KONTRAK BAKU DALAM PERJANJIAN JUAL BELI MOTOR DI TINJAU DARI ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM KUHPERDATA DI KOTA MAKASSAR

  

KONTRAK BAKU DALAM PERJANJIAN JUAL BELI M OTOR DI TINJAU DARI

ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM KUHPERDATA DI KOTA M AKASSAR

Skr ipsi

  

Diajukan unt uk Memenuhi Salah Satu Syar at Mer aih Gelar

Sar jana Hukum Jurusan Ilmu Hukum

Pada Fakultas Syar iah dan Hukum

UIN Alauddin Makassar

  

Oleh

ANDY KURDIAN PRIMA

NIM: 10600106014

  

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2010

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

  Dengan penuh kesadaran, penyusun yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penyusun sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ini merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau di buat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

  Makassar 28 juli 2010 Penyusun,

ANDY KURDIAN PRIMA NIM: 10600106014

  PENGESAHAN SKRIPSI

  Skripsi yang berjudul “Kontrak Baku Dalam Perjanjian Jual Beli Motor Di

  Tinjau Dari Asas Kebebasan Berkontrak Di Kota Makassar” yang di susun oleh

  saudari Andy Kurdian Prima, Nim: 10600106014, Mahasiswa Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Syari’ah Dan Hukum di perguruan tinggi UIN Alauddin Makassar, telah diuji dan dipertahankan dalam sidang munaqasyah yang diselenggarakan pada hari

  Rabu, tanggal 28 Juli 2010 M, bertepatan dengan tanggal 19 Syaban 1431 H Dan

  dinyatakan telah diterima sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum (SH) pada Fakultas Syari’ah dan Hukum pada Jurusan Ilmu Hukum (dengan beberapa perbaikan).

  Makassar, 28 Juli 2010 M.

  19 Syaban 1431.

  DEWAN PENGUJi

  Ketua : Prof.Dr.H. Ambo Asse, M.Ag (………………………...) Sekertaris : Hamsir, SH. M. Hum (………………………...) Munaqisy I : Marilang, SH, M. Hum (………………………...) Munaqisy II : Ashabul Kahfi, SH, MH (………………………...)

  Drs. Hamzah Hasan, MHI

  Pembibing I : (………………………...) Pembibing II : Istiqamah, SH.MH (………………………...)

  Diketahui oleh: Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum

  UIN Alauddin Makassar

  Prof.Dr.H. Ambo Asse, M.Ag NIP. 19581022 198703 1 002

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala nikmat, karunia dan limpahan rahmat_nya yang telah memberikan kekuatan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan judul “Kontrak Baku Dalam Perjanjian Jual Beli Motor Di Tinjau Dari Asas Kebebasan Berkontrak Dalam Kuhperdata Di Kota Makassar” yang merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

  Dalam penyusunan skripsi ini berbagai hambata dan keterbatasan dihadapi oleh penulis mulai dari tahap persiapan sampai dengan penyelesaian tulisan namun berkat bantuan, bimbingan dan kerja sama berbagai pihak, hambatan dan kesulitan tersebut dapat teratasi.

  Sembah sujud kupersembahkan untuk kedua orang tuaku tercinta, pembimbing hidupku, Ayahanda A. Kudus Bakri dan ibunda A. Murni, atas segala cinta dan kasih sayang yang telah kau berikan sejak kecil sampai saat ini, doa semangat serta kerja kerasmu yang membuat penulis bias melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Dengan rasa bangga dan haruh saya ucapkan terima kasih kepada saudara(i) saya tercinta, kakak A. Mugi Angsar, atas segala dukungan, baik kepada penulis selama melakukan studi dan keluarga besar yang telah banyak memberikan dorongan semangat sehingga terselesaikannya skripsi ini.

  Oleh karena itu melalui tulisan ini dengan penuh kerendahan hati penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya, terutama kepada:

  1. Prof. Dr. H. Azhar Arsyad, M.A selaku Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

  2. Prof.Dr.H. Ambo Asse, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

  3. Drs. Hamzah Hasan, MHI, Istiqamah, SH.MH dan Hamsir, SH. M.Hum masing-masing selaku pembinmbing I dan pembimbing II dan sekaligus selaku ketua jurusan dan sekertaris jurusan yang selalu meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis selama menyelesaikan penyusunan skrpsi ini.

  4. Kepada seluruh Staf Dosen dan Staf Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

  5. Bapak direktur YLKI Makassar, dan para staf pengurus YLKI Makassar serta semua pihak yang telah memberikan data/informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini.

  6. Kakanda Abdul Rahman MPD yang senang tiasa meluangkan waktunya dan selalu memberikan ilmunya kepad kami sehingga kami dapat menyelasaikan skripsi.

  7. Teman-teman Fakutas Syariah dan Hukum angkatan 06 ( Muflih, Izal, canda tawa, marah dan senang serta selalu memberikan semangat, motivasi agar selalu berjuang hingga detik darah penghabisan dan mencapai tujuan untuk kepentingan bersama-sama.

  8. Teman-teman KKN 06 angkatan 45 Kabupaten Bulukumba, Kecamatan Bulukumpa Kelurahan Jawi-jawi (Tiwi, Ratih, Irna, Nisa, Astrid, Uki Dan Adil) yang mau berbagi suka duka selama KKN.

  Semoga bantuan, bimbingan, dukungan maupun pengorbanan yang telah diberikan mendapat balasan yang berlipat ganda dan bernilai ibadah di sisi Allah swt.

  Akhirnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini sepenuhnya masih jauh dari kesempurnaan, walaupun penulis berusaha semaksimal mungkin sesuai kemampuan yang ada. Untuk itu dengan penuh keterbukaan dan rasa rendah hati penulis senantiasa bersediah menerima segala kritikan dan saran serta pendapat dari berbagai pihak yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini dan semoga tulisan ini bermanfaat keberadaanya. Amin.

  Makassar, 28 juli 2010 ANDY KURDIAN PRIMA

  DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL …………………………………………………………..….. i HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................... iii KATA PENGANTAR ................................................................................................. iv DAFTAR ISI ................................................................................................................. vii ABSTRAK ..................................................................................................................... x

  

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1-18

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................... 10 C. Hipotesis ................................................................................................. 11 D. Definisi Operasional dan ruang lingkup operasional ............................ 12 E. Kajian Pustaka ......................................................................................... 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . ....................................................................... 13-36 A. Pengertian kontrak ................................................................................... 13 B. Pengertian asas kebebasan berkontarak .................................................. 20 C. Pengertian jual beli ................................................................................... 24

  D. Pengertian kontrak baku .......................................................................... 25

  E. Latar belakang terjadinya perjanjian\kontrak baku.............................. 31

  F. Syarat sahnya suatu kontrak .................................................................. 36

  1. Menurur KUHPerdata ..................................................................... 36

  

BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………... 37-43

A. Dasar penilitian ........................................................................................ 37 B. Populasi dan sampel ................................................................................. 38 C. Sumber dan penilitian .............................................................................. 40 D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 41 E. Metode analisis data ................................................................................ 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………………… 46-63

A. Kontrak baku dalam perjanjian jual beli motor yang ditinjau dari asas

  kebebasan berkontrak dalam kuhperdata di kota Makassar .................. 46

  1. Dikatakan sah .................................................................................... 55

  2. Dikatakan tidak sah ........................................................................... 57

  B. Latar Belakanginya Terjadinya Kontrak Baku dalam Perjanjian Jual Beli Motor yang ditinjau dari Asas Kebebasab Berkontrak dalam KUHPerdata di kota Makassar ............................................................... 59

  1. Tidak diberinya surat perjanjian ....................................................... 62

  2. Meminta tetapi tidak diberikan (surat perjanjian) ........................... 63

  3. Tidak pernah meminta surat perjanjian .......................................... 63

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 70-71 A. Kesimpulan .............................................................................................. 70 B. Saran .......................................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 72-73

DAFTAR LAMPIRAN

  

ABSTRAK

  NAMA : ANDY KURDIAN PRIMA NIM : 10600106014 JURUSAN : ILMU HUKUM JUDUL : Kontrak Baku dalam Perjanjian Jual Beli Motor ditinjau dari Asas Kebebasan Berkontrak di dalam KUHPerdat di Kota Makassar.

  Penelitian ini difokuskan pada pengungkapan secara deskriptif-analisis mengenai: (1)Kontrak baku dalam perjanjian jual beli motor ditinjau dari asas kebebasan berkontrak dalam kuhperdata di Kota Makassar; dan (2)latar belakang terjadinya kontrak baku dalam perjanjian jual beli motor di tinjau dari asas kebebasan berkontrak dalam KUHPerdata di Kota Makassar.

  Jenis penelitian adalah penelitian melakukan wawancara dan memberikan kusioner yang bersifat pertanyaan kepada para pihak yang terkait dalam penyusunana skripsi ini . Sumber data adalah beberapa informan kunci yang terdiri dari 25 (dua puluh lima) pihak konsumen, 20 (dua puluh) orang dari pihak pelaku usaha, 5 orang (lima) dari staf YLKI Makassar. Data dikumpulkan dengan menggunakan studi dokumentasi, kemudian diuraikan dengan analisis deskriptif dan kualitatif.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontrak baku dalam perjanjian jual beli motor di kota Makassar merupakan suatu perjanjian yang bertentangan dengan undang-undang hukum perdata dalam buku III, perjanjian baku dikatakan bertentangan karena perjanjian tersebut tidak memenuhi 4 (empat) unsur syarat-syarat dalam pembuatan perjanjian yang diatur dalam Pasal 1320 yang intinya harus ada kesepakatan antara kedua belah pihak. Kontrak baku juga merupakan suatu perjanjian yang isi perjanjiannya di tentukan oleh pihak perusahaan yang diberikan kepada pembeli (konsumen), sedangkan para konsumen hanya mensepakati surat perjanjian tersebut tidak ada campur tangan dalam menentukan isi dan syarat-syarat perjanjian. Timbulnya kontrak baku dilatar belakangi terhadap surat perjanjian dalam artian pihak pelaku usaha (penjual) tidak menginformasikan terlebih dahulu dan tidak juga memberikan duplikat dari surat perjanjian tersebut maka ketika ada permasalahan maka pihak konsumen tidak boleh mempermasalahkannya karena didalam isi perjanjian sudah diatur segalanya tentang barang,hak pembeli,hak penjual (kreditur), kewajiban pembeli dan kewajiban penjual.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia perdagangan kita mengenal berbagai macam perjanjian, salah

  satu diantaranya adalah “Perjanjian Jual Beli”. Perjanjian ini timbul dalam praktek karena adanya tuntutan kebutuhan yang semakin berkembang dalam masyarakat.

