PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA MAKASSAR TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH PROVINSI

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA MAKASSAR TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN

1 2 (Asriani 3) ), (Prof. Ansar, SE.,M.Si ), (Dr. Suharwan, SE.,SU

1 Manajemen, PPS STIE AMKOP Makassar email : asrianip150@gmail.com

2 Manajemen, PPS STIE AMKOP Makassar email : ansarakkas@gmail.com

3 Manajemen, PPS STIE AMKOP Makassar email : suharwan@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pendapatan Asli Daerah (PAD) secara simultan maupun parsial mempengaruhi kinerja keuangan pada pemerintah kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan. Data yang digunakan adalah laporan APBD dan Laporan Realisasi APBD kota di Provinsi Sulawesi Selatan dari tahun 2011-2016. Metode analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif, dengan model regresi berganda.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik non-probability sampling dengan cara purposive sampling, artinya setiap elemen populasi mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel. Hasil penelitian ini menyatakan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan bahwa Pajak Daerah, Retribusi daerah, Penghasilan perusahaan dan Lain-lain pendapatan daerah yang sah merupakan komponen pendapatan Asli daerah yang mempengaruhi Kinerja keuangan pemerintah kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan, akan tetapi secara parsial Pajak Bumi dan Bangunan dominan berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah Kota Makassar.

Berdasarkan Hasil penelitian dan pembahasan Mengenai Pengaruh Pendapatan Asli daerah (PAD) Kota Makassar terhadap kinerja keuangan Pemerintah Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan, dapat disimpulkan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang secara simultan atau pun parsial berpengaruh terhadap kinerja keuangan pada pemerintah kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan. Kata Kunci : Pendapatan Asli Daerah, Kinerja Keuangan.

ABSTRACT

The objective of this research was to find out how the local revenue (PAD) simultaneously and partially influence the financial performance of the government Makassar city South Sulawesi province. The data used were the APBD report and the APBD realization report of the city in the South Sulawesi province from 2011 -2016. The analysis method used is quantitative analysis with multiple regression models.

The sampling in this research using technique of non -probability sampling by purposive sampling means that each population element has same possibility to be sampled. but partially the land tax and dominant building influence the financial performance of the government Makassar city.

The research result shows that local revenue (PAD) simultaneously has influence on financial performance, but partially only the earth and building taxes that dominantly influence financial performance, while local tax, user charges, company result and loc al wealth are not dominantly influence the financial performance on the government of Makassar city South Sulawesi. Based on research result and the discussion of the influence local revenue (PAD) Makassar city to the financial performance Makassar city

South Sulawesi, can be concluded that local revenue (PAD) simultaneously or partially influence to the financial performance on government of Makassar city South Sulawesi Province. Keywords: Local Revenue, Financial Performance

I.PENDAHULUAN

b. Komponen-komponen Pendapatan

I.I. Latar Belakang. Asli Daerah apa saja yang secara Keuangan daerah di Indonesia

dominan mempengaruhi kinerja merupakan salah satu bidang dalam

pemerintah Kota akuntansi sektor publik yang mendapat

keuangan

Makassar Sulawesi Selatan periode perhatian besar dari berbagai pihak

semenjak reformasi di tahun 1998, hal

1.3. Tujuan Penelitian

tersebut disebabkan oleh adanya Tujuan penelitian ini adalah : kebijakan baru dari pemerintah Republik

1. Untuk mengetahui Seberapa besar Indonesia yang mereformasi berbagai

pengaruh Pendapatan Asli Daerah hal, termasuk pngelolaan. Keuangan

(PAD) terhadap kinerja keuangan daerah. Reformasi tersebut awalnya

Kota Makassar dilakukan dengan mengganti Undang-

pemerintah

Sulawesi Selatan undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang

2. Untuk mengetahui perbedaan pemerintahan

komponen-komponen pemerintahan di daerah dengan Undang-

pokok-pokok

Pendapatan Asli Daerah yang undang No. 25 tahun 1999 yang

secara dominan mempengaruhi menggantikan Undang-Undang Nomor

kinerja keuangan pemerintah

32 Tahun 1956 yang berkaitan dengan Kota Makassar Sulawesi Selatan keuangan negara dan daerah (Abd.

periode 2011 – 2016. Halim, Muh.Syam Khusufi : 2010 Edisi

1.4. Manfaat Penelitian

Ke 4). Hasil penelitian ini diharapkan Proses pengelolaaan keuangan

memberikan manfaat bagi daerah

dapat

berbagai pihak diantanya adalah: perencanaan/penyusunan

dimulai

dengan

A. Manfaat bagi instansi pemerintah pendapatan belanja daerah (APBD).

anggaran

Hasil Penelitian ini diharapkan APBD merupakan rencana keuangan

memberikan kontribusi tahunan pemerintahan daerah yang

dapat

sebagai bahan informasi dalam dibahas dan disetujui bersama oleh

peningkatan kinerja pemerintah daerah dan DPRD, dan

rangka

Makassar di Sulawesi Selatan. ditetapkan dengan peraturan daerah.

B. Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan Karena

Dengan penelitian ini diharapkan kesepakatan bersama antara eksekutif

itu APBD

merupakan

dapat menambah khasana ilmu dan legislatif yang dituangkan dalam

dibidang peraturan daerah dan dijabarkan dalam

pengetahuan

pemerintahan dan keuangan daerah peraturan kepala daerah.

dalam

mengelolah kinerja

1.2. Rumusan Masalah

keuangan.

C. Manfaat bagi Peneliti Selanjutnya belakang, maka yang menjadi rumusan

Diharapkan dapat dijadikan sebagai permasalahan dalam penelitian ini

bahan referensi bagi peneliti adalah sebagai berikut:

selanjutnya.

a. Seberapa besar

pengaruh

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

2.TINJAUAN PUSTAKA

terhadap kinerja

keuangan

2.1. Pengertian Pendapatan

pemerintah Kota

Makassar

Asli Daerah

Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan

Pendapatan asli daerah (PAD)

oleh rakyat kepada pemerintah diperoleh daerah dari sumber-sumber

yang dapat dipisahkan dengan dalam wilahnya sendiri yang dipungut

tanpa balas jasa secara langsung berdasarkan peraturan daerah sesuai

dapat ditunjuk. dengan peraturan perundang-undangan

b. Retribusi adalah suatu pembayaran yang berlaku (Halim, 2004). Sektor

dari rakyat kepada pemerintah pendapatan daerah memegang peranan

dimana kita dapat melihat adanya yang sangat penting, karena melalui

hubungan antara balas jasa yang sektor ini dapat dilihat sejauh mana

langsung diterima dengan adanya suatu daerah dapat membiayai kegiatan

pembayaran retribusi tersebut. pemerintah dan pembangunan daerah.

c. Keuntungan

dari perusahaan-

2.5. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

perusahaan Negara. Penerimaan

Dan Kaitannya Dengan Keuangan

dari

sumber ini merupakan

Pusat

penerimaan pemerintah dari hasil

A. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

barang-barang yang Pendapatan Asli Daerah (PAD)

penjualan

oleh perusahaan- merupakan semua penerimaan daerah

dihasilkan

perusahaan Negara. yang berasal dari sumber ekonomi asli

d. Pinjaman. Pinjaman ini bisa dapat daerah, kelompok pendapatan asli

berasal dari luar Negeri maupun daerah (PAD) dipisahkan menjadi empat

dari dalam Negeri. jenis pendapatan, yakni sebagai berikut:

