ŝi LAKIP BADAN PENGEMBANGAN DAN

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Upaya mendukung terciptanya pemerintahan yang baik (good governance) salah satunya diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban instansi pemerintah yang transparan. Dalam hal menciptakan pemerintahan yang baik telah dimulai sejak ditetapkannya Tap MPR RI Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Dalam hal akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, sistem yang telah dikembangkan adalah sistem akuntabilitas kinerja pemerintah (SAKIP), yang mewajibkan setiap instansi pemerintah menyusun laporan akuntabilitas kinerjanya.

Penyusunan laporan akuntabilitas instansi pemerintah telah diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Perpres tersebut menyebutkan bahwa Laporan Kinerja adalah ikhtisar yang menjelaskan secara ringkas dan lengkap tentang capaian Kinerja yang disusun berdasarkan rencana kerja yang ditetapkan dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBN/APBD). Pada tahun 2015 telah ditetapkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah sebagai turunan dari Perpres Nomor 29 Tahun 2014 tersebut.

Salah satu unit organisasi eselon I di lingkungan Kementerian Kesehatan RI adalah Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (Badan PPSDM Kesehatan). Sesuai dengan nama organisasinya Badan PPSDM Kesehatan memiliki fokus kinerja utama pada pengembangan dan pemberdyaan sumber daya manusia kesehatan dalam mendukung pembangunan kesehatan secara nasional. Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan kesehatan sebagai salah satu dari hak asasi manusia, hal tersebut dinyatakan dalam Pasal 28 butir H yang menyebutkan bahwa Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada Pasal 21 ditetapkan bahwa pemerintah mengatur perencanaan, pengadaan, pendayagunaan serta pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan.

LAKIP Badan PPSDM Kesehatan Tahun 2015 disusun dengan memperhatikan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015 – 2019, Rencana Aksi Program Badan PPSDM Kesehatan Tahun 2015 – 2019 serta Perjanjian Kinerja Badan PPSDM Kesehatan Tahun 2015. Pada tahun 2015 ini merupakan awal permulaan periode pelaksanaan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015 – 2019. Diharapkan LAKIP ini dapat menjadi sumber informasi pencapaian hasil, permasalahan utama, upaya pemecahan masalah dan strategi keberhasilan untuk kurun waktu 2015 – 2019 yang dapat dijadikan lesson learned pada perencanaan strategis 5 tahun kedepan.

B. TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Berdasarkan Permenkes Nomor 1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan memiliki tugas pokok yang dijabarkan dalam 4 (empat) fungsi, yaitu :

Melaksanakan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM di Bidang Kesehatan Pemantauan,

Penyusunan

Pelaksanaan

evaluasi, dan

kebijakan teknis

pengembangan dan

pelaporan

pengembangan dan

pemberdayaan SDM

pengembangan dan

pemberdayaan SDM

Kesehatan di bidang pemberdayaan SDM

Kesehatan di bidang

perencanaan,

Kesehatan di bidang

perencanaan, Pelaksanaan

pendayagunaan, dan

perencanaan,

pendayagunaan, administrasi Badan

kompetensi, dan

peningkatan

kompetensi, dan

pembinaan mutu

kompetensi, dan

pembinaan mutu

sumber daya manusia

pembinaan mutu

sumber daya manusia

kesehatan

sumber daya manusia

kesehatan

kesehatan

D alam melaks sanakan tuga as pokok da an fungsinya , Badan Pen ngembangan n dan Pembe erdayaan Sumber Daya Manus sia Kesehata an terdiri dari :

1. . Sekretaria at Badan

2. . Pusat Per rencanaan da an Pendayag gunaan SDM Kesehatan

3. . Pusat Pen ndidikan dan Pelatihan Te enaga Keseh hatan

4. . Pusat Pen ndidikan dan Pelatihan Ap paratur

5. . Pusat Sta ndardisasi, S Sertifikasi dan n Pendidikan n Berkelanjut an SDM Kes sehatan

Gambar 1. 1. Struktur O Organisasi Ba adan PPSDM M Kesehatan Berdasarka an Permenke s 1144/2010

ekretariat B B.1. Se adan

Se ekretariat Ba adan PPSD M Kesehata an sebagai Unit Eselon

II bertugas s untuk mem mberikan pe elayanan te knis dan a administrasi kepada sem mua unsur di Lingkung gan Badan PPSDM Ke esehatan. S Sesuai denga an fungsinya a maka tug as ini dilaks sanakan ole eh Sekretaria at Badan P PSDM Kese ehatan, ada pun tugas pokok dari Sekretariat Badan yang g mempuny yai tugas memberikan p m pelayanan te eknis dan a administrasi kepada sem mua unsur d di lingkunga n Badan P PSDM Keseh hatan dan m enyelenggar rakan fungsi:

1. . Penyusuna an rencana p program dan anggaran, se erta penyedia aan data dan n informasi;

2. . Pelaksanaa an urusan ta ta persuratan n, kearsipan, , dan gaji;

3. . Pengelolaa an urusan ke pegawaian d dan jabatan f fungsional;

4. Pengelolaan urusan keuangan, rumah tangga, dan perlengkapan;

5. Penyiapan bahan urusan dan layanan hukum, penataan organisasi, dan hubungan masyarakat.

Organisasi Sekretariat Badan PPSDM Kesehatan terdiri dari:

1. Bagian Program dan Informasi;

2. Bagian Kepegawaian dan Tata Usaha;

3. Bagian Keuangan dan Perlengkapan;

4. Bagian Hukum, Organisasi dan Hubungan Masyarakat.

B.2. Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan

Berdasarkan Permenkes Nomor 1144/MENKES/ PER/VIII/2010 Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan Sumber Daya Manusia Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan di bidang perencanaan dan pendayagunaan sumber daya manusia kesehatan. Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan Sumber Daya Manusia Kesehatan menyelenggarakan fungsi:

1. Penyiapan penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan di bidang perencanaan sumber daya

manusia kesehatan, pendayagunaan sumber daya manusia kesehatan dalam negeri, dan pendayagunaan sumber daya manusia kesehatan Indonesia di luar negeri, serta pendayagunaan sumber daya manusia kesehatan asing di Indonesia;

2. Pelaksanaan kebijakan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan di bidang perencanaan sumber daya manusia kesehatan, pendayagunaan sumber daya

manusia kesehatan dalam negeri, dan pendayagunaan sumber daya manusia kesehatan Indonesia di luar negeri, serta pendayagunaan sumber daya manusia kesehatan asing di Indonesia;

3. Pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan di bidang perencanaan dan pendayagunaan sumber daya manusia

kesehatan dalam negeri, dan pendayagunaan sumber daya manusia kesehatan Indonesia di luar negeri, serta pendayagunaan sumber daya manusia kesehatan asing di Indonesia; dan

4. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Pusat.

Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, terdiri atas:

1. Bidang Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan;

2. Bidang Pendayagunaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Dalam Negeri;

3. Bidang Pendayagunaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Luar Negeri;

4. Subbagian Tata Usaha; dan

5. Kelompok Jabatan Fungsional.

B.3. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan

Sesuai Permenkes Nomor 1144/MENKES/ PER/VIII/2010 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaaan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan di bidang pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan menyelenggarakan fungsi:

1. Penyiapan penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatandi bidang program dan pengembangan,

pendidikan dan pelatihan, dan pengendalian mutu pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan;

2. Pelaksanaan kebijakan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan di bidang program dan pengembangan, pendidikan dan pelatihan, dan pengendalian mutu

pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan;

3. Pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan di bidang program dan pengembangan, pendidikan dan pelatihan,

dan pengendalian mutu pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan; dan

4. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Pusat. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan terdiri atas:

1. Bidang Program dan Pengembangan;

2. Bidang Pendidikan dan Pelatihan;

3. Bidang Pengendalian Mutu;

4. Subbagian Tata Usaha; dan

5. Kelompok Jabatan Fungsional.

B.4. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Aparatur

Berdasarkan Permenkes Nomor 1144/MENKES/ PER/VIII/2010 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Aparatur mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan di bidang pendidikan dan pelatihan aparatur. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Aparatur menyelenggarakan fungsi:

1. Penyiapan penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatandi bidang perencanaan, pengembangan dan

pengendalian mutu, pendidikan dan pelatihan kepemimpinan dan manajemen kesehatan, pendidikan dan pelatihan teknis dan fungsional kesehatan;

2. Pelaksanaan kebijakan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan di bidang perencanaan, pengembangan dan pengendalian mutu, pendidikan dan pelatihan

kepemimpinan dan manajemen kesehatan, pendidikan dan pelatihan teknis dan fungsional kesehatan;

3. Pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatandi bidang perencanaan, pengembangan dan pengendalian mutu,

pendidikan dan pelatihan kepemimpinan dan manajemen kesehatan, pendidikan dan pelatihan teknis dan fungsional kesehatan; dan

4. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Pusat.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Aparatur terdiri atas:

1. Bidang Perencanaan, Pengembangan, dan Pengendalian Mutu;

2. Bidang Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan dan Manajemen Kesehatan;

3. Bidang Pendidikan dan Pelatihan Teknis dan Fungsional Kesehatan;

4. Subbagian Tata Usaha; dan

5. Kelompok Jabatan Fungsional.

B.5. Pusat Standardisasi, Sertifikasi dan Pendidikan Berkelanjutan SDM Kesehatan

Sesuai Permenkes Nomor 1144/MENKES/ PER/VIII/2010 Pusat Standardisasi, Sertifikasi dan Pendidikan Berkelanjutan Sumber Daya Manusia Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaaan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan di bidang standardisasi, sertifikasi dan pendidikan berkelanjutan sumber daya manusia kesehatan.

Pusat Standardisasi, Sertifikasi dan Pendidikan Berkelanjutan Sumber Daya Manusia Kesehatan menyelenggarakan fungsi:

1. Penyiapan penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatandi bidang perencanaan dan program,

standardisasi dan sertifikasi sumber daya manusia kesehatan, dan pendidikan berkelanjutan sumber daya manusia kesehatan;

2. Pelaksanaan kebijakan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan di bidang perencanaan dan program, standardisasi dan sertifikasi sumber daya manusia

kesehatan, dan pendidikan berkelanjutan sumber daya manusia kesehatan;

3. Pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan di bidang perencanaan dan program, standardisasi dan sertifikasi

sumber daya manusia kesehatan, dan pendidikan berkelanjutan sumber daya manusia kesehatan; dan

4. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Pusat.

Pusat Standardisasi, Sertifikasi dan Pendidikan Berkelanjutan Sumber Daya Manusia Kesehatan terdiri atas:

1. Bidang Perencanaan dan Program;

2. Bidang Standardisasi dan Sertifikasi Sumber Daya Manusia Kesehatan;

3. Bidang Pendidikan Berkelanjutan Sumber Daya Manusia Kesehatan;

4. Subbagian Tata Usaha; dan

5. Kelompok Jabatan Fungsional

C. SISTEMATIKA IKHTISAR EKSEKUTIF

Pada bagian ini dijelaskan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam rencana strategis serta sejauh mana pencapaian tujuan dan sasaran utama tersebut, serta kendala-kendala yang dihadapi dalam pencapaiannya. Selanjutnya disampaikan langkah-langkah apa yang telah dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut dan langkah-langkah antisipatif untuk menanggulangi kendala yang kemungkinan timbul pada masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan, menjelaskan hal-hal umum tentang Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan yang meliputi uraian singkat dan gambaran umum tugas pokok dan fungsi Badan PPSDM Kesehatan, latar belakang, maksud dan tujuan penulisan laporan serta sistimatika penyajian laporan.

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

Perencanaan dan Perjanjian Kinerja, menjelaskan tentang visi dan misi,tujuan dan sasaran. Dalam Perencanaan dan Perjanjian Kinerja disajikan Penetapan Kinerja yang merupakan suatu dokumen pernyataan kinerja /kesepakatan kinerja/ perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki oleh instansi.

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

Akuntabilitas Kinerja, menjelaskan tentang uraian hasil pengukuran kinerja, evaluasi dan analisis akuntabilitas kinerja, termasuk diuraikan secara sistematis keberhasilan dan kegagalan, hambatan/kendala, dan permasalahan yang dihadapi serta langkah-langkah antisipatif yang akan diambil. Selain itu dilaporkan pula akuntabiltas keuangan dengan cara menyajikan alokasi dan realisasi anggaran bagi pelaksanaan tupoksi atau tugas-tugas lainnya, termasuk analisis tentang capaian indikator kinerja.

