PEMBINAAN TERHADAP NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDAR LAMPUNG

(1)

ABSTRACT

THE GUIDANCE AGAINST THE PRISONER AT WOMAN CORRECTIONAL FACILTIES CLASS IIA

BANDAR LAMPUNG

BY

DENI KURNIAWAN

Correctional facilities/penal institution is the main force implementation by an Aegis Principle. The Accused ( law breaker ) which adjudge by the law court and carte blanche, they called imprison. Whereupon the judgement pronoun executed by the prosecuting attorney, they’d become a Prisioner. In time the prisoner send to correctional facilities as a new comer, they have to accommodate themselves to their new environment. In according with Article 1 paragraph (1) number 12 of 1995 about an Aegis, acknowledge that an Aegis is a place to carry on and guidance the prisoner, according to the take some act system on the codify constitutional laws. That’s why the prisoners guidance had a connecting component and it’s working one to each other.

The research problem is to know how the guidance implementation against the prisoner at the woman correctional facilities class IIA Bandar lampung. And also the challenged factors to implements the prisoner guidance at the woman correctional facilities class IIA Bandar lampung.

It is using an Empiric Juridicial approach to get the prime data. And the secondary data as the research source which came from the constitutional amandment about aegis principles, also the literatures which in connecting with main problems. The prime data get from te job training, by making an interview with the respondents. The research result shows that there are many guidance types. The self guidance (religion liveliness) and self sufficient guidance (working liveliness). There are quit enough various of liveliness implements, so the acquired works can be developed and actualized the capability to their community after they’re get free. The working and religion liveliness not yet work maximalize, because of there are still unoptimal working tools operating and a minimum prisoner’s self consciousness to worshiping.


(2)

ABSTRAK

PEMBINAAN TERHADAP NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA

BANDAR LAMPUNG

Oleh

DENI KURNIAWAN

Lembaga Pemasyarakatan adalah ujung tombak pelaksanaan azas pengayoman. Terdakwa (pelanggar hukum) yang mendapat putusan hakim yang berupa hukuman dan mempunyai kekuatan hukum yang tetap, maka terdakwa tersebut disebut terpidana dan apabila putusan hakim dijalankan oleh jaksa penuntut umum, terpidana disebut narapidana. Pada saat narapidana itu ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan sebagai seorang yang baru masuk dalam Lembaga Pemasyarakatan tentunya masih awam menghadapi lingkungan baru. Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan menyatakan bahwa, pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan dan cara pembinaan yang merupakan bagian akhir dari sistem penindakan dalam tata peradilan pidana. Oleh karena itu, pembinaan narapidana memiliki komponen yang saling berkaitan dan bekerja sama satu sama lain.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah pelaksanaan pembinaan terhadap narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Wanita klas IIA Bandar Lampung. Dan Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi penghambat dalam melaksanakan pembinaan terhadap narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Wanita klas IIA Bandar Lampung.

Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan yuridis empiris untuk memperoleh data primer. Adapun sumber penelitian yaitu data sekunder yang berasal dari Peraturan Perundang-undangan tentang Pemasyarakatan, serta literatur-literatur yang berkaitan dengan pokok permasalahan. Sedangkan data primer diperoleh dari studi lapangan, yaitu wawancara dengan responden.


(3)

Deni Kurniawan

Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat beberapa jenis pembinaan, yaitu pembinaan kepribadian (kegiatan rohani) dan pembinaan kemandirian (kegiatan kerja. Pemberian kegiatan kerja tersebut sudah cukup beragam dan variatif, sehingga nantinya setelah kembali ke masyarakat bisa dikembangkan sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan selama berada dalam proses pembinaan. Kegiatan kerja dan kegiatan rohani belum berjalan dengan maksimal hal ini disebabkan karena masih terlihat adanya peralatan kegiatan kerja yang belum dioperasikan secara optimal dan kurangnya kesadaran dari dalam diri masing-masing narapidana untuk beribadah


(4)

PEMBINAAN TERHADAP NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA

BANDAR LAMPUNG (Skripsi)

Oleh

DENI KURNIAWAN

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA


(6)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan... 11

1.3 Ruang Lingkup ... 12

1.4 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 12

1.4.1 Tujuan Penelitian ... 12

1.4.2 Kegunaan Penelitian... 13

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Teori ... 14

2.1.1 Pengertian Lembaga Pemasyarakatan ... 14

2.1.2 Pengertian Narapidana ... 16

2.1.3 Pembinaan Narapidana... 19

2.2 Pemberian Kegiatan Kerja Sebagai Wujud Pembinaan ... 31

2.3 Dasar Hukum Pemberian Kegiatan Kerja Bagi Narapidana ... 32

2.4 Tujuan Pemberian Kegiatan Kerja Bagi Narapidana ... 36

2.5 Fungsi Pemberian Kegiatan Kerja Bagi Narapidana ... 38

III. METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Masalah ... 43

3.2 Prosedur Pengumpulan Data ... 45

3.3 Prosedur Pengolahan Data ... 46

3.4 Analisis Data ... 46

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum ... 47

4.1.1 Sejarah Perkembangan Lembaga Pemasyarakatan ... 47

4.1.2 Struktur Organisasi ... 48

4.2 Bentuk- bentuk Kegiatan Kerja ... 52

4.3 Proses Pelaksanaan KegiatanKerja ... 59

4.4 Manfaat Pelaksanaan Kegiatan Kerja ... 63


(7)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 68 5.2 Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jenis-jenis Peralatan Menjahit di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandar Lampung ... 54 Tabel 2. Jenis-jenis Peralatan Memasak di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas

IIA Bandar Lampung ... 55 Tabel 3. Jadwal Kegiatan Kerja Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Wanita

Klas IIA Bandar Lampung ... 60 Tabel 4. Data Narapidana yang Mengikuti Kegiatan Kerja di Lembaga

Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandar Lampung ... 61 Tabel 5. Data Narapidana yang Bekerja Secara Umum di Lembaga

Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandar Lampung ... 62 Tabel 6. Data Pekerjaan Narapidana Sebelum Masuk Lembaga Pemasyarakatan


(9)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Nurmayani

, S.H., M.H.

