Proses ekstraksi dan aplikasi ekstrak gambir kering berkadar tanin tinggi (>60) untuk penyamakan kulit, pewarna tekstil dan pewarna kayu

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik ke-6 Yogyakarta, 25 Oktober 2017

  

Proses ekstraksi dan aplikasi ekstrak gambir kering berkadar tanin tinggi

*

(>60%) untuk penyamakan kulit, pewarna tekstil dan pewarna kayu

  

Anwar Kasim

Fateta Universitas Andalas, Kampus Limau Manis, Padang 25163

  • *Penulis korespondensi.Anwar Kasim , 081363464260 dan 0751-72772

    e-mail: anwar_ks@yahoo.com

  

ABSTRAK

Produk gambir hasil olahan industri rakyat seperti gambir yang dihasilkan di Sumatera Barat dapat

diekstrak ulang dengan air dan kemudian disaring. Filtrat hasil proses penyaringan selanjutnya

dapat dievaporasi sehingga tinggal tanin berupa padatan. Hasil penelitian skala laboratorium telah

diperoleh ekstrak dengan kadar tanin diatas 60% dan kemudian diaplikasikan pada penyamakan

kulit, pewarnaan kain dan pewarnaan kayu. Tanin dengan kadar 60% akan menghasilkan kulit

tersamak yang lebih baik dibanding dengan kadar tanin yang lebih rendah. Untuk pewarnaan kain

seperti pada pembuatan batik ditambahkan zat mordan tawas, kapur atau tunjung. Pemberian

mordan(mordanting) dapat dilakukan sebelum, secara bersamaan, atau sesudah pewarnaan dengan

larutan gambir sehingga dapat menghasilkan warna yang sangat variatif. Pada aplikasi gambir

sebagai pewarna kain skala laboratorium telah di dapatkan 21 warna kain yang berbeda dan 3 warna

yang sangat signifikan berbeda. Pelaksanaan pewarnaan kayu dengan ekstrak gambir hampir sama

dengan pada pewarnaan kain.

  Kata kunci: tanin, gambir, ekstraksi, penyamakan, pewarnaan

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-6 Yogyakarta, 25 Oktober 2017

  

Extraction process and application dryed gambier extract with hightannin

*

contain more than 60% for skin tanning and textile- and wood colouring

  

Anwar Kasim

Fateta Universitas Andalas, Kampus Limau Manis, Padang 25163

  • *Penulis korespondensi.Anwar Kasim , 081363464260 dan 0751-72772

    e-mail: anwar_ks@yahoo.com

  

ABSTRACT

Dryed gambier from small scale industry in West Sumatera reextraxted with water and filtered.

  

Filtrat evaporated to obtain extract with high tannin containt. The result of research laboratorium

scale was extracts with tannin contain higher than 60% and then aplicated for skin tanning, textile

colouring and wood colouring. . Extract with tannin contain higher than 60% produced better

leather quality. Textil colouring used mordant Al (SO ), CaO, and FeSO4. Mordantings was

  2

  4

conducted pra-mordanting, simultans mordanting and pasca mordanting. Textile colours were

there 21 series and 3 very significant. Wood colouring conducted same as textile colouring.

  Kata kunci: tannin, gambier, extraction, tanning, colouring

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik ke-6 Yogyakarta, 25 Oktober 2017 PENDAHULUAN

  Publikasi tentang gambir telah ada sejak lama, dimana antara lain Gnamm(1949) yang menjelaskan tentang komposisi kimia gambir. Komposisi kimia gambir murni atau tanpa kotoran dari jenis blok dan butiran gambir yang berbeda adalah terutama pada kandungan bahan tak larut air. Secara rata-rata komposisi blok gambir adalah zat samak 34,79%, bukan zat samak dan katekin 23,51%, air 35,87% dan bahan tak larut 5,83% sedangkan butiran gambir terdiri dari zat samak 36,84%, bukan zat samak dan katekin 21,63%, air 35,87% dan bahan tak larut 5,66%.

  Hasil penelitian Kasim et al. (2015) menemukan hubungan antara komponan kimia bahan penyamak yang digunakan dengan hasil kulit tersamak. Semakin tinggi kandungan tanin bahan penyamak maka tannin terikat dan derajat penyamakan akan semakin meningkat pula dengan koefisien korelasi 0,98. Disamping itu didapatkan juga hubungan antara peningkatan kadar tanin bahan penyamak dengan penurunan kekuatan tarik kulit tersamak namun dengan koefisien korelasi yang lebih rendah yaitu 0,80.

