MODEL PEMBINAAN NARAPIDANA DALAM RANGKA MENCEGAH PENGULANGAN TINDAK PIDANA (RECIDIVE) DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS II B KLATEN

  

MODEL PEMBINAAN NARAPIDANA DALAM RANGKA

MENCEGAH PENGULANGAN TINDAK PIDANA (RECIDIVE)

DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS II B KLATEN

  

Penulisan Hukum

(Skripsi)

  Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

  

Oleh :

KRESNA DHARMA PAMBAGIYO

NIM. E0013245

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

PERSETUJUAN PEMBIMBING

  Penulisan Hukum (Skripsi)

  

MODEL PEMBINAAN NARAPIDANA DALAM RANGKA

MENCEGAH PENGULANGAN TINDAK PIDANA (RECIDIVE)

DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS II B KLATEN

  Oleh : KRESNA DHARMA PAMBAGIYO NIM. E0013245

  Disetujui untuk dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

  Surakarta, 24 Agustus 2018 Pembimbing Sabar Slamet, S.H., M.H.

  NIP. 19560727 198601 1 001

  

PENGESAHAN PENGUJI

  Penulisan Hukum (Skripsi)

  

MODEL PEMBINAAN NARAPIDANA DALAM RANGKA

MENCEGAH PENGULANGAN TINDAK PIDANA (RECIDIVE)

DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS II B KLATEN

  Oleh : KRESNA DHARMA PAMBAGIYO NIM. E0013245

  Telah diterima dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

  Pada : Hari : Kamis Tanggal : 13 September 2018

  PERNYATAAN

  Nama : Kresna Dharma Pambagiyo NIM : E0013245

  Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Penulisan Hukum (Skripsi) yang berjudul : MODEL PEMBINAAN NARAPIDANA DALAM RANGKA

  

MENCEGAH PENGULANGAN TINDAK PIDANA (RECIDIVE) DI

LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS II B KLATEN adalah betul-betul

  karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam Penulisan Hukum ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan Penulisan Hukum dan gelar yang saya peroleh dari Penulisan Hukum ini.

  Surakarta, 24 Agustus 2018 Yang membuat pernyataan

  Kresna Dharma Pambagiyo NIM. E0013245

  

ABSTRAK

  Kresna Dharma Pambagiyo. NIM. E0013245. 2018. MODEL PEMBINAAN NARAPIDANA DALAM RANGKA MENCEGAH PENGULANGAN TINDAK PIDANA (RECIDIVE) DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS II B KLATEN. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

  Penulisan hukum ini bertujuan untuk mengetahui model pembinaan narapidana dalam rangka mencegah pengulangan tindak pidana (recidive) dan hambatan yang ditemui di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Klaten.

  Penelitian ini merupakan penelitian hukum sosiologis / non-doktrinal yang bersifat deskriptif. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu melalui studi kepustakaan, pengamatan dan wawancara. Teknik analisis data secara kualitatif dengan menggunakan teknik analisis model interaktif.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa tahap pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Klaten, diawali dengan pendaftaran kemudian diikuti dengan proses pembinaan yang terbagi dalam empat tahap, yaitu tahap pertama (masa pengenalan lingkungan / pembinaan awal), tahap kedua (pembinaan lanjutan), tahap ketiga (asimilasi) dan tahap keempat (integrasi).

  Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Klaten belum dapat melaksanakan assessment risiko dan assessment kebutuhan karena terkendala Sumber Daya Manusia yang terbatas dan menghindari rangkap jabatan oleh assessor. Metode yang digunakan dalam pembinaan narapidana meliputi metode gabungan antara pendekatan dari atas ke bawah (top down approach) dengan pendekatan dari bawah ke atas (bottom up approach), metode gabungan antara pendekatan perorangan dengan pendekatan kelompok, metode kekeluargaan, metode persuasif edukatif, metode berkelanjutan (continual) dan metode keamanan (security). Program dan wujud pembinaan narapidana meliputi pembinaan kepribadian dan pembinaan kemandirian. Faktor yang menjadi hambatan dalam pembinaan narapidana antara lain sarana dan prasarana, terbatasnya Sumber Daya Manusia, narapidana dan masyarakat. Kata kunci : Model Pembinaan Narapidana, Recidive, Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Klaten.

