DUKUNGAN KADER POSYANDU TERHADAP PARTISIPASI AYAH PEDULI BALITA DALAM UPAYA PELAYANAN KESEHATAN POSYANDU CADERS SUPPORT FOR PARTICIPATION FATHER CARES CHILDREN UNDER FIVE IN HEALTH CARE SERVICE

  

DUKUNGAN KADER POSYANDU TERHADAP PARTISIPASI AYAH PEDULI

BALITA DALAM UPAYA PELAYANAN KESEHATAN

POSYANDU CADERS SUPPORT FOR PARTICIPATION FATHER CARES

CHILDREN UNDER FIVE IN HEALTH CARE SERVICE

Heni Maryati 1) , Monika Sawitri Prihatini 2)

  

Program Studi Diploma III Keperawatan STIKES Pemkab Jombang

email : nie.maryati@gmail.com, monika.sawitri@yahoo.co.id

Abstract

  

The success of this program is also depends on the good or the lack of community’s participation

and the success of the posyandu’s program.

  Posyandu cadres should provide support to the

community to dutifully bring their children to Posyandu every month. It most generally that it is

dominated by women but different things happened in father’s Posyandu in caring the children under

five become the first childhood posyandu in Jombang that accommodate the participation of father.

  This study aims to see how to c adre’s support for the participations of the under fives in todler health

effort. This research is descriptive with qualitative approach. Unit of analysis in this research is

posyandu cadre and father who participated in Posyandu dad caring toddler. The data collection

technique used is literature study, observation and direct interview. The results showed that cadre

support that encouraged the participation of fathers to deliver toddlers to posyandu included

emotional support, information support, real support and awards support. The participation of father

to bring their children to Posyandu increased in order to realize the gold generation expected

posyandu cadres continue to innovate, looking for new breakthrough in order to increase the success

of Posyandu to Posyandu Mandiri.

  Keywords: Support, Posyandu cadres, Participation, Father Care for Toddlers 1.

PENDAHULUAN

  Salah satu pembangunan kesehatan yang akan ditempuh sampai tahun 2025 adalah Semua Rukun warga/ lingkungan telah memiliki minimal satu posyandu aktif yang melaksanakan kegiatan minimum sebulan sekali (Depkes RI, 2009). Keberhasilan posyandu tergantung dari baik atau kurangnya peran serta masyarakat serta berhasil tidaknya program posyandu. Sudah menjadi hal yang umum kalau suasana posyandu balita didominasi kaum perempuan. Hal ini berbeda dengan kondisi posyandu ayah peduli di Dusun Rejoagung Desa Rejoagung yang dibentuk awal bulan Mei 2016. Kepedulian juga keterlibatan ayah dan kader laki laki ini di posyandu diharapkan menjadi sebuah bentuk kerjasama yang baik antara ayah juga ibu sebagai orang tua didalam memantau tumbuh kembang anak. Posyandu ayah peduli di Kabupaten Jombang ini merupakan pelopor dan akan menjadi pioneer. Tidak hanya di Jombang, bahkan posyandu ayah ini adalah salah satunya dan untuk pertama kalinya di Indonesia. Semoga keberadaan posyandu ayah peduli ini semakin terus ditingkatkan hingga menjadi posyandu mandiri untuk turut mewujudkkan generasi emas yang sehat, berakhlakl karimah, berbudi pekerti yang luhur serta diharapakan para kader posyandu diharapakan untuk terus berinovasi, mencari terobosan baru guna menghadapi permasalahan yang ada didalam (Dinkes Jombang, 2015). Partisipasi ayah peduli balita ini dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan eksternal, seperti pengetahuan, lama tinggal, usia, pekerjaan, kebiasaan, kebutuhan, keluarga, lokasi posyandu, dukungan struktur masyarakat, serta manfaat dari ikut berpartisipasi dalam kegiatan posyandu balita (Ife,2008). Kader Posyandu merupakan orang yang dipilih, bersedia, mampu dan memiliki waktu serta kepedulian terhadap kesehatan masyarakat secara sukarela. Peran kader dalam penyelenggaraan Posyandu sangat besar karena selain pemberi informasi kesehatan juga sebagai penggerak masyarakat untuk datang ke Posyandu (Kemenkes RI,2012). Dukungan dari kader untuk memotivasi masyarakat terutama para ayah untuk berpartisipasi dengan rutin daang ke Posyandu sangatlah penting. Dukungan tersebut diantaranya secara emosional, dukungan informasi, nyata, dan dukungan penghargaan.

