Proposal Keanekaragaman dan hubungan kek

PROPOSAL

KEANEKARAGAMAN DAN HUBUNGAN KEKERABATAN FENETIK
ANTARA SPESIES ANGGOTA FAMILI VERBENACEAE
BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI DILOKASI BATU ANGUS,
KECAMATAN TERNATE UTARA, KOTA TERNATE.

Oleh :

FARJAN JUFRI HUSAIN
12 137 080

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN TADRIS FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
TERNATE

2016

KATA PENGANTAR


Assalamualalikum Warahmatullahin Wabarakatuh.
Segala puji bagi Allah SWT, Rabb Yang Maha Besar di atas segala
kebesaran, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik, Shalawat
serta salam semoga tercurahkan kepada pewaris intelektual kita, Rasulullah Saw,
para keluarga, sahabat dan umatnya yang masih tetap istiqomah. Di jalan da’wah
ini sampai akhir zaman nanti.
Dalam penyusunan Proposal ini, saya ucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah berjasa membantu saya terutama kepada para penulis
buku yang saya jadikan sumber referensi dalam penyusunan Proposal ini.
Meskipun saya berharap isi dari Proposal saya ini bebas kekurangan dan
kesalahan, namun kesempurnaan itu sepertinya hal yang sulit dicapai. Oleh karena
itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar Proposal
ini dapat lebih diperbaiki lagi kearah yang baik.
Akhir kata ucapkan Terima kasih, semoga proposal saya bermanfaat dan
dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Ternate, 05 Desember 2016
Penulis

Farjan Jufri Husain
12 137 080


DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................ i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ................................................................................ 1
2.

Batasan Masalah .............................................................................. 2

3.

Rumusan Masalah ........................................................................... 3

4.

Tujuan Penelitian.............................................................................. 3

5.


Manfaat Penelitian ........................................................................... 3

6.

Defenisi Operasional ....................................................................... 4

7.

Sistematika Penulisan ...................................................................... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA
1. Famili Verbenaceae ......................................................................... 6
A. Klasifikasi.................................................................................... 6
B. Ciri-Ciri Verbenaceae.................................................................. 7
C. Habitat.........................................................................................11
2. Keanekaragaman..............................................................................13
A. Sumber Variasi Keanekaragaman..............................................16
3. Kekerabatan Fenetik........................................................................21
BAB III METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian.................................................................................23
2. Waktu dan Tempat Penelitian...........................................................23
3. Objek Penelitian...............................................................................23
4. Alat dan Bahan.................................................................................23
5. Prosedur Penelitian..........................................................................24
A. Tahap Observasi.........................................................................24
B. Penentuan Area Serta Luas Jelajah Pengamatan........................24

6. Analisis data.....................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Tumbuhan yang ada dibumi ini sangatlah banyak dan beraneka ragam.

Bahkan pada tiap-tiap daerah mempuyai tumbuhan endemik yang tidak ditemukan
hidup didaerah lain. Keanekaragaman ini menjadi masalah dalam mempelajari

dan mengenal jenis-jenis tumbuhan. Dengan latar belakang permasalahan ini, lahir
ilmu taksonomi yang mempelajari tentang keanekaragam dan kekerabatan suatu
makhluk hidup.
Studi kekerabatan merupakan salah satu aspek yang dipelajari dalam
taksonomi hewan. Hubungan kekerabatan merupakan suatu gambaran hubungan
organisme yang satu dengan yang lain, baik yang sekarang ada maupun yang
hidup di masa silam selama perkembangan sejarah. Dalam sistematika, jauh
dekatnya hubungan antara kesatuan antara taksonomi dapat ditinjau dari dua
sudut, yaitu fenetik dan filogenetik.1
Penelitian tentang hubungan kekerabatan fenetik dalam dunia Botani juga
berperan penting dalam menentukan bagaimanakah hubungan kekerabatan antara
jenis tumbuhan satu dengan lainnya dalam famili yang sama. Hal ini untuk
memperjelas hubungan kekerabatan antara jenis tumbuhan yang dirasa perlu
untuk diteliti. Penelitian dalam hal ini sudah banyak dilakukan oleh para ahli,
1Clifford, H.T. and W. Stephenson, An Introduction to Numerical Classification,
(Academic Press, 1975) hal 63

mahasiswa/i dalam bidang botani, contohnya Penelitian tentang “Kekerabatan
Fenetik Kultivar Pisang di Jawa” yang dilakukan oleh Jumari dan Agus
Pudjoarinto yang bertujuan untuk menentukan pengelompokan dan mengetahui

jauh dekatnya hubungan kekerabatan kultivar pisang dijawa berdasarkan butki
taksonomi morfologi, Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Martasari,
Sugiyatno, Yusuf dan Rahayu tentang “Pendekatan fenetik taksonomi dalam
Identifikasi Kekerabatan Spesies Anthuium’ dan Penelitian tentang “Kekerabatan
Fenetik Ubi Kayu (Manihot esculenta) di Pulau Ternate Berdasarkan Karakter
Morfologi” yang dilakukan oleh Suparman.
Keanekaragaman Hayati merupakan istilah yang digunakan untuk derajat
kenaekaragaman sumber daya alam Hayati, meliputi jumlah maupun frekuensi
dari ekosistem, spesies, maupun gen disuatu daerah. Baik hewan maupun
tumbuhan, yang mana didalamnya termasuk family Verbenaceae yang menjadi
objek penelitian penulis. Verbenaceae merupakan tumbuhan terna, semak, atau
perdu, kadang-kadang juga berupa pohon atau liana dengan ranting-ranting jelas
berbentuk segi empat, terutama pada ujung-ujung yang masih muda. Tumbuhan
Verbenaceae banyak ditemukan pada daerah dengan jenis tanah yang bersifat
subur dan tidak terlalu keras sperti tanah humus dan tanah andosol.2
Daerah wisata kawasan batu angus yang berada di kelurahan Kulaba, Kota
ternate, merupakan kawasan yang dipenuhi bekas lelehan lahar gunung gamalama
yang mengeras. Karakteristik tanah dikawasan batu angus berupa lahan berbatu,
minim unsur hara, dan mungkin memiliki suhu yang agak panas. Jenis tumbuhan
2https://www.scribd.com/mobile/doc/306884917/Famili-Verbenaceae. Diakses pada tangal