  

ABSTRACT

Kresna Dharma Pambagiyo. NIM. E0013245. 2018. THE MODEL OF

PRISONER GUIDANCE IN ORDER TO PREVENT THE REPETITION OF

CRIMINAL ACT (RECIDIVE) AT CORRECTIONAL INSTITUTION CLASS II B

KLATEN. Faculty of Law Sebelas Maret University of Surakarta.

  This legal writing aims to find out about the model of prisoner guidance in

order to prevent the repetition of criminal act (recidive) and obstacles

encountered at Correctional Institution Class II B Klaten.

  This research is a sociological / non-doctrinal legal research which is

descriptive. The type of data used is primary data and secondary data. The data

collection techniques used are literature study, observation and interview. The

technique of data analysis is qualitative by using interactive model analysis

technique.

  The result of the research showed that the guidance stage of the prisoners

at Correctional Institution Class II B Klaten, beginning with registration then

followed by a guidance process divided into four stages, among them are the first

stage (introduction to the neighborhood stage / early guidance), the second stage

(continuation guidance), the third stage (assimilation) and the fourth stage

(integration). Correctional Institution Class II B Klaten not yet able to implement

risk assessment and assessment of prisoner needs because constrained limited

human resources and avoid double positions by the assessor. The method used in

prisoner guidanc, among them are a combined method of top down approach with

bottom up approach, a combined method of individual approach with group

approach, kinship method, educational persuasive method, continuous method

and security method. The programs and forms of prisoner guidance, among them

are personality guidance and independence guidance. The factors that become

obstacles in the prisoner guidance, among them are facilities and infrastructure,

limited human resources, prisoner and society.

Keywords : The Model of Prisoner Guidance, Recidive, Correctional Institution

Class II B Klaten.

  

MOTTO

Hidup tidak menghadiahkan barang sesuatu-pun kepada manusia

tanpa bekerja keras.

  

Hal yang paling menyakitkan di dunia ini adalah ketika kita tidak bisa

membahagiakan orang yang kita sayangi.

  

Untukmu anak-anakku, kami berkorban sekuat tenaga

agar engkau hidup dalam kebahagiaan.

  

Bukan harta kekayaanlah, tetapi budi pekerti yang harus ditinggalkan

sebagai pusaka untuk anak-anak kita.

  

PERSEMBAHAN

  Penulisan Hukum (Skripsi) ini penulis persembahkan kepada :  Allah SWT yang selalu menjawab doa-doa saya dan memberikan saya hidup hingga sekarang ini.

   Ayah dan Ibu yang telah membesarkan saya dari lahir hingga dewasa dan tidak pernah berhenti untuk memberikan doa-doa dan motivasi.Istriku yang selalu setia menemani dan menyemangatiku. Terima kasih atas ketulusan dan kesabarannya dalam menghadapiku.Adikku yang selalu ada dan memberikan dukungan.Almamaterku, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayah-Nya yang telah menyertai penulis, sehingga penyusunan Penulisan Hukum (Skripsi) yang berjudul “MODEL PEMBINAAN NARAPIDANA DALAM RANGKA MENCEGAH PENGULANGAN TINDAK PIDANA (RECIDIVE

  ) DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS II B KLATEN” dapat penulis selesaikan dengan baik. Penulisan Hukum ini merupakan rangkaian persyaratan dan tugas yang harus dipenuhi guna memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada

  Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

  Dengan terselesaikannya Penulisan Hukum ini, penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu kelancaran dalam penyelesaian Penulisan Hukum ini.

  Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada :

  1. Prof. Dr. Supanto, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

  2. Ibu Subekti, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Pidana Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

  3. Bapak Sabar Slamet, S.H., M.H., selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, memberikan masukan, arahan dan pengetahuan sehingga mempermudah penulis untuk menyelesaikan Penulisan Hukum ini.

  4. Ibu Wida Astuti, S.H., M.H., selaku pembimbing akademik yang telah membimbing, memberi saran dan arahan selama penulis kuliah di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

  5. Bapak Turyanto, Bc.I.P., S.Sos., selaku Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Klaten yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis.

  6. Bapak Jaka Heri Pahlawanta, S.H., selaku Kepala Sub Bagian Tata Usaha Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Klaten yang telah memberi data sebagai bahan penyusunan Skripsi kepada penulis.

  7. Bapak Andreas Wisnu Saputro, Amd. IP., S.IP., M.H., selaku Kepala Seksi Bimbingan Narapidana / Anak Didik Dan Kegiatan Kerja Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Klaten yang telah memberi data sebagai bahan penyusunan Skripsi kepada penulis.

