DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI

  

DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

Laporan Akuntabilitas Kinerja

Tahun 2015

  

Direktorat Bina Produksi dan Distribusi

Kefarmasian

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan nikmat dan karunia-Nya Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian dapat menerbitkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015. Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Ditjen Binfar dan Alkes Tahun 2015 merupakan media pertanggungjawaban yang menggambarkan pencapaian keberhasilan atau kegagalan kinerja atas pelaksanaan tugas dan kegiatan Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Ditjen Binfar dan Alkes sepanjang tahun 2015 dalam mencapai tujuan dan sasaran strategisnya.

  Keberhasilan dalam pelaksanaan tugas di lingkungan Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Ditjen Binfar dan Alkes tidak terlepas dari hasil kerja keras seluruh pegawai dan unit-unit lintas sektor terkait. Kami juga mengucapkan terima kasih untuk setiap masukan dari berbagai pihak dalam penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Ditjen Binfar dan Alkes tahun 2015.

  Semoga Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Produksi Dan Distribusi Kefarmasian Ditjen Binfar dan Alkes tahun 2015 dapat memberikan informasi dan gambaran penyelenggaraan kegiatan peningkatan produksi dan distribusi kefarmasian pada program kefarmasian dan alat kesehatan yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan evaluasi yang obyektif dalam rangka peningkatan kinerja.

  Jakarta, 27 Januari 2016 Direktur Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Dra. R. Dettie Yuliati, Apt., M.Si.

  NIP. 195812151989112001

  

DAFTAR ISI

  Kata Pengantar .................................................................................................. i Daftar Isi ............................................................................................................. ii Ikhtisar Eksekutif ................................................................................................ iii BAB.I Pendahuluan .................................................................................... 1

  A. Latar Belakang .......................................................................... 1

  B. Maksud dan Tujuan ................................................................... 2

  C. Tugas Pokok dan Fungsi ........................................................... 2

  D. Sistematika ............................................................................... 4 BAB.II Perencanaan Kinerja ........................................................................ 5

  A. Perencanaan Kinerja ................................................................. 5

  B. Perjanjian Kinerja ...................................................................... 7 BAB.III Akuntabilitas Kinerja ......................................................................... 8

  A. Capaian Kinerja ......................................................................... 8

  B. Realisasi Anggaran ................................................................... 26 BAB.IV Penutup ........................................................................................... 28 Lampiran 1 ............................................................................................................. 29 Lampiran 2 ............................................................................................................. 30

IKHTISAR EKSEKUTIF

  Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, Direktorat Bina Produksi dan Distribususi Kefarmasian Ditjen Binfar dan Alkes melaksanakan kegiatan peningkatan produksi dan distribusi kefarmasian pada program kefarmasian dan alat kesehatan. Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2015 merupakan laporan akuntabilitas tahun pertama dalam pencapaian kinerja Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015 - 2019.

  Laporan Akuntabilitas Kinerja berisikan informasi mengenai rencana kinerja dan pencapaian kinerja tahun 2015. Rencana kinerja tahun 2015 merupakan kinerja yang ingin dicapai selama tahun 2015 yang mengacu pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015 - 2019 sedangkan capaian kinerja merupakan realisasi kegiatan selama tahun 2015 yang diarahkan untuk pemenuhan target yang telah ditetapkan dalam rencana kinerja tahun 2015. Realisasi pencapaian luaran/output Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian adalah sebagai berikut :

  LUARAN

INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN

  Meningkatnya

  1. Jumlah bahan baku obat Produksi Bahan dan obat tradisional yang 5 jenis 8 jenis 160% Baku dan Obat diproduksi di dalam negeri Lokal serta

  2. Jumlah industri yang Mutu Sarana memanfaatkan bahan Produksi dan baku obat dan obat 2 industri 2 industri 100% Distribusi tradisional produksi dalam Kefarmasian negeri

  3. Jumlah standar atau pedoman kefarmasian 3 buku 4 buku 133 % atau makanan LUARAN

INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN

  4. Jumlah fasilitasi atau supervisi di bidang 10 produksi dan distribusi 10 proses 100 % proses kefarmasian atau makanan

  Keberhasilan ini tidak terlepas dari hasil kerja keras dan komitmen dari pimpinan dan seluruh pegawai dilingkungan Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian untuk fokus dalam pemanfaatan sumber daya yang dimiliki dalam melaksanakan Program dan Kegiatan yang ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015 - 2019.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Laporan kinerja Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian

  merupakan laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian dalam mencapai tujuan atau sasaran strategis yang tercantum di dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Penyusunan laporan kinerja ini mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2416/Menkes/Per/XII/ 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan / Petunjuk Teknis / Pedoman Penyelenggaraan Sistem Akuntabilitas Kinerja Di Lingkungan Kementerian Kesehatan.

