HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN LABORATORIUM DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN PROLANIS DI LABORATORIUM KLINIK SIMPANG LIMA HUSADA KABUPATEN GROBOGAN - Repository Universitas Muhammadiyah Semarang
HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN LABORATORIUM DENGAN
TINGKAT KEPUASAN PASIEN PROLANIS DI LABORATORIUM
KLINIK SIMPANG LIMA HUSADA KABUPATEN GROBOGAN
Manuscript
Oleh:
Dyah Kusuma Wardani
G1C217131
PROGAM STUDI D IV ANALIS KESEHATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2018
Corresponding Author: Dyah Kusuma WardaniLaboratorium Patologi Klinik, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Semarang, Semarang Indonesia 50273 E-mailCorresponding Author: Dyah Kusuma Wardani
Laboratorium Patologi Klinik, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Semarang, Semarang Indonesia 50273 E-mailCorresponding Author: Dyah Kusuma Wardani
Laboratorium Patologi Klinik, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Semarang, Semarang Indonesia 50273 E-mailCorresponding Author: Dyah Kusuma Wardani
Laboratorium Patologi Klinik, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Semarang, Semarang Indonesia 50273 E-mailHUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN LABORATORIUM DENGAN
TINGKAT KEPUASAN PASIEN PROLANIS DI LABORATORUM
KLINIK SIMPANG LIMA HUSADA KABUPATEN GROBOGAN1 , Budi Santosa
2 , Umi Amalia
3 1 Program Studi D IV Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang 2 Laboratorium Patologi Klinik Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang
Info Artikle Abstract Health is one of the important aspects in life, along with the increasing standard of living of the people, the demands for better health services are increasing. One effort to improve the quality of health services is by measuring the level of patient satisfaction. This study aims to determine the correlation between the quality of laboratory services and the level of satisfaction of Prolanis patients at the Simpang Lima Husada Clinical Laboratory in Grobogan Regency. This type of research is analytic correlation with Cross Sectional approach. The population and samples were Prolanis patients in the Clinical Laboratory of Simpang Lima Husada, Grobogan Regency with a history of type 2 diabetes mellitus as many as 40 respondents. The sampling technique uses Nonprobability Sampling technique with purposive sampling method. Statistical test with Kendall Tau Correlation test with an alpha value limit of 5%. The results showed that the level of satisfaction of Prolanis patients on Clinical Laboratory services at Simpang Lima Husada Grobogan Regency was very satisfied as much as 5%, satisfied 87.5% and quite satisfied 7.5%. The results of statistical tests obtained significance value ρ = 0,000 <0,05 with a value of r = 0,769. These results indicate that there is a correlation between the quality of laboratory services and the level of satisfaction of Prolanis patients in the Simpang Lima Husada Clinical Laboratory in Grobogan Regency, with very strong correlation strength.
Keywords : health service quality, patient satisfaction, Prolanis
Pendahuluan
Salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia adalah kesehatan, maka dari itu seiring meningkatnya taraf hidup masyarakat, maka semakin meningkat pula tuntutan masyarakat akan kualitas kesehatan yang lebih baik lagi. Berdasarkan hal tersebut, maka pemerintah berupaya membangun pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau dan dapat dimanfaatkan oleh semua masyarakat (Wira, 2014).
Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperoleh setelah pasien membandingkan antara pelayanan yang diterima dengan apa yang diharapkan (Pohan, 2013). Kepuasan pasien ini perlu dilakukan pengukuran sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan sehingga dapat memenuhi harapan pasien, karena kepuasan pasien dapat
1
Dyah Kusuma W
Corresponding Author: Dyah Kusuma Wardani
Laboratorium Patologi Klinik, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Semarang, Semarang Indonesia 50273 E-mailPopulasi dalam penelitian ini adalah peserta Prolanis dengan riwayat Diabetus Melitus tipe 2 yang terdaftar di Faskes Klinik Simpang Lima Husada Kabupaten Grobogan dengan jumlah sampel 40 pasien yang didapat berdasarkan perhitungan Slovin (Yusuf, 2017).