  Perjanjian jual beli di Indonesia dewasa ini berkembang dengan pesat. Hal ini dapat kita lihat dalam praktek sehari-hari, banyaknya peminat dari masyarakat terhadap perjanjian tersebut, terutama dalam pemenuhan kebutuhan sekundernya. Baik dalam kalangan produsennya (penjual) maupun konsumen (pembeli). Perjanjian tersebut sering kita jumpai pula dalam praktek dunia perdagangan sepeda motor. Bahkan perjanjian jual beli tersebut dapat dikatakan tumbuh dan berkembang subur di Indonesia. Namun pertumbuhan tersebut tidaklah disertai dengan perkembangan perangkat peraturan secara memadai.

  Sepeda motor merupakan salah satu kebutuhan transportasi yang sangat fital, karena dengan memiliki dan menggunakan sepeda motor dirasa dapat mendukung segala aktifitas manusia itu sendiri, tetapi karena keterbatasan kemampuan ekonomi orang yang tidak memungkinkan untuk membeli sepeda motor di dealer secara tunai, dan mempunyai peluang untuk membeli motor yang ditinjau oleh pihak lainnya

  (sebagai pembiyayaan) maka para pihak melakukan pengangsuran barang tersebut sampai batas waktu tertentu.

  Kata Kontrak/perjanjian itu sendiri, yang sebenarnya tiada lain adalah suatu perjanjian. Namun, kata kontrak dalam percakapan sehari-hari ternyata memang berbeda. Pengertian awan memehaminya dalam arti yang sempit, dalam pembicaraan sehari-hari umumnya dibedakan antara sewa dan kontrak. Bilamana ada orang menyebut kontrak, itu dipakai dalam pengertian kontrak rumah,kontrak rumah, kontrak toko, dan lain-lain, dan apabila ada orang yang mengatakan sewa rumah atau sewa gedung,yang dimaksud bukanlah dalam arti kontrak melainkan hanya dikatakan sewa yang tidak mempunyai kepastian waktu (belum ada kepastian waktu) cenderung dalam pengertian sewa harian atau bulanan. Kata kontrak diartiakan secara sempit, yaitu hanya urusan sewa–menyewa. Sedangkan mengenai perjanjian jual beli, tentunya pertama-tama yang harus dipahami adalah mengenai jual beli itu sendiri, seperti pengertian jual beli, hak-hak dan kewajiban pembeli, bagaiman beralihnya hak milik, tentang risiko, dan sebagainya. Sehubung dengan hal tersebut, dalam kesempatan ini marilah kita membicarakan secara sepintas materi yang diatur dalam bab kelima, keenam dan ketujuh kitab undang-undang hukum perdata, yaitu tentang jual beli.

  Perjanjian atau kontrak yang dilakukan oleh kedua belah pihak diikat oleh undang-undang. Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seseorang berjanji atau melakukan kontrak kepada seorang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Dalam peristiwa ini, timbulah suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan.

  1 Untuk melindungi dan menjamin kepentingan para pihak yaitu debitur dan

  kreditur, maka dalam undang-undang Perlindungan Konsumen No.8 Tahun 1999

  Pasal 19 tentang tanggung jawab pelaku usaha, bunyi dari pasal tersebut sebagai berikut: “Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan”

  Pasal diatas ayat 1 membahas tentang perlindungan bagi pihak konsumen apabila terjadi persoalan tentang kontrak baku sedangkan perlindungan bagi para pelaku usaha di bahas dalam ayat 5 yang berbunyi:

  “Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut merupakan kesalahan konsumen”. Perjanjanjian antara pihak konsumen dengan pihak pelaku usaha adalah suatu prilaku/perbuatan yang isi perjanjiannya ditentukan oleh kedua belah pihak yang telah terikat. Prilaku tersebut tidak bisa terlepas dari peraturan-peraturan perjanjian yang erat hubungannya dengan KUHPerdata yang dibahas dalam pasal 1320, yang berbunyi tentang asas kebebasan berkontrak yaitu: 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya( de toestemming).

  2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian( de bekwaam heid)

  3. Suatu hal tertentu( een bepald onderwerp) dan 4. Suatu sebab yang tidak terlarang atau legal ( eene geoorloofde oorzaak).

  Pasal diatas menunjukkan/ditafsirkan bahwa para pihak yang terkait dalam pembutan kontrak mempunyai berbagai kesempatan yang sama untuk mengungkapkan isi perjanjian, tetapi dalam kenyataannya di lapangan ekonomi, isi perjajian atau kontrak tersebut telah ditentukan salah satu pihak saja sementara pihak lainnya tidak mempunyai kesempatan untuk menentukan isi perjanjian. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa tidak ada suatu formalitas tertentu yang menyatakan, suatu perjanjian/kontrak harus tertulis atau tidak, bahkan suatu perjanjian bisa tercapai secara verbal hanya dengan lisan saja. Adapun contoh dari kasus yang termasuk juga sebagi kontrak baku:

  Sebagaimana telah dijelaskan bahwa perjanjian/kontrak yang dilakukan oleh pelaku usaha terhadap konsumen merupakan sebuah pelanggaran dirana hukum perdata yang kaitannya dengan perlindungan terhadap konsumen, dan sampai sekarang kasus tersebut tidak pernah adanya kejeraaan terhadap pihak pelaku usaha, sedangkan akibat hukum dari perjanjian/kontrak yang sah adalah berlakunya perjanjian sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Adapun contoh lain yang termasuk dalam kontrak/perjanjian baku yang terdapat dalam perjanjian jual beli motor tetapi disini pelaku tidak membelinya secara cash tetapi kredit, jadi pihak pelaku usaha yang sebagai pihak penjual memberikan perjanjian/kontrak kepada pihak konsumen yang posisinya sebagai pembeli dan yang menjadi masalah adalah ketika dalam penandatanganan dan pembuatan isi perjanjian dibuat oleh pelaku usaha dan diberikan kepada konsumen untuk ditandatangani dan disetujui, yang menjadi permasalahan disini sebelum pembuatan isi perjanjian pelaku usaha tidak memberitahukan kepada konsumen tentang isi perjanjian atau setelah transaksi selesai maka pihak pelaku usaha tida memberikan surat atau isi perjajian kepada konsumen maka ketika terjadi permasalahan maka dalam perjanjian tersebut tidak bisa dibatalkan karena sebelumnya semua isi perjanjian sudah disetujui oleh pihak konsumen. Perbuatan tersebut berlaku juga sebagai undang-undang. Yang dimaksud dengan berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya, adalah bahwa kesepakatan yang dicapai oleh para pihak dalam perjanjian mengikat para pihak sebagaimana mengikatnya suatu undang-undang. Para pihak yang telah melakukan kontrak/perjanjian tidak boleh keluar dari perjanjian secara sepihak, kecuali apabila telah disepakati oleh para pihak atau apabila berdasarkan pada alasan-

alasan yang diatur oleh undang-undang atau hal-hal yang disepakati dalam kontrak/ perjanjian.

  Perikatan dapat timbul dari dua hal yaitu karena perjanjian dan atau karena undang-undang. Perikatan yang lahir dari perjanjian adalah perikatan yang timbul atas dasar sepakat berdasarkan asas kebebasan berkontrak antar para pihak. Kesepakatan tersebut berlaku dan mengikat sebagai undang-undang bagi para pihak yang terikat dengan kesepakatan tersebut (Pasal 1338 KUHPerdata).Terlepas dari sumber timbulnya perikatan, setiap perikatan harus memenuhi unsur-unsdur sebagai berikut

  2

  :

  1. Hubungan hukum tersebut melekatkan hak pada satu pihak dan kewajiban pada pihak lainnya. Pelanggaran oleh satu pihak atas hubungan tersebut, menempatkan hukum untuk berperan dalam pemenuhan atau pemulihannya.

  2. Kekayaan dan immaterialitas Hubungan hukum yang dapat dinilai dengan uang merupakan suatu perikatan. meskipun hubungan hukum tidak dapat dinilai dengan uang, apabila rasa keadilan masyarakat menghendaki agar suatu hubungan diberi akibat hukum, maka hukumpun akan melekatkan akibat dari hukum pada hubungan tersebut sebagai suatu perikatan. Dalam Undang-undang No 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen dinyatakan bahwa Klausula Baku atau biasa disebut dengan perjanjian yang dibuat 2 M ariam Darus Badrulzaman et.al, Kompilasi Hukum Perikatan, (Bandung : PT Cit ra Aditya Bakti, 2001), h. 1. secara sepihak adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen. Secara sepintas, dapat terkesan bahwa perjanjian baku bertentangan atau tidak sejalan dengan asas-asas umum perjanjian seperti asas sepakat dan konsensual, mengingat terms and conditionnya telah ditetapkan (pre determined) secara sepihak . Namun demikian, bahwa dengan diterimanya syarat-syarat tersebut oleh pihak lainnya dapat diartikan bahwa secara sukarela yang bersangkutan telah mengikatkan diri untuk menerima persyaratan-persyaratan dimaksud yang sangat bertentangan dengan asas kebebasan berkontrak. Mengingat penundukan sukarela yang demikian, maka penting dijaga bahwa terms and condition tersebut memenuhi unsur-unsur keadilan, kepatutan, keseimbangan dan perlindungan bagi pihak yang secara objektif faktual berada dalam posisi yang tidak seimbang. teori tersebut sudah terbentuk dalam fakta yang sering kita lihat umunya dalam perjanjian jual beli.

  Pada dasarnya terjadinya kontrak jual beli antara pihak penjual dan pembeli atau pihak pelaku usah dengan konsumen adalah pada saat terjadinya persesuaian khendak dan pernyataan mereka tentang barang dan harga, meskipun barang itu belum diserahkan maupun harganya belum dibayar lunas (pasal 1458 KUH Perdata).

  Walaupun telah terjadinya antara persesuaian terhadap kehendak dan pernyataan, namun belum tentu barang itu menjadi milik pembeli, karena harus diikuti oleh proses penyerahan benda.

  Di dalam KUHPerdata tidak ditentukan secara tegas tentang bentuk perjanjian jual beli. Bentuk perjanjian jual beli dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis.

  Perjanjian secara lisan cukup dilakukan berdasarkan konsensus para pihak tentang barang dan harga. Sedangkan perjanjian jual beli secara tertulis merupakan perjanjian yang di buat oleh para pihak dalam bentuk tertulis, apakah itu dalam bentuk akta dibawah tangan maupun akta autentik.

  Kondisi objektif faktualnya tentang perjanjian jual beli tersebut antara lain dapat berupa tidak adanya alternatif untuk mendapatkan pilihan-pilihan yang terbuka, atau tidak adanya waktu yang cukup bagi satu pihak untuk merundingkan terms and

  conditions

  atau posisi tawar yang relatif lebih lemah baik karena kedudukan monopolistis atau karena sifat barang dan/atau jasa maupun bangunan yang menjadi

  3 objek perjanjiannya . Kontrak baku adalah kebutuhan nyata dalam sebuah bisnis.