  Laporan kinerja menggambarkan ikhtisar pencapaian sasaran sebagaimana yang ditetapkan dalam dokumen perjanjian kinerja dan dokumen perencanaan kinerja. Ikhtisar pencapaian sasaran tersebut menyajikan informasi tentang pencapaian tujuan dan sasaran organisasi, realisasi pencapaian indikator kinerja kegiatan organisasi, penjelasan atas pencapaian kinerja, serta pembandingan capaian indikator kinerja dengan tahun berjalan terhadap target kinerja lima tahunan yang direncanakan. Laporan kinerja ini juga sebagai salah satu wujud akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance), transparansi dan akuntabilitas sekaligus sebagai alat kendali dan pemacu peningkatan kinerja Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian.

  B. MAKSUD DAN TUJUAN

  Penyusunan laporan akuntabilitas kinerja Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian bertujuan :

  1. Sebagai bentuk pertanggungjawaban yang memuat keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian

  2. Bahan evaluasi akuntabilitas kinerja bagi pihak yang membutuhkan

  3. Penyempurnaan dokumen perencanaan periode yang akan datang

  4. Penyempurnaan pelaksanaan program dan kegiatan yang akan datang

  5. Penyempurnaan bagi kebijakan yang diperlukan

  C. TUGAS POKOK DAN FUNGSI

  Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1144/Menkes/Per/VIII/2010 dan perubahannya dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, dan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang produksi dan distribusi kefarmasian.

  Dalam rangka melaksanakan tugas tersebut Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian menyelenggarakan fungsi :

  1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang produksi dan distribusi kefarmasian;

  2. Pelaksanaan kegiatan di bidang produksi dan distribusi kefarmasian;

  3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang produksi dan distribusi kefarmasian;

  4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis, pengendalian, kajian, dan analisis di bidang produksi dan distribusi kefarmasian;

  5. Pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di bidang produksi dan distribusi kefarmasian;

  6. Pelaksanaan perizinan di bidang produksi dan distribusi kefarmasian; dan 7. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat.

  Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian terdiri atas :

  1. Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional;

  2. Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan;

  3. Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Sediaan Farmasi Khusus;

  4. Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat;

  5. Subbagian Tata Usaha; dan

  6. Kelompok Jabatan Fungsional

  

DIREKTUR

BINA PRODUKSI DAN

DISTRIBUSI KEFARM ASIAN

SUBBAGIAN TATA USAHA SUBDIT PRODUKSI DAN

SUBDIT PRODUKSI DAN SUBDIT PRODUKSI SUBDIT KEM ANDIRIAN

DISTRIBUSI NARKOTIKA,

DISTRIBUSI OBAT DAN KOSM ETIKA DAN OBAT DAN BAHAN BAKU

  OBAT TRADISIONAL M AKANAN PSIKOTROPIKA, PREKURSOR OBAT DAN SEDIAAN FARM ASI SEKSI ANALISIS OBAT SEKSI STANDARDISASI SEKSI NARKOTIKA,

  SEKSI STANDARDISASI DAN BAHAN BAKU OBAT PRODUKSI DAN PRODUKSI KOSM ETIKA DAN PSIKOTROPIKA DAN DISTRIBUSI M AKANAN PREKURSOR FARM ASI

SEKSI PERIZINAN SEKSI PERIZINAN SEKSI SEDIAAN FARM ASI SEKSI KERJASAM A

SARANA PRODUKSI DAN SARANA PRODUKSI KHUSUS DISTRIBUSI KOSM ETIKA

KELOM POK

JABATAN

FUNGSIONAL

  Diagram 1. Struktur Organisasi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Berdasarkan Permenkes Nomor

  1144/MENKES/PER/VIII/2010

D. SISTEMATIKA

  Laporan akuntabilitas kinerja Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2015 ini menjelaskan pencapaian kinerja Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian selama tahun 2015. Pencapaian kinerja tersebut dibandingkan dengan perjanjian kinerja (penetapan kinerja) sebagai tolak ukur keberhasilan organisasi. Sistematika penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian adalah sebagai berikut :

  Ikhtisar Eksekutif

  Bab I - Pendahuluan, menjelaskan latar belakang, maksud dan tujuan

  penyusunan laporan kinerja Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian tahun 2015 berikut penjelasan umum mengenai struktur organisasi pada sub bab tugas pokok dan fungsi, serta sistematika penulisan.

  Bab II - Perencanaan Kinerja, menjelaskan ringkasan/ikhtisar perencanaan

  dan perjanjian kinerja Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian tahun 2015.

  Bab III - Akuntabilitas Kinerja, menjelaskan pengukuran kinerja, pencapaian

  kinerja tahun 2015, analisis akuntabilitas kinerja dan realisasi anggaran dikaitkan dengan pertanggungjawaban publik terhadap pencapaian sasaran strategis tahun 2015.

  Bab IV - Penutup, menjelaskan kesimpulan atas capaian kinerja, langkah-

  langkah yang akan dilakukan untuk meningkatkan kinerja di masa yang akan datang, serta pemanfaatan laporan kinerja Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2015.

  Lampiran-lampiran

BAB II PERENCANAAN KINERJA A. PERENCANAAN KINERJA Perencanaan kinerja merupakan proses perencanaan kegiatan tahunan dan

  indikator kinerja berdasarkan program, kebijakan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam sasaran strategis. Perencanaan kinerja disusun sebagai pedoman bagi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi secara sistematis, terarah dan terpadu.

