HUBUNGAN PERILAKU IBU HAMIL TRIMESTER III DALAM MENGKONSUMSI TABLET FE DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS NGORO MOJOKERTO

  HUBUNGAN PERILAKU IBU HAMIL TRIMESTER III DALAM MENGKONSUMSI TABLET FE DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS NGORO MOJOKERTO Wiwit sulistyawati 1) , Nurun Ayati Khasanah 2) 1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit

Email: wiwitsulistyawati@yahoo.co.id

2 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit

Email: nurun.ayati@gmail.com

  

Abstract

Bleeding is the biggest factor causing high AKI, one pregnant mother with anemia of 53%. This study

aims to determine the relationship of third trimester pregnant women in taking ferrous tablets with

anemia occurrence in Puskesmas Ngoro Mojokerto district in 2016. This research uses observational

research type with analytic design. Population in this research is pregnant mother of trimester III

that check in Puskesmas Ngoro Mojokerto Regency which amounted to 32 pregnant women in June

  • - November 2016 with amount of sample 32 pregnant women taken by using nonprobability sampling

    technique that is Total Samplig. Measuring tool used is a questionnaire to determine the behavior of

    the mother in taking feros tablets and the results of hemoglobin examination data using haemometer

    tool sahli for the incidence of anemia. Analytical technique using Chi-square test calculation. The

    conclusions of this study indicate that there is a relationship between the mother's behavior in taking

    feros tablets with the incidence of anemia. Therefore health workers should try to follow up the

    problem of anemia in pregnancy by continuing to hold the provision of feros tablets (iron) in

    pregnant women is 90 tablets during pregnancy and provide explanations and support to pregnant

    women in taking feros tablets.

  Keywords: behavior, Fe tablets, anemia 1.

   PENDAHULUAN

  Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5 gr% pada trimester 2. Nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil terjadi hemodilusi, terutama pada trimester 2 (Prawiroharjo, 2010).

  Beberapa penyebab terjadinya anemia adalah defisiensi zat besi, gangguan absorbsi, defisiensi vitamin dan mineral, sel darah merah yang cepat hancur, gangguan produksi sel darah merah dan perdarahan (Bothamley, et al., 2011) . Menurut WHO (2015),prevalensi anemia di Indonesia sebesar 23%.Berdasarkan Riskesdas (2013), terdapat 37,1% ibu hamil anemia, yaitu ibu hamil dengan kadar Hb kurang dari 11,0 gram/dl, dengan proporsi yang hampir sama antara di kawasan perkotaan (36,4%) dan perdesaan (37,8%). Infodatin Gizi (2015) menyebutkan diperkirakan 41,8% ibu hamil di seluruh dunia mengalami anemia. Angka kejadian anemia di Indonesia semakin tinggi dikarenakan penanganan anemia dilakukan ketika ibu hamil bukan dimulai sebelum kehamilan. Berdasarkan profil kesehatan tahun 2010 didapatkan data bahwa cakupan pelayanan K4 meningkat dari dari 80,26% (tahun 2007) menjadi 86,04% (tahun 2008) (Depkes, 2008). Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto menunjukkan jumlah anemia pada ibu hamil di Kabupaten Mojokerto pada tahun 2010 sebanyak 203 orang, pada tahun 2011 sebanyak 205 orang dan pada tahun 2012 sebanyak 304 orang.

  Faktor lain yang menyebabkan ibu hamil masih tetap menderita anemia meskipun sudah diberikan tablet feros dan sudah di jelaskan tentang aturan minumnya antara lain masih kurangnya pengetahuan ibu hamil tersebut tentang pentingnya tablet feros. Dimana perilaku disini mengarah pada keteraturan ibu di dalam mengonsumsi tablet feros .

  Tingkat pendidikan ibu yang masih rendah cenderung kesulitan untuk memperoleh informasi. Selai itu juga persepsi dan perilaku ibu sendiri. Perilaku di sini juga sangat berpengaruh terhadap kesehatan (Notoatmodjo, 2007). Di mana perilaku di sini mengarah pada keteraturan ibu di dalam mengonsumsi tablet feros. Banyak ibu hamil yang tidak teratur dalam mengonsumsi tablet feros sesuai aturan minum yang sudah diinformasikan oleh tenaga kesehatan, bahkan ada juga ibu hamil yang tidak mau mengonsumsi tablet feros yang sudah diberikan tenaga kesehatan. Dengan kejadian seperti yang sudah dijelaskan di atas, oleh karena itu anemia harus mendapatkan perhatian dan penanganan yang lebih baik sehingga dapat menurunkan angka kejadian anemia yang nantinya diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu di Indonesia.