  8. Bapak Junesto Gahagho, Amd. IP., S.H., selaku Kepala KPLP Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Klaten yang telah memberi data sebagai bahan penyusunan Skripsi kepada penulis.

  9. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu yang telah membantu baik moril maupun materiil dalam Penulisan Hukum ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Penelitian Hukum ini masih banyak terdapat kekurangan baik dalam isi maupun bentuk penyajian. Untuk itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik / saran yang membangun demi perbaikan penyusunan Penelitian Hukum selanjutnya.

  Akhir kata penulis berharap semoga Penulisan Hukum ini dapat memberikan sedikit sumbangan pemikiran khususnya dalam upaya pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan.

  Surakarta, 24 Agustus 2018 Penulis

  Kresna Dharma Pambagiyo NIM. E0013245

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JU i DUL ……………………………………………………....

  HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii ………………………...... HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI iii

  ………………………………… HALAMAN PERNYATAAN iv …………………………………………..... ABSTRAK v ………………………………………………………………... ABSTRACT vi ………………………………………………………………. HALAMAN MOTTO

  ……………………………………………….......... vii HALAMAN PERSEMBAHAN

  ………………………………………....... viii KATA PENGANTAR ix ……………………………………………………. DAFTAR ISI xi

  ……………………………………………………………… DAFTAR TABEL

  ………………………………………………………… xiv DAFTAR GAMBAR

  ……………………………………………………... xv DAFTAR LAMPIRAN

  …………………………………………………… xvi BAB

  I PENDAHULUAN A.

  1 Latar Belakang …………………………………………… B.

  3 Perumusan Masalah ……………………………………… C.

  4 Tujuan Penelitian ………………………………………… D.

  4 Manfaat Penelitian ………………………………………..

  E.

  5 Metode Penelitian ………………………………………...

  F.

  8 Sistematika Penulisan Hukum …………………………… BAB

  II TINJAUAN PUSTAKA A.

  Kerangka Teori …………………………………………... 10 1.

  10 Tinjauan Umum tentang Pidana ……………………...

  a.

  Pengertian Hukum Pidana ………………………... 10 b.

  Pengertian Pidana ………………………………… 11 c.

  11 Teori Pemidanaan ………………………………...

2. Tinjauan Umum tentang Narapidana ………………… 18 a.

  Pengertian Narapidana …………………………… 18 b.

  19 Hak-Hak Narapidana ……………………………..

  c.

  Penggolongan Narapidana ……………………….. 20 3. Tinjauan Umum tentang Pembinaan Narapidana ……. 21 a.

  Pengertian Pembinaan Narapidana ………………. 21 b.

  Tujuan Pembinaan Narapidana …………………... 22 c.

  25 Tahap Pembinaan Narapidana …………………… d.

  27 Macam Pembinaan Narapidana …………………..

  e.

  Prinsip Dasar Pembinaan Narapidana ……………. 28 4. Tinjauan Umum tentang Pengulangan Tindak Pidana

  (Recidive 29 ) …………………………………………….

  a.

  29 Pengertian Pengulangan Tindak Pidana ………….

  b.

  Sistem Pemberatan Pidana ……………………….. 30 c. Pengulangan Tindak Pidana Menurut KUHP ……. 31 d.

  36 Pengulangan Tindak Pidana di luar KUHP ……… 5.

  36 Tinjauan Umum tentang Lembaga Pemasyarakatan … a.

  36 Pengertian Lembaga Pemasyarakatan …………… b. Fungsi Lembaga Pemasyarakatan ………………... 37 c. Pedoman Melakukan Pembinaan di dalam

  37 Lembaga Pemasyarakatan ………………………..

  B.

  40 Kerangka Pemikiran ……………………………………...

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Model Pembinaan Narapidana dalam Rangka Mencegah Pengulangan Tindak Pidana (Recidive) di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Klaten

  42 ………………………...

  1. Gambaran Umum Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Klaten

  42 ………………………………………………… 2.

  Kondisi Narapidana ………………………………….. 49

  4.

  55 Tahap Pembinaan Narapidana ……………………….

  5.

  61 Metode Pembinaan Narapidana ……………………...

  6. Assessment Risiko dan Assessment Kebutuhan bagi

  64 Narapidana …………………………………………… 7.

  67 Program dan Wujud Pembinaan Narapidana………… B. Hambatan Model Pembinaan Narapidana dalam Rangka

  Mencegah Pengulangan Tindak Pidana (Recidive) di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Klaten

  71 ……………...