04 November 2016, Jam 15.02 WIT.

yang mampu hidup pada kondisi ini pastilah hanya tumbuhan tertentu saja
(tumbuh secara alami). Penelitian tentang keanekaragaman dan kekerabatan
tumbuhan dikawasan batu angus, Kota Ternate berdasarkan hasil penelusuran
dalam waktu singkat dibeberapa sumber tidak ditemukannya informasi apapun
mengenai hal ini.
Berdasarkan latar belakang diatas maka, penulis memandang perlu untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Keanekaragaman dan hubungan
kekerabatan fenetik antara spesies anggota famili Verbenaceae berdasarkan
karakter morfologi dilokasi batu angus,di Kota Ternate”.
B.

Batasan Masalah
Agar permasalahan tidak terlalu meluas dalam pelaksanaannya sehingga

dapat menghemat waktu dan tenaga peneliti, maka ruang lingkup masalah dalam
penelitian ini dibatasi sebagai berikut :
1. Jenis tanaman yang diteliti hanya berasal dari famili Vebrbenaceae saja.
2. Daerah penelitian hanya sebatas pada kawasan batu angus dengan pemilihan

beberapa titik yang bisa diakses.
C.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka beberapa masalah yang

teridentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Terdapat berapa jenis tumbuhan famili Verbenaceae yang berada dikawasan
batu angus, Kota Ternate.

2. Bagaimanakah

hubungan

kekerabatan

fenetik

berdasarkan


ciri-ciri

morfologi tumbuhan famili Verbenaceae dikawasan batu angus, Kota
Ternate.
D.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai dari

penelitian ini yaitu:
1. Mengidentifikasi jenis-jenis tumbuhan family Verbenaceae yang berada
dikawasan batu angus, Kota Ternate.
2. Mengetahui hubungan kekerabatan fenetik berdasarkan ciri-ciri morfologi
tumbuhan family Verbenaceae dikawasan batu angus, Kota Ternate.
E.

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang di harapkan akan tercapai dari penelitian ini yaitu;
1. Teoritis
Secara kajian dengan melakukan penelitian ini dalam upaya konservasi alam

terutama dalam memberikan informasi dan gambaran tentang keanekaragaman
tumbuhan Verbenaceae dan jenis apa saja yang terdapat di kawasan Batu
Angus, Kota Ternate.
2. Praktis
Dari hasil pengamatan ini diharapkan dapat mengetahui berbagai jenis
tumbuhan Verbenacaea yang nantinya dapat digunakan sebagai data untuk
menganalisa adanya perubahan lingkungan dikawasan batu angus, Kota
Ternate.

F.

Defenisi Operasional

Beberapa defenisi operasional yang terdapat dalam penelitian ini akan
dijelaskan guna menghindari kesalahan penafsiran, yaitu sebagai berikut:
1. Kekerabatan Fenetik adalah merupakan
sistematik

yang menggambarkan


salah

hubungan

satu

metode

kekerabatan

dalam

kelompok-

kelompok organisme biologi yang dipetakan dalam bentuk diagram
pohon (fenogram) untuk memahami keanekaragaman hayati
2. Keanekaragaman adalah suatu istilah pembahasan yang mencakup semua
bentuk kehidupan yang secara ilmiah dapat dikelompokan menurut skala
organisasi biologisnya, yaitu mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan dan
mikroorganisme

serta

ekosistem serta

proses-proses

ekologi

yang

merupakan bagian dari bentuk kehidupan.
3. Spesies adalah Unit suatu takson disebut dengan istilah ”jenis” atau
“species”, yaitu kemampuan untuk mengadakan perkawinan satu sama lain
dengan menghasilkan keturunan yang fertil (Zubur) dan secara reproduktif
terasing dari kelompok serupa yang lain. Menurut kriteria anatomi, yaitu
terdapatnya jumlah dan susunan kromosom yang sama dan aspek disfibusi
geografisnya ialah terdapatnya dalam suatu daerah distribusi
4. Morfologi adalah ilmu yang mengkaji tentang bentuk organisme, terutama
hewan dan tumbuhan yang mencakup bagian-bagiannya.
5. Famili tumbuhan atau dalam bahasa Indonesia disebut suku ditandai dengan
akhiran -ceae- merupakan suatu kategori yang ukurannya sangat bervariasi
dari yang sangat kecil hanya terdiri atas satu marga dan beberapa jenis saja,
ada yang sangat besar terdiri atas puluhan marga dan ratusan jenis. Lovelles

(1989:180), menyebutkan bahwa, “Berbagai marga yang tergabung dalam
satu suku (familia) memiliki sejumlah karakter yang sangat mendasar yang
membedakannya dari marga yang termasuk kedalam suku lain.

G.

Sistematika penulisan
Penelitian ini terdiri dari tiga bab dan setiap bab terdiri dari

sub bab. Adapun sistematika dalam penulisan proposal ini adalah
sebagai berikut:
Bab I: Pendahuluan pada bab pendahuluan ini dibagi dalam
beberapa sub bab bahasan yaitu Latar Belakang, Batasan
Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
Defenisi operasional dan Sistematika Penulisan
Bab

II:

Tinjauan

Pustaka,

Menguraikan

tentang

Deskripsi

Keanekaragaman dan hubungan kekerabatan fenetik antara spesies anggota
familia Verbenaceae berdasarkan karakter morfologi.
Bab III: Metode Penelitian menjelaskan tentang Lokasi dan Waktu penelitian,
jenis penelitian, Populasi dan sampel, Tehknik pengumpulan data, Tehknik analisi
data.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.

Famili Verbenaceae

1.

