BAB I BAB V docx

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan sektor industri Indonesia meningkat dari tahun ketahun.
Majunya industri maka terbuka lapangan kerja bagi masyarakat di
sekitar daerah perindustrian. Banyaknya yang bekerja dalam bidang
industri, sehingga akan meningkatkan taraf ekonomi dan sosial
masyarakat. Meskipun perkembangan industri sangat pesat dapat
meningkatkan taraf hidup, tetapi berbagai dampak negatif juga bisa
terjadi pada masyarakat (Budiono, 2003).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan salah satu upaya
perlindungan yang ditunjukkan kepada semua potensi yang dapat
menimbulkan bahaya, agar tenaga kerja dan orang lain yang ada di
tempat selalu dalam keadaan selamat dan sehat serta semua sumber
produksi dapat digunakan secara aman dan efisien. Keselamatan dan
Kesehatan

Kerja

harus


benar-benar

diterapkan

dalam

suatu

perusahaan, pengawasan tidak hanya terhadap mesin saja tetapi
yang lebih penting terhadap manusianya. Hal ini dilakukan karena
manusia adalah faktor yang paling penting dalam suatu proses
produksi (Suma’mur, 1996).
Penyebab timbulnya kecelakaan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu :
Unsafe Action (Tindakan Tidak Aman) dan Unsafe Condition (Kondisi Tidak
Aman). Unsafe Action adalah suatu tindakan yang memicu terjadinya suatu

1

kecelakaan kerja, contohnya adalah tidak mengenakan APD, Merokok di

tempat yang rawan terjadi kebakaran, tidak mematuhi peraturan dan
larangan K3, dan lain-lain. Tindakan ini bisa berbahaya dan menyebabkan
terjadinya kecelakaan. Sedangkan Unsafe Condition berkaitan erat dengan
kondisi lingkungan kerja yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan.
Banyak ditemui bahwa terciptanya kondisi yang tidak aman ini karena
kurang ergonomis. Unsafe Condition ini contohnya tangga yang rusak, lantai
yang licin, udara yang pengap, pencahayaan kurang, terlalu bising, dan
lain-lain. Teori Domino Heinrich dalam buku Soehatman (2009).

Kesadaran penggunaan alat pelindung diri perlu ditanamkan pada
setiap pekerja, karena perasaan tidak nyaman (risih, panas,
terganggu) merupakan salah satu alasan mengapa seorang pekerja
tidak menggunakan alat pelindung diri. Perlunya pembinaan yang
terus menerus akan meningkatkan kesadaran dan wawasan mereka.
Peningkatan pengetahuan dan wawasan akan menyadarkan tentang
pentingnya penggunaan alat pelindung diri, sehingga efektif dan benar
pemakaiannya (Budiono, 2003).
Melalui

observasi


langsung,

sekitar

65%

pekerja

tidak

menggunakan alat pelindung diri dan 35% pekerja yang memakai alat
pelindung diri pada Tim Pelayanan Teknis (PT. Haleyora Powerindo)
pada pekerjaan penyambungan kabel gardu baru di PT PLN (Persero)
Area Bandung, sedangkan semua tempat kerja selalu terdapat
sumber – sumber bahaya. Hampir tidak ada tempat kerja yang sama

2

sekali terbebas dari sumber bahaya, maka perlu diadakan identifikasi

sumber bahaya potensial yang ada di tempat kerja.
Pemakaian APD harus dianggap sebagai garis pertahanan
terakhir dan digunakan sesuai dengan potensi bahaya yang ada di
perusahaan. APD yang wajib digunakan Tim Pelayanan Teknis (PT.
Haleyora Powerindo) pada pekerjaan penyambungan kabel gardu
baru di PT PLN (Persero) Area Bandung terdiri dari radio komunikasi
HT, sabuk pengaman, helmet kerja, sarung tangan kulit, sepatu boots,
safety shoes, sarung tangan isolasi 20 kV, sepatu tahan isolasi 20 kV,
rompi spot light, kacamata safety, jas hujan. Tim Pelayanan Teknis
(PT. Haleyora Powerindo) pada pekerjaan penyambungan kabel gardu
baru di PT PLN (Persero) Area Bandung terdapat banyak risiko
berbahaya yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja, sehingga PT
PLN (Persero) Area Bandung menganggap penting Hiperkes (Higiene
Perusahaan Ergonomi dan Kesehatan) dan keselamatan kerja. Hal
tersebut dibuktikan dengan adanya penyediaan alat pelindung diri di
tempat kerja.
Rendahnya tingkat kepatuhan penggunaan alat pelindung diri
pada Tim Pelayanan Teknis (PT. Haleyora Powerindo) pada pekerja
penyambungan kabel gardu baru di PT PLN (persero) Area Bandung
mengakibatkan para pekerja mengalami potensi bahaya yang lebih

besar karena dalam pekerjaan banyak melakukan pekerjaan yang
cukup berbahaya untuk menimbulkan penyakit dan kecelakaan kerja.

3

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis pada Tim
Pelayanan

Teknis

(PT.

Haleyora

Powerindo)

pada

pekerja


penyambungan kabel gardu baru di PT PLN (persero) Area Bandung
ternyata sebagian pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri
sehingga rentan terhadap penyakit dan kecelakaan akibat kerja.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengetahui
gambaran secara umum mengenai kepatuhan penggunaan APD pada
Tim Pelayanan Teknis (PT. Haleyora Powerindo) pada pekerja
penyambungan kabel gardu baru di PT PLN (persero) Area Bandung
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk

mengetahui

gambaran

kepatuhan

penggunaan

alat


pelindung diri (APD) Tim Pelayanan Teknis (PT. Haleyora Powerindo)
pada pekerja penyambungan kabel gardu baru di PT PLN (persero)
Area Bandung
2. Tujuan Khusus
a. Dapat mengidentifikasi masalah kepatuhan penggunaan alat
pelindung diri (APD) Tim Pelayanan Teknis (PT. Haleyora
Powerindo) pada pekerja penyambungan kabel gardu baru di PT
PLN (persero) Area Bandung
b. Dapat menetapkan prioritas masalah kepatuhan penggunaan alat
pelindung diri (APD) Tim Pelayanan Teknis (PT. Haleyora

4

Powerindo) pada pekerja penyambungan kabel gardu baru di PT
PLN (persero) Area Bandung
c. Dapat mengetahui gambaran penyebab masalah kepatuhan
penggunaan alat pelindung diri (APD) Tim Pelayanan Teknis (PT.
Haleyora Powerindo) pada pekerja penyambungan kabel gardu
baru di PT PLN (persero) Area Bandung

d. Dapat mengajukan alternatif pemecahan masalah kepatuhan
penggunaan alat pelindung diri (APD) Tim Pelayanan Teknis (PT.
Haleyora Powerindo) pada pekerja penyambungan kabel gardu
baru di PT PLN (persero) Area Bandung

C. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
a. Dapat mengenal lingkungan kerja secara nyata.
b. Dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama kuliah pada kondisi
kerja yang sebenarnya, khususnya mengenai kesehatan dan
keselamatan kerja
c. Mengetahui kendala dalam pelaksanaan kesehatan dan keselamatan
kerja di lapangan
d. Mendapatkan pengetahuan tentang cara mengidentifikasi masalah,
penentuan prioritas masalah, penyebab masalah dan pemecahan
masalah

5

2. Bagi tempat praktek PT. PLN (Persero) Area Bandung

Memberikan

masukan

terhadap

upaya-upaya

pemecahan

masalah yang ditemukan pada kajian keselamatan kerja Tim
Pelayanan Teknis

(PT.

