Representasi Fanatisme Suporter Sepakbola The Jakmania dalam Film Dokumenter “The Jak” (Analisis Semiotika Roland Barthes dalam Film Dokumenter The Jak Karya Andibachtiar Yusuf) - FISIP Untirta Repository

Representasi Fanatisme Suporter Sepakbola The Jakmania dalam
Film Dokumenter “The Jak”
(Analisis Semiotika Roland Barthes dalam Film Dokumenter The Jak Karya Andibachtiar Yusuf)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana pada Program Studi Ilmu Komunikasi

Disusun oleh :
Rexi Fajrin Ismail
6662 112364

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2018
1

PERNYATAAN ORISINALITAS


Yang bertandatangan di bawah ini,
Nama

: Rexi Fajrin Ismail

NIM

: 6662 112364

Tempat tanggal lahir : Jakarta, 19 Juni 1993
Program Studi

: Ilmu Komunikasi

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Representasi Fanatisme Suporter
Sepakbola The Jakmania Dalam Film Dokumenter “TheJak” (Analisis Semiotika
Roland Barthez Pada Film Documenter The Jak)” ini merupakan hasil karya

sendiri dan seluruh sumber yang dikutip maupun yang di rujuk telah saya
nyatakan dengan benar. Apabila di kemudian hari skripsi ini mengandung unsur

plagiat, maka gelar ke-sarjana-an saya siap di cabut.

Serang,14 Januari 2018

Rexi Fajrin Ismail
NIM 6662 112364

i

LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL

: Representasi Fanatisme Suporter Sepakbola The Jakmania
Dalam Film Dokumenter The Jak (Analisis Semiotika Roland
Barthez Pada Film Documenter The Jak)

NAMA

: Rexi Fajrin Ismail


NIM

: 6662 112364
Serang, 14 Januari 2018
Skripsi ini telah di setuju untuk diujikan
Pembimbing I

Pembimbing II

Prof. Dr. H. Ahmad Sihabudin
NIP. 196507042005011002

Uliviana Restu, S.Sos, M.I.Kom
NIP.198107172006042003

Mengetahui,
Ka.Prodi Ilmu Komunikasi

DR. Rahmi Winangsih, M.Si

NIP. 196810192005012001

ii

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Nama

: REXI FAJRIN ISMAIL

NIM

: 6662112364

Judul Skripsi : REPRESENTASI FANATISME SUPORTER SEPAKBOLA

THE JAKMANIA DALAM FILM DOKUMENTER “THE JAK”
Telah Diuji di Hadapan Dewan Penguji Sidang Skripsi di Serang, tanggal 23

Januari 2018.
Serang, 1 Februari 2018

Ketua Penguji
Dr, Idi Dimyati S.I.Kom., M.I.Kom
NIP. 197810152005011001

....................................................

Anggota:
Ail Muldi, M.Si
NIP. 198303062015041001

....................................................

Anggota:
Uliviana Restu, S.Sos., M.I.Kom
NIP. 198107172006042003

....................................................


Mengetahui,

iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“When you want something, all the
universe conspires in helping you to
achieve it”
Paulo Coelho, The Alchemist

iv

v

UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamu’alaikum. Wr. Wb
Alhamdulillah wasyukurillah puji syukur segala rahmat dan karuniaNya

yang telah meridhoi segala upaya Penulis dalam menyelesaikan skripsi dengan
judul “Representasi Fanatisme Suporter Sepakbola The Jakmania Dalam
Film Dokumenter “The Jak” (Analisis Semiotika Roland Barthes Pada Film
Dokumenter The Jak)”. Dimata penulis keberkahan ini adalah sebuah anugerah
yang selalu memotivasi agar terus bergerak maju meskipun penulis memiliki
keterbatasan yang membuat penulis tergolong lama dalam membuat penelitian
ini.karena apa yang sudah menjadi prinsip penulis, “jangan pernah menyerah
dalam keterbatasan”.
Tidak lupa ucapan terima kasih yang tiada taranya penulis sampaikan
untuk Almarhum walmaghfurlah Papah, mami dan ayah tercinta dan terkasih
yang selalu ada untuk penulis dalam doa, dukungan baik spiritual maupun moral,
serta materi untuk penulis yang tak terhingga besarnya dan tak terukur oleh
apapun. Serta seluruh keluarga penulis yang tak luput mendukung penuh dalam
menjalankan segala aktivitas ini.
Penelitian ini Penulis buat dan persembahkan untuk seluruh elemen
mahasiswa dan civitas akademika ilmu komunikasi Untirta sebagai bentuk
referensi agar dikemudian hari banyak penelitian yang berkembang demi
kemajuan program studi ilmu komunikasi.

vi


Selain itu, berhasilnya penelitian ini tak luput berkat bantuan dari banyak
pihak. Melalui kesempatan ini, dengan hormat penulis untuk menyampaikan
terima kasih yang tak terhingga dan tak terukur, serta penghargaan yang sebesarbesarnya kepada:
1. Bapak Dr.Agus Sjafari, M.si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik (FISIP) yang turut memberikan dukungan kepada penulis.
2. Ibu Dr. Rahmi Winangsih, M.Si, selaku Ketua Prodi Ilmu Komunikasi
dengan segala kerendahan hatinya juga kesabaran beliau untuk
membimbing penulis.
3. Bapak Prof. Dr. H Ahmad Shihabudin, selaku pembimbing I penulis yang
telah memberikan izin melalui surat penelitian serta kemudahan dari pra
skripsi hingga pascaskripsi.
4. Ibu Uliviana Restu S.Sos, M.Si. Selaku Pembimbing II yang senantiasa
memberikan bimbingannya tiada henti kepada penulis. Semoga Allah
membalas segala kebaikan ibu.
5. Ayah penulis, yang telah berpulang kala penulis masih duduk di bangku
sekolah dasar yang terus menjadi alasan penulis untuk tetap berjuang
dalam hidup.
6. Mami, Ayah, Mba Iki dan Mbak ika yang selalu membantu dan
mendukung penulis dalam menjalani hidup

7. Ibu dan Bapak Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi, yang telah
memberikan ilmunya selama ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per
satu.

vii

8. Yolanda Fatharani Azmi yang selalu mendukung dan mengingatkan
penulis dalam segala aspek kehidupan ini. menjadi yang paling sabar
menghadapi penulis dalam hal apapun. Teman terbaik dalm berbagi kisah
hidup.
9. Saudara-saudara penulis dari Keluarga Besar HIMAKOM KABINET
CERIA 2013 yang hampir semuanya sudah lulus.
10. Saudara-saudara penulis di kampus yaitu Inge Yulistia dan Yuda Wiranata
yang menjadi teman berbagi cerita selama penulis menjalani kehidupan
dikampus.
11. Keluarga Besar Futsal Fisip Untirta (FFU) yang selalu jadi tempat untuk
penulis menjalani hobi dan passion selama dikampus.
12. Adik-adik Ilmu Komunikasi yang masih lucu dan lugu tapi sudah mau
lulus juga
13. Para informan yang sudah membantu penulis hingga tersusunnya

penelitian ini.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh
pihak yang telah membantu penulis pada pelaksanaan skripsi, sampai Penelitian
dan penyusunannya.Semoga mendapatkan balasan setimpal dari Allah SWT, dan
dapat memberikan manfaat yang berarti.Aamiin..
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb
Serang , 14 Januari 2018
Penulis