Klasifikasi
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Lamiales
Famili: Verbenaceae

Gambar 1. Sinyo nakal, Contoh anggota Verbenaceae

Informasi yang paling umum tentang famili Verbenaceae adalah salah satu
suku anggota tumbuhan jenis berbunga. Kajian terbaru menunjukan bahwa
banyak anggota klasik Verbenaceae ternyata lebih pantas dimasukann kedalam
Lamiaceae. Dengan demikian anggota Verbenaceae tinggal 35 genus dan sekitar
1.200 spesies.3
2.

Ciri-ciri Famili Verbenaceae
Verbenaceae adalah tumbuhan herbaceus yang mana merupakan famili dari

tumbuhan yang disebut semak belukar ataupun pohon dengan ranting-ranting jelas
berbentuk segi empat, jelas kelihatan terutama pada ujung-ujung yang masih
muda. Daun tunggal tanpa daun penumpu, duduknya berhadapan, jarang tersebar
atau berkarang. Bunga dalam rangkaian yang bersifat rasemos. Kelopak berlekuk
atau bergigi, dapat bervariasi dari, seringkali zigomorf. Mahkota membentuk
buluh yang nyata, berbilangan jarang, kebanyakan dengan taju-taju mahkota yang
tidak sama besar, sedikit miring, tidak jelas berbibir. Benang sari biasanya tidak
sama panjang, jarang, hanya ditambah yang mandul, atau sama sekali tidak ada.
Bakal buah menumpang, tersusun dari daun buah yang tepinya melipat ke dalam
membentuk sekat, hingga bakal buah terbagi-bagi dalam beberapa ruang. Salah
satu daun kadang-kadang tereduksi, sehingga bakal buah hanya beruang 2. Pada
setiap daun buah terdapat 2 bakal biji yang apotrop atau anatrop, menempel pada
tepi daun buah. Tangkai putik pada ujung bakal buah tidak terbagi. Buahnya buah
batu yang berisi 2, 4 atau 8 biji. Biji dengan sedikit endosperm, lembaga lurus.4

3Heywood et al, Flowering Plant Families of the World (Sydney: Royal Botanic Gardens,
2007). Hal 217
4Tjitrosoepomo, Morfologi Tumbuhan. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2000)
hal 21

Seperti halnya organ pada hewan, tumbuhan secara umum yang juga
meliputi famili Verbenaceae, tersusun atas akar, batang, daun, dan bunga. Akar
tumbuh kedalam tanah sehingga memperkuat berdirinya tumbuhan. Akar juga
berfungsi untuk mengambil air dan garam mineral dari dalam tanah. Seperti
halnya beberapa organ lain pada tumbuhan, akar juga berfungsi menyimpan
makanan. Pada batang terdapat daun yang berfungsi menghasilkan makanan
melalui fotosintesis dan mengeluarkan air melalui trasnpirasi. Selain itu batangn
juga berperan untuk lewatnya air dan garam mineral dari akar ke daun dan
lewatnya hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tumbuhan. Bunga
merupakan alat perkembangbiakan pada tumbuhan. Ada tumbuhan yang
berbungan sempurna dan ada yang berbunga tidak sempurna. Bunga sempurna
memiliki benang sari sebagai alat kelamin jantan dan putik sebagai alat kelamin
betina. Bunga tidak sempurna ada yang memiliki benang sari, tetapi tidak
memiliki putik. Bunga yang demikian disebut bungan jantan. Sementara bunga
yang tidak memiliki putik disebut bunga betina. Ada tumbuhan berbunga tunggal,
yaitu jika pada satu tangkai terdapat banyak bunga membentuk rangkaian.5
Bagian-bagian penting pada bunga terdiri dari bagian steril dan bagian fertil.
Bagian steril terdiri dari tangkai bunga, dasar bunga (receptacle), daun pelindung
(brachtea) dan perhiasan bunga (perianthum). Lebih jauh, perhiasan bunga terdiri
dari daun kelopak (sepal) dan daun mahkota (petal). Sementara bagian yang fertil
terdiri dari benang sari (stamen) dan putik (pistil). Tangkai bunga merupakan
bagian aksis utama pada bunga tunggal, misalnya bunga sepatu (Hibiscus rosasinesis). Sementara bunga mejemuk, tangkai bunga merupakan terminalisasi
5Sri Mulyani, Anatomi Tumbuhan. (Yogyakarta: Kanisius, 2016) hal 15-18

sistem percabangan bunga, misalnya bunga jati (Tectona grandis). Dasar bunga
merupakan ujung percabangan yang mengalami metamorfosis, pertumbuhannya
terhenti, serta merupakan tempat tumbuhnya perhiasan dan kelamin bunga. Daun
pelindung adalah bagian perhiasan bunga yang berfungsi untuk melindungi bunga
pada saat masih kuncup. Mahkota bunga (corolla) berada disebelah dalam
kelopak dan tersusun atas daun mahkota (petal). Ukuran mahkota bunga dapat
lebih kecil, lebih besar, atau sama dengan daun kelopak. Warnanya bermacammacam karena mengandung antosian. Aroma dan warna mahkota bunga ini
menjadi daya tarik terhadap serangga penyerbuk.6
Bunga juga dapat dikelompokan berdasarkan bentuk mahkotanya, yaitu
bunga simetri beraturan (regular, actinomorf) dan bunga bersimetri tunggal
(monosimetri, zigomorf).
a.

