Effectiveness of Empowerment Micro Enterprise
Jurnal Ekonomi Pembangunan, 16 (1), Juni 2015, 85-101
Effectiveness of Empowerment Micro Enterprise
Isbandriyati Mutmainah
Faculty of Economics, Universitas Nusa Bangsa, Bogor Jalan K.H. Sholeh Iskandar km 4. Cimanggu, Tanah Sareal, Kota Bogor, Indonesia. Telp: +62- 0251-7533189; E-mail: isbandriyati@yahoo.com
Received: February 2015; Accepted: May 2015
Abstract
This research aims to analysis the effectiveness of micro enterprise empowerment through P3KUM assistance, with research sites in the Bogor District. Descriptive analysis is used to see micro enterprise characteristic, chi-square test to see micro-business opportunities to get the help, and Wilcoxon Signed Rank Test to see the effectiveness of micro enterprise empowerment. The opportunities for small business long viewed from different business, product type, and type of business. While aid effectiveness viewed from difference between before and after efforts to get aid.
A research result shows micro-enterprise opportunities for assistance varies. When viewed from old business, micro-business opportunities for assistance are the same. Meanwhile, if viewed from product type that produce and type of business, micro-business opportunities for assistance are the different. P3KUM aid significantly increase the effectiveness to produce, increase added value, and able to increase capital productivity but able not to increase labor productivity.
Keywords : efectivity, empowerment, micro small medium enterprise, P3KUM JEL Classification: O200, O230, O250, L16
Efektivitas Pemberdayaan Usaha Mikro
Abstrak
Studi ini bertujuan menganalisis efektivitas pemberdayaan usaha mikro melalui bantuan P3KUM, di Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk mengamati karak- teristik usaha mikro, uji chi-square untuk melihat peluang usaha mikro dalam mendapatkan bantuan, serta Wilcoxon Signed Rank Test untuk melihat efektivitas pemberdayaan usaha mikro. Peluang usaha mikro dilihat dari perbedaan lama usaha, jenis produk utama yang dihasilkan, dan jenis usaha. Sedangkan efektivitas bantuan dilihat dari perbedaan perkembangan usaha antara sebelum dan setelah memanfaatkan bantuan. Hasil studi menunjukkan, peluang usaha mikro untuk mendapatkan bantuan bervariasi. Jika dilihat dari lama usaha, peluang usaha mikro untuk mendapatkan bantuan adalah sama. Sedangkan jika dilihat dari jenis produk utama yang dihasil- kan, dan jenis usaha, peluang usaha mikro untuk mendapatkan bantuan adalah berbeda. Bantuan P3KUM secara signifikan mampu meningkatkan efektivitas dalam berproduksi, meningkatkan nilai tambah dan mampu meningkatkan produktivitas modal namun tidak mampu meningkatkan produktivitas tenaga kerja.
Kata kunci: efektivitas, pemberdayaan, UMKM, P3KUM Klasifikasi JEL: O200, O230, O250, L16
1. Pendahuluan
ekonomi negara, yaitu penciptaan lapangan kerja, sumber inovasi serta pendukung usaha
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) menu- besar. Dengan peran penting dari UMKM rut Griffit dan Erbert (1996) dalam Qodri (2006)
tersebut, sudah sepantasnya pemerintah tidak memiliki tiga peran penting dalam sistem
85
Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-6081
86 Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-6081
mengesampingkan mereka sebagai salah satu penggerak kegiatan ekonomi. Perhatian untuk menumbuhkembangkan UMKM setidaknya di- landasi 3 alasan, yaitu UMKM mampu menye- rap banyak tenaga kerja, mampu menyerap sumberdaya lokal dan mampu memberi peng- hasilan sehingga berdampak positif pada upaya pengentasan kemiskinan.
Data ekonomi yang ada menjelaskan bah- wa peran UMKM terhadap ketahanan ekonomi nasional semakin menguat. UMKM merupakan populasi terbesar dari pengusaha yang ada. Sejak tahun 1997 saat krisis mulai berlangsung sampai tahun 2012, peran kelompok usaha ini meningkat secara signifikan baik kontribusinya terhadap PDB, investasi, maupun penyerapan tenaga kerja. Menurut data dari Kementerian KUKM (2013), UMKM merupakan proporsi terbesar dari populasi usaha di Indonesia. Sam- pai tahun 2012 jumlah UKM mencapai 56,53 juta atau 99,99% dari total pelaku usaha di Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa UKM merupakan pilar utama perekonomian Indone- sia. Komposisi tersebut terdiri dari usaha mikro sebanyak 55,86 juta unit (98,79 persen), usaha kecil sebanyak 0,63 juta unit (1,11 persen), dan usaha menengah sebanyak 0,049 juta unit (0,09 persen). Jika dilihat dari kontribusinya, sampai tahun 2012 UMKM mampu memberikan kon- tribusi terhadap PDB (harga berlaku) sebesar Rp4.869,6 trilyun (59,08 persen), kontribusi ter- hadap investasi sebesar Rp1.251 trilyun (54,77 persen), kontribusi terhadap penyerapan tena-
ga kerja sebesar 107,7 juta orang (97,16 persen) dan kontribusi terhadap total ekspor sebesar: Rp166,6 trilyun (14,06 persen) .
Sejak krisis ekonomi, hampir semua skala usaha baik mikro, kecil, menengah maupun be- sar mengalami penurunan populasinya. Di an- tara ketiga skala usaha tersebut, UMKM yang lebih cepat pulih dibanding usaha skala besar. Pertumbuhan populasi UMKM rata-rata sebe- sar 4,82 persen per tahun periode 1998-2004, sedangkan usaha skala besar sebesar 4,6 per- sen pertahun pada periode yang sama.
Kondisi tersebut menunjukkan, posisi UMKM di Indonesia sebenarnya sangat strate- gis dan dapat menjadi kekuatan ekonomi nasio- nal. Namun di sisi lain peran strategis UMKM secara makro tersebut pada kenyataannya be- lum selaras dengan kondisi pelaku UMKM itu
sendiri. Dengan segala keterbatasannya baik keterbatasan permodalan, teknologi maupun aspek manajemennya menyebabkan di samping daya saing yang terbatas, kesejahteraan pelaku usaha kecil itu sendiri belum terjamin. Tahan menghadapi krisis namun dalam kondisi yang tidak sejahtera. Dalam era perdagangan bebas sekarang, di mana produk-produk pesaing impor membanjiri tanah air, tanpa peran dan bantuan pemerintah maupun pihak-pihak lain, UMKM akan semakin tertinggal jauh. UMKM membu- tuhkan peran pemerintah dalam upaya pening- katan kinerja dan daya saing dengan upaya pemberdayaan yang berkelanjutan.