Rexi Fajrin Ismail

ABSTRAK
Rexi Fajrin Ismail. 6662112364. SKRIPSI. Fanatisme Fanatisme The Jakmania dalam
Film Dokumenter “The Jak” sebagai Simbol Loyalitas Fans (Analisis Semiotika Roland
Barthes dalam Film Dokumenter The Jak Karya Andibachtiar Yusuf). Program Studi
Ilmu Komunikasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa. 2018. Prof. Dr. Ahmad Sihabudin, M.Si. Uliviana Restu, S.sos, M.Si.

Film dokumenter merupakah sebuah bentuk karya yang nyata tanpa rekayasa cerita. Film
dokumenter “The Jak” menceritakan tentang kehidupan The Jakmania yang diwakili oleh

beberapa tokoh dari berbagai kalangan. Dari mulai Abi Irlan seorang pekerja dan anggota
partai hingga Jawil seorang pedagang pasar yang begitu mencintai Persija Jakarta. penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui makna Fanatisme dan loyalitas dalam film “The Jak”
berdasarkan teori semiotika Roland Barthes yaitu, 1. Makna denotatif 2. Makna konotatif. 3.
Mitos. Hasil penelitian menunjukkan bahwa The Jakmania merupakan suporter yang
berjumlah sangat banyak dan solid dalam menjaga kebersamaan. Mereka berasal dari
berbagai macam kalangan. Makna Konotatif dari penelitian ini yaitu banyaknya suporter The
Jakmania menunjukan Fanatisme dan loyalitas yang begitu nyata serta menunjukan
antusiasme yang tinggi. Dan mitos yang ada di penelitian ini yaitu biasanya tim yang
memiliki suporter yang berjumlah banyak serta fanatik dan loyal biasanya akan lebih
bersemangat dalam bertanding.
Kata Kunci : Dokumenter, Fanatisme, Suporter, Loyalitas, Semiotika
ABSTRACT
Rexi Fajrin Ismail. 6662112364. THESIS. Fanatism of Suporter The Jakmania in
Documentary film “The Jak” as a Symbol of fans loyalty (Analysis of Semiotika Roland
Barthes in Documentary film “The Jak” by Andibachtiar Yusuf). Communication Studies.
Faculty of Social and Politic. University of Sultan Ageng of Tirtayasa. 2018. Prof. Dr.
Ahmad Sihabudin, M.Si. Uliviana Restu, S.sos, M.Si.
Documentary is a reality stories. Documentary of The Jak tells about The Jakmania
(Suporter of Persija Jakarta Football Club) life who represented by a few people like Abi
Irlan a worker and member of Partai Keadilan (a Party in Indonesia) and also Jawil a seller
in jakarta traditional market. Both of them love Persija jakarta so much and also being a
fanatic suporter. This research aim to know about the fanatism and loyalty in The Jak
Documentary movie based on Roland Barthez theory like konotative, denotative and also
myth. The results show that The Jakmania is suporter club who have many member and also
solid in togetherness. They come from many circles like student, worker, seller and etc.
Meaning of konotative sign in this research is many suporter of Jakmania show the fanatism
and loyalty so real. And meaning of myth in this research is many suporter bring many power
for the football club like Persija Jakarta.
Keywords : documentary, fanatism, suporter, loyalty, semiotik
8

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................................. iv
UCAPAN TERIMA KASIH....................................................................................... v
ABSTRAK ................................................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 11
1.3 Identifikasi Masalah .......................................................................................... 11
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 11
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................................. 12
1.5.1 Manfaat Akademis .................................................................................... 12
1.5.2 Manfaat Praktis ......................................................................................... 12

9

10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 13
2.1 Film Dokumenter............................................................................................... 13
2.2 Suporter Sepakbola............................................................................................ 23
2.2.1 The Jakmania Sebagai Suporter Sepakbola .............................................. 24
2.3 Fanatisme Suporter Sepakbola .......................................................................... 26
2.4 Semiotika Roland Barthes ................................................................................ 44
2.6 Kerangka Berpikir ............................................................................................. 50
2.7 Penelitian Terdahulu.......................................................................................... 52
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN .................................................................. 57
3.1 Metode Penelitian .............................................................................................. 57
3.2 Paradigma Penelitian ......................................................................................... 57
3.3 Unit Analisis ...................................................................................................... 59
3.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ 59
3.5 Teknik Analisis Data ......................................................................................... 61
3.6 Triangulasi Data Penelitian ............................................................................... 64
3.7 Jadwal Penelitian ............................................................................................... 65
BAB 4 HASIL PENELITIAN .................................................................................. 67
4.1 Gambaran Objek Penelitian ............................................................................... 67
4.1.1 Film The Jak ............................................................................................. 67
4.1.2 Analisis Data Penelitian ................................................................................. 69

11

4.2.1 Scene The Jakmania Menuju Stadion ....................................................... 70
4.2.2 Scene The Jakmania Memaksa Masuk Stadion ........................................ 76
4.2.3 Scene Teatrikal The Jakmania .................................................................. 82
4.2.4 Scene kampanye Persija ........................................................................... 88
4.2.5 Scene The Jakmania Bernyanyi di Tribun ................................................ 94

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 99
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 99
5.2 Saran ................................................................................................................ 100
5.2.1 Saran Praktis ........................................................................................... 100
5.2.1 Saran Akademis ...................................................................................... 100

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 102
LAMPIRAN ............................................................................................................. 106

DAFTAR TABEL

2.1 Peta Tanda Roland Barthez ............................................................................... 56
2.2 Penelitian Terdahulu.......................................................................................... 61
3.1 Peta Tanda Roland Barthez ............................................................................... 71

12

3.2 Jadwal Penelitian ............................................................................................... 76
4.2.1.1 Scene Jakmania Menuju Stadion ................................................................. 78
4.2.2.2 Tabel Analisis Scene Jakmania Menuju Stadion ......................................... 79
4.2.2.1 Scene Loyalitas Suporter ............................................................................. 84
4.2.2.2 Tabel Analisis Scene Loyalitas Suporter ..................................................... 85
4.2.3.1 Scene Kampanye Persija.............................................................................. 88
4.2.3.2 Tabel Analisis Scene Kampanye Persija ..................................................... 89
4.2.4.1 Scene Jakmania Bernyanyi di Tribun .......................................................... 94
4.2.4.2 Tabel Analisis Scene Jakmania Bernyanyi di Tribun .................................. 95
4.2.5.1 Scene Skala Prioritas Suporter................................................................... 100
4.2.5.2 Tabel Analisis Scene Skala Prioritas Suporter .......................................... 101