2.6.1. Pengertian Kinerja Keuangan

1. Pajak daerah Kinerja keuangan adalah suatu

2. Retribusi Daerah

usaha

formal

yang dilaksanakan

3. Hasil pengelolaan kekayaan milik perusahaan untuk mengevaluasi efisien daerah yang dipisahkan

dan efektivitas dari aktivitas perusahaan

4. Lain-lain PAD Yang sah. yang dilaksanakan pada periode waktu

B. Penerimaan Pemerintah Daerah

Sucipto (2003:34) Penerimaan pemerintah daerah

tertentu.Menurut

pengertian kinerja keuangan adalah sesuai dengan undang-undang No.33

penentuan ukuran-ukuran tertentu yang Tahun 2004 tentang perimbangan

dapat mengukur keberhasilan suatu keuangan antara pemerintah pusat dan

organisasi atau perusahaan dalam daerah (Samu,2005) di artikan sebagai

menghasilkan laba.Sedangkan menurut uang yang masuk ke kas daerah, atau

AIA (2007:5) Kinerja keuangan adalah penerimaan yang didapat pemerintah

perusahaan dalam daerah meliputi pendapatan daerah dan

kemampuan

mengelola dan mengendalikan sumber pembiayaan.

daya yang dimilikinya. bersumber dari PAD, dana perimbangan

Pendapatan

daerah

Pengertian kinerja keuangan dan lain-lain pendapatan yang sah.

menunjukkan kaitan yang cukup erat Sedangkan pembiayaan bersumber dari

dengan penilaian mengenai sehat atau sisa lebih perhitungan anggaran daerah,

sehatnya suatu penerimaan pinjaman daerah, dana

tidak

perusahaan.Sehingga jika kinerjanya cadangan daerah dan hasil penjualan

baik, maka baik pula tingkat kesehatan kekayaan daerah yang dipisahkan.

perusahaan tersebut. Secara garis besar sumber-

keuangan menurut sumber penerimaan atau cara-cara yang

Kinerja

Mulyadi (2007) adalah penentuan secara ditempuh

oleh pemerintah untuk periodic efektifitas operasional suatiu mendapatkan dana pada dasarnya dapat

atau karyawannya digolongkan antara lain sebagai berikut:

organisasi

berdasarkan sasaran, standar,dan telah ditetapkan sebelumnya.

2.5. Analisis Rasio Keuangan Daerah

yang diperlukan daerah. Rasio ini juga

A. Rasio Kemandirian Keuangan

pemerintah daerah terhadap sumber dana Rasio kemandirian

eksternal. Semakin tinggi rasio ini, maka daerah

keuangan

tingkat ketergantungan daerah terhadap pemerintah daerah dalam membiayai

menunjukkan

kemampuan

pihak eksternal semakin rendah, begitu sendiri

kegiatan

pemerintahan,

pula sebaliknya.

pembangunan dan pelayanan kepada

B. Rasio Eefektivitas Keuangan

masyarakat. Rasio kemandirian dihitung

Daerah

dengan membagi totall PAD dengan Pengertian efektivitas total belanja daerah dalam satuan persen

dengan derajat (Suyana, 2008).

berhubungan

keberhasilan suatu operasi pada sektor Semakin tinggi rasio ini berarti

sehingga suatu kegiatan tingkat ketergantungan daerah terhadap

publik

dikatakan efektif jika kegiatan tersebut bantuan pihak pemerintah pusat dan

mempunyai pengaruh besar terhadap provinsi semakin rendah, demikian pula

kemampuan menyediakan pelayanan sebaliknya.

masyarakat yang merupakan sasaran menggambarkan

yang telah ditetapkan sebelumnya. Rasio masyarakat dalam pembangunan daerah.

tingkat

partisipasi

merupakan tingkat Semakin tinggi rasio ini berarti semakin

efektivitas

pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan tinggi partisipasi masyarakat dalam

atau prestasi yang dicapai oleh membayar pajak dan retribusi daerah

pemerintah daerah yang diukur dengan yang merupakan komponen dari PAD.

membandingkan realisasi pendapatan Secara

dengan anggaran pendapatan, dalam kemandirian

sederhana

rasio

satuan persen (Suyana, 2008). sebagai berikut (Mahsun dalam Suyana,

dapat

diformulasikan

Rasio efektivitas diukur dengan 2008) :

: (Suyana Utama, 2008).

Tabel 2.1 Pola Hubungan Tingkat

Nilai efektivitas diperoleh dari

Kemandirian dan Kemampuan

perbandingan

sebagaimana tersebut

diatas, diukur dengan kriteria penilaian Kemampu

Keuangan Daerah

kinerja keuangan (Mahsun, 2006: 187). an

Tabel 2.2 Efektivitas Keuangan

Keuangan an (%)

Daerah

Rendah

Efektifitas Keuangan Rasio Sekali

– 25 0 Instr

Daerah Otonom dan Efektifitas Rendah

Sangat Efektif

>90 - 100 Tinggi

Cukup Efektif

>80 - 90

Kurang Efektif >60 - 80 Sumber : Mashun (2006).

gatif

≤60 Rasio kemandirian keuangan

Tidak Efektif

Sumber : Mahsun (2006:187). daerah atau yang sering disebut sebagai otonomi

fiskal

menunjukkan

C. Rasio Efisiensi Keuangan Daerah

kemampuan daerah dalam membiayai

efisiensi merupakan sendiri

Rasio

tingkat pencapaian pelaksanaan suatu pembangunan, dan pelayanan kepada

kegiatan

pemerintahan,

kegiatan atau prestasi yang dicapai oleh masyarakat yang telah membayar pajak

pemerintah daerah yang diukur dengan dan retribusi sebagai sumber pendapatan

membandingkan realisasi belanja dengan membandingkan realisasi belanja dengan

menggunakan ukuran efisiensi tersebut, Semakin kecil rasio ini, maka semakin

maka penilaian kinerja keuangan dapat efisien, begitu pula sebaliknya. Pada

ditentukan sebagai berikut (Mahsun, sektor pelayanan masyarakat adalah

suatu kegiatan yang dilakukan dengan

Tabel 2.4 Keserasian Belanja

baik dan pengorbanan seminimal

Keuangan Daerah

mungkin. Keserasian Belanja Rasio Rasio efisiensi diukur dengan

Keuangan Daerah Efektifitas (Suyana, 2008) .

Otonom

0 – 20 perbandingan antara realisasi belanja

Dengan mengetahui

hasil

Sangat Efisien

>20 – 40 dan anggaran belanja daerah dengan

Efisien

Cukup Efisien >40 – 60 menggunakan ukuran efisiensi tersebut,

Kurang Efisien >60 – 80 maka penilaian kinerja keuangan dapat

Tidak Efisien >90 – 100 ditentukan (Mahsun, 2006).

Sumber : Mahsun (2006:187).