………..

Sekretaris/Anggota : Eka Deviani

, S.H., M.H.

………..

Penguji Utama : Satria Prayoga

, S.H., M.H.

………..

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S.H., M.S. NIP 19621109 198703 1 003


(10)

Judul Skripsi : PEMBINAAN TERHADAP NARAPIDANA LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDAR LAMPUNG

Nama Mahasiswa : Deni Kurniawan No. Pokok Mahasiswa : 0742011101

Bagian : Hukum Administrasi Negara

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Nurmayani, S.H,.M.H. Eka Deviani, S.H.,M.H. NIP 19611219198803 2002 NIP 19731020200501 2002

2. Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara

Nurmayani, S.H., M.H. NIP 19611219198803 2002


(11)

SANWACANA

Segala puji hanya milik Allah, Robb yang telah membangunkan istana di Surga bagi orang-orang yang beriman, bertaqwa, dan beramal sholeh dan senantiasa istiqomah dalam keimanan, ketaqwaan, dan dalam kesolehannya. Tanpa kehendak dan kerhidoan-Nya tidaklah segala sesuatu akan berjalan dengan baik, begitupun dalam penulisan skripsi ini tanpa adanya kemudahan yang diberikan, takkan mungkin dapat terlaksana. Oleh karenanya hamba bersyukur atas segala yang diberikan. Sholawat dan salam semoga Allah limpahkan kepada Nabi akhir zaman Nabi Muhammad SAW. Beliaulah yang telah memberikan kesejukan dalam sejarah peradaban di dunia dan telah mengubah nuansa kejahiliahan menjadi keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Dalam penulisan ini juga tidak terlepas dari adanya bantuan dari berbagai pihak sehingga karya ini dapat selesai. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak DR. Heryandi, S.H.,M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2. Ibu Nurmayani, S.H., M.H, Sebagai Ketua Bagian HAN.

3. Ibu Nurmayani, S.H.,M.H. selaku Pembimbing I, terima kasih atas bimbingan, saran dan motivasinya hingga selesainya skripsi ini.

4. Ibu Eka Deviani, S.H., M.H. selaku Pembimbing II, terimakasih atas kesabaran memberikan saran dan bimbingan hingga selesainya skripsi ini.


(12)

5. Bapak Satria Prayoga, S.H., M.H. selaku Pembahas I, terimakasih atas saran dan masukannya.

6. Bapak Agus Triono, S.H., M.H. selaku Pembahas II, terimakasih atas saran dan masukannya.

7. Seluruh dosen Fakultas Hukum Unila yang telah memberikan ilmunya dengan ikhlas dan para staff yang juga tidak kalah pentingnya membantu menyelesaikan karya ini.

8. Ibu Hera, Mas Marlan, Mas Misiyo dan Mas Teguh (terimakasih banyak atas bantuannya).

9. Ibu Reni Sulistiowati, S.H. Selaku Kasi Giatja dan Bapak Afan Aprian, S.H., (terima kasih atas semua Informasi demi selesainya skripsi ini).

10. Mama dan Papa yang telah banyak berkorban demi anaknya menuntut ilmu, semoga Allah membalas pengorbanan itu dengan nikmat yang tak terhingga. Saudara-saudaraku yang juga telah banyak memberikan motivasi.

11. Para teman regu 1 Echo Edi, Kumbang Rini, Bro Rudi, Komeng, Meyrina, Meliya, Dan juga teman-teman kantor terima kasih telah memberi motivasi dalam penulisan karya ini.

12. Teman-teman Kuliah yang sangat yang selalu menemani penulis dari awal kuliah semester satu hingga semester akhir: Susanto, Angga Eris Pratama, Angga Risdianto, Arif Firmansyah, Dendi Hardi, Andri Fajar Nugroho, Adi Kisnanto, Ahmad Taufan Taufani, Edi. Terimakasih kalian telah banyak membantu penulis dalam menyeselaikan studi ini, dan terimakasih telah mengisi hari-hari kuliah penulis, semoga kita tetap akrab dan terus menjalin silaturahmi.


(13)

13. Teman Hima HAN NonReg 07: Angga Risdianto, Arif Firmansyah, Andri (Muhenk), Adi, Andri Holand F, Andri Emo, Aldi Saputra, Agil, Rendi, Susanto, Angga Eris Pratama, Amed, Imam, Fazri, Niki, Soni, Chandra (tetap jaga silaturahmi dan kebersamaan kita).

14. Seseorang yang mengisi hari-hari penulis, Febristiana Tri Asih Ningtyas, Bapak dan Ibu terima kasih atas dukungan, motivasi, perhatian dan ketulusan kasih sayang yang pernah tercurah kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 15. Semua pihak yang belum tertulis namanya yang penulis yakin bantuannya begitu

besar.