DAFTAR GAMBAR

2.1 Type of shoot...................................................................................................... 20
2.2 Type of Shoot Group.......................................................................................... 21
4.1 Penonton Sepakbola .......................................................................................... 82

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Film merupakan salah satu bentuk komunikasi massa yang dianggap efektif
dalam menyampaikan sebuah pesan kepada khalayak. Hubungan antara film dan
masyarakat selalu dipahami secara linier. Maksudnya, film selalu mempengaruhi
dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan (message) dibaliknya1. Jika
film itu tersebut sedih maka penonton akan merespon dengan menangis atau
ekspresi sedih lainnya, begitu pun jika film tersebut berupa komedi maka penonton
akan merasa senang dan mengekspresikannya dengan tertawa. Film merupakan
sebuah media presentasi yang lengkap karena disajikan dalam bentuk audio dan
visual. Dalam Film terdapat sebuah gambar, suara, gerakan dan sebagainya yang
dapat menjadi sebuah simbol atau tanda yang mengandung makna.
Film merekam realitas yang tumbuh dan berkembang di masyarakat dan
kemudian memproyeksikannya ke atas layar 2. Ide-ide cerita sebuah film dapat
bersumber dari fenomena yang terjadi di masyarakat. Salah satunya fenomena
mengenai suporter sepak bola dalam mendukung tim kebanggannya. Sepak bola
tanpa adanya suporter bagaikan sayur tanpa garam. Suporter merupakan salah satu
bagian dari sepak bola selain dari atlet dan wasit. Berdasarkan pemahaman
peneliti, penonton dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok. Pertama, penonton

1

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2009, hal. 127

2

Ibid. hal.127

1

2

yang hanya sekedar menonton tanpa memihak atau mendukung tim manapun.
Kedua, penonton yang memihak dan mendukung serta memberikan semangat
kepada tim sepak bola yang mereka unggulkan, kelompok penonton yang kedua ini
lah yang kemudian dikenal dengan suporter. Suporter dan sepak bola merupakan
dua hal yang tidak dapat dipisahkan, suporter layaknya pemain kedua belas dalam
sebuah tim sepak bola. Seperti arti kata dari “support” yang merupakan pecahan
kata dari suporter yang memilki arti “mendukung” hal itu pula yang dilakukan
suporter, yakni mendukung tim kebanggaannya disaat menang ataupun kalah.
Di Indonesia banyak suporter-suporter yang membentuk sebuah perkumpulan
atau fanbase yang akhirnya terorganisir dan membentuk klub suporter tim A, B
dan lainnya. Tidak jarang sikap suporter dalam mendukung tim kebanggaannya
menjadi ide cerita untuk sebuah film. Mulai dari film fiksi hingga film dokumenter
yang menampilakan fakta yang terjadi di kehidupan nyata. Seperti film, Romeo dan
Juliet yang merupakan film fiksi dan mengambil cerita mengenai kisah cinta dua
suporter tim yang berbeda yakni Persib dan Persija. Selain film fiksi, ada juga film
dokumenter yang terinsipirasi dari fenomena suporter di Indonesia yakni suporter
klub sepak bola Persija yang dikenal dengan The Jakmania.
Dalam film dokumenter yang diberi judul „The Jak‟ tersebut mengisahkan
bagaimana The Jakmania mendukung klub sepak bola Persija. Film berdurasi 75
menit tersebut memperlihatkan fanatisme The Jakmania dalam mendukung Persija
sebagai klub kebanggannya. Sebagai salah satu kelompok suporter, terkadang
suporter dalam meberikan dukungan untuk klub kebanggannya mengarah kepada
sikap fanatisme. Sikap merupakan suatu reaksi evaluatif yang menyenangkan atau

3

tidak menyenangkan terhadap sesuatu atau seseorang (sering kali berakar pada
kepercayaan seseorang, dan muncul dalam perasaan dan perilaku seseorang) 3.
Jadi dengan kata lain, sikap dapat mempengaruhi apa yang muncul dalam perasaan
dan perilaku seseorang. Namun ekspresi dari sikap kita dan perilaku kita masingmasing tergantung pada banyak pengaruh baik dari dalam maupun luar. Sedangkan
fanatisme menurut Giulianotti merupakan sebuah rasa kecintaan yang lebih,
sehingga akan berdampak luar biasa terhadap sikap hidup seseorang. Segala sesuatu
yang diyakini akan memberikan sebuah kecintaan dan semangat hidup yang lebih
pada orang tersebut4.
Bentuk fanatisme suporter sepak bola biasanya digambarkan dengan
bergabung bersama kelompok-kelompok suporter, membeli merchandise klub
kebanggaannya,

membeli

atribut

yang menggambarkan

identitas

sebagai

pendukung suatu klub seperti syal, kaos, jaket, poster hingga pergi mendukung dan
menonton tim kesebelasannya dimanapun mereka bertanding. Selain itu fanatisme
suporter sepak bola juga terlihat dari teatrikal yang mereka lakukan untuk
mendukung tim kebanggaannya ketika bertanding.
Dalam www.psikoterapis.com

disebutkan pula bahwa fanatisme biasanya

tidak rasional atau keyakinan seseorang yang terlalu kuat dan kurang menggunakan
akal budi sehingga tidak menerima faham yang lain dan bertujuan untuk mengejar
sesuatu. Adanya fanatisme dapat menimbulkan perilaku agresi dan sekaligus
3

David G. Myers, Psikologi Sosial “Social Psychology”, Jakarta : Salemba Humanika, 2014, hal.
164

4

Richard Gulianotti, Sepak Bola Pesona Sihir Permainan Global, Yogyakarta : Appeiron Pylothe,
2006, hal. 71

4

memperkuat keadaan individu yang mengalami deindividuasi untuk lebih tidak
terkontrol perilakunya 5 .
Fanatisme dapat mempengaruhi seseorang dalam, a) Berbuat sesuatu,
menempuh sesuatu atau memberi sesuatu; b) Dalam berfikir dan memutuskan ; c)
Dalam mempersepsi dan memahami sesuatu ; d) dalam merasa secara psikologis,
seseorang yang fanatik biasanya tidak mampu memahami apa-apa yang ada di luar
dirinya, tidak faham terhadap masalah orang atau kelompok lain, tidak mengerti
faham atau filsafat selain yang mereka yakini 6. Sehingga fanatisme tidak hanya
memberikan dukungan dan semangat, akan tetapi fanatisme suporter sepak bola di
Indonesia khususnya sudah ada yang mengarah pada sikap hooligan. Secara umum,
Hooligan diidentifikasikan sebagai orang atau sekelompok orang yang sering
membuat onar atau kerusuhan7. Dalam sepak bola hooligan akan merasakan
kenikmatan saat mereka menghadapi situasi chaos atau rusuh, baik dengan
kelompok suporter lain maupun dengan aparat keamanan8. Hal ini dibuktikan
dengan banyaknya kerusuhan yang terjadi antar suporter sepak bola usai ataupun
saat pertandingan.
Suporter sepak bola yang fanatik, merupakan sekumpulan kelompok orang
yang membentuk suatu komunitas dan mempunyai sikap yang “Kegila-gilaan” atau
diluar nalar pada tim yang didukungnya, yang melibatkan perasaan yang emosional
5

