KEARIFAN LOKAL BUDAYA SASI MALUKU

TUGAS KELOMPOK

KEARIFAN LOKAL BUDAYA SASI MALUKU

KELOMPOK 5
ADI ZULKARNAEN
MUHAMMAD BASRI
SITI AISYAH
AYU NOVITA SARI
ERWIN PRANATA
MUH. AKRAM
A.MURSALIM
RANI RISTANTI
IDA RAHMANIAN

JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015


i

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya , kami dapat menyelesaikan makalah “Kearifan Lokal Budaya Sasi
Maluku” dengan baik dan lancar .
Makalah ini disusun untuk membantu mengembangkan kemampuan pemahaman
pembaca terhadap kearifan lokal budaya sasi Maluku. Pemahaman tersebut dapat dipahami
melalui pendahuluan, pembahasan, serta penarikkan garis kesimpulan dalam makalah ini.
Makalah kearifan lokal budaya sasi Maluku ini disajikan dalam konsep dan bahasa
yang sederhana sehingga dapat membantu pembaca dalam memahami makalah ini. Dengan
makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami mengenai kearifan lokal.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dosen matakuliah antropologi dan
komunikasi masyarakat maritim yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
berkarya menyusun makalah kearifan lokal budaya sasi Maluku..
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Sesuai dengan pepatah tak ada
gading yang tak retak maka kami sadar akan kekurangan pada makalah ini baik dalam segi
penulisan dan masalah penyusunan kata. Maka saran , kritik dan masukan yang membangun
sangat kami harapkan dari seluruh pihak dalam proses membangun mutu dalam karya
selanjutnya.


Makassar 29 0ktober 2015

ii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
I.

PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1.

Latar Belakang...........................................................................................................1

1.2.

Tujuan.........................................................................................................................2

II.


PEMBAHASAN.............................................................................................................3

2.1.

Sejarah Sasi.................................................................................................................3

2.2.

Mekanisme Pengelolaan Budaya sasi.......................................................................3

2.3.

Manfaat terhadap sumber daya................................................................................5

2.4.

Sanksi...........................................................................................................................6

III.


KESIMPULAN..............................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................8

iii

I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Kondisi lingkungan Indonesia menghasilkan keanekaragaman ekosistem
beserta sumber daya alam, melahirkan manusia Indonesia yang berkaitan erat dengan
kondisi

alam

dalam

melakukan

berbagai


aktivitas

untuk

menunjung

kelangsungan hidupnya. Manusia Indonesia menaggapi alam sebagai guru pemberi
petunjuk gaya hidup masyarakat, yang terlahir dalam bentuk kebiasaan alami
yang

dituangkan menjadi adat kehidupan yang berorientasi pada sikap alam

terkembang menjadi guru (Salim, 2006).
Secara ekologis, manusia merupakan salah satu subsistem dalam ekosistem
lingkungan hidup. Dengan demikian manusia adalah satu kesatuan terpadu dengan
lingkungannya dan dianta-ranya terjalin suatu hubungan fungsional yang sedemikian
rupa.Dalam hubungan fungsional tersebut manusia tidak dapat dipisahkan dengan
lingkungannya. Manusia akan selalu bergantungpada lingkungan yang sekaligus
dipengaruhi dan mempengaruhi dan pada akhirnya akan mempengaruhi ekosistem

secara keseluruhan (Popi tahulele ).
Kini kelangsungan lingkungan hidup sedang berada di persimpangan dan
pihak yang selama ini dianggap mengakibatkan kerusakan lingkungan yang besar
adalah masyarakat adat/tradisional. Naman dari hasil penelitian beberapa dekade ini
terbukti pihak yang mengakibatkan kerusakan lingkungan dalam skala yang besar dan
masif tidak dilakukan oleh masyarakat tradisional tetapi oleh industri besar dan negara
yang kebijakanyannya tidak mengidahkan perlindungan

atas lingkungan (Popi

tahulele ).
Dalam hal lain, ada yang harus diketahui bahwa sahnyanya masayarakat yang
menganut budaya khuhsusnya budaya kearfian local dipesisir memegang teguh
dengan aturan budaya itu. Masyarakat pesisir yang menganut aturan lebih bisa
melestarikan alam, hal ini disebabkan pola pikir menjaga kelastarian alam sudah
tertanam sejak kecil dan menjadi kebiasaan pada daerah tertentu.
Sasi dapat diartikan sebagai larangan untuk mengambil hasil sumberdaya alam
tertentu sebagai upaya pelestarian demi menjaga mutu dan populasi sumberdaya
hayati (hewani maupun nabati) alam tersebut. Karena peraturan-peraturan dalam
pelaksanaan larangan ini juga menyangkut pengaturan hubungan manusia dengan