BAB IV PENUTUP

Penutup,mengemukakan tinjauan secara umum tentang keberhasilan dan kegagalan, permasalahan dan kendala utama yang berkaitan dengan kinerja instansi/unit organisasi yang bersangkutan serta strategi pemecahan masalah yang akan dilaksanakan di tahun mendatang.

BAB II PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA

Hakekat pembangunan kesehatan nasional adalah seluruh komponen bangsa Indonesia berupaya meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Keberhasilan pembangunan kesehatan ditentukan oleh kesinambungan antara upaya program dan sektor serta upaya-upaya yang telah dilaksanakan pada periode sebelumnya. Tahun 2015 merupakan tahun permulaan dari periode tahun dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dimana pada kurun waktu tersebut telah ditetapkan sasaran di bidang kesehatan yang harus dicapai pada akhir periode.

Pembangunan Kesehatan pada periode 2015-2019 RPJMN adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Terdapat 3 (tiga) pilar utama Program Indonesia Sehat, yaitu paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan nasional. Pilar paradigma sehat dilakukan melalui strategi pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan promotif preventif dan pemberdayaan masyarakat; pilar penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis resiko kesehatan. Sementara pilar jaminan kesehatan nasional dilakukan melalui strategi perluasan sasaran dan benefit, serta kendali mutu dan biaya.

Sasaran pokok RPJMN 2015-2019 adalah : (1) meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak, (2) meningkatnya pengendalian penyakit, (3) meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan, (4) meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin, serta (6) meningkatkan responsivitas sistem kesehatan.

Dengan telah ditetapkannya RPJMN 2015-2019, Kementerian Kesehatan menyusun Rencana Strategis 2015-2019 yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015 yang memuat upaya-upaya pembangunan kesehatan yang dijabarkan dalam bentuk program/kegiatan, indikator, target hingga kerangka pendanaan sebagai dasar dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Berdasarkan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015-2019 tersebut, Badan PPSDM Kesehatan telah menyusun Rencana Aksi Program Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Kepala Badan PPSDM Kesehatan Nomor HK.02.02/I.1/008232/2015 tanggal 31 Agustus 2015.

A. RENCANA AKSI PROGRAM TAHUN 2015 – 2019

Rencana Aksi Program Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan Tahun 2015-2019 merupakan rencana pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun, sebagai arah dan acuan bagi seluruh satuan kerja di lingkungan Badan PPSDM Kesehatan, serta menggerakkan seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dalam upaya pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan, mulai dari perencanaan, pengadaan, pendayagunaan serta pembinaan dan pengawasan mutu SDM Kesehatan.

1. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis

Sesuai dengan arahan Presiden, seluruh Kementerian mengikuti visi dan misi Presiden Republik Indonesia, sesuai yang tertuang dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015-2019, yaitu “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”.

VISI : “TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI DAN BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG ROYONG”.

Adapun upaya untuk mewujudkan visi tersebut, dilakukan melalui 7 misi pembangunan, yaitu :

1. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan menggunakan sumber daya maritim dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskan negara hukum.

3. Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif, serta memperkuat jatidiri sebagai negara maritim.

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera.

5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat berbasiskan kepentingan nasional, serta

7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

Selanjutnya terdapat 9 agenda prioritas yang dikenal dengan NAWA CITA yang ingin diwujudkan dalam Kabinet Kerja, yakni :

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga Negara.

2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efktif, demokratis dan terpercaya.

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakkan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpecaya.

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.

6. Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional.

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

8. Melakukan revolusi karakter bangsa

9. Memperteguh ke-Bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

Kementerian Kesehatan berperan dan turut berkontribusi dalam tercapainya NAWA CITA, teruatam dalam meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Badan PPSDM Kesehatan sebagai unit Eselon I yang memiliki tugas melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan SDM di bidang kesehatan, turut mendukung pencapaian Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan ke-5, yakni Meningkatnya Jumlah, Jenis,

Kualitas dan Pemerataan Tenaga Kesehatan.

2. Indikator Tujuan, Sasaran dan Strategi serta Kegiatan Badan PPSDM Kesehatan

Dalam rangka pencapaian Sasaran Strategis tersebut, ditetapkan 3 (tiga) Indikator Tujuan Badan PPSDM Kesehatan, yaitu :

1. Jumlah Puskesmas yang minimal memiliki 5 jenis tenaga kesehatan.

2. Persentase RS kab/kota kelas C yang memiliki 4 dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesialis penunjang.

3. Jumlah SDM Kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya.

Sasaran yang akan dicapai Badan PPSDM Kesehatan pada tahun 2019 adalah :

1. Jumlah Puskesmas yang minimal memiliki 5 jenis tenaga kesehatan sebanyak 5.600 Puskesmas.

2. Persentase RS kab/kota kelas C yang memiliki 4 dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesialis penunjang sebesar 60%.

3. Jumlah SDM Kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya sebanyak 56.910 orang.

Dalam upaya mencapai sasaran strategis Badan PPSDM Kesehatan tahun 2019, ditempuh berbagai strategi sebagai berikut :

1. Penugasan khusus tenaga kesehatan berbasis tim (team based).

2. Peningkatan distribusi tenaga yang terintegrasi, mengikat dan lokal spesifik.

3. Pengembangan insentif baik material dan non material untuk tenaga kesehatan dan SDM Kesehatan

4. Peningkatan produksi SDM Kesehatan yang bermutu.

5. Penerapan mekanisme registrasi dan lisensi tenaga dengan uji kompetensi pada seluruh tenaga kesehatan.

6. Peningkatan mutu pelatihan melalui akreditasi pelatihan.

7. Pengendalian peserta pendidikan dan hasil pendidikan.

8. Peningkatan pendidikan dan pelatihan jarak jauh.

9. Peningkatan pelatihan yang berbasis kompetensi dan persyaratan jabatan.

10. Pengembangan sistem kinerja.

Dalam rangka upaya pencapaian sasaran, Badan PPSDM Kesehatan melakukan kegiatan yang terintegrasi sebagai berikut:

1. Terselenggaranya standardisasi, sertifkasi dan pendidikan berkelanjutan SDM Kesehatan.

2. Meningkatnya pelaksanaan pendidikan tinggi dan peningkatan mutu SDM Kesehatan

3. Meningkatnya pendidikan dan pelatihan aparatur.

4. Meningkatnya pelaksanan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan.

5. Meningkatnya pengelolaan mutu pendidikan tinggi.

6. Meningkatnya perencanaan dan pendayagunaan SDM Kesehatan.

7. Meningkatnya pelaksanaan perencanaan SDM Kesehatan.

8. Meningkatnya pembinaan dan pengelolaan pendidikan tinggi.

9. Terselenggaranya pelaksanaan internsip tenaga kesehatan.

10. Meningkatnya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada program pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan.