6

Psikoterapis, Apa itu Fanatisme? , http://www.psikoterapis.com/?en_apa-itu-fanatisme-,72 ,
diakses pada tanggal 27 maret 2016, pukul 19.19 WIB
Ibid

7

Anung Handoko, Sepak Bola Tanpa Batas, Yogyakarta : KANISIUS, 2012, hal.39

8

Ibid. hal 40

5

setiap kali tim yang didukungnya bertanding. Mereka akan membela atau
mendukung timnya dengan sepenuh tenaga melalui pemakaian atribut ciri khas,
pernak-pernik atau aksesoris, menyanyikan lagu-lagu atau yel-yel , konvoi untuk ke
stadion atau setalah pertandingan berakhir.
Sebagai salah satu kelompok suporter sepak bola yang fanatik di Indonesia
adalah The Jakmania, yang merupakan kelompok suporter yang mendukung tim
kesebelasan ibukota PERSIJA Jakarta. Fanatisme yang diperlihatkan oleh the
jakmania diabadikan dalam film dokumenter The Jak. Dalam film tersebut founder
The Jakmania Bung Ferry yang bercerita tentang bagaimana awal mula ia menjadi
The Jakmania dan menjadi salah satu founder The Jakmania. Bung Ferry juga
bercerita bagaimana ia dan rekan-rekan sesama The Jakmania membuat ciri atau
identitas dari The Jakmania itu sendiri dari mulai logo, warna, yel-yel, sampai
jargon-jargon. Selain itu dalam fim tersebut juga ada sosok yang bernama Bung
Irlan salah satu anggota The Jakmania basis korwil Cipulir yang bercerita
bagaimana The Jakmania telah menjadi bagian dari jati diri dan eksistensinya
sebagai manusia. Ia juga bercerita jati dirinya sebagai The Jakmania telah
mempengaruhi kehidupannya secara keseluruhan bahkan hingga ke keluarganya.
The Jakmania dikenal sebagai salah satu suporter sepakbola di Indonesia yang
besar dan fanatik9.

9

Tengku Sufiyanto, Ini Sembilan Suporter Terfanatik di Indonesia, http://www.bola.com/dunia/
read/2273751/ ini-sembilan-suporter-fanatik-di-indonesia, diakses pada tanggal 27 Maret 2016,
pukul 18.57 wib.

6

The Jakmania menunjukan berbagai macam cara dalam mendukung klub
Persija Jakarta saat bertanding. Diantaranya dengan menunjukkan berbagai macam
bentuk koreografi hingga ragam yel-yel yang terus mereka nyanyikan selama laga
Persija Jakarta berlangsung untuk membangkitkan semangat para pemain Persija
Jakarta yang sedang bertanding. Sebelum masuk ke dalam stadion biasanya mereka
berkumpul di korwil masing-masing untuk bersama-sama berangkat menuju stadion
tempat Persija Jakarta bertanding. Mereka selalu mempersiapkan keberangkatan
secara matang dan saling mengkoordinir setiap anggota korwil masing-masing.
Walau Persija Jakarta Bertanding pada sore atau malam hari, setiap korwil sudah
melakukan persiapan sejak pagi. Berbagai persiapan tersebut diantaranya mendata
setiap anggota korwil yang akan berangkat, menyewa kendaraan umum untuk
anggota korwil yang tidak ikut konvoi menggunakan sepeda motor, mempersiapkan
segala bentuk atribut pribadi maupun kelompok yang akan dipajang di stadion,
serta membawa alat musik tabuh.
Dalam setiap perjalanan menuju ke stadion mereka biasanya konvoi
menggunakan kendaraan umum sewaan atau menggunakan kendaraan pribadi.
Mereka menyanyikan yel-yel dukungan terhadap Persija Jakarta sepanjang
perjalanan menuju stadion. Selain itu, mereka juga beramai-ramai membunyikan
klakson kendaraan pribadi mereka untuk semakin

memeriahkan

perjalanan

mereka. Namun tak jarang konvoi The Jakmania dijalan dihentikan oleh pihak yang
berwajib. Hal itu dikarenakan banyak anggota konvoi yang melanggar aturan lalu
lintas diantaranya karena banyak dari mereka yang duduk diatas bus/angkot serta

7

kendaraan yang tidak di lengkapi oleh surat-surat. Selain itu juga terkadang mereka
bentrok dengan warga atau suporter rival.
Sesampainya di stadion untuk mereka yang berangkat dengan korwil masingmasing tidak perlu lagi mengantri tiket pertandingan karena tiket sudah
didistribusikan kepada setiap korwil sehari sebelumnya. Lain hal untuk mereka
yang berangkat secara pribadi yang harus mengantri tiket bersama suporter The
Jakmania lainnya. The Jakmania biasanya sudah tiba di stadion pada siang hari
meskipun pertandingan baru akan dimulai pada sore atau malam hari. Mereka
dengan sabar menunggu bus Persija Jakarta memasuki wilayah stadion. Ketika bus
yang membawa seluruh punggawa Persija Jakarta datang biasanya mereka
melakukan penyambutan dengan menyanyikan yel-yel dan membentangkan syal
Persija Jakarta.
Saat sudah berada didalam stadion para anggota korwil dan pengurus pusat
pun saling berkoordinasi mempersiapkan segala bentuk koreo yang akan dilakukan
hari itu serta memajang setiap atribut yang dibawa untuk di pajang disetiap sudut
stadion. Selain itu juga para dirijen pun sudah siap memimpin puluhan ribu The
Jakmania yang sudah hadir di tribun dengan warna ciri khas mereka yaitu orange.
Dalam setiap pertandingan Persija Jakarta, The Jakmania selalu menunjukan
berbagai macam cara untuk membakar semangat para pemain Persija Jakarta yang
sedang bertanding. Bernyanyi sepanjang laga serta menampilkan beragam koreo
dan aksi-aksi atraktif lainnya sudah menjadi ciri khas tersendiri dari the jakmania.
Mereka dikenal sebagai suporter yang militan dan solid.