alam dan antar manusia dalam wilayah yang dikenakan larangan tersebut, maka sasi,
1

pada hakekatnya, juga merupakan suatu upaya untuk memelihara tata-krama hidup
bermasyarakat, termasuk upaya ke arah pemerataan pembagian atau pendapatan dari
hasil sumberdaya alam sekitar kepada seluruh warga/penduduk setempat. Saat ini, sasi
memang lebih cenderung bersifat HUKUM ADAT bukan tradisi, dimana sasi
digunakan sebagai cara mengambil kebijakan dalam pengambilan hasil laut dan hasil
pertanian. Namun, secara umum, sasi berlaku di masayarakat sebagai bentuk etika
tradisional. Sasi tidak berhubungan dengan ritus kelahiran, perkawinan, kematian dan
pewarisan, melainkan lebih cenderung bersifat tabu dan kewajiban setiap individu dan
masyarakat dalam mengelola sumber daya alam yang dimiliki. Seperti yang kita tahu,
bahwa taboo atau tabu berfungsi untuk menjaga kestabilan hidup masyarakat. Tabu
seringkali dikaitkan dengan sesuatu yang terlarang, karena akan mengakibatkan
dampak buruk bagi orang yang melanggar tabu.
I.2. Tujuan
Tujuan dari makalah ini, agar kiranya kita mengetahui bagaimana kearifan
local betul betul mempunyai mindset untuk melestarikan alam khususnya disni budaya
sasi di Maluku.


2

II.
II.1.

PEMBAHASAN

Sejarah Sasi

Adat Sasi adalah sebuah kebudayaan negeri Maluku yang diwariskan oleh nenek
moyang orang Maluku sejak berabad-abad lalu. Seiring perkembangan jaman kegiatan
adat sasi masih tetap dilestarikan oleh masyarakat di tanah raja-raja ini.
Pada mulanya ada sasi dilakukan oleh raja raja Maluku pada zaman sebelum
kemerdekaan. Budaya sasi ini dilakukan karena 2 prinsip, pertama bahwa hasil alam tidak
boleh dinikmati dalam waktu yang ditentukan dalam hal ini tidak boleh kita menyentuh
atau memanfaatkan hasil alam ketika belum layak digunakan. Ke dua untuk memberikan
kepuasan tersendiri dari hasil usaha sendiri.Pada saat masuknya agama di bagian Maluku
baik itu islam dan Kristen, budaya sasi dipegang teguh oleh para penanggung jawab
masjid, dan para penjaga gereja.
Adat Sasi merupakan sebuah perintah larangan untuk mengambil hasil baik hasil

pertanian maupun hasil kelautan sebelum waktu yang ditentukan. Hal ini dilakukan agar
ketika datang waktu panen atau waktu diperbolehkan untuk mengambil, hasil pertanian
atau kelautan dapat dipanen bersama-sama sehingga masyarakat benar-benar merasakan
hasil kerja keras yang mereka lakukan. Apapun caranya asalkan manfaatnya dapat
dirasakan oleh masyarakat, namun kenyataan yang terjadi dilapangan banyak masyarakat
yang mengeluh dengan diberlakukan adat sasi. Bagaimana tidak hasil yang mereka miliki
tidak diperkenankan untuk diambil sebelum waktunya dilain sisi pencurian yang terjadi
tidak mengenal waktu.
II.2.

Mekanisme Pengelolaan Budaya sasi

Secara tradisional, sasi diterapkan dalam tiga tingkat, yaitu sebagai berikut :
1. Sasi perorangan, yakni melindungi sumber daya alam yang bisa menjadi milik
pribadi dalam batas waktu tertentu.
2. Sasi umum, yakni yang diterapkan untuk perkebunan campuran berbagai pohon
yang ada di Maluku dan Papua, disebut sebagai dusun, kemudian diterapkan untuk
sumber daya tertentu yang ada dalam kebun tersebut.
3. Sasi desa, yakni berlaku bagi seluruh lapisan di desa tersebut, biasanya terdiri dari
beberapa dusun.

