/tanggal lahir : 26 tahun/3 September 1989

  2. Tempat lahir : Semarang

  1. Nama lengkap : Riris Adi Purwoko

  Terdakwa I

  Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP. Kasus Posisi

Para terdakwa merupakan

dasar bagaimana terjadinya

tindak pidana pengeroyokan di Jl. Setiabudi Semarang. Kunci

motor milik terdakwa I dan

handphone milik terdakwa II

diambil oleh korban dengan

alasan bahwa para terdakwa

tidak ingin pergi dari indomart

untuk tidak melihat balapan

liar. Kemudian terdakwa I tidak

terima terhadap tindakan

korban, dan mulailah

percecokan antar keduanya.

Saat kejadian tindak pidana

pengeroyokan, terdakwa I

melakukan pengeroyokan

dengan memegangi korban

dari belakang posisi tangan kiri mengkait ke leher korban dan tangan kanan memukul menggunakan helm ke kepala

korban bagian belakang

sebanyak dua kali. Terdakwa II

saat terjadinya tindak pidana

pengeroyokan melakukan

pengeroyokan dengan

memukul satu kali mengenai

kepala bagian belakang

korban. Identitas Terdakwa

  Tuntutan Terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pengeroyokan sebagaimana dan diancam dalam Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP, dijatuhkan pidana penjara selama satu tahun dengan dikurangi selama para terdakwa berada dalam tahanan sementara dengan perintah para terdakwa tetap ditahan, dibebani membayar biaya perkara sebesar Rp 2.000,. Dakwaan Dakwaan tunggal

  Dasar pertimbangan splitsing adalah guna keperluan kesaksian di persidangan untuk terdakwa lain, sebagaimana hanya enam tersangka yang ditetapkan saat awal proses hukum tindak pidana pengeroyokan berjalan. Penuntut Umum kemudian memisah berkas berisi dua terdakwa.

  Vonis Pidana penjara selama enam bulan, masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani terdakwa I & terdakwa II dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan, menetapkan para terdakwa tetap ditahan, membayar biaya perkara masing-masing sejumlah Rp 2.000,.

  Tabel 2. Ringkasan Putusan Nomor 03/PID.B/2016/PN.SMG

  5

  5. Kebangsaan : Indonesia

  Tabel 3. Ringkasan Putusan Nomor 04/PID.B/2016/PN.SMG

  4. Penahanan Hakim: sejak tanggal 3-2-2016 s/d 2-4-2016;

  3. Penahanan Hakim PN.SMG: sejak tanggal 4-1- 2016 s/d 2-2-2016;

  2. Penuntut Umum: sejak tanggal 21-12-2015 s/d 9-1-2016;

  1. Penyidik: sejak tanggal 1-12-2015 s/d 20-12- 2015;

  9. Pendidikan : SMP Ditahan dalam Rumah Tahanan Negara oleh:

  8. Pekerjaan : Wiraswasta

  7. Agama : Islam

  6. Tempat tinggal : Jl.Ngesrep Timur V RT.05 RW.01 Kel.Sumurboto Kec.Banyumanik Kota Semarang atau Jl.Gondang Timur III Rt.04 RW.01 Kel.Bulusan Kec.Tembalang Kota Semarang

  4. Jenis kelamin : laki-laki

  6 Nomor Perkara : 04/PID.B/2016/PN.SMG Nama Terdakwa : M Dekron Nama Korban : (korban hanya satu menyesuaikan putusan sebelumnya)

  3. Umur/tanggal lahir : 24 tahun/13 Mei 1991

  2. Tempat lahir : Semarang

  1. Nama lengkap : M Dekron

  Terdakwa I

  Pasal 351 ayat (2) KUHP. Kasus Posisi

Saat terjadinya tindak pidana

pengeroyokan oleh ketujuh

terdakwa lainnya, terdakwa M.