  10 kepala keluarga (Zulkifli,2004). Kader Posyandu sendiri memiliki tugas sebagai berikut : Sebelum hari buka posyandu melakukan persiapan, menyebarluaskan informasi mengenai hari buka posyandu melalui pertemuan warga setempat, melakukan pembagian tugas antar kader, melakukan koordinasi dengan petugas kesehatan dan menyiapkan bahan penyuluhan dan pemberian makanan tambahan. Saat hari buka posyandu melakukan pendaftaran,, memberikan pelayana kesehatan, membimbing memberikan penyuluhan, memberikan layanan konsultasi maupun konseling, memotivasi, menyampaikan informasi, dan penghargaan dan melakukan pencatatan setiap kegiatan yang telah dilakuakan. Sesudah hari buka posyandu kader posyandu melakukan kunjungan, memotivasi masyarakat untuk memanfaatkan pekaranagan, penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat, mengadakan diskusi dengan masyarakat terkait kegiatan posyandu, serta mempelajari informasi Posyandu (Kementerian Kesehatan RI,2012). Kader posyandu perlu meningkatkan dukungan agar masyarakat terutama ayah peduli balita untuk berkunjung ke Posyandu. Dukungan kader posyandu yang mempengaruhi partisipasi ayah ikut mengantar istri atau mengantar sendiri anak balitanya ke Posyandu antara lain Dukungan emosional yaitu kader harus lebih proaktif mendampingi ibu atau ayah yang mengantar balita ke Posyandu ; Dukungan Informasi yatitu kader Posyandu perlu memberikan pengumuman tentang jadwal Posyandu, seperti memberikan pengumuman di masjid, arisan warga, pengajian, juga perlu membuat undangan untuk masyarakat agar mengetahui jadwal dan tempat dilaksanakannya Posyandu.; Dukungan nyata dimana kader Posyandu perlu mengkreasikan hidangan makanan dengan menghias aneka macam makanan dengan berbagai macam bentuk kreasi seperti bentuk hewan, agar anak –anak lebih tertarik untuk berkunjung ke Posyandu. Dukungan selanjutnya adalah dukungan Penghargaan yaitu kader Posyandu perlu memberikan reward kepada ayah yang rutin setiap bulan ikut mengantar istri atau mengantar sendiri anaknya berkunjung ke Posyandu seperti memberikan piagam atau hadiah (Firdausiyah Jinani,dkk, 2016).

  Pelayanan dan Pemeliharaan kesehatan tidak dapat ditangani seluruhnya oleh para dokter saja, apalagi kegiatan yang melibatkan kelompok masyarakat luas. Dokter membutuhkan bantuan para tenaga paramedis, sanitasi, gizi, ahli ilmu social dan juga anggota masyarakat yaitu tokoh masyarakat dan kader untuk melaksanakan program kesehatan (Departemen Kesehatan RI,2005). Kader kesehatan atau promotor kesehatan desa (prokes) adalah tenaga sukarelawan yang dipilih oleh dan dari masyarakat dan memiliki tugas untuk mengembangkan masyarakat. Depkes RI menyebutkan kader kesehatan adalah tenaga sukarela yang terdidik dan terlatih dalam bidang tertentu di tengah

  • – tengah masyarakat dan merasa berkewajiban untuk meningkatkan serta membina kesejahteraan masyarakat dengan ikhlas dan didasarkan panggilan jiwa untuk melaksanakan tugas kemanusiaan. Kader kesehatan dipilih dari masyarakat dengan prosedur yang disesuaikan kondisi setempat. Kader diharapkan memiliki latar belakang pendidikan yang cukup sehingga memungkinkan untuk membaca, menulis serta menghitung secara sederhana, mau dan mapu bekerja dengan sukarela, sabar dan memahami masyarakat. Selain itu kader yang di pilih juga harus melaksanakan tugas
  • –tugas kader secara fisik, memiliki penghasilan sendiri dan tinggal tetap di desa yang bersangkutan, aktif dalam kegiatan social dan pembangunan di desa, dikenal masyarakat, dapat bekerja sama dengan calon kader lain, dan sanggup membina paling sedikit