Bunga simteri beraturan

 Bintang (rotate, stalate) memilik daun mahkota berlekatan dan cuping bebas
pada posisi mendatar sehingga proyeksi tegaknya mirip dengan bintang.
Beberapa jenis anggrek memiliki bunga seperti bintang, misalnya Cestrum
sp.
 Tabung (tubuler) memiliki daun mahkota berlekatan dan memiliki tabung
mahkota dipangkal. Mangkuk mahkota berada diujung, dimana tabung
mahkota lebih dominan dibanding mangkuk mahkota. Selain itu, cuping
makhota juga berukuran relatif lebih kecil. Contohnya bunga matahari
(Helianthus annuus).
6Juwita Ratnasari, Galeri Tumbuhan Hias Bunga, (Jakarta: Penebar Swadaya, 2007) hal 57

 Terompet (hypocrateryform) memiliki mahkota daun yang berlekatan,
tabung mahkota berada dipangkal dan mangkuk mahkota berada diujung.
Tabung mahkota lebih panjang dibanding mangkuk mahkota. Sementara
cuping mahkota berukuran sedang. Stephanotis floribunda memiliki bentuk
bunga yang menyerupai terompet.
 Mangkuk (urceolate) memiliki mahkota daun berdekatan, tabung mahkota
berada dipangkal, dan mangkuk mahkota berada diujung. Ukuran mangkuk
mahkota sangat dominan dibandingkan tabung mahkota.
 Corong (infundibuliform) memiliki mahkota daun berlekatan dan hanya
memiliki tabung mahkota. Dari pangkal ke ujung, dengan ukuran semakin
membesar. Contohnya bunga kecubung (Brugmansia versicolor).
 Lonceng (companulate) memiliki mahkota daun berlekatan dan hanya
memiliki tabung mahkota. Dari pangkal ke ujung, ukurannya semakin
membesar. Ukuran mahkotanya sedang dan panjang.
b.

Bunga simteri tunggal

 Bertaji (calcareus) salah satu dari bunga ini mengalami metamorfosis
menjadi taji, misalnya bunga pacar air (Impotiens balsamina)
 Berbibir (labiate) mahkota bunga ini terbagi menjadi dua bibir yaitu anterior
dan bibir anterior lebih besar daripada bibir posterior. Contoh Kemanggi
(Ocimum basilicum).
 Kupu-kupu (papilonaceus) memiliki lima daun mahkota, yaitu dibagian
anterior menjadi bendera (vexillum), dua dibagian lateral menjadi sayap

(alae), dan dua bagian posterior berdekatan membentuk lunas (carina).
Misalnya bunga kacang hias.
 Topeng (personate) mirip dengan bunga berbibir, tetapi bibir posterior lebih
besar daripada bibir anterior, misalnya bunga mulut singa.
 Pita (ligulate) bagian leher mahkota berdekatan membentuk pipa, ujungnya
memiliki 1,2,3 atau 5 cuping mahkota. Misalnya bagian tepi bunga
matahari.7
Bunga mejemuk digolongkan menjadi dua yaitu mejemuk terbatas dan
bunga mejemuk tidak terbatas. Bunga majemuk terbatas ditandai dengan arah
mekarnya bunga, dimulai dari arah ujung ke pangkal atau dari dalam karangan ke
luar. Pada ujung karangan, terdapat bunga tertua sehingga pertumbuhan aksis
terhenti, disebut juga dengan istilah inflorentia cymosa. Contoh bunga majemuk
terbatas adalah bunga melati (Jasminum sambac). Bunga mejemuk tidak terbatas
ditandai dengan arah mekar bunga dari pangkal karangan bunga ke ujung atau dari
pinggir karangan ke tengah. Dalam waktu tertentu, selalu tumbuh kuncup bunga
baru dan ujung aksis bunga tumbuh secara kontinu. Hal ini disebut juga dengan
istilah inflorescentia racemosa. Contoh kembang merak (Caesalpinia pulch).8
3.

Habitat
1. Ketinggian tempat
Biasanya, faktor ketinggian tempat lebih dikenal dengan faktor suhu.
Namun, oleh karena kondisi suhu dibeberapa daerah dinegara kita relatif sama
maka dalam hal ini lebih ditekankan pada ketinggian tenpat diatas permukaan
7Juwita Ratnasari., hal 7-11.
8Juwita Ratnasari., hal 11.

laut (dpl). Sebagai negara yang berada didaerah khatulistiwa, keragaman iklim
dimasing-masing daerah relatif sedikit. Perbedaan suhu suhu disini lebih banyak
dipengaruhi oleh ketinggian tempat, yaitu dataran tinggi dan dataran rendah.
Suhu udara didataran tinggi relatif lebih dingin sehingga beberapa tumbuhan
subtropis dapat tumbuh lebih baik. Sementara suhu udara didataran rendah
relatif lebih panas sehingga tidak banyak tumbuhan subtropis yang bisa tumbuh
dengan baik. Berdasarkan ketinggian tempat tumbuhan dikelompokan menjadi
tumbuhan dataran tinggi, tumbuhan dataran rendah, dan tumbuhan dataran
sedang. Sebagai acuan, suatu daerah dikatakan sebagai dataran tinggi jika
berada pada ketinggian 700m diatas permukaan air laut (dpl). Dataran rendah
berada pada ketinggian < 200m. Daerah yang berada pada kisaran ketinggian
200 - 700 m dpl merupakan daerah dataran sedang.
2. Kebutuhan air
Air merupakan salah satu kebutuhan utama tumbuhan. Tanpa air, tumbuhan
tidak akan dapat mengelolah bahan makanannya sehingga akan layu, kemudian
mati. Tumbuhan yang mengalami kelayuan harus segera diberi air kembali. Jika
tidak, kondisi tersebut dapat menyebabkan kelayuan permanen yang akhirnya
membuat tumbuhan mati. Kebutuhan air untuk setiap tumbuhan sangat
beragam, tergantung jenis tumbuhan, fase pertumbuhan, ukuran tumbuhan,
kondisi media, kondisi akar, pencahayaan, serta suhu dan kelembapan
lingkungan. Misalnya tumbuhan yang lebih tua dan berukuran yang lebih besar
membutuhkan air lebih banyak daripada tumbuhan muda dan kecil.
3. Kebutuhan cahaya

Berdasarkan kebutuhan cahaya, tumbuhan dapat dikelompokan menjadi
jenis tumbuhan yang toleran terhadap sinar matahari langsung dan yang tidak
toleran terhadap sinat matahari langsung (membutukan naungan), namun ada
pula tumbuhan yang dapat tumbuh baik ditempat yang terkena cahaya langsun
maupun yang ternaungi.9
B.