  Visi dan Misi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi mengacu kepada Visi dan Misi Kementerian Kesehatan sesuai Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015 - 2019 sebagai berikut :

  1. VISI KEMENTERIAN KESEHATAN

  “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong”

  2. MISI KEMENTERIAN KESEHATAN

  Untuk mencapai masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan ditempuh melalui misi sebagai berikut : a. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

  b. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskan negara hukum.

  c. Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati diri sebagai negara maritim.

  d. Mewujudkan kualitas hidup manusia lndonesia yang tinggi, maju dan sejahtera.

  e. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

  f. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional. g. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

3. TUJUAN KEMENTERIAN KESEHATAN

  a. Meningkatnya status kesehatan masyarakat dan;

  b. Meningkatnya daya tanggap (responsiveness) dan perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial di bidang kesehatan.

  

4. SASARAN DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI

KEFARMASIAN

  Sasaran Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian tercermin dalam luaran berupa Meningkatnya Produksi Bahan Baku dan Obat Lokal serta Mutu Sarana Produksi dan Distribusi Kefarmasian. Indikator pencapaian luaran tersebut sesuai dengan Renstra Kementerian Kesehatan dan RKP Kementerian Kesehatan Tahun 2015 - 2019 adalah :

  TARGET NO

  INDIKATOR KINERJA 2015 2016 2017 2018 2019

  1. Jumlah bahan baku obat dan obat tradisional yang

5

*k) *k) *k) *k) *k)

  10

  15

  20

  25 diproduksi di dalam jenis jenis jenis jenis jenis negeri

  2. Jumlah industri yang memanfaatkan bahan

  

2

  4

  6

  8

  10 baku obat dan obat industri industri Industri industri industri

  • *k) *k) *k) *k) *k) tradisional produksi dalam negeri

3 Jumlah standar atau

  

3

  3

  3

  3

  3 pedoman kefarmasian buku buku buku buku buku atau makanan

  4 Jumlah fasilitasi atau supervisi di bidang

  

10

  10

  10

  10

  10 produksi dan distribusi proses proses proses proses proses kefarmasian atau makanan

B. PERJANJIAN KINERJA

  Di dalam perencanaan kinerja ditetapkan target kinerja tahun 2015 yang dituangkan dalam perjanjian kinerja untuk seluruh indikator kinerja yang ada pada tingkat luaran dan kegiatan. Perjanjian kinerja Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2015 sebagai mana diuraikan pada Tabel 1 menjadi komitmen bagi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian untuk mencapainya pada tahun 2015.

  Tabel 1. Perjanjian Kinerja Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian, Ditjen Binfar dan Alkes Tahun 2015

  LUARAN

  INDIKATOR KINERJA TARGET Meningkatnya Produksi Bahan Baku dan Obat Lokal serta Mutu Sarana Produksi dan Distribusi Kefarmasian

  1. Jumlah bahan baku obat dan obat tradisional yang diproduksi di dalam negeri 5 jenis

  2. Jumlah industri yang memanfaatkan bahan baku obat dan obat tradisional produksi dalam negeri 2 industri

  3. Jumlah standar atau pedoman kefarmasian atau makanan 3 buku

  4. Jumlah fasilitasi atau supervisi di bidang produksi dan distribusi kefarmasian atau makanan 10 proses

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. CAPAIAN KINERJA Akuntabilitas adalah kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban atau

  untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah dokumen yang berisi gambaran perwujudan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah yang disusun dan disampaikan secara sistematik dan melembaga. Pengukuran kinerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, kebijakan, sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi, misi dan strategi instansi pemerintah. Proses ini dimaksudkan untuk menilai pencapaian setiap indicator kinerja guna memberikan gambaran tentang keberhasilan dan kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran. Pengukuran tingkat capaian kinerja Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian tahun 2015 dilakukan dengan cara membandingkan antara target dengan realisasi masing-masing indikator kinerja sasaran.

  Tahun 2015 merupakan tahun pertama pelaksanaan dari Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015 - 2019. Adapun pengukuran kinerja yang dilakukan adalah dengan membandingkan realisasi capaian dengan rencana tingkat capaian (target) pada setiap indikator, sehingga diperoleh gambaran tingkat keberhasilan pencapaian masing-masing indikator. Berdasarkan pengukuran kinerja tersebut diperoleh informasi menyangkut masing-masing indikator, sehingga dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan kegiatan di masa yang akan datang agar setiap kegiatan yang direncanakan dapat lebih berhasil guna dan berdaya guna. Pengukuran kinerja dapat memberikan gambaran kepada pihak pihak internal dan eksternal tentang pelaksanaan misi organisasi dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

  Luaran / output merupakan hasil yang akan dicapai secara nyata oleh kegiatan peningkatan produksi dan distribusi kefarmasian dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur, dalam kurun waktu 1 (satu) tahun. Dalam rangka mencapai luaran, perlu ditinjau indikator kegiatan peningkatan produksi dan distribusi kefarmasian yang telah ditetapkan. Luaran indikator kegiatan peningkatan produksi dan distribusi kefarmasian adalah sebagai berikut:

  Meningkatnya Produksi Bahan Baku dan Obat Lokal serta Mutu Sarana Produksi dan Distribusi Kefarmasian

  Besaran target dan realisasi masing-masing indikator Tahun 2015 tertera pada Tabel 2.