Tabel 2.3 Efisiensi Keuangan

E. Rasio Upaya Fiskal Daerah

Rasio Upaya fiskal Bagian ini Efisiensi Keuangan

akan mengukur tingkat kemampuan Daerah Otonom dan

Rasio

mencapai target Kemampuan

Pendapatan Asli Daerah (PAD). Keuangan

Semakin tinggi hasil rasionya, Sangat Efisien

akan semakin terlihat bahwa upaya Efisien

pemerintah daerah semakin lebih baik Cukup Efisien

>60 - 80

dan adanya perencanaan yang baik Kurang Efisien

>80 - 90

dalam mengelola pendapatan. Tidak Efisien

>90 - 100

F. Rasio Desentralisasi Fiskal

Sumber : Mahsun (2006:187) Rasio Desentralisasi Fiskal, Ukuran ini menunjukkan kewenangan

D. Rasio Keserasian Belanja

dan tanggung jawab yang diberikan Rasio

pemerintah pusat kepada pemerintah menggambarkan bagaimana pemerintah

keserasian

daerah untuk menggali dan mengelola daerah memprioritaskan alokasi dananya

pendapatan.

pada belanja aparatur dan belanja

pelayanan publik secara optimal. Dalam

Tabel 2.6. Kerangka Pemikiran

penelitian ini digunakan proprosi belanja

publik karena belanja publik secara

Pajak Daerah

langsung dimaksudkan untuk dapat meningkatkan

kesejahteraan

hidup

masyarakat. Rasio keserasian diukur

dengan membandingkan realisasi total Kinerja belanja publik dengan total belanja

Retribusi

Keuangan daerah dalam satuan persen (Suyana,

Penghasilan

Secara sedarhana

rasio

Perusahaan

keserasian belanja dapat diformulasikan sebagai berikut (Suyana, 2008).

Dengan mengetahui

hasil

Lain-lain pendapatan

perbandingan antara realisasi belanja

yang sah yang sah

2.8. Penelitian Terdahulu

daerah. Hal ini bertujuan untuk

a. Eko Santoso pada tahun 2011, mempercepat pembangunan daerah melakukan penelitian dengan judul

dalam rangka meningkatkan pelayanan Efisiensi dan Efektifitas pengelolaan

kepada masyarakat. Namun demikian, keuangan daerah di Kabupaten Ngawi.

adanya konsekuensi Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengingat

kewajiban yang harus dibayar atas mengetahui tingkat efektifitas dan

pinjaman pemerintah efisiensi pengelolaan keuangan daerah

pelaksanaan

daerah dimaksud, seperti angsuran dari sisi keuangan daerah. Alat analisis

pokok, biaya bunga, denda, dan biaya yang digunakan untuk mengatahui

lainnya, pemerintah daerah akan terus pelaksanaan

pengelolaan keuangan mengedepankan prinsip kehati-hatian daerah adalah dengan penjabaran secara

(prudential management), profesional, deskriptif yang meliputi: penyajian data,

dan tepat guna dalam penggunaan dan penarikan kesimpulan/Verifikasi.

potensi pinjaman daerah tersebut agar Sedangkan untuk mengetahui tingkat

tidak menimbulkan dampak negatif bagi efektifitas dan efisiensi pengelolaan

keuangan daerah. Selain itu juga dibuka keuangan daerah menggunakan rasio

peluang bagi pemerintah daerah untuk efisiensi dan rasio efektifitas. Hasil

menggalang dana pinjaman pemerintah analisis efisiensi pengelolaan keuangan

daerah yang bersumber dari masyarakat menunjukkan bahwa perhitungan dan

sebagai salah satu sumber pendanaan formulsi

tingkat efisiensi

secara

daerah.

keseluruhan rata-rat adalah sebesar

C. Cherrya Dhia Wenny STIE MDP 97,53% ini menunjukkan bahwa tingkat

2012 dengan Judul , Analisis Pengaruh efisisensi masih rendah karena hasilnya

Asli Daerah (PAD) kutang dari 100%. Hal ini menunjukkan

Pendapatan

Terhadap Kinerja Keuangan Pada bahwa pemerintah daerah masih boros

Pemerintah Kabupaten dan Kota Di dalam menggunakan anggarannya.

Propinsi Sumatera Selatan. Penelitian ini

b. Indah Yuliani Mone 2014 dengan bertujuan untuk mengetahui bagaimana Judul, Pengaruh Pengelolaan Keuangan

pendapatan Asli Daerah (PAD) secara Daerah Terhadap Kinerja Ekonomi

simultan maupun parsial mempengaruhi Daerah di Kabupaten Pangkep. Hasil

kinerja keuangan pada pemerintah penelitian menunjukkan bahwa apabila

kabupaten dan kota di Provinsi realisasi pembiayaan daerah meningkat

Sumatera Selatan. Data yang digunakan maka akan menurunkan kinerja ekonomi

adalah laporan APBD dan Laporan daerah. Kebijakan pembiayaan daerah,

Realisasi APBD kabupaten dan kota di dari

aspek penerimaannya akan Provinsi Sumatera Selatan dari tahun diarahkan untuk meningkatkan akurasi

2005-2009 yang dipublikasikan di pembiayaan yang bersumber dari sisa

Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera lebih perhitungan anggaran sebelumnya

Selatan. Metode analisis yang digunakan (SiLPA), pencairan dana cadangan, hasil

adalah analisis kuantitatif, dengan model penjualan kekayaan daerah yang

regresi berganda. Hasil penelitian dipisahkan,

menunjukkan bahwa Pendapatan Asli daerah, penerimaan kembali pemberian

penerimaan

pinjaman

Daerah (PAD) secara simultan memiliki pinjaman dan penerimaan piutang

pengaruh terhadap kinerja keuangan, daerah. Terkait dengan pinjaman daerah,

namun, secara parsial hanya lain-lain Pemerintah Pusat telah membuka

yang sah yang dominan kesempatan bagi pemerintah daerah

PAD

kinerja keuangan, yang memenuhi persyaratan, untuk

mempengaruhi

sedangkan pajak daerah, retribusi sedangkan pajak daerah, retribusi

PDRB serta jumlah penduduk yang mempengaruhi kinerja keuangan pada

daerah

tidak dominan

diperoleh dari Badan Pusat Statistik pemerintah kabupaten dan kota di

Kota Makassar. Data sekunder yang Provinsi Sumatera Selatan.

akan dipergunakan tersebut bersifat

2.8. Hipotesis Penelitian

runtut waktu (time series) lima tahun Berdasarkan

dari tahun anggaran 2011 sampai sebelumnya, maka dapat disimpulkan

pada

teori

dengan tahun anggaran 2016. Seluruh suatu kerangka fikir yang berfungsi

data tersebut dikumpulkan dengan sebagai penuntun, alur fikir dan

metode observasi non perilaku yaitu sekaligus sebagai dasar dalam penelitian

dilakukan dengan mengamati secara adalah sebagai berikut :

langsung

dokumen APBD Kota

c. Diduga bahwa Pendapatan Asli

Makassar.

Daerah (PAD) berpengarh terhadap

3.3. Metode Analisis

kinerja keuangan pemerintah Kota Penulis menggunakan desain Makassar Sulawesi Selatan

kausal dalam penelitian ini. Desain

b. Diduga bahwa

untuk mengukur komponen Pendapatan Asli Daerah

kekuatan hubungan antara dua variabel (PAD) dominan mempengaruhi

atau lebih, juga menunjukkan arah kinerja keuangan pemerintah Kota

hubungan antara variabel bebas dengan Makassar Sulawesi Selatan periode

variabel terikat (Kuncoro, 2001). 2011 – 2016.

Penelitian ini menggunakan

3. METODE PENELITIAN

model regresi berganda yaitu regresi

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

yang memiliki satu variabel dependen Penelitian ini dilaksanakan di

dan lebih dari satu variabel independen Dinas Pendapatan Kota Makassar

dimana model persamaannya sebagai selama periode 2011-2016, sedangkan

berikut :

waktu yang direncanakan

untuk

Y= α + β1X1+ β2X2 + β3X3 + β4X4 +

penelitian adalah 2 (dua) bulan yaitu

dari bulan Maret sampai dengan bulan

Keterangan :

Mei 2017. Y : Kinerja (Variabel dependen)

Α : Konstanta.