  Kebutuhan tersebut timbul mengingat sifat-sifat dari transaksi seperti berulang-ulang dan relatif homogen, berlaku umum dan massal serta telah merupakan kebiasaan dalam dunia perdagangan. Namun demikian, Undang-undang membatasi kebebasan dari satu pihak untuk mendiktekan ketentuan dan syarat-syaratnya untuk tidak bertentangan dengan asas-asas umum pada perikatan.

3 Subekt i, Hukum Perjanjian, (Jakarta : Int ermasa, 2009), h. 23.

  Undang-undang No. 8 Tahun 1999 dalam konsideransnya menyatakan bahwa untuk meningkatkan harkat dan martabat konsumen perlu meningkatkan kesadaran, pengetahuan, kepedulian, kemampuan dan kemandirian para pihak untuk melindungi dirinya serta menumbuh kembangkan sikap pelaku usaha yang bertanggung jawab.

  B. Rumusan dan Batasan Masalah

  Bertolak dari latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan pokok masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah kontrak baku dalam

  

perjanjian jual beli motor yang diitinjau dari asas kebebassan berkontrak dalam

KUH Perdata di Makassar” ,

  yang menjadi sub masalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana kontrak baku dalam perjanjian jual beli motor menurut asas kebebasan berkontrak dalam KUH Perdata di Makassar?

  2. Apakah yang melatar belakangi sehingga terjadi kontrak baku di dalam perjanjian jual beli motor di kota Makassar ?

  C. Hipotesis

  Setelah penulis merumuskan masalah sebagaimana di atas, maka lebih lanjut penulis akan mengemukakan hipotesis sebagai jawaban sementara dari permasalahan yang ada. Adapun hipotesis yang dimaksud adalah :

  1. Kontrak baku dalam perjanjian jual beli di Makassar merupakan perjanjian yang proses perjanjiannya tidak sah dan banyak para pihak konsumen tidak menyetujui adanya kontrak baku dalam perjanjian jual beli motor karena perjanjian tersebut dibuat oleh salah satu pihak saja sedangkan pihak yang lain tidak berhak campur tangan dalam pembutan perjanjian tersebut dan sampai sekarang (fakta) pelaku usaha yang membuat kontrak baku dalam perjanjian jual beli motor tidak ada yang pernah diadili maupun di penjara dalam kasus kontrak baku.

  2. Perjanjian baku timbul di tengah masyarakat disebabkan oleh pihak penjual dalam proses transaksi lebih cepat menentukan isi pejanjian, sedangkan pihak pembeli tidak ada kesempatan untuk menentukan isi perjanjian tersebut dan kurangnya informasi terhadap isi perjanjian tersebut. Perjanjian baku juga di timbulkan dengan keadaan ekonomi masyrakat yang terus meningkat dalam dunia perdagangan dan tidak bisa dipungkiri bahwa kontrak baku juga merupakan kebutuhan para pelaku usaha dalam dunia bisnis.

D. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Pembahasan

  Untuk menghindari terjadinya kesalah pahaman atau penafsiran yang keliru dari pembaca dalam memahami makna yang dimaksudkan dalam skripsi ini, maka perlu diberikan definisi secara operasional mengenai judul, yaitu:

  Kontrak adalah perjanjian antara dua belah pihak dalam perdagangan, sewa menyewa dan sebagainya.

4 Baku adalah pokok utama, atau tolak ukur yang berlaku untuk kuantitas atau kualitas yang ditetapkan berdasarkan kesapakatan, standar.

  5 Asas adalah dasar atau sesuatu yang menjadi tumpuan berfikir dan berpendapat.

  6 4 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Jakarta : balai pustaka 2005), h. 523.

  Kebebasan adalah keadan bebas, kemerdekaan : manusia yang tertindas harus

  7 berjuang untuknya.

  Jual beli adalah suatu transaksi yang dilakukan oleh penjual dan pembeli atau pihak pelaku usaha dan konsumen yang mana pihak satu mengikat dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan dan pihak lain untuk membayar harga yang

  8 dijanjiakan.

  Berdasarkan definisi diatas maka secara operasional konrak baku dalam perjanjian jual beli adalah suatu bentuk perjanjian atau kontrak yang telah ditentukan isi kontrak tersebut oleh perusahaan atau pusat perbelanjaan yang tidak dapat diganggu gugat tentang apa yang berkaitan dengan isi kontrak tersebut.

E. Kajian Pustaka

  Pokok masalah yang diteliti dan dibahas dalam skripsi ini secara substansial sudah banyak dikaji oleh penulis-penulis sebelumnya, akan tetapi pembahasannya sangat parsial dan lebih banyak dibahas dalam acara–acara yang hanya membutuhkan waktu yang singkat, sehingga pada tataran intensional penulisan belum mampu menghadirkan pemahaman wacana yang akurat dan holistik. Oleh karena itulah maka pembahasan ini didasarkan pada literatur yang telah ada, yang telah diakui kebenarannya dengan menekankan pembahasan yang lebih mudah dan dapat dipahami oleh siapapun yang membacanya. 6 7 ibid h. 60.

  ibid h. 104. Adapun literatur-literatur yang penulis gunakan sebagai pedoman utama dalam penulisan skripsi ini. Secara singkat bisa disebutkan sebagai berikut :

  1. Kitab Undang – Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) 2. Dr. Ahmad Miru dalam bukunya yang membahas tentang kontrak baku.