Haleyora

Powerindo)

Pada


pekerjaan

penyambungan kabel gardu baru di PT. PLN (Persero) Area Bandung
3. Bagi Program Studi
Sebagai referensi dan masukan mengenai kajian keselamatan
kerja Tim Pelayanan Teknis (PT. Haleyora Power) Pada pekerjaan
penyambungan kabel gardu baru di PT. PLN (Persero) Area Bandung
dan juga dapat menjadi bahan kajian dalam kegiatan proses
pembelajaran.

D. Waktu danTempat
Kegiatan Praktek Kesehatan Masyarakat Praktek Kesehatan
Masyarakat (PKM) dilaksanakan selama 20 hari kerja tanggal 9 Januari
2017 sampai dengan 3 Februari 2017 pada Tim Pelayanan Teknis (PT.
Haleyora Power) PT. PLN (Persero) Area Bandung.

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Alat Pelindung Diri
1. Definisi Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri adalah peralatan keselamatan yang harus
digunakan oleh karyawan apabila berada pada satu tempat kerja yang
berbahaya. Definisi menurut organisasi buruh International Labour
Office(ILO) alat pelindung diri adalah suatu peralatan perlindungan
perorangan sebagai garis pertahanan terakhir, peralatan ini dirancang
untuk mencegah bahaya luar agar tidak mengenai tubuh pekerja.
Alat pelindung diri adalah suatu kewajiban dimana biasanya para
pekerja atau buruh bangunan yang bekerja di sebuah proyek atau
pembangunan

sebuah

gedung

diwajibkan

menggunakannya.

Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui Departemen
Tenaga Kerja Republik Indonesia. Alat – alat demikian harus
memenuhi persyaratan tidak mengganggu kerja dan memberikan
perlindungan efektif terhadap jenis bahaya (Anizar, 2012)

7

Menurut Permenakertrans 2010 pada pasal 1, alat Pelindung Diri
adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi
seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh
dari potensi bahaya di tempat kerja. Pemilihan alat pelindung diri yang
handal secara cermat adalah merupakan persyaratan mutlak yang
sangat mendasar. Pemakaian alat pelindung diri yang tidak tepat
dapat mencelakakan tenaga kerja yang memakainya karena mereka
tidak terlindung dari bahaya potensial yang ada di tempat kerja serta
memahami dasar kerja setiap jenis alat pelindung diri yang akan
digunakan di tempat kerja dimana bahaya potensial tersebut ada
(Budiono, 2003).
2. Jenis – jenis Alat Pelindung Diri
Dalam pemilihan alat pelindung diri yang baik sesuai dengan
kebutuhan, maka perlu dilakukan identifikasi terhadap potensi bahaya
yang akan dilingkungan kerja, yang akan mencakup jenis dan sifat
bahaya, harus diperhatikan faktor – faktor pertimbangan di mana APD
harus enak dan nyaman dipakai, tidak menggangu ketenangan kerja
dan tidak membatasi ruang gerak pekerja, memberikan perlindungan
yang efektif terhadap segala jenis bahaya/potensi bahaya (Anizar,
2012). Macam – macam alat pelindung diri tersebut sebagai berikut:
a. Alat Pelindung Mata dan Muka
Alat pelindung mata dan muka adalah alat pelindung untuk
melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia berbahaya,

8

paparan partikel – partikel yang melayang di udara dan di badan
air, percikan benda – benda kecil, panas atau uap panas, radiasi
gelombang elektromagnetik yang mengion maupun yang tidak
mengion, pancaran cahaya, benturan atau pukulan benda keras
atau benda tajam.
Jenis alat pelindung mata dan muka terdiri dari kacamata
pengaman (Spectacles), goggles, tameng muka (Face Shield),
masker selam, dan kacamata pengaman dalam kesatuan (Full
Face Masker). Salah satu masalah tersulit dalam pencegahan
kecelakaan yang menimpa mata. Orang – orang yang tak terbiasa
dengan kacamata biasanya tidak memakai alat pelindung tersebut
dengan

alasan

mengurangi

mengganggu

kenikmatan

kerja,

pelaksanaan
sekalipun

pekerjaan
kacamata

dan
yang

memenuhi persyaratan. Memiliki kacamata pelindung tidak cukup,
tenaga kerja harus memakainya.
Kesukaran ini dapat diatasi dengan berbagai cara pada
beberapa perusahaan, tempat – tempat kerja dengan bahaya
kecelakaan mata hanya boleh dimasuki jika kacamata pelindung
digunakan. Sebagai akibatnya, pada tempat – tempat tersebut
tenaga kerja selalu memakai kacamata pelindung selama jam
kerja, dan siapa saja yang tidak menggunakan kacamata
pelindung akan merasa paling asing dari tenaga kerja lainnya
(Effendi, dkk, 2012).

9

b. Alat Pelindung Kaki
Alat pelidung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari
tertimpa atau berbenturan dengan benda – benda berat, tertusuk
benda tajam, terkena cairan panas atau dingin, uap panas,
terpajan suhu ekstrim, terkena bahan kimia berbahaya dan jasad
renik, tergelincir, serta sebagai alat pengaman saat bekerja di
tempat yang becek ataupun berlumpur.
Jenis pelindung kaki berupa sepatu keselamatan (Safety
Shoes) pada pekerjaan peleburan, pengecoran logam, industri,
kontruksi

bangunan,

pekerjaan

yang

berpotensi

bahaya

peledakan, bahan listrik, tempat kerja yang basah atau licin,
bahan kimia dan jasad renik. Kebanyakan Safety shoes dilapisi
dengan metal untuk melindungi kaki. Biasanya sepatu kulit yang
buatan cukup kuat untuk memberikan perlindungan. Akan tetapi
untuk memungkinkan tertimpa benda berat masih diperlukan
sepatu dengan ujung tertutup baja dan lapisan baja didalamnya.
c. Alat Pelindung Tangan
Pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung yang
berfungsi untuk melindungi tangan dan jari – jari tangan dari
pajanan api, suhu panas, suhu dingin, radiasi elektromagnetik,
radiasi mengion, arus listrik, bahan kimia, benturan, pukulan dan
tergores, terinfeksi zat pathogen (virus, bakteri) dan jasad renik.