B. PERJANJIAN KINERJA

Penetapan/perjanjian kinerja merupakan instrumen pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, dan merupakan tekad dan janji yang akan dicapai antara pimpinan unit kerja yang menerima amanah/tanggung jawab/kinerja dengan pihak yang memberikan amanah/tanggung jawab/ kinerja. Dengan demikian, penetapan/perjanjian kinerja ini merupakan suatu janji kinerja yang akan diwujudkan oleh seorang pejabat penerima amanah kepada atasan langsungnya

Dokumen Perjanjian Kinerja merupakan suatu dokumen pernyataan kinerja/ kesepakatan kinerja/perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki oleh instansi.

Tujuan khusus perjanjian kinerja antara lain adalah untuk meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur; sebagai wujud nyata komitmen antara penerima amanah dengan pemberi amanah; sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi; menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur; dan sebagai dasar pemberian reward atau penghargaan dan sanksi.

Perjanjian kinerja program PPSDM Kesehatan Tahun Anggaran 2015 adalah sebagai berikut :

Sasaran Indikator Kinerja Target

Meningkatnya Jumlah, Jumlah Puskesmas yang memiliki minimal 5 jenis tenaga

Jenis, Kualitas dan

kesehatan

Pemerataan Tenaga

Persentase RS Kabupaten/Kota Kelas C yang memiliki 4

Kesehatan dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesialis penunjang Jumlah SDM Kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya

Sementara itu, perjanjian kinerja kegiatan PPSDM Kesehatan Tahun Anggaran 2015 adalah sebagai berikut :

Sasaran Indikator Kinerja Target

Terselenggaranya standardisasi,

Jumlah tenaga kesehatan teregistrasi

sertifikasi dan pendidikan berkelanjutan SDM Kesehatan Meningkatnya pelaksanaan pendidikan Jumlah peserta baru penerima bantuan pendidikan

tinggi dan peningkatan mutu SDM Kesehatan Meningkatnya pendidikan dan

Jumlah aparatur yang mendapat sertifikat pada

pelatihan aparatur

pelatihan terakreditasi (kumulatif)

Meningkatnya pelaksanaan pendidikan Jumlah tenaga pendidik, tenaga kesehatan dan

dan pelatihan tenaga kesehatan

masyarakat yang ditingkatkan kemampuannya melalui pelatihan

Meningkatnya pengelolaan mutu

Persentase program studi/institusi Poltekkes

pendidikan tinggi

Kemenkes yang terakreditasi baik

Meningkatnya perencanaan dan

Jumlah tenaga kesehatan yang didayagunakan di

pendayagunaan SDM Kesehatan

Fasyankes

Meningkatnya pelaksanaan

Jumlah dokumen perencanaan SDMK

perencanaan SDM Kesehatan Terselenggaranya pelaksanaan

Jumlah tenaga kesehatan yang melaksanakan

Meningkatnya dukungan manajemen

Jumlah dokumen norma, standar, prosedur dan

dan pelaksanaan tugas teknis lainnya

criteria PPSDM Kesehatan

pada program pengembangan dan

Jumlah dokumen data dan informasi program PPSDM

pemberdayaan SDM Kesehatan

Kesehatan

Meningkatnya pembinaan dan

Jumlah lulusan tenaga kesehatan dari Poltekkes

pengelolaan Pendidikan Tinggi

Kemenkes RI Jumlah satuan kerja yang ditingkatkan sarana dan

prasarananya (kumulatif)

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. PENGUKURAN KINERJA

Pengukuran kinerja merupakan proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan perencanaan sesuai dengan program, kebijakan, sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi, misi dan strategi instansi pemerintah. Proses ini dimaksudkan untuk menilai pencapaian setiap indikator kinerja guna memberikan gambaran tentang keberhasilan dan kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran. Selanjutnya dilakukan pula analisis akuntabilitas kinerja yang menggambarkan keterkaitan pencapaian kinerja kegiatan dengan program dan kebijakan dalam rangka mewujudkan sasaran, tujuan, visi.

Pengukuran kinerja Badan PPSDMK mencakup kinerja kegiatan yang merupakan tingkat pencapaian target rencana dari masing-masing kelompok indikator kinerja, dan tingkat pencapaian sasaran Badan PPSDMK yang merupakan tingkat pencapaian target (rencana tingkat capaian) dari masing-masing indikator sasaran yang telah ditetapkan dalam dokumen Rencana Kinerja dan pengukuran tingkat pencapaian sasaran didasarkan pada data hasil pengukuran kinerja kegiatan.

Adapun pengukuran kinerja yang dilakukan adalah dengan membandingkan realisasi capaian dengan rencana tingkat capaian (target) pada setiap indikator, sehingga diperoleh gambaran tingkat keberhasilan pencapaian masing-masing indikator. Berdasarkan pengukuran kinerja tersebut diperoleh informasi menyangkut masing-masing indikator, sehingga dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan program/kegiatan di masa yang akan datang agar setiap program/kegiatan yang direncanakan dapat lebih berhasil guna dan berdaya guna.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, Badan PPSDM Kesehatan mendukung pencapaian sasaran strategis ke-5 Kementerian Kesehatan, dari 12 sasaran strategi yang ada, yakni :

“MENINGKATNYA JUMLAH, JENIS, KUALITAS DAN PEMERATAAN TENAGA KESEHATAN”

Dalam rangka mencapai sasaran strategis tersebut, melalui ketetapan Kepala Badan PPSDM Kesehatan Nomor HK.02.02/I.1/008232/2015 tentang Rencana Aksi Program Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan, ditentukan beberapa indikator kinerja utama yang menjadi tolok ukur pencapaian strategi, yakni :

1. Jumlah Puskesmas yang minimal memiliki 5 jenis tenaga kesehatan. Jumlah Puskesmas yang minimal memiliki 5 jenis tenaga kesehatan adalah jumlah seluruh

Puskesmas yang terdapat di Negara Republik Indonesia yang terpenuhi minimal 5 tenaga kesehatan sesuai dengan ketetapan dalam Rencana Strategis Kemenkes Tahun 2015-2019.