8

Menurut Su‟udi dalam bukunya Football Inspirations For Succes bahwa
setiap klub dari level terendah pasti memiliki penggemar fanatik karena adanya
ikatan kedaerahan, keluarga, golongan atau simpatik dengan pemainnya 10. Di
Indonesia banyak ditemui suporter-suporter fanatik pendukung klub lokal
nusantara. Salah satunya adalah suporter tim kesebelasan dari Ibu Kota yakni The
Jakmania yang telah peneliti uraikan sebelumnya bagaimana cara mereka
mendukung Persija Jakarta.
The Jakmania didirikan pada 19 desember 1997 dan eksistensinya hingga hari
ini cukup berpengaruh pada persepakbolaan Indonesia. Kelompok suporter bola
yang kini di pimpin oleh Richard Ahmad memiliki 70 ribu anggota resmi yang
terdaftar dalam kartu keanggotaan. Dan juga ada 40 ribu simpatisan yang tidak
terdaftar sebagai anggota resmi. Anggota resmi merupakan anggota yang terdaftar
dan memiliki kartu keanggotaan aktif (KTA). Sedangkan simpatisan merupakan
orang-orang yang belum dan tidak memiliki kartu tanda anggota termasuk orangorang yang mendukung Persija Jakarta melalui layar kaca.
Dalam situs The Top Tens11 pertanggal 24 Juli 2015, The Jakmania masuk
kedalam 10 besar suporter klub sepakbola Indonesia dengan jumlah anggota
terbanyak. The Jakmania terbagi ke dalam 59 koordinator wilayah (korwil) yang
terus aktif sampai sekarang dan tersebar di seluruh Indonesia dan memiliki kantor
sekretariat di Jakarta. Fanatisme the Jakmania melahirkan loyalitas yang cukup
10

Achmad Su‟udi, Football Inspirations For Succes, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010,
hlm.94

11

Sahadeva, Biggest Football Suporters in Indonesia, http://www.thetoptens.com/biggest-footballsuporters-indonesia/ diakses pada tanggal 27 November 2015 pukul 21.14 WIB

9

tinggi dalam mendukung klub kebanggannya. Hal ini terbukti ketika Persija Jakarta
memainkan laga tandang The Jakmania turut serta hadir untuk mendukung Klub
Kesayangannya tersebut meskipun harus jauh-jauh ke luar kota. Selain itu The
Jakmania juga membuat merchandise untuk dijual yang kemudian sebagian
keuntungannya di sisihkan untuk membantu keuangan klub Persija Jakarta. Tidak
dapat dipungkiri fanastime The Jakmania juga membawa sisi gelap, the Jakmania
acapkali

menimbulkan keributan antar suporter

yang akhirnya membentuk

pandangan negatif di masyarakat dengan seringnya berita miring seputar The
Jakmania yang sering menimbulkan kerusuhan atau bentrokan terhadap rival
bermainnya. Sampai orang nomor 1 di DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau
yang lebih dikenal dengan nama Ahok melontarkan kritik keras ketika menjelang
piala presiden oktober 2015,
“Di DKI paling masalah Jakmania. Tidak becus main olahraga, ribut jalan
terus. Pemain enggak becus, gaji enggak keurus, gimana mau main” sindir
Ahok ketika diwawancarai mengenai persiapan final piala presiden 12.
Mendengar sindirian keras Ahok, menggambarkan bahwa The Jakmania
sering menimbulkan keributan dari pada sebuah prestasi. Keributan

tersebut

kadang dilandaskan karena ketidak puasan mereka terhadap hasil pertandingan hal
tersebut

merupakan

buah

dari

fanatisme

yang

berlebihan.

Dalam

www.psikoterapis.com juga fanatisme kerap dipandang sebagai penyebab
menguatnya perilaku kelompok yang tidak jarang dapat menimbulkan perilaku

12

Hanz Jimenez Salim, Ahok Sindir The Jakmania Tidak Becus Olahraga Ribut Terus ,
http://m.liputan6.com/ news/read/2342266/ahok-sindir-jakmania-tidak-becus-olahraga-ribut-terus ,
diakses pada tanggal 29 Februari 2016, pukul 13:18 WIB

10

agresif. Individu yang fanatik akan cenderung kurang memperhatikan kesadaran
sehingga seringkali perilakunya kurang terkontrol dan tidak rasional13.
The Jakmania juga sering memberikan hal positif terhadap klub. Tidak
segan mereka menjual merchendaise yang keuntungannya untuk membantu
keuangan klub. Sikap yang baik juga ditunjukan The Jakmania ketika mereka
melakukan kegiatan galang dana untuk biaya pengobatan operasi pemain Persija
Jakarta yang mengalami patah kaki, Alfin Tuasalamony14. Selain itu the jakmania
pun mengadakan kegiatan sosial yang melibatkan masyarakat seperti mengadakan
pengajian rutin dan juga bakti sosial dengan menggalang dana untuk membantu
para korban bencana atau menyantuni anak-anak yatim15. Dan yang terakhir aksi
simpatik juga ditunjukan The Jakmania saat mereka menyerukan tagar #JagaJakarta
ketika terjadi tragedi bom Sarinah-Thamrin melalui berbagai sosial media16.
Kembali kepada film The Jak yang menceritakan fanatisme The Jakmania.
Film yang masuk dalam nominasi Best Extended Documentary di Citra Award
pada tahun 2009 ini memang kental dengan fanatisme selain dari aksi-aksi yang
dilakukan the jakmania dalam mendukung tim kebanggaannya.
13

Psikoterapis, Apa itu Fanatisme? , http://www.psikoterapis.com/?en_apa-itu-fanatisme-,72 , diakses
pada tanggal 27 maret 2016, pukul 19.19 WIB

14

Muhamad Rais Adnan, The Jakmania Galang Dana Untuk Bantu Pengobatan Alfin Tuasalamony,
http://www.goal.com/ id-ID/news/1387/nasional/2015/06/21/12933002/the-jakmania-galang-danauntuk-bantu-pengobatan-alfin , diakses pada tanggal 02 maret 2016, pukul 01.05 wib
15

Marco Tampubolon dan Ali Usman, The Jakmania Santuni Anak Yatim, http://m.bola.viva.co.id/
news/read/282131-the-jakmania-santuni-anak-yatim, diakses pada tanggal 02 maret 2016, pukul
01.04 wib

16

Randy Wirawan,
Terjadi Ledakan di Sarinah The Jakmania Serukan #JagaJakarta,
http://bolalob.com/ read/ 28212/terjadi-ledakan-di-sarinah-the-jakmania-serukan-jagajakarta?,
diakses pada tanggal 02 maret 2016, pukul 01.06 wib

11

Dari latar belakang yang telah peneliti uraikan, peneliti tertarik untuk
mengetahui makna fanatisme The Jakmania yang ditunjukkan dari sikap fanatik
mereka dalam film The Jak. Peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam lagi
mengenai penggambaran fanatisme yang ditunjukan oleh The Jakmania dalam
film dokumenter “The Jak” karya Andibachtiar Yusuf, karena film tersebut
menggambarkan fakta-fakta yang terjadi di lapangan tanpa adanya rekayasa.
Sehingga peneliti memilih judul “Representasi Makna Fanatisme Suporter
Sepakbola The Jakmania dalam Film The Jak”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka rumusan
masalah penelitian

ini adalah “Bagaimana makna Fanatisme Suporter

Sepakbola The Jakmania dalam Film Dokumenter The Jak?”
1.3. Identifikasi Masalah
Berdasarkan rumusan masalah sebelumnya, maka identifikasi masalah
penelitian ini adalah sebagai berikut;
1. Bagaimana makna fanatisme the jakmania diperlihatkan dalam film The
Jak?
1.4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan maka tujuan adanya
penelitian ini adalah sebagai berikut;
1. Untuk menjelaskan makna fanatisme the jakmania yang diperlihatkan dalam
film The Jak.