10

Jenis perlindungan tangan terdiri dari sarung tangan yang
terbuat dari logam, kulit, kain kanvas, kain atau kain berlapis,
karet, dan sarung tangan yang tahan bahan kimia. Bahan dan
bentuk sarung tangan disesuaikan dengan fungsi masing –
masing pekerjaan. Sarung tanganharus diberikan kepada tenaga
kerja dengan pertimbangan akan bahaya

– bahaya

dan

persyaratan yang diperlukan. Antara lain syaratnya adalah
bebasnya bergerak jari dan tangan. Hal yang perlu di perhatikan
bahwa ketika bekerja dengan mesin, mesin pengepres dan mesin
– mesin lainnya yang menyebabkan dapat tertariknya sarung
tangan (Effendi, dkk, 2012).
d. Alat Pelindung Kepala
Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi kepala dari benda yang bisa mengenai kepala secara
langsung. Melindungi dari benturan, kejatuhan atau terpukul benda
tajam atau benda keras yang melayang atau meluncur di udara,
terpapar oleh radiasi panas, api, percikan bahan – bahan kimia, jasad
renik (mikroorganisme) dan suhu yang ekstrim.
Jenis alat pelindung kepala terdiri dari helm pengaman (safety
helmet), topi atau tudung kepala, penutup atau pengaman rambut,
dan lain – lain. Topi demikian harus kuat dan kokoh, tetapi tetap
ringan. Bahan plastik dengan lapisan kain terbukti sangat cocok untuk
keperluan ini.

11

e. Alat Pelindung Telinga
Alat pelindung telinga adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi alat pendengaran terhadap kebisingan atau tekanan.Jenis
alat pelindung telinga terdiri dari sumbat telinga (ear plug) dan
penutup telinga (ear muff). Telinga harus dilindungi dari loncatan api,
percikan logam pijar, atau partikel – partikel yang melayang dan
perlindungan terhadap kebisingan (Effendi, dkk, 2012).
f.

Alat Pelindung Pernafasan
Alat pelindung pernafasan adalah alat pelindung yang berfungsi
untuk melindungi organ pernafasan dengan cara menyalurkan udara
bersih

dan

sehat

atau

menyaring

cemaran

bahan

kimia,

mikroorganisme, partikel yang berupa debu, kabut (aerosol, uap,
asap, gas, dan sebagainya). Jenis alat pelindung pernafasan terdiri
dari masker, respirator, katrit, canister, rebreather, airlinerespirator,
continues air supply machine, dan lain – lain. Paru – paru harus
dilindungi saat udara tercemar atau ada kemungkinan kekurangan
oksigen dalam udara. Pencemaran – pencemaran lain mungkin
berbentuk gas, uap logam, debu dan lain sebagainya. Kekurangan
oksigen mungkin terjadi ditempat – tempat yang pengudaraannya
buruk seperti tangki atau gudang dibawah tanah. Pencemaran –
pencemaran berbahaya yang beracun, korosif, atau menjadi sebab
rangsangan.
g. Pakaian Pelindung

12

Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi bahan sebagian
badan dari bahaya temperatur panas atau dingin yang ekstrim,
pajanan api dan benda – benda panas, percikan bahan – bahan kimia,
cairan dan logam panas, uap panas, benturan (impact) dengan mesin,
peralatan dan bahan, tergores, radiasi, binatang, mikroorganisme
pathogen dari manusia, tumbuhan dan lingkugan seperti virus, bakteri
dan jamur.
Jenis pakaian pelindung terdiri dari rompi (vests), celemek
(apron/coveralis), jaket dan pakaian pelindung yang menutupi
sebagian atau seluruh bagian badan (Effendi, dkk, 2012).
h. Alat Pelindung Jatuh Perorangan
Alat pelindung jatuh perorangan berfungsi membatasi gerak
pekerja agar tidak masuk ke tempat yang mempunyai potensi jatuh
atau menjaga pekerja berada pada posisi kerja yang diinginkan dalam
keadaan miring maupun tergantung dan menahan serta membatasi
pekerja jatuh sehingga tidak membentur lantai dasar.
Jenis alat pelindung jatuh perorangan

terdiri dari sabuk

pengaman tubuh, (body hearness), karabiner, tali koneksi (lanyard),
tali pengaman (safety rope), alat penjepit tali (rope clamp), alat
penurun (decender), alat penahan jatuh bergerak (mobile fall arrester),
dan lain – lain. Diwajibkan menggunakan alat ini di ketinggian lebih
dari 1,8 meter (Effendi, dkk, 2012).
3. Syarat – syarat Alat Pelindung Diri (APD)

13

Pemilihan alat pelindung diri yang handal secara cermat adalah
merupakan persyaratan mutlak yang sangat mendasar, pemakaian
alat pelindung diri yang tidak tepat dapat mencelakakan tenaga kerja
yang mem\akainya karena mereka tidak terlindungi dari bahaya
potensial yang ada di tempat mereka bekerja. Oleh karena itu harus
dapat memilih alat perlindungan diri yang tepat, dan perusahaan
harus dapat mengidentifikasi bahaya potensial yang ada. Memahami
dasar kerja setiap alat pelindung diri yang akan digunakan di tempat
kerja dimana bahaya potensial tersebut ada, dengan ketentuan:
1) Harus dapat memberikan perlindungan yang kuat terhadap bahaya
yang spesifik atau bahaya – bahaya yang dihadapi oleh tenaga
kerja
2) Alat (pakaian) pelindung diri harus ringan dan efisien dalam
memberi perlindugan
3) Sebagai alat pelengkap terhadap tubuh harus fleksibel namun
efektif
4) Tidak

menimbulkan

bahaya



bahaya

tambahan

bagi

penggunanya, yang dikarenakan bentuk dan bahayanya tidak tepat
atau karena salah dalam penggunaannya
5) Tidak membatasi gerakan dan sensoris penggunanya
6) Suku cadangnya harus mudah didapat guna mempermudah
pemeliharaannya
4. Pemeliharaan dan Penyimpanan

14

1) Pemeliharaan
Semua alat pelindung diri harus dirawat sedemikian rupa
sehingga alat tetap memberikan perlindungan yang berhasil guna
terhadap

faktor



faktor

berbahaya

bagi

kesehatan

dan

keselamatan pekerja. Secara umum pemeliharaan alat pelindung
diri dapat dilakukan antara lain dengan :
(1) Mencuci dengan air sabun, kemudian dibilas dengan air
secukupnya. Terutama untuk helm, kacamata, ear plug, sarung
tangan konduktor/karet
(2) Menjemur di bawah sinarmatahari untuk menghilangkan bau,
terutama pada helm.
(3) Mengganti filter atau catridge-nya untuk respirator
2) Penyimpanan
Untuk menjaga daya guna dari alat pelindung dirihendaknya
disimpan ditempat khusus sehingga terbebas dari debu, kotoran,
gas beracun, dan gigitan serangga atau binatang. Tempat tersebut
hendaknya kering dan mudah dalam pengambilannya (Budiono,
2003).
B. Tujuan Dan Manfaat Pemakaian APD
Pemakaian alat pelindung diri bertujuan untuk melindungi tenaga
kerja dan juga merupakan salah satu upaya mencegah terjadinya
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja bahaya potensial