Cara perhitungan untuk indikator ini adalah nilai absolut Puskesmas yang telah terpenuhi tenaga kesehatan sesuai dengan standar berdasarkan Renstra Kementerian Kesehatan 2015-2019, terutama tenaga kesehatan lingkungan, tenaga kefarmasian, tenaga gizi, tenaga kesehatan masyarakat dan tenaga analis kesehatan.

2. Persentase RS kab/kota kelas C yang memiliki 4 dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesialis penunjang

Persentase RS kab/kota kelas C yang memiliki 4 dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesialis penunjang adalah persentase RS kab/kota kelas C yang memiliki 4 dokter spesialis dasar (Obstetri ginekolog, Kesehatan Anak, Penyakit dalam, dan Bedah) dan 3 dokter spesialis penunjang.

Cara perhitungan indikator ini adalah jumlah RS kab/kota kelas C yang telah terpenuhi dokter spesialis dasar (Obstetri ginekolog, Kesehatan Anak, Penyakit dalam, dan Bedah) dan 3 dokter spesialis penunjang, dibagi total jumlah RS kab/kota kelas C.

3. Jumlah SDM Kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya Jumlah SDM Kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya adalah nilai absolut SDM Kesehatan

yang ditingkatkan kompetensinya melalui pendidikan dan pelatihan.

Ca ra perhitung an indikator ini adalah ju umlah apara atur, tenaga pendidik dan n kependidik kan serta ten naga kesehat tan non apar ratur dan ma asyarakat yan ng telah ditin ngkatkan kem mampuannya a dengan me emperoleh se ertifikat melal ui pendidikan n dan pelatih han yang sud ah terakredit tasi.

ALISIS AKUN B. ANA NTABILITAS S KINERJA

Tiga a indikator ya ang termuat dalam Ren ncana Aksi P Program Pen ngembangan n dan Pembe erdayaan Kese ehatan Tahu un 2015-201 9 merupaka an indikator kinerja baru yang berbe eda dengan indikator kine erja program 5 tahun s ebelumnya. Tiga indika tor kinerja p program tah hun 2010-20 014 telah terca apai seluruh hnya di akh ir tahun 20 14, dengan rata-rata p encapaian 1 108,11%. M engawali perio ode RPJMN N dan Renc ana Strateg is Kemente rian Keseha atan 2015-20 019, Badan PPSDM Kese ehatan telah menetapkan n 3 (tiga) ind dikator kinerja a baru dalam m rangka me endukung pe ncapaian sasa aran strategi s meningkat tnya jumlah, jenis, kualit tas dan pem merataan ten naga kesehat tan pada tahu un 2019. Oleh h karena itu, pencapaian indikator kin nerja Badan P PPSDM Kese ehatan tahun n 2015 ini tidak k dibandingk an dengan p pencapaian k kinerja tahun 2010-2014.

Jumlah Pus 1) J skesmas Yan ng Minimal M Memiliki 5 J enis Tenaga a Kesehatan n

Grafik k 3.1. Perban ndingan Targ et dan Realis sasi Indikator r1

Realisas i 1000

Target Re ealisasi

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas). Berdasarkan pasal 16 Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas, disebutkan bahwa sumber daya manusia Puskesmas terdiri dari tenaga kesehatan dan non kesehatan. Tenaga kesehatan yang dimaksud paling sedikit terdiri atas :

a. dokter atau dokter layanan primer;

b. dokter gigi;

c. perawat;

d. bidan;

e. tenaga kesehatan masyarakat;

f. tenaga kesehatan lingkungan;

g. ahli teknologi laboratorium medik;

h. tenaga gizi; dan

i. tenaga kefarmasian. Sejak 1 Januari 2014, Pemerintah mulai mengimplementasikan Jaminan Kesehatan Nasional

(JKN). JKN yang dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan melalui mekanisme Asuransi Kesehatan Nasional yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Kebijakan JKN merupakan suatu kebijakan yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh pemerintah dengan tujuan tercapainya keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan seluruh rakyat untuk hidup produkti secara sosial dan ekonomi. Hal ini selaras dengan amanah UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Pelayanan kesehatan era JKN dilaksanakan secara berjenjang serta memberlakukan sistem rujukan dengan harapan akan mengurangi beban rumah sakit. Akan tetapi, sukses dan tidaknya pelaksanaan JKN, salah satunya ditentukan oleh berjalan tidaknya sistem rujukan dan Puskesmas merupakan garda pertama sistem tersebut. Berdasarkan penelitian Rahmat Alyakin (2014), pengalaman penerapan Jamkesmas di Kabupaten Nias Selatan justru perubahan perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai kesehatan karena jaminan kesehatan yang tersedia memberikan disinsentif program preventif karena masyarakat tidak berusaha untuk tidak menjadi sakit, sebab merasa telah tersedia biaya untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Oleh karenanya, peran Puskesmas sebagai gate keeper sangat dibutuhkan. Puskesmas harus kembali kepada perannya yang lebih mengutamakan upaya promotif dan (JKN). JKN yang dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan melalui mekanisme Asuransi Kesehatan Nasional yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Kebijakan JKN merupakan suatu kebijakan yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh pemerintah dengan tujuan tercapainya keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan seluruh rakyat untuk hidup produkti secara sosial dan ekonomi. Hal ini selaras dengan amanah UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Pelayanan kesehatan era JKN dilaksanakan secara berjenjang serta memberlakukan sistem rujukan dengan harapan akan mengurangi beban rumah sakit. Akan tetapi, sukses dan tidaknya pelaksanaan JKN, salah satunya ditentukan oleh berjalan tidaknya sistem rujukan dan Puskesmas merupakan garda pertama sistem tersebut. Berdasarkan penelitian Rahmat Alyakin (2014), pengalaman penerapan Jamkesmas di Kabupaten Nias Selatan justru perubahan perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai kesehatan karena jaminan kesehatan yang tersedia memberikan disinsentif program preventif karena masyarakat tidak berusaha untuk tidak menjadi sakit, sebab merasa telah tersedia biaya untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Oleh karenanya, peran Puskesmas sebagai gate keeper sangat dibutuhkan. Puskesmas harus kembali kepada perannya yang lebih mengutamakan upaya promotif dan