Semoga tali ikhuwah diantara kita tetap erat dan semoga kita semua dipertemukan kembali dalam keridho’an-Nya.

Bandar Lampung, 26 April 2013 Penulis


(14)

MOTTO

Orang-orang yang sukses telah belajar membuat

diri mereka melakukan hal yang harus dikerjakan,

entah meraka menyukainya atau tidak

( Aldus Huxley )

Orang-orang hebat di bidang apapun bukan baru bekerja

karena mereka terinspirasi,

namun mereka menjadi terispirasi

karena mereka lebih suka bekerja.

Mereka tidak menyia-nyiakan waktu

untuk menunggu inspirasi

( Ernest Newman )


(15)

PERSEMBAHAN

Segala puji kepada Allah, Robb

yang telah memberiku peluang kebaikan

sehingga dapat mempersembahkan sebuah karya khusus untuk Papa dan

Mama

yang senantiasa mendo’akan,

menanamkan kasih sayang, serta

Seluruh keluargaku dan saudaraku,

Semua teman-temanku

Teman terdekatku Febristiana Tri Asih Ningtyas yang selalu berdo

a dan

memberikan semangat kepadaku tanpa lelah

untuk keberasilanku

Semoga Allah membalas semua itu dengan

kemuliaan di dunia dan keutamaan di akhirat.


(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Margorejo pada tanggal 4 Juli 1989 dan merupakan anak pertama dari Bapak Drs. Hi. Samsul Hadi dan Ibu Hj. Ernaningsih. Pendidikan yang telah diselesaikan adalah Sekolah Dasar Negeri 2 Trimulyo lulus pada tahun 2000, Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Metro yang diselesaikan pada tahun 2003, lalu penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Al-Kautsar Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2006.

Pada tahun 2007 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung. Penulis melakukan penulisan pada Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandar Lampung sebagai objek bahan penulis skripsi. Mengikuti Praktik Kerja Lapangan Hukum (PKLH) di Universitas Brawijaya (UNBRAW) Malang, Polda Bali, perusahan Sampoerna Surabaya, dan Perusahaan Teh Sosro Bali (2010).


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem Pemasyarakatan lahir di Bandung dalam konferensi jawatan kepenjaraan para pemimpin penjara. Gagasan dan konsepsi tentang Pemasyarakatan ini dicetuskan oleh DR. Sahardjo, S.H., Menteri Kehakiman saat itu, sebagai pengganti dari Sistem Kepenjaraan yang dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan falsafah yang dianut oleh bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Tentunya dengan harapan bahwa Sistem Pemasyarakatan akan lebih baik dari Sistem Kepenjaraan. Lahirnya sistem pemasyarakatan ini mendorong terbentuknya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. Keberadaan Sistem Pemasyarakatan dan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 beserta peraturan lainnya menunjukkan bahwa perlakuan terhadap Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan lebih di hormati dan di jamin hak-hak kemanusiaannya dibandingkan pada sistem kepenjaraan.

Salah satu unit pelaksana teknis direktorat jenderal pemasyarakatan yang melaksanakan pembinaan narapidana dan perawatan tahanan adalah Lembaga Pemasyarakatan. Lembaga Pemasyarakatan adalah ujung tombak pelaksanaan azas pengayoman untuk mencapai tujuan pemasyarakatan melalui pendidikan, resosialisasi dan reintegrasi sosial.


(18)

2

Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan dalam hal ini Lembaga Pemasyarakatan sebagai bagian dari sistem peradilan pidana terpadu sebagai tempat penahanan bagi terpidana yang telah mendapatkan pidana penjara dari pengadilan, yang selanjutnya disebut narapidana.

Menurut Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang pemasyarakatan, Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas), yaitu seseorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum. Selanjutnya Wilson (2005;25) mengatakan narapidana adalah manusia bermasalah yang dipisahkan dari masyarakat untuk belajar bermasyarakat dengan baik.

Narapidana yang masuk ke dalam Lembaga Pemasyarakatan maupun Rumah Tahanan Negara wajib dilapor yang prosesnya meliputi:

1. Pencatatan yang terdiri atas: a. Putusan pengadilan b. Jati diri

c. Barang dan uang yang dibawa 2. Pemeriksaan kesehatan

3. Pembuatan pasphoto 4. Pengambilan sidik jari


(19)

3

Setiap narapidana mempunyai hak dan kewajiban, berdasarkan pasal 14 undang-undang pemasyarakatan meliputi:

1. Hak narapidana

a. Melakukan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya b. Mendapatkan perawatan, baik perawatan jasmani maupun rohani c. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

d. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak e. Menyampaikan keluhan

f. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang

g. Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan

h. Menerima kunjungan keluarga, penasehat hukum atau orang tertentu lainnya

i. Mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi)

j. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga

k. Mendapatkan pembebasan bersyarat l. Mendapatkan cuti menjelang bebas

m.Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pelaksanaan hak yang pertama sampai dengan yang keempat dilaksanakan dengan memperhatikan status yang bersangkutan sebagai narapidana, dengan demikian pelaksanaannya dalam batas-batas yang diizinkan.