  Tabel 2. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan Peningkatan Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2015

  LUARAN

  INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN Meningkatnya

  1. Jumlah bahan baku Produksi obat dan obat

Bahan Baku tradisional yang 5 jenis 8 jenis 160%

dan Obat diproduksi di dalam Lokal serta negeri Mutu Sarana

  2. Jumlah industri yang Produksi dan memanfaatkan bahan Distribusi baku obat dan obat 2 industri 2 industri 100% Kefarmasian tradisional produksi dalam negeri

  3. Jumlah standar atau pedoman kefarmasian 3 buku 4 buku 133 % atau makanan

  4. Jumlah fasilitasi atau supervisi di bidang produksi dan distribusi 10 proses 10 proses 100 % kefarmasian atau makanan

1. SUMBER DAYA MANUSIA

  Dalam mencapai kinerja, Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian didukung dengan sumber daya manusia dan sumber daya anggaran.

  Keadaan PNS di lingkungan Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian sampai akhir tahun 2015 berjumlah 43 orang dengan rincian sebagaimana diuraikan dalam Tabel 3.

  Tabel 3. Jumlah PNS di Lingkungan Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2015

  NO J A B A T A N JUMLAH

  A. Menurut Jabatan

  Jabatan Struktural 14 orang Jabatan Fungsional Umum 29 orang

  B. Menurut Golongan

  Golongan II 2 orang Golongan III 33 orang Golongan IV 8 orang

  C. Menurut Pendidikan

  S2 13 orang Apoteker 21 orang S1 5 orang D3 2 orang SMF 1 orang SLTP 1 orang Total SDM 43 orang Jenis dan tingkat pendidikan menunjukan kekuatan sumber daya manusia Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian. Dengan kondisi yang ada dirasa perlu selalu dilakukan peningkatan kualitas sumber daya manusia di lingkungan Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian sehingga akan mampu memberikan masukan, mendukung dan melaksanakan kebijakan pemerintah dibidang kesehatan.

  

KOM POSISI PNS DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI

KEFARM ASIAN TAHUN 2015 BERDASARKAN JABATAN

32,56% 67,44%

  

Jabat an St rukt ural Jabat an Fungsional Umum

  Diagram 2. Komposisi PNS Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2015 Berdasarkan Jabatan

  

KOM POSISI PNS DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI

KEFARM ASIAN TAHUN 2015 BERDASARKAN GOLONGAN

Golongan IV; Golongan II;

  18,60% 4,65% Golongan III; 76,74%

  Diagram 3. Komposisi PNS Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2015 Berdasarkan Golongan

KOM POSISI PNS DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARM ASIAN TAHUN 2015 BERDASARKAN PENDIDIKAN

  D3 SM F S1 4,65% 2,33% SLTP 11,63% 2,33%

  S2 30,23% Apot eker 48,84%

  Diagram 4. Komposisi PNS Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2015 Berdasarkan Pendidikan

2. ANALISIS AKUNTABILITAS KINERJA

  Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian tahun 2015 disusun menggunakan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015 - 2019, RKP Kementerian Kesehatan Tahun 2015 - 2019 dan Struktur Organisasi berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan.

  Indikator Kinerja Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian adalah sebagai berikut :

  1. Jumlah bahan baku obat dan obat tradisional yang diproduksi di dalam negeri

  2. Jumlah industri yang memanfaatkan bahan baku obat dan obat tradisional produksi dalam negeri

  3. Jumlah standar atau pedoman kefarmasian atau makanan

  4. Jumlah fasilitasi atau supervisi di bidang produksi dan distribusi kefarmasian atau makanan

  Dalam rangka meningkatkan produksi dan distribusi kefarmasian maka Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian melakukan berbagai kegiatan yang mendukung luaran : Meningkatnya Produksi Bahan Baku dan Obat Lokal serta Mutu Sarana Produksi dan Distribusi Kefarmasian. Berikut ini akan diuraikan pencapaian indikator kinerja dari Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian.

a. Indikator Pertama

  

JUM LAH BAHAN BAKU OBAT DAN OBAT TRADISIONAL YANG DIPRODUKSI DI

DALAM NEGERI

  Definisi operasional : “Jumlah bahan awal penyusun sediaan farmasi (obat dan obat tradisional) dapat berupa bahan berkhasiat maupun bahan tambahan, yang merupakan hasil penerapan teknologi maupun berupa bahan alam, yang siap diproduksi, dan / atau dibuat di Indonesia”.