Dekron hendak membeli pulsa

bersama seseorang bernama

Bela. Kemudian sampailah

kejadian dimana korban

melarikan diri berlari ke arah

patung diponegoro UNDIP dan

masih dikeroyok oleh ketujuh

terdakwa lainnya. Melihat hal

tersebut kemudian terdakwa

berhenti dan menghampiri

korban yang sudah terkapar

dalam posisi tengkurap karena

dikeroyok. Kemudian terdakwa

ikut melakukan pengeroyokan

korban dengan mengambil batu dan memukul satu kali mengenai kepala bagian belakang korban serta menjatuhkannya ke arah kepala korban. Identitas Terdakwa

  Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP atau

  Tuntutan Terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pengeroyokan sebagaimana dan diancam dalam Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP, dijatuhkan pidana penjara selama satu tahun dengan dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan sementara dengan perintah para terdakwa tetap ditahan, dibebani membayar biaya perkara sebesar Rp 2.000,. Dakwaan Dakwaan alternatif

  Dasar pertimbangan splitsing adalah karena yang bersangkutan merupakan terdakwa yang ditetapkan terakhir saat proses hukum para terdakwa lain telah berjalan berdasarkan keterangan terdakwa Okta Ardi Hartanto serta karena ada peranan terdakwa yang berbeda dengan terdakwa lainnya.

  Vonis Pidana penjara selama enam bulan, masa penahanan yang telah dijalani terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan, menetapkan terdakwa tetap di tahan, membayar biaya perkara masing-masing sejumlah Rp 2.000,.

5. Perpanjangan ketua PN.SMG: sejak tanggal 3- 2-2016 s/d 2-4-2016.

  5

  8. Pekerjaan : Swasta

  9. Pendidikan : SMP Ditahan dalam Rumah Tahanan Negara sejak tanggal 23- 10-2015 s/d 31-1-2016.

  8. Pekerjaan : Swasta

  7. Agama : Islam

  6. Tempat tinggal : Jl. Ngesrep Barat I No.45 Rt.05 RW.06 Kel.Srondol Kulon Kec.Banyumanik Kota Semarang

  5. Kebangsaan : Indonesia

  4. Jenis kelamin : laki-laki

  3. Umur/tanggal lahir : 121 tahun/21 Januari 1993

  2. Tempat lahir : Wonosobo

  1. Nama lengkap : Sali Afrija

  9. Pendidikan : SMP Terdakwa II

  7. Agama : Islam

  7 Nomor Perkara : 05/PID.B/2016/PN.SMG Nama Terdakwa : Martayuki Saputra dengan Sali Afrija Nama Korban : (korban hanya satu menyesuaikan putusan sebelumnya)

  6. Tempat tinggal : Jl.Ngesrep Barat I No.45 Rt.05 RW.06 Kel.Tinjomoyo Kec.Banyumanik Kota Semarang

  5. Kebangsaan : Indonesia

  4. Jenis kelamin : laki-laki

  3. Umur/tanggal lahir : 31 tahun/2 Juni 1984

  2. Tempat lahir : Semarang

  1. Nama lengkap : Martayuki Saputra

  Terdakwa I

  Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP, dijatuhkan pidana penjara selama sepuluh bulan dengan perintah para terdakwa tetap ditahan, dibebani membayar biaya perkara sebesar Rp 2.000,. Dakwaan Dakwaan tunggal Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP.

Kasus Posisi

Saat masih terjadi percecokan

antara korban dengan terdakwa

Riris Adi Purwoko akibat tidak

terimanya kunci motor miliknya

diambil oleh korban, para terdakwa masih berada di "warung kucingan”yang dekat dengan lokasi indomart. Kemudian ketika sudah terjadi tindak pidana pengeroyokan kepada korban, para terdakwa menghampiri dan mulai membantu terdakwa lainnya

karena tidak terima dan membela

terdakwa Okta Adi Hartanto yang

rekan satu bengkelnya. Terdakwa

I melakukan pengeroyokan dengan berusaha memegang korban dan melakukan pemukulan kepada korban sampai di patung diponegoro

UNDIP. Terdakwa II melakukan

pengeroyokan dengan berusaha

memegang korban dan melakukan pemukulan kepada korban. Identitas Terdakwa

  Tuntutan Terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pengeroyokan sebagaimana dan diancam dalam

  Dasar Pertimbangan splitsing adalah karena dijadikan saksi mahkota. Sejak awal proses hukum berjalan, berkas terdakwa telah dipisah oleh Penyidik dan Penuntut Umum menyatakan berkas lengkap karena melihat peranan terdakwa tidak terlalu berat dibanding terdakwa yang lain. Terlebih Penuntut Umum berpendapat tidak menghalangi jalannya proses penuntutan di persidangan dan telah sesuai.

  Vonis Pidana penjara selama lima bulan, masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani terdakwa I & terdakwa II dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan, menetapkan para terdakwa tetap di tahan, membayar biaya perkara masing- masing sejumlah Rp 2.000,.