  2.2. Konsep Partisipasi

  Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat secara sukarela dalam perubahan yang ditentukan sendiri oleh masyarakat. Selain itu partisipasi juga diartikan sebagai keterlibatan masyarakat dalam upaya pembangunan lingkungan, kehidupan, dan diri mereka sendiri (Mikkelsen 2003). Adi (2007) menjelaskan lebih jauh mengenai partisipasi bahwa masyarakat terlibat dalam program pemberdayaan mulai dari proses ada di dalam masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternative solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi. Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan partisipasi ayah peduli balita adalah keikutsertaan para suami/ ayah yang terlibat aktif dalam pelayanan kesehatan balita di Posyandu ayah peduli balita. Adapun bentuk partisipasi adalah sebagai berikut :Menurut Hamidoyo (dalam Sastropoetro, 2004) membedakan bentuk partisipasi dalam lima bentuk yaitu partisipasi buah pikiran, tenaga, ketrampilan, materi dan harta benda, partisipasi social. Partisipasi buah pikiran partisipasi ini diwujudkan dengan memberikan pengalaman dan pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang diikutinya. Sumbangan pemikiran diarahkan kepada penataan cara pelayanan dari lembaga atau badan yang ada, sehingga dapat berfungsi social secara aktif dalam pemenuhan kebutuhan anggota masyarakat Partisipasi tenaga Partisipasi jenis ini diberikan dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha

  • –laki juga karena mereka memahami pentingnya anak balita memiliki kesehatan yang baik. Keadaan ini mendorong mereka untuk berpartisipasi dan untuk dating memanfaatkan pelayanan posyandu. Begitu pula faktor lama tinggal, usia, kebiasaan serta pekerjaan yang mayoritas tani, wirausaha dan pedagang memundahkan mereka untuk berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan balita di posyandu. Adapun hal –hal yang diperoleh dari faktor eksternal adalah adanya dukungan dari keluarga (istri), serta adanya kemudahan mencapai lokasi posyandu, dimana letak posyandu relative dekat dengan rumah, yang bisa dicapai dengan berjalan kaki. Dalam hal berorganisasi para partisipan mayoritas tidak mempunyai pengalaman organisasi tetapi tetap berpartisipasi dalam pelayanan posyandu balita. Tidak adanya penghargaan juga tidak menyurutkan partisipan untuk berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan balita di posyandu, baik sebagai kader maupun yang rutin memanfaatkan pelayanan posyandu. Hal tersebut terutama di dorong oleh keinginan yang kuat dari kader untuk bisa membantu pelayanan di posyandu, begitu juga dengan para ayah yang mempunyai balita yang merasakan manfaatnya. Dengan keikutsertaan mereka di posyandu manfaat yang ada itu dirasakan oleh mereka. Adanya dukungan masyarakat lainnya membuat para partisipan tetap percaya diri ketika mereka berpartisipasi dalam pelayanan kesehtan balita, baik menjadi kader maupun ayah yang membawa anaknya ke posyandu.
  • – usaha yang dapat menunjang keberhasilan dari suatu kegiatan . Partisipasi ketrampilan Jenis ketrampilan ini memberikan dorongan melalui ketrampilan yang dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang membutuhkannya. Kegiatan ini biasanya diadakan dalam benu latihan bagi anggota masyarakat. Partisipasi ini pada umumnya bersifat membina masyarakat agar dapat memiliki kemmpuan memenuhi kebutuhannya. Partisipasi uang (materi) dan harta benda Partisipasi ini adalah untuk memperlancar usaha-usaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan. Selain uang, partisipasi juga memberikan alat alat kerja yang berguna bagi kelangsungan program/kegiatan. Partisipasi social Partisipasi ini biasanya dilakukan sebagai tanda perkumpulan atau paguyuban warga desa, seperti kegiatan arisan, menghadiri upacara kematian, dan lain – lain.