Keanekaragaman

1. Pengertian keanekaragaman
Keanekaragaman hayati atau biodiversity adalah kata yang belum lama
diperkenalkan oleh pakar yang bergerak dalam bidang lingkungan hidup. Kata ini
kemudian

menjadi

lebih

mempunyai

makna

setelah

E.O

Wilson

memperkenalkannya pada tahun 1989 dalam buku tulisan ilmiahnya. Pada
perkembangan selanjutnya, kata ini kemudian menjadi sangat populer dan dipakai
bukan saja oleh ahli lingkungan, tetapi juga oleh peneliti, pemerhati lingkungan,
penyandang dana, pendidik, dan ahli sosial.10 Keanekaragaman hayati dapat
memiliki banyak interpertasi. Ahli biologi paling sering mendefenisikan
keanekaragaman hayati sebagai totalitas gen, spesies dan ekosistem suatu daerah.
Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman diantara makhluk hidup
dari semua seumber, diantaranya adalah lautan, daratan dan ekosistem akuatik
lainnya, dan komplek ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya
meliputi keanekaragaman dalam jenis spesies, antara ekosistem dan spesies. 11
Keanekaragaman hayati juga dapat diartikan sebagai suatu istilah pemabahasan
9Juwita Ratnasari., hal 20-23
10Jatna Supriatna, Melestarikan Alam Indonesia, (jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008)
hal 3
11UU RI no. 5 Tahun 1994.

yang mencakup semua bentuk kehidupan yang secara ilmiah dapat dikelompokan
menurut skala organisasi biologisnya, yaitu mencakup gen, spesies tumbuhan,
hewan dan mikroorganisme serta ekosistem dan proses-proses ekologi yang
merupakan bagian dari bentuk kehidupan.12
Keanekaragaman hayati menunjukan berbagai variasi dalam bentuk,
struktur tubuh, warna, jumlah, dan sifat lain dari makhluk hidup disuatu daerah.
Sumber alam hayati merupakan bagian dari mata rantai tatanan lingkungan hidup,
yang menjadikan lingkungan ini hidup dan mampu menghidupkan manusia dari
generasi ke generasi. Secara umum, ada peningkatan dalam keanekaragaman
hayati dari kutub ke daerah tropis. Dengan demikian daerah lintang rendah
memiliki spesies lebih dari daerah lintang yang lebih tinggi. Hal ini sering disebut
sebagai gradien lintang dalam keragaman spesies.13
Banyak jenis tumbuhan sebagai sumber pangan, sandang dan papan maupun
kebutuhan lainnya. Demikian banyak juga hewan yang bermanfaat dalam
produksi pangan, sandang, bahan industri, dan tenaga pengangkut serta bahan
hiasan. Semakin banyak keanekaragaman pada makhluk hidup semakin banyak
hikmah bagi manusia. Hal ini juga disebutkan dalam Al-Qur’an, yaitu:
“Dan kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gununggunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuhan yang
indah dipandang mata. Untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap hamba
yang kembali (mengingat Allah).”(QS.Qaaf: 7 -8).

12Linda Ayu, “Pengertian Keanekaragaman Hayati”, http://www.sridianti.com/pengertiankeanekaragaman-hayati.html, diakses pada 09 November 2016.
13Hillebrand H, “On the generality of the latitudinal diversity”, The American Naturalis,
163 (2004), hal 211

“Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan
dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan dari
tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman
yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai
tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan
pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah
buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi
orang-orang yang beriman.”(QS. Al-An’am: 99)
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapa banyaknya Kami
tumbuhkan dibumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?”(QS.AsySyu’ara: 7).
Keanekaragaman tumbuhan mengandung hikmah yang beranekaragam
pula. Manusia diberi kesempatan untuk memilih dari hikmah yang ada, dan akan
menanggung segala resiko atau akibatnya dari hasil pilihan itu. Misalnya, dalam
Al-Quran disebutkan bahwa:
“Dari buah korma dan anggur, kamu buat minuman yang memabukkan dan
rizki yang baik. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda
(kebesaran Allah) bagi orang yang memikirkan”.(QS. An-Nahl: 67)
Pada tahun 1999, Rusell Mittermeier dkk membuat rangking negara yang
mempunyai keanekaragaman hayati tertinggi didunia. Indonesia masuk dalam
urutan kedua setelah Brazil. Beliau mengakui bahwa memang ada beberapa
kriteria yang mereka tidak pertimbangkan yaitu keanekaragaman biota laut dan air

tawar. Oleh karena itu sering dikatakan pula apabila keadaan laut dan air tawar
dimasukan mungkin Brazil dan Indonesia setara dalam urutan Megadiversitas
dunia.14 Dalam hal keanekaragaman tumbuhan, Indonesia menduduki peringkat
lima besar dunia, yaitu memiliki lebih dari 38.000 spesies, 55% endemik.
Contohnya keanekaragaman palem di Indonesia menempati urutan pertama, yaitu
mencapai 477,225 endemik. Lebih dari setengah dari seluruh spesies (350) pohon
penghasil kayu bernilai ekonomis tinggi (dari famili Dipterocarpaceae) terdapat
dinegara ini, 155 diantaranya endemik Kalimantan.15 Di Indonesia, jenis jamur
yang telah diidentifikasi berkisar antara 4.250-12.000 jenis, tumbuhan berbiji
sekitar 20.000 spesies, lumut sekitar 3.000 spesies, dan tumbuhan paku 4.000
spesies.16 Namun, dari fakta keanekaragaman hayati Indonesia yang kisarannya
sangat beragam itu, hanya sekitar 6.000 jenis tumbuhan yang telah diketahui
potensinya dan dimanfaatkan oleh negara dan masyarakat untuk menunjang
kebutuhan hidupnya.17
2.