12

1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi almamater
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Khususnya Program studi Ilmu
Komunikasi. Agar nantinya penelitian ini dapat menjadi tambahan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan atau

karya ilmiah

dalam

penelitian

skripsi, khususnya dalam bidang kajian semiotika ilmu komunikasi.
Termasuk jika penelitian ini nantinya dapat dijadikan sebagai bahan rujukan
atau

referensi bagi penelitian - penelitian berikutnya dengan tema yang

serupa.
1.5.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi dan juga
dapat memberikan masukan bagi para kelompok suporter bola lainnya dalam
memahami fanatisme dan loyalitas dalam mendukung klub sepak bola
kebanggaannya. Selain itu penelitian ini diharapkan dalapat menjadi sumber
informasi kepada masyarakat dalam

memandang perilaku fanatisme dan

loyalitas kelompok suporter bola dalam mendukung klub sepak bola.

13

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Film Dokumenter
Film merupakan salah satu media komunikasi massa yang dapat diterima
dengan mudah oleh khalayak. Film memiliki potensi untuk mempengaruhi dan
membentuk pandangan masyarakat dengan muatan pesan yang dibawanya. Hal
tersebut dikarenakan film merupakan potret dari realitas di masyarakat. Film selalu
merekam realitas yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat dan kemudian
memproyeksikannya ke dalam layar17.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perfilman pada bab 1 Pasal 1
menyebutkan, yang dimaksud dengan film adalah karya seni budaya yang
merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan
kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan18.
Film dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, antara lain :
a. Film Cerita, yakni jenis film yang mengandung suatu cerita yang lazim
dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop dengan bintang film tenar dan film
ini didistribusikan sebagai barang dagangan.
b. Film Berita, merupakan film yang berisikan fakta, di mana peristiwa yang ada
di dalamnya benar-benar terjadi (nyata). Dalam film sejenis ini terdapat nilai
berita yang penting dan menarik bagi khalayak.

17

18

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009, hal.127.
Nawiroh Vera, Semiotika dalam Riset Komunikas, Ghalia Indonesia, Bogor, 2014, hal.91

14

c. Film Dokumenter, didefinisikan oleh Robert Flaherty sebagai “karya ciptaan
mengenai kenyataan” (creative treatment of actuality). Film dokumenter
merupakan hasil interpretasi pribadi (pembuatnya) mengenai kenyataan
tersebut.
d. Film Kartun, merupakan film animasi yang segmentasi utamanya adalah
anak-anak. Namun tidak sedikit kalangan yang bukan anak-anak pun
menyukainya karena terdapat sisi kelucuan yang kerap hadir dalam setiap
tayangannya 19.
Dalam penelitian ini film yang akan diteliti adalah film dokumenter. Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa film dokumenter merupakan hasil
interpretasi pribadi (pembuatnya) mengenai kenyataan tersebut. Inti dari
dokumenter adalah suatu usaha eksplorasi dari orang – orang, pelaku-pelaku yang
nyata dan situasi yang sungguh nyata20.
Dokumenter sering dianggap sebagai rekaman dari aktualitas, potongan
rekaman sewaktu kejadian sebenarnya berlangsung, saat orang yang terlibat
didalamnya berbicara, kehidupan nyata seperti apa adanya, spontan, dan tanpa
media perantara. Dikutip dari buku Jill Nelmes yang berjudul An introduction to

19

Elvinaro Ardianto, dkk, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Refika Offset, Bandung, 2007,

hal 148-149
20

Tri Nugroho Adi, Sinematografi IV : Film Dokumenter, https://sinaukomunikasi.wordpress.com/

2011/10/05/sinematografi-iv-film-dokumenter/ , diakses pada tanggal 18 agustus 2016,
pukul 20.58 WIB.

15

film studies third edition ada beberapa unsur-unsur visual dan verbal yang biasa
digunakan dalam sebuah dokumenter. yakni sebagai berikut21 ;
a. Unsur Visual:
1.

Observasionalisme reaktif; pembuatan film dokumenter dengan bahan
yang sebisa mungkin diambil langsung dari subyek yang difilmkan.
Hal ini berhubungan dengan ketepatan pengamatan oleh pengarah
kamera atau sutradara.

2.

Observasionalisme proaktif; pembuatan film dokumenter dengan
memilih materi film secara khusus sehubungan dengan pengamatan
sebelumnya oleh pengarah kamera atau sutradara.

3.

Mode ilustratif; pendekatan terhadap dokumenter yang berusaha
menggambarkan secara langsung tentang apa yang dikatakan oleh
narator (yang direkam suaranya sebagai voice over).

4.

Mode asosiatif; pendekatan dalam film dokumenter yang berusaha
menggunakan potongan-potongan gambar dengan berbagai cara.
Dengan demikian, diharapkan arti metafora dan simbolis yang ada
pada informasi harafiah dalam film itu, dapat terwakili.

21

Ibid.

An introduction to film studies third edition , oleh Jill Nelmes (ed), routledge, london, 2003. hal
189-190

16

b. Unsur Verbal:
1.

Overheard exchange; rekaman pembicaraan antara dua sumber atau
lebih yang terkesan direkam secara tidak sengaja dan secara langsung.

2.

Kesaksian; rekaman pengamatan, pendapat atau informasi, yang
diungkapkan secara jujur oleh saksi mata, pakar, dan sumber lain yang
berhubungan dengan subyek dokumenter. Hal ini merupakan tujuan
utama dari wawancara.

3.

Eksposisi; penggunaan voice over atau orang yang langsung
berhadapan dengan kamera, secara khusus mengarahkan penonton
yang menerima informasi dan argumen-argumennya.

Dalam buku Semiotika dalam riset komunikasi karangan Nawiroh Vera,
unsur film berkaitan dengan karakteristik utamanya yaitu audio visual. Unsur audio
visual dibagi dalam dua bidang:
1.

Unsur naratif yaitu materi atau bahan olahan, dalam film cerita unsur naratif
adalah penceritaannya.

2.