  Tabel 4. Ringkasan Putusan Nomor 05/PID.B/2016/PN.SMG

  5

  5. Kebangsaan : Indonesia

  5. Perpanjangan ketua PN.SMG: sejak tanggal 3-2- 2016 s/d 2-4-2016.

  4. Hakim Pengadilan Negeri SMG: sejak tanggal 4-1- 2016 s/d 2-2-2016;

  3. Penuntut Umum: sejak tanggal 21-12-2015 s/d 9-1- 2016;

  2. Perpanjangan Penuntut Umum: sejak tanggal 7-12- 2015 s/d 15-1-2016;

  1. Penyidik: sejak tanggal 17-11-2015 s/d 6-12-2015;

  8. Pekerjaan : Karyawan Swasta Ditahan dalam Rumah Tahanan Negara oleh:

  7. Agama : Islam

  6. Tempat tinggal : Jl.Ngesrep barat VI RT.03 RW.08 Kel.Sronndol Kulon Kec.Banyumanik Kota Semarang

  4. Jenis kelamin : laki-laki

  8 Nomor Perkara : 06/PID.B/2016/PN.SMG Nama Terdakwa : Okta Ardi Hartanto Nama Korban : (korban hanya satu menyesuaikan putusan sebelumnya)

  3. Umur/tanggal lahir : 23 tahun/6 Oktober 1992

  2. Tempat lahir : Semarang

  1. Nama lengkap : Okta Ardi Hartanto

  Terdakwa I

  Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP. Kasus Posisi Pada saat masih terjadi percecokan antara korban dengan terdakwa Riris Adi Purwoko karena tidak terima kunci motor diambil oleh korban, terdakwa masih bersama terdakwa Martayuki Saputra dan terdakwa Sali Afrija. Kemudian karena terjadi percecokan, terdakwa Riris Adi Purwoko memanggil terdakwa untuk menghampirinya, dan seketika terdakwa langsung memukul korban dengan menggunakan tangan kosong mengenai dada & perut korban. Terdakwa melakukan penegroyokan dengan memukul kepala korban beberapa kali lebih dari sekali dan saat di patung diponegoro UNDIP memukul menggunakan paving block bentuk persegi panjang ke wajah korban. Identitas Terdakwa

  Tuntutan Terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pengeroyokan sebagaimana dan diancam dalam Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP, dijatuhkan pidana penjara selama satu tahun dengan dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan sementara dengan perintah para terdakwa tetap ditahan, dibebani membayar biaya perkara sebesar Rp 2.000,. Dakwaan Dakwaan tunggal

  Dasar pertimbangan splitsing adalah karena saat proses hukum tindak pidana pengeroyokan telah berjalan, terdakwa menjadi daftar pencarian orang dan sedang dalam pencarian pihak kepolisian. Demi kepentingan umum, menyebabkan Penuntut Umum memisah berkas terdakwa.

  Vonis Pidana penjara selama enam bulan, masa penahanan yang telah dijalani terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan, menetapkan terdakwa tetap di tahan, membayar biaya perkara masing-masing sejumlah Rp 2.000,.

  Tabel 5. Ringkasan Putusan Nomor 06/PID.B/2016/PN.SMG Kaitannya dengan keseluruhan putusan tersebut dapat dikemukakan beberapa hal yaitu, penangkapan dan penahanan para terdakwa ada yang berbeda sebagaimana terdakwa Bahtiar Samaul Aldi dengan Puthut Reza Agung Haryono, Riris Adi Purwoko dengan Abry Yuda Pangestu, Martayuki Saputra dengan Sali Afrija pada tanggal 23 Oktober 2015, terdakwa Okta Ardi Hartanto pada tanggal 17 November 2015 dan terdakwa M Dekron pada masing berisi satu terdakwa (terdakwa Okta Ardi Hartanto dan M Dekron) dan tiga berkas yang didakwa terdiri masing-masing dua terdakwa (Bahtiar Samaul Aldi dengan Puthut Reza Agung Haryono, Riris Adi Purwoko dengan Abry Yuda Pangestu, Martayuki Saputra dengan Sali Afrija). Kemudian satu terdakwa (M Dekron) dipisah berbeda dengan dakwaan alternatif Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP atau Pasal 351 ayat (2) KUHP, sebagaimana berbeda dengan ketujuh terdakwa yang didakwa dengan dakwaan tunggal Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP. Terdapat penjatuhan tuntutan yang berbeda terhadap kedelapan terdakwa, sebagaimana dua terdakwa (Martayuki Saputra dengan Sali Afrija) dituntut Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP dengan dijatuhkan pidana penjara selama sepuluh bulan serta keenam terdakwa lainnya dituntut Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP dengan dijatuhkan pidana penjara selama satu tahun. Selanjutnya kaitannya vonis Hakim, terdapat dua terdakwa (Martayuki Saputra dengan Sali Afrija) dihukum pidana penjara selama lima bulan dan enam terdakwa dihukum pidana penjara selama enam bulan.