Berdasarkan Tabel 1. distribusi responden berdasarkan jenis kelamin menunjukkan responden paling banyak dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 23 responden (57,5%). Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Gunarsa (2008) dalam Merryani (2014) bahwa jenis
Sumber : Data Primer
Jenis Kelamin n % Laki-Laki 17 42,5 Perempuan 23 57,5 Jumlah 40 100
Hasil Penelitian Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
digunakan adalah kuesioner dan analisis data menggunakan analisis univariat untuk mendiskripsikan karakteristik variabel dan analisis bivariat untuk mengetahui hubungan dari variabel bebas dan variabel terikat menggunakan uji Korelasi Kendall Tau dengan batas nilai alpha 5%.
sampling dengan metode Purposive Sampling . Alat dan instrumen yang
Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik nonprobability
Laboratorium Klinik Simpang Lima Husada Kabupaten Grobogan pada bulan Juni sampai Juli 2018.
membantu memberikan gambaran tentang mutu pelayanan kesehatan (Wira, 2014).
sectional . Penelitian dilakukan di
Pada penelitian ini digunakan penelitian analitik korelasi dengan pendekatan cross
Bahan dan Metode
Beberapa keluhan yang pernah diterima oleh petugas laboratorium seperti pengambilan sampel darah yang sakit, proses pengambilan darah yang tidak sesuai nomor urut, serta kamar mandi laboratorium yang kurang bersih dan bau. Hal-hal tersebut dapat berpengaruh pada penilaian pasien Prolanis terhadap kualitas pelayanan yang telah diberikan oleh Laboratorium Klinik Simpang Lima Husada Kabupaten Grobogan.
Adanya peserta Prolanis yang hanya mengikuti pemeriksaan gula darah puasa saja dan tidak melakukan pemeriksaan gula darah 2 jam post prandial, adanya peserta Prolanis dengan riwayat Diabetes Melitus tipe 2 yang terdaftar sebagai peserta Prolanis tetapi tidak melakukan pemeriksaan, adanya peserta Prolanis yang hadir dalam pemeriksaan bulan pertama tetapi tidak hadir dalam pemeriksaan bulan selanjutnya, serta belum pernah dilakukan evaluasi kepuasan pelayanan pasien Prolanis dan tidak adanya buku komplain untuk pasien.
Laboratorium Klinik Simpang Lima Husada Kabupaten Grobogan selaku Faskes tingkat pertama bekerjasama dengan BPJS Kesehatan untuk menyelenggarakan kegiatan Prolanis dengan melakukan pemeriksaan gula darah puasa, gula darah 2 jam post prandial dan pemeriksaan tensi. Kegiatan Prolanis ini dilaksanakan pada minggu kedua setiap bulannnya.
BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Kesehatan adalah badan hukum milik negara yang ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk menyelenggarakan program jaminan sosial dan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia (BPJS Kesehatan, 2014). Salah satu program promotif dan preventif yang telah dilakukan oleh BPJS Kesehatan yaitu Prolanis atau Program Pengelolaan Penyakit Kronis.
Pelayanan kesehatan yang bermutu merupakan salah satu kebutuhan dasar yang diperlukan bagi setiap orang. Salah satu penyedia pelayanan kesehatan adalah Laboratorium Klinik (Mardiana, 2012). Laboratorium Klinik adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan spesimen klinik untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan perorangan terutama untuk menunjang upaya diagnosis penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan (Permenkes RI, 2010).