Setelah kewenangan sasi semakin luas dan bertambah, akhirnya sasi berkembang
menjadi empat kategori, yakni sebagai berikut :
1. Sasi perorangan, yakni berlaku hanya untuk lahan saja, karena laut milik umum.
3

2. Sasi umun, hanya berlaku untuk tingkat desa saja.
3. Sasi gereja dan sasi masjid, yaitu sasi yang disetujui oleh pihak gereja, masjid atau
masyarakat umum.
4. Sasi negeri, yakni sasi yang disetujui oleh pemerintah lokal, seperti kepala desa,
para bupati, contohnya untuk mengatasi masalah perselisihan mengenai batas
wilayah
Di laut (Sasi laut), sasi tersebut diberlakukan dari batas air surut ke batas awal air
yang dalam pada saat tertentu, yakni sebagai berikut :
1. Menangkap ikan seperti lompa (Thryssa baelama) (Engraulidae) serta jenis ikan
lainnya, termasuk teripang Holothuroidea dan udang;
2. Menangkap ikan-ikan di teluk-teluk tertentu dan pada waktu-waktu tertentu;
3. Menangkap ikan dengan menggunakn jaring yang bermata kecil (redi karoro);
4. Menangkap ikan dengan menggunakan bom atau bahan beracun;
5. Menangkap ikan dengan menggunakan jaring khusus untuk daerah penangkapan
tertentu;

6. Mengambil lola (Trochus niloticus), karang laut, karang laut hitam, batu karang
dan pasir;
7. Mengumpulkan rumput laut untuk keperluan makanan atau untuk dijual.
Di pantai (Sasi pantai) pada saat:
1. Mengambil hasil hutan mangrove;
2. Mengambil telur burung gosong/maleo yang hitam.
Sasi Umum, adalah sasi yang diterapkan oleh seluruh warga desa. Sasi umum terbagi
atas 2, yaitu: a. Sasi Air, terdiri dari : 1) Sasi Laut, adalah sasi yang meliputi kawasan
pantai dan laut yang termasuk pertuanan desa. Hal ini berarti segala kandungan laut yang
dianggap penting oleh masyarakat setempat, tergantung pada nilai ekonomis hasil laut
tersebut. Yang mula-mula diatur oleh sasi adalah khusus ikan. Inipun meliputi jenis ikan
tertentu yang biasanya bergerak berpindah-pindah secara berkelompok seperti ikan
Lompa. Bila satu kelompok telah memasuki satu labuhan maka masyarakat dilarang untuk
menangkapnya. Sejak saat itu sasi mulai berlaku. Contoh sasi laut, seperti: bialola (sejenis
kerang), rumput laut, mutiara, dan ikan. 2) Sasi sungai/kali, adalah Sasi yang mengatur
mengenai hal-hal yang tidak boleh dilakukan dikali. Misalnya pada saat ikan Lompa
sudah masuk ke kali, masyarakat dilarang untuk mengganggu atau menangkapnya.
Masyarakat dilarang mencuci bahan dapur dikali, orang laki-laki dilarang mandi
4

bercampur dengan orang perempuan, dilarang mencuci pakaian atau bahan cucian apapun
melewati tempat mengambil air minum, perahu bermotor atau jenis Speed Boat yang
masuk ke kali tidak boleh menghidupkan mesinnya, pohon kayu di tepi kali di sekitar
lokasi sasi tidak boleh di tebang kecuali pohon sagu. Contoh sasi sungai/ kali, seperti: ikan
Lompa di pulau Haruku
II.3.

Manfaat terhadap sumber daya

Lokollo (1925) menjelaskan bahwa terdapat enam tujuan falsafah yang mempengaruhi
pelaksanaan adat sasi dan menjadi manfaat, yakni sebagai berikut:
1.

Memberikan petunjuk umum tentang perilaku manusia, untuk memberikan batasan
tentang hak-hak masyarakat;

2.

Menyatakan hak-hak wanita, untuk memberikan definisi status wanita dan
pengaruh mereka dalam masyarakat:

3.

Mencegah kriminalitas, untuk mengurangi tindakan kejatahan seperti mencuri;

4.