  Untuk mengatasi hal tersebut di atas emerintah telah mengambil satu kebijakan yaitu dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 88 tahun 2014 menjelaskan program suplementasi tablet Fe untuk mengatasi kekurangan konsumsi zat besi, yaitu pemerintah membuat program suplemen tambah darah kepada setiap ibu hamil sebanyak 90 tablet selama kehamilan.

  Anemia defisiensi zat besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoisis tidak cukup yang ditandai dengan gambaran sel darah merah hipokrom- mikrositer. Kadar besi serum (serum iron) dan jenuh transperin menurun. Kapasitas besi atau meninggi dan cadangan besi dalam sum-sum tulang serta ditempat yang lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali. Karena kekurangan asupan zat besi sehingga produksi hemoglobin akan melambat dan tidak cukup untuk menompong ibu dan janin. Padahal hemoglobin ini sangat berperan penting dalam mengantar oksigen untuk ibu dan janin. Oleh karena itu pastikan ibu selalu mendapatkan asupan zat besi yang cukup. Banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya anemia defisiensi besi, antara lain kurangnya asupan zat besi dan protein dari makanan, adanya gangguan absorpsi diusus, perdarahan akut maupun kronis, dan meningkatnya kebutuhan zat besi seperti pada wanita hamil, masa pertumbuhan dan masa penyembuhan pada penyakit. (Asrina, dkk. 2014).

  3. METODE PENELITIAN

  Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian analitik dalam bentuk crossectional.. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil trimester III yang periksa di Puskesmas Ngoro Kabupaten Mojokerto dengan jumlah populasi 32 orang sampai bulan Juni-November 2016 sebanyak 32 orang. Sampel penelitian ini mengambil semua anggota populasi menjadi sampel dengan jumlah sampel 32 orang. Tekhnik sampling Penelitian ini menggunakan

  non probability sampling dengan jenis total sampling. Menggunakan data primer yaitu

  buku kuisioner dan alat pengukur HB,

  haemometer sahli. Penelitian ini dilaksanakan

  di Puskesmas Ngoro, Mojokerto Waktu penelitian dilaksanakan 10 Juni- 20 November 2016. Analisis Univariat digunakan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan angka/nilai jumlah masing-masing variabel dengan ukuran proporsi. Analisa Bivariat dengan Chi Square (X2) untuk membuktikan apakah variabel bebas benar-benar mempengaruhi variabel tergantung atau tidak.

2. KAJIAN LITERATUR

  4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perilaku Ibu Hamil Trimester III Dalam Mengkonsumsi Tablet Fe (Besi)

  Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 32 ibu hamil yang tidak teratur dalam mengonsumsi tablet feros (besi) lebih dari 50% yaitu sebanyak 18 responden (56,3%). Menurut Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa perilaku merupakan respons reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada pengetahuan, persepsi dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

  Dari crosstabulation menunjukkan bahwa jumlah responden berpendidikan SMA yaitu 21 responden (65,6%), yang tidak teratur dalam mengonsumsi tablet feros sebanyak 11 responden (34,4%). Nursalam (2002: 43) menyatakan semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah dalam menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan dan sikap seseorang terhadap Tetapi dari data kuesioner didapatkan ibu yang lulusan SMA dengan jumlah 11 responden (34,4%) yang tidak teratur dalam mengonsumsi tablet feros (besi) karena mereka lupa atau malas mengonsumsi tablet feros sesuai aturan yaitu 1 kali per hari dan terdapat ibu yang berpendidikan SD yaitu 1 responden (3,1%) teratur dalam mengonsumsi tablet feros. Seseorang yang tamat SD belum tentu kurang mampu untuk mendapatkan pengetahuan dari pada ibu yang berpendidikan lebih tinggi. Meskipun berpendidikan kurang, kalau orang tersebut rajin mendengarkan informasikan selalu turut serta dalam penyuluhan tentang pentingnya tablet feros maka pengetahuan orang tersebut akan bertambah. Berarti dari pendidikan yang tinggi bukan berarti memiliki pengetahuan yang baik tentang cara mengonsumsi tablet feros (besi).