2
Corresponding Author: Dyah Kusuma Wardani
Laboratorium Patologi Klinik, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Semarang, Semarang Indonesia 50273 E-mailTabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan N % Wiraswasta 8 20,0 PNS/TNI/POLRI
Berdasarkan Tabel 5. distribusi responden berdasarkan frekuensi kunjungan menunjukkan responden yang paling banyak yaitu responden yang berkunjung > 5 kali sebanyak 32 (80%). Menurut Nasir (2017), harapan pasien dapat dibentuk oleh pengalaman, komentar dari kerabat, dan informasi dari media. Pasien yang merasa puas akan setia lebih lama dan akan datang untuk berobat kembali (Pohan, 2013).
Sumber : Data Primer
32 80,0 Total 40 100
2 5,0 4 kali 1 2,5 5 kali 5 12,5 >5 kali
Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Kunjungan Frekuensi Kunjungan N % 3 kali
Berdasarkan Tabel 4. distribusi responden berdasarkan pekerjaan menunjukkan responden yang paling banyak adalah responden yang tidak bekerja 14 responden (35%). Berdasarkan jenis pekerjaan yang paling banyak mengikuti kegiatan Prolanis di Laboratorium Klinik Simpang Lima Husada Kabupaten Grobogan adalah pasien yang tidak bekerja (Ibu Rumah Tangga) karena masyarakat kabupaten Grobogan yang mayoritas berjenis kelamin perempuan banyak yang tidak bekerja (Ibu Rumah Tangga).
Sumber : Data Primer
14 35,0 Total 40 100
6 15,0 Petani 9 22,5 Lain-Lain 3 7,5 Tidak Bekerja
Berdasarkan Tabel 3. distribusi responden berdasarkan Pendidikan Terakhir menunjukkan responden yang paling banyak adalah Tamat SD sebanyak 14 responden (35%). Makin tinggi tingkat pendidikan pasien, maka tingkat kepuasannya makin rendah, karena orang yang berpendidikan tinggi biasanya mempunyai harapan yang tinggi terhadap orang lain atas dirinya (Nasir, 2017). Hal ini memacu penyedia layanan kesehatan untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan (Sulistyo, 2016).
kelamin memiliki pengaruh pada pandangan terhadap jasa yang diberikan. Perempuan lebih melihat penampilan secara detail, sementara laki-laki tidak mempermasalahkan hal tersebut, karena kaum laki-laki cenderung lebih cuek dan fleksibel.
Sumber : Data Primer
8 20,0 Total 40 100
4 10,0 Tamat SMA 13 32,5 Diploma/Sarjana
1 2,5 Tamat SD 14 35,0 Tamat SMP
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pendidikan Terakhir n % Tidak Tamat SD
Berdasarkan Tabel 2. distribusi responden berdasarkan umur menunjukkan responden yang paling banyak berumur antara 50-59 tahun sebanyak 17 responden (42,5%). Menurut Hasibuan (2014), salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan adalah umur. Umur lebih tua cenderung mencari kemudahan untuk mendapatkan pelayanan. Selain itu, pasien yang berusia tua lebih bersifat terbuka, sehingga tuntutan dan harapannya lebih rendah dari pasien usia muda. Hal ini menyebabkan pasien usia tua lebih cepat puas daripada pasien usia muda (Merryani, 2014).
Sumber : Data Primer
1 2,5 Total 40 100
17 42,5 60-69 tahun 10 25,0 >70 tahun
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Umur N % 40-49 tahun 12 30,0 50-59 tahun
3 Kategori Cukup Baik Baik
Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Dimensi Kehandalan (Reliability) Dimensi Kehandalan
Sangat Baik N % N % N % Kesesuaian
- 32 80,0
Jam Datang
8 20,0 Ketepatan Pelayanan 4 10,0
35 87,5 1 2,5 Sampling Urut 5 12,5
35 87,5 - - Memberi Penjelasan 3 7,5
37 92,5 - - Sumber : Data Primer
Berdasarkan Tabel 8. menunjukkan kualitas pelayanan laboratorium dari kesesuain jam datang paling banyak menyatakan baik sebesar 32 responden (80,0%), dari ketepatan pelayanan paling banyak menyatakan baik sebesar
35 responden (87,5%), dari sampling sesuai urutan paling banyak menyatakan baik sebesar 35 responden (87,5%), dan dari memberi penjelasan sebelum tindakan paling banyak menyatakan baik sebesar
37 responden (92,5%).
Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan Dimensi Empati (Emphaty) Dimensi Empati
Kategori Cukup Baik Baik
Sangat Baik N % N % N % Meminta Izin
- 30 75,0
1 2,5 37 92,5 2 5,0 Berbicara Ramah 2 5,0
29 72,5 9 22,5 Menghibur Pasien
10
25 30 75,0 - - Pelayanan Adil 7 17,5
33 82,5 - - Sumber : Data Primer
Berdasarkan Tabel 9. menunjukkan kualitas pelayanan laboratorium dari petugas meminta izin paling banyak menyatakan baik sebesar 37 responden (92,5%), dari berbicara ramah paling banyak menyatakan baik sebesar
29 responden (72,5%), dari menghibur pasien paling banyak menyatakan baik sebesar 30 responden (75,0%), dan dari pelayanan adil tanpa memandang status paling banyak menyatakan baik sebesar 33 responden (82,5%).
32 responden (80,0%), dari petugas mengatasi keluhan paling banyak menyatakan baik sebesar 38 responden (95,0%), dan dari kecepatan pendaftaran paling banyak menyatakan baik sebesar 38 responden (95,0%).
Berdasarkan Tabel 7. menunjukkan kualitas pelayanan laboratorium dari keramahan petugas paling banyak menyatakan baik sebesar 30 responden (75,0%), dari kecepatan pelayanan paling banyak menyatakan baik sebesar
35 87,5 Sangat Baik 5 12,5 Bukti Langsung
Corresponding Author: Dyah Kusuma Wardani
Laboratorium Patologi Klinik, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Semarang, Semarang Indonesia 50273 E-mail Analisa UnivariatTabel 6. Distribusi Responden berdasarkan Dimensi Kualitas Pelayanan Dimensi Kepuasan Kategori Jumlah
N % Daya Tanggap (Responsiveness) Baik
34 85,0 Sangat Baik 6 15,0 Kehandalan
(Reliability) Baik 39 97,5 Sangat Baik
1 2,5 Empati (Emphaty) Cukup Baik
1 2,5 Baik 37 92,5 Sangat Baik
2 5,0 Jaminan (Assurance) Baik
(Tangibles) Baik 33 82,5 Sangat Baik
38 95,0 - - Sumber : Data Primer
7 17,5 Sumber : Data Primer
Berdasarkan Tabel 6. distribusi responden paling banyak menyatakan pelayanan baik berdasarkan dimensi daya tanggap 34 responden (85,0%), dimensi kehandalan 39 responden (97,5%), dimensi empati 37 responden (92,5%), dimensi jaminan 35 responden (87,5%), dan dimensi bukti langsung 33 responden (82,5%).
Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Dimensi Daya Tanggap (Responsiveness) Dimensi Daya Tanggap Kategori
Cukup Baik Baik Sangat
Baik N % N % N % Keramahan Petugas
10 25,0 Kecepatan Pelayanan 2 5,0
32 80,0 6 15,0 Mengatasi Keluhan 1 2,5
38 95,0 1 2,5 Kecepatan Pendaftaran 2 5,0
4
- 22 55,0
Laboratorium Klinik Simpang Lima Husada Kabupaten Grobogan Sumber : Data yang Diolah Primer
Dari penelitian yang telah dilakukan, terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas pelayanan laboratorium terhadap tingkat kepuasan pasien Prolanis di Laboratorium Klinik Simpang Lima Husada
Sumber: Hamidi, 2015
0,00 Tidak ada hubungan 0,01
A. de Vaus Koefisien Korelasi Kekuatan Hubungan
Adapun untuk menginterpretasikan hasil koefisien korelasi dapat digunakan Tabel Interpretasi Koefisien Korelasi Versi D. A. de Vaus. sebagai berikut (Hamidi, 2015) : Tabel 12. Interpretasi Koefisien Korelasi Versi D.