  Sedangkan bentuk bentuk partisipasi tersebut dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal dapat dilihat dari adanya pengetahuan yang baik tentang pentingnya kesehatan serta perlunya kesehatan tersebut dimiliki oleh partisipasi para laki

  3. METODE PENELITIAN

  Penelitian ini menggunakan metode kualitatif peneliti berusaha mencari fakta data kemudihan mendeskripsikan mengenai Dukungan kader terhadap partisipasi ayah peduli balita di Posyandu ayah peduli balita. Subjek penelitian (informan) dalam penelitian ini adalah ayah yang mengantar balita ke posyandu ayah peduli di Dusun Rejoagung Desa Rejoagung Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang. Pengumpulan data dengan wawancara mendalam , observasi dan dokumentasi. Untuk menguji keabsahan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pemeriksaan keabsahan data yaitu triangulasi. Analisis data dilakukan secara penyajian data, dan verifikasi atau penarikan kesimpulan.

  Posyandu balita Rukun warga (RW) 5 Dusun Rejoagung Desa Rejoagung Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang merupakan lokasi penelitian Dukungan Kader Terhadap Partisipasi Ayah peduli Balita dalam Upaya Pelayanan Kesehatan. Pada awal berdirinya, posyandu ini di motori oleh ketua posyandu yaitu ketua kader posyandu RW 5 dan ibu

  4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran umum posyandu balita Dusun Rejoagung Desa Rejoagung Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang

  • – ibu lainnya yang mempunyai motivasi tinggi untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sekitarnya khususnya kesehatan balita. Sejak awal berdirinya posyandu balita ini memiliki kader sejumlah 6 yang semuanya terdiri dari ibu
  • –ibu dan baru mulai tahun 2016 memiliki 3 kader laki – laki seiring dengan di resmikannya posyandu ayah peduli balita oleh ibu ketua tim penggerak PKK Kabupaten Jombang pada awal bulan Mei 2016 yang merupakan posyandu pertama di Kabupaten Jombang yang menampung partisipasi para ayah . Kader yang mengabdi di posyandu balita ini termasuk kader yang aktif, dilihat dari kehadiran mereka di setiap kegiatan posyandu balita. Adapun dalam menjalankan kegiatan pelayanan posyandu RW 5 ini mengelola dana yang berasal dari pemerintah, iuran dari masyarakat yang tidak mengikat jumlahnya. Pelaksanaan kegiatan hari buka posyandu balita ini sudah menetap di pos/rumah khusus yang disediakan bagi pelaksanaan hari buka posyandu di rumah salah satu kader posyandu balita ini. Inventaris yang dimiliki posyandu balita ini meliputi timbangan bayi, timbangan dacin dan timbangan berdiri, alat pengukur tinggi badan, adanya KMS yang merupakan salah satu alat ukur yang penting untuk memantau perkembangan kesehatan balita. Informasi yang tertera dalam KMS Balita antara lain biodata diri anak, catatan pemberian imunisasi, pemberian kapsul vitamin A, pemantauan berat dan tinggi badan anakk serta beberapa informasi penting tentang pentingnya imuniasi dan ASI, pengobatan diare dan penyuluhan gizi, di posyandu ini juga memiliki form pemantauan R/1 yang merupakan daftar pemantauan balita yang datang ke posyandu. Daftar ini berisikan informasi seperti nama anak, nomor pendaftaran, tanggal pertama kali datang, berat badan dan tinggi badan pertama kali datang, dan hasil penimbangan setiap kali datang ke posyandu. Kemudihan di form ini juga tercatat siapa saja yang aktif dan tidak aktif datang setiap bulannya. Sejak pertama kali terbentuk, pelayanan yang diberikan adalah pelayanan lima meja bagi bayi dan balita. Pelayanan bagi bayi dan balita di mulai dari pendaftaran, penimbangan, pencatatan Kartu. Usia balita yang datang ke Posyandu ini mulai dari 0 bulan sampai 60 bulan. Semua balita mendapatkan pelayanan penimbangan, pengukuran berat badan dan tinggi badan, pemberian vitamin, imunisasi oleh bidan, dan pemberian makanan tambahan.