Untuk tahun 2015, dari taget 1.200 yang ditetapkan, telah tercapai 1.179 Puskesmas yang memiliki minimal 5 jenis tenaga kesehatan atau tercapai 98 %. Pencapaian ini menunjukkan bahwa capaian indikator ini turut didukung oleh peran serta Pemerintah Daerah terkait SDM kesehatan. Hal ini selaras dengan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, dimana dijelaskan bahwa Pemerintah Daerah Provinsi wajib melakukan perencanaan dan pengembangan SDM kesehatan untuk UKM dan UKP daerah Provinsi. Di dalam UU Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, pasal 4 disebutkan pula bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah memiliki tanggung jawab terhadap pengaturan, pengawasan dan peningkatan mutu Tenaga Kesehatan. Selain itu, disebutkan pula bahwa perencanaan, pengadaan dan pendayagunaan Tenaga Kesehatan sesuai kebutuhan juga menjadi tanggung jawab bersama Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Artinya ada peran Pemerintah Daerah mulai dari perencanaan, pendayagunaan hingga pendistribusian Tenaga Kesehatan. Apabila diproyeksikan kepada target 2019, maka capaian ini telah mencakup 21 % dari target 5.600 tersebut. Badan PPSDM Kesehatan sebagai unit Eselon I Kementerian Kesehatan yang memiliki tugas melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia di bidang kesehatan akan terus berupaya memenuhi pencapaian target ini.

Salah satu u upaya yang dilakukan Ba adan PPSDM M Kesehatan n untuk men ncapai target tersebut adalah mela alui penempa atan tenaga kesehatan berbasis tim m (team base ed) dengan program Nusantara S Sehat yang dilaksanaka an oleh Pus at Perencan naan dan P Pendayaguna aan SDM Kesehatan s sejak tahun 2 2015. Program m ini bertuju an meningka atkan akses p pelayanan ke esehatan di Daerah Tertinggal, Perbatasan , dan Kepu ulauan (DT PK) serta Daerah Ber rmasalah Kesehatan ( DBK) untuk m mendukung pelaksanaan n program Ja aminan Keseh hatan Nasion nal (JKN) dan Kartu I ndonesia Se ehat (KIS).P Program ini dilaksanakan n dengan m menempatkan n tenaga kesehatan b berbasis tim (Tim Nusan ntara Sehat)d dalam rangka a penguatan n program p elayanan kesehatan d di puskesma as DTPK da an DBK.Pese erta Program m Nusantara a Sehat ada alah para tenaga profe esional deng an latar bela akang keseh hatan antara lain dokter, dokter gigi, perawat, bidan, Ahli Teknologi Laboratorium m Medik, T enaga Kefa armasian, Te enaga Gizi, Tenaga Kesehatan L Lingkungan dan Tenaga a Kesehatan n Masyaraka at yang bers sedia ditemp patkan di Fasilitas Pela ayanan Kese ehatan di Da aerah Terting ggal, Perbata san dan Kep pulauan (DTP PK) serta Daerah Berm masalah Kes sehatan (DB BK) di seluru uh wilayah I ndonesia se elama 2 (dua a) tahun. Target pene mpatan Tim Nusantara S Sehat pada ta ahun 2015 s ebanyak 480 0 tenagakese ehatan di

4 44 kabupate n DTPK yang g terbagi dal am 2 periode e penempata an.

Gambar 3.1. K Kegiatan Tim N Nusantara Seha at, 2015

Dibutuhkan komitmen se emua pihak, baik Pusat dan Daerah h untuk bersa ama-sama b bersinergi terkait peme enuhan tenag ga kesehatan n di Puskesm mas, sehingg ga derajat ke esehatan ma asyarakat yang setingg gi-tingganya d dapat terwuju ud.

2) Persentase RS kab/kot ta kelas C yang memi liki 4 dokte er spesialis dasar dan 3 dokter spesialis pe enunjang

Berdasarkan n Permenkes s Nomor 56 T Tahun 2014 t tentang Klas ifikasi dan Pe erizinan Rum mah Sakit disebutkan b bahwa pelay yanan yang d diberikan ole eh Rumah Sa akit Umum k kelas C palin ng sedikit meliputi: a. pelayanan medik; b. p pelayanan ke efarmasian;

c. pelayana an keperawa atan dan kebidanan; d d. pelayanan penunjang k klinik; e. pela ayanan penu njang non kli inik; dan f. p elayanan rawat inap. Pelayanan m medik spesia alis dasar, m meliputi pelay yanan penya akit dalam, ke esehatan anak, bedah h, dan obste tri dan ginek kologi. Seme entara pelaya anan medik spesialis pe enunjang, meliputi pela ayanan anest tesiologi, rad diologi, dan p patologi klinik .

Tabel 1.1. Target Indikator Persentase RS Kab/Kota Kelas C yang memiliki 4 dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesiais penunjang Tahun 2015-2019 dan

Capaian Tahun 2015

CAPAIAN NO

60% 35% C yang memiliki 4 dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesiais penunjang

2 Persentase RS Kab/Kota Kelas

Grafik 3.3. Perbandingan Target dan Realisasi Indikator 2

Target

Realisasi

Target

Realisasi

Berdasarkan hasil pendataan oleh Badan PPSDM Kesehatan, dari total 296 RS kelas C milk Pemerintah Kab/Kota, yang telah terpenuhi 4 dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesialis penunjang adalah sebanyak 104 Rumah Sakit atau tercapai 35%. Sehingga prosentase capaian untuk indikator ini adalah 117 %. Apabila capaian target ini dibandingkan dengan target yang ingin dicapai di tahun 2019, maka dari target 60% yang ingin dicapai, telah tercapai

35 % atau secara prosentase, telah tercapai 58%.