  1.

  71 Sarana dan Prasarana ………………………………..

  2. Pegawai ………………………………………………. 72 3.

  Narapidana …………………………………………… 74 4. Masyarakat …………………………………………… 74

  BAB IV PENUTUP A. Simpulan …………………………………………………. 76 B. Saran ……………………………………………………... 77 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

  

DAFTAR TABEL

  Tabel 1 Jumlah Warga Binaan Pemasyarakatan …………………... 50

  Tabel 2 Jumlah Warga Binaan Pemasyarakatan Berdasarkan Jenis Kejahatan ………………………………………………….

  50 Tabel 3 Jumlah Narapidana Recidive ……………………….……..

  52 Tabel 4 Jumlah Pegawai Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan ..

  73 Tabel 5 Jumlah Pegawai Berdasarkan Masa Kerja ………………... 73

  

DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1

  8 Model Analisis Data Interaktif ……………………………. Gambar 2

  Kerangka Pemikiran ………………………………………. 40 Gambar 3 Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Klas II B

  45 Klaten ……………………………………………………...

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian Kepada Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

  Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian Kepada Kepala Kantor Wilayah Jawa Tengah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

  Lampiran 3 Surat Keterangan telah melakukan Penelitian di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Klaten

  

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara hukum, sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 bahwa

  “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”, yang berlandaskan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Hukum itu dibuat pada dasarnya untuk mengatur kehidupan masyarakat. Selain itu hukum juga diperlukan untuk mengantisipasi penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Salah satu bentuk penyimpangan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat adalah dengan adanya suatu bentuk tindak pidana yang dilakukan oleh masyarakat yang mana dapat mengganggu kenyamanan, ketentraman dan ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat.

  Upaya yang dilakukan pemerintah dalam menangani berbagai bentuk penyimpangan tindak pidana tersebut adalah dengan membentuk suatu produk hukum yang dapat menegakkan keadilan dan menjadi sarana pengayoman bagi masyarakat yang berlandaskan pada hukum pidana.

  “Hukum pidana merupakan hukum yang mengatur tentang perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Undang- Undang beserta sanksi pidana yang da pat dijatuhkannya kepada pelaku” (Bambang Waluyo, 2004 : 6).

  Konsekuensi dari penyimpangan tindak pidana tersebut adalah pemberian sanksi-sanksi pada orang yang melanggar aturan hukum yang berlaku. Dalam sistem hukum pidana ada beberapa sanksi yang dapat diberikan jika seseorang melanggar hukum. Menurut Pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) sanksi pidana terdiri dari pidana pokok dan pidana tambahan. Pidana pokok terdiri dari pidana mati, pidana penjara, pidana kurungan, pidana denda dan pidana tutupan. Sedangkan pidana tambahan terdiri dari pencabutan hak-hak tertentu, perampasan barang-barang tertentu dan pengumuman putusan hakim.

  Tujuan hukum pidana adalah untuk mencegah masyarakat agar tidak melakukan berbagai bentuk penyimpangan tindak pidana dan menyadarkan para pelaku tindak pidana agar tidak melakukan atau mengulangi kembali perbuatannya. Maka bagi para pelaku tindak pidana atau pelaku kejahatan akan mendapatkan sanksi pidana berupa perampasan kemerdekaan, sehingga diharapkan dapat memberikan efek jera terhadap para pelaku tindak pidana tersebut. Sanksi pidana yang berupa perampasan kemerdekaan dibedakan dalam beberapa jenis, yaitu pidana penjara dan pidana kurungan.

  Pidana penjara adalah suatu pidana berupa pembatasan kebebasan bergerak dari seorang terpidana yang dilakukan dengan menutup orang tersebut di dalam sebuah Lembaga Pemasyarakatan, dengan mewajibkan orang tersebut untuk menaati semua peraturan tata tertib yang berlaku di dalam Lembaga Pemasyarakatan yang dikaitkan dengan sesuatu tindakan tata tertib bagi mereka yang telah melanggar peraturan tersebut.

  “Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut LAPAS adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan”

  (Pasal 1 Angka (3) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan). Lembaga Pemasyarakatan merupakan salah satu penegak hukum yang tidak terkait langsung dalam penegakan hukum. Namun Lembaga Pemasyarakatan sangat berperan dalam membina para narapidana agar tidak mengulangi lagi perbuatannya sehingga dapat diterima kembali menjadi bagian dari anggota masyarakat. Selain itu pembinaan juga dilakukan terhadap pribadi dari narapidana itu sendiri. Tujuannya agar narapidana mampu mengenal dirinya sendiri dan memiliki tingkat kesadaran diri yang tinggi.