  Berdasarkan uraian masing-masing perkara pada tabel tersebut, kemudian dianalisis dari keseluruhan berkas perkara sebagaimana berikut: Tabel 6. Analisis keseluruhan putusan

  Analisis keseluruhan putusan

  1. Korban Hanya satu bernama Tranggono Hemawan

  2. Perbuatan Delapan terdakwa secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pengeroyokan: a. Terdakwa Bahtiar: memukul korban satu kali mengenai pundak sebelah kiri dengan menggunakan tangan kanan mengepal; b. Terdakwa Puthut: memukul kepala korban satu kali mengenai bagian belakang;

  c. Terdakwa Riris: memegangi korban dari belakang posisi tangan kiri mengkait ke leher korban dan

tangan kanan memukul menggunakan helm ke kepala korban sebanyak dua kali;

d. Terdakwa Abry: memukul satu kali mengenai kepala bagian belakang korban;

  e. Terdakwa M Dekron: mengambil batu dan memukul satu kali mengenai kepala bagian belakang korban serta menjatuhkannya kearah kepala korban; f. Terdakwa Martayuki: memegang korban dan melakukan pemukulan kepada korban;

  g. Terdakwa Sali: memegang korban dan melakukan pemukulan kepada korban;

  h. Terdakwa Okta: memukul korban dengan menggunakan tangan kosong mengenai dada & perut korban, memukul kepala korban beberapa kali lebih dari sekali dan memukul menggunakan paving bentuk persegi panjang ke wajah korban.

3. Penahanan

  a. Enam terdakwa (Bahtiar Samaul Aldi-Puthut Reza Agung Haryono, Riris Adi Purwoko-Abry Yuda Pangestu, Martayuki Saputra-Sali Afrija) ditahan pada tanggal yang sama 23 Oktober 2015;

b. Terdakwa Okta Ardi Hartanto tanggal 17 November 2015; c. Terdakwa M Dekron tanggal 1 Desember 2015.

  4. Berkas berisi dua terdakwa

  a. Bahtiar Samaul Aldi-Puthut Reza Agung Haryono: sebelumnya berkas para terdakwa, digabung dengan terdakwa Riris Adi Purwoko-Abry Yuda Pangestu. Terlebih saat awal proses hukum telah berjalan hanya ada enam tersangka, dan Penuntut Umum memberi petunjuk untuk dipisah masing- masing berkas berisi dua terdakwa supaya memudahkan dalam pembuktian di persidangan; b. Riris Adi Purwoko-Abry Yuda Pangestu: sebelumnya berkas para terdakwa, digabung dengan terdakwa Bahtiar Samaul Aldi-Puthut Reza Agung Haryono. Terlebih saat awal proses hukum telah berjalan hanya ada enam tersangka, dan Penuntut Umum memberi petunjuk untuk dipisah masing- masing berkas berisi dua terdakwa supaya memudahkan dalam pembuktian di persidangan; c. Martayuki Saputra-Sali Afrija: Penuntut Umum mempertimbangkan bahwa para terdakwa dijadikan satu berkas telah sesuai dengan perbuatan terdakwa saat melakukan tindak pidana, terlebih saat awal proses hukum telah berjalan hanya ada enam tersangka.

  5. Berkas berisi satu terdakwa

  a. Okta Ardi Hartanto: ditangkap dan ditahan terpisah karena menjadi daftar pencarian orang pihak kepolisian saat proses hukum telah berjalan;

b. M Dekron: ditangkap dan ditahan terpisah karena berdasarkan keterangan terdakwa Okta Ardi Hartanto keterlibatannya dalam tindak pidana pengeroyokan di Jalan Setiabudi Semarang.