Sumber Variasi Keanekaragaman
1. Variasi Perkembangan

Variasi perkembangan ini ditentukan secara genetis. Contoh pada tumbuhan
cocor bebek ( Kalanchoe pinnata ) terdapat daun tunggal dan majemuk
menyirip beranak daun tiga pada satu individu tumbuhan yang sering disebut
heteromorfisme.

14Jatna Supriatna., hal 391
15Abidah Billah S. et al, Konservasi Indonesia, Sebuah Potret Pengelolaan & Kebijakan,
(Jakarta: POKJA, 2008) hal 20
16Rikky Firmansyah et al, Mudah dan Aktif Belajar Biologi, (jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional, 2009) hal 86

17Jatna Supriatna., hal 10

2. Variasi yang disebabkan Lingkungan.

Tumbuh-tumbuhan keseluruhan beranekaragam dan banyak jenisnya
menyimpang dalam pertumbuhannya, sebagai respon terhadap lingkungan.
Perubahan ini disebabkan karena sinar, air, makanan, suhu, dan tanah. Sebagai
contoh adalah tumbuhan kaktus. Daun tumbuhan ini berbentuk seperi duri atau
jarum dan tebal karena tumbuh di daerah yang sinarnya berlebih yaitu di padang
pasir atau gurun. Sehingga agar tidak terjadi transpirasi berlebihan maka bentuk
daun tidak melebar seperti pada umumnya daun.
Terdapat pula variasi lingkungan yang menyebabkan keanekaragaman
tumbuhan dalam bentuk:
- Ketinggian
Perbedaan ketinggian suatu tempat dari garis pantai akan menyebabkan perbedaan
mikro klimat antara lain suhu, kelembaban, curah hujan, dan lain-lain. Sehingga
mengakibatkan sebaran berbagai jenis tumbuhan berbeda-beda. Ketinggian tempat
juga dapat menyebabkan isolasi jenis.
- Letak Geografis
Letak geografis menyebabkan perbedaan makro klimat yang sangat tajam seperti
perbedaan musim, curah hujan, kelembaban, suhu, dan intensitas cahaya matahari
3.
1.

Variasi Genetika
Mutasi
Mutasi adalah perubahan yang terjadi secara mendadak diteruskan ke

generasi berikutnya yang bersifat kekal. Keturunan yang terjadi berbeda, baik

bentuk maupun sifatnya dengan induk. Mutasi dapat terjadi di alam bebas maupun
secara buatan.
A.

Rekombinasi dan Aliran Gen
Gerakan dan perukaran gen-gen di antara anggota populasi melukiskan

perpindahan gen-gen. Rekombinasi adalah hasil akibat kombinasi baru dari gen
yang telah ada. Perpindahan gen dan rekomendasi melibatkan gen-gen yang ada
dari pembawaan.
Keanekaragaman hayati terdiri atas tiga tingkatan, yaitu:
3.

Keanekaragaman tingkat genetik
Keanekaragaman genetik merupakan variasi genetik dalam satu spesies baik

di antara populasi-populasi yang terpisah secara geografik maupun di antara
individu-individu dalam satu populasi. Individu dalam satu populasi memiliki
perbedaan genetik antara satu dengan lainnya. Variasi genetik timbul karena setiap
individu mempunyai bentuk-bentuk gen yang khas. Variasi genetik bertambah
ketika keturunan menerima kombinasi unik gen dan kromosom dari induknya
melalui rekombinasi gen yang terjadi melalui reproduksi seksual. Proses inilah
yang meningkatkan potensi variasi genetik dengan mengatur ulang alela secara
acak sehingga timbul kombinasi yang berbeda-beda.18 Dalam satu spesies
tumbuhan atau hewan bisa terdapat variasi genetik, sehingga menimbulkan
perbedaan yang jelas.
Keanekaragaman genetik dalam suatu spesies seringkali dipengaruhi oleh
perilaku reproduksi individu dalam populasi tersebut. Individu-individu dalam
18Mochammad Indrawan, et al. Biologi Konservasi, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2007) hal 15

populasi memiliki perbedaan genetika antara satu dengan yang lainnya.
Mendatangkan bahan tanam dari tempat lain merupakan cara paling sederhana
untuk meningkatkan keragaman genetik. Seleksi penyaringan dilakukan terhadap
koleksi plasma nutfah yang didatangkan dari berbagai tempat dengan kondisi
lingkungan yang berbeda-beda.19 Semua makhluk hidup dalam satu spesies
memiliki gen yang sama. Gen merupakan bagian dari kromosom yang
mengendalikan ciri atau sifat suatu organisme yang bersifat diturunkan

dari

induknya. Walaupun gen pada setiap individu sama tapi susunannya berbeda-beda
pada pada masing-masing induknya. Susunan perangkat gen inilah yang
menentukan sifat dan ciri-ciri suatu individu pada dalam spesiesnya sendiri.
4.

Keanekagaraman spesies
Keanekaragaman spesies adalah jumlah spesies yang beragam hidup disuatu

lokasi tertentu. Dilain pihak, terdapat banyak definisi lain yang bersifat khusus
dan kuantitatif mengenai keanekaragaman spesies. Ahli ekologi misalnya, telah
mengembangkan

defenisi

yang

berbeda-beda

untuk

membandingkan

keanekaragaman secara keseluruhan dari komunitas yang berbeda, pada berbagai
skala geografi yang beragam pula.20
Keanekaragaman spesies mencakup seluruh spesies yang ditemukan di
bumi, termasuk bakteri dan protista serta spesies dari kingdom bersel banyak
(tumbuhan, jamur, hewan, yang bersel banyak atau multiseluler). Spesies dapat
diartikan sebagai sekelompok individu yang menunjukkan beberapa karakteristik