  Keberhasilan dalam pembinaan akan berdampak baik terhadap para narapidana yang salah satunya adalah para narapidana yang memiliki tingkat kesadaran diri yang tinggi sehingga tidak akan terjadi pengulangan tindak pidana (recidive). Realitanya masih banyak terjadi pengulangan-pengulangan tindak pidana yang dilakukan oleh para mantan narapidana, sehingga Lembaga Pemasyarakatan dirasa kurang berhasil dalam melaksanakan pembinaan. Hal model pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan sehingga tujuan dari pembinaan itu sendiri yaitu mengembalikan narapidana ketengah masyarakat tidak tercapai.

  Keberhasilan tujuan pemasyarakatan tergantung dari beberapa pihak yang terkait antara lain petugas-petugas yang melakukan pembinaan, instansi-instansi terkait dan yang paling penting adalah peran serta masyarakat yang diharapkan dapat membantu proses pembinaan narapidana. Masyarakat memiliki peranan yang sangat berarti dalam proses resosialisasi narapidana yang saat ini masih sulit dilaksanakan.

  Walaupun masyarakat mempunyai peranan penting dalam proses pembinaan narapidana, namun dari pihak masyarakat sendiri cenderung menolak kehadiran para mantan narapidana. Faktanya bahwa mantan narapidana seringkali diperlakukan tidak baik, dicurigai, diasingan, sehingga seorang mantan narapidana tidak nyaman berada dalam masyarakat dan akhirnya kembali lagi melakukan tindak pidana.

  Berdasarkan paparan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang diwujudkan dalam sebuah bentuk Penulisan Hukum (Skripsi) yang berjudul

  ”Model Pembinaan Narapidana dalam Rangka Mencegah

Pengulangan Tindak Pidana (Recidive) di Lembaga Pemasyarakatan Klas

II B Klaten”.

  B.

  

Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka permasalahan dalam penulisan ini dirumuskan sebagai berikut :

  1. Bagaimana model pembinaan narapidana dalam rangka mencegah pengulangan tindak pidana (recidive) di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Klaten ? 2. Apa saja hambatan model pembinaan narapidana dalam rangka mencegah pengulangan tindak pidana (recidive) di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B

  Klaten ?

  C.

  

Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian pada hakekatnya mengungkapkan apa yang hendak dicapai sebagai pemecahan atas berbagai masalah yang akan diteliti (tujuan obyektif) dan untuk memenuhi kebutuhan perorangan (tujuan subyektif). Tujuan penelitian harus jelas sehingga dapat memberikan arah dalam pelaksanaan penelitian agar sesuai dengan tujuan dilaksanakannya penelitian tersebut. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini, yaitu :

  1. Tujuan Subyektif a.

  Untuk memperdalam pengetahuan penulis di bidang Hukum Pidana, khususnya melalui kajian tentang model pembinaan narapidana dalam rangka mencegah pengulangan tindak pidana (recidive) di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Klaten.

  b.

  Untuk penyusunan Penulisan Hukum (Skripsi) guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi persyaratan guna memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

  2. Tujuan Obyektif a.

  Untuk mengetahui model pembinaan narapidana dalam rangka mencegah pengulangan tindak pidana (recidive) di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Klaten.

  b.

  Untuk mengetahui hambatan model pembinaan narapidana dalam rangka mencegah pengulangan tindak pidana (recidive) di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Klaten.

  D.

  

Manfaat Penelitian

  Setiap penelitian diharapkan adanya suatu manfaat dan kegunaan yang dapat diambil dari penelitian yang dilakukan, sebab besar kecilnya manfaat penelitian akan menentukan nilai-nilai dari penelitian tersebut. Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini, yaitu :

  1. Manfaat Teoritis a.

  Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan Ilmu Hukum pada umumnya dan Hukum Pidana pada khususnya.

  b.

  Memperbanyak referensi ilmu di bidang pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan.

  c.

  Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan terhadap penelitian berikutnya.

  2. Manfaat Praktis a.

  Memberikan jawaban atas permasalahan yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini.

  b.

  Memberikan sumbangan pemikiran dan bahan masukan bagi pihak-pihak yang terkait dalam masalah pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Klaten.