  6. Dakwaan

  a. Tujuh terdakwa (Bahtiar Samaul Aldi-Puthut Reza Agung Haryono, Riris Adi Purwoko-Abry Yuda Pangestu, Martayuki Saputra-Sali Afrija, Okta Ardi Hartanto) didakwa dakwaan tunggal Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP;

  b. Terdakwa M Dekron didakwa dakwaan alternatif Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP atau Pasal 351 ayat (2) KUHP

  7. Requisitoir (tuntutan)

  a. Enam terdakwa (Bahtiar Samaul Aldi-Puthut Reza Agung Haryono, Riris Adi Purwoko-Abry Yuda Pangestu, Okta Ardi Hartanto, M Dekron) dituntut Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP dengan dijatuhkan pidan a penjara selama satu tahun.....”; b. Dua terdakwa (Martayuki Saputra-Sali Afrija) dituntut Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP namun dengan dijatuhkan pidana penjara selama sepuluh bulan....”.

  8. Vonis

  a. Enam terdakwa (Bahtiar Samaul Aldi-Puthut Reza Agung Haryono, Riris Adi Purwoko-Abry Yuda Pangestu, Okta Ardi Hartanto, M Dekron) dihukum pidana penjara selama enam bulan;

b. Dua terdakwa (Martayuki Saputra-Sali Afrija) dihukum pidana penjara selama lima bulan.

  Berdasarkan hasil analisis keseluruhan berkas perkara, kemudian dikemukakan persamaan dan perbedaan sebagaimana dijelaskan berikut: Tabel 7. Persamaan dan perbedaan analisis keseluruhan putusan

  

Analisis keseluruhan putusan

Perbedaan Persamaan

  1. Penahanan

  1. Perbuatan

  a. Enam terdakwa (Bahtiar Samaul Aldi- Delapan terdakwa secara sah dan meyakinkan Puthut Reza Agung Haryono, Riris Adi bersalah melakukan tindak pidana Purwoko-Abry Yuda Pangestu, Martayuki pengeroyokan: Saputra-Sali Afrija) ditahan pada tanggal a. Terdakwa Bahtiar: memukul korban satu kali yang sama 23 Oktober 2015; mengenai pundak sebelah kiri dengan b. Terdakwa Okta Ardi Hartanto tanggal 17 menggunakan tangan kanan mengepal; November 2015; b. Terdakwa Puthut: memukul kepala korban

  c. Terdakwa M Dekron tanggal 1 Desember satu kali mengenai bagian belakang; 2015.

  c. Terdakwa Riris: memegangi korban dari

  2. Dakwaan belakang posisi tangan kiri mengkait ke leher

  a. Tujuh terdakwa (Bahtiar Samaul Aldi- korban dan tangan kanan memukul Puthut Reza Agung Haryono, Riris Adi menggunakan helm ke kepala korban Purwoko-Abry Yuda Pangestu, Martayuki sebanyak dua kali; Saputra-Sali Afrija, Okta Ardi Hartanto) d. Terdakwa Abry: memukul satu kali didakwa dakwaan tunggal Pasal 170 ayat mengenai kepala bagian belakang korban;

  (2) ke-1 KUHP;

  e. Terdakwa M Dekron: mengambil batu dan

  b. Terdakwa M Dekron didakwa dakwaan memukul satu kali mengenai kepala bagian alternatif Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP belakang korban serta menjatuhkannya atau Pasal 351 ayat (2) KUHP. kearah kepala korban;

  3. Requisitoir (tuntutan)

  f. Terdakwa Martayuki: memegang korban

  a. Enam terdakwa (Bahtiar Samaul Aldi- dan melakukan pemukulan kepada korban; Puthut Reza Agung Haryono, Riris Adi g. Terdakwa Sali: memegang korban dan Purwoko-Abry Yuda Pangestu, Okta Ardi melakukan pemukulan kepada korban;

  Hartanto, M Dekron) dituntut Pasal 170

  h. Terdakwa Okta: memukul korban dengan ayat (2) ke-1 KUHP dengan dijatuhkan menggunakan tangan kosong mengenai dada & perut korban, memukul kepala pidana penjara selama satu tahun.....”; b. Dua terdakwa (Martayuki Saputra-Sali korban beberapa kali lebih dari sekali dan Afrija) dituntut Pasal 170 ayat (2) ke-1 memukul menggunakan paving bentuk

  KUHP namun dengan dijatuhkan pidana persegi panjang ke wajah korban. penjara selama sepuluh bul an....”.

  2. Korban 4. Vonis Hanya satu bernama Tranggono Hemawan.

  a. Enam terdakwa (Bahtiar Samaul Aldi-

  3. Upaya hukum Puthut Reza Agung Haryono, Riris Adi Para terdakwa tidak melakukan upaya hukum Purwoko-Abry Yuda Pangestu, Okta Ardi biasa maupun luar biasa (perkara telah Hartanto, M Dekron) dihukum pidana inkracht). penjara selama enam bulan;

  b. Dua terdakwa (Martayuki Saputra-Sali Afrija) dihukum pidana penjara selama lima bulan.