  Kondisi yang dicapai :

  Pada tahun 2015, jumlah bahan baku obat dan obat tradisional yang diproduksi di dalam negeri mencapai 8 jenis dari target sebanyak 5 jenis yang telah ditetapkan. Upaya yang dilakukan adalah dengan pendirian kelompok kerja kemandirian bahan baku obat beranggotakan lintas kementerian dan stakeholder terkait lain dengan Kementerian Kesehatan sebagai koordinator. Pencapaian kemandirian obat dan bahan baku obat juga terutama dilakukan melalui kerjasama dan fasilitasi penelitian dengan lembaga penelitian (BPPT dan LIPI) dan Perguruan Tinggi di bidang pengembangan bahan baku obat serta pembentukan jejaring dengan berbagai stakeholder diantaranya institusi penelitian, kalangan industri dan asosiasi pengusaha. Pada tahun 2015 dilakukan kerjasama dengan Kementerian Riset dan Teknologi (BPPT) dan Kementerian Pendidikan melalui Perguruan Tinggi yaitu Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Padjajaran (UNPAD).

  Daftar jenis bahan baku obat dan obat tradisional yang diproduksi di dalam negeri tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 4, sedangkan target, realisasi dan capaian pada tahun 2015 dapat dillihat pada Tabel 5.

  Tabel 4. Daftar Nama Bahan Baku Obat dan Bahan Baku Obat Tradisional Yang Diproduksi Di Dalam Negeri Tahun 2015

  

NO BBO / BBOT KERJASAMA A-B-G

  

1 Ekstrak Terstandar Daun Kepel (Stelechocarpus UGM - PT Swayasa

burahol (BI.) Hook.f. & Th) Prakarsa

  

2 Ekstrak Umbi Bengkoang (Pachyrrhizus erosus UGM - PT Swayasa

L.)

  Prakarsa

  

3 Ekstrak Aktif Terstandar Daun Mimba UGM - PT Swayasa

(Azadirachta indica) Prakarsa

  

4 Ekstrak Biji Klabet (Trigonella foenum-graecum BPPT - PT Kimia

L.)

  Farma

  5 Pemanis Alami Glikosida Steviol

  ITB - PT Kimia Farma

  6 Ekstrak Terstandar Strobilanthes crispus L.

  ITB - PT Kimia Farma

  

7 Ekstrak Terstandar Kelopak Bunga Rosela UNPAD - PT

( Hibiscus sabdariffa L.) Phytochemindo Reksa

  

8 Karagenan Pharmaceutical Grade UNPAD - CV

Suprima

  Tabel 5. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Kinerja Jumlah Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional Yang Diproduksi Di Dalam Negeri Tahun

  2015

  INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN Jumlah Bahan Baku Obat dan Obat

Tradisional Yang Diproduksi Di Dalam 5 jenis 8 jenis 160% Negeri Dalam mencapai indikator Jumlah Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional Yang Diproduksi Di Dalam Negeri, pada tahun 2015 telah dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

  1. Workshop Peningkatan Kapasitas Produksi BBO dan BBOT

  2. Fasilitasi Peningkatan Kapasitas Produksi Bahan Baku Obat dan Bahan Baku Obat Tradisional

  3. Pembinaan dan Peningkatan Kapasitas SDM P4TO dan PED

  4. Inisiasi Sertifikasi PED Sebagai IEBA

  5. Fasilitasi Peralatan Laboratorium pada P4TO Tahun 2015

  6. Kajian Teknis Terkait Skematika dan Pelaksanaan Fasilitasi Pengembangan BBO dan BBOT di Indonesia

  7. Penyusunan Petunjuk Teknis Pelatihan dan Pengembangan P4TO dan PED

  8. Penyediaan Referensi Nasional dan Internasional

  9. Fasilitasi Peralatan Pusat Pengolahan Pasca Panen Tanaman Obat dan Pusat Ekstrak DaerahTahun 2015

  10. Penandatanganan MoU/Perjanjian Kerjasama Fasilitasi Peralatan P4TO/Laboratorium Mikrobiogi/Fasilitasi Peningkatan Kapasitas Produksi BBO dan BBOT

  11. Peningkatan Kemampuan dan Pengetahuan Dalam Pengembangan BBO

  12. Fasilitasi Perjalanan Panitia Penerima dan Tim Teknis P4TO/PED/Laboratorium Mikrobiologi ke Provinsi

b. Indikator Kedua

  

JUM LAH INDUSTRI YANG M EM ANFAATKAN BAHAN BAKU OBAT DAN

OBAT TRADISIONAL PRODUKSI DALAM NEGERI

  Definisi operasional : “Jumlah industri yang akan memanfaatkan bahan awal penyusun sediaan farmasi (obat dan obat tradisional) dapat berupa bahan berkhasiat maupun bahan tambahan, yang merupakan hasil penerapan teknologi maupun berupa bahan alam yang diproduksi dan / atau dibuat di Indonesia”.

  Kondisi yang dicapai:

  Pada tahun 2015, jumlah industri yang memanfaatkan bahan baku obat dan obat tradisional produksi dalam negeri adalah sebanyak 2 industri dari target sebanyak 2 industri yang telah ditetapkan. Upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan penjajagan ke industri mitra yang bekerjasama dengan Pihak Kedua pada fasilitasi penelitian, pengembangan dan peningkatan kapasitas produksi bahan baku obat dan obat tradisional yang telah dilaksanakan pada tahun 2012 - 2015. Pencapaian ini akan ditindaklanjuti dengan kesiapan pendaftaran produk dan kesiapan fasilitas produksi pada tahun 2016.