E. Metode Penelitian 1.

  Jenis Penelitian Jenis penelitian hukum yang digunakan adalah penelitian hukum sosiologis / non-doktrinal. Penelitian hukum sosiologis menggunakan data sekunder sebagai data awalnya yang kemudian dilanjutkan dengan data primer atau data lapangan.

  2. Sifat Penelitian Sifat penelitian dalam Penulisan Hukum ini yaitu deskriptif. Penulisan

  Hukum ini akan menggambarkan mengenai model pembinaan narapidana dalam rangka mencegah pengulangan tindak pidana (recidive) di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Klaten.

  3. Pendekatan Penelitian Di dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan. Dengan pendekatan tersebut, penelitian akan mendapat informasi dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dijawab. Sehubungan dengan jenis penelitian yang digunakan yakni penelitian hukum sosiologis, maka pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif.

4. Jenis dan Sumber Data Penelitian

  Di dalam penelitian, jenis data dapat dibedakan antara data primer dan data sekunder, yaitu : a.

  Data Primer Data yang diperoleh langsung dari sumber pertama atau sumber data dan dibedakan kedalam bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

  1) Bahan hukum primer yang digunakan adalah penulis melakukan wawancara dengan petugas-petugas terkait yaitu petugas bagian tata usaha dan bagian bimbingan narapidana atau anak didik di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Klaten.

  2) Bahan hukum sekunder yang digunakan adalah penulis melakukan wawancara dengan beberapa narapidana recidive di Lembaga

  Pemasyarakatan Klas II B Klaten.

  b.

  Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan dan dibedakan kedalam bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

  1) Bahan hukum primer yang digunakan adalah norma atau kaidah dasar hukum dan peraturan yang berlaku di Indonesia. Bahan umum primer yang penulis gunakan, yaitu :

  a) Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M.01-PR.07.03 Tahun 1985 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga

  Pemasyarakatan.

  b) Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M.02-PK.04.10 Tahun 1990 tentang Pola Pembinaan Narapidana dan Tahanan.

c) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

  d) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 12

  Tahun 2013 tentang Assesment Risiko dan Assesment Kebutuhan Bagi Narapidana dan Klien Pemasyarakatan. e) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 21

  Tahun 2013 tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian Remisi, Asimilasi, Cuti Mengunjungi Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

  f) Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan.

g) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.

  2) Bahan hukum sekunder merupakan bahan hukum yang mendukung data sekunder dari bahan hukum primer terdiri dari buku-buku, hasil- hasil penelitian yang berwujud laporan dan bahan lain yang berkaitan dengan pokok bahasan.

  5. Teknik Pengumpulan Data Dalam hal ini teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah studi dokumen atau bahan pustaka, pengamatan atau observasi dan wawancara atau interview.

  6. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam Penulisan Hukum ini adalah teknik analisis data kualitatif yaitu data yang diperoleh disusun secara sistematis dan dianalisis secara kualitatif dengan menguraikan data dalam bentuk Penulisan Hukum.

  Model analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah model analisis data interaktif. Dalam model analisis data ini terdapat tiga komponen, yaitu : a.

  Reduksi data adalah proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi dari data yang kasar yang dimuat dalam catatan tertulis.

  b.

  Penyajian data adalah rangkaian informasi yang memungkinkan untuk dapat ditarik kesimpulan. Sajian data dapat meliputi matrik gambar / skema, jaringan kerja dan tabel.

  c.

  Penarikan kesimpulan / verifikasi merupakan tahap terakhir dari suatu penelitian yang dilakukan dengan didasarkan pada semua hal yang ada dalam reduksi data maupun penyajian data (H.B. Sutopo, 2006 : 113-116). Apabila disusun dalam bentuk skema, model analisis data interaktif adalah sebagai berikut : Pengumpulan Data

  Reduksi Data Sajian Data Penarikan Kesimpulan

  Gambar 1. Model Analisis Data Interaktif F.

   Sistematika Penulisan Hukum

  Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, komprehensif dan menyeluruh mengenai materi Penulisan Hukum (Skripsi) yang disusun, maka penulis menyusun sistematika Penulisan Hukum ini yang terdiri dari empat bab. Adapun sistematika Penulisan Hukum ini, yaitu :

  BAB I

  : PENDAHULUAN

  Pada bab ini penulis menguraikan mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika Penulisan Hukum.

  BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini penulis menguraikan tentang dasar teori dari Penulisan Hukum ini yang meliputi tinjauan umum tentang hukum pidana, tinjauan umum tentang narapidana, tinjauan umum tentang pembinaan narapidana, tinjauan umum tentang pengulangan tindak pidana (recidive) dan tinjauan umum tentang Lembaga Pemasyarakatan.

  BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan menyajikan pembahasan hasil penelitian mengenai model pembinaan narapidana dalam rangka mencegah pengulangan tindak pidana (recidive) di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Klaten dan hambatan model pembinaan narapidana dalam rangka mencegah pengulangan tindak pidana (recidive) di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Klaten.

  BAB IV : PENUTUP Pada bab ini penulis akan menjelaskan secara singkat mengenai hasil penelitian hukum berupa simpulan dan saran-saran yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan Umum tentang Hukum Pidana a. Pengertian Hukum Pidana

  “Secara sederhana dapat dikatakan bahwa hukum pidana merupakan hukum yang mengatur tentang perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Undang-Undang beserta sanksi pidana yang dapat dijatuhkannya kepada pelaku

  ” (Bambang Waluyo, 2004 : 6). Hukum pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku di suatu negara, yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk :

  1) Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa melanggar larangan tersebut.

  2) Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang telah diancamkan.

  3) Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan tersebut (Moeljatno, 1993 : 1).

  Sanksi yang berat dalam hukum pidana inilah yang membedakan dengan bidang-bidang hukum yang lain. Oleh karena itu hukum pidana sebagai sarana terakhir apabila sarana lain sudah tidak memadai untuk memberikan sanksi atau upaya hukum yang lain sudah tidak mampu lagi. Namun pidana tidak hanya dimaksudkan untuk memberikan penderitaan dan membuat jera kepada pelaku, tapi disisi lain pidana juga membuat pelaku dapat kembali hidup bermasyarakat sebagaimana mestinya. b.

  Pengertian Pidana Pengertian pidana secara tradisional sering diartikan sebagai nestapa atau penderitaan yang diberikan Negara kepada pelaku pelanggaran terhadap ketentuan Undang-Undang. Pidana mengandung unsur-unsur atau ciri-ciri sebagai berikut :

  1) Pidana itu pada hakekatnya merupakan suatu pengenaan penderitaan atau nestapa atau akibat-akibat lain yang tidak menyenangkan.

  2) Pidana diberikan dengan sengaja oleh orang atau badan yang mempunyai kekuasaan (oleh yang berwenang).

  3) Pidana itu dikenakan kepada seseorang yang telah melakukan tindakan pidana menurut Undang-Undang (Muladi dan Barda

  Nawawi, 1998 : 4). Pidana yaitu penderitaan yang sengaja diberikan kepada seseorang yang melakukan perbuatan yang memenuhi syarat-syarat tertentu. Penderitaan yang sengaja diberikan tersebut dimaksudkan agar orang tersebut menjadi jera dan tidak lagi mengulangi perbuatannya.

  c.

  Teori Pemidanaan Hukuman ditujukan terhadap pribadi orang yang melakukan pelanggaran pidana. Hukuman atau sanksi yang dianut hukum pidana membedakan hukum pidana dengan bagian hukum yang lain. Hukuman dalam hukum pidana ditujukan untuk memelihara keamanan dan pergaulan hidup yang teratur.

  Ada berbagai macam pendapat mengenai teori pemidanaan ini, namun dapat dikelompokkan ke dalam tiga golongan, yaitu : 1)

  Teori Absolut (Pembalasan) Dasar pijakan dari teori ini adalah pembalasan. Inilah dasar pembenar dari penjatuhan penderitaan berupa pidana itu pada pelaku. Penjatuhan pidana yang pada dasarnya penderitaan pada pelaku dibenarkan karena pelaku telah membuat penderitaan bagi orang lain.

  Setiap kejahatan tidak boleh tidak harus diikuti oleh pidana bagi pembuatnya, tidak dilihat akibat-akibat apa yang dapat timbul dari penjatuhan pidana itu, tidak memperhatikan masa depan baik terhadap diri pelaku maupun masyarakat. Menjatuhkan pidana tidak dimaksudkan untuk mencapai sesuatu yang praktis tetapi bermaksud satu-satunya penderitaan bagi pelaku.

  Tindakan pembalasan di dalam penjatuhan pidana mempunyai dua arah, yaitu : a)

  Ditujukan pada pelakunya (sudut subjektif dari pembalasan).

  b) Ditujukan untuk memenuhi kepuasan dari perasaan dendam di kalangan masyarakat (sudut objektif dari pembalasan).