  5. Berkas berisi dua terdakwa

  a. Bahtiar Samul Aldi dengan Puthut Reza Agung Haryono; b. Riris Adi Purwoko dengan Abry Yuda Pangestu; c. Martayuki Saputra dengan Sali Afrija.

  6. Berkas berisi satu terdakwa

  a. Okta Ardi Hartanto; b. M Dekron.

  Kaitannya penerapan splitsing dari lima berkas dengan penegakan hukum apakah telah diberikannya nilai keadilan, kemanfaatan, kepastian hukum atau sebaliknya memberikan kesewenang-wenangan terhadap kepentingan para pihak yang terdiri dari kepentingan korban, terdakwa dan Negara/masyarakat dapat dikemukakan sebagai berikut:

  1. Kepentingan korban Dilakukannya splitsing dilihat dari kepentingan korban berdasarkan nilai keadilan, menyebabkan kerugian sebagaimana tidak efisien dalam perihal waktu, membuang biaya dan tenaga. Korban harus bolak-balik datang ke persidangan untuk dimintai keterangannya oleh Hakim demi memperoleh kebenaran materiil, terlebih hal tersebut juga menyebabkan biaya yang dikeluarkan tidak ringan dan tenaga yang terkuras. Terlebih bila perkara yang dipisah, hari persidangannya berbeda antara satu dengan yang lain menyebabkan korban wajib mengikutinya. Kaitannya dengan kasus tindak pidana pengeroyokan di Jalan Setiabudi Semarang, hanya ada satu korban yang secara otomatis pasti harus bolak-balik mengikuti persidangan kapasitasnya untuk memberikan keterangan.

  b. Nilai kemanfaatan

  Splitsing juga turut memberikan rasa kemanfaatan kepentingan

  korban, sebagaimana untuk memahami siapa saja pelaku yang telah melakukan tindak pidana pengeroyokan kepada korban (sebelumnya korban belum mengetahui terdakwa) dan bagaimana perbuatan para terdakwa kepada korban yang diketahui melalui perbedaan peranan pada berkas perkara masing-masing terdakwa.

  c. Nilai kepastian hukum Berdasarkan nilai kepastian hukum, splitsing memberikan kepastian bahwa nantinya terdakwa akan dihukum berdasarkan peranannya saat penjatuhan sanksi yang sesuai dengan perbuatan terdakwa.

  2. Kepentingan terdakwa

  a. Nilai keadilan Hasil wawancara dengan Pudji Widodo Hakim pada Pengadilan Negeri Semarang hari Senin, tanggal 29 Januari 2018, menerangkan bahwa dilakukannya splitsing dilihat dari kepentingan terdakwa, mengakibatkan kerugian namun tidak signifikan. Adapun penerapan

  splitsing dilihat dari kepentingan terdakwa akan menyebabkan proses

  persidangan yang lama karena para terdakwa diadili terpisah dan secara bergantian berganti kapasitasnya menjadi saksi dalam perkara terdakwa lain, namun tidak terlalu signifikan karena biaya dan tenaga dikeluarkan tidak banyak sebanding dilihat dari kepentingan korban, sebagaimana terdakwa dijemput dan dibawa oleh pihak Penuntut

  58 Umum menggunakan bus tahanan kejaksaan Negeri . b. Nilai kemanfaatan Kaitannya dengan kasus tindak pidana pengeroyokan di Jalan Setiabudi Semarang perihal aspek kepentingan terdakwa, harus dipandang secara keseluruhan penerapan tujuan splitsing sebagaimana disisi lain juga membawa keuntungan bagi pihak terdakwa. Berdasarkan aspek kemanfaatan, splitsing tersebut harus dirasakan melakukan tindak pidana lagi, terlebih juga untuk membedakan berdasarkan peranan terdakwa dalam perbuatan tindak pidana sebagaimana telah melakukan perbuatan tindak pidana kepada seseorang yang mengakibatkan luka-luka, dalam hal ini para terdakwa dijatuhi pidana penjara sesuai masing-masing putusan vonis Hakim (sepuluh bulan dan satu tahun pidana penjara).

  c. Nilai kepastian hukum

  Splitsing tersebut juga membawa kepastian hukum, sebagaimana

  membuat masing-masing terdakwa dapat dituntut dan dijatuhi pidana oleh Hakim berdasarkan dakwaan yang dibuat Penuntut Umum.