  Pada tahun 2015 dilakukan kerjasama dengan 2 industri mitra, yaitu PT Swayasa Prakarsa dan PT Kimia Farma.

  Daftar industri yang memanfaatkan bahan baku obat dan obat tradisional produksi dalam negeri pada tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 6, sedangkan target, realisasi dan capaian pada tahun 2015 dapat dillihat pada Tabel 7.

  Tabel 6. Daftar Industri Yang Memanfaatkan Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional Produksi Dalam Negeri Tahun 2015

  NO Industri BBO / BBOT Yang Dimanfaatkan

  1 PT Swayasa - Ekstrak Aktif Terstandar Daun Awar-awar Prakarsa Ficus septica (hasil tahun 2014)

  • Ekstrak Terstandar Daun Kepel

  Stelechocarpus burahol (BI.) Hook.f. & Th (hasil tahun 2015)

  • Ekstrak Umbi Bengkoang Pachyrrhizus erosus

  L. (hasil tahun 2015)

  • Ekstrak Aktif Terstandar Daun Mimba

  Azadirachta indica (hasil tahun 2015)

2 PT Kimia Farma - Ekstrak Terstandar Daun Tempuyung

  Sonchus arvensis L. (hasil tahun 2014)

  • Ekstrak Biji Klabet Trigonella foenum-graecum

  L. (hasil tahun 2015)

  • Pemanis Alami Glikosida Steviol (hasil tahun 2015) - Ekstrak Terstandar Strobilanthes crispus L.

  (hasil tahun 2015)

  Tabel 7. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Kinerja Jumlah Industri Yang Memanfaatkan Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional

  Produksi Dalam Negeri Tahun 2015

  INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN Jumlah Industri Yang Memanfaatkan Bahan Baku Obat 2 industri 2 industri 100% dan Obat Tradisional Produksi Dalam Negeri

  Dalam mencapai indikator Jumlah Industri Yang Memanfaatkan Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional Produksi Dalam Negeri, pada tahun 2015 telah dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

  1. Fasilitasi Pemenuhan PQ WHO

  2. Aliansi Strategis Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat

  3. Fasilitasi Terlaksananya Iklim Kondusif Pengembangan Industri Farmasi dan Industri Bahan Baku Obat

  4. Fasilitasi Kerjasama dan Penguatan Jejaring

  5. Kajian Teknis Atas Pemberian Insentif Pada Produsen BBO dan BBOT

  6. Pemutakhiran Roadmap Pengembangan Bahan Baku Obat

  7. Pemutakhiran Masterplan Pengembangan Bahan Baku Obat Tradisional

  8. Pembinaan Industri BBO dan BBOT

  9. Rapat Persiapan OIC

  10. Penyusunan Laporan Transaksi Obat PBF

  11. Penyusunan Laporan Perijinan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi

  12. Evaluasi Pelaksanaan Pelayanan Perizinan Bidang Produksi dan Distribusi Kefarmasian

  13. Workshop Peningkatan Daya Saing Industri Farmasi

  14. Penyusunan Database Sarana Produksi dan Distribusi Kefarmasian

  Secara Elektronik

  15. Penyusunan Roadmap Pengembangan Industri Farmasi

  16. Pemetaan Industri Kosmetika

  17. Pengolahan Data dan Evaluasi Perizinan Bidang Kosmetika

c. Indikator Ketiga

  

JUM LAH STANDAR ATAU PEDOM AN KEFARM ASIAN ATAU M AKANAn

  Definisi operasional : “Standar adalah standar mutu yang digunakan sebagai acuan di sarana produksi dan distribusi kefarmasian dan / atau makanan dan bersifat mengikat, sedangkan pedoman adalah bahan yang dapat digunakan sebagai acuan bagi petugas dan pelaku sarana produksi dan distribusi kefarmasian dan / atau makanan dan bersifat tidak mengikat”.

  Kondisi yang dicapai:

  Pada tahun 2015, Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian telah menghasilkan 4 standar atau pedoman dari target sebanyak 3 standar atau pedoman yang telah ditetapkan. Penyusunan standar atau pedoman kefarmasian atau makanan perlu dilaksanakan untuk meningkatkan mutu produk kefarmasian atau makanan sehingga dapat memberikan jaminan perlindungan terhadap keamanan, khasiat dan mutu bagi kesehatan masyarakat serta menjadi acuan bagi produsen atau distributor agar bisa menghasilkan produk yang baik dan sesuai ketentuan agar aman dipergunakan dan dikonsumsi oleh masyarakat. Penyusunan standar atau pedoman dilaksanakan seiring dengan perubahan dan menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kebutuhan di lapangan. Kegiatan penyusunan standar atau pedoman di bidang produksi dan distribusi kefarmasian atau makanan pada dasarnya dilaksanakan dalam rangka mendukung peningkatan pembangunan kesehatan yang berkaitan dengan kegiatan pembinaan di bidang produksi dan distribusi kefarmasian. Mengingat bidang produksi dan distribusi kefarmasian merupakan salah satu bidang yang sangat dinamis, kompleks dan multi-dimensi maka perlu dilaksanakan penyusunan standar atau pedoman yang sistematik dan komprehensif yang dapat menjadi acuan pelaksanaan produksi dan distribusi yang baik dan benar.