  3. I.G. Rai widjaya dalam bukunya yang membahas tentang Merancang Suatu Kontrak.

  4. Undang-undang Hukum perlindungan konsumen.

  5. Buku – buku ilmiah lainnya yang dianggap relevan dengan masalah kontrak baku yang telah diuraikan oleh ahlinya.

  Judul ini belum di bahas secara khusus dan jelas sehingga harus dikaji lebih mendalam, demikian juga keasliannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kontrak Kata kontrak, yang tiada lain adalah suatu perjanjian. Namun , kata Kontrak

  dalam percakapan sehari-hari berbeda. Pengertian awam memahaminya dalam arti yang sempit. Dalam pembicaraan sehari-hari umumnya dibedakan antara sewa dan kontrak. Bilamana ada orang yang menyebutkan kontrak, itu dipakai dalam pengertian kontrak rumah, kontrak gudang, kontrak toko, dan lain-lain. Dan apabila ada orang mengatakan sewa rumah atau gedung, yang di maksud bukanlah dalam arti kontrak. Jadi, kata kontrak lebih menunjukan adanya kepastian janga waktu yang pastinya lebih lama. Lain halnya dengan sewa. Dalam sewa belum ada kepastian waktu,atau cenderung dalam pengertian sewa atau bulanan.

  Dengan demikian, masih terdapat pengertian yang rancu antara kontrak dan sewa. Padahal yang benar, kontrak itu adalah suatu perjanjian yang dituangkan dalam tulisan atau perjanjian tertulis atau surat. Singkatnya, kontrak adalah perjanjian tertulis atau surat.

  9 Menurut literatur Black’s Law Dictionary. Dia membahasan kontrak dalam

  bentuk bahasa inggris yaitu:

  Contract: An agreement between two or more persons which creates an obligation to do a peculiar thing”.

  Yang artinya, Kontrak diartikan sebagia suatu perjanjian atau persetujuan antara dua orang atau labih yang dimana menimbulkan sebuah untuk melakuakan atau tidak melakukan sesuatu secara sebagian atau berbuat atau tidak berbuat suatu hal yang khusus.

  Adapun pengertian kontrak tidak disebut secara tegas dalam literatur hukum. Kontrak lebih merupakan istilah yang digunakan dalam perikatan-perikatan bisnis disamping MoU (Memorandum Of Understanding), yang pemakaian istilahnya bersifat khusus untuk perikatan bisnis. Kontrak yang dibuat dalam hubungan bisnis memiliki sifat yang tidak berbeda dengan perjanjian, yaitu ikatan yang memiliki akibat hukum. Oleh karena kontrak merupakan kesepakatan para pihak yang mempunyai konsekuensi hukum yang mengikat, maka pengertiannya sama dengan perjanjian sekalipun istilah kontrak belum tentu sebuah perjanjian karena perjanjian

  10 tidak eksklusif sebagai istilah suatu perikatan dalam bisnis.

  Menurut J.Satrio, perjanjian dapat mempunyai dua arti,yaitu:

  1. Arti luas Suatu perjanjian/kontrak berarti setiap perjanjian yang menimbulkan akibat hukum sebagai yang dikehendaki oleh para pihak..

10 Agustinus Dawarja dan Aksioma Lase Pengertian Pokok dan Teknik Perancangannya ,

  2. Arti sempit Perjanjian/kontrak berarti hanya ditunjukan kepada hubungan-

  11 hubungan hukum dalam lapangan hukum kekayaan saja.

  Menurut Abdulkadir Muhamad bahwa perjanjian dapat dirumuskan sebagai suatu persetujuan di mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk

  12 melaksanakan suatu hal mengenai harta kekayaan.

  Menurut F Subekti, bahwa kontrak adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji untuk melaksanakan sesuatu, Kontrak juga diterjemahkan dari bahasa inggris, yaitu contract, sedangkan dalam bahasa belanda disebut denga istilah

  13 overeenscomstrecht.

  Menurut Wirjono Prodjodikoro, kontrak adalah suatu hubungan hukum mengenai harta benda atau pihak, dalam mana satu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melaksanakan sesuatu sedangkan pihak lain berhak menuntut

  14 pelaksanaan.

  Sedangkan M. Yahya Harahap mengartikan kontrak adalah menyatakan bahwa seseorang atau lebih yang berjanji kepada seseorang atau lebih atau saling berjanji untuk melakukan sesuatu hal. Ini merupakan suatu peristiwa yang menimbulkan suatu hubungan hukum antara orang yang membuatnya yang disebut dengan perikatan, dan juga dibahasakan sebagai perangkat yang terdapat dalam 11 12 Ibid, h. 12. 13 Salim , Hukum kont rak, ( Jakart a : Sinar Grafika, 2009), h. 25 .

  Ibid , h. 10. hukum perdata yang hanya mengatur aspek tertentu dari pasar dan mengatur jenis

  15 perjanjian tertentu.

  Lawrence M. Friedman tidak menjelaskan kontrak sebagai aspek tertentu dari pasar dan jenis perjanjiannya. Apabila dikaji aspek pasar,tentunya kita akan mengkaji dari berbagai aktivitas bisnis yang hidup dan berkembang dalam sebuah market. Di dalam berbagai market tersebut maka akan menimbulkan berbagai macam kontrak yang dilakukan oleh para pelaku usaha. Ada pelaku usaha yang melakukan perjanjian

  16 jual beli, sewa-menyewa, beli sewa, leasing dan lain-lain.