  4.2. Dukungan Kader terhadap Partisipasi Ayah Peduli Balita dalam Upaya Pelayanan Kesehatan

  Dari hasil temuan lapangan di Posyandu Ayah peduli Balita Dusun Rejoagung Desa Rejoagung Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang menunjukkan bahwa Partisipasi ayah peduli Balita yang membawa balitanya maupun suami yang mendampingi istri nya ke Posyandu setiap bulan merupakan upaya meningkatkan pelayanan kesehatan karena kepedulian dan keterlibatan ayah ini di posyandu diharapkan menjadi sebuah bentuk kerjasama yang baik antara ayah juga ibu sebagai orang tua didalam memantau tumbuh kembang anak mewujudkkan generasi emas yang sehat, berakhlakl karimah, berbudi pekerti yang luhur. Ada 8 (delapan) ayah yang hampir setiap bulan aktif menyempatkan diri ikut membawa balita nya ke Posyandu baik datang sendiri atau bersama dengan istrinya seperti yang di ungkapkan salah satu ayah yang mengatakan “ Setiap bulan laki –laki yang rutin membawa ke Posyandu anak ya hanya kami berdelapan”, dan ayah lainya mengiyakan pernyataan salah satu ayah yang berpartisipasi membawa balitanya ke Posyandu. Partisipasi ayah balita yang aktif membawa anaknya setiap bulan ke posyandu akan mendukung pelayanan kesehatan balita di posyandu untuk mencapai tingkat derajat yang maksimal bagi kesehatan balita. Selain upaya yang dilakukan kader, derajat kesehatan balita ini sendiri tidak terlepas dari peran orang tua baik ibu maupun senantiasa memberikan perhatian bagi kesehatan balita mereka. Untuk menjaga kesehatan balita mereka sebagai orang tua baik ibu maupun ayah melakukan berbagai upaya seperti menjaga kualitas makanan yang dikonsumsi balita serta membawa balita mereka ke posyandu di RW 5 sehingga kesehatan balita mereka dapat dipantau secara maksimal, baik berat badan, tinggi badan, status gizi serta imunisasi yang diberikan Dari berbagai macam bentuk partsipasi ayah dalam posyandu ayah peduli balita dalam upaya pelayanan kesehatan khusunya balita, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi para orang tua terutama ayah balita dan kader laki –laki dalam upaya pelayanan kesehatan balita di posyandu balita RW 5. Faktor