Unsur sinematik yaitu cara atau dengan gaya seperti apa bahan olahan
tersebut digarap.

Kedua unsur tersebut tidak dapat dipisahkan dan memiliki keterkaitan sehingga
akan menghasilkan sebuah karya yang menyatu dan dinikmati oleh penonton.
unsur sinematik sendiri terdiri atas beberapa aspek berikut:
- Mise en scene

- Editing

- Sinematografi

- Suara

17

Dalam mise en scene terdapat empat elemen penting, setting, tata cahaya, kostum
dan make up, dan akting serta pergerakan pemain22.
Dalam sebuah film ada yang disebut dengan Sinematografi, yakni suatu
disiplin dalam menata cahaya dan sudut pandang kamera untuk menciptakan
kualitas gambar yang indah dalam sebuah produksi film atau sinema. Secara
etimologi sinematografi berarti menulis dengan gambar bergerak. Film merupakan
rangkaian shot dalam sebuah scene, dan rangkaian scene dalam sebuah sequence,
dan seterusnya hingga menjadi tayangan atau film yang utuh. Dibalik rangkaian
shot ada pesan yang ingin disampaikan oleh si pembuat. Pembingkaian gambar
(framing) dalam film sangat mempertimbangkan beberapa aspek yang sangat
berpengaruh pada emosi dan motivasi yang dituju oleh seorang sutradara atau
pembuat film. Aspek tersebut salah satunya adalah type of shot atau jenis-jenis
shot. Jenis-jenis shot yang ada antara lain sebagai berikut23:
1.

Extreme Close up (ECU)
Shot yang menampilkan detail obyek, misalnya mata, hidung, atau telinga.
Shot ini biasanya digunakan untuk maksud tertentu atau menunjukkan
detail objek tertentu yang sangat perlu diketahui oleh penonton dan objek
yang di shot memiliki peran penting dalam sebuah cerita.

2.

Big Close up (BCU)
Shot yang menampilkan dari bawah dagu sampai atas dahi. Untuk
menunjukkan detail ekspresi seorang tokoh.

22

Nawiroh Vera, Semiotika dalam Riset Komunikas, Ghalia Indonesia, Bogor, 2014, hal.92-93

23

http://www.academia.edu/8030635/Camera_and_Framing_Dasar_Estetika_ diakses pada
tanggal 19 April 2016 , pukul 07.24 WIB

18

3.

Close up (CU)
Shot yang menampilkan dari batas bahu sampai atas kepala. Untuk
menunjukkan detail objek/kedekatan suatu objek tertentu.

4.

Medium Close up (MCU)
Shot yang menampilkan objek dari batas dada sampai atas kepala. Shot ini
biasa digunakan dalam adegan wawancara untuk menunjukkan kedekatan
dengan objek tanpa menghilangkan kewibawaan orang yang diwawancara.

5.

Medium shot (MS)
Shot yang menampilkan objek sebatas perut sampai kepala.

6.

Medium Long shot (MLS)
Shot

yang menampilkan objek sebatas pinggang sampai kepala.

Terkadang juga bisa sampai sebagatas lutut sampai kepala. Pengambilan
gambar ini juga sering disebut dengan Knee Shot.
7.

Long shot (LS)
Shot yang menampilkan objek secara keseluruhan mulai dari telapak kaki
sampai atas kepala serta sedikit terlihat latar belakang objek sehingga
tampak penuh di frame. Jenis shot ini juga kadang disebut sebagai FS (Full
Shot).

8.

Very Long shot (VLS)
Shot yang sedikit lebih luas dari long shot. Pada shot ini latar belakang
atau setting tampak lebih dominan dari objek utamanya. Shot ini bertujuan
untuk menunjukkan setting

yang digunakan

dalam

sebuah adegan-

dengan interaksi tokoh utama berada dalam setting tersebut.

19

9.

Extreme Long shot (ELS)
Pengambilan gambar dengan menampilkan objek utama pada posisi yang
sangat jauh. Hal ini bertujuan untuk memperlihatkan lokasi secara
keseluruhan. Terkadang objek utama atau tokoh sengaja dihilangkan
karena tujuan utama dari shot ini adalah untuk memberikan orientasi
tempat dimana peristiwa atau adegan itu terjadi. Shot ini terkadang disebut
juga dengan ES (Establish shot).
Gambar 2.1 Type of shot

Sumber :
http://www.academia.edu/8030635/Camera_and_Framing_Dasar_Estetika_

Type of shot diatas biasa digunakan pada objek tunggal, dan apabila objek
lebih dari seorang, maka dikenal dengan type of shot sebagai berikut:

20

1.

Two Shot (TS)
Shot yang menampilkan dua orang dalam satu frame gambar.

2.

Group Shot
Pengambilan gambar dengan menampilkan beberapa objek dalam satu
frame gambar.

3.

Over Shoulder (OS)
Pengambilan gambar dimana kamera berada di belakang bahu salah
satu objek pelaku, dan bahu si pelaku tampak dalam frame. Objek
utama tampak menghadap kamera dengan latar depan bahu lawan
main.
Gambar 2.2 Type of shot Group

21

Sumber :
http://www.academia.edu/8030635/Camera_and_Framing_Dasar_Estetik
a_

Kemudian dalam pengambilan sebuah shot, tidak menutup kemungkinan
digunakannya penggabung dari dua buah type of shot diatas, tergantung situasi serta
adegan pada sebuah film, sehingga muncul istilah penyebutannya misalnya,
Medium two shot, Medium group shot, dan lain-lain.
Selain type of shot ada juga yang disebut dengan Camera Angle yakni teknik
pengambilan gambar dengan menempatkan kamera pada sudut serta ketinggian
tertentu, sehingga dalam merekam sebuah adegan dapat menimbulkan nilai
dramatik pada sebuah shot. Camera Angle dibagi menjadi24:
1.

High Angle (Bird Eye View)
Posisi kamera lebih tinggi dari obyek yang diambil. Pada posisi kamera ini
kesan yang akan disampaikan kepada penonton adalah suatu kekuatan atau
rasa superioritas bahkan efek tersebut akan semakin meningkat jika ada
penambahan jarak yang ditimbulkan. Oleh karena itu high angle
diciptakan dengan maksud untuk mengurangi rasa superioritas dan
sekaligus subyek tadi akan melemah kedudukannya, kesan yang muncul
adalah rasa tertekan pada subyek, kesedihan, hina, kecil dan kejauhan.

2.

24

Normal Angle (Stright Angle/Chest Level/eye level)

http://www.academia.edu/8030635/Camera_and_Framing_Dasar_Estetika_ diakses pada
tanggal 19 April 2016 , pukul 07.24 WIB

22

Sudut dimana posisi kamera pada saat pengambilan gambar yang normal
dalam sebuah adegan. Posisi kamera ini pada umumnya setinggi dada atau
sejajar dengan ketinggian kita atau penglihatan manusia pada umumnya.
Sudut pengambilan gambar ini kerap digunakan pada suatu acara yang
gambarnya tetap atau statis, misalkan pada adegan dialog dan wawancara.
Penggunaan sudut pengambilan gambar ini cenderung menghasilkan
gambar yang datar dan monoton jika tanpa variasi angle yang lain.
3.