  Michael D. Bayles mengkaji kontrak sebagai pelaksanaan perjanjian yang dibuat oleh para pihak, tidak melihat pada tahap-tahap prakontraktual dan kontraktual. Tahap ini merupakan tahap yang menentukan dalam penyusunan sebuah kontrak. Kontrak yang telah disusun oleh para pihak akan dilaksanakan juga oleh

  17 mereka sendiri.

  Beberapa pendapat tentang pengertian kontrak tersebut antara lain: 1.

  Munir Fuady Banyak definisi tentang kontrak telah diberikan dan masing- masing bergantung kepada bagian-bagian mana dari kontrak tersebut yang dianggap sangat penting, dan bagian tersebutlah yang ditonjolkan dalam 15 definisi tersebut. 16 M . Yahya Harahap, Hukum perjanjian (Bandung : Alumni, 1986), h. 52 Ibid , h. 89.

2. Bayu Seto Salah satu definisi kontrak yang diberikan oleh salah satu kamus,

  bahwa kontrak adalah suatu kesepakatan yang diperjanjikan di antara dua orang atau lebih yang dapat menimbulkan, memodifikasi atau menghilangkan

  18 hubungan hukum.

  Emmy Pangaribuan Simanjutak Kontrak sebagai suatu perjanjian, atau serangkaian perjanjian dimana hukum memberikan ganti rugi terhadap wanprestasi terhadap kontrak tersebut, atau terhadap pelaksanaan kontrak tersebut oleh hukum dianggap sebagai suatu tugas, pendapat diatas juga membahasakan pengertian kontrak dalam bahas inggris yaitu:

  Contract is: An agreement between two or more persons not merely a shared belief, but common understanding as to something that is tobe done in the future by one or both of them.

  Artinya : kontrak adalah suatu persetujuan antara dua orang atau lebih tidak hanya memberikan kepercayaan,tetapi secara bersama saling pengertian untuk melakukan sesuatu pada masa mendatang oleh seseorang atau keduanya bagi

  19 mereka.

18 Ibid, h. 11

  Adapun definisi lain yang berpendapat tentang kontrak yaitu: Rangkaian atau kaidah-kaidah yang memberikan kepastian hukum terhadap berbagai persetujuan dan ikatan antara warga-warga yang terkait dalam perjanjian yang sejenisnya dan kontrak juga adalah suatu “peristiwa” di mana seorang berjanji kepada orang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan

  20 suatu hal.

  Kontrak menurut Hobbes adalah metode dimana hak-hak fundamental dari manusia dapat dialihkan, sebagaimana halnya dengan hukum alam yang menekankan tentang perlunya ada kebebasan bagi manusia, maka hal itu berlaku juga berkaitan dengan kontrak-kontrak. Dengan demikian Kontrak adalah: suatu perbuatan dengan mana satu piahak atau lebih mengikatkan dirinya atau lebih mengikatkan dirinya

  21 terhadap satu orang atau lebih.

  Dengan kesimpulannya kontrak atau perjanjian adalah Hubungan hukum antara subjek hukum yang satu dengan yang lain dalam bidang harta kekayaan, di mana subjek hukum yang satu berhak atas prestasi dan begitu juga subjek hukum yang lain berkewajiban untuk melaksanakan prestasinya sesuai dengan yang telah disepakati sedangkan dalam Pasal 1313 juga dibahas tentang defenisi kontrak yang berbunyi: 20 21 Ibid, h. 37 Ibid, h. 26

  1. Tidak jelas, karena setiap perbuatan dapat disebut perjajian,

  2. Tidak tampak asas konsensualime, dan Bersifat dualisme.

B. Pengertian Asas Kebebasan Berkontrak

  Latar belakang lahirnya asas kebebasan berkontrak adalah adanya paham individualism yang secara embrional lahir pada zaman yunani, yang diteruskan oleh kaum Epicurusten dan berkembang pesat dalam zaman reinaisance melalui antara lain ajaran-ajaran Hugo de Grecht, Thomas Hibbes, Jhon Locke dan Rossseeau.

  Pada akhir abad ke-19, akibat desakan paham etis dan sosialis, paham individualism mulai pudar, terlebih-lebih sejak berakhirnya perang dunia II. Paham ini tidak mencerminkan keadilan. Masyarakat ingin pihak yang lemah lebih banyak mendapat perlindungan. Oleh karena itu, khendak bebas tidak lagi diberi arti mutlak tetapi akn diberi arti relative dikaitkan selalu dengan kepentingan umum. Pengaturan subtansi kontrak tidak semata-mata dibiarkan kepada pihak namun perlu diawasi.

  Pemerintah sebagai pengembang kepentingan umum menjaga keseimbangan kepentingan individu dan kepentingan masyarakat. Melalui penorobosan hukum

  22 kontrak kebidang hukum public. Dalam buku III Hukum Perdata asas kebebasan berkontrak diartikan sebagai bebas dalam maksud lain setiap orang dapat membuat perjanjian sesuai dengan maksud dan keinginannya.

23 Sistem terbuka yang dimiliki hukum kontrak, memberikan kebebasan

  sedimikian rupa sehingga setiap orang berhak dan bebas untuk membuat atau mengadakan perjanjian yang segala sesuatunya sesuai dengan para pihak yang berjanji. Untuk itu, terbuka kebebasan yang seluas-luasnya unuk mengatur dan dan menentukan isi suatu perjanjian, asalkan tidak melanggar ketertiban umum dan kesusilaan.