  • –faktor tersebut dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dapat dilihat dari adanya pengetahuan yang baik tentang pentingnya kesehatan serta perlunya kesehatan tersebut dimiliki oleh setiap anggota keluarga. Kemudihan partisipasi para laki
  • – laki juga karena mereka memahami pentingnya anak balita memiliki kesehatan yang baik. Keadaan ini mendorong mereka untuk berpartisipasi dan untuk datang memanfaatkan pelayanan posyandu. Begitu pula faktor lama tinggal, usia, kebiasaan serta pekerjaan yang mayoritas tani, wirausaha dan pedagang memundahkan mereka untuk berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan balita di posyandu. Adapun hal –hal yang diperoleh dari faktor eksternal adalah adanya dukungan dari keluarga (istri), dukungan kader posyandu serta adanya kemudahan mencapai lokasi posyandu, dimana letak posyandu relative dekat dengan rumah, yang bisa dicapai dengan berjalan kaki. Dalam hal berorganisasi para partisipan mayoritas tidak mempunyai pengalaman organisasi tetapi tetap berpartisipasi dalam pelayanan posyandu balita. Tidak adanya penghargaan juga tidak menyurutkan partisipan untuk berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan balita di posyandu, yang rutin memanfaatkan pelayanan posyandu. Hal tersebut terutama di dorong oleh keinginan yang kuat dari kader untuk bisa membantu pelayanan di posyandu, begitu juga dengan para ayah yang mempunyai balita yang merasakan manfaatnya. Dengan keikutsertaan mereka di posyandu manfaat yang ada itu masyarakat lainnya membuat para partisipan tetap percaya diri ketika mereka berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan balita membawa anaknya ke posyandu. Pernyataan partisipan yang diwakili salah satu ayah yang membawa anaknya ke Posyandu “ adanya posyandu ini menambah pengetahuan saya tentang kesehatan anak, imunisasi, pemberian vitamin, dan didukung pernyataan partisipan lainnya mengatakan “ iya “.Mayoritas dari para informan mengatakan pernah merasakan langsung manfaat dari keberadaan posyandu, seperti mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan tentang masalah kesehatan, bisa memantau tumbuh kembang anak, mengetahui cara pemberian vitamin dan imunisasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa para informan mau ikut berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan balita salah satunya karena telah mendapatkan manfaat dari pelayanan kesehatan balita di posyandu sesuai teori bahwa kebermanfaatan program posyandu merupakan faktor yang mempengaruhi partisipasi (Ndraha,1990). Menurut partisipan dari faktor –faktor yang mempengaruhi mereka membawa anaknya ke Posyandu tidak terlepas dari dukungan kader. Menurut pernyataan dari para partisipan mengatakan bahwa Kader sangat mendukung keikutsertaan partispan dalam Posyandu, salah satu partisipan mengatakan “ Dukungan kader sangat berarti dan memotivasi saya mengikuti kegiatan Posyandu ini, apalagi juga ada kader laki –laki yang membuat kita lebih nyaman dalam berkonsultasi dan bisa leluasa ngobrol. Pernyataan ini di ikuti partisipan lainnya yang mengatakan “ iya dukungan kader sangat memotivasi kami. Menurut partisipan dapat disimpulkan bahwa dukungan kader yang membuat para ayah peduli balita membawa anaknya ke Posyandu adalah dukungan emosional, Dimana para kader baik kader perempuan maupun kader
  • –laki selalu proaktif mendampingi mereka saat di Posyandu seperti yang diungkapkan salah satu partisipan “ Kader di Posyandu ini selalu dekat, ramah dan mendapingi saya dan anak yang hadir di Posyandu,”.Hal ini juga dibenarkan oleh pernyataan ketua kader balita “ Kami di sini selalu akrab, Posyandu ini juga kita gunakan sebagai ajang bertukar pendapat tentang masalah kesehatan masyarakat, dengan
ayah yang mengantar anaknya atau ikut istrinya mengantar anak nya ke Posyandu merasa lebih nyaman. Selain itu juga dukungan Informasi yaitu Kader selalu memberikan pengumuman tentang jadwal Posyandu, Seperti pernyataan salah satu partisipan yang di ikuti partisipan lainnya bahwa “Kader selalu memberikan informasi tentang jadwal Posyandu, biasanya sehari sebelumnya selalu di siarkan oleh ketua kader yang kebetulan suaminya juga menjadi kader di Posyandu ini”. Partisipan lainnya mengatakan “ Selain disiarkan biasanya informasi juga diberikan saat arisan maupun acara pengajian”. Serta kader lain menyatakan yang penting lagi biasanya kalau mendekati jadwal Posyandu setiap kami ketemu kader pasti mereka tidak bosan

  • – bosan mengingatkan secara lisan”, Pernyataan ini di benarkan oleh ketua kader “ iya kami para kader terutama saya selalu mengingatkan biasanya sehari sebelumnya jadwal buka Posyandu kalau saya pas jalan – jalan dan ketemu masyarakat yang punya balita selalu saya beritahu” dan pernyataan salah satu kader laki- laki “ selain itu jadwal buka Posyandu juga kita informasikan melalui arisan, pengajian maupun secara langsung bila ketemu masyarakat. Dukungan lainnya yang diberikan kader adalah dukungan nyata berupa pemberian makanan baik berupa snack maupun makanan ringan yang bergizi buat balita. Pernyataan partisipan “ Setiap ke Posyandu anak –anak diberikan makanan yang bergizi dan menarik sehingga anak –anak senang kalau ke di ajak ke Posyandu”. Pernyataan ini didukung oleh ketua kader “ Kami selalu berupaya memberikan makanan

  atau snack saat anak dibawa Posyandu. Kami dapat dana dari pemerintah namun kalau kurang kadang kami iuran para kader atau masyarakat yang mau memberikan sumbangan secara sukarela”. Dukungan nyata lainnya adalah disediakannya rumah salah satu kader untuk tempat Posyandu setiap bulannya, seperti pernyataan kader” Saya senang bisa menyediakan tempat untuk buka Posyandu di sini, kebetulan rumah ini kosong jadi bisa dimanfaatkan untuk tempat Posyandu”.Selain itu dukungan kader kepada ayah yang peduli balita dengan pemberian penghargaan atau