  Selain itu, dapat diketahui dari persepsi masyarakat yang beranggapan bahwa semua macam obat diminum pada pagi hari. Dari temuan penyebaran kuesioner di dapat 18 responden (56,3%) yang tidak terarur dalam mengonsumsi tablet feros sebanyak 17 responden (53,1%) beranggapan semua macam obat di minum pada pagi hari. Pada hal orang hamil biasanya terjadi Hiperemesis gravidarum lebih-lebih pada trimester I sampai awal trimester II kehamilan. Selain itu terdapat 9 responden (28,1%) mengonsumsi tablet feros bersamaan dengan kopi atau teh.

  Menurut Manuaba (2001) efek samping dari tablet feros (besi) salah satunya dapat menyebabkan mual muntah. Jika itu terjadi terus menerus dan berlebih dapat menyebabkan cadangan besi dari sumber makanan yang di konsumsi ibu tidak dapat diserap tubuh sehingga proses eitropoisis terganggu dan dapat menurunkan ukuran Hgs darah dengan berbagai akibat. Apalagi diminum bersamaan dengan kopi atau teh dapat menghambat resorpsi tablet feros. Sehingga menggagu aktivitas sehari-hari dan bahkan dapat membahayakan kehidupan ibu.

  Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan ibu trauma atau merasa dengan mengonsumsi tablet feros mengakibatkan kondisi ibu tidak sehat akibat waktu dan cara mengonsumsinya tidak sesuai aturan.

  Sebagian besar responden berada pada umur 20-35 tahun memungkinkan responden Hasil crosstabulation didapatkan yang tidak teratur dalam mengonsumsi tablet feros sebanyak 14 responden (43,8%).

  Hurlock (1998) yang dikutip dalam Nursalam dan Pariani (2003) bahwa semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwa seseorang. Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa semakin bertambahnya umur responden maka semakin banyak pengalaman yang di miliki sehingga dapat memotivasi seseorang untuk berperilaku.

  Tetapi dalam kenyataannya mereka tidak teratur mengonsumsi tablet feros (besi) yang diberikan tenaga kesehatan karena kurangnya pengalaman ibu sehingga mereka mengabaikan tentang pentingnya tablet feros. Selain itu mereka beranggapan kalau kondisinya saat ini sehat sehingga tidak perlu lagi mengonsumsi tablet feros (besi) yang sudah diberikan. Hal ini dapat dilihat dari kuesioner yang sudah disebarkan kepada 32 responden didapatkan sebagian responden alasan mereka tidak teratur dalam mengonsumsi tablet feros (besi) disebabkan lupa atau malas.

  Berdasarkan tingkat pekerjaan responden didapatkan ibu yang tidak bekerja sebanyak 24 responden (75%). Dari crosstabulation didapatkan 14 responden (43,8%) yang tidak teratur dalam mengonsumsi tablet feros (besi).

  Hal ini disebabkan karena sebagai ibu rumah tangga waktu akan lebih banyak dihabiskan di rumah. Ibu jarang berkomunikasi dengan ibu-ibu yang lain sehingga untuk mendapatkan informasi juga terbatas serta ibu juga tidak berperan aktif dalam kegiatan penyuluhan.

  4.2. Kejadian Anemia

  Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan dari 32 responden didapatkan 17 responden (53,1%) menderita anemia. Dari pernyataan Winkjosastro (2006) darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut Hidremia atau Hiperfolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin sudah dilakukan didapatkan alasan mereka masih menderita anemia meskipun sudah diberikan tablet feros (besi) oleh tenaga kesehatan ialah karena mereka tidak teratur dalam mengonsumsinya. Dalam hal ini mereka mengonsumsi tablet feros (besi) tidak sesuai dengan aturan minum yang diinformasikan oleh tenaga kesehatan.

  Hasil penelitian menunjukkan dari 14 responden yang teratur mengonsumsi tablet feros (besi) terdapat 4 responden (43,8%) yang menderita anemia disebabkan karena cara mengonsumsi tablet feros (besi) yang salah seperti kebiasaan mengonsumsi semua macam obat di pagi hari. Selain itu, asupan gizi yang kurang sehingga ibu tetap menderita anemia. Apalagi diminum bersamaan dengan kopi atau teh dapat menghambat resorpsi tablet feros.