  Asas kebebasan berkontrak adalah semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

  24 Asas kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang memberikan kebebasan

  kepada para pihak untuk:

  1. Membuat atau tidak membuat perjanjian

  2. Mengadakan perjanjian dengan siapa pun,

  3. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya, dan 4. Menentukan bentuknya perjanjian, yaitu tertulis atau lisan.

  Yang dimaksud dengan asas kebebasan berkontrak atau yang sering juga disebut sebagai sistem terbuka adalah adanya kebebasan seluas-luasnya yang oleh 23 I.G. Rai widjaya, M erancang Suat u Kont rak , (Bekasi : M ega Poin, 2004), h. 33. 24 undang-undang diberikan kepada masyarakat untuk mengadakan perjanjian tentang apa saja, asalkan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, kepatutan dan ketertiban umum. Penegasan mengenai adanya kebebasan berkontrak ini dapat dilihat pada Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, yang menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Hal ini juga dimaksudkan untuk menyatakan tentang kekuatan hukum dalam hukum kontrak.

  Menurut Subekti, cara menyimpulkan asas kebebasan berkontrak (beginsel

  der contractsvrijheid

  ) adalah dengan jalan menekankan pada perkataan semua yang ada di muka perkataan perjanjian. Dikatakan bahwa Pasal 1338 ayat (1) tersebut seolah-olah membuat suatu pernyataan (proklamasi) bahwa kita diperbolehkan membuat perjanjian apa saja dan itu akan mengikat kita. sebagaimana mengikatnya

  25 undang-undang.

  Menurut Mariam Darus Badrulzaman Pembatasan terhadap kebebasan itu hanya berupa apa yang dinamakan ketertiban umum, kesusilaan dan semua yang mengandung, arti meliputi seluruh perjanjian, baik yang namanya dikenal maupun yang tidak dikenal oleh undang-undang. Asas kebebasan berkontrak (contractvrijheid) berhubungan dengan isi perjanjian, yaitu kebebasan menentukan

25 Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta : Interm asa, 2009), h. 45

  "apa" dan "siapa" perjanjian itu diadakan. Perjanjian yang diperbuat sesuai dengan

  26 Pasal 1320 KUH Perdata ini mempunyai kekuatan mengikat.

  Lebih lanjut Sutan Remy Sjandeini mengemukakan Kebebasan berkontrak adalah salah satu asas yang sangat penting di dalam hukum perjanjian. Kebebasan ini adalah perwujudan dari kehendak bebas, pancaran hak asasi. Pendapat ini mempelajari hukum perjanjian negara-negara lain dapat disimpulkan bahwa asas kebebasan berkontrak sifatnya universal, artinya berlaku juga pada hukum perjanjian negara-negara lain, mempunyai ruang lingkup yang sama seperti juga ruang lingkup

  27 asas kebebasan berkontrak dalam hukum perjanjian Indonesia .

  Menurut hukum perjanjian Indonesia seseorang bebas untuk membuat perjanjian dengan pihak manapun yang dikehendakinya. Undang-undang hanya mengatur orang-orang tertentu yang tidak cakap untuk membuat perjanjian, pengaturan mengenai hal ini dapat dilihat dalam pasal 1330 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Dari ketentuan ini dapat disimpulkan bahwa setiap orang bebas untuk memilih pihak yang ia inginkan untuk membuat perianjian, asalkan pihak tersebut bukan pihak yang tidak cakap. Bahkan lebih lanjut dalam pasal 1331, ditentukan bahwa andaikatapun seseorang membuat perjianjian dengan pihak yang dianggap tidak cakap menurut pasal 1330 KUH Perdata tersebut, maka perjanjian itu tetap sah selama tidak dituntut pembatalannya oleh pihak yang tidak cakap. 26 Asas-asas Perjanjian (Bandung Cipta Aditya Bakti, 2009), h. 37

  Subekti, :

C. Pengertian Jual Beli

  Mengenai jual beli itu sendiri menurut pengertian yang diberikan oleh undang- undang, dalam kitab Undang-undang hukum perdata atau BW adalah: Suatu perjanjian atau suatu persetujuan timbal balik antara pihak yang satu selaku penjual yang berjanji untuk menyerahkan suatu barang kepada pihak lain, yaitu

  28 pembeli, dan pembeli membayar harga yang telah dijanjikan.

  Adapun pengertian jual beli yang dikutip dari artikel yaitu: Perjanjian jual beli adalah persetujuan dimana penjual mengikatkan dirinya untuk menyerahkan kepada pembeli suatu barang sebagai milik (eneigendom te

  leveren

  ) dan menjaminnya (virjwaren) pembeli mengikat diri untuk membayar harga

  29 yang diperjanjikan.

  Di dalam hukum Inggris, perjanjian jual beli (contract of sale) dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu (actual sale) dan agreement to sell, hal ini terlihat dalam Section 1 ayat (3) dari Sale of goods Act. Sale adalah suatu pejanjian sekaligus dengan pemindahan hak milik (compeyence), sedangkan agreement to sell adalah tidak lebih dari suatu koop overeenkomst (perjanjian jual beli) biasa menurut KUH Perdata. Apabila dam suatu sale si penjual melakukan wanperstasi maka si 28 29 Salim , Hukum kont rak (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 48

  Ibid , hal. 50 pembeli dapat menggunakan semua upaya dari seorang pemilik, sedangkan dalam

  agreement to sell,