15

padasuatu perusahaan yang tidak dapat dihilangkan atau dikendalikan
(Su’mamur, 1996).
1. Manfaat untuk Perusahaan
a) Meningkatkan keuntungan karena hasil produksi baik dalam
jumlah maupun mutunya
b) Penghematan biaya pengobatan serta pemeliharaan kesehatan
para tenaga kerja
c) Menghindari terbuangnya jam kerja akibat absentisme akibat
tenaga kerja sehingga dapat tercapai produktivitas yang tinggi
dan efisien yang optimal
2. Manfaat untuk Tenaga Kerja
a) Menghindari diri dari resiko pekerjaan seperti kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja
b) Memberikan perbaikan kesejahteraan pada tenaga kerja
sebagai akibat adanya keuntungan perusahaan
C. Standar Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Tim Pelayanan
Teknis
(PT.
Haleyora
Powerindo)
pada
pekerjaan
penyambungan kabel gardu baru di PT. PLN (Persero) Area
Bandung
Standar penggunaan alat pelindung diri yang wajib digunakan
oleh para pekerja adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Standar Penggunaan Alat Pelindung diri (APD) Tim
Pelayanan Teknis (PT. Haleyora Powerindo) pada pekerjaan
penyambungan kabel gardu baru di PT. PLN (Persero) Area
Bandung
No

Jenis

Sumber Bahaya

Potensi Bahaya

16

APD yang Digunakan

Pekerjaan
1

Petugas Tim
Yantek
melakukan
Manuver
(Pembebasa
n tegangan)

Tegangan Listrik
yang dapat
menyengat pada
pekerja

Kesalahan
komunikasi antara
petugas di tempat
penggalian dengan
petugas yang ada di
gardu karena dapat
menyebabkan
petugas dapat
tersetrum apabila
aliran listrik di gardu
belum dimatikan

Radio komunikasi HT,
sarung tangan isolasi 20
kV, sepatu tahan isolasi
20 kV, helmet kerja, kaca
mata safety, rompi spot
light.

2

Petugas Tim
Yantek
melakukan
Penggalian
kabel 20 kV

Tanah tidak stabil,
material
berceceran, tanah
berlubang / tidak
rata

Kaki terpukul alat
galian, petugas
tertimbun, petugas
tertimpa, petugas
terpeleset, petugas
tersandung,
petugas terjatuh
kedalam galian,
ergonomi/posisi
kerja

Helmet kerja, sarung
tangan kulit, sepatu boots,
rompi spot light.

3

Petugas Tim
Yantek
melakukan
penyambung
an kabel 20
kV

Tegangan listrik
yang dapat
menyengat pekerja,
gunting / pisau,
percikan listrik

Petugas terstrum,
petugas tersayat
saat memotong
kabel, mata petugas
dapat terciprat
percikan api listrik.

Sarung tangan isolasi 20
kV, kaca mata safety,
helmet kerja, sepatu tahan
isolasi 20 kV, rompi spot
light.

Dokumen : Effendi, dkk, 2012.
Gambar APD yang digunakan Tim Pelayanan Teknis (PT. Haleyora
Powerindo) pada pekerjaan penyambungan kabel gardu baru di
PT PLN (Persero) Area Bandung dapat dilihat pada lampiran.

D. Kepatuhan
Kepatuhan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, patuh
adalah suka menurut perintah, taat pada perintah, berdisiplin,
sedangkan kepatuhan merupakan ketaatan atau ketidaktaatan kepada
perintah, aturandan disiplin. Perubahan sikap dan perilaku individu

17

dimulai dari tahap kepatuhan, identifikasi kemudian internalitas
(Depdiknas, 2008).
E. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor Per.08/Men/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Alat Pelindung Diri selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat
yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang
fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi
bahaya di tempat kerja
2. Pekerja/buruh

adalah

setiap

orang

yang

bekerja

dengan

menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain
3. Pengusaha adalah:
a. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang
menjalankan suatu perusahaan milik sendiri
b. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang
secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya
c. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang
berada

di

Indonesia mewakili perusahaan

sebagaimana

dimaksud dalam huruf a dan huruf b yang berkedudukan di luar
wilayah Indonesia
4. Pengurus adalah orang yang mempunyai tugas memimpin
langsung sesuatu tempat kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri

18

5. Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan tertutup atau
terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau
yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha
dan di mana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya,
termasuk semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya
yang merupakan bagian atau berhubungan dengan tempat kerja
6. Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan yang selanjutnya disebut
Pengawas Ketenagakerjaan adalah Pegawai Negeri Sipil yang
diangkat dan ditugaskan dalam Jabatan Fungsional Pengawas
Ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan
7. Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah tenaga teknis
berkeahlian

khusus

dari

luar

Kementerian

Tenaga

Kerja

dan

Transmigrasi yang ditunjuk oleh Menteri
Pasal 2
(1) Pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja/buruh di tempat
kerja
(2) APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan
Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar yang berlaku
(3) APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diberikan oleh
pengusaha secara cuma-cuma
Pasal 3
(1) APD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 meliputi:

19

a. pelindung kepala
b. pelindung mata dan muka
c. pelindung telinga
d. pelindung pernapasan beserta perlengkapannya
e. pelindung tangan, dan/atau
f. pelindung kaki
(2) Selain APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), termasuk APD:
a. pakaian pelindung
b. alat pelindung jatuh perorangan, dan/atau
c. pelampung
(3) Jenis dan fungsi APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.
Pasal 4
(1) APD wajib digunakan di tempat kerja dimana:
a. dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat
perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya yang dapat
menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan
b. dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut
atau disimpan bahan atau barang yang dapat meledak, mudah
terbakar, korosif, beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi atau
bersuhu rendah
c. dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau
pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk

20

bangunan perairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan
sebagainya atau dimana dilakukan pekerjaan persiapan
d. dilakukan

usaha

pertanian,

perkebunan,

pembukaan

hutan,

pengerjaan hutan, pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya,
peternakan, perikanan dan lapangan kesehatan
e. dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan batu-batuan, gas,
minyak, panas bumi, atau mineral lainnya, baik di permukaan, di
dalam bumi maupun di dasar perairan
f. dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di
daratan, melalui terowongan, di permukaan air, dalam air maupun
di udara
g. dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu,
dermaga, dok, stasiun, bandar udara dan gudang
h. dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di
dalam air
i. dilakukan pekerjaan pada ketinggian di atas permukaan tanah atau
perairan
j. dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi
atau rendah
k. dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah,
kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok,
hanyut atau terpelanting

21

l. dilakukan pekerjaan dalam ruang terbatas tangki, sumur atau
lubang
m. terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api,
asap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau
getaran
n. dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah
o. dilakukan pemancaran, penyiaran atau penerimaan telekomunikasi
radio, radar, televisi, atau telepon
p. dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau
riset yang menggunakan alat teknis
q. dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau
disalurkan listrik, gas, minyak atau air; dan
r. diselenggarakan rekreasi yang memakai peralatan, instalasi listrik
atau mekanik
(2) Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan atau Ahli Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dapat mewajibkan penggunaan APD di tempat kerja
selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 5
Pengusaha atau Pengurus wajib mengumumkan secara tertulis dan
memasang rambu-rambu mengenai kewajiban penggunaan APD di
tempat kerja.
Pasal 6

22

(1) Pekerja/buruh dan orang lain yang memasuki tempat kerja wajib
memakai atau menggunakan APD sesuai dengan potensi bahaya dan
risiko
(2) Pekerja/buruh berhak menyatakan keberatan untuk melakukan
pekerjaan apabila APD yang disediakan tidak memenuhi ketentuan
dan persyaratan

Pasal 7
(1) Pengusaha atau Pengurus wajib melaksanakan manajemen APD
di tempat kerja
(2) Manajemen APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. identifikasi kebutuhan dan syarat APD
b. pemilihan

APD

yang

sesuai

dengan

jenis

bahaya

dan

kebutuhan/kenyamanan pekerja/buruh
c. pelatihan
d. penggunaan, perawatan, dan penyimpanan
e. penatalaksanaan pembuangan atau pemusnahan
f. pembinaan
g. inspeksi, dan
h. evaluasi dan pelaporan.
Pasal 8
(1) APD yang rusak, retak atau tidak dapat berfungsi dengan baik harus
dibuang dan/atau dimusnahkan.