(20)

4

Kewajiban yang harus dilaksanakan oleh warga binaan yaitu bahwa setiap narapidana wajib mengikuti program pendidikan dan bimbingan agama sesuai dengan agama dan kepercayaannya. Kewajiban warga binaan ditetapkan pada Undang-undang tentang Pemasyarakatan Pasal 15 yaitu:

a. Narapidana wajib mengikuti secara tertib program pembinaan dan kegiatan tertentu

b. Ketentuan mengenai program pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah

Pada saat narapidana itu ditempatkan di lembaga pemasyarakatan sebagai seorang yang baru masuk dalam lembaga pemasyarakatan tentunya masih awam menghadapi lingkungan baru. Banyak perubahan yang dialami oleh narapidana yang sebelumnya hidup di tengah-tengah masyarakat lalu masuk ke dalam lembaga pemasyarakatan dengan menemui kesulitan terutama yang berhubungan dengan suasana dan lingkungan lembaga pemasyarakatan.

Untuk mengatasi hal tersebut, maka dalam proses pembinaan narapidana yang baru masuk wajib melalui masa admisi orientasi yaitu masa pengenalan lingkungan. Masa admisi orientasi ini merupakan bagian dari pembinaan tahap awal yang dilaksanakan maksimal 30 (tiga puluh) hari. Pada tahap admisi orientasi ini hal yang dilaksanakan di bawah ini :

a. Meneliti segala hal tentang diri narapidana, latar belakang perbuatannya, pendidikannya, pekerjaannya sebab-sebab yang bersangkutan melakukan tindak pidana dan perhitungan kapan bebasnya.


(21)

5

b. Memberi penjelasan/keterangan terhadap narapidana tentang peraturan tata tertib dan disiplin yang berlaku di lembaga pemasyarakatan.

c. Memberitahukan tentang hak dan kewajiban narapidana.

d. Mengadakan pengamatan dan penelitian untuk keperluan penempatan dan menyusun program selanjutnya.

Untuk mewujudkan hasil yang baik dari masa admisi orientasi, di lembaga pemasyarakatan harus ada pemahaman petugas terhadap arti pentingnya admisi orientasi bagi para narapidana dan program pembinaan, karena berpengaruh untuk menentukan tahap pembinaan selanjutnya. Pembinaan narapidana yang tanpa didahului dengan rencana yang didasarkan pada masa admisi orientasi tidak akan dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan.

Tata kehidupan yang terlihat di lapas, yang ditandai dengan pengaturan kehidupan yang cukup ketat. Semua kegiatan di lapas diatur berdasarkan jadwal tertentu seperti kegiatan pembinaan, jam besuk, waktu istirahat, waktu olahraga, waktu tidur dan bangun, makan dan sebagainya. Peraturan yang ketat seperti ini ditujukan agar tercipta keamanan dan ketertiban di lapas, walaupun kadangkala keadaan seperti ini menyulitkan bahkan memberatkan bagi narapidana.

Kehidupan dan pergaulan narapidana di dalam lingkungan lapas sebenarnya tidak jauh beda dengan kehidupan masyarakat di luar lapas yang asyik dengan kesibukan masing-masing. Diantara kesibukan mereka adalah membersihkan ruangan, berolahraga seperti bola volli, mencuci peralatan makan, memasak, menjahit, dan sebagainya.


(22)

6

Bagi narapidana, peraturan yang diterapkan sangat ketat, misalnya dalam hal jam istirahat. Narapidana tidak diperbolehkan untuk melakukan kegiatan di luar lingkungan yang sudah ditentukan, kecuali jika sudah mendapat ijin atau mereka yang memang mendapat tugas sebagai tamping (tahanan pendamping), pembantu para petugas. Begitu juga dengan kegiatan besuk oleh keluarga mereka, semua diatur sesuai dengan jadwal atau yang biasa disebut jam besuk.

Narapidana yang berada di dalam lapas memiliki latar belakang yang berbeda-beda, begitu juga dengan kasus atau tindak pidana yang mereka lakukan dan menyebabkan mereka harus berada di dalam lapas. Berbagai tindak kejahatan yang sering terjadi di masyarakat, misalnya pencurian, perampokan, penipuan, pembunuhan dan sebagainya. Dari semua tindak kejahatan tersebut terjadi dikarenakan berbagai macam faktor yang mempengaruhinya, seperti faktor ekonomi, faktor lingkungan atau terpengaruh dengan lingkungan yang ada di sekitarnya dan sebagainya. Semua tindak kejahatan yang terjadi tersebut harus mendapat ganjaran yang setimpal atau seimbang, hal ini agar ketertiban, ketentraman dan rasa keadilan di masyarakat dapat tercapai dengan baik.

Adanya sanksi berupa pidana ditentukan oleh ada dan tidak adanya perbuatan yang tidak dikehendaki (dilarang). Suatu perbuatan yang tidak dikehendaki (dilarang) oleh masyarakat dapat diwujudkan dalam bentuk peraturan.

Perbuatan yang tidak dikehendaki adalah berupa perbuatan negatif. Artinya, perbuatan yang tidak dikehendaki secara tegas dinyatakan dilarang dalam peraturan perundang-undangan tertulis. Jadi pada prinsipnya, semua perbuatan itu boleh dilakukan kecuali yang dilarang. Sedangkan perbuatan yang


(23)

7

dilarang tersebut diatur dalam berbagai bentuk peraturan atau norma yang tertulis atau tidak tertulis.