  Daftar standar atau pedoman kefarmasian atau makanan yang disusun pada tahun 2015 adalah :

  1. Suplemen III Farmakope Herbal Indonesia

  2. Suplemen I Farmakope Indonesia Edisi V

  3. Manual Book e-Licensing Kefarmasian

  4. Manual Book SIPNAP Target, realisasi dan capaian pada tahun 2015 dapat dillihat pada Tabel 8 dibawah ini.

  Tabel 8. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Kinerja Jumlah Standar atau Pedoman Kefarmasian atau Makanan Tahun 2015

  INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN Jumlah Standar atau Pedoman 3 buku 4 buku 133% Kefarmasian atau Makanan

  Dalam mencapai indikator Jumlah Standar atau Pedoman Kefarmasian atau Makanan, pada tahun 2015 telah dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

  1. Penyusunan Farmakope Herbal Indonesia (FHI) Edisi II dan Pengujian Ulang FHI Edisi I dan Suplemennya

  2. Penyusunan Suplemen I Farmakope Indonesia Edisi V

  3. Pengujian Simplisia dan Ekstrak dalam Rangka Penyusunan Suplemen I FHI Edisi II

  4. Penyusunan Kurikulum Pelatihan CPOTB untuk Penanggungjawab Teknis Industri dan Usaha Obat Tradisional

  5. Revisi Kodeks Makanan Indonesia Tahap II

  6. Penyusunan Buku Pedoman Pembinaan Keamanan Pangan bagi Petugas Kesehatan

  7. Revisi Pedoman Pembinaan Industri Kosmetik Bagi Petugas

  8. Pencetakan Produk Sub Direktorat Produksi Kosmetika dan Makanan

  9. Buku Panduan Pelaporan Sarana Produksi Kosmetika

  10. Pencetakan Produk Sub Direktorat Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Sediaan Farmasi Khusus

  11. Penyusunan Materi Teknis untuk Pengaturan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor

  12. Pencetakan di Bidang Perizinan Produksi dan Distribusi Kefarmasian

  13. Pencetakan di Bidang Pelaporan Produksi dan Distribusi Kefarmasian

  14. Penyusunan Daftar Tilik Pembinaan UKOT

d. Indikator Keempat JUM LAH FASILITASI ATAU SUPERVISI DI BIDANG PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARM ASIAN ATAU M AKANAN

  Definisi operasional : “Jumlah fasilitasi atau supervisi dalam bentuk pembinaan, pembekalan, workshop, peningkatan kapasitas dan bentuk lainnya di bidang produksi dan distribusi kefarmasian atau makanan”.

  Kondisi yang dicapai:

  Pada tahun 2015, Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian telah melaksanakan 10 proses fasilitasi atau supervisi dari target sebanyak 10 proses yang telah ditetapkan. Fasilitasi atau supervisi dalam bentuk pembinaan, pembekalan, workshop, ataupun peningkatan kapasitas perlu dilaksanakan untuk meningkatkan mutu produk dan kapabilitas dari SDM di bidang kefarmasian atau makanan, sehingga dapat memberikan jaminan perlindungan terhadap keamanan, khasiat dan mutu bagi kesehatan masyarakat. Kegiatan fasilitasi atau supervisi di bidang produksi dan distribusi kefarmasian atau makanan pada dasarnya dilaksanakan dalam rangka mendukung peningkatan pembangunan kesehatan yang berkaitan dengan kegiatan pembinaan di bidang produksi dan distribusi kefarmasian.

  Daftar proses fasilitasi atau supervisi di bidang produksi dan distribusi kefarmasian atau makanan yang dilaksanakan pada tahun 2015 adalah :

  1. Workshop pembinaan UJG-UJR

  2. Peningkatan Kapasitas Penanggungjawab Teknis Bidang Obat Tradisional

  3. Coaching dan Evaluasi Sistem e-Report PBF Tingkat Provinsi

  4. Sosialisasi e-Licensing Kefarmasian

  5. Sosialisasi Sistem Pelaporan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi

  6. Review Penerapan SIPNAP

  7. Pembinaan Sarana Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi

  8. Pembinaan Sarana Produksi Kosmetika

  9. Peningkatan Kemampuan Pelaksana Notifikasi dan CPKB pada Industri Kosmetika UMKM

  10. Peningkatan Kemampuan UMKM di Bidang Makanan Target, realisasi dan capaian pada tahun 2015 dapat dillihat pada Tabel 9 dibawah ini.