3.2. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini tidak X1 : Pajak daerah (Variabel independen) diperlukan sampel karena menggunakan

X2 : Retribusi daerah (Variabel data sekunder yang terbatas pada

independen

laporan realisasi APBD. Data yang X3 : Hasil perusahaan dan kekayaan digunakan terbatas pada data berapa

daerah yang dipisahkan (Variabel jumlah realisasi APBD yang akan

independen)

digunakan untuk menganalisis kinerja X4 : Lain-lain pendapatan asli daerah keuangan pemerintah kota Makassar dan

yang sah (Variabel independen) Pendapatan Asli Daerah Kota Makassar.

ε : Tingkat kesalahan pengganggu Sedangkan faktor-faktor lain non

3.4. Definisi Operasional Variabel

finansial yang berpengaruh terhadap

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) laporan realisasi APBD Kota Makassar

merupakan semua penerimaan daerah dianggap konstan.

yang berasal dari sumber ekonomi asli Data yang akan dikumpulkan

daerah, kelompok pendapatan asli dan dianalisis dalam penelitian ini

daerah (PAD) dipisahkan menjadi empat adalah data sekunder berupa laporan

jenis Yaitu : Pajak Daerah, Retribusi perhitungan APBD yang dikumpulkan

Daerah, Hasil Perusaan, Lain-lain PAD dari Dinas Pendapatan, Pengelolaan

Yang sah.

efisiensi keuangan pemerintah provinsi

2. Rasio kemandirian keuangan

4. Rasio

pemerintah adalah tingkat pencapaian kemampuan

menunjukkan

pelaksanaan suatu kegiatan atau prestasi membiayai

pemerintah

dalam

yang dicapai oleh pemerintah yang pemerintahan,

sendiri

kegiatan

diukur dengan membandingkan realisasi pelayanan kepada masyarakat yang

pembangunan

dan

belanja dengan anggaran belanja yang dihitung dengan membagi total PAD

telah ditetapkan, dalam satuan persen. dengan total belanja daerah dalam

5. Rasio keserasian belanja daerah satuan persen.

menggambarkan bagaimana pemerintah

memprioritaskan alokasi adalah rasio yang digunakan untuk

3. Rasio

efektivitas keuangan

Provinsi

dananya pada belanja pelayanan publik mengukur

secara optimal yang diukur dengan merealisasikan

efektivitas

dalam

membandingkan realisasi total belanja merupakan

pendapatan

dan

publik dengan total belanja daerah pelaksanaan suatu kegiatan atau prestasi

tingkat

pencapaian

dalam satuan persen. yang dicapai oleh pemerintah Kota

Dalam mengukur kinerja Keuangan Makassar

melalui Pajak, Retribusi, pendapatan membandingkan realisasi pendapatan

perusahan dan lain-lain pendapatan yang dengan anggaran pendapatan, dalam

sah.

satuan persen.

Tabel 4.1.3. Belanja Daerah Kota Makassar 2011-2016 Tahun

Berdasarkan table belanja daerah pada tahun 2014, belanja daerah yang tersedia tahun 2011, belanja daerah yang tersedia

Rp.84.690.454.000, yang sebesar Rp. 75.428.724.000, yang

sebesar

digunakan sebesar Rp. 71.304.041.541, digunakan sebesar Rp. 65.651.091.687

atau 84,19%, tahun 2015, belanja daerah atau 87,04%, tahun 2012 belanja daerah

tersedia sebesar tersedia sebesar Rp. 92.528.981.000,

yang

Rp.88.646.140.900, yang digunakan yang

sebesar Rp. 64.640.408.341, atau 81.989.404.332, atau 88,61%, tahun

72,50%, tahun 2016, belanja daerah 2013, belanja daerah yang tersedia

tersedia sebesar Rp. 134.075.758.000, sebesar Rp. 81.989.404.332, yang

digunakan sebesar Rp. digunakan sebesar Rp. 73.373.004.705

yang

69.501.978.759, atau 51,84 %

Tabel 4.1.4 Tabel Kontribusi PAD dan Dana Perimbangan terhadap APBD Kota Makassar

No Tahun

PAD

Dana Perimbangan

Jumlah Pendapatan

1 2011 Rp.277.226.961.668 68,95

Rp.124.804.208.709

31,04 Rp.402.031.170.377

2 2012 Rp.395.659.198.905 71,13

Rp.160.543.559.310

28,86 Rp.556.202.758.215

12,46 Rp.879.579.142.505 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar Tahun 2017

Rp.109.645.984.333

Pada table Kontribusi tersebut Rp. 526.508.187.511 (86,02%) pada menunjukkan

tahun 2014, ketergantungan sebesar Rp. dalam pelaksanaan otonomi daerah kota

ketergantungan fiskal

(13,05%) dan Makassar tahun 2011, ketergantungan

PAD sebesar Rp. fiskal sebesar Rp. 124.804.208.709

kemanpuan

569.793.996.657 (86,94%) pada tahun (31,04%), dan kemampuan PAD nya

2015 ketergantungan sebesar Rp. sebesar Rp. 277.226.961.668 (68,95%)

(14,53%) dan dari

PAD sebesar Rp. ketergantungan fiskal sebesar Rp.

total

APBD tahun

kemanpuan

644.748.988.242 (85.46%) Pada tahun 160.543.559.310

2016 ketergantungan sebesar Rp. kemanpuan

dan

(12,46%) dan 395.659.198.905 (71,13%) Tahun 2013

PAD sebesar Rp. ketergantungan

kemampuan

769.933.158.172 (87,53%). (13,97%) dan kemanpuan PAD sebesar

Tabel 4.1.5. Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Makass ar Tahun 2011-2016.

No. Tahun

Rp.769.933.158.172 71,56% mencapai sebesar Rp. 526.508.187.511,

Sumber: Dinas Pendapatan Daerah

atau 133,07%, tahun 2014, target

Kota Makassar tahun

direncanakan

mencapai Rp.

yang terealisasi Berdasarkan target dan realisasi

sebesar Rp. 569.793.996.657, atau, dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah

83%, tahun 2015, target direncanakan tersebut pada tahun 2011, target

mencapai Rp. 801.449.943.000, yang direncanakan

sebesar Rp. 269.892.056.000, yang relisasi sebesar

644.748.988.242, atau 80%, tahun 2016, Rp. 277.226.961.668, atau 102%, tahun

target direncanakan mencapai Rp. 2012 target direncanakan mencapai Rp.

yang terealisasi 347.594.900.000,

sebesar Rp. 769.933.158.172 dengan sebesar Rp. 395.659.198.905, atau

yang

realisasinya

persentase 71,56%. 113% berbeda 100% dari tahun

4.2 Hasil Penelitian

sebelumnya,

tahun

4.2.1 Deskripsi Variabel Kinerja

terhadap variabel 395.659.198.905,

kinerja keuangan kota Makassar pada kinerja keuangan kota Makassar pada

dibagi dengan total belanja daerah penelitian ini, variabel kinerja keuangan

sebesar Rp. 81.989.404.332 dengan pemerintah

hasil persentase 4,82 %, pada tahun menggunakan analisis rasio keuangan

dapat diukur

dengan

mencapai Rp. daerah antara lain dapat dideskripsikan

PAD

526.508.187.511, dibagi dengan total sebagai berikut :

belanja

daerah sebesar Rp.