Mendistribusikan sumber daya alam yang mereka miliki secara merata untuk
menghindari konflik dalam pendistribusian sumber daya alam, yakni antara
masyarakat dari desa atau kecamatan yang berbeda;

5.

Menentukan cara pengelolaan sumber daya alam yang di laut dan di darat guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

6.

Untuk penghijauan/pelestarian alam (konservasi).

Manfaat dari sasi terhadap masyarakat adalah masyarakat dapat memiliki pendapat
dari hasil hutan yang berupa pala dan kelapa yang dapat di panen sacara berkesinambungan
dan hasil yang dapat di panen juga maksimal dan berkualitas sehingga nilai jualnya pun
menjadi tinggi. Selain itu sasi juga menjadi suatu sistem yang dapat menekan terjadinya
pencurian yang sering dilakukan pada hasil hutan apa bila sasi itu tidak di jalankan.
Manfaat konservasi tradisioanal yang berupa sasi yaitu dapat menjaga tumbuhan yang
di kenkan sasi dari kerusakan yang dapat di akibatkan oleh orang-orang yamg tideak
bertangung jawab terhadap buah dan daunnya sehingga dapat berdampak pada kematian
dari tanaman tersebut. Selain itu sasi juga dapat membantu tanaman khusunya dalam
mendapat atau menghasilkan anakan-anakan yang dapat di jumpai di bawah tanaman yang
telah berbuah jika sasi itu di jalankan sehingga, masyarakat dapat mendapatkan anakan dari
tanaman khususnya tanaman pala dengan mudah dan dapat menghasilkan anakan yang
berkualitas, sehingga tanaman yang menjadi tanaman yang khas tumbuh di Maluku
khususnya tanaman pala dapat lestari.
5

II.4.

Sanksi

Hukum sasi terbagi atas dua macam yaitu hukum sasi adat dan hukum sasi denda.
Yang di maksud dengan hukum sasi adat adalah perbutan yang dapat di pidana, sedangkan
hukum sasi denda adalah sejumlah peraturan yang mengandung cara-cara kewang
mempergunakannya,

dalam hal ini kewenangannya untuk menerapkan

pidana

( Lakolo,1988 ).
Apa bila sasi telah berjalan dan kemudian ada masyarakat yang melangarnya maka
mereka yang melangar akan di kenakan sangksi. Sangksi yang di berikan oeleh panitia
( kewang ) yaitu denda atas berapa banyak hasil yang di ambil dan mendapat cambukan
sesuai dengan aturan adat yang telah di jalani secara turun temurun.
Dalam menjaga kelestarian lingkungan yang saat ini banyak terjadi kerusakan
lingkungan akibat dari perbuatan orang- orang yang tidak bertangung jawab. Adat sasi
dapat berperan untuk mencegahnya. Sasi merupakan perpaduan antara adat dan agama
serta sasi juga adalah suatu adat yang sacral. Hal ini dapat di lihat pada saat pelaksanaan
sasi yang selalu di awali dengan doa- doa, dan juga di kenakan sanksi bagi yang
melanggar larangan sasi

6

III. KESIMPULAN
Berdasrkan apa yang telah dijalaskan bahawa budaya sasi merupakan budaya yang
betul memegang teguh akan kelestarian alam. Hal ini bisa dilihat dengan dijalankan
sungguh sungguh oleh masyarakat setempat. Melihat hal ini juga, bahawa masyarakat
lebih berperan menjaga kelestarian alam, dan sebenarnya yang sering merusak alam
adalah orang yang memiliki kepentingan pribadi tanpa mempertimbangkan dampak yang
dia lakukan contohnya perusahaan yang mengekrus kekayaan alam.
Dari pembahasan diatas juga kita, dapat mendapat pelajaran bahwa budaya yang telah
diturunkan oleh nenek moyang harus kita lestarikan. Karena budaya sasi merupakan
budaya yang luar biasa yang betul bertujuan melestarikan alam