Dalam kaitannya dengan pemberdayaan UMKM, dalam UU No.20/2008 tentang UMKM, pemberdayaan didefinisikan sebagai upaya yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Dae- rah, dunia usaha, dan masyarakat secara siner- gis dalam bentuk penumbuhan iklim dan pe- ngembangan usaha terhadap UMKM sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. Sedangkan iklim usaha adalah kondisi yang diupayakan Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk memberdayakan UMKM secara sinergis mela- lui penetapan berbagai peraturan perundang- undangan dan kebijakan di berbagai aspek kehidupan ekonomi upaya ini dilakukan agar UMKM memperoleh pemihakan, kepastian, kesempatan, perlindungan, dan dukungan ber- usaha yang seluas-luasnya.
Secara konseptual pemberdayaan UMKM terutama dapat dilakukan dengan sistim pem- berdayaan pelaku UMKM itu sendiri. Keberha- silan pemberdayaan sangat bergantung pada partisipasi UMKM sebagai pelaku maupun stakeholder lain yang turut serta dan berperan dalam pengembangannya. Dalam hal ini lebih banyak menitikberatkan pada metode “bottom up” , di mana perencanaan lebih diupayakan menjawab kebutuhan UMKM dan dilakukan secara partisipatif.
Pemberdayaan UMKM bukan hanya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat bawah, tetapi juga untuk mendukung kesinambungan pertumbuhan ekonomi. Karena tanpa basis yang luas, pertumbuhan ekonomi tidak dapat sustain karena terbatasnya pasar, rendahnya daya beli sebagian besar konsumen dan yang lebih berbahaya adalah meluasnya permasalah-
Jurnal Ekonomi Pembangunan, 16 (1), Juni 2015, 85-101
an sosial karena ketimpangan sosial. Jadi, Namun di sisi lain, berbagai kebijakan peme- keberhasilan pemberdayaan UMKM merupakan
rintah cenderung menghambat pengembangan syarat bagi perkembangan perekonomian nasio-
ekonomi rakyat dan membuka peluang sebesar- nal yang sustainable.
besarnya bagi ekonomi konglomerat melalui Pemberdayaan UMKM juga menjadi perta-
berbagai kebijakan proteksi dan fasilitas mono- hanan yang kokoh di pasar domestik dalam
poli melalui kolusi, korupsi dan nepotisme. menghadapi persaingan global. Kemampuan
Dalam kenyataannya tidak mudah untuk unit kelompok usaha ini dalam menguasai pa-
memberdayakan UMKM di Indonesia, karena sar lokal akan menjamin pangsa pasar domes-
dalam pertumbuhannya sangat banyak meng- tik dari serbuan modal besar dari dalam dan
hadapi kendala dan keterbatasan baik internal luar negeri. Dukungan UMKM juga dapat
maupun eksternal sehingga kurang mampu menentukan kekompetitifan usaha besar di
untuk berkembang. Menurut Rifa`i (2013: 134), pasar internasional.
faktor internal yang menghambat perkembang- Dalam sejarah pembangunan ekonomi
an UMKM adalah keterbatasan modal dan Indonesia sebelum krisis, pemberdayaan UMKM
akses untuk mendapatkannya, kualitas SDM, hanya dijadikan kajian tanpa ada keinginan
lemahnya jaringan dan penetrasi pasar, men- yang serius untuk mengimplementasikan, dan
talitas pengusaha dan kurangnya transparansi. upaya pemberdayaan tersebut sangat jauh dari
Sedangkan faktor eksternalnya antara lain kenyataan, atau dapat disebut juga sebagai
iklim usaha yang kurang kondusif, terbatasnya upaya setengah hati. Di satu sisi keinginan
sarana dan prasarana, pungutan liar, implikasi pemerintah untuk mengembangkan kelompok
otonomi daerah, implikasi perdagangan bebas, usaha tersebut dianggap sebagai kebutuhan
sifak produk, akses pasar terbatas dan terba- mendesak untuk mengurangi berbagai bentuk
tasnya akses informasi. Pendapat Rifa`i ini ketimpangan dan tuntutan bagi keharusan
sejalan dengan Sasono (2001:87) yang menyata- partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
kan faktor internal yang menghambat perkem-
Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM RI (2007)
Gambar 1. Alur P3KUM
87
Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-6081
88 Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-6081
bangan UMKM adalah keterbatasan modal, SDM dan jenis produk, sedangkan faktor eks- ternalnya antara lain pengakuan yang terbatas, akses pasar, nilai tukar produk, pungutan liar dan krisis ekonomi.
Berdasar dua pendapat tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa kendala yang paling banyak dihadapi UMKM adalah permo- dalan serta akses untuk mendapatkannya. Walaupun faktor modal sering dapat diatasi, misalnya dalam bentuk pinjaman antarkerabat atau teman, namun dalam tingkat persaingan dan ekspansi, permodalan sering menjadi peng- hambat utama. Ketika kondisi pasar menawar- kan kesempatan atau peluang, dan kreativitas muncul, UMKM sering tidak mampu mengikuti kesempatan-kesempatan tersebut karena ken- dala modal. Di sisi lain kondisi UMKM biasa- nya tidak bankable, karakteristik UMKM yang bercirikan keterbatasan dalam administrasi keuangan menyebabkan kelompok usaha terse- but kesulitan untuk mengakses permodalan dari lembaga keuangan. Menurut Syarif dan Budhiningsih (2009:64),
kesulitan
UMKM
mengakses modal dari lembaga keuangan dise- babkan karena ketidaksesuaian pendekatan pola dan prosedur lembaga perkresitan formal dengan karakeritik sebagian besar UMKM, khususnya usaha mikro. Padahal diketahui bahwa akses kemudahan perolehan modal sangat berpengaruh terhadap perkembangan UMKM. Semakin mudah akses memperoleh modal baik itu dari pinjaman, investor, maupun bantuan pemerintah akan semakin memudah- kan peluang perkembangan UKM (Kristianing- sih dan Trimardjono, 2014: 152).
Dalam upaya mengatasi permasalahan permodalan tersebut, pemerintah melalui Ke- menterian Negara Koperasi dan UKM telah melakukan berbagai upaya peningkatan akses dan memperluas sumber-sumber pembiayaan baik melalui perbankan maupun lembaga keuangan bukan bank. Salah satu upaya yang dilakukan adalah bantuan Program Pembiaya- an Produktif Koperasi dan Usaha Mikro (P3KUM) yaitu bantuan permodalan bergulir yang disalurkan kepada usaha mikro melalui lembaga keuangan bukan bank, seperti kope- rasi, atau koperasi BMT. Usaha mikro menjadi perhatian karena posisi usaha mikro yang sulit memperoleh layanan kredit perbankan karena
berbagai kendala baik pada sisi usaha mikro maupun pada sisi perbankan sendiri. Usaha mikro biasanya tidak memiliki manajemen yang bagus, sistem laporan keuangan yang baik dan sumber daya manusia yang terbatas kemam- puannya.