A. Rasio Kemandirian

73.373.004.705 dengan hasil persentase Rasio kemandirian keuangan

7,17 %, pada tahun 2014, PAD daerah

mencapai Rp. 569.793.996.657, dibagi pemerintah daerah dalam membiayai

menunjukkan

kemampuan

dengan total belanja daerah sebesar Rp. sendiri kegiatan pemerintahan. Hasil

71.304.041.541 dengan hasil persentase perhitungan rasio kemandirian PAD

7,99 %, tahun 2015 PAD mencapai Rp Makassar dapat dilihat pada Tabel 4.1.6

644.748.988.242 dibagi dengan total berikut ini :

daerah sebesar Rp. 64.648.408.341 dengan hasil persentase Tabel 4.1.6 Hasil Perhitungan Rasio

belanja

9,97 %, tahun 2016 PAD mencapai Rp Kemandirian Pendapatan

769.933.158.172 dibagi dengan total Daerah Kota Makassar.

belanja

daerah sebesar Rp.

TAHUN PAD

Total Be lanja Dae rah 69.501.978.759 dengan hasil persentase Pe rse ntase (%)

B. Rasio Efektivitas 7,17

Rasio efektivitas 7,99 merupakan

Rp.69.501.978.759 2016 tingkat pencapaian pelaksanaan suatu 11,07

kegiatan atau prestasi yang dicapai oleh

Sumber : Lampiran 1 pemerintah daerah yang diukur dengan

membandingkan realisasi pendapatan Berdasarkan perhitungan rasio dengan anggaran pendapatan, dalam Kemandirian Pendapatan Daerah Kota satuan persen (Suyana, 2008) Makassar pada tahun 2011, PAD

perhitungan rasio mencapai Rp. 277.226.961.668, dibagi efektivitas keuangan PAD Makassar dengan total belanja daerah sebesar dapat dilihat pada Tabel 4.1.7 berikut ini Rp.65.651.019.687

persentase 4,22%, pada tahun 2012,

TAHUN Realisasi Pendapatan Anggarn. Pendapatan Persentase (%) 2011

Rp.227.226.961.668 Rp. 269.892.056.000 0,84 2012

Rp.395.659.198.905 Rp. 347.594.900.000 1,13 2013

Rp.526.508.187.511 Rp. 395.659.198.905 1,33 2014

Rp.569.793.996.657 Rp. 681.762.822.000 0,83 2015

Rp.664.748.988.242 Rp. 801.449.943.000 0,82 2016

Rp.769.933.158.172 Rp.1.075.879.830.000 0,71

Sumber: Lampiran 1

dibagi dengan Berdasarkan perhitungan rasio

Anggaran Pendapatan daerah sebesar Efektifitas Pendapatan Daerah Kota

Rp. 347.594.900.000 dengan hasil Makassar pada tahun 2011, Realisasi

persentase 1,13 %, pada tahun 2013, Pendapatan

Realisasi Pendapatan mencapai Rp. 277.226.961.668,

mencapai

Rp.

dibagi dengan Anggaran Pendapatan daerah sebesar

Anggaran Pendapatan daerah sebesar Rp. 269.892.056.000 dengan hasil

Rp. 395.659.198.905 dengan hasil persentase 0,84%, pada tahun 2012,

persentase 1,33 %, pada tahun 2014, Realisasi Pendapatan mencapai Rp.

Realisasi Pendapatan mencapai Rp.

569.793.996.657, dibagi

dengan

C. Rasio Efisiensi

Anggaran Pendapatan daerah sebesar

efisiensi merupakan Rp. 681.762.822.000 dengan hasil

Rasio

tingkat pencapaian pelaksanaan suatu persentase 0,83 %, tahun 2015 Realisasi

kegiatan atau prestasi yang dicapai oleh Pendapatan

pemerintah daerah yang diukur dengan 644.748.988.242

mencapai

Rp

realisasi belanja Anggaran Pendapatan daerah sebesar

dengan anggaran belanja yang telah Rp. 801.449.943.000 dengan hasil

ditetapkan, dalam satuan persen persentase 0,82 %, tahun 2016 Realisasi

(Suyana, 2008).Hasil perhitungan rasio Pendapatan

efisiensi PAD Makassar dapat disajikan 769.933.158.172

Anggaran Pendapatan daerah sebesar Tabel 4.1.8 berikut ini :

TAHUN Realisasi Belanja Daerah Anggarn. Belanja Persentase (%)

Daerah

2011 Rp. 65.651.019.687 Rp. 75.428.724.000 0,87

2012 Rp. 81.989.404.332 Rp. 92.528.981.000 0,88

2013 Rp. 73.373.004.705 Rp. 81.989.404.332 0,89

2014 Rp. 71.304.041.541 Rp. 84.690.454.000 0,84

2015 Rp. 64.648.408.341 Rp. 88.646.140.900 0,72

2016 Rp. 69.501.978.759 Rp. 134.075.758.000 0,51

Sumber: Lampiran 1 92.528.981.000 dengan hasil Berdasarkan perhitungan rasio Rasio

persentase 0,88 %, pada tahun 2013, efisiensi Pendapatan Daerah Kota

Realisasi Belanja Daerah sebesar Rp. Makassar pada tahun 2011, Realisasi

dibagi dengan Belanja

Anggaran Belanja daerah daerah sebesar 65.651.019.687,

Rp. 81.989.404.332 dengan hasil Anggaran Belanja daerah sebesar Rp.

dibagi

dengan

persentase 0,89 %, pada tahun 2014, 75.428.724.000 dengan hasil persentase

Realisasi Belanja Daerah sebesar Rp. 0,87%, pada tahun 2012, Realisasi

dibagi dengan Belanja

Anggaran Belanja daerah sebesar Rp. 81.989.404.332,

84.690.454.000 dengan hasil persentase Anggaran Belanja daerah sebesar

dibagi

dengan

0,84%, tahun 2015 Realisasi Belanja Rp. Rp. 1.075.879.830.000 dengan

Daerah sebesar Rp 64.648.408.341 hasil persentase 0,71 %,

dibagi dengan Anggaran Belanja daerah sebesar Rp. 88.646.140.900 dengan hasil persentase 0,72 %, tahun 2016

Realisasi Belanja Daerah sebesar Rp 69.501.978.759

dibagi dengan Anggaran Belanja daerah sebesar Rp.

dengan hasil

persentase 0,51 %.

D. Rasio Keserasian Belanja

keserasian menggambarkan bagaimana pemerintah

Rasio

daerah

memprioritaskan alokasi memprioritaskan alokasi

disajikan pada Tabel 4.1.8 berikut ini : optimal.

Hasil perhitungan rasio

TAHUN Belanja Layanan Publik Total Belanja Daerah Persentase (%) 2011

Sumber: Lampiran 1 Berdasarkan perhitungan rasio

84.690.454.000 dengan hasil persentase keserasian

belanja Daerah Kota 1,18%, tahun 2015 Realisasi Belanja Makassar pada tahun 2011, Realisasi

Daerah sebesar Rp 64.648.408.341 Belanja

dibagi dengan Anggaran Belanja daerah 75.428.724.000,

sebesar Rp. 88.646.140.900 dengan Anggaran Belanja daerah sebesar Rp.

dibagi

dengan

hasil persentase 1,37%, tahun 2016 65.651.019.687 dengan hasil persentase

Realisasi Belanja Daerah sebesar Rp 1,14%, pada tahun 2012, Realisasi

dibagi dengan Belanja

Anggaran Belanja daerah sebesar Rp. 81.989.404.332,

dengan hasil Anggaran Belanja daerah sebesar Rp.