23

(2) APD yang habis masa pakainya/kadaluarsa serta mengandung bahan
berbahaya,

harus

dimusnahkan

sesuai

dengan

peraturan

perundangan-undangan.
(3) Pemusnahan APD yang mengandung bahan berbahaya harus
dilengkapi dengan berita acara pemusnahan.

Pasal 9
Pengusaha

atau

pengurus

yang

tidak

memenuhi

ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 4, dan Pasal 5 dapat
dikenakan sanksi sesuai Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970.
Pasal 10
Pengawasan terhadap ditaatinya Peraturan Menteri ini dilakukan oleh
Pengawas Ketenagakerjaan.
Pasal 11
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar
setiap orang mengetahuinya, Peraturan Menteri ini diundangkan dengan
penempatan dalam Berita Negara Republik Indonesia.

24

BAB III
ANALISIS SITUASI

A. Gambaran Instansi
1. Sejarah Singkat PT.PLN (Persero) Area Bandung
Pada tahun 1905, di Kota Bandung berdiri perusahaan
listrik

milik

Pemerintah

Kolonial

Belanda

dengan

nama

Bandoengsche Electricfelt Maatschaappij (BEM). Selanjutnya pada
tanggal1 Januari 1920 berubah menjadi perusahaan Perseroan
menjadi Gemeenschapplijk Electricifelt Bedrijf Voor Bandoeng
(GEBEO) yang pendiriannya dikukuhkan melalui akta notaris MR.
Andrian Hendrik Van Ophuisen dengan nomor 213 pada tanggal 31
Desember 1949.
Perubahan kembali terjadi ketika Pemerintah Jepang
mengambil alih kekuasaan di Indoesia pada tahun 1942-1945.
Pada saat itu, pendistribusian tenaga listrik dilaksanakan oleh

25

perusahaan yang didirikan oleh Pemerintah Jepang dengan nama
Djawa Denki Djigyo Sha Bandoeng Shi Sha.
Pasca kemerdekaan Republik Indonesia,

penguasaan

tenaga listrik ditangani langsung oleh Pemerintah Indonesia pada
tahun 1948 perusahaan Belanda masuk ke Indonesia dan
pelaksanaan usaha kelistrikan dan pendistribusian listrik kembali
dilaksanakan GEBEO. Tahun 1957 terjadi nasionalisasi pada
perusahaan asing dan GEBEO dinyatakan sebagai perusahaan
milik negara. Pada tahun 1961 hingga pertengahan tahun 1975
perusahaan listrik di Jawa Barat bernama PLN Eksplotasi XI.
Kemudian pada kurun waktu 1975-1994, PLN Eksploitasi XI
diubah namanya menjadi Perusahaan Umum (Perum) Listrik
Negara Distribusi Jawa Barat. DI tahun 1994, sejalan dengan
perkembangan

ekonomi

dan

pertumbuhan

kelistrikan

yang

bergerak begitu cepat, badan hukum PLN mengalami perubahaan
dari Perusahaan Umum (Perum) menjadi Perseroan. Perubahan ini
turut mengubah nama perusahaan listrik di Jawa Barat menjadi PT.
PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat. Oleh karena wilayah kerjanya
tidak hanya menjangkau Jawa Barat saja, tetap juga Provinsi
Banten maka sejak tanggal 27 Agustus 2002 hingga saat ini nama
PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat. Kini, PT PLN (Persero)
Distribusi Jawa Barat dan Banten (PLN DJBB).
Aktifitas utama PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Area
Bandung adalah memberikan pelayanan jasa kelistrikan kepada
masyarakat serta memperoleh laba Berdasarkan PP No. 17 Tahun

26

1998 dijelaskan bahwa usaha PLN adalah menyediakan tenaga
listrik

bagi

kepentingan

umum

dan

sekaligus

memupuk

keuntungan.

2. Visi PT.PLN (Persero) Area Bandung
Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang tumbuh
berkembang unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi
insani.
3. Misi PT.PLN (Persero) Area Bandung
a. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait,
berorientasi kepada kepuasan pelanggan , anggota perusahaan
dan pemegang saham.
b. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan
kualitas hidup masyarakat.
c. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan
ekonomi
d. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
4. Motto PT.PLN (Persero) Area Bandung
Adapun motto PT PLN (Persero) adalah “ Electricly For A
Better Life ”,

listrik untuk kehidupan yang lebih baik. Untuk

mewujudkan visi dan misi perusahaan PT. PLN (Persero) Distribusi

27

Jabar

dan

Banten

Area

Pelayanan

Jaringan

Bandung

mengembangkan budaya / wawasan bersama sebagai panduan
dalam bekerja dan berkarya dengan menjunjung tinggi nilai nilai
perusahaan yang terdiri dari :
a. Saling percaya (mutual trust)
b. Integritas (integrity)
c. Peduli (Care)
d.

Pembe
lajaran

(Learner)
5. Tempat dan Kedudukan Perusahaan
PT PLN (Persero) Area Bandung merupakan salah satu unit
pelaksana dari PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat yang
terletak di Jl. Soekarno-Hatta No. 436, Bandung, Jawa Barat.

28

Gambar 3.1 PT PLN (Persero) Area Bandung

6. Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) Area Bandung
Setiap perusahaan mempunyai struktur organisasi sesuai
dengan karakteristik organisasi tersebut. Struktur organisasi ini
dapat membantu perusahaan dalam melakukan pembagian kerja
sehingga aktifitas perusahaan dapat berjalan dengan baik. Dengan
adanya struktur, maka tugas dan wewenang masing-masing bagian
dalam perusahaan dapat dipisahkan secara jelas, selain itu juga
dapat membantu mempermudah pemimpin perusahaan

dalam

melakukan pengawasan.
PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Area Bandung
dipimpin oleh seorang Manajer dibantu oleh Supervisor Pelaksana
Pengadaandan lima orang assisten manajer yang membawahi
beberapa supervise, seperti tampak pada lampiran 1 (satu).
Adapun susunan tugas dan jabatan yang terdapat pada PT. PLN

29

(Persero) Distribusi Jawa Barat Area Bandung adalah sebagai
berikut:
a. Manajer Area
1) Mensinergikan seluruh unit garis depan dan seluruh fungsi
di