11. Pada uji Korelasi Kendall Tau diperoleh nilai signifikansi 0,000 < 0,05 sehingga menunjukkan bahwa ada hubungan antara kualitas pelayanan laboratorium dengan kepuasan pasien Prolanis di Laboratorium Klinik Simpang Lima Husada Kabupaten Grobogan dengan hasil koefisien korelasi r = 0,769 yang berarti kekuatan hubungan antara kedua variabel tersebut sangat kuat (lihat tabel 12). Nilai r positif menunjukkan hubungan searah, jika kualitas pelayanan laboratorium ditingkatkan maka tingkat kepuasan pasien akan meningkat, begitu pula sebaliknya. Hal ini membuktikan bahwa kualitas pelayanan yang baik akan meningkatkan kepuasan pasien.
Hasil analisa dapat dilihat pada Tabel
Diskusi
Pada uji Korelasi Kendal Tau diperoleh nilai signifikansi (p value) 0,000 < 0,05 menunjukkan bahwa ada hubungan antara kualitas pelayanan laboratorium dengan tingkat kepuasan pasien Prolanis di Laboratorium Klinik Simpang Lima Husada Kabupaten Grobogan dengan hasil koefisien korelasi r = 0,769 yang berarti kekuatan hubungan antara kedua variabel tersebut sangat kuat.
35 responden (87,5%), cukup puas 3 responden (7,5%) dan sangat puas 2 responden (5%).
Berdasarkan Tabel 11. menunjukkan bahwa jumlah responden berdasarkan kualitas pelayanan laboratorium yang menyatakan baik sebanyak 37 responden (92,5%), cukup baik 2 responden (5%), dan sangat baik 1 responden (2,5%). Selain itu, berdasarkan tingkat kepuasan pasien Prolanis yang menyatakan puas sebanyak
Analisa Bivariat Tabel 11. Hubungan Kualitas Pelayanan Laboratorium dengan Tingkat Kepuasan Pasien Prolanis di
22 responden (55,0%).
33 responden (82,5%), dari memberikan tanggapan paling banyak menyatakan baik sebesar 35 responden (87,5%), dan dari meningkatkan kepercayaan pasien paling banyak menyatakan baik sebesar
Berdasarkan Tabel 10. menunjukkan kualitas pelayanan laboratorium dari keterampilan sampling paling banyak menyatakan baik sebesar 22 responden (55,0%), dari kejelasan informasi paling banyak menyatakan baik sebesar
Sumber : Data Primer
35 87,5 3 7,5 Kepercayaan 18 45,0 22 55,0 - -
33 82,5 4 10,0 Memberikan Tanggapan 2 5,0
18 45,0 Kejelasan Informasi 3 7,5
Sampling
Sangat Baik N % N % N % keterampil
Kategori Cukup Baik Baik
Tabel 10. Distribusi Responden Berdasarkan Dimensi Jaminan (Assurance) Dimensi Jaminan
- – 0,09 Hubungan kurang berarti 0,10
- – 0,29 Hubungan lemah 0,30 – 0,49 Hubungan moderat 0,50 – 0,69 Hubungan kuat 0,70
- – 0,89 Hubungan sangat kuat >0,90 Hubungan mendekati sempurna
Corresponding Author: Dyah Kusuma Wardani
Laboratorium Patologi Klinik, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Semarang, Semarang Indonesia 50273 E-mail5
Corresponding Author: Dyah Kusuma Wardani
Laboratorium Patologi Klinik, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Semarang, Semarang Indonesia 50273 E-mailKabupaten Grobogan dengan kekuatan hubungan antara kedua variabel sangat kuat.