  Bila seseorang melakukan kejahatan, ada kepentingan hukum yang terlanggar. Akibat yang timbul, tiada lain berupa suatu penderitaan baik fisik maupun psikis, yaitu berupa perasaan tidak senang, sakit hati, amarah, tidak puas, terganggunya ketentraman batin. Timbulnya perasaan seperti itu bukan saja bagi korban langsung tetapi juga pada masyarakat pada umumnya.

  Untuk memuaskan dan atau menghilangkan penderitaan seperti ini (sudut subjektif), kepada pelaku kejahatan harus diberikan pembalasan yang setimpal (sudut objektif) yakni berupa pidana. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa teori pembalasan ini sebenarnya mengejar kepuasan hati, baik korban dan keluarganya maupun masyarakat pada umumnya (Adami Chazawi, 2011 : 158). Melihat uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dari teori absolut ini tujuan pemidanaan sebagai pembalasan terhadap kejahatan pelaku dengan kesalahan moral sebagai syarat pemidanaan.

  2) Teori Relatif (Tujuan)

  Berdasaran teori ini hukuman dijatuhkan untuk melaksanakan tujuan dari hukuman itu, yaitu memperbaiki ketidakpuasan masyarakat sebagai akibat kejahatan itu. Tujuan hukuman harus dipandang secara ideal. Selain itu, tujuan hukuman adalah untuk mencegah (prevensi) kejahatan.

  Terdapat perbedaan dalam hal prevensi, yakni :

  a) Prevensi ditujukan kepada umum yang disebut prevensi umum. Hal ini dapat dilakukan dengan ancaman hukuman, penjatuhan hukuman dan pelaksanaan hukuman (eksekusi).

  b) Prevensi ditujukan kepada orang yang melakukan kejahatan itu.

  Untuk mencapai tujuan tersebut, cara mencegah kejahatan dapat dilakukan diantaranya dengan :

a) Menakut-nakuti, yang ditujukan terhadap umum.

  b) Memperbaiki pribadi si pelaku atau penjahat agar tidak mengulangi perbuatannya.

  c) Melenyapkan orang yang melakukan kejahatan dari pergaulan hidup (Laden Marpaung, 2005 : 106).

  Melihat uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dari teori relatif ini tujuan pemidanaan sebagai pencegahan kejahatan sebagai sarana untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. 3)

  Teori Gabungan Teori gabungan ini mendasarkan pidana pada asas pembalasan dan asas pencegahan, dengan kata lain dua alasan tersebut menjadi dasar dari penjatuhan pidana. Teori gabungan ini dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu : a)

  Teori gabungan yang mengutamakan pembalasan tetapi pembalasan itu tidak boleh melampaui batas dari apa yang perlu dan cukup untuk dapat dipertahankannya tata tertib masyarakat.

  b) Teori gabungan yang mengutamakan perlindungan tata tertib masyarakat tetapi penderitaan atas dijatuhinya pidana tidak boleh lebih berat daripada perbuatan yang dilakukan terpidana (Adami Chazawi, 2011 : 166).

  d.

  Jenis-Jenis Pidana Jenis-jenis pidana tercantum di dalam Pasal 10 Kitab Undang-

  Undang Hukum Pidana (KUHP) dibagi menjadi dua jenis, yaitu : 1)

  Pidana Pokok

  a) Pidana Mati

  Pidana ini berupa pidana yang terberat, yang pelaksanaannya berupa penyerangan terhadap hak hidup manusia. Namun pidana mati hanya dijatuhkan pada keadaan-keadaan tertentu. Oleh karena itu, dalam KUHP kejahatan-kejahatan yang diancam dengan pidana mati hanya pada kejahatan-kejahatan yang dipandang sangat berat saja, seperti :

  (1) Kejahatan-kejahatan yang mengancam keamanan negara (Pasal 104, Pasal 111 Ayat (2), Pasal 124

  Ayat (3) jo Pasal 129). (2)

  Kejahatan-kejahatan pembunuhan terhadap orang tertentu dan atau dilakukan dengan faktor-faktor pemberat (Pasal 140 Ayat (3), Pasal 340). (3)

  Kejahatan terhadap harta benda yang disertai unsur / faktor yang sangat memberatkan (Pasal 365 Ayat (4), Pasal 368 Ayat (2)). (4)