Low Angle (Frog Eye View)
Posisi kamera lebih rendah dari obyek yang diambil. Pada posisi ini
kamera akan memberikan suatu kesan kepada subyek seperti bahwa
subyek tadi mempunyai kekuatan yang menonjol di sini subyek tersebut
akan kelihatan kekuasaannya, objek terkesan lebih tinggi, besar gagah,
angkuh, sombong, perkasa dan berwibawa. Penonton dibuat seakan
menjadi bawahan dari tokoh dalam film, akan tetapi jika digunakan
berlebihan, mudah menimbulkan rasa bosan pada penonton.
Teknik pengambilan gambar yang tealah diuraikan baik type of shot maupun

camera angle merupakan salah satu hal yang membuat film menjadi lebih menarik
tampilannya.

Film merupakan bidang kajian yang amat relevan bagi analisis

struktural atau semiotika. Film umumnya dibangun dengan banyak tanda. Tandatanda itu termasuk berbagai sitem tanda yang bekerja sama dengan baik dalam
upaya mencapai efek yang diharapkan25. Film juga sebetulnya tidak jauh dengan

25

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009, hal. 128

23

televisi. Namun, film dan televisi memiliki bahasanya sendiri dengan sintaksis dan
tata bahasa yang berbeda. Tata bahasa itu terdiri atas semacam unsur yang akrab,
seperti pemotongan (cut), pemotretan jarak dekat (close-up), pemotretan dua (two
shot), pemotretan jarak jauh (long shot), pembesaran gambar (zoom-in), pengecilan
gambar (zoom-out), memudar (fade), pelarutan (dissolve), gerakan lambat (slow
motion), gerakan yang dipercepat (speeded-up), efek khusus (special effect)26.
Film dalam penelitian ini merupakan film dokumenter yang langsung
diangkat dari kejadian yang nyata yakni kehidupan suporter klub sepak bola Persija
Jakarta atau yang lebih dikenal dengan The Jakmania. Setting yang digunakan pun
berlatar ditempat-tempat ketika Persija sedang bertanding. Difilm ini pun dimuat
beberapa wawancara dengan narasumber-narasumber yang relevan dengan the
jakmania.
2.2. Suporter Sepak Bola
Suporter adalah orang yang memberikan dukungan, sokongan, dan
sebagainya (dalam pertandingan dan sebagainya) 27. Suporter dan sepak bola
merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan keterkaitannya. Pertandingan sepak
bola tanpa suporter bagai sayur tanpa garam, kurang lengkap. Suporter kerap
dianggap sebagai pemain kedua belas yang melengkapi tim kesebelasan yang
sedang bertanding dilapangan.
Dalam memberikan dukungannya, bukan merupakan suatu yang aneh jika
para suporter menyuguhkan nyanyian-nyanyian berupa yel-yel, tarian, atau atraksi
26

Ibid. hal.130-131

27

Kamus Besar Bahasa Indonesia, www.kbbi.web.id/suporter , diakses pada tanggal 20 Mei 2016
pukul 19.55 wib.

24

semata-mata dilakukan sebagai cara untuk mendukung tim kebanggaannya berlaga.
Hal tersebut membuat hiburan dan daya tarik sendiri dalam dunia sepak bola. Aksi
suporter kadang kerap kali berlebihan, seperti membawa petasan atau kembang api,
bahkan tidak jarang aksi suporter yang berlebihan dapat menimbulakan kerusuhan
antar suporter.
2.2.1. The Jakmania Sebagai Suporter Sepak Bola
Di Indonesia banyak ditemui suporter-suporter klub lokal nusantara. Seperti
suporter sepak bola Indonesia asal malang
suporter era 90an,

yang menjadi pionir berdirinya

yakni para pendukung arema atau yang dikenal dengan

aremania. Selain itu ada juga The Jak mania yang merupakan pendukung klub
sepak bola ibu kota atau Persija Jakarta yang menempati posisi ke 4 suporter
terfanatik di Indonesia versi bola.net28.
The jakmania didirikan pada 19 desember 1997 dan eksistensinya hingga
hari ini cukup berpengaruh pada persepakbolaan Indonesia. Kelompok suporter
bola yang kini di pimpin oleh Richard Ahmad memiliki 70 ribu anggota resmi
yang terdaftar dalam kartu keanggotaan. Dan juga ada 40 ribu simpatisan yang
tidak terdaftar sebagai anggota resmi. Anggota resm

Dokumen yang terkait

Representasi Paternalisme Dalam Film The Lone Ranger (Analisis Semiotika John Fiske Mengenai Paternalisme dalam Film The Lone Ranger Karya GOre Vabinski)

0 7 25

Makna Kekerasan Pada Film Jagal (The Act Of Killing) (Analisis Semiotika Roland Barthes pada Film Dokumenter "Jagal (The Act of Killing)" tentang Pembunuhan Anti-PKI pada Tahun 1965-1966, Karya Joshua Oppenheimer)

17 109 98

Representasi Paternalisme Dalam Film The Lone Ranger (Analisis Semiotika John Fiske Mengenai Paternalisme dalam Film The Lone Ranger Karya GOre Vabinski)

0 7 25

Representasi Makna Persahabatan Dalam Film 3 Idiots (Analisis Semiotika Roland Barthes Mengenai Representasi Makna Persahabatan Dalam Film 3 Idiots)

9 68 1

Representasi Konflik dalam Film The Bang Bang Club (Analisis Semiotik Roland Barthes Mengenai Konflik dalam Film The Bang Bang Club)

18 67 113

Representasi Singularitas Teknologi Dalam Film Transcendence (Analisis Semiotika Roland Barthes Mengenai Representasi Singularitas Teknologi Dalam Film Transcendence)

1 12 17

Representasi Propaganda Demokrasi dalam Film The War on Democracy (Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough mengenai Representasi Propaganda Demokrasi dalam Film Dokumenter The War on Democracy Karya John Pilger)

1 3 1

Analisis Semiotika Roland Barthes Tentang Representasi Loyalitas Suporter Persib Dan Persija Dalam Film Romeo Dan Juliet

8 80 127

Representasi Pesan Konspirasi Politik dalam Film Shooter (Analisis Semiotika Roland Barthes Mengenai Representasi Pesan Konspirasi Politik dalam Film Shooter)

4 32 98

Pesan Moral dalam Film Dokumenter Nasional SM 3T “Pengabdian Tiada Batas” (Analisis Semiotika Roland Barthes) - Repositori UIN Alauddin Makassar

2 2 117