Pada penelitian ini responden menilai kualitas pelayanan yang paling baik yaitu dimensi daya tanggap (responsiveness) pada butir pernyataan keramahan dan kesopanan petugas, dimensi jaminan (assurance) pada butir pernyataan tentang ketrampilan petugas dalam pengambilan darah atau sampling dan dimensi bukti langsung (tangibles) pada butir pernyataan kerapian penampilan petugas. Kualitas pelayanan yang baik akan menghasilkan tingkat kepuasan yang tinggi, dengan mengetahui tingkat kepuasan pasien, pihak penyedia layanan kesehatan dapat melakukan peningkatan mutu pelayanan (Sulistyo, 2016).
Kualitas pelayanan menurut pendapat Parasuraman et al dalam Irene D. Sari (2010) merupakan perbandingan antara layanan yang dirasakan pasien dengan kualitas layanan yang diharapkan. Apabila kualitas pelayanan yang dirasakan sama atau melebihi kualitas pelayanan yang diharapkan, maka kualitas pelayanan tersebut dianggap ideal atau berkualitas (Sulistyo, 2016).
Menurut Kotler dalam Rangkuti (2013), kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang sebagai hasil dari perbandingan antara produk yang dirasakan dan yang diharapkan. Kepuasan konsumen diukur dengan seberapa besar harapan konsumen terhadap produk dan pelayanan yang aktual. Demikian halnya dengan pasien sebagai konsumen jasa kesehatan dimana pasien akan puas jika pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan dan harapan pasien (Merryani, 2014).
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Kotler dalam Sulistyo (2016) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang erat antara kualitas produk dengan kepuasan konsumen. Kualitas produk tersebut sama dengan kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien sehingga penelitian ini telah sesuai dengan pendapat para ahli.
Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nasyrah (2017) yang melakukan penelitian tentang analisa pengaruh dimensi kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien rawat inap di RS Bhayangkara Makassar, hasil penelitian menunjukkan dimensi kualitas pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pasien rawat inap di RS Bhayangkara Makassar.
Penelitian ini juga sejalan dengan Wahyu Nasir yang meneliti tentang hubungan kualitas pelayanan laboratorium dengan kepuasan pasien pengguna BPJS Kesehatan di RSU Arifin Nu’mang Sidrap Provinsi Sulawesi Selatan, yang menyatakan bahwa ada hubungan signifikan antara kualitas pelayanan laboratorium dengan kepuasan pasien.
Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian tentang Hubungan Kualitas pelayanan Laboratorium dengan Tingkat Kepuasan Pasien Prolanis di Laboratorium Klinik Simpang Lima Husada Kabupaten Grobogan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan yaitu dilihat dari lima dimensi kualitas pelayanan, responden yang menyatakan kualitas pelayanan laboratorium cukup baik 2 responden (5,0%), baik sebanyak 37 responden (92,5%), dan sangat baik 1 responden (2,5%). Tingkat Kepuasan Pasien Prolanis terhadap pelayanan laboratorium, responden menyatakan cukup puas 3 responden (7,5%), puas sebesar 35 responden (87,5%) dan sangat puas 2 responden (5,0%). Terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas pelayanan Laboratorium dengan tingkat kepuasan pasien Prolanis di Laboratorium Klinik Simpang Lima Husada Kabupaten Grobogan dengan kekuatan hubungan antara kedua variabel sangat kuat, dimana nilai p value = 0,000 < 0,05 dan r = 0,769.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka peneliti dapat memberikan saran bagi Laboratorium Klinik Simpang Lima Husada Kabupaten Grobogan diharapkan dapat meningkatkan lagi kualitas pelayanan laboratorium terutama dari dimensi empati dan bukti langsung meliputi menghibur dan memberikan dorongan kepada pasien agar pasien cepat sembuh serta sering
6
Corresponding Author: Dyah Kusuma Wardani
Laboratorium Patologi Klinik, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Semarang, Semarang Indonesia 50273 E-mailPelayanan Laboratorium dengan Kepuasan Pasien Pengguna BPJS Kesehatan di Rumah sakit Umum Arifin Nu’mang Sidrap Provinsi Sulawesi Selatan . Skripsi. Universitas
Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan . Kencana: Jakarta.