Menurut Peraturan Menteri Negara Kope- rasi dan UKM Nomor 06/Per/M.KUKM/ I/2007 dan nomor 08/Per/M.KUKM/II/2007, yang di maksud dengan P3KUM, adalah rangkaian kegiatan pemerintah yang dilakukan dalam bentuk perkuatan permodalan untuk mengem- bangkan usaha mikro dan usaha kecil anggota koperasi dengan menggunakan dana bergulir dalam rangka mengurangi kemiskinan dan memperluas kesempatan kerja. Tujuan dari program P3KUM ini secara umum adalah; (1) untuk meningkatkan akses pembiayaan bagi usaha kecil dan mikro melalui penguatan struktur modal koperasi; dan (2) untuk mendu- kung program pengentasan kemiskinan peme- rintah dan meningkatkan kesempatan kerja baru. Jadi dengan program tersebut diharap- kan usaha mikro mampu berkembang dan memberikan kontribusi yang tinggi terhadap PDB (pro growth), pengentasan kemiskinan (pro poor) dan penyerapan tenaga kerja (pro job ). Mekanisme alur dari P3KUM dapat dilihat dari Gambar 1.
Di kabupaten Bogor sampai tahun 2007 terdapat sekitar 17.312 UMKM yang bergerak pada berbagai macam usaha, seperti jasa, makanan, produk garment, asesoris dan lain- lain. Keberadaan UMKM ini perlu dipandang positif, bila dilihat dari keterbatasan pemerin- tah daerah untuk menyediakan lapangan kerja dan keterbatasan masyarakat Kabupaten Bogor untuk dapat mengakses industri-industri besar. Berbagai bentuk bantuan kepada pelaku UMKM sudah diberikan oleh pemerintah mela- lui Dinas Perindagkum Kabupaten Bogor, baik bantuan permodalan, bantuan teknis maupun bantuan yang berkaitan dengan aspek mana- jemen keuangan. Baru sekitar 4.202 unit usaha yang mendapatkan bantuan permodalan dari pemerintah dengan berbagai bentuk bantuan baik melalui koperasi dan lembaga keuangan lainnya dan tidak semuanya berjalan sesuai dengan yang diharapkan, jika dilihat dari masih banyaknya bantuan tersebut yang macet dalam pengembaliannya. Sejumlah 2.180 unit
Jurnal Ekonomi Pembangunan, 16 (1), Juni 2015, 85-101
usaha yang lancar dalam pengembalian pin- mikro yang memanfaatkan bantuan pada tahun jamannya.
tersebut sebanyak 264 orang dan sampel yang Selama ini pemerintah lebih melihat dari
digunakan dalam penelitian ini sebanyak 120 sisi tingkat pengembalian bantuan pinjaman
orang. Sampel responden yang dibutuhkan yang lancar sebagai indikator utama keberha-
untuk penelitian ini ditentukan dengan cara silan suatu program pemberdayaan UMKM.
kombinasi antara cluster sampling dan purpo- Ketika bantuan pinjaman tersebut dapat
sive sampling . Dasar pertimbangan dalam dikembalikan tepat waktu, maka dapat dikata-
penentuan responden untuk analisis menggu- kan bahwa program pemberdayaan adalah
nakan kriteria adalah bahwa tidak semua kope- sudah efektif. Penilaian efektivitas program
rasi di Kabupaten Bogor menerima bantuan berdasarkan pada tingkat kelancaran dalam
P3KUM, tidak semua usaha mikro memanfaat- pengembalian bantuan tersebut perlu untuk
kan bantuan pembiayaan P3KUM, dan tidak ditelaah lebih lanjut karena berdasarkan bebe-
semua usaha mikro yang mendapat bantuan rapa fakta bahwa penggunaan bantuan terse-
P3KUM bersedia dijadikan responden. but sering tidak tepat sasaran, sehingga upaya
pemberdayaan menjadi sia-sia atau pemboros-
2.2. Data dan Teknik Pengumpulan
an anggaran semata. Evaluasi yang lebih men-
Data
dalam dibutuhkan untuk mengetahui seberapa jauh bantuan tersebut dapat meningkatkan
Data yang digunakan dalam penelitian ini ada- kinerja UMKM, seperti peningkatan usaha dan
lah data primer dan data sekunder. Data pri- peningkatan produktivitas input. Seperti pen-
mer yang dibutuhkan adalah karakteristik usa- dapat dari Tangkilisan dalam Rifa`i (2013: 132)
ha mikro yang ditekuni serta kondisi perkem- bahwa efektivitas suatu program memiliki lima
bangan usaha mikro, yaitu perkembangan usa- kriteria
ha sebelum mendapatkan bantuan dan setelah kemampuan adapatasi kerja, kepuasan kerja,
mendapatkan bantuan. Sedangkan data sekun- kemampuan berlaba dan pencarian sumber
der dalam penelitian ini adalah berbagai infor- daya. Dari implementasi P3KUM di Kabupaten
masi yang dibutuhkan sebagai pendukung ana- Bogor tahun 2007, belum pernah dilakukan
lisis, selain yang diperoleh dari responden yang kajian untuk mengetahui efektivitas program
digunakan sebagai sampel. tersebut terhadap peningkatan usaha mikro
Pengumpulan data primer dilakukan seca- yang memanfaatkan bantuan tersebut. Pene-
ra partisipatif melalui diskusi, wawancara dan litian ini ingin menggali lebih dalam tentang
pengisian kuesioner oleh responden yang sudah efektivitas pemberdayaan usaha mikro pada
ditentukan. Sedangkan data sekunder diper- program P3KUM di Kabupaten Bogor. Indika-
oleh dari studi pustaka, laporan dan dokumen tor efektivitas dilihat dengan membandingkan
dari berbagai instansi yang terkait dengan perkembangan usaha (nilai produksi, nilai
bidang penelitian.
tambah dan produktivitas input) sebelum dan Satuan data primer dalam penelitian ini sesudah menerima bantuan.