Dalam usaha melindungi masyarakat dari gangguan pelanggar hukum, maka diambil tindakan yang dianggap paling baik. Bentuk tindakan yang sering dilakukan saat ini yaitu dengan menghilangkan kemerdekaan bergerak si pelanggar hukum berdasarkan keputusan hakim berupa pidana penjara berdasarkan Sistem Pemasyarakatan. Sistem Pemasyarakatan erat kaitannya dengan pelaksanaan pidana hilang kemerdekaan yang di latar belakangi oleh maksud dan tujuan penjatuhan pidana. Konsep tersebut bukan semata-mata merumuskan tujuan dari pidana penjara yang bercirikan balas dendam dan penjeraan, melainkan suatu sistem pembinaan yang kemudian diwujudkan dalam suatu bentuk sistem perlakuan yang lebih manusiawi dan normatif terhadap narapidana berasaskan Pancasila dengan maksud agar narapidana dapat menyadari kesalahannya, tidak mengulangi tindak pidananya lagi dan menjadi warga masyarakat yang bertanggung jawab pada diri, keluarga dan masyarakat serta berguna bagi nusa dan bangsa.

Sistem Pemasyarakatan mengenal adanya dua jenis program pembinaan yaitu Pembinaan Kepribadian dan Pembinaan Kemandirian. Pembinaan Kepribadian diarahkan pada pembinaan mental dan watak agar narapidana menjadi manusia seutuhnya, bertaqwa, dan bertanggung jawab kepada diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Sedangkan Pembinaan Kemandirian diarahkan kepada pembinaan bakat dan keterampilan agar narapidana dapat berperan aktif sebagai anggota masyarakat yang bebas dan bertanggung jawab.


(24)

8

Bila dikaitkan, kedua program pembinaan tersebut saling melengkapi antara pembinaan kepribadian terkait erat dengan upaya pemulihan hubungan hidup dan kehidupan narapidana dengan masyarakat, dan pembinaan kemandirian sangat erat kaitannya dengan upaya pemulihan hubungan penghidupan narapidana (hubungan narapidana dengan pekerjaannya).

Sistem Pemasyarakatan secara tegas menyatakan bahwa makna pembinan kemandirian adalah memberikan keterampilan kepada narapidana, yakni kesempatan melakukan suatu pekerjaan yang berguna untuk menciptakan suatu penghidupan yang layak. Bekal hidup yang bisa diberikan agar menjadi warga yang berguna dalam masyarakat adalah bekal keterampilan yang bisa mendukung usaha-usaha secara mandiri. Diharapkan dengan pemberian bimbingan keterampilan, narapidana dapat menyadari kesalahan-kesalahannya dan mau memperbaiki kesalahannya tersebut.

Dalam memperbaiki kesalahan narapidana tidak dapat dicapai dengan penyiksaan, karena narapidana itu tidak dijatuhi pidana siksaan, tetapi pidana hilang kemerdekaan. Selama menjalani pidana hilang kemerdekaan yang merupakan suatu masa untuk memperbaiki hubungan sebagai akibat dilakukannya pelangaran hukum. Apabila pidana yang dijatuhkan itu pidana berat berarti derita juga akan dirasa berat, karena bimbingan dan didikan memerlukan waktu yang lama. Salah satu cara untuk menghilangkan pemikiran dan perasaan pidana yang dijalani itu berat adalah dengan memberikan pembinaan yang tepat dan sesuai, agar tujuan dari pemberian pidana itu sendiri dapat tercapai.


(25)

9

Pemberian keterampilan secara terarah, berencana, tepat guna dan berhasil kepada narapidana merupakan salah satu kegiatan yang penting, bahkan merupakan tujuan terpenting didalam penyelenggaraan tugas-tugas pemasyarakatan. Pembinaan yang dilaksanakan di lembaga pemasyarakatan yang berupa program latihan kerja dan produksi bagi warga binaan pemasyarakatan adalah dimaksudkan untuk :

a. Membentuk warga binaan pemasyarakatan menjadi anggota masyarakat yang baik, berguna dan produktif.

b. Mempersiapkan tenaga kerja yang terampil dan siap bekerja.

c. Melalui pembinaan dan pembimbingan keterampilan, ikut serta menciptakan stabilitas keamanan dan ketertiban.

d. Meningkatkan kegiatan kerja, kemitraan dan pemasaran hasil produksi yang mampu bersaing di pasaran.

e. Mengurangi potensi munculnya jumlah residivis dan membantu kesejahteraan narapidana maupun keluarga narapidana.

Pembinaan kemandirian melalui kegiatan kerja kepada narapidana dimaksudkan untuk membentuk warga binaan pemasyarakatan menjadi masyarakat yang baik, berguna dan produktif, menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dapat berperan aktif dalam pembangunan, dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab, tidak mengulangi tindak pidana, sehingga tujuan dan proses dari sistem pemasyarakatan untuk membentuk warga binaan adalah salah satu bagian yang berperan penting dalam kehidupan warga binaan selama berada dalam masa tahanan.


(26)

10

Lapas Wanita Klas IIA Bandar Lampung yang beralamat di Jl. Ryahcudu Way Hui, Jati Agung, Lampung, merupakan satu-satunya lapas wanita yang berada di Provinsi Lampung. Lapas wanita ini memiliki jumlah Warga Binaan Pemasyarakatan atau biasa disebut WBP sebanyak 202 orang.

Lapas Wanita Klas IIA Bandar Lampung melakukan pembinaan untuk setiap narapidana yang berada di dalamnya. Prinsip yang digunakan dalam membangun pembinaan dalam bentuk kegiatan kerja di Lapas wanita ini adalah memanfaatkan lahan dan bahan seefisien dan seefektif mungkin untuk kegiatan kerja, serta membekali warga binaan dengan keterampilan kerja untuk memperkecil keungkinan mereka untuk mengulangi perbuatan melanggar hukum dan dapat menjadi masyarakat yang baik nantinya.