Area

Pelayanan

Jaringan

dalam

mengoptimalkan

sumberdaya dan kemitraan untuk memaksimalkan kinerja
unit

dan

citra

perusahaan

berdasarkan

hukum

dan

ketentuan yang berlaku.
2) Menjalin komunikasi dan hubungan kerja internal dan
eksternal

yang

efektif,

mengembangkan

dan

memberdayakan seluruh potensi SDM untuk meningkatkan
budaya perusahaan yang disertai apresiasi dan pembinaan
SDM.
3) Berkoordinasi dengan Unit Pusat Pengatur dan Penyaluran
Beban (P3B) terkait, area pelayanan distribusi (APD), Unit
Distribusi dan Area Pelayanan Jaringan yang perbatasan.
4) Melengkapi pengaturan lebih lanjut (yang belum diatur oleh
pusat distribusi) melaksanakan monitoring dan evaluasi /
audit internal.
b. Asisten Manajer Perencanaan dan Evaluasi

30

1) Mengelola fungsi perencanaan terpadu, sistem teknologi
informasi bekerja sama dengan ahli dan fungsi terkait di
Area Pelayanan Jaringan untuk memfasilitasi unit garis
depan dalam memaksimalkan kinerjanya.
2) Mengkoordinasikan

pemanfaatan

anggaran

bersama

asisten manajer lain dan fungsi terkait di Area Pelayanan
dan Jaringan.
3) Bertanggung jawab kepada manajer Area
c. Asisten Manajer K2 operasi kontruksi distribusi
a) Memantau realisasi pelaksanaan investasi pelaporan
kepada manajemen
b) Mengendalikan pelaksanaan penyambungan tenaga listrik
c) Mengelola

pengundangan

dan

persediaan

distribusi
d) Membuat laporan berkala sesuai bidangnya
e) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya.
1. Asisten Manajer Jaringan
1) Tanggung Jawab

31

material

a) Membagi tugas dan member arahan kepada bawahan
dalam rangka pelaksanaan tugas
b) Mengusulkan rencana pengembangan system operasi
distribusi untuk mengoptimalkan beban dan efisiensi
jaringan distribusi
c) Melakukan pengendalian atas tercapainya efisiensi
operasi dan pemeliharaan asset jaringan distribusi
(respontime, recoverytime, dan jumlah gangguan)
d) Membuat dan Updating SOP system Distribusi
e) Bertanggung

jawab

atas

pelaksanaan

PDKB

dilingkungan Area\Mengendalikan pelaksanaan K2
f) Membuat laporan berkala sesuai bidangnya
2) Wewenang
a) Mengatur operasi dan pemeliharaan jaringan dan Gardu
Distribusi
b) Mengendalikan pelaksanaan pembangunan jaringan
distribusi
3) Tanggung Jawab Utama

32

a) Membagi tugas dan memberiarahan kepada bawahan
dalam rangka pelaksanaan tugas
b) Melakukan analisa dan evaluasi energy listrik
c) Menangani akurasi transaksi energy listrik energi
internal Perusahaan (dengan Unit Lain) dan Pelanggan
d) Menyusun dan melaksanakan program penurunan
susut non Teknik
e) Mengendalikan

kegiatan

pemasangan,

perubahan

daya, pemutusan dan pemeliharaan APP
f) Mengendalikan operasi dan pemeliharaan AMR dan
system telekomunikasi
g) Mengelola penurunan saldo tunggakan
h) Membuat laporan berkala sesuai bidangnya
i) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya
4) Wewenang
a) Mengendalikan fungsi pelayanan
b) Mengendalikan fungsi Administrasi umum
c) Mengendalikan fungsi keuangan dan akuntansi

33

d) Mengendalikan fungsi SDM
2. Asisten Manajer Pelayanan dan Administrasi
1) Tanggung jawab :
a) Memberi tugas dan member arahan kepada bawahan dalam
rangka pelaksanaan tugas
b) Mengelola fungsi keuangan
c) Mengelola fungsi akuntansi
d) Mengelola peningkatan pelayanan pelanggan
e) Mengelola peningkatan integritas layanan Publik (ILP)
f) Mengoptimalkan human capital
g) Mengelola sarana kerja/fasilitas kantor
h) Mengelola fungsi administrasi umum
i) Mengelola fungsi kehumanan
j) Melaksanakan koordinasi dan memberikan pengarahan
kepada Rayon
k) Membuat laporan berkala sesuai bidangnya,
l) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya.

34

2) Wewenang:
a) Mengendalikan fungsi Pelayanan
b) Mengendalikan fungsi Adminstrasi
c) Mengendalikan fungsi keuangan dan akuntasi
d) Mengendalikan fungsi SDM
B. Program Kesehatan dan keselamatan Kerja pada PT. PLN
(Persero) Area Bandung
1. Program Kesehatan dan keselamatan kerja pada PT. PLN
(Persero) Area Bandung
PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Area Bandung
menyusun program mengenai kesehatan dan keselamatan kerja
yang harus dilaksanakan oleh seluruh karyawan di dalam
perusahaan. Adapun program kesehatan dan keselamatan kerja
pada PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Area Bandung adalah
sebagai berikut :
a) Meningkatkan kinerja tim keselamatan ketenagalistrikan
Perusahaan

memprogramkan

rotasi

kepengurusan

guna meningkatan kinerja tim keselamatan ketenagalistrikan.
Tim

ini

memberikan

laporan

35

tenatang

perencanaan,

pelaksanaan
karyawan

dan

secara

evaluasi
berkala

keselamatan
kepada

dan

pimpinan

kesehatan
perusahaan.

Adapun beberapa tugas dari tim keselamatan ketenagalistrikan
yaitu:
1) Pemeriksaan secara berkala pada alat pengaman kerja
Perusahaan memprogramkan pemeriksaan secara
berkala yaitu 2x dalam satu tahun pada alat pengaman
kerja, terutama alat-alat yang harus melalui uji laboratorium.
Secara periodik dilakukan pemeriksaan dan menganti alat
pengaman kerja yang sudah tidak layak pakai.
2) Pengawasan kepada karyawan
Perusahaan memprogramkan pengawasan kepada
karyawan untuk menjamin bahwa pekerjaan dilakukan
dengan benar dan karyawan menggunakan alat pengaman
kerja dengan benar. Setiap karyawan bidang distribusi
tenaga

listrik

yang

melaksanakan

pemeliharaan

yang

merupakan

perbaikan
anggota

ataupun
dari

tim

keselamatan ketenagalistrikan.
b) Penerapan Standar Prosedur Kerja (SPK)
PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Area Bandung
memprogramkan penerapan prosedur kerja secara umum yang
36

telah dibuat sebelumnya. Prosedur ini wajib dilaksanakan oleh
seluruh karyawan perusahaan yaitu:
1) Setiap karyawan harus hadir 15 menit sebelum waktu kerja
pukul 07.30. Perusahaan mewajibkan karyawan datang 15
menit sebelum waktu kerja dengan tujuan agar karyawan bisa
mempersiapkan berbagai peralatan untuk bekerja.
2) Setiap karyawan diharuskan untuk membaca dan memahami
petunjuk penggunaan alat-alat atau fasilitas yang akan
digunakan dalam bekerja. Perusahaan mewajibkan seluruh
karyawan memahami semua petunjuk penggunaan peralatan
kerja dan alat pengaman kerja.
3) Setiap karyawan diharuskan memakai alat pengaman kerja
saat bekerja. Perusahaan mewajibkan seluruh karyawan
menggunakan alat pengaman kerja yang telah diberikan.
4) Setiap karyawan diharuskan untuk memelihara atau merawat
peralatan dan fasilitas kerja. Perusahaan mewajibkan seluruh
karyawan untuk memelihara peralatan dan fasilitas kerja yang
telah disediakan.
5) Setiap karyawan diharuskan untuk memeriksa peralatan dan
fasilitas

kerja

yang

akan

digunakan

secara

berkala.