adalah rupiah per periode waktu (Rp/t-terten- tu). Satuan ini digunakan karena didasarkan pada alasan produk usaha mikro sasaran pene-
2. Metode Penelitian
litian ini beragam, baik jenis, model, kualitas, kelas, atau memiliki sifat heterogenitas, sehing-
ga harga jualnya setiap unit produk akan Kelompok usaha mikro yang digunakan sebagai
2.1. Populasi dan Sampel
berbeda-beda. Oleh karena itu, jika diambil obyek penelitian (units of analysis) dalam pene-
satuan per satuan (per unit) akan mengalami litian ini adalah para pengusaha mikro di
kesulitan dalam melakukan interpretasi data. wilayah Kabupaten Bogor yang mendapat ban-
Dengan mengambil satuan rupiah per periode tuan P3KUM tahun 2007. Populasi usaha
waktu (Rp/t-tertentu) tersebut, maka intepre- tasi keragaman atau homogenitas satuan data
Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-6081 Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-6081
2.3. Teknik Analisis Data
kuensi yang diharapkan
Ada tiga tujuan yang ingin dicapai dalam kaji- Untuk dapat membuat keputusan tentang an ini, yaitu mengetahui karakteristik usaha
hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak, mikro yang ada di Kabupaten Bogor, mengeta-
maka nilai Chi Kuadrat (χ2) tersebut diban- hui peluang usaha mikro dalam mendapatkan
dingkan dengan Chi Kuadrat (χ2) tabel dengan bantuan P3KUM dan mengetahui efektivitas
derajat kebebasan (d.k) dan taraf kesalahan pemberdayaan usaha mikro yang sudah dilaku-
tertentu. Derajat kebebasan tidak tergantung kan di Kabupaten Bogor. Berkaitan dengan
pada jumlah individu dalam sampel, namun tujuan tersebut, maka ada tiga teknik analisis
tergantung pada kebebasan dalam mengisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kolom-kolom pada frekuensi yang diharapan sebagai berikut:
(f h ). Perbandingan tersebut akan ditarik krite- ria pengambilan keputusan sebagai berikut:
H 0 diterima jika χ 2 hitung < χ 2 tabel; α 5%, d.k. Analisis deskriptif digunakan untuk mengana-
2.3.1. Analisis Deskriptif
Menyatakan bahwa peluang sampel dalam hal lisis karakteristik usahan mikro yang ada di
ini pengusaha mikro dengan lama usaha, jenis Kabupaten Bogor yang memanfaatkan bantuan
produk utama, dan jenis usaha yang berbeda P3KUM tahun 2007. Pendekatan deskriptif
untuk mendapatkan bantuan pembiayaan pro- digunakan tidak dimaksudkan untuk menguji
duktif adalah sama atau tidak berbeda. hipotesis akan tetapi bertujuan untuk meng-
H 0 ditolak jika χ 2 hitung > χ 2 tabel; α 5%, d.k. gambarkan realita sosial yang kompleks.
Menyatakan bahwa peluang sampel dalam hal Metode analisis deskriptif merupakan prosedur
ini pengusaha mikro lama usaha, jenis produk pemecahan masalah yang diselidiki dengan
utama, dan jenis usaha yang berbeda untuk mendiskripsikan kondisi subyek atau obyek
mendapatkan bantuan pembiayaan produktif penelitian (seseorang, lembaga masyarakat dan
adalah tidak sama atau berbeda. lain-lain) pada masa kini berdasarkan fakta-
fakta yang tampak atau sebagaimana mestinya.
2.3.3. Analisis Uji Peringkat Bertanda Wilcoxon (Wilcoxon Signed
2.3.2. Analisis Chi Kuadrat (χ2) Satu
Ranks Test )
Sampel
Teknik analisis ini digunakan untuk menge- Teknik analisis Chi Kuadrat (χ2) satu sampel
tahui efektivitas kebijakan pemberdayaan usa- adalah teknik statistik yang digunakan untuk
ha mikro melalui P3KUM di Kabupaten Bogor. menguji hipotesis bila dalam populasi terdiri
Dipilihnya uji tanda Uji Peringkat Bertanda atas dua atau lebih kelas dimana data ber-
Wilcoxon sebagai pendekatan analisis ini kare- bentuk nominal dan sampelnya besar (Sugi-
na dalam kajian ini bantuan yang diimplemen- yono, 2011:107). Teknik analisis ini digunakan
tasikan dapat dipandang sebagai treatment. Uji untuk mengetahui peluang dari para pengusa-
Peringkat Bertanda Wilcoxon adalah salah satu
ha mikro untuk mendapatkan bantuan pembia- pendekatan analisis yang digunakan untuk yaan produktif dilihat dari lama usaha, jenis
mengukur dampak suatu treatment tertentu produk utama yang dihasilkan, dan jenis usaha,
yang telah atau sedang dilakukan pada suatu apakah dengan lama usaha, jenis produk
kasus. Djarwanto (1989:11) dalam Saragih utama, dan jenis usaha yang berbeda memberi
(2003) mengatakan teknik ini digunakan untuk peluang yang sama atau tidak. Secara mate-
mengetahui apakah suatu treatment atau tin- matis rumus dasar Chi Kuadrat (χ2) dapat
dakan inovasi tertentu (dapat berupa imple- ditulis sebagai berikut:
mentasi kebijakan, program, kegiatan, tindak-
2 an, perbaikan, teknologi dan sebagainya) yang k
χ= 2 o f -f h
diberlakukan pada suatu populasi tertentu i=1
f h memiliki dampak yang positif (effect) atau
90 Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-6081
Jurnal Ekonomi Pembangunan, 16 (1), Juni 2015, 85-101
negatif (impact). Pada Uji Peringkat Bertanda benar, maka jumlah total peringkat bagi selisih Wilcoxon ini efek dari suatu variabel eksperi-
yang positif (w + ) hampir sama dengan jumlah men atau treatment tidak dapat diukur melain-
total peringkat bagi selisih yang negatif (w - ). kan hanya dapat diberi tanda positif (+) atau
Hipotesis nol µ = µ 0 atau µ 1 = µ 2 akan ditolak negatif (-) saja. Treatment yang dimaksudkan
dan alternatifnya µ ≠ µ 0 atau µ 1 ≠µ 2 akan dalam penelitian ini adalah pemberian bantuan
diterima hanya bila w + atau w - yang berarti P3KUM kepada usaha mikro di Kabupaten
juga w cukup kecil. Nilai Z hitung dapat diten- Bogor tahun 2007, terlihat dalam Tabel 1.
tukan dengan rumus sebagai berikut: Karena jumlah responden yang diteliti lebih banyak dari 30, maka dipergunakan uji Z
dan nilai Z diasumsikan berdistribusi normal.
4 Dengan demikian metode pendekatan normal
n(n 1)(2n 1) dapat dipergunakan.