92.528.981.000 dengan hasil persentase

D. Rasio Upaya Fiskal

1,12 %, pada tahun 2013, Realisasi Rasio Upaya fiskal mengukur Belanja

tingkat kemampuan daerah dalam 73.373.004.705,

mencapai target Pendapatan Asli Daerah Anggaran Belanja daerah daerah sebesar

dibagi

dengan

(PAD). Semakin tinggi hasil rasionya, Rp. 81.989.404.332 dengan hasil

akan semakin terlihat bahwa upaya persentase 1,11 %, pada tahun 2014,

pemerintah daerah semakin lebih baik Realisasi Belanja Daerah sebesar Rp.

dan adanya perencanaan yang baik 71.304.041.541,

dalam mengelola pendapatan. Anggaran Belanja daerah sebesar Rp. Hasil perhitungan rasio Upaya Fiskal PAD Makassar dapat disajikan pada Tabel 4.1.9 berikut ini :

dibagi

dengan

TAHUN Realisasi Pendapatan Anggarn. Pendapatan Persentase (%) 2011

Rp.227.226.961.668 Rp. 269.892.056.000 0,84 2012

Rp.395.659.198.905 Rp. 347.594.900.000 1,13 2013

Rp.526.508.187.511 Rp. 395.659.198.905 1,33 2014

Rp.569.793.996.657 Rp. 681.762.822.000 0,83 2015

Rp.664.748.988.242 Rp. 801.449.943.000 0,82 2016

Rp.769.933.158.172 Rp.1.075.879.830.000 0,71

Sumber: Lampiran 1 Berdasarkan perhitungan rasio

pada tahun 2011, Realisasi Pendapatan Upaya Fiskal Daerah Kota Makassar

mencapai Rp. 277.226.961.668, dibagi mencapai Rp. 277.226.961.668, dibagi

Efektifitas Pendapatan Daerah Kota hasil persentase 0,84%, pada tahun

Makassar pada tahun 2011, Realisasi 2012, Realisasi Pendapatan mencapai

mencapai Rp. Rp. 395.659.198.905, dibagi dengan

Pendapatan

dibagi dengan Anggaran Pendapatan daerah sebesar

Anggaran Pendapatan daerah sebesar Rp. 347.594.900.000 dengan hasil

Rp. 269.892.056.000 dengan hasil persentase 1,13 %, pada tahun 2013,

persentase 0,84%, pada tahun 2012, Realisasi Pendapatan mencapai Rp.

Realisasi Pendapatan mencapai Rp. 526.508.187.511,

dibagi dengan Anggaran Pendapatan daerah sebesar

Anggaran Pendapatan daerah sebesar Rp. 395.659.198.905 dengan hasil

Rp. 347.594.900.000 dengan hasil persentase 1,33 %, pada tahun 2014,

persentase 1,13 %, pada tahun 2013, Realisasi Pendapatan mencapai Rp.

Realisasi Pendapatan mencapai Rp. 569.793.996.657,

dibagi dengan Anggaran Pendapatan daerah sebesar

Anggaran Pendapatan daerah sebesar Rp. 681.762.822.000 dengan hasil

Rp. 395.659.198.905 dengan hasil persentase 0,83 %, tahun 2015 Realisasi

persentase 1,33 %, pada tahun 2014, Pendapatan

Realisasi Pendapatan mencapai Rp. 644.748.988.242

mencapai

Rp

dibagi dengan Anggaran Pendapatan daerah sebesar

Anggaran Pendapatan daerah sebesar Rp. 801.449.943.000 dengan hasil

Rp. 681.762.822.000 dengan hasil persentase 0,82 %, tahun 2016 Realisasi

persentase 0,83 %, tahun 2015 Realisasi Pendapatan

mencapai Rp 769.933.158.172

dibagi dengan Anggaran Pendapatan daerah sebesar

Anggaran Pendapatan daerah sebesar Rp. 1.075.879.830.000 dengan hasil

Rp. 801.449.943.000 dengan hasil persentase 0,71 %,

persentase 0,82 %, tahun 2016 Realisasi

D. Rasio Desentralisasi Fiskal

mencapai Rp Rasio Desentralisasi Fiskal,

Pendapatan

dibagi dengan menunjukkan kewenangan dan tanggung

Anggaran Pendapatan daerah sebesar jawab yang diberikan pemerintah pusat

Rp. 1.075.879.830.000 dengan hasil kepada

pemerintah daerah untuk persentase 0,71 %. menggali dan mengelola pendapatan.

4.3. Analisis Statistik Deskriptif

Data dalam penelitian ini Desentarlisasi Fiskal PAD Makassar

Hasil perhitungan

rasio

berupa data laporan realisasi dan target dapat disajikan pada Tabel 4.1.10

Kota Makassar Provinsi berikut ini :

APBD

Sulawesi Selatan dari tahun 2011-2012.

TAHUN Realisasi Pendapatan Anggarn. Pendapatan Kinerja Keuangan merupakan variabel Persentase (%) 2011

Rp.227.226.961.668 Rp. 269.892.056.000 terikat (dependent variable), sedangkan 3,70 2012

Rp.395.659.198.905 Rp. 347.594.900.000 variabel bebas dalam penelitian ini 1,13 2013

Rp.526.508.187.511 Rp. 395.659.198.905 adalah pajak daerah, retribusi daerah, 1,33 2014

Rp.569.793.996.657 Rp. 681.762.822.000 hasil perusahaan dan kekayaan daerah, 0,83 2015

Rp.664.748.988.242 Rp. 801.449.943.000 serta lain-lain PAD yang sah. Statistik 0,82 2016

Rp.769.933.158.172 Rp.1.075.879.830.000 deskriptif dari variabel 0,71 tersebut Sumber: Lampiran 1

dijelaskan dalam tabel berikut: Tabel 2: Nilai Analisis Deskriptif

Descriptive Statistics

Descriptive Statistics Descriptive Statistics

Maximum tahun yaitu data Mean 2011-2016.

4.2. Uji Asumsi Klasik Std. Deviation x1

Minimum

4,22 4.2.1. Uji Normalitas 1,4583

1,35803 Data menyebar di sekitar garis

x2

diagonal dan mengikuti arah garis 4,82 1,7017 1,53087 x3

diagonal 7,17 serta grafik histogramnya 2,1933 2,44440 menunjukkan pola berdistribusi normal.

2,89700 Pengujian normalitas juga dilakukan Y

3,70608 dengan menggunakan uji statistik non 2,6050

parametrik Kolmogrov-Smirnov (K-S). 11,07 4,17822 Valid N (listwise)

A 6 ,51

6 Nilai K-S dari pengolahan data Sumber : Hasil pengolahan data 2011-

tersebut sebesar 0,618 dan signifikansi 2016

sebesar 0,840 (0,840 > 0,05), maka Semua variabel memiliki nilai

disimpulkan bahwa data terdistribusi maksimum dan minimum positif. Data

secara normal.

tabel tersebut secara rinci dijelaskan sebagai berikut :

1. Variabel pajak daerah memiliki nilai minimum 0,84 dan maksimum 4,22 dengan rata-rata pajak daerah sebesar 1,4583 serta jumlah sampel dari perhitungan rasio selama 6 tahun yaitu data 2011-2016.

2. Variabel retribusi daerah memiliki nilai minimum 0,88 dan maksimum 4,82 dengan rata-rata retribusi

Gambar 2: Histogram dan P-Plot

daerah sebesar 1,7017 serta jumlah sampel dari perhitungan rasio selama 6 tahun yaitu data 2011- 2016.