Denpasar. Yusuf, Muri. 2017. Metodologi Penelitian:
Persepsi Mutu Pelayanan Asuhan Keperawatan dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap Kelas III di RSUD Wangaya Kota Denpasar . Tesis, Universitas Udayana,
STIKes Kusuma Husada Surakarta, Surakarta. Wira, Ida Ayu W. 2014. Hubungan Antara
Kualitas Pelayanan Kesehatan dengan Tingkat Kepuasan Pasien BPJS di Puskesmas Delanggu Kabupaten Klaten . Skripsi,
Sulistyo, Petrus Bambang. 2016. Hubungan
Pemasaran Usaha kesehatan Cetakan Keempat . Nuha Medika: Yogyakarta.
Sari, Irene Diana. 2010. Manajemen
Satisfaction & Call Centre Berdasarkan ISO 9001 . PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Rangkuti, Freddy. 2013. Customer Service
Pohan, Imbalo. S. 2013. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan: Dasar-Dasar Pengertian dan Penerapan. Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia nomor 411. 2010. Laboratorium Klinik . Menteri Kesehatan: Jakarta.
Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar . Jurnal. STIE AMKOP Makassar, Makassar.
Muhammadiyah Semarang, Semarang. Nasyrah. 2017. Analisis Pengaruh Dimensi
Manado, Manado. Nasir, Wahyu. 2017. Hubungan Kualitas
membersihkan kamar mandi agar bersih dan tidak berbau. Selain itu, pihak Laboratorium Klinik juga diharapkan melakukan survei kualitas dan evaluasi secara berkala dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan. Bagi Universitas hasil penelitian ini dapat menambah kepustakaan akademik
Memperoleh Jaminan Kesehatan dari BPJS Cetakan . Visimedia: Jakarta.
dan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya. Bagi Peneliti menambah pengetahuan dan wawasan peneliti yang juga bekerja sebagai petugas laboratorium. Bagi peneliti selanjutnya dapat meneliti perbedaan
kualitas pelayanan laboratorium pasien BPJS Kesehatan dan Non BPJS atau umum sehingga dapat mengetahui tingkat perbedaan kualitas pelayanan tersebut.
Ucapan Terimakasih
Peneliti mengucapkan terimakasih kepada Dr. Budi Santosa, SKM, M. Si, Med selaku dosen pembimbing pertama dan Umi Amalia, SE, M. Kom selaku dosen pembimbing kedua yang senantiasa memberikan banyak arahan, masukan, bimbingan serta motivasi dalam membimbing peneliti untuk dapat menyelesaikan penelitian dan artikel ini dengan baik. Keluarga, sahabat dan teman yang telah memberikan nasihat, doa, dukungan dan bantuannya, serta responden dan pihak-pihak yang membantu penelitian ini sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian dengan baik dan tepat waktu.
Referensi
BPJS Kesehatan. 2014. Panduan Resmi
Hamidi. 2015. Analisa Pengaruh kualifikasi
Berhubungan dengan Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap Terhadap Pelayanan Keperawatan di Ruang Interna RSUD Noongan . Tesis, Universitas Sam Ratulangi
Kontraktor terhadap Kualitas Pekerja Proyek Konstruksi di Pulau Batam .
Universitas Internasional Batam, Batam. Hasibuan, Malayu. 2014. Manajemen Sumber Daya Manusia . Bumi Aksara: Jakarta.
Mardiana, 2012. Pengaruh Kualitas
Pelayanan Laboratorium Terhadap Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Jalan pada Laboratorium Klinik RSUD Sukoharjo .
Skripsi, Universitas Setia Budi, Solo.
Merryani. 2014. Faktor-Faktor yang
7