19Deden Abdurahman, Biologi Kelompok Pertanian, (Bandung: Grafindo Media Pratama,
2008) hal 56
20Mochammad Indrawan, et al. hal 21

penting berbeda dari kelompok-kelompok lain baik secara morfologi, fisiologi
atau biokimia.21
Contohnya dihalaman kita terdapat pohoh mangga, rambutan, jambu, bunga
matahari, cacing, burung, lebah, semut dan kupu-kupu. Keanekaragaman jenis
yang lebih tinggi umumnya dapat ditemukan disuatu tempat yang jauh dari
kehidupan manusia, semisal dihutan terdapat jenis hewan dan tumbuhan yang
lebih banyak dibandingkan dengan kebun atau sawah. Adapun beberapa jenis
organisme yang memiliki ciri-ciri fisik yang hampir sama seperti tumbuhan
kelompok palem yaitu kelapa, kurma dan sagu yang memiliki daun seperti pita.
Namun, tumbuh-tumbuhan tersebut merupakan jenis berbeda, kelapa memiliki
nama spesies Cocos nucifera, pinang bernama Areca catechu dan kurma bernama
Phoenix dactylifera. Meskipun tumbuhan tersebut adalah kelompok palempaleman tetapi memiliki fisik yang berbeda antara satu dengan yang lain dan
hidup pada tempat yang berbeda pula. Sagu hidup didaerah basah seperti rawa,
kelapa bisa hidup di sekitar pantai, sedangkan kurma hidup didaerah kering
seperti padang pasir.
5.

Keanekaragaman ekosistem
Ekosistem berarti suatu kesatuan yang dibentuk oleh hubungan timbal balik

antara makhluk hidup (komponen biotik) dan lingkungannya (komponen abiotik).
Setiap ekosistem memiliki ciri-ciri lingkungan fisik, lingkungan kimia, tipe
vegetasi, dan tipe hewan yang spesifik. Kondisi lingkungan makhluk hidup ini
sangat beragam. Kondisi yang beragam tersebut menyebabkan makhluk hidup

21Mochammad Indrawan, et al. hal 16

yang menempatinya beragam pula. Keanekaragaman seperti ini disebut sebagai
keaneakaragaman hayati pada tingkat ekosistem.22
Faktor abotik yang mempengaruhi faktor biotik diantaranya adalah iklim,
tanah, air, udara, suhu, angin, kelembapan, cahaya, mineral, dan tingkat
keasaman. Variasi faktor abiotik menimbulkan kondisi berbeda pada setiap
ekosistem. Untuk mengetahui adanya keanekaragaman hayati pada tingkat
ekosistem, dapat dilihat satuan atau tingkatan organisasi kehidupan ditempat
tersebut.
Keanekaragaman ekosistem dapat terbentuk secara alami dari masa ke masa,
dari ekosistem yang sederhana menjadi ekosistem yang sangat rumit dimana
masing-masing ekosistem mendukung ekosistem yang lain.
C.

Kekerabatan Fenetik
Kekerabatan merupakan salah satu aspek yang dipelajari dalam taksonomi

hewan. Hubungan kekerabatan antar spesies tumbuhan dapat dianalisis untuk
menentukan sejauh mana kemiripannya dengan cara menghitung koefesien
korelasi, indeks kemiripan, jarak taksonomi, dan analisis cluster. Secara umum
semua cara pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui kemiripan antar spesies
tanaman yang dibandingkan berdasarkan sejumlah karakter. Istilah fenetik
diperkenalkan oleh Cain dan Horison tahun 1960 guna menunjukkan hubungan
kekerabatan diantara makhluk hidup yang didasarkan atas jumlah derajat
persamaan yang ada berdasarkan data morfologinya dengan menggunakan semua
ciri yang sama, dan ciri toksonomi tersebut dengan diberi dan tanpa diberi bobot.
22Fictor Ferdinand, Moekti Ariebowo, Praktis belajar biologi 1, (Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional, 2009) hal 72

Makin besar persamaan diantara makhluk hidup, makin dekatlah hubungan yang
ada dan semakin kecilah perbedaannya dengan nenek moyang.23
Kekerabatan fenetik adalah suatu studi yang mengklasifikasikan berbagai
macam organisasi berdasarkan kesamaan atau kemiripan morfologi dan sifat
lainnya yang bisa diobservasi tergantung pada asal evolusi organisme
bersangkutan. Jadi dalam situasi ini, lebih ditekankan adanya proses konvergensi
evolusi.24 Kekerabatan fenetik lebih umum digunakan dalam praktek dengan
pertimbangan penerapan klasifikasi secara filogenik, jika tidak tersedia buktibukti yang cukup sebagai penunjang pelaksanaan sistem klasifikasi filogenik dan
jika sifat-sifat yang dipertimbangkan cukup banyak, biasanya kekerabatan fenetik
juga akan dapat menggambarkan kekerabatan filogenetik.25
Campbell mengemukakan pendapat mengenai kekerabatan Fenetika yaitu
membandingkan sebanyak mungkin karakteristik anatomi dan tidak membedakan
homologi dari analogi. Sedangkan filogenetik yaitu menentukan hubungan
kekerabatan berdasarkan perbandingan spesies masa lalu dengan spesies modern.
26

23Rideng, I Made, Taksonomi Tumbuhan Biji, (Jakarta: Dekdikbud, 1989) hal 41
24Hendy Wijaya, “Filogenetik, Fenetik, Kladistik, Kladogram, Dendogram”,
http://www.forumsains.com/biologi/filogenetik-fenetik-kladistik-kladogram-dendogram, diakses
pada 14 November 2016.
25Sukla dan Misra, Essentials of Paleobotany, (Delhi: Vikas, 1982) hal 126
26Campbell et al, Biologi Jilid 2, (Jakarta: Erlangga, 2003) hal 80

BAB III
METODE PENELITIAN
A.

Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan deskriptif kualitatif, atau penelitian yang

menggambarkan sifat suatu keadaan sementara berjalan serta mengamati dan
memeriksa faktor-faktor yang berpengaruh didalamnya pada saat penelitian
berlangsung.27
B.

Lokasi dan Waktu Penelitian.
Penelitian ini direncanakan berlangsung pada bulan januari 2017, penelitian

ini dilaksanakan di area batu angus Kelurahan Kulaba, Kecamatan Ternate utara
Kota Ternate.
C.