Perusahaan mewajibkan para karyawan untuk memeriksa

37

peralatan dan fasilitas kerja sebelum memulai pekerjaan
secara seksama.
6) Setiap karyawan diharuskan melaporkan kepada perusahaan
bila terjadi kerusakan pada peralatan dan fasilitas kerja.
Perusahaan mewajibkan para karyawan
melaporkan kerusakan pada

untuk segera

peralatan dan fasilitas kerja

kepada perusahaan.
Untuk

karyawan

bidang

distribusi

tenaga

listrik,

perusahaan menyusun standar prosedur kerja secara khusus
sesuai dengan jenis pekerjaan yang akan dikerjakan. Prosedur
ini wajib dilaksanakan oleh karyawan. Misalnya prosedur kerja
pemulihan

gangguan

gangguan

trafo

SUTM,

distribusi,

prosedur

prosedur

kerja

kerja

pemulihan

pemeliharaan

transformator gardu tiang, dan sebagainya. Para karyawan
bidang pendistribusian tenaga listrik diwajibkan untuk memahami
dan melaksanakan semua prosedur kerja yang telah dibuat
perusahaan.
c) Penyediaan fasilitas olah raga dan mengadakan kegiatan
olahraga yang dilaksanakan setiap hari Jum’at.
Perusahaan memprogramkan kegiatan olahraga yang
harus diikuti oleh seluruh karyawan. Untuk mendukung program
tersebut perusahaan menyediakan beberapa fasiitas olahraga

38

seperti lapangan olah raga dan fasilitas pendukung lainnya.
Perusahaan menyediakan anggaran kusus untuk membiayai
dan menyediakan fasilitas pendukung olahraga. Kegiatan olah
raga ini dilaksanakan setiap hari Jum’at mulai pukul 07.00
sampai dengan 09.00. Program ini dirancang untuk menjaga
kondisi fisik (Kesehatan Jasmani) para karyawan agar terhindar
dari berbagi penyakit yang dapat mengganggu pekerjaan.
d) Pemeliharaan

fasilitas

ibadah

dan

mengadakan

kegiatan

keagamaan.
Perusahaan memprogramkan pemeliharaan sarana
ibadah untuk kegiatan keagamaan para karyawan seperti
mushola atau mesjid. Perusahaan juga memprogramkan
kegiatan siraman rohani (Tabligh akbar) setiap bulan dan
mengharuskan

setiap

karyawan

melaksanakan

shalat

berjamaah. Perusahaan menyediakan anggaran tertentu untuk
membiayai pelaksanaan kegiatan ini. Program ini dimaksudkan
untuk memelihara kesehatan rohani para karyawan.
e) Penyediaan fasilitas dan pemberian jaminan kesehatan pada
karyawan.
Perusahaan memprogramkan penyediaan fasilitas dan
pemberian jaminan kesehatan untuk seluruh karyawan yang
diatur dan dikelola sendiri oleh perusahaan, sehingga para
39

karyawan meras lebih terjamin pada saat bekerja. Perusaaan
menjalin kerjasama dengan rumah sakit guna menyediakan
fasilitas kesehatan serta mengontrak beberapa doktor. Para
karyawan wajib melakukan general check up kesehatan setiap
tahun. Program ini dimaksudkan untuk memelihara kesehatan
jasmani karyawan.
f) Memberikan alat pengaman kerja pada karyawan.
Perusahaan

memprogramkan

pemberian

alat

pengaman kerja kepada karyawan ( alat pelindung diri ). Alat ini
berguna untuk melindungi karyawan pada saat melaksanakan
pekerjaan. Salah satunya pada saat melakukan perbaikan atau
pemeliharaan saluran distribusi tenaga listrik agar terhindar dari
sengatan listrik dan bahaya kecelakaan lainnya. Alat pengaman
kerja yang dimaksud antara lain :
1) Pemerian pakaian kerja / werkpaak dan jas hujan
Perusahaan memprogramkan pemberian pakaian
kerja dan jas hujan setiap tahun kepada karyawan yang
berguna untuk melindungi tubuh saat karyawan bekerja.
Dengan menggunakan pakaian kerja yang baik dapat
mengurangi

risiko

terjadinya

kecelakaan

pada

saat

melaksanakan perbaikan ataupun pemeliharaan saluran
pendistribusian tenaga listrik. Untuk jas hujan digunakan
40

apabila pada saat perbaikan atau pemeliharaan terjadi
hujan.
2) Pemberian Helm Pengaman
Perusahaan

memprogramkan

pemberian

helm

pengaman yang berguna untuk melindungi karyawan pada
bagian kepala dari benturan dan atau kejatuhan benda
keras. Helm yang diberikan adalah helm yang telah diuji
ketahanannya dari benturan serta memberikan rasa nyaman
saat dipakai.Helm ini wajib digunakan setiap karyawan
bidang distribusi tenaga listrik pada saat bekerja.
3) Pemberian Sarung Tangan.
Perusahaan memprogramkan pemberian sarung
tangan kepada karyawan yang berguna untuk melindungi
tangan bila karyawan bersentuhan dengan saluran yang
mengandung arus listrik. Sarung tangan yang diberikan
harus melalui uji laboratorium sehingga dapat melindungi
karyawan dari arus listrik. Terdapat beberapa jenis sarung
tangan yaitu:
(a) Sarung tangan kulit
(b) Sarung tangan tahan tegangan 20 KV

41

4) Pemberian sepatu pelindung
Perusahaan

memprogramkan

pemberian

sepatu

pelindung yang digunakan untuk melindungi kaki pada saat
bekerja. Sepatu juga harus melalui uji laboratorium sehingga
dapat melindungi karyawan dari arus listrik. Ada beberapa
jenis sepatu yang digunakan yaitu:
a) Sepatu LersTR
b) Sepatu tahan pukul
c) Sepatu tahan tegangan 20 KV
5) Pemberian alat pelindung pernafasan (masker)
Perusahaan

memprogramkan

pemberian

alat

pelindung pernafasan yang berguna untuk melindungi /
menghalangi masuknya zat-zat berbahaya yang dapat
mengganggu kesehatan, yang terhirup oleh karyawan pada
saat melaksanakan pekerjaannya. Diberikan setiap tahun
kepada karyawan.
6) Penyediaan sabuk pengaman
Perusahaan memprogramkan penyediaan sabuk
pengaman yang digunakan oleh karyawan agar tidak
terjatuh pada saat melaksanakan perbaikan oleh karyawan