  Manuaba (2001: 51) menyatakan kebutuhan zat besi ibu hamil rata-rata mendekati 800 mg kebutuhan terdiri dari 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta, 500 mg digunakan untuk peningkatan masa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg akan diekskresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8-10 mg zat besi. Perhitungan makan tiga kali dengan kalori 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20-25 mg zat besi per hari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 1 gr% sehingga masih kurang. Perilaku ibu yang masih rendah tentang hidup sehat dan status gizi serta perekonomian ibu hamil yang tergolong masih rendah bisa juga menyebabkan ibu hamil tetap menderita anemia.Dengan memperhatikan hasil penelitian tersebut maka peran tenaga kesehatan sangat perlu untuk meningkatkan cakupan K1 ibu hamil agar dapat diberikan tablet feros (besi) sebagai upaya pencegahan anemia atau sebagai terapi apabila sudah terjadi anemia pada kehamilan.

  Saifuddin (2006) menyatakan untuk mengatasi hal tersebut di atas pemerintah telah mengambil satu kebijakan yaitu dengan memberikan wewenang kepada tenaga kesehatan untuk memberikan tablet feros (besi) sebanyak 90 tablet selama kehamilan, karena dengan pemberian preparat besi 60 mg/hari dapat meningkatkan kadar haemoglobin

  4.3. Hubungan Perilaku Ibu Hamil Trimester III dalam Mengkonsumsi Tablet Fe (Besi) dengan Kejadian Anemia.

  Berdasarkan hasil tabulasi silang bahwa yang tidak teratur dalam mengonsumsi tablet feros (besi) terdapat 18 responden (56,2%) didapat sebagian besar yaitu 13 responden (40,6%) yang menderita anemia. Menuru Manuaba (2001: 51) perilaku ibu yang masih rendah tentang hidup sehat dan status gizi serta perekonomian ibu hamil yang tergolong masih rendah bisa juga menyebabkan ibu hamil tetap menderita anemia. Selain itu juga disebabkan karena keyakinan dan persepsi masyarakat yang kurang terhadap pentingnya mengkonsumsi tablet feros (besi) yang bisa menyebabkan mereka menderita anemia, meskipun pemerintah telah mengambil satu kebijakan yaitu dengan memberikan wewenang kepada tenaga kesehatan untuk memberikan tablet feros (besi) sebanyak 90 tablet selama kehamilan, karena dengan pemberian preparat besi 60 mg/hari dapat meningkatkan kadar haemoglobin sebanyak 1 gram/bulan.

  Berdasarkan hasil penelitian diketahui pula yang tidak teratur dalam mengonsumsi tablet feros terdapat 5 responden (15,6%) yang tidak menderita anemia. Menurut Mardjono (2003) bahwa makanan yang mengandung feros dalam kadar tinggi terdapat pada hati, kuning telur, daging dan kacang-kacangan serta sayuran hijau yang memiliki sumber besi yang baik.

  Hal ini menunjukkan bahwa walaupun ibu tidak teratur dalam mengonsumsi tablet feros, kandungan besi dapat diperoleh dari makanan yang dikonsumsi. Dengan menambah porsi makan dan ibu lebih jeli dalam menyiapkan menu makanan yang bergizi serta bergaya hidup sehat dapat mengurangi terjadinya anemia.

  Hasil penelitian menunjukkan dari 14 responden yang teratur mengonsumsi tablet feros (besi) terdapat 4 responden (43,8%) yang menderita anemia disebabkan karena cara mengonsumsi tablet feros (besi) yang salah seperti kebiasaan mengonsumsi semua macam obat di pagi hari. Selain itu, asupan gizi yang kurang sehingga ibu tetap menderita anemia. Apalagi diminum bersamaan dengan kopi atau WHO mendefinisikan anemia gizi besi (feros) adalah anemia yang terjadi karena kekurangan satu atau lebih dari nutrisi esensial untuk eritropoisis tanpa memandang sebabnya (Manuaba, 2001).Untuk itu hendaknya ibu hamil mengonsumsi tablet feros (besi) juga harus mengonsumsi vitamin dan mineral lain yang cukup terutama vitamin C, karena fungsi vitamin C selain meningkatkan daya tahan tubuh juga berfungsi untuk membantu penyerapan zat besi dalam tubuh. Hal ini sesuai pendapat Sunita Almatsier (2003 ) bahwa zat gizi yang telah dikenal dan sangat berperan meningkatkan absorpsi besi adalah vitamin C.