Tujuan kerja yang akan dicapai dalam pelaksanaan pembinaan kerja di Lapas Wanita Klas IIA Bandar Lampung antara lain :

1. Meningkatkan kegiatan-kegiatan kerja seperti salon, bercocok tanam (pertanian), memasak, mejahit (dalam bentuk keset dan sulam usus), menapis dan mote.

2. Memanfaatkan lahan/pekarangan lapas untuk kegiatan yang berguna bagi warga binaan pemasyarakatan, misalnya mengolah lahan untu bercocok tanam (kangkung, sawi, singkong).

3. Meningkatkan kemitraan dengan pihak ketiga dalam rangka Pembinaan Kemandirian Warga Binaan Pemasyarakatan.

4. Meningkatkan jumlah Warga Binaan Pemasyarakatan yang terampil dalam kegiatan kerja.


(27)

11

5. Meningkatkan kwalitas hasil produksi.

6. Meningkatkan pemasaran hasil produksi dari berbagai kegiatan kerja yang dilaksanakan.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang hal tersebut dan menuliskannya dalam bentuk skripri dengan “Pembinaan

Terhadap Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas II A Bandar

Lampung”.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, pelaksanaan kegiatan kerja bagi narapidana perlu diperhatikan hal-hal yang sangat berpengaruh pada keberhasilan kegiatan kerja bagi narapidana. Karena itu penulis dalam penelitian ini merumuskan permasalahan sebagai berikut :

a. Bagaimanakah pelaksanaan pembinaan terhadap narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Wanita klas IIA Bandar Lampung?

b. Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi penghambat dalam melaksanakan pembinaan terhadap narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Wanita klas IIA Bandar Lampung?


(28)

12

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penelitian ini difokuskan pada Warga Binaan dan Petugas Lembaga PemasyarakatanWanita Klas IIA Bandar Lampung dalam melakukan kegiatan pembinaan kepada warga binaan pemasyarakatan melalui kegiatan kerja dalam bidang keterampilan dan pertanian. Adapun ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini mengacu pada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan: Peraturan Pemerintah RI Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan, dan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.

1.4 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembinaan yang diberikan kepada warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas II A Bandar Lampung.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penghambat pelaksanaan pembinaan di Lembaga Pemasyarakatn Wanita Klas IIA Bandar Lampung.


(29)

13

1.4.2 Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Praktis

Untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan pembinaan bagi warga binaan di lembaga pemasyarakatan sebagai penunjang pembinaan lainnya, sehingga dapat dievaluasi dan diketahui hasilnya yang kemudian diterapkan kedalam salah satu buku pedoman pembinaan yang nantinya berguna bagi para, petugas pemasyarakatan, dan lain sebagainya.

2. Kegunaan Teoretis

Dapat dijadikan petunjuk atau pedoman dalam rangka menerapkan pelaksanaan pembinaan bagi warga binaan di lembaga pemasyarakatan.


(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

Untuk memperoleh gambaran yang lengkap terhadap masalah yang diteliti, digunakan metode-metode tertentu sesuai dengan kebutuhan penelitian. Metode penelitian tersebut dipergunakan dalam upaya memperoleh data yang benar-benar obyektif dan dapat di pertanggungjawabkan kebenaran secara ilmiah.

3.1 Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah dalam penelitian ini dilakukan dengan dua pendekatan, yaiu:

a. Pendekatan Normatif

Pendekatan yang dilakukan dengan cara mempelajari dan memahami bahan-bahan kepustakaan, Peraturan Perundang-undangan, yang kesemuanya berhubungan dengan Pembinaan Terhadap Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas II A Bandar Lampung.

b. Pendekatan Empiris

Pendekatan yang dilakukan dengan cara studi lapangan untuk melihat bagaimana penerapan dari Pembinaan Terhadap Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas II A Bandar Lampung.


(31)

44

Data yang digunakan dalam penelitian ini data yang diperlukan adalah data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung oleh penelitian lapangan yang berupa keterangan-keterangan dan penjelasan-penjelasan dari pihak-pihak terkait dalam penelitian ini.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari penelitian pustaka melalui peraturan perundang-undangan, literatur, buku-buku dan dokumen-dokumen resmi.

Data Sekunder terdiri dari : a. Bahan Hukum Primer

Bahan Hukum Primer adalah bahan-bahan yang bersifat mengikat berupa Peraturan Perundang-undangan, meliputi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, Peraturan Pemerintah RI Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan, dan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan Hukum Sekunder adalah bahan-bahan hukum yang dapat memberikan penjelasan bahan hukum primer, berupa kumpulan buku-buku hukum, literatur


(32)

45

karya ilmiah sarjana dan hasil penelitian yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini.

c. Bahan hukum tersier

Bahan hukum yang memberikan petunjuk ataupun penjelasan terhadap bahan primer dan bahan sekunder meliputi kamus hukum dan kamus besar Bahasa Indonesia.

3.2 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Studi Pustaka

Hal ini dengan maksud memperoleh data sekunder dengan cara membaca, mengutip, dan membuat ikhtisar bahan hukum yang ada kaitannya dengan pokok bahasan dari bahan-bahan berupa literatur-literatur hukum, dokumen-dokumen dan Peraturan Perundang-undangan.

b. Studi Lapangan

dilakukan dengan wawancara untuk mencari data primer. Wawancara dilakukan untuk mendapat informasi dengan bertanya langsung kepada Kepala Seksi Kegiatan Kerja Lembaga Pemasyarkatan Wanita. Teknik yang digunakan dalam wawancara adalah wawancara langsung yang bersifat terbuka, dengan menyiapkan daftar pertanyaan yang berupa pokok-pokoknya sebagai panduan yang dikembangkan pada saat wawancara.