  Tabel 9. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Kinerja Jumlah Fasilitasi atau Supervisi di Bidang Produksi dan Distribusi Kefarmasian atau Makanan Tahun 2015

  INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN Jumlah Fasilitasi atau Supervisi di Bidang Produksi dan Distribusi 10 proses 10 proses 100% Kefarmasian atau Makanan Dalam mencapai indikator Jumlah Fasilitasi atau Supervisi di Bidang Produksi dan Distribusi Kefarmasian atau Makanan, pada tahun 2015 telah dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

  1. Peningkatan Penerapan Sistem e-Report PBF

  2. Penerapan e-Licensing Produksi dan Distribusi Kefarmasian

  3. Pemantapan Implementasi Sistem e-Licensing Bagi Petugas Pusat

  4. Sosialisasi Sistem Pelaporan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi

  5. Monitoring Implementasi Sistem Pelaporan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi

  6. Pembinaan Sarana Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi

  7. Review Penerapan SIPNAP

  8. Aliansi Strategis Bidang Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Sediaan Farmasi Khusus

  9. Fasilitasi Pengaturan Narkotika untuk Penatalaksanaan Nyeri

  10. Peningkatan Kemampuan Sistem Pelaporan Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi

  11. Fasilitasi Pengaturan Pemasukan Obat Untuk Pengobatan Mandiri

  12. Monitoring Implementasi e-Report PBF pada Sarana Distribusi

  13. Pemberdayaan UJG dan UJR

  14. Pengembangan Daya Saing Industri dan Usaha Obat Tradisional Jawa Tengah

  15. Gerakan Nasional Bugar Dengan Jamu (Gernas Bude Jamu)

  16. Start Up Bisnis 1000 Gerai / Outlet Jamu

  17. Peningkatan Kapasitas Penanggungjawab Teknis Bidang Obat Tradisional

  18. Evaluasi Sosialisasi Makanan Jajanan Anak Sekolah (MJAS)

  19. Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Makanan Melalui Media Cetak

  20. Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kosmetika Melalui Media Cetak

  21. Peningkatan Kemampuan Pelaksana Notifikasi dan CPKB pada Industri Kosmetika UMKM

  22. Aliansi Strategis Bidang Kosmetik dan atau Makanan

  23. Peningkatan Kapasitas Industri Kosmetik

  24. Peningkatan Kemampuan UMKM di Bidang Makanan

e. Kegiatan Penunjang

  Pelaksanaan kegiatan Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian yang menunjang pencapaian indikator dituangkan berdasarkan tugas pokok dan fungsi yang meliputi :

  1. Evaluasi Kinerja Dalam Rangka Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Direktorat

  2. Penyusunan Rencana Kerja Tahunan dan Kontrak Kerja Direktorat

  3. Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Prodis Kefarmasian

  4. Penyusunan Laporan Tahunan Direktorat Bina Prodis Kefarmasian

  5. Penyusutan Arsip Direktorat

  6. Penyusunan Program dan Kegiatan Direktorat Bina Prodis Kefarmasian

  7. Penyusunan RKAKL Direktorat Bina Prodis Kefarmasian

  8. Penyusunan Laporan SAK

  9. Penyusunan Laporan SIMAK-BMN

  10. ASEAN Working Groups of Pharmaceuticals Development 2015

  11. Harmonisasi dan Peningkatan Kemampuan dalam Rangka Pembinaan Produksi dan Distribusi Kefarmasian

  12. Peningkatan Kapasitas SDM Direktorat Bina Prodis Kefarmasian

  13. Fasilitasi Perjalanan dalam Rangka Binwil dan PDBK

  14. Rapat Konsultasi Teknis Direktorat Bina Prodis Kefarmasian

  15. Distribusi Produk Cetakan Direktorat

  16. Resertifikasi ISO 9001:2008

  17. Peningkatan Kemampuan Sistem Pelaporan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi

  18. Peningkatan Kemampuan Sistem Aplikasi E-Pharm

  19. Pengadaan Sistem Informasi Pelaporan Produksi Kosmetika

  20. Penyelenggaraan Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran

  21. Pemeliharaan Sistem Elektronik Perizinan dan Pelaporan

  f. Kegiatan Perizinan

  IF PRINSIP

   I Z

  IEBA PBF PBFBO JU M L A H

  IEBA PRINSIP

  IOT

  IOT PRINSIP

  IF

  18 100 200 300

  Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian juga melaksanakan kegiatan perizinan.

  2 1 254

  1

  27

  1

  78

  Grafik 1. Rekapitulasi Perizinan Sub Direktorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional Tahun 2015

  1. Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional melaksanakan perizinan yang meliputi Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional, Pedagang Besar Farmasi, Pedagang Besar Farmasi Bahan Obat dan Industri Ekstrak Bahan Alam. Jumlah izin yang diterbitkan selama tahun 2015 adalah sebanyak 382 izin yang terbagi dalam 8 jenis. Sebaran masing-masing perizinan Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional yang telah diterbitkan pada tahun 2015 dapat dilihat pada Grafik 1.

  IN JENIS IZIN REKAPITULASI PERIZINAN SUB DIREKTORAT PRODUKSI DAN DISTRIBUSI OBAT DAN OBAT TRADISIONAL TAHUN 2015