42

agar tidak terjatuh pada saat melaksanakan perbaikan
ataupun pemeliharaan saluran tenaga listrik. Alat ini wajib
digunakan

pada

saat

melaksanakan

perbaikan

atau

pemeliharaan saluran distribusi tenaga listrik.
7) Penyediaan schakel stock 20 KV
Perusahaan memprogramkan penyediaan schakel
stock

20

KV yang

digunakan

untuk memutus atau

menghubungkan kembali saluran / kabel bertegangan tinggi.
Terbuat dari bahan khusus yang dapat melindungi karyawan
dari arus listrik dan telah diuji di laboratorium.
8) Penyediaan tongkat hubung tanah ( ground stick )
Perusahaan memprogramkan penyediaan tongkat
hubung tanah yang berguna untuk menghindari kecelakaan
(arus liar) pada saat melaksanakan perbaikan ataupun
pemeliharaan saluran tenaga listrik. Terbuat dari bahan
khusus yang dapat melindungi karyawan dari arus listrik dan
telah melalui uji laboratorium.
9) Penyediaan media / alat penunjang keselamatan lainnya
Perusahaan

memprogramkan

penyediaan

alat

penunjang keselamatan lain dan pemasangan rambu-rambu

43

peringatan di semua tempat kerja, menyediakan APAR (alat
pemadam api ringan ) dan lampu emergency.
10) Pemberian gizi tambahan
Perusahaan

memprogramkan

pemberian

gizi

tambahan kepada para karyawan sehingga dapat bekerja
dengan

kondisi/stamina

yang

lebih

baik.

Selain

itu

pemberian tunjangan lauk pauk untuk memenuhi kebutuhan
gizi karyawan.
11) Pelatihan tentang kesehatan dan keselamatan kerja.
Perusahaan memprogramkan pemberian pelatihan
tentang kesehatan dan keselamatan kerja kepada karyawan.
Pelatihan ini diberikan untuk meningkatkan kinerja para
karyawan.
g) Tujuan Program Kesehatan dan keselamatan kerja pada PT.
PLN (Persero) Area Bandung
Tujuan program kesehatan dari keselamatan kerja pada
PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Area Bandung adalah
sebagai berikut:

44

a) Mengurangi segala risiko yang ditimbulkan akibat terjadinya
kecelakaan kerja saat pegawai melaksanakan pemeliharaan
saluran pendistriusian tenaga listrik.
b) Meningkatkan dan memelihara keselamatan dan kesehatan
pegawai

yang

melaksanakan

pemeliharaan

saluran

pendistribusian tenaga listrik.
c) Mencegah dan megurangi beban financial yang ditimbulkan
karena adanya kecelakaan kerja.
d) Mencegah dan mengurangi angka kecelakaan kerja.
e) Memberikan pertolongan pertama apabila terjadi kecelakaan
bekerja.
f) Mencegah

dan

mengendalikan

timbulnya

gangguan

kesehatan (penyakit) yang diakibatkan pekerjaan.
g) Menjaga dan meningkatkan kebugaran fisik maupun mental
pegawai.
Dengan demikian, secara umum tujuan program
kesehatan dan keselamatan kerja pada PT PLN (Persero)
Distribusi

Jawa

Barat

Area

Bandung

adalah

untuk

melindungi para pekerja dari bahaya, ancaman dan segala
macam potensi yang dapat mengakibatkan kecelakaan baik

45

cacat fisik maupun mental atau bahkan kematian ketika
melaksanakan pemeliharaan saluran distribusi tenaga
listrik, dan menciptakan lingkungan kerja yang sehat, aman
dan nyaman agar bebas dari kecelakaan, sengatan,
kebakaran dan penyakit akibat kerja.
C. Pelayanan Teknik (PT. Haleyora Powerindo)
PT PLN (Persero) distribusi Jawa Barat Area Bandung
adalah BUMN yang melayani kebutuhan kelistrikan masyarakat Kota
Bandung. PT PLN (Persero) bekerja sama dengan pihak ketiga, yaitu
PT. Haleyora Powerindo untuk menangani pelayanan dan teknik
(YANTEK). Kerjasama antara PT. PLN (Persero) dengan PT. Haleyora
Powerindo tertuang di dalam Surat Perjanjian Kerja (SPK).
Pelayanan Teknik (YANTEK) merupakan satuan tugas yang
kegiatannya

meliputi

pekerjaan

pencegahan (preventif)

dan

penanganan (korektif) gangguan listrik baik sisi pelanggan maupun sisi
sistem jaringan distribusi. Di lingkup PLN pelaksanaan pekerjaan
Pelayanan Teknik (YANTEK) dilaksanakan oleh pihak ke tiga dimana
kegiatan dan kinerjanya diukur dengan menggunakan SLA (Service
Level Agreement).
1. Struktur Organisasi
Struktur organisasi Pelayanan Teknik (YANTEK) seperti yang
terdapat pada lampiran. Alur kerja Pelayanan Teknik (YANTEK)
terbagi atas dua wewenang, yaitu antara PLN sebagai pemilik
pekerjaan (user) dan vendor Pelayanan Teknik (YANTEK) sebagai
pelaksana pekerjaan. Koordinator dalam skema diatas memiliki

46

peran sentral, disampai sebagai pengkoordinir pekerjaan juga
sebagai jembatan penghubung antara user dan vendor. Berikut
tugas dan wewenang dari masing-masing bagian tersebut :
a. Fungsi dan Tugas Supervisor Teknik
1) Supervisi dan koordinasi pelaksanaan pekerjaan Pelayanan
Teknik (YANTEK)
2) Membuat jadwal pekerjaan inspeksi, penanganan gangguan
dan kegiatan pemeliharaan jaringan lainnya.
3) Melaporkan kemajuan pekerjaan ke Manager Rayon dan
Bidang Jaringan Area.
4) Melakukan koordinasi dengan Manager Rayon dan Bidang
Jaringan Area untuk mengatasi permasalahan di lapangan.
5) Bersama-sama Koordinator Pelayanan Teknik (YANTEK)
mengatur, menata dan mengevaluasi seluruh petugas
Pelayanan Teknik (YANTEK).
b. Fungsi dan Tugas Rencana Analisa dan Evaluasi (RANEV):
1) Mengevaluasi perkembangan SLA.

47

2) Membantu
Membuat

Supervisor
jadwal

Pelayanan

pekerjaan

Teknik

inspeksi,

(YANTEK)
penanganan

gangguan, dan kegiatan pemeliharaan jaringan lainnya.
3) Melaporkan kemajuan pekerjaan ke Manager Rayon dan
Bidang Jaringan Area.
c. Fungsi dan Tugas Koordinator Pelayanan Teknik (YANTEK)
1) Mengatur & mengawasi kelancaran pekerjaan Pelayanan
Teknik (YANTEK).
2) Mengatur proses pergantian shift kerja (Serah terima alat
kerja & Kendaraan).
3) Melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait dalam
rangka pekerjaan Pelayanan Teknik (YANTEK).
4) Mengkoordinir Operator & Administrasi Teknik dalam
pendataan, perekapan, laporan secara harian, mingguan
maupun bulanan.
5) Mengatur dan mengawasi waktu p