Secara capaian, Badan PPSDM Kesehatan telah melebihi target yang ditetapkan akan tetapi apabila kita melihat dari segi penyebarannya, berdasarkan hasil pendataan Badan PPSDM Kesehatan, sebagian besar terkonsentrasi di daerah Jawa – Bali dan Sumatera. Ini menunjukkan masih belum meratanya pendistribusian dokter spesialis.

Gambar 3.3. Sebaran Jumlah RSUD Kelas C

PAPUA & PAPUA BARAT

JAWA BALI NUSA TENGGARA

Permasalahan maldistribusi ini sebenarnya merupakan isu yang sering disampaikan. Berbagai kebijakan telah dilakukan untuk dalam rangka penempatan dokter spesialis. Akan tetapi belum ada identifikasi mengenai kualitas daerah yang dituju untuk penempatan tenaga dokter. Dokter yang baru lulus akan ditempatkan di daerah yang sangat minim fasilitas dan SDM pendukung lainnya. Akibatnya angka intention to leave menjadi sangat tinggi di kalangan dokter muda yang bekerja di pedalaman.Kebijakan yang dibuat pula sering kali concern hanya pada mengurangi kesenjangan; seperti menaikkan gaji/upah atau insentif, ketimbang membuat strategi jangka panjang. Perbaikan dan penguatan sistem kesehatan daerah dan mutu pelayanan kesehatan belum digarap secara serius. Pemerataan tenaga dokter spesialis tidak bisa dilihat hanya dari sudut pandang ketenagaannya saja, melainkan perlu juga Permasalahan maldistribusi ini sebenarnya merupakan isu yang sering disampaikan. Berbagai kebijakan telah dilakukan untuk dalam rangka penempatan dokter spesialis. Akan tetapi belum ada identifikasi mengenai kualitas daerah yang dituju untuk penempatan tenaga dokter. Dokter yang baru lulus akan ditempatkan di daerah yang sangat minim fasilitas dan SDM pendukung lainnya. Akibatnya angka intention to leave menjadi sangat tinggi di kalangan dokter muda yang bekerja di pedalaman.Kebijakan yang dibuat pula sering kali concern hanya pada mengurangi kesenjangan; seperti menaikkan gaji/upah atau insentif, ketimbang membuat strategi jangka panjang. Perbaikan dan penguatan sistem kesehatan daerah dan mutu pelayanan kesehatan belum digarap secara serius. Pemerataan tenaga dokter spesialis tidak bisa dilihat hanya dari sudut pandang ketenagaannya saja, melainkan perlu juga

Salah satu u upaya peme nuhan yang dilaksanaka an Badan PP PSDM Keseh hatan adalah h melalui pemberian b bantuan biaya a pendidikan n PPDS dan PPDGS den ngan prioritas s mata kuliah h untuk 4 spesialisasi dasar yaitu Kebidanan d dan Kandung gan, Bedah, Penyakit Da alam dan Ke esehatan

A Anak, serta 3 3 spesialisas si penunjang yaitu Aneste esi, Radiologi i dan Patolog gi Klinik.

Grafik 3 3.2 Distribus si Bantuan P PPDS/PPDG S Angkat I – – XIII

Sumber : : http://www.bpp psdmk.depkes.g go.id

Gambar 3.2. Total RSUD Kab / Kota Kelas C

SUMBER :

RSONLINE JAN2016

3) Jumlah SDM Kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya

Grafik 3.3. Perbandingan Target dan Realisasi Indikator 3

SDM Kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif di bidang kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan, maupun tidak yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melaksanakan upaya kesehatan.

Dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu, SDM Kesehatan dituntut untuk senantiasa meningkatkan kemampuan dan keterampilannya, baik melalui pendidikan maupun pelatihan. Melalui peningkatan kompetensi, SDM Kesehatan senantiasa terpapar akan informasi kesehatan yang up to date sehingga ilmu pengetahuan dan teknologi terkini di bidang kesehatan turut meningkat.

Indikator ini menghitung jumlah aparatur, tenaga pendidik dan kependidikan serta tenaga kesehatan non aparatur dan masyarakat yang telah ditingkatkan kemampuannya dengan memperoleh sertifikat melalui pendidikan dan pelatihan yang sudah terakreditasi. Data yang ada menunjukkan bahwa dari total target 10.200 SDM Kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya, tercapai 13.003 atau 127 % capaian. Apabila diproyeksikan ke target Tahun 2019 sebesar 56.910 orang, maka persentase capaian indikator ini telah mencapai 23 %.

Pelatihan yang diberikan adalah Pelatihan Kepemimpinan, Pelatihan Prajabatan, Pelatihan Manajemen, Pelatihan Teknis Kesehatan dan Pelatihan Fungsional bagi aparatur. Sementara pelatihan bagi tenaga pendidik, tenaga kesehatan dan masyarakat adalah Pelatihan assessor program studi kesehatan, Pelatihan Sistem Penjaminan Mutu Internal bagi tenaga pendidik, Pelatihan publikasi jurnal ilmiah bagi tenaga pendidik, pelatihan metodologi penelitian bagi tenaga pendidik, pelatihan manajemen laboratorium bagi pengelola laboratorium diknakes, pelatihan analis soal bagi tenaga pendidik serta pelatihan pengendali infeksi terpadu bagi tenaga pendidik. Sementara data peningkatan SDM Kesehatan melalui pendidikan diperoleh dari data jumlah peserta aktif dan peserta baru penerima bantuan tugas belajar dan Program Pendidikan Dokter dan Dokter Gigi Spesialis (PPDS/PPGS).