  Splitsing juga memberikan kepastian hukum bagi terdakwa, dengan

  membedakan berkas perkara menyesuaikan peranan masing-masing terdakwa. Mengingat, ada terdakwa yang masuk dalam daftar pencarian orang pihak kepolisian saat proses penegakan hukum tindak pidana pengeroyokan berjalan, apabila tidak dilakukannya splitsing maka akan merugikan hak-hak para terdakwa sebagaimana yang termaktub dalam Pasal 50 KUHAP: Pasal 50 KUHAP

  (1) Tersangka berhak dan segera mendapat pemeriksaan oleh Penyidik dan selanjutnya dapat diajukan kepada Penuntut Umum;

  (2) Tersangka berhak perkaranya segera dimajukan ke pengadilan oleh Penuntut Umum; (3) Terdakwa berhak segera diadili oleh pengadilan.

  Negara atau masyarakat umum dalam hal proses penegakan hukum pidana diwakili oleh Penyidik, Penuntut Umum dan Hakim dalam kapasitasnya sebagai penegak hukum. Splitsing tersebut demi kepentingan Negara tidak bisa dilihat secara keseluruhan apakah telah memenuhi nilai keadilan, kemanfaatan, kepastian hukum melainkan harus dilihat satu-persatu.

  a. Nilai keadilan Nilai keadilan bila dilihat dari Penyidik dan Penuntut Umum, maka

  splitsing akan memudahkan proses penegakan hukum serta

  memudahkan Penuntut Umum dalam pembuktian saat persidangan maupun dalam klasifikasi penuntutan berdasarkan peranan terdakwa

  59 .

  Apabila berkas perkara digabung yang terjadi tidak akan terpenuhinya aspek keadilan guna membuktikan perbuatan para terdakwa telah bersalah dengan sengaja melakukan tindak pidana pengeroyokan. b. Nilai kemanfaatan

  Splitsing bagi kepentingan Negara ialah memberikan manfaat bahwa

  masih ada upaya represif dalam rangka penegakan hukum yang dapat diterapkan, bilamana ditemukan seperti dalam kasus tindak pidana pengeroyokan di Jalan Setiabudi Semarang yang ada terdakwa menjadi daftar pencarian orang, yang menyebabkan tidak dapat dijadikannya c. Nilai kepastian hukum

  Dilakukannya splitsing juga telah memenuhi aspek kepastian hukum, karena berdasarkan Pasal 142 KUHAP mengatur bahwa Penuntut Umum dapat melakukan penuntutan terhadap masing-masing terdakwa secara terpisah. Namun dari sudut pandang Hakim, splitsing tidak sesuai dengan asas peradilan cepat-sederhana-biaya ringan, karena tidak tercapainya pemenuhan asas tersebut dan akan bersidang lebih dari satu berkas perkaa yang pasti akan berjalan lama, terlebih dalam penerapannya sesuai irah- irahan “Demi Keadilan Berdasarkan

  60 Ketuhanan Yang Maha Esa” .

  Berdasarkan ketiga nilai yaitu nilai keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum pada kaitannya penerapan splitsing dalam kasus tindak pidana pengeroyokan di Jalan Setiabudi Semarang terhadap kepentingan korban, terdakwa dan Negara/masyarakat dapat dikemukakan bahwa harus dilihat secara kesatuan utuh demi tujuan hukum. Benar adanya setiap keputusan pasti memberikan konsekuensi, sebagaimana juga dalam

  splitsing tindak pidana pengeroyokan di Jalan Setiabudi Semarang. Splitsing terhadap kasus tindak pidana pengeroyokan di Jalan Setiabudi

  Semarang sudah baik sesuai kepentingan pihak korban, tersangka dan Negara/masyarakat. Bilamana kasus tersebut tidak dilakukan pemisahan, seperti korban harus bolak-balik datang ke persidangan, menurut Hakim tidak sesuai dengan asas peradilan cepat-sederhana-biaya murah, harus dilihat bahwa bila tidak dilakukannya splitsing maka akan lebih sulit dalam mencapai tujuan hukum, terlebih nantinya dalam penegakan hukum mulai dari tingkat penyidikan oleh Penyidik sampai tingkat penuntutan dalam persidangan oleh Penuntut Umum akan kesulitan memperoleh kebenaran materiil demi tujuan hukum.