  Vitamin C dapat meningkatkan absorpsi sampai 4 kali lipat. Vitamin C dengan zat besi membentuk senyawa askorbat besi kompleks yang larut dan mudah diabsorpsi, karena itu sayuran dan buah-buahan segar yang banyak mengandung vitamin C baik digunakan untuk mencegah anemia.

  2003.

  . Jakarta : EGC 11. Manuaba gde. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit kandungan dan Kb.

  JakartaEGC 12. Manuaba gde. 2012. Ilmu Kebidanan Penyakit kandungan dan Kb.

  JakartaEGC 13. Mardjono M. 2003. Farmakologi dan Terapi Edisi 4.

  Jakarta : FKUI.

  14. Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan Dan

  Perilaku Kesehatan

  . Jakarta : Renika Cipta 15. Notoatmodjo, S. 2007. Promosi

  Kesehatan Dan Ilmu Perilaku

  . Jakarta : Renika Cipta 16. Nursalam.

  Konsep Dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan

  10. Manuaba. 2001. Kapita Selekta Penata

  . Jakarta : Salemba Medika 17. Permata sari,2013. Hubungan Status

  Gizi dengan kejadian Anemia pada ibu hamil Trimester III DI BPS HJ,sri Sulasmiati SST.

  http/ejurnal/ Hospital Majapahit.ac.id./index.php/Hsm/article/ view/ di unduh tanggal 23 Desember 2015.

  18. Prawirohardjo, Sarwono. 2014.

  IlmuKebidanan

  . Jakarta : EGC 19. Rukiyah, Ai. Yeyeh. 2010. Asuhan Kebidanan 4 ( Patologi).

  Jakarta: TIM 20. Saifuddin, AB. 2006. Buku Acuan

  Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan

  Neonatal. Jakarta : YBPSB 21. Saifuddin, AB. 2006. Buku Panduan

  Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan

  Laksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB

  FKUI : Media Aesculapius.

  5. KESIMPULAN

  .Jakarta EGD 3. Asrina, Suhartatik, Eddyma W. Ferial.

  Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Ada hubungan perilaku ibu hamil trimester III dalam mengonsumsi tablet feros (besi) dengan anemia di Puskesmas Ngoro Kabupaten Mojokerto. Hal ini dibuktikan dengan nilai

  2

  hitung lebih besar dari

  2

  tabel dengan taraf signifikasi 0,05 maka ditolak. Jadi dapat disimpulkan ada hubungan perilaku ibu hamil trimester III dalam mengonsumsi tablet feros (besi) dengan kejadian anemia.

  REFERENSI 1.

  Almaster, S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu

  Gizi

  . Jakarta : Gramedia Pustaka Utama 2. Arisman. 2010. Gizi dalam Daur

  Kehidupan

  2014. Faktor-Faktor Yang

  . Bandung :Alfabeta 9. Mansjoer, A. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I.

  Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Siti Fatimah Makasar

  . Stikes Nani Hasanudin Makasar. Diakses 23 Desember 2015.

  4. Azrur. 2009. Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan Kejadian Anemia di Puskesmas Banjaran.

  (http:indoskrip.com) diakses 9 Januari 2009 5.

  Azwar, S. 2008. Sikap Manusia.

  Yogyakarta : Pustaka Pelajar 6. Budiarto, Eko. 2004. Metodologi Penelitian Ke Dokteran.

  Jakarta : EGC 7. Hidayat, A. A. A. 2007. Metode

  Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisa Data . Jakarta : Salemba Medika

  8. Irianto Koes. 2015. Kesehatan

  Reproduksi

  Neonatal. Jakarta : YBPSB

  22.

  24. Sustiwa, F. 2009. Menuju Persaingan Tanto Chris. 2014. Kapita Slekta kedokteran I. Global. diakses 23 Jakarta :Media Juli 2009 Aesculapius 23.

  25. Sugiono. 2005. Memahami Penelitihan Winkjosastro,H. 2006. Ilmu Kebidanan.

  Kualitatif . Bandung : Alfa Beta. Jakarta : YBPSP.