7

DAFTAR PUSTAKA
Tulisan ini diterbitkan dalam sebuah buku KOMPILASI PEMIKIRAN TENTANG
DINAMIKA HUKUM DALAM MASYARAKAT (Memperingati Dies Natalis ke 50 Universitas Pattimura Tahun 2013), 2013
Anonim, Hak Rakyat atas Lingkungan Hidup, diakses pada tanggal 20 Maret 2013 dari
http;//wodpress.com/ 2008/11/adat.jpg
Lihat, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 yang di undangkan dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 2009 Nomor 140
Suhartini, Modul Pengeyaan Materi Pengelolaan Lingkungan Hidup,Universitas Negeri
Yogyakarta, 2008, hal. 1
H.Maman Djumantri, Ruang Untuk MasyarakatLokal Tradisional ( Masyarakat Adat ) yang
Semakin Terpinggirkan, Hal 1
Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, Pradya Paramita, 1978,Jakarta hal 42
F.L. Cooley, Altar and Thone in Center ar Molukas Societies a Dissertation Presented to the
Faculity on the Depertemen of Religion, Yale University. Hal 47
Kusumadi pujosewojo, 1959, Pedoman pelajaran

Tata Hukum Indonesia, Universitas

Indonesia, hal 43
Soepomo, 197, Bab-bab Tentang Hukum Adat, Pradya Paramitha, Jakarta, Hal 8
Soejono Soekanto,2012, Hukum Adat Indonesia,Rajawali Press, jakarta, hal 93
Lihat Principle 22 dalam The Rio Declaration on Environment and Development.
Kosmaryandi, N. 2005, Kajian Penggunaan Lahan Tradisional Minangkabau Berdasarkan
Kondisi Tanahnya (Study of Minangkabau Traditional Landuse Based on Its Soil
Condition). Media Konservasi. Vol. X. No. 2. Hal 77 – 81.
H.Maman Djumantri, Op chit, Hal 2
Abdul Mukti, Beberapa Kearifan Lokal Suku Dayak Dalam Pengelolaan Sumberdaya
Alam,2010 Brawijaya Malang, Hal 1
Popi Tuhulele, 2009, Pembakuan Nama Pulau Indonesia Upaya Mempertahankan Konsep
Negara, Kepulauan, Tesis padaUniversitas Gadjah Mada, hal 102
Sandra Moniaga, Hak-hak Masyarakat Adat dan Masalah serta Kelestarian Lingkungan
Hidup di Indonesia, Media Pemajuan Hak Asasi Manusia, No. 10/Tahun II/12 Juni
2002, Jakarta diakses pada http://www.huma.or.id

8

Dokumen yang terkait

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG FUNGSI BALI TV SEBAGAI MEDIA LOKAL (Studi pada Warga Kelurahan Tuban Kecamatan Kuta Kabupaten Badung, Bali)

0 25 2

"REPRESENTASI BUDAYA JEPANG DALAM FILM MEMOIRS OF A GEISHA"(Analisis Semiotika pada Film Memoirs Of a Geisha Karya Rob Marshall)

11 75 2

PROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM SITUASI PERTEMUAN ANTAR BUDAYA STUDI DI RUANG TUNGGU TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

97 602 2

MANAJEMEN STRATEGI RADIO LOKAL SEBAGAI MEDIA HIBURAN (Studi Komparatif pada Acara Musik Puterin Doong (PD) di Romansa FM dan Six To Nine di Gress FM di Ponorogo)

0 61 21

BUDAYA KEMISKINAN BURUH NELAYAN DESA KILENSARI KECAMATAN PANARUKAN KABUPATEN SITUBONDO

2 53 6

BUDAYA PESTA GILING PADA MASYARAKAT DI SEKITAR PABRIK GULA DJATIROTO DITINJAU DARI ASPEK SOSIAL EKONOMI

0 24 9

ENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPS POKOK BAHASAN KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA DENGAN MODEL PROBLEM POSING PADA SISWA KELAS V SDN GAMBIRAN 01 KALISAT JEMBER TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 24 17

HUBUNGAN ANTARA BUDAYA ORGANISASI DENGAN KINERJA TENAGA KEPERAWATAN DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD BANGIL KABUPATEN PASURUAN

6 92 18

INDIKASI PRODUSEN TEMPE MEMILIH KEDELAI IMPOR DAN PRODUSEN TAHU MEMILIH KEDELAI LOKAL DALAM MEMPRODUKSI TEMPE DAN TAHU DI KECAMATAN GAMBIRAN

3 29 18

ABSTRAK PENGARUH MOTIVASI DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KERJA DAN DAMPAKNYA TERHADAP KINERJA AKUNTAN PENDIDIK (DOSEN AKUNTANSI)

14 74 125