24 (2) Pada Uji Peringkat Bertanda Wilcoxon
Setelah diketahui nilai Z hitung maka nilai (Wilcoxon Signed Ranks Test) ini data harus tersebut dibandingkan dengan nilai Z tabel dibuat pengurutan (ranking). Untuk menguji (0,05) di mana akan dapat diambil kriteria
hipotesis bahwa µ = µ 0 bagi suatu populasi
pengambilan keputusan, yaitu:
setangkup yang kontinyu, atau µ 1 =µ 2 bagi dua
H 0 diterima, jika H 0 =µ 1 =µ 2 dimana Z hitung < populasi setangkup yang kontinyu, pertama-
Z tabel ( α 5%)
tama semua selisih yang sama dengan nol Menyatakan bahwa dua buah populasi adalah harus dibuang, kemudian memberi peringkat identik adalah benar. Dapat diharapkan bahwa pada d i yang tidak sama dengan nol tanpa jumlah total peringkat bagi selisih yang positif memperhatikan tandanya. Peringkat 1 diberi-
(w + ) hampir sama dengan jumlah total pering- dengan nilai absolut terkecil, kat bagi selisih yang negatif (w - ). Artinya, peringkat 2 pada nilai absolut terkecil berikut- bahwa treatment yang dilakukan tidak memi- nya, dan seterusnya. Bila ada dua atau lebih d i liki pengaruh nyata atau secara signifikan yang nilai mutlaknya sama, maka masing- tidak memiliki pengaruh terhadap variabel masing selisih tersebut diberi peringkat rata-
kan pada d i
yang dipengaruhinya.
ratanya. Jika hipotesis µ = µ 0 atau µ 1 = µ 2
Tabel 1. Tabulasi Hasil Perhitungan Beda Tanda Positif/Negatif, Dampak Suatu Treatment terhadap
Suatu Variabel Penelitian Responden
Tanda Jenjang Peringkat Sebelum
Beda Tanda Bantuan
Beda Tanda
Negatif (Y i )
w - Sumber: Sugiyono, 2011
Jumlah
Dimana Y i menunjukkan kondisi sebelum treatment, X i menunjukkan kondisi setelah treatment, w + menunjukkan jumlah beda tanda positif, dan w - menunjukkan jumlah beda tanda negatif.
Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-6081
H 0 ditolak jika H 0 =µ 1 ≠µ 2 di mana Z hitung > Z
waktu tertentu dari kegiatan usaha usaha
tabel ( α 5%)
mikro dan pada umumnya dapat dinyatakan Menyatakan bahwa dua buah populasi tidak
dalam persentase. Secara matematis tingkat identik, di mana jumlah total peringkat bagi
efektivitas dalam berproduksi pada usaha selisih yang positif (w + ) atau jumlah total
mikro dapat dituliskan sebagai berikut: peringkat bagi selisih yang negatif (w-) yang berarti juga w cukup kecil. Artinya, bahwa
TS
(3) treatment yang dilakukan memiliki pengaruh
Eft
x100%
TP
nyata atau secara signifikan memiliki pengaruh terhadap variabel yang dipengaruhinya.
di mana Eft adalah tingkat efektivitas dalam berproduksi per periode waktu tertentu (%), TP
2.4. Operasional Varibel Tingkat
menunjukkan nilai total produksi/Total Pro-
duction per periode waktu tertentu (rp/bln), TS Pendekatan analisis dengan menggunakan Uji
Efektivitas Bantuan P3KUM
menunjukkan nilai penjualan/Total Sales per Peringkat Bertanda Wilcoxon digunakan untuk
periode waktu tertentu (rp/bln). mengetahui tingkat efektivitas pemberdayaan
b. Peningkatan perolehan nilai tambah
usaha mikro melalui P3KUM. Adapun penilai- Nilai tambah atau value added sering diartikan an efektivitas tersebut dilihat dari perkembang-
sebagai tambahan manfaat ekonomi dari ada- an tiga variabel, yaitu peningkatan efektivitas
nya perbaikan teknologi, manajemen, kualitas dalam berproduksi, peningkatan perolehan
& diversifikasi produksi. Menurut Damanhuri nilai tambah serta peningkatan produktivitas
(1996:87), nilai tambah dapat didefiniskan input.
sebagai tambahan nilai yang terkandung pada
a. Peningkatan efektivitas dalam
jasa yang diciptakan oleh sebuah organisasi/
perusahaan. Menurut Yovani (2001:22), pada Rustam Effendi (1988:22) dalam Saragih (2003)
berproduksi
dasarnya dalam rangka menghitung nilai tam- menyatakan tingkat efektivitas suatu produksi
bah (value added) suatu usaha dapat ditentu- adalah membandingkan antara nilai produksi
kan dengan dua cara yaitu dengan (a) metode yang dapat terjual dengan nilai potensi yang
pengurangan (substraction method) dan (b) metode penambahn (additional method).
ada. Dengan demikian tingkat efektivitas meru- Metode pengurangan tidak memasukkan pakan nilai rasio perbandingan antara nilai biaya-biaya yang biasanya sulit diperoleh dari total penjualan (total sales) dengan nilai total usaha mikro seperti depresiasi, pajak, dan lain- produksi (total product) dalam periode waktu lain. Dengan kata lain hanya memasukkan tertentu. Sedangkan Jones (1996:10) dalam unsur-unsur biaya seperti pembelian material, Saragih (2003) menyebutkan efektivitas me-
pembelian energi (BBM), perawatan (biaya nunjuk pada keberhasilan dan atau kegagalan
perawatan pembelian suku cadang), ATK dan dalam mencapai suatu tujuan (objective), sehing-
administrasi serta pungutan lain (retribusi,
ga efektvitas hanya berkepentingan dengan out- keamanan, kebersihan) dan pembelian lain- put .
lain. Dalam istilah ekonomi biaya ini disebut Berdasar pengertian tersebut, hal penting
dengan value of purchase from outside. Sedang- yang harus diperhatikan adalah bahwa tingkat
kan metode penambahan memasukkan biaya efektivitas kurang mempertimbangkan berapa
seperti depresiasi, pajak, dan lain-lain. Dengan banyak pengorbanan (biaya/cost) yang harus
kata lain selain memasukkan value of purchase diberikan untuk mencapai sasaran, namun
from outside juga ditambah dengan depresiasi, hanya membandingkan antara potensi dan
pajak, dan lain-lain.
realisasi. Oleh karena itu, dalam kaitannya Oleh karena obyek yang akan diteliti ada- dengan usaha mikro, efektivitas dalam berpro-
lah usaha mikro di mana pada umumnya tidak duksi dapat dikonsepsikan sebagai rasio atau
memiliki data pembukuan yang lengkap, maka tingkat perbandingan nilai total penjualan
metode yang digunakan untuk menghitung (total sales) dan nilai total produksi per periode
Value Added ini adalah metode pengurangan.
92 Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-6081
Jurnal Ekonomi Pembangunan, 16 (1), Juni 2015, 85-101
Menurut Yovani (2001:22), metode perhitungan tolak ukur keberhasilan suatu industri atau Value Added ini secara matematis dirumuskan
UKM dalam menghasilkan barang atau jasa sebagai berikut:
sehingga semakin tinggi perbandingannya ber- arti semakin tinggi barang yang dihasilkan.