Alat Dan Bahan
Alat alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

1. Parang
2. Rol meter berukuran 100 m
3. Tali Rafia
4. Kamera
5. Alat tulis menulis
6. Kertas Label
7. Kantong plastik

27Leiwakabesi F & Hasan S, Pengantar Metodologi Penelitian. Universitas Negeri
Malang. (Malang: UNM, 2002), hal 17

Bahan meliputi semua tumbuh-tumbuhan Verbenaceae yang ditemukan di
semua titik pengamatan pada area penelitian di kelurahan kulaba kecamatan
ternate utara kota ternate.
D.

Populasi dan Sampel Penelitian.
Objek yang diamati dalam penelitian ini yaitu keanekaragaman tumbuhan

Verbenaceae berdasarkan karakter morfologi di area batu angus Kelurahan
Kulaba.
E.

Prosedur Penelitian.
Prosedur dalam penelitian ini terdiri atas 2 tahap yaitu tahap observasi dan

penentuan area serta luas jelajah pengamatan.
1. Tahap Observasi
Pertama-tama peneliti melakukan observasi awal di area penelitian untuk
mendapatkan gambaran awal tentang area secara keseluruhan maupun membuat
spesimen agar dapat mempermudah pengamatan tumbuhan tersebut saat
penelitian berlangsung.
2. Penentuan area serta luas jelajah pengamatan.
Setelah observasi dilakukan selanjutnya peneliti menentukan area serta luas
area jelajah pengamatan, luas area jelajah dimulai dari tepi jalan ke arah laut
berkisar 100 m, jarak antara titik jelajah 1-4 berkisar 10 m, penentuan titik
pengamatan ini berdasarkan karakter area pengamatan yang terlalu luas serta
kemampuan distribusi pertumbuhan dari tumbuh-tumbuhan Verbenaceae28.
28Odum E.P. 1971. Dalam M. Matdoan, Perlakuan pencabutan spesies gulma dominankodominan terhadap perubahan komunitas gulma di KP4 UGM, berbah Sleman, Yogyakarta
(Yogyakarta, Gadjah Mada Universy, Tesis, 2014) Hal, 33-34.

Selanjutnya peneliti mulai mengadakan observasi bebas untuk melakukan
pengamatan dan pengumpulan jenis-jenis tumbuhan Verbenaceae yang terdapat
pada semua titik pengamatan yang telah di tentukan.

Gambar 1 : Desain area penelitian serta titik pengamatan.
Setiap sampel tumbuhan yang ditemukan selanjutnya diambil 1 individu
sebagai spesimen hasil pengamatan dan melakukan penghitungan individu
populasi yang terdapat pada semua titik. Individu yang diambil sebagai spesimen
tersebut kemudian diberi label atau ditandai tanggal, dan titik pengambilan
dimana ditemukan. Semua sampel yang ditemukan selanjutnya dicatat kedalam
tabel yang telah di siapkan.
Tabel 2: Hasil pengamatan populasi jenis-jenis tumbuhan Verbenaceae

No

Nama Jenis

Jumlah yg ditemukan pd
setiap titik
T1
T2
T3
T4

Jumlah

F.

Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif, yaitu menggambarkan dan

menginterpretasikan hubungan kekerabatan semua jenis spesies tumbuhtumbuhan Verbenaceae yang ditemukan di area berdasarkan karakter morfologi
batang, daun, dan bunga.

DAFTAR PUSTAKA

Abidah Billah S. et al, Konservasi Indonesia, Sebuah Potret Pengelolaan &
Kebijakan. Jakarta: POKJA, 2008.
Campbell et al, Biologi jilid 2, Jakarta: Erlangga, 2003.
Clifford, H.T. and W. Stephenson, An Introduction to Numerical Classification.
Academic Press, 1975.
Deden Abdurahman, Biologi Kelompok Pertanian, Bandung: Grafindo Media
Pratama, 2008.
Fictor Ferdinand, Moekti Ariebowo, Praktis belajar biologi 1, Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
Hendy Wijaya, “Filogenetik, Fenetik, Kladistik, Kladogram, Dendogram”,
http://www.forumsains.com/biologi/filogenetik-fenetik-kladistik-kladogramdendogram, diakses pada 14 November 2016.
Heywood et al, Flowering Plant Families of the World Sydney: Royal Botanic
Gardens, 2007.
Hillebrand H, “On the generality of the latitudinal diversity”, The American
Naturalis, 163 (2004)
https://www.scribd.com/mobile/doc/306884917/Famili-Verbenaceae. Diakses 04
November 2016
Jatna Supriatna, Melestarikan Alam Indonesia, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2008.
Juwita Ratnasari, Galeri Tumbuhan Hias Bunga, Jakarta: Penebar Swadaya, 2007.
Leiwakabesi F & Hasan S, Pengantar Metodologi Penelitian. Universitas Negeri
Malang. Malang: UNM, 2002.
Linda

Ayu,
“Pengertian
Keanekaragaman
Hayati”,
http://www.sridianti.com/pengertian-keanekaragaman-hayati.html, diakses
pada 09 November 2016.

Mochammad Indrawan, et al. Biologi Konservasi, Jakarta : Yayasan Obor
Indonesia, 2007.
Odum E.P. 1971. Dalam M. Matdoan, Perlakuan pencabutan spesies gulma
dominan-kodominan terhadap perubahan komunitas gulma di KP4 UGM,
berbah Sleman, Yogyakarta, Yogyakarta, Gadjah Mada Universy, Tesis,
2014.
Rideng, I Made. Taksonomi Tumbuhan Biji, Jakarta: Dekdikbud, 1989.
Rikky Firmansyah et al, Mudah dan Aktif Belajar Biologi, Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
Sukla and Misra, Essentials of Paleobotany, Delhi: Vikas, 1982.
Tjitrosoepomo, Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2000.
UU RI no. 5 Tahun 1994.