  Pada penelitian ini dilakukan ekstraksi gambir hasil produksi petani pengolah gambir dengan air dan kemudian ekstrak air yang diperoleh dievaporasi dengan tujuan untuk mendapatkan ekstrak dengan kadar tannin yang tinggi. Ekstrak kemudian dianalisis kadar taninnya. Ekstrak air dari gambir kering, selanjutnya disebut ekstrak gambir, yang diperoleh diharapkan berkadar tanin tinggi minimal 60% karena sifat tanin yang larut baik dalam air. Tujuan penelitian selanjutnya adalah untuk melihat kemampuan ekstrak gambir pada penyamakan kulit, pewarnaan kain dan pewarnaan kayu. Karakteristik kulit yang disamak dengan ekstrak gambir diprediksi dengan menggunakan rumus regresi yang telah didapat dari penelitian sebelumnya (Kasim et al. 2015). Pada pewarnaan kain dan pewarnaan kayu dilakukan dengan menambahkan senyawa kimia sebagai mordan dan untuk melihat warna yang dapat muncul dengan menggunakan ekstrak gambir.

BAHAN DAN METODE

  Bahan penelitian dan metode yang digunakan pada penelitian ini dapat dijelaskan pada bagian berikut. Penelitian dilakukan di laboratorium Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas Padang tahun 2017. Penelitian bersifat eksploratif dan khusus untuk karakteristik kulit tersamak dilakukan dengan memanfaatkan persamaan regresi yang telah didapat pada penelitian sebelumnya.

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-6 Yogyakarta, 25 Oktober 2017

  Bahan Penelitian

  Gambir diperoleh dari petani pengolah skala kecil di Kenegarian Halaban, Kabupaten 50 Kota, Sumatera Barat. Tepung kulit untuk penentuan kadar tannin dibeli dari Forschungsinstitut fuer Leder und Kunstoffbahnen, Freiberg, Jerman. Al

  2 (SO4) 3 , CaO, dan FeSO4 kualitas teknis

  diperoleh dari Toko Kimia Bratachem, Padang. Kain untuk diwarnai dari jenis kain blacu dan kayu yang diwarnai berupa potongan kayu medang.

  Peralatan Penelitian

  Peralatan yang digunakan diantaranya termometer, stopwatch, timbangan, oven, desikator,

  

shaker , corong porselen, pompa hisap, gelas takar, Spektrophotometer UV-Visible,

Spektrophotometer Premiere Colorscan

  ‖ SS 6200, Hunter Lab Color Flex EZ, Munsell colour chart dan peralatan gelas lainnya.

  Metode Penelitian

  Proses ekstraksi dilakukan dengan alat bantu spinner dilengkapi dengan saringan. Gaya sentrifugal pada spinner membantu proses ekstraksi berjalan lebih cepat. Filtrat yang diperoleh dievaporasi untuk menguapkan air sehingga diperoleh residu sebagai hasil ekstraksi menggunakan air. Penentuan kadar tanin ekstrak gambir dilakukan secara gravimetri memanfaatkan tepung kulit dimana tanin dalam bentuk larutan homogen dalam air akan diikat sempurna oleh tepung kulit. Karakteristik kulit tersamak dilakukan dengan menggunakan persamaan regresi yang telah diperoleh pada penelitian sebelumnya Kasim et al. (2015). Dari beberapa sifat kulit tersamak diambil 2 sifat kulit yang diamati dimana yang koefisien korelasinya 0,98 yaitu tanin terikat dan derajat penyamakan. Kedua sifat tersebut sangat erat kaitannya dengan kadar tanin yang digunakan untuk penyamakan. Semakin tinggi kadartanin yang digunakan untuk penyamakan kulit maka semakin meningkat nilai tanin terikat dan derajat penyamakan,

  Pewarnaan kain dan kayu berpedoman kepada metode (Kumaresan et al., 2013). Pertama dipersiapkan larutan mordan dalam air dengan konsentrasi masing-masingnya 2,5% dan kemudian ditambahkan gambir ekstrak ke larutan tersebut dengan jumlah 5% dari volume larutan.

  Kain dan kayu yang telah dipersiapkan masing-masingnya dimasukkan kedalam larutan tersebut

  o pada 60 C selama 30 menit dan kemudian dikeringkan serta diamati dengan Hunter Lab.