VA = TS – VPO
Yovani (2001:20) menyebutkan, dalam mengukur produktivitas, langkah yang harus
di mana VA menunjukkan nilai tambah per dilakukan adalah mengukur tingkat output. periode waktu tertentu (rp/bln), TS menunjuk-
Ada dua jenis ukuran yang digunakan dalam kan total penjualan atau Net Sales per periode
mengukur tingkat output ini, yaitu (a) berda- waktu tertentu (rp/bln), VPO menunjukkan
sarkan volume produk fisik yang dihasilkan Value of Purchase from Outside per periode
(product quantity), (b) berdasarkan nilai uang waktu tertentu (rp/bln). Sedangkan nilai VPO
yang menunjukkan nilai tambah (Value Added) per periode waktu tertentu (rp/bln) dalam
yang sebenarnya dari suatu perusahaan. penelitian ini ditentukan sebagai berikut:
Mengingat produk usaha mikro dalam penelitian ini adalah heterogen, maka peng- ukuran tingkat output dengan cara Value
VPO = MP + EP + MC + AP + RC + AC
Added adalah pendekatan yang paling tepat. Di mana Value Added mengukur tingkat output
di mana MP menunjukkan pembelian material yang diekspresikan dalam satuan jumlah uang. (material purchased) per periode waktu terten-
Dengan heteroginitas semacam itu, tentunya tu (rp/bln), EP menunjukkan pembelian energy
tingkat output akan lebih mudah dihitung bila (energy purchased) dalam hal ini adalah BBM
menggunakan satuan yang sama, yaitu uang per periode waktu tertentu (rp/bln), MC menun-
(dalam rupiah). Sementara dalam menghitung jukkan perawatan mesin (pembelian suku
nilai input, akan digunakan dua jenis input, cadang dan biaya perawatan) per periode waktu
yaitu tenaga kerja dan modal. tertentu (rp/bln), AP menunjukkan biaya pem-
Mengingat heteroginitas produk dari usaha belian ATK dan administrasi per periode waktu
mikro yang ada, maka perhitungan nilai input tertentu (rp/bln), RC menunjukkan biaya pem-
tenaga kerja yang digunakan akan digunakan bayaran pungutan lain, dan AC menunjukkan
metode perhitungan biaya per individu (per- biaya lain-lain.
sonal expenses ), mengingat perhitungan output menggunakan satuan uang (dalam rupiah).
c. Peningkatan produktivitas input
Perhitungan ini diturunkan dengan cara men- Produktivitas secara umum didefinisikan per- jumlahkan semua pengeluaran yang diterima bandingan antara output dengan input. Dengan
pekerja atau pegawai seperti gaji atau upah, kata lain produktivitas adalah sebuah ukuran
bonus, jaminan sosial, dan lain-lain, dengan untuk melihat seberapa baik input atau sumber
rumus sebagai berikut:
daya yang digunakan untuk menciptakan out- put yang diinginkan. Semakin tinggi nilai rasio maka semakin tinggi produktivitasnya. Dengan
LC = Cgi + Chn + Ctp + Cbn (6) demikian produktivitas akan meningkat apa-
bila dengan input yang sama dapat diperoleh di mana LC menunjukkan Labor Cost atau hasil yang lebih tinggi, atau sebaliknya dengan
biaya untuk tenaga kerja per periode waktu tingkat hasil yang tinggi hanya membutuhkan
tertentu (rp/bln), Cgi menunjukkan total biaya input yang lebih rendah. Produktivitas juga
atas gaji pekerja per periode waktu tertentu dapat diartikan sebagai suatu ukuran yang
(rp/bln), Chn menunjukkan total biaya honor menyatakan bagaimana baiknya sumber daya
pekerja tidak tetap per periode waktu tertentu diatur dan dimanfaatkan untuk mencapai hasil
(rp/bln), Ctp menunjukkan total biaya tunjang- yang maksimal. Menurut Kurnia dan Hermawa
an pekerja per periode waktu tertentu (rp/bln), (2014:3) produktivitas dapat digunakan sebagai
Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-6081
Cbn menunjukkan total biaya bonus pekerja
tidak ditemukan.
per periode waktu tertentu (rp/bln). Proses pengajuan bantuan diawali dari Demikian pula mengingat heteroginitas
sosialisasi dari pihak Kementerian Negara produk dari usaha mikro yang ada, maka per-
Koperasi dan UKM kepada SKPD terkait di hitungan nilai modal yang digunakan didasar-
tingkat kabupaten untuk selanjutnya disosiali- kan pada data total aset yang dimiliki usaha
sasikan ke semua koperasi di wilayahnya dan mikro baik asset bergerak maupun asset tidak
yang berminat diminta membuat proposal. bergerak. Rumus yang digunakan untuk meng-
Proposal dikumpulkan untuk diverifikasi lebih hitung nilai input modal adalah sebagai berikut:
lanjut ke tingkat kabupaten, untuk selanjutnya diserahkan ke tingkat provinsi dan akhirnya
TC = TC bergerak + TC tidak bergerak
dikirim ke pusat. Di tingkat pusat, pihak Kementerian Negara Koperasi dan UKM
di mana TC menunjukkan Total Capital atau mengeluarkan keputusan mengenai koperasi Modal, TC bergerak menunjukkan total aset
yang berhak menerima dana bantuan P3KUM. bergerak, TC tidak bergerak menunjukkan total
Pemberian dana langsung diberikan ke reke- aset tidak bergerak.
ning koperasi bersangkutan, tidak melalui Seperti halnya konsep perhitungan sebe-
pemerintah daerah provinsi atau kabupaten. lumnya, maka perhitungan tingkat produktivi-
Dalam proses pencairan dana, koperasi peneri- tas usaha adalah dengan cara mengitung
ma bantuan yang menjadi responden menemu- tingkat produktivitas tenaga kerja dan tingkat
kan beberapa kendala. Kendala pertama adalah produktivitas modal, dimana secara matematis
adanya proses yang berbelit-belit di pencairan dapat dirumuskan sebagai berikut:
dananya. Kendala lain adalah biaya yang NT
cukup besar yang harus ditanggung koperasi LP
LC ketika proses pengiriman data ke pihak
provinsi dan pusat, baik biaya transportasi di mana LP menunjukkan Labor Productivity
maupun akomodasi, yang besarannya sampai per periode waktu tertentu, NT menunjukkan
sekitar 10% dari besarnya bantuan yang diberi- Value Added per periode waktu tertentu (rp/
kan.
bln), LC menunjukkan Labor Cost atau biaya Dalam perjalanannya, tidak semua kopera- untuk tenaga kerja per periode waktu tertentu
si yang mendapatkan bantuan P3KUM berjalan (rp/bln).
seperti yang diharapkan. Di antara 7 koperasi yang mendapatkan bantuan P3KUM di Kabu-
NT CP
paten Bogor tahun 2007, hanya 4 koperasi
CC (9)
berjalan baik, dalam arti tingkat pengembalian dana bantuan cukup lancar, sedangkan 3
di mana CP menunjukkan Capital Productivity koperasi lainnya ada yang tutup ada pula yang per periode waktu tertentu, NT menunjukkan
bermasalah dalam pengembalian dana bantu- Value Added per periode waktu tertentu (rp/
an. Kelancaran pengembalian dana bantuan ini bln), CC menunjukkan Total Capital (rp/bln).