3. Variabel hasil perusahaan dan kekayaan daerah memiliki nilai minimum 0,89 dan maksimum 4,82

perusahaan dan kekayaan daerah sebesar 2.1933 serta jumlah sampel

dari perhitungan rasio selama 6

Tabel 3 : Nilai Uji Statistik Non-Parametri tahun yaitu data 2011-2016. .4. Variabel lain-lain PAD yang sah

One-S ample Kolmogorov-S mirnov

memiliki nilai minimum 0,83 dan Standar maksimum 7,99 dengan rata-rata lain-lain PAD yang sah sebesar N

Normal

M ean

2,0833 serta jumlah sampel dari

Parameters a,b Std. Deviation

perhitungan rasio selama 6 tahun

yaitu Absolute data 2011-2016.

M ost

5. Positive Variabel kinerja memiliki nilai

Extreme

Differences Negative

minimum 0,72 dan maksimum 9,97

Kolmogorov-Smirnov Z

dengan rata-rata kinerja daerah

Asymp. Sig. (2-tailed)

sebesar 2,4200 serta jumlah sampel

Sumber : Hasil pengolahan data 2017

4.3. Analisis Regresi

Tabel 6 : Nilai Koefisien Regresi Untuk

4.3.1. Persamaan Regresi

Kinerja Keuangan Dengan Komponen PAD

Coefficients a Standardized

Unstandardized Coefficients

Coefficients

M odel

B Std. Error

Dependent Variable: Y Sumber : Hasil pengolahan data 2017

41,602 dengan asumsi variabel Berdasarkan tabel di atas, maka

lain tetap.

persamaan regresi sebagai berikut:

4.3.2. Analisis Koefisien Korelasi dan

Y=128,354 – 6,259 X1 – 17,802 X2 -

Koefisien Determinasi

14,301 X3 - 41,602 X4

Nilai koefisien korelasi (R) Keterangan:

sebesar 0,999 berarti korelasi antara  Konstanta sebesar 128,354

kinerja dengan variable independennya menunjukkan apabila tidak ada

(pajak daerah, retribusi daerah, hasil variabel indenden, maka kinerja

perusahaan dan kekayaan daerah, dan sebesar 128,354;

lain-lain PAD yang sah) sangat kuat  β1 sebesar 6,259 menunjukkan

karena lebih dari 0,5. Adjusted R square bahwa setiap kenaikan pajak

atau koefisien korelasi sebesar 0,998 daerah sebesar 1 % akan diikuti

berarti 99,8% variasi atau perubahan kenaikan kinerja sebesar 6,259

dalam kinerja dapat dijelaskan oleh dengan asumsi variabel lain

variasi dari pajak daerah, retribusi tetap ;

daerah, hasil perusahaan dan kekayaan  β2 sebesar 17,802 menunjukkan

daerah, serta lain-lain PAD yang sah, bahwa setiap kenaikan retribusi

sedangkan sisanya 5,9% dijelaskan oleh daerah sebesar 1 % akan diikuti

sebab-sebab lain.

kenaikan kinerja sebesar 17,802 Tabel 7: Koefisien Korelasi Antara dengan asumsi variabel lain

Kinerja Dengan Komponen PAD

tetap 

Model Summary β3 sebesar 14,301 menunjukkan b bahwa setiap kenaikan hasil

Adjusted R

perusahaan dan kekayaan daerah Std. Error

Model

R Square

Square

sebesar 1 % akan diikuti ,998 kenaikan kinerja sebesar 14,301 a. Predictors: (Constant), Efektifitas

1 ,999 a ,998

b. Dependent Variable: Kemandirian

dengan asumsi variabel lain tetap ;

4.4. Uji Hipotesis

 β4 sebesar 41,602 menunjukkan

4.4.1 Uji T (T-Test)

bahwa setiap kenaikan lain-lain Tabel 8: Nilai T-Hitung Untuk PAD yang sah sebesar 1 % akan

Komponen PAD

diikuti kenaikan kinerja sebesar

Coefficients a

Standardized

Unstandardized Coefficients

Coefficients

Model

t Sig. 1 (Constant)

B Std. Error

,609 ,805 ,569 a. Dependent Variable: Y

Sumber : Hasil pengolahan data 2017

keuangan pada kantor Tabel di atas menunjukkan :

kinerja

Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan

a. Variabel pajak daerah, t hitung < t menggunakan SPSS versi 17, diketahui tabel (0,985 < 6,259), Signifikansi

bahwa secara simultan, Pendapatan Asli menunjukkan angka > 0,05 Ho

Daerah (PAD) memiliki pengaruh diterima dan Ha ditolak, artinya

terhadap kinerja keuangan, namun, pajak daerah tidak berpengaruh

secara parsial hanya lain-lain PAD yang signifikan terhadap kinerja keuangan.

sah yang secara dominan berpengaruh

b. Variabel retribusi daerah, t hitung < t terhadap kinerja keuangan, sedangkan tabel (0,106 < 17,802), Signifikansi pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil

menunjukkan angka > 0,05 Ho perusahaan dan kekayaan daerah tidak diterima dan Ha ditolak, artinya

berpengaruh signifikan terhadap kinerja retribusi daerah tidak berpengaruh

keuangan.

signifikan terhadap kinerja keuangan.

Penelitian

ini juga

c. Variabel hasil perusahaan dan mengungkapkan bahwa besarnya nilai kekayaan daerah, besarnya, t hitung

Adjusted R Square sebesar 0,998 < t tabel (,127< 14,301), Signifikansi

menunjukkan 99,8% variasi atau menunjukkan angka > 0,05 Ho

dalam kinerja dapat diterima dan Ha ditolak, artinya hasil

perubahan

dijelaskan oleh variasi dari pajak perusahaan dan kekayaan daerah

retribusi daerah, hasil tidak

daerah,

perusahaan dan kekayaan daerah, serta terhadap kinerja keuangan

berpengaruh

signifikan

lain-lain PAD yang sah.

d. Variabel lain-lain PAD yang sah, t Pendapatan Asli Daerah (PAD) hitung > t tabel (0,805< 41,620),

secara simultan berpengaruh signifikan Signifikansi menunjukkan angka <

kinerja keuangan pada 0,05 Ha diterima dan Ho ditolak,

terhadap

pemerintah kota Makassar Provinsi artinya lain-lain PAD berpengaruh

Sulawesi Selatan, artinya keseluruhan signifikan terhadap kinerja keuangan

dari

komponen PAD sangat mempengaruhi kinerja keuangan pada

ANOVA b pemerintah kota Makassar Provinsi

Model

Sum of Squares

df Sulawesi Selatan sesuai dengan prinsip- Mean Square F Sig.

1 Regression

4 prinsip otonomi daerah. Penelitian juga 228,384 ,600 ,000 a

Residual

1 dilakukan untuk melihat bagaimana 380,843

Total

5 pengaruh Pendapatan Asli Daerah

a. Predictors: (Constant), x6, x1, x4, x3

(PAD) secara parsial terhadap kinerja

pada pemerintah kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan. Sumber : Hasil pengolahan data 2017

b. Dependent Variable: Y

keuangan

5.1. Kinerja Keuangan

5. PEMBAHASAN

A. Tingkat Kemandirian

Berdasarkan hasil pengujian Kemandirian keuangan daerah mengenai pengaruh PAD terhadap

menunjukkan kemampuan pemerintah

Kota Makassar dalam membiayai daerah, retribusi daerah, pendapatan sendiri

Perusahaan yang ada, sumbangan pihak Kemandirian

kegiatan

pemerintahannya.

ketiga (investor yang menanamkan ditunjukkan oleh perbandingan antara

keuangan

daerah

modalnya) atau yang berasal dari lain- PAD dengan total pendapatan daerah

lain pendapatan asli daerah yang sah. atau yang sering disebut dengan derajat

penelitian juga desentralisasi fiskal.