  reward walaupun hanya berupa pemberian

  semangat sudah membuat para ayah pernyataan salah satu Partisipan “ selama ini saya tidak pernah mendapatkan perhargaan langsung seperti piagam atau hadiah, menurut saya dengan mendapat pengetahuan tentang kes ehatan sudah senang “, disahut dengan pernyataan partisipan lainnya yang mengatakan “iya betul “. Penghargaan merupakan salah satu factor yang berperan dalam partisipasi (Ife,2008) . Secara keseluruhan para informan mengatakan tidak pernah mendapatkan apresiasi atau penghargaan selama mereka berpartisipasi dalam posyandu balita dalam upaya pelayanan kesehatan. Mereka sudah ikhlas dan niat berpartisipasi dalam posyandu ayah peduli balita, sebagian besar mengatakan dengan ikut posyandu sering mendapatkan ilmu tentang kesehatan sudah membuat mereka cukup senang. Hal ini di dukung pernyataan salah satu kader laki –laki “ Memang kami belum pernah memberikan penghargaan berupa hadiah atau piagam tapi kami memberikan penghargaan berupa pujian bahwa hebat kalau laki –laki mau peduli dengan kesehatan anaknya, begitu pula saya tertarik menjadi kader laki –laki karena hati nurani tergerak untuk ikut menyehatkan balita terutama di Dusun saya ini walaupun belum pernah mendapat penghargaan piagam atau hadiah tapi dengan ilmu kesehatan yang saya peroleh sudah membuat saya senang”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa para informan mau ikut berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan balita salah satunya karena telah mendapatkan manfaat dari pelayanan kesehatan balita di posyandu sesuai teori bahwa kebermanfaatan program posyandu merupakan faktor yang mempengaruhi partisipasi (Ndraha,1990).

  5. KESIMPULAN DAN SARAN

  Dapat disimpulkan bahwa partisipasi yang dilakukan para ayah untuk berpartisipasi dalam posyandu ayah peduli balita dalam upaya pelayanan kesehatan balita dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal dapat dilihat dari adanya pengetahuan yang baik tentang pentingnya kesehatan serta perlunya kesehatan tersebut dimiliki oleh setiap anggota keluarga. untuk datang memanfaatkan pelayanan posyandu. Begitu pula faktor lama tinggal, usia, kebiasaan serta pekerjaan mereka untuk balita di posyandu. Adapun faktor eksternal 5.

  Ife,Jim & Frank Tesoriero. 2008. adalah adanya dukungan dari kader, dukungan Community Development : alternative keluarga (istri), serta adanya kemudahan

  Pengembangan Masyarakat di Era mencapai lokasi posyandu. Tidak adanya Globalisasi . Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

  penghargaan juga tidak menyurutkan

  6. Kesehatan Republik Kementerian partisipan untuk berpartisipasi dalam Indonesia. 2012. Buku pegangan kader pelayanan kesehatan balita di posyandu. Hal posyandu setiap bulan . Jakarta : Pusat tersebut terutama di dorong oleh keinginan Promosi Kesehatan . yang kuat dari kader untuk bisa membantu 7.

  Mikkelsen. 2003. Pengantar Ilmu Politik. pelayanan di posyandu, begitu juga dengan Jakarta : Pusat Penerbit Universitas para ayah yang mempunyai balita yang Terbuka merasakan manfaatnya. Dengan keikutsertaan 8.

  Ndraha, Talizihutu 1990, Pembangunan mereka di posyandu manfaat yang ada itu Masyarakat: Mempersiapkan Masyarakat dirasakan oleh mereka. Adanya dukungan Tinggal Landas . Jakarta : Rineka Cipta masyarakat lainnya membuat para partisipan

  9. Sastropoetro.2004. Partisipasi Sebagai tetap percaya diri ketika mereka berpartisipasi Keterlibatan Mental . Jakarta : Cusio Graff dalam pelayanan kesehatan balita yaitu adanya 10.