paling tidak tergantung pada 2 hal. Pertama, kondisi kesehatan atau kinerja koperasi peneri-
3. Hasil dan Pembahasan
ma bantuan. Temuan di lapangan menunjuk- kan ada beberapa koperasi penerima bantuan
Proses pengajuan pinjaman bantuan P3KUM di yang memiliki manajemen dan kinerja keuang- Kabupaten Bogor-Jawa Barat tahun 2007 berja-
an yang kurang baik, dan tidak didukung lan lancar. Namun demikian, temuan di lapang-
dengan pendampingan dan monitoring dari an menunjukkan, sistem monitoring dan eva-
pemerintah pusat dan daerah yang kontinyu luasi dari Dinas Koperasi dan Perindag Kabu-
sehingga menyebabkan koperasi-koperasi terse- paten Bogor belum berjalan secara optimal,
but dalam perjalanannya menjadi bermasalah sehingga ditemukan adanya koperasi yang
bahkan tutup. Sederhananya proses perijinan melakukan penyimpangan baik dalam hal
pendirian koperasi, juga menjadi faktor penye- pemanfaatan bantuan maupun yang alamatnya
bab. Ada beberapa koperasi yang didirikan
94 Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-6081
Jurnal Ekonomi Pembangunan, 16 (1), Juni 2015, 85-101
tidak didasari dari keinginan anggota untuk kemiskinan masyarakat berkurang dan sekali- mendirikannya, tapi muncul dari keinginan
gus kemauan masyarakat untuk menjadi ang- sekelompok orang yang hanya ingin menda-
gota koperasi juga meningkat. patkan dana bantuan dalam jumlah besar dengan jasa kecil untuk kepentingan pribadi.
3.1. Karakteristik Responden
Penyebab kedua adalah dari pengusaha Di antara 120 responden, 72,5 persen berjenis mikro yang memanfaatkan bantuan. Persepsi kelamin laki-laki, dan 27,5 persen berjenis kela-
sebagian pengusaha mikro terhadap dana min perempuan. Kondisi ini dapat menggam- bantuan P3KUM dari pemerintah sebagai dana
barkan bahwa sampai tahun 2010, usaha mikro hibah sehingga tidak perlu dikembalikan kepa-
di wilayah kabupaten Bogor yang memanfaat-
da pemerintah, menjadikan tingkat pengemba- kan bantuan masih didominasi laki-laki. Jika lian pinjaman anggota atau nasabah dari
dilihat perkelompok usia, usia responden berva- beberapa koperasi tidak terlalu bagus. Selain
riasi dari paling muda 22 tahun sampai paling itu proses pengajuan pinjaman modal juga
tua 79 tahun. Sebagian besar ada pada kelom- sangat sederhana, hanya berdasarkan reko-
pok usia produktif (30-53 tahun), yaitu sebanyak mendasi anggota atau nasabah lain, jaminan
83 persen.
KTP, atau buku tabungan bahkan ada yang Tingkat pendidikan responden tersebar hanya berdasar pada kepercayaan, dan kurang
dari yang tidak sekolah sampai yang berpen- didukung dengan upaya pendampingan dan
didikan perguruan tinggi. Sebagian besar ber- monitoring dari pihak koperasi menyebabkan
pendidikan SLTA (55 persen), dan 1,7 persen tidak sedikit usaha mikro yang memanfaatkan
yang tidak sekolah dan berpendidikan perguru- dana bantuan tersebut tidak berkembang, tutup
an tinggi. Dua responden yang berpendidikan atau dana bantuan tersebut justru digunakan
tinggi ada pada kelompok usia muda (22-37 untuk tujuan konsumtif. Kebijakan perijinan
tahun), sedangkan dua orang yang tidak seko- untuk minimarket/supermarket juga memberi
lah adalah responden pada usia di atas 70 kontribusi negatif pada pedagang-pedagang di
tahun. 97,5 persen responden sudah menikah pasar tradisional, yang sebagian besar adalah
dan sisanya 2,5 persen tidak menikah. Sedang- pengusaha mikro. Berdirinya usaha-usaha ter-
kan 100 persen dari responden merupakan sebut berpengaruh pada omzet dan keuntung-
anggota koperasi.
an, yang selanjutnya berakibat pada tingkat Karakteristik usaha responden dilihat dari kelancaran pelunasan/ pembayaran cicilan ke
lama usaha, jenis produk utama, jenis usaha, koperasi.
bentuk usaha dan pasar. Jika dilihat dari lama Di Kabupaten Bogor, dana bergulir P3KUM
usahanya, semua responden sudah menjalan- tahun 2007 disalurkan melalui 7 koperasi baik
kan usahanya lebih dari 1 tahun, 40,8 persen yang bergerak secara konvensional maupun
usahanya sudah berjalan lebih dari 10 tahun, syariah dimana masing-masing koperasi men-
29,2 persen lama usahanya 5-10 tahun, 30 dapatkan Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
persen lama usahanya 1-5 tahun. 44,2 persen Setiap pengusaha mikro anggota koperasi dapat
responden menghasilkan kelompok produk memanfaatkan dana bergulir tersebut dalam
makanan, minuman dan sejenisnya, 18,3 per- bentuk pinjaman maksimal Rp4.000.000 (empat
sen menghasilkan jenis produk tekstil dan juta rupiah). Disalurkannya dana bergulir me-
sejenisnya, 4,2 persen menghasilkan jenis pro- lalui koperasi memiliki dua tujuan, yang per-
duk bukan logam, 10,8 persen menghasilkan tama adalah membantu peningkatan perkem-
produk kayu dan sejenisnya dan 22,5 persen bangan usaha dari usaha mikro yang biasanya
menghasilkan produk jasa. Sebagian besar belum bankable , dan yang kedua adalah
responden bergerak di bidang perdagangan (60 meningkatkan perkembangan usaha koperasi
persen) dan tidak ada satupun yang dari perta- tempat pengusaha mikro mendapatkan dana
nian. Sektor pengolahan cukup banyak, sekitar tersebut. Dengan demikian diharapkan tingkat
26,7 persen dan sektor jasa sebesar 13,3%.
Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-6081
Jika dilihat dari bentuk usahanya dan 3,841), maka H 0 ditolak dan H a diterima. Ini pasar produknya, sebagian besar (98,3%) meru-
berarti peluang usaha mikro untuk mendapat- pakan perusahaan perseorangan, dan sisanya
kan bantuan P3KUM jika dilihat dari jenis (1,7%) merupakan memiliki bentuk badan
produk utama yang dihasilkan adalah berbeda usaha CV yang bergerak di bidang furniture.
atau tidak sama. Berdasarkan data sampel ter- Sebagian besar responden menjual produknya
nyata usaha mikro yang menghasilkan produk di wilayah Kabupaten Bogor (59,2 persen),
makanan dan sejenisnya mendapat peluang sebanyak 36,7 persen menjual produknya baik
paling tinggi untuk mendapatkan bantuan di dalam maupun di luar wilayah Kabupaten
P3KUM.