Hasil

menunjukkan bahwa pola hubungan PAD memegang peranan yang

pemerintah Kota dengan sangat penting, oleh karena itu PAD

antara

pemerintah pusat dan pemerintah diharapkan dapat menjadi bagian

provinsi selama I periode dapat terbesar dari seluruh penerimaan daerah

digolongkan menjadi pola hubungan dalam

yang delegatif, hal ini berarti bahwa penyelenggaraan

memobilisasi

dana

pemerintah Kota dan Provinsi telah Makassar, karena faktor penting dalam

pemerintah

kota

menjalankan amanat dan kebijakan yang kemampuan keuangan daerah dapat

sudah ditetapkan oleh pemerintah pusat dilihat dari PAD, sehingga tingkat

dan provinsi sehinggga sudah mampu ketergantungan terhadap pemerintah

mengatur rumah tangganya sendiri. pusat dan provinsi dapat dikurangi.

Tetapi dengan adanya upaya pemerintah Analisis tingkat kemandirian

untuk terus meningkatkan pendapatan keuangan pemerintah kota Makassar

asli daerah, maka akan mengurangi bertujuan

untuk mengetahui pola tingkat ketergantungan terhadap sumber hubungan antara pemerintah pusat dan

pendanaan yang berasal dari pemerintah pemerintah

pusat dan provinsi dan mampu memperlihatkan tingkat kemandirian

menjalankan fungsi otonomi daerah pemerintah d kota dalam melaksanakan

dengan baik.

penelitian ini juga keuangan pemerintah kota Makassar

otonomi daerah dan menilai kinerja

Hasil

mengindikasikan bahwa PAD berperan dalam

dalam meningkatkan keuangannnya sesuai dengan pola

kemandirian keuangan daerah. Hal ini hubungan dan tingkat kemampuan

sependapat dengan Dwirandra (2008), daerah.

dalam kaitannya dengan pemberian Hasil penelitian menunjukkan

kepada daerah dalam bahwa

otonomi

merencanakan, menggali, mengelola dan pemerintah kota Makassar Tahun 2016

kemandirian

keuangan

menggunakan keuangan daerah sesuai meningkat dibandingkan dengan Tahun

dengn kondisi daerah. PAD dapat 2011 , tetapi perbedaan peningkatan

dipandang sebagai salah satu indikator tersebut tidak bermakna terhadap

mengurangi ketergantungan perbedaan kinerja keuangan antara

untuk

pemerintah kabupaten kepada pusat Tahun 2011 dan Tahun 2016 .

yang pada prinsipnya semakin besar Peningkatan kemandirian keuangan

PAD dalam APBD akan menunjukkan pemerintah Kota Makassar Tahun 2011

semakin kecil ketergantungan daerah menunjukkan bahwa pemerintah Kota

kepada pemerintah pusat dan provinsi. Makassar telah berupaya untuk terus

Hasil penelitian ini sesuai meningkatkan pendapatan asli daerah

dengan penelitian Dacosta (2002) yang yang dimiliki dibandingkan pada tahun

meneliti tingkat kemandirian Kota sebelumnya, terbukti dari laporan

Kupang, menyatakan bahwa secara rata- perhitungan APBD Kota Makassar

rata derajat otonomi fiskal Kota Kupang tahun 2011-2016, rata-rata pendapatan

dikategorikan sangat kurang karena peningkatan seperti pemungutan pajak

daerah terus

mengalami

berada di bawah 25%.

Selain itu, penelitian ini juga Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun sesuai dengan penelitian yang dilakukan

2016 lebih efisien dibandingkan dengan oleh

tingkat efisiensi pengelolaan keuangan menyatakan bahwa terdapat tujuh

di tahun 2011, namun perbedaan kabupaten di Provinsi Bali yang

penurunan tingkat efisiensi tersebut memiliki tingkat kemandirian yang

tidak bermakna terhadap perbedaan sangat rendah (rasio KKD 0% sampai

kinerja keuangan antara tahun 2011 dan dengan 25%) sedangkan satu kabupaten

tahun 2016. Peningkatan efisiensi tergolong memiliki tingkat kemandirian

keuangan pemerintah Provinsi Sulawesi sedang (rasio KKD lebih dari 50%

Selatan di tahun 2016 terjadi karena sampai dengan 75%).

realisasi anggaran belanja pemerintah

B. Tingkat Efektivitas

Provinsi Sulawesi Selatan meningkat Tingkat efektivitas keuangan

siqnifikan terhadap total anggaran daerah digunakan untuk mengukur

belanja daerah yang telah ditetapkan, efektivitas

dengan kata lain, pemerintah Provinsi pendapatan pemerintah kota dan

dalam

merealisasikan

Selatan cenderung merupakan

Sulawesi

menggunakan seluruh anggaran belanja pelaksanaan suatu kegiatan atau prestasi

tingkat

pencapaian

yang ada.

yang dicapai oleh pemerintah Kota

D. Tingkat Keserasian Belanja

Makassar. Hasil penelitian menunjukkan

keserasian belanja bahwa tingkat efektivitas keuangan

Tingkat

menggambarkan bagaimana pemerintah pemerintah kota Makassar pada tahun

Kota memprioritaskan alokasi dananya 2016

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MUROTTAL AL QUR’AN TERHADAP RESPON FISIOLOGIS, KECEMASAN PRE OPERASI DAN GELOMBANG OTAK

0 1 5

PENGARUH RELAKSASI AUTOGENIC TERHADAP INSOMNIA PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSD BAGAS WARAS KLATEN

0 0 7

PENGARUH TERAPI SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) TERHADAP MOTIVASI BERHENTI MEROKOK PADA REMAJA

0 4 5

EFEKTIVITAS PEMBERIAN AROMATERAPILEMON TERHADAP KECEMASAN PADA LANSIA DI UNIT PELAYANAN LANJUT USIA BUDI DHARMA, UMBULHARJO YOGYAKARTA

0 1 5

PENGARUH IMPLEMENTASI MODERN DRESSING TERHADAP KUALITAS HIDUP PASIEN ULKUS DIABETIKUM

0 1 5

PENGARUH ACTIVE ASSISTIVE RANGE OF MOTION TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH 2 JAM POST-PRADIAL PADA PASIEN DENGAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS PUSKESMAS KERJA NGLETI KOTA KEDIRI

0 1 7

ANALISA HUBUNGAN ANTARA USIA MENARCHE, SIKAP TENTANG PRE-MENSTRUASI SINDROM TERHADAP PERILAKU DALAM MENGATASI PRE-MENSTRUASI SINDROM DI SMPN 1 MLATI YOGYAKARTA

0 0 5

PENGARUH TERAPI NAPAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI BALAI PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA UNIT ABIYOSO

0 0 6

PENGARUH KONFLIK PERAN GANDA, BEBAN KERJA DAN KELELAHAN KERJA (BURNOUT) DENGAN KINERJA PERAWAT WANITA DI RSUD I LAGALIGO KABUPATEN LUWU TIMUR

1 3 17

PENGARUH DUKUNGAN PIMPINAN, PENGEMBANGAN KARIR DAN KOMPENSASI TERHADAP MOTIVASI PERAWAT DALAM MELANJUTKAN PENDIDIKAN KEPERAWATN DI RSUD SALEWANGANG MAROS The Effect Of Support Leader, Career Development And Compensation Of Motivation Nurse In Continuing E

0 0 15