Zulkifli, 2004. Posyandu dan Kader

  Dukungan dari kader untuk memotivasi Kesehatan : USU Digital Library masyarakat terutama para ayah untuk berpartisipasi dengan rutin datang ke Posyandu sangatlah penting. Dukungan tersebut diantaranya dukungan secara emosional, dukungan informasi, dukungan nyata, dan dukungan penghargaan. Di sarankan agar meningkatkan mutu menjadi posyandu mandiri yang dapat meningkatkan mutu kualitas pelayanannya, Posyandu ayah peduli balita yang ada di RW 5 Dusun Rejoagung bisa lebih mengaktifkan peran laki

  • –laki dalam upaya pelayanan kesehatan balita sehingga bisa menjadi percontohan posyandu lainnya. Dan diusahakan agar para kader semakin giat mendorong masyarakat untuk memiliki kesadaran akan pentingnya kesehatan.

  REFERENSI 1. Rukminto. 2007.

  Adi,Isbandi

  Perencanaan Partisipatoris Berbasis Aset Komunitas Dari Pemikiran Menuju Penerapan (Seri Pemberdayaan Masyarakat 04). Jakarta : FISIP UI Press.

  2. Departemen Kesehatan RI, 2009.

  Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu .

  Jakarta : Departemen Kesehatan RI 3. Dinkes Kab Jombang, 2015. Posyandu

  Ayah Peduli Balita . Jombang: Dinkes Kab. Jombang.

  4. Firdausiyah. J, dkk. 2016. Hubungan

  Dukungan Kader Posyandu dengan Kepatuhan Ibu Membawa anaknya ke Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Sumber Wringin Kabupeten Bondowoso

Dokumen yang terkait

IDENTIFIKASI POTENSI JERUK PURUT SEBAGAI DEMULSIFIER UNTUK MEMISAHKAN AIR DARI EMULSI MINYAK DI LAPANGAN MINYAK RIAU IDENTIFICATION OF POTENTIAL KAFFIR LIME AS DEMULSIFIER TO SEPARATE WATER FROM OIL EMULSION IN RIAU’S OIL FIELD

0 0 5

INKORPORASI VITAMIN E PFAD PADA CAMPURAN GALAKTOMANAN KOLANG-KALING (Arenga pinnata) DAN GUM ACASIA INCORPORATION VITAMIN E FROM PFAD IN MATRIX OF MIXED GALAKTOMANAN KOLANG-KALING (Arenga pinnata) AND GUM ACASIA

0 0 7

PENGARUH LAJU ALIR DALAM PROSES PENGEMASAN KOLOM KROMATOGRAFI PENUKAR ION EFFECT FLOW RATE IN THE PACKING PROCESS OF COLUMN ON ION EXCHANGE CHROMATOGRAPHY

0 0 5

PENGARUH AIR ALKALI TERHADAP NEOVASKULARISASI TIKUS GALUR WISTAR (RATTUS NORVEGICUS) DENGAN LUKA HIPERGLIKEMIA

0 0 6

PENYAPIHAN DINI DENGAN STATUS GIZI ANAK BAWAH DUA TAHUN [BADUTA] DI POSYANDU GRAHA

0 0 7

PERAN VARIABEL CONFOUNDING DALAM MEMPENGARUHI ASOSIASI ANTARA KONSUMSI PANGAN HEWANI, BUAH DAN SAYUR IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA (ANALISIS MANTEL HAENSZEL DENGAN CONFOUNDING : JUMLAH BALITA SERUMAH DAN PENDIDIKAN IBU DI DESA TAWANG KECAMATAN WATES KABUP

0 0 5

HUBUNGAN PERSEPSI SUAMI DENGAN MOTIVASI IBU DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KELUARGA BERENCANA (Studi di RW 01 Dusun Dempok Desa Grogol Kecamatan Diwek Jombang)

0 0 7

HUBUNGAN PERILAKU IBU HAMIL TRIMESTER III DALAM MENGKONSUMSI TABLET FE DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS NGORO MOJOKERTO

0 0 6

NEONATAL INCIDENT OF HYPOGLIKEMIA IN PREGNANT WOMAN WITH GESTASIONAL RISK DIABETES MELLITUS

0 0 6

UPAYA PEMBERDAYAAN KADER KESEHATAN DALAM PENINGKATAN SELF EFFICACY PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS BERBASIS KONSERVASI LEVINE

0 0 6