Bogor dan hanya 4 persen yang menjual pro- Jika dilihat dari variabel jenis usaha yang duknya di luar Kabupaten Bogor.
dijalankan, diketahui nilai (χ2) hitung sebesar 86,133. Dengan derajat kebebasan sebesar 1
3.2. Peluang Usaha Mikro untuk
dan tingkat kesalahan 5% maka diketahui nilai
(χ2) tabel sebesar 3,841. Karena nilai (χ2) hitung Analisis ini melihat peluang pengusaha mikro
Mendapatkan Bantuan
lebih besar dari nilai (χ2) tabel (86,133 > 3,841). untuk mendapatkan bantuan dana bergulir
maka H 0 ditolak dan H a diterima. Ini berarti dengan menggunakan tiga indikator yaitu
peluang usaha mikro untuk mendapatkan lamanya usaha yang sudah dijalankan, jenis
bantuan P3KUM jika dilihat dari jenis usaha produk utama yang dihasilkan, dan jenis usaha
yang dijalankan adalah berbeda atau tidak yang dijalankan. Hipotesis nol yang dibangun
sama. Berdasarkan data sampel ternyata usaha adalah bahwa peluang pengusaha mikro untuk
mikro di sektor perdagangan mendapat peluang mendapatkan bantuan jika dilihat dari tiga
paling tinggi untuk mendapatkan bantuan indikator tersebut adalah sama. Hasil Uji Sta-
P3KUM.
tistik dapat dilihat pada tabel berikut: Berdasarkan hasil pengujian statistik ter- Tabel 2 menjelaskan bahwa jika dilihat
sebut, secara keseluruhan dapat diuraikan bah- dari variabel lama usaha, diketahui nilai (χ2)
wa peluang usaha mikro untuk memanfaatkan hitung sebesar 3,050. Dengan derajat kebebas-
bantuan P3KUM bervariasi. Jika dilihat dari an sebesar 1 dan tingkat kesalahan 5% maka
sisi lamanya usaha yang sudah dijalankan, diketahui nilai (χ2) tabel sebesar 3,841. Karena
peluang usaha mikro untuk mendapatkan ban- nilai (χ2) hitung lebih kecil dari nilai (χ2) tabel
tuan adalah sama, sepanjang persyaratan-
persyaratan administrasi terpenuhi. Koperasi Ini berarti peluang usaha mikro untuk menda-
(3,050<3,841) maka H 0 diterima dan H a ditolak.
sebagai penyalur bantuan P3KUM lebih mem- patkan bantuan P3KUM jika dilihat dari lama
pertimbangkan kelayakan usaha dan indikator usaha adalah sama. Berdasarkan data sampel
lain seperti rekomendasi dan persyaratan ternyata lamanya usaha dari usaha mikro yang
administrasi dibandingkan lama usaha yang mendapatkan bantuan tidak berbeda terlalu
sudah dijalankan. Namun jika dilihat dari jenis jauh.
produk yang dihasilkan dan jenis usaha yang Jika dilihat dari variabel jenis produk uta-
dijalankan, peluang usaha mikro untuk menda- ma yang dihasilkan, diketahui nilai (χ2) hitung
patkan bantuan P3KUM berbeda atau tidak sebesar 55,667. Dengan derajat kebebasan sebe-
sama.
sar 1 dan tingkat kesalahan 5% maka diketahui Usaha mikro yang menghasilkan produk nilai (χ2) tabel sebesar 3,841. Karena nilai (χ2)
makanan dan bergerak di sektor perdagangan hitung lebih besar dari nilai (χ2) tabel (55,667 >
memiliki peluang yang lebih besar dibanding
Tabel 2. Hasil Uji Statistik Peluang
No. Variabel
1. Lama Usaha
Terima H 0
2. Jenis Produk
Tolak H 0 3. Jenis Usaha
Tolak H 0 Sumber: Output SPSS
96 Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-6081
Jurnal Ekonomi Pembangunan, 16 (1), Juni 2015, 85-101
usaha mikro yang menghasilkan produk lain- vitas dalam berproduksi, peningkatan peroleh- nya dan bergerak di sektor selain perdagangan.
an nilai tambah, peningkatan produktivitas Kondisi ini dapat dilihat dari dua sisi. Pertama,
input modal dan ten aga kerja, dengan mem- hasil penelitian menunjukkan sebagian besar
bandingkan antara kondisi sebelum mendapat pengusaha kecil mendapatkan informasi ada-
bantuan dan kondisi sesudah mendapat bantu- nya bantuan pinjaman adalah dari teman
an. Efektivitas dilihat dengan membandingkan sesama pengusaha sejenis yang sudah terlebih
antara nilai mutlak Z hitung dengan nilai Z dahulu mendapatkan bantuan pinjaman yang
tabel pada tingkat kesalahan 5%. Hipotesis nol sekaligus merekomendasikannya. Mereka seba-
yang dibangun adalah bahwa tidak ada perbe- gian besar adalah para pedagang makanan di
daan efektivitas produksi, nilai tambah, pro- pasar. Sistem rekomendasi ini menyebabkan
duktivitas tenaga kerja dan produktivitas untuk kasus di Kabupaten Bogor sebagian
modal antara kondisi sebelum mendapat ban- besar yang memanfaatkan dana bantuan ada-
tuan dan kondisi sesudah mendapat bantuan lah pedagang makanan. Kedua, dalam penya-
dana bergulir. Hasil uji statistik dapat dilihat luran dana bantuan, koperasi juga memper-
pada tabel 3.
timbangkan lokasi. Dalam rangka kemudahan Tabel 3 menjelaskan bahwa jika dilihat dari dalam monitoring, ada koperasi yang mengkon-
tingkat efektivitas dalam berproduksi, dengan sentrasikan pemberian bantuan pada pengusa-
taraf kesalahan (χ2) 0,025 (0,05/2) maka nilai Z
ha mikro di sentra-sentra tertentu yang mudah tabel adalah ± 1,96. Dengan nilai Z hitung dalam jangkauan pengawasan koperasi. Berda-
sebesar 6,043 (nilai mutlak) maka pada tingkat sarkan data yang ada, pasar merupakan lokasi
kesalahan 0,025, nilai Z hitung lebih besar di mana pengusaha mikro mendapatkan bantuan.
dibandingkan dengan nilai Z tabel ( 6,043 > 1,96), dengan demikian hipotesis nol ditolak.
3.3. Efektivitas Pemberdayaan Usaha Sehingga dapat disimpulkan pemberian ban-
Mikro
tuan dana bergulir P3KUM berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan efektivitas
Analisis ini pada dasarnya mengkaji pengaruh dalam berproduksi usaha mikro di Kabupaten implementasi P3KUM pada usaha mikro terha-
Bogor.