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik ke-6 Yogyakarta, 25 Oktober 2017 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ekstraksi terhadap gambir hasil olahan petani diperoleh seperti padaTabel 1.

  

Tabel 1. Rendemen dan kadar tanin ekstrak gambir

  Parameter Jumlah Rendemen 22,46 % Kadar tanin 62,20 %

  Dari Tabel 1 terlihat bahwa rendemen pengolahan kurang dari seperempat bahagian yang merupakan bahan larut air pada gambir yang digunakan.Dari bahan larut air itu tidak seluruhnya juga merupakan tanin. Jika dikaitkan dengan rendemen maka sesungguhnya hanya ada 13,97% tanin yang diperoleh dari hasil ekstraksi.

  Seperti dijelaskan pada metode penelitian bahwa karakteristik sifat kulit tersamak hanya merupakan prediksi dengan menggunakan persamaan regresi yang telah diperoleh dari penelitian sebelumny Kasim et al, (2015). Prediksi untuk masing-masing sifat itu jika penggunaan tanin dengan kadar 62,20% adalah seperti berikut.

  1. Tanin terikat y = 0,976x + 7,203 y = 0,976. 62,20 + 7,203 y = 67,91%

  Artinya ; Kadar tanin terikat kulit tersamak jika pada penyamakannya menggunakan tanin dengan kadar 62,20% adalah 67,91%. Persentase tersebut sudah sangat tinggi.

  2. Derajat penyamakan y = 0,528 x + 13,35 y = 0,528.62,20% + 13,35 y = 46,19%

  Artinya : Derajat penyamakan kulit tersamak jika menggunakan tanin dengan kadar 62,20% adalah 46,19%. Persentase yang demikian sudah jauh melampaui persyaratan minimal pada SNI 06-0463- 1989 dimana mempersyaratkan minimal 25%.

  Pewarnaan kain dan kayu dilaksanakan dengan metode yang sama kemudian diamati warnanya dan dinterpretasikan. Hasil pengamatan warna untuk kain dan kayu ditampilkan pada Tabel 2.

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-6 Yogyakarta, 25 Oktober 2017

  

Tabel 2. Intensitas warna kain dan kayu yang diwarnai tanin berkadar 62,20% dengan cara

mordanting.

  Zat Mordan Warna Kain Warna Kayu Al (SO Kuning tua Kuning muda

  2 4)3

  CaO Coklat lembut Coklat kehitaman FeSO

4 Hitam kecoklatan Hitam kebiruan

  Warna yang ditampilkan di atas adalah warna yang perbedaannya signifikant atau kontras sekali. Jika pada proses pewarnaan diberikan variasi lebih banyak maka akan dihasilkan banyak sekali variasi warna. Variasi pada proses pewarnaan misalnya pramordanting, pasca mordanting, gabungan pra dan pasca mordanting. Pada penelitian ini telah diinvetarisir 21 warna yang diperoleh.

  KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa proses ekstraksi dengan air

yang dilakukan terhadap gambir hasil industri kecil petani gambir dapat diperoleh eksrak dengan

kadar tanin 62,20%. Jika tanin dengan kadar sedemikian disamakkan ke kulit maka akan diperoleh

kulit tersamak dengan derajat penyamakan yang berada diatas persyaratan minimum ketentuan SNI.

  

Tanin dengan kadar 62,20% tersebut dapat digunakan untuk pewarnaan kain dan pewarnaan kayu

dengan varian warna yang banyak sekali.

UCAPAN TERIMA KASIH

  Sebagian biaya penelitian ini berasal dari Dirjen Dikti Kemdiknas melalui Skim dana penelitian MP3EI. Untuk itu peneliti mengucapkan terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

  BSN (Badan Standarisasi Nasional). (2000) Standar Nasional Indonesia SNI 04-0483- 1989. Kulit

  Lapis Domba/Kambing Samak Kombinasi. Jakarta, Indonesia: BSN Gnamm, H. (1949) Die Gerbstoffe und Gerbmittel. Wissenschaftliche Verlagsgesellschaft M.B.H.

  

Kasim,A., & Asben, A., & Mutiar, S. (2015) Kajian kualitas gambir dan hubungannya dengan

karakteristik kulit tersamak. Majalah Kulit, Karet dan Plastik, 31(1) 55-64

  Kumaresan, M., P.N. Palanisamy, dan P.E.Kumar. 2013. Comparison of fastness properties and colour strength of dyed cottonfabrics with eco-friendly natural dyes.The Experiment, 8(3), 483-489.