Sementara itu pencapaian indikator kinerja kegiatan dijelaskan sebagai berikut :

a) Jumlah Tenaga Kesehatan Teregistrasi

Berdasarkan data yang ada, capaian indikator Jumlah STR per tahun di Tahun 2015, sangat jauh melampaui target, yakni tercapai 246,89 % atau diterbitkan sebanyak 246.895 lembar STR dari target 100.000. Tingginya capaian ini antara lain dikarenakan adanya kebijakan percepatan penerbitan STR demi memenuhi syarat UU Tenaga Kesehatan Nomor 36 Tahun 2014, dimana disebutkan bahwa pada tahun 2020 seluruh tenaga kesehatan wajib memiliki STR.

b) Jumlah Peserta Baru Penerima Bantuan Pendidikan

Peserta baru penerima bantuan pendidikan adalah seluruh peserta tugas belajar baru, baik Program Diploma/Strata dan peserta baru PPDS/PPDGS. Untuk Tahun 2015, tercapai 120,8% peserta baru penerima bantuan pendidikan. Tingginya jumlah peserta baru penerima bantuan pendidikan terutama untuk peserta tugas belajar reguler

c) Jumlah Aparatur Yang Mendapat Sertifikat Pada Pelatihan Terakreditasi(Kumulatif)

Untuk Tahun 2015, berdasarkan jumlah sertifikat yang diterbitkan bagi peserta pelatihan yang mengikuti pelatihan terakreditasi, capaian indikator ini adalah 111,94% atau tercapai sebanyak 10.075 orang dari target 9.000 peserta.

d) Jumlah Tenaga Pendidik, Tenaga Kesehatan dan Masyarakat yang Ditingkatkan Kemampuannya Melalui Pelatihan

Indikator ini tercapai 100% untuk Tahun Anggaran 2015.

e) Persentase program studi/institusi Poltekkes Kemenkes yang terakreditasi baik

Capaian indikator ini adalah 51,49% atau 69 Prodi telah terakreditasi baik dari 134 Prodi. Pelaksanaan akreditasi bagi prodi Poltekkes Kemenkes dilakukan berdasarkan Perjanjian Kerjasama antara Badan PPSDM Kesehatan dan Lembaga Akreditasi Mandiri Perguruan Tinggi Kesehatan (LAM PT Kes) dan proses nya melalui beberapa tahapan dengan minimal waktu 1 hingga 3 bulan.

f) Jumlah Tenaga Kesehatan Yang Didayagunakan Di Fasyankes

Target tenaga kesehatan yang didayagunakan di fasyankes sebanyak 950 orang, tetapi tercapai 328%, dimana angka capaian ini jauh melampaui target yang ditetapkan, hal ini dikarenakan sudah termasuk memperhitungkan penempatan tenaga PTT dan penempatan penugasan khusus berbasis tim (Nusantara Sehat). Sebelumnya penempatan PTT belum dimasukkan dalam target. Karena perencanaan PTT dialihkan menjadi tugas Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan (semula di Biro Kepegawaian Sekretariat Jenderal Kemenkes), maka baru dilaksanakan pada Tahun 2015.

g) Jumlah Dokumen Perencanaan SDMK

Indikator ini tercapai 100% pada tahun 2015. Dokumen perencanaan SDMK yang disusun adalah Permenkes 33 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Kebutuhan SDMK dan Dokumen Rencana Kebutuhan Tahun 2015.

h) Jumlah Tenaga Kesehatan Yang Melaksanakan Internsip

Capaian indikator ini adalah 127,88% karena pada tahun 2015 ini terjadi peningkatan jumlah peserta internsip akibat tertundanya proses pelaksanaan internsip di akhir tahun 2014 sehingga peserta 2014 dialihkan ke tahun 2015.

i) Jumlah Dokumen Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria PPSDM Kesehatan

Capaian indikator ini 100% dari target yang ditentukan.

j) Jumlah dokumen data dan informasi program PPSDM Kesehatan

Untuk tahun 2015 memang belum ditetapkan targetnya karena kegiatan tersebut dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi seluruh Indonesia melalui dana dekonsentrasi, dan dana tersebut baru dialokasikan di tahun 2015.

k) Jumlah lulusan tenaga kesehatan dari Poltekkes Kemenkes RI

Capaian indkator ini pada tahun 2015 adalah 110,92%. Data diperoleh dari data PDPT.

l) Jumlah satuan kerja yang ditingkatkan sarana dan prasarananya (kumulatif)

Capaian indikator ini di tahun 2015 adalah 283,3%. Hal ini dikarenakan adanya kebijakan di pertengahan tahun 2015 untuk menambah alokasi Belanja Modal sebesar 150 Milyar yang didistribusikan kepada 17 Poltekkes Kemenkes yang memiliki gedung mangkrak.

C. ANALISIS SUMBER DAYA

C.1 Alokasi dan Realisasi Anggaran

Dalam pencapaian target indikator selain diperlukan dukungan kerjasama dan koordinasi lintas sektor dan lintas program, dibutuhkan pula dukungan sumber dana. Alokasi anggaran Badan PPSDM Kesehatan melalui APBN untuk Tahun Anggaran 2015 adalah sebesar Rp3.060.790.867.000,-(Tiga Trilyun Enampuluh Milyar Tujuhratus Sembilanpuluh Juta Delapanratus Enampuluh Tujuh Ribu Rupiah), yang terbagi menjadi Rp 1.004.873.992.000,-

(32,83%) untuk Belanja Pegawai, Rp 1.769.573.928.000,-(58,81%) untuk Belanja Barang, dan

Rp286.342.947.000,-(9,36%) untuk Belanja Modal. Alokasi Pagu tersebut terbagi untuk 5 (lima) Kantor Pusat dan 44 Kantor Daerah (UPT). Rincian alokasi pagu anggaran program PPSDM Kesehatan per satker di UPT nya adalah sebagai berikut :

Tabel 1.2

Alokasi Anggaran per Satker dan UPT Badan PPSDM Kesehatan

Tahun 2015

No

Unit Kinerja

Alokasi Anggaran

1 Pusrengun SDM Kesehatan 268.720.500.000

2 Pusdiklat Aparatur SDM Kesehatan 65.905.820.000

3 Pusdiklat Nakes 44.000.000.000

4 Pustanserdik 469.028.750.000

5 Sekretariat Badan PPSDM Kesehatan 331.046.672.000

6 Politeknik Kesehatan Kemenkes RI 1.747.219.599.000

7 BBPK/ Bapelkes 134.869.526.000

Total Keseluruhan 3.060.790.867.000

Total Pagu dan Realisasi Anggaran Badan PPSDM Kesehatan per Satker untuk Tahun Anggaran 2015 serta grafik Pagu dan Realisasi Anggaran Badan PPSDM Kesehatan dari Tahun 2015, secara lebih rinci dapat terlihat pada tabel berikut ini :