  Kemudian Penuntut Umum mempertimbangkan bahwa kasus tindak pidana pengeroyokan, berkas perkaranya harus dipisah demi kepentingan penuntutan. Penuntut Umum mengemukakan tiga dasar pertimbangan mengapa berkas perkara tindak pidana pengeroyokan tersebut harus dipisah yaitu dasar pertimbangan filosofis, yuridis dan sosiologis, sebagaimana hasil wawancara berikut:

1. Dasar pertimbangan filosofis a. Untuk mempermudah pembuktian Penuntut Umum saat persidangan.

  PenuntutUumum melihat fakta yang ada pada kasus ini, bahwa bila perkara tersebut digabung (voeging) akan menyulitkan dalam pembuktian penunutut umum. Karena awalnya terdakwa yang ditetapkan hanya ada enam sedangkan untuk saksi tidak mendukung pelapor (Winarto S.H), satu saksi korban (Tranggono Hemawan) dan dua saksi yang dapat dikatakan tidak memenuhi pengertian sebagai saksi karena tidak melihat keseluruhan kejadian secara langsung (Alessandro Okta Prakasa dan Muhammad Athfal Rizki) dan alat bukti surat berupa visum et repertum yang dibuat dan ditandatangani oleh Dokter Reni K. Barus dari Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang.

  Setelah terjadinya tindak pidana pengeroyokan tersebut, terdakwa Okta Ardi Hartanto masuk menjadi daftar pencarian orang pihak kepolisian guna untuk menghindari penangkapan. Karena kompleksnya peranan terdakwa Okta Ardi Hartanto disebutkan terus- menerus oleh keterangan terdakwa lain dan keterangan korban, maka keterangan terdakwa Okta Ardi Hartanto juga harus didapatkan. Terlebih setelah adanya perkembangan dari keterangan terdakwa lain, kemudian merujuk menjadi tujuh terdakwa (sebelum terdakwa M.

  Dekron ditetapkan sebagai tersangka) tindak pidana pengeroyokan yang akhirnya terdakwa Okta Ardi Hartanto pada faktanya ditangkap dan ditangkap oleh kepolisian.

  Kemudian barulah terdakwa menjadi delapan orang setelah ditangkapnya terdakwa M. Dekron setelah adanya perkembangan dari keterangan terdakwa Okta Ardi Hartanto. Dasar pertimbangan itulah

  61 yang menyebabkan dipisah secara tersendiri oleh Penuntut Umum .

  Penuntut Umum mempertimbangkan bahwa nantinya terdakwa akan dijadikan saksi mahkota untuk perkara lain. Penuntut Umum kemudian pada saat prapenuntutan melakukan P-19 (mengembalikan berkas perkara untuk dilengkapi) kepada Penyidik disertai petunjuk.

  Petunjuk yang ada ialah bahwa berkas perkara sebelumnya yang berisikan terdakwa Bahtiar Samaul Aldi, Puthut Reza Agung Haryono, Riris Adi Purwoko dan Abry Yuda Pangestu dipisah lagi untuk kemudian para terdakwa dibagi menjadi dua berkas. Dasar pertimbangan dijadikannya saksi mahkota untuk perkara lain, kemudian sampailah para terdakwa tersebut dipisah menjadi dua berkas, yang berisi terdakwa Bahtiar Samaul Aldi dengan Puthut Reza Agung Haryono dan Riris Adi Purwoko dengan Abry Yuda Pangestu.

  Kemudian dengan dasar tersebut Penuntut Umum melakukan splitsing, yang nantinya terdakwa menjadi saksi untuk perkara lain.

  Dalam hal ini para terdakwa masing-masing menjadi saksi untuk perkara terdakwa lain, sebagai berikut: 1) Terdakwa Riris Adi Purwoko dengan Abry Yuda Pangestu menjadi saksi untuk perkara dengan terdakwa Bahtiar Samaul

  Aldi dengan Puthut Reza Agung Haryono, terdakwa Martayuki Saputra dengan Sali Afrija, dan terdakwa Okta Ardi Hartanto; Haryono menjadi saksi untuk perkara dengan terdakwa Riris Adi Purwoko dengan Abry Yuda Pangestu;

  3) Terdakwa Martayuki Saputra dengan Sali Afrija menjadi saksi untuk perkara dengan terdakwa Okta Ardi Hartanto; 4) Terdakwa Okta Ardi Hartanto menjadi saksi untuk perkara dengan terdakwa Martayuki Saputra dengan Sali Afrija dan terdakwa M. Dekron

  62 .

  c. Untuk menjaring terdakwa (menitikberatkan peranannya) demi kepentingan penuntutan.