(33)

46

3.3 Prosedur Pengolahan Data

Langkah selanjutnya setelah data terkumpul baik data primer maupun data sekunder dilakukan pengolahan data dengan cara:

a. Seleksi Data, yaitu memilih mana data yang sesuai dengan pokok permasalahan yang akan dibahas.

b. Pemeriksaan Data, yaitu meneliti kembali data yang diperoleh mengenai kelengkapannya serta kejelasannya.

c. Klasifikasi Data, yaitu data disusun menurut urutan yang sistematis sebagai hasil penelitian yang telah disesuaikan dengan jawaban permasalahan yang diajukan.

3.4 Analisis Data

Proses analisis data adalah usaha untuk menemukan jawaban atas pertanyaan perihal rumusan dan hal-hal yang diperoleh dari suatu penelitian pendahuluan. Proses analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif yaitu rangkaian data yang telah disusun secara sistimatis menurut klasifikasinya dengan memberi arti terhadap data-data tersebut menurut kenyataan yang diperoleh dari lapangan dan disusun dalam uraian kalimat-kalimat sehingga menjadi benar-benar merupakan jawaban dari permasalahan yang ada. Kemudian disusun menjadi suatu kesimpulan atas jawaban tersebut dan selanjutnya disusun saran-saran untuk perbaikan atas permasalahan yang dihadapi.


(34)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari keseluruhan isi materi yang terkandung dalam penulisan skripsi ini, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan tentang hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembinaan yang dilakukan bagi narapidana di dalam Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandar Lampung :

1. Didalam pembinaan dalam hal pemberian kegiatan kerja bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandar Lampung sudah cukup beragam dan variatif, sehingga nantinya setelah kembali ke masyarakat bisa mengembangkan sesuai dengan apa yang telah ia kerjakan selama berada dalam proses pembinaan.

2. Pelaksanaan kegiatan kerja yang diberikan kepada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandar Lampung, sejauh ini belum berjalan dengan maksimal hal ini disebabkan karena masih terlihat adanya peralatan kegiatan kerja yang belum dioperasikan secara optimal.

3. Pelaksanaan kegiatan kerja di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandar Lampung dalam hasilnya sudah cukup berhasil, hal ini dapat dilihat dari jumlah narapaidana yang telah berhasil dibina meskipun ada beberapa yang masih dalam proses pembinaan


(35)

69

4. Pelaksanaan Pembinaan dalan hal kegiatan rohani sudah memiliki sarana untuk menjalankan ibadah, namun masih kurang kesadaran dari narapidana untuk beribadah dan mengikuti pembinaan secara teratur.

5.2 Saran

Secara keseluruhan pembinaan bagi narapidana di dalam Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandar Lampung sudah cukup baik, namun masih perlu ditingkatkan lagi mengenai jenis-jenis keterampilan, latihan kerja yang ada dan kesadaran narapidana untuk mengikuti bimbingan rohani. Sehingga fungsi pemberian bekal kehidupan bagi narapidana akan lebih efektif lagi.

Mengingat pentingnya pelaksanaan kegiatan kerja di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandar Lampung maka saran yang dapat penulis sampaikan agar dapat berjalan dengan baik antara lain :

1. Pihak Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandar Lampung hendaknya mengoptimalkan kegiatan kerja yang beragam dan variatif tersebut agar dapat menghasilkan barang dan jasa yang mempunyai nilai jual yang lebih.

2. Menjalin kerja sama dengan pihak ketiga untuk memberikan bekal kepada narapidana dan petugas tentang pengoperasian peralatan kerja agar dapat digunakan secara optimal untuk kemajuan pelaksanaan kegiatan kerja.

3. Mengefektifkan semua sarana dan prasaranaagar kegiatan kerja yang diperoleh oleh narapidana dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk bekal penghidupan dan kehidupan setelah kembali ke tengah-tengah masyarakat.


(36)

70

4. Lebih ditegaskan mengenai peraturan tentang bimbingan rohani. Sebaiknya diberlakukan sanksi kepada narapidana yang tidak hadir dalam kegiatan bimbingan rohani.


(37)

DAFTAR PUSTAKA

1. Literatur

Departemen pendidika nasional. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke-3. Jakarta : Balai Pustaka.

Direktorat Jenderal Pemasyarakatan. 2004. 40 tahun Pemasyarakatan,

mengkir Citra Profesionalisme. Jakarta : Monas AD.

Ernie Trisnawati dan Kurniawan Saefullah. 2005. Pengantar Manajemen, Jakarta: Prenada Media Group.

Harahap, Sofjan Syafri. 2008. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta : Rajawali pers.

Margono, Bambang. 2003. Modul Bimbingan Kerja dan Pekerjaan Warga

Binaan Pemasyarakatan. Jakarta : Akademi Ilmu Pemasyarakatan.

Mathis, R.L., J.H. Jackson. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia.

Jakarta : PT. Salemba Emban Patria.

Peter, Salim. 1991. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta : Balai Pustaka.

Sahardjo. 1964. Pohon Beringin Pengayoman. Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Departemen Kehakiman.

Saroso. 1975. Mengefektifkan Sumber Daya dalam Pembangunan Nasional. Jakarta.

Simanjuntak, S. 2003. Modul Politik dan Praktek Pemasyarakatan. Jakarta : Akademi llmu Pemasyarakatan.


(38)

2. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan

Peraturan Pemerintah RI Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan


(1)

46

3.3 Prosedur Pengolahan Data

Langkah selanjutnya setelah data terkumpul baik data primer maupun data sekunder dilakukan pengolahan data dengan cara:

a. Seleksi Data, yaitu memilih mana data yang sesuai dengan pokok permasalahan yang akan dibahas.

b. Pemeriksaan Data, yaitu meneliti kembali data yang diperoleh mengenai kelengkapannya serta kejelasannya.

c. Klasifikasi Data, yaitu data disusun menurut urutan yang sistematis sebagai hasil penelitian yang telah disesuaikan dengan jawaban permasalahan yang diajukan.

3.4 Analisis Data

Proses analisis data adalah usaha untuk menemukan jawaban atas pertanyaan perihal rumusan dan hal-hal yang diperoleh dari suatu penelitian pendahuluan. Proses analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif yaitu rangkaian data yang telah disusun secara sistimatis menurut klasifikasinya dengan memberi arti terhadap data-data tersebut menurut kenyataan yang diperoleh dari lapangan dan disusun dalam uraian kalimat-kalimat sehingga menjadi benar-benar merupakan jawaban dari permasalahan yang ada. Kemudian disusun menjadi suatu kesimpulan atas jawaban tersebut dan selanjutnya disusun saran-saran untuk perbaikan atas permasalahan yang dihadapi.


(2)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari keseluruhan isi materi yang terkandung dalam penulisan skripsi ini, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan tentang hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembinaan yang dilakukan bagi narapidana di dalam Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandar Lampung :

1. Didalam pembinaan dalam hal pemberian kegiatan kerja bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandar Lampung sudah cukup beragam dan variatif, sehingga nantinya setelah kembali ke masyarakat bisa mengembangkan sesuai dengan apa yang telah ia kerjakan selama berada dalam proses pembinaan.

2. Pelaksanaan kegiatan kerja yang diberikan kepada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandar Lampung, sejauh ini belum berjalan dengan maksimal hal ini disebabkan karena masih terlihat adanya peralatan kegiatan kerja yang belum dioperasikan secara optimal.

3. Pelaksanaan kegiatan kerja di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandar Lampung dalam hasilnya sudah cukup berhasil, hal ini dapat dilihat dari jumlah narapaidana yang telah berhasil dibina meskipun ada beberapa yang masih dalam proses pembinaan


(3)

69

4. Pelaksanaan Pembinaan dalan hal kegiatan rohani sudah memiliki sarana untuk menjalankan ibadah, namun masih kurang kesadaran dari narapidana untuk beribadah dan mengikuti pembinaan secara teratur.

5.2 Saran

Secara keseluruhan pembinaan bagi narapidana di dalam Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandar Lampung sudah cukup baik, namun masih perlu ditingkatkan lagi mengenai jenis-jenis keterampilan, latihan kerja yang ada dan kesadaran narapidana untuk mengikuti bimbingan rohani. Sehingga fungsi pemberian bekal kehidupan bagi narapidana akan lebih efektif lagi.

Mengingat pentingnya pelaksanaan kegiatan kerja di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandar Lampung maka saran yang dapat penulis sampaikan agar dapat berjalan dengan baik antara lain :

1. Pihak Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandar Lampung hendaknya mengoptimalkan kegiatan kerja yang beragam dan variatif tersebut agar dapat menghasilkan barang dan jasa yang mempunyai nilai jual yang lebih.

2. Menjalin kerja sama dengan pihak ketiga untuk memberikan bekal kepada narapidana dan petugas tentang pengoperasian peralatan kerja agar dapat digunakan secara optimal untuk kemajuan pelaksanaan kegiatan kerja.

3. Mengefektifkan semua sarana dan prasaranaagar kegiatan kerja yang diperoleh oleh narapidana dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk bekal penghidupan dan kehidupan setelah kembali ke tengah-tengah masyarakat.


(4)

70

4. Lebih ditegaskan mengenai peraturan tentang bimbingan rohani. Sebaiknya diberlakukan sanksi kepada narapidana yang tidak hadir dalam kegiatan bimbingan rohani.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

1. Literatur

Departemen pendidika nasional. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke-3. Jakarta : Balai Pustaka.

Direktorat Jenderal Pemasyarakatan. 2004. 40 tahun Pemasyarakatan, mengkir Citra Profesionalisme. Jakarta : Monas AD.

Ernie Trisnawati dan Kurniawan Saefullah. 2005. Pengantar Manajemen, Jakarta: Prenada Media Group.

Harahap, Sofjan Syafri. 2008. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta : Rajawali pers.

Margono, Bambang. 2003. Modul Bimbingan Kerja dan Pekerjaan Warga Binaan Pemasyarakatan. Jakarta : Akademi Ilmu Pemasyarakatan. Mathis, R.L., J.H. Jackson. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia.

Jakarta : PT. Salemba Emban Patria.

Peter, Salim. 1991. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta : Balai Pustaka.

Sahardjo. 1964. Pohon Beringin Pengayoman. Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Departemen Kehakiman.

Saroso. 1975. Mengefektifkan Sumber Daya dalam Pembangunan Nasional. Jakarta.

Simanjuntak, S. 2003. Modul Politik dan Praktek Pemasyarakatan. Jakarta : Akademi llmu Pemasyarakatan.


(6)

2. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan

Peraturan Pemerintah RI Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan