ANALISA RIBOFLAVIN PADA PHASEOLUS AUREUS DENGAN VARIASI KONSENTRASI HCl

  

ANALISA RIBOFLAVIN PADA PHASEOLUS AUREUS

DENGAN VARIASI KONSENTRASI HCl

  • *

    Rosdiana Moeksin , Rica Novitasari

  • Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jln. Raya Palembang Prabumulih Km. 32 Inderalaya Ogan Ilir (OI) 30662

  

Abstrak

  Vitamin yang menonjol dalam Phaseolus Aureus adalah vitamin B2. Manusia tidak dapat menghasilkan vitamin di dalam tubuhnya, oleh karena itu diperlukan intake vitamin yang berasal dari bahan makanan. Kandungan vitamin B2 (riboflavin) yang cukup tinggi dalam Phaseolus Aureus sangat bermanfaat bagi kesehatan. Hal ini yang melatarbelakangi penelitian ini. Vitamin B2 mempunyai fungsi kesehatan yang lebih beragam dan juga berperan membantu proses pertumbuhan. Penelitian ini dilakukan laboratorium Bioproses, Jurusan Teknik Kimia Universitas Sriwijaya. Bahan baku dihaluskan dengan blender, kemudian bahan baku dibedakan atas 3 perlakuan yaitu bahan baku mentah,dikukus dan direbus. Analisa yang dilakukan adalah analisa kadar Riboflavin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi HCl dan semakin lama pemanasan maka kadar Riboflavin akan semakin tinggi, Dari ketiga perlakuan sampel yaitu mentah, kukus dan rebus didapatkan bahwa yang terbaik adalah sampel mentah dengan kadar Riboflavin 2,173 mg dan semakin lama pengukusan dan perebusan maka kadar Riboflavin akan menurun.

  Kata kunci : Phaseolus Aureus, riboflavin, HCl.

1. Riboflavin, dan mengetahui pengaruh variasi PENDAHULUAN Kacang hijau merupakan tanaman kacang- konsentrasi HCl terhadap kadar Riboflavin.

  kacangan yang terbanyak ketiga setelah kedelai Manfaat penelitian ini yaitu Sebagai dan kacang tanah. Selain itu kacang hijau sumbangsih dalam pengetahuan tentang analisa merupakan sumber protein yang cukup kadar Riboflavin pada kacang hijau (Phaseolus

  Aureus

  potensial disamping keunggulan kandungan gizi ), meningkatkan nilai tambah biji lainnya, dengan harga yang relatif terjangkau kacang hijau karena harga kacang hijau relatif untuk masyarakat dari berbagai tingkat sosial murah, dan mengetahui kadar Riboflavin pada dan usia (Marzuki,1997). kacang hijau (Phaseolus Aureus).

  Vitamin yang menonjol dalam kacang hijau Ruang lingkup penelitian ini meliputi: adalah vitamin B2. Manusia tidak dapat

  1. Bahan baku yang digunakan adalah Phaseolus Aureus. menghasilkan vitamin di dalam tubuhnya, oleh karena itu diperlukan intake vitamin yang

  2. Variabel yang digunakan pada berasal dari bahan makanan. penelitia ni adalah : Kandungan vitamin B2 (riboflavin) yang a.

  Konsentrasi larutan HCl, yaitu cukup tinggi dalam kacang hijau sangat 0,5%, 1%, 1,5% bermanfaat bagi kesehatan. Hal ini yang

  b. pengukusan dan Waktu melatarbelakangi penelitian ini. Vitamin B2 perebusan, yaitu 10 menit, 15 mempunyai fungsi kesehatan yang lebih menit, 20 menit beragam dan juga berperan membantu proses c.

  Temperatur pemanasan, yaitu o o o pertumbuhan.

  100

  C, 110

  C, 120 C Adapun perumusan masalah dala penelitian 3.

  Analisa bahan baku yang dilakukan ini adalah pengaruh variasi konsentrasi HCl pada penelitian ini adalah kadar air. terhadap variasi perlakuan bahan baku dan 4.

  Analisa akhir yang dilakukan pada variasi waktu pada Phaseolus Aureus. penelitian ini adalah kadar Riboflavin. Tujuan dari penelitian ini adalah

  Mengetahui pengaruh perlakuan bahan baku Dalam ilmu tumbuhan, tanaman kacang hijau yang mentah, dikukus dan di rebus terhadap diklasifikasikan sebagai berikut : kadar Riboflavin., mengetahui pengaruh waktu Divisio (divisi) : Spermatophyta pengukusan dan perebusan terhadap kadar Subdivisio (sub divisi) : Angeaspermae

  Ordo (bangsa) : Leguminales Familia (suku) : Leguminoceae Subfamilia : Papillionoideae Genus (marga) : Phaseolus Spesies (jenis) :Phaseolus Aurus atau Phaseolus

  (Sumber : USDA data base gizi Nasional) a.

  Vitamin merupakan nutrisi penting yang ditemukan dalam makanan. Persyaratan kecil, tetapi mereka melakukan yang spesifik dan fungsi-fungsi pentng untuk menjaga kesehatan. Vitamin diklasifikasikan oleh bahan baku di mana mereka akan larut. Yang larut dalam lemak vitamin-vitamin A, D, E, dan K larut dalam lemak sebelum diserap dalam aliran darah untuk melaksanakan fungsi mereka. Ekse dari vitamin disimpan dalam hati. Karena mereka disimpan, mereka tidak diperlukan setiap hari dalam makanan. Sebaliknya, vitamin yang larut dalam air dan tidak disimpan mereka dieliminasi dalam urin. Vitamin yang larut dalam air adalah kelompok B-kompleks dan vitamin C.

  c. Vitamin B

  Vitamin merupakan satu dari berbagai jenis senyawa yang dapat menghambat reaksi perusakan tubuh oleh senyawa radikal bebas terkait dengan aktivitas antioksidannya. Asupan vitamin antioksidan yang cukup akan membantu tubuh mengurangi efek penuaan oleh radikal bebas, terutama oleh oksigen bebas yang reaktif. Selain itu, vitamin juga berkontribusi dalam menyokong yang baik sehingga risiko terkena berbagai penyakit degeneratif dan penyakit lainnya dapat ditekan, terutama pada Jadi, secara tidak langsung, asupan vitamin yang cukup dan seimbang dapat menciptakan kondisi tubuh yang sehat dan berumur panjang.

  b. Fungsi Vitamin

  Secara garis besar, vitamin dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar, yaitu vitamin yang larut dalam Hanya terdapat 2 vitamin yang larut dalam air, yaitu B dan C, sedangkan vitamin lainnya, yaitu vitamin A, D, E, dan K bersifat larut dalam lemak. Vitamin yang larut dalam lemak akan disimpan di dalam jaringan (lemak) dan di dalam hati. Vitamin ini kemudian akan dikeluarkan dan diedarkan ke seluruh tubuh saat dibutuhkan.

  Terdapat 13 jenis vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh untuk dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik. Vitamin tersebut antara lain vitamin A, C, D, E, K, dan B . Walau memiliki peranan yang sangat penting, tubuh hanya dapat memproduksi dan yang tidak aktif. Oleh karena itu, tubuh memerlukan asupan vitamin yang berasal dari terkenal memiliki kandungan vitamin yang tubuh. Asupan vitamin lain dapat diperoleh melalui

   Vitamin

  9 % 23 % 27 % 12 % 8 % 7 % 3,7 %

  Radiatus L

  1 % 1 %

  1,5 % 5,5 %

  7,13 gr 1,82 gr 0,34 gr 3,4 gr 690 IU 16,3 mg 14,4 mg 0,105 mg 0,084

  Jumlah Energi Karbohidrat Protein Total Fat Serat Vitamin A Vitamin C Vitamin K Riboflavin Thiamin Kalsium 31 kcal

  Kandungan Nilai Gizi

  Tabel 1. Kandungan Gizi Tiap 100 gr Kacang Hijau

  Biji kacang hijau terdiri atas tiga bagian utama, yaitu kulit biji (10%), kotiledon (88%), dan lembaga (2%). Kotiledon banyak mengandung pati dan serat, sedangkan lembaga merupakan sumber protein dan lemak. Kacang hijau memiliki kandungan gizi yang banyak diperlukan oleh tubuh. Kandungan gizi tiap 100 gr kacang hijau dapat dilihat pada tabel 1.

  Asal dan persebaran geografis kacang hijau berasal dari India atau daerah Indo-Burma di mana kacang ini telah ditanam sejak beberapa ribu tahun lalu. Kacang ini tersebar pada awal zaman. Hampir semua negara-negara Asia, dan baru-baru ini ke lain benua. Kendati kacang ini telah tersebar luas, kacang hijau tidak pernah menjadi suatu hasil panen komersil utama di luar Asia. Di Asia Tenggara, kacang hijau tergolong kacang terpenting (Siswono, 2004).

  Delapan dari vitamin yang larut dalam air yang dikenal sebagai kelompok B-kompleks, yang terdiri dari :  Vitamin B1 (Tiamin)  Vitamin B2 (Riboflavin) Vitamin B1 (Tiamin)

  Tiamina

  Gelas kimia 1000 ml, gelas kimia 50 ml, corong gelas, erlemeyer 100 ml, pipet ukur, pipet tetes, batang pengaduk, neraca Analitik, blender, elas ukur 10 ml, magnetic stirrer, hot plate, oven, dan autoclave.

  C, dan 120 C) selama 30 menit.

  C, 110

  Ambilah 3 gr bahan yang mengandung B2 dalam erlenmeyer 125 ml dan tambahkan 25 ml HCl (0,5%, 1% dan 1,5%), gojog baik-baik dan panaskan dalam autoclave (100

  3. Kemudian bahan baku tersebut di blender hingga menjadi serbuk/bubuk. Proses Analisa Vitamin B2 (Riboflavin) 1.

  2. Penelitian dilanjutkan dengan memvariasikan perlakuan bahan baku yaitu, bahan baku mentah, kukus dan rebus. Dimana untuk bahan baku kukus dan rebus dilakukan variasi pengukusan dan perebusan masing – masing 10 menit, 15 menit dan 20 menit

  Bahan baku dibersihkan dahulu. Lalu ditiriskan agar cepat kering.

   Prosedur Persiapan 1.

  Prosedur Percobaan

  C, 110 C dan 120 C.

  Pada penelitian ini menggunakan bahan baku berupa Phaseoulus Aureus. Dimana variasi yang digunakan adalah variasi perlakuan bahan baku (mentah, kukus dan rebus), variasi waktu pengukusan dan perebusan masing- masing 10 menit, 15 menit dan 20 menit, variasi konsentrasi HCl (0,5%; 1% dan 1,5%), variasi temperatur pemanasan yaitu 100

  Rancangan Percobaan

  Alat yang Digunakan :

  , vitamin B1, aneurin yang terlarut dalam air. Turunan fosfatnya ikut serta dalam banyak proses sel.

  Kacang Hijau, air aquadest, HCl 0,1 N, NaOH I N, HCl 1 N, dan Ribolflavin murni

  2. METODOLOGI PENELITIAN Alat dan bahan yang digunakan Bahan yang digunakan :

  Sumber yang mengandung vitamin B2, sayur-sayuran segar, kacang kedelai, kuning telur, susu, dan banyak lagi lainnya. Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B2, turunnya daya tahan tubuh, kilit kering bersisik, mulut kering, bibir pecah-pecah, sariawan, dan sebagainya.

  d. Sumber Vitamin B2.

  Konsumsi riboflavin sangat bergantung pada berat tubuh, lajdan asupan konsumsi perhari bagi pria adalah 1,7 mg dan wanita hamil perlu tambahan 0,3 mg.

  Sumber vitamin B2 terbanyak ditemukan pada Beberapa tanaman juga mengandung vitamin ini dalam kadar yang cukup tinggi, antara lain biasanya juga diperkaya dengan vitamin ini. Walaupun bersifat tahan panas, riboflavin cenderung larut dalam selama proses pemasakan. Makanan yang mengandung riboflavin sebaiknya tidak disimpan dalam wadah transparan karena vitamin ini mudah rusak oleh papara

  B lainnya, riboflavin memainkan peranan penting dalam dan diperlukan dalam Vitamin ini juga banyak berperan dalam pembetukkandalam tubuh, dan dalam metabolisme pelepasa dan merupakan sumber utama vitamin B2, namun paparan terhadap cahaya akan menghancurkan riboflavin. Nama riboflavin berasal dari kata

  , adalah yang mudah dicerna, bersifat larut dalam air, dan memiliki peranan kunci dalam menjaga dan Vitamin B 2 diperlukan untuk berbagai ragam proses seluler. Seperti

  Riboflavin , dikenal juga sebagai vitamin B 2

  Sebuah senyawa turunan tiamina yang disebut dengan efektif, mengurangi plak amiloid dandan menekan aktivitas Penelitian ini sangat mirip dengan kondisi penderitain vivo.

  harus memenuhi keperluan tiamin dari makanan. Asupan yang tidak cukup menyebabkan penyakit

  Tiamin disintesis dalam dan

2. Vitamin B2 (Riboflavin)

  Dinginkan dan atur dengan 1 N NaOH menjadi pH 6,0, jagalah jangan sampai melampaui pH karena Riboflavin tidak stabil diatas pH 6,0.

  Riboflavin 1,76 mg dan untuk konsentrasi HCl

  Phaseolus Aureus

  Grafik diatas merupakan hasil yang terbaik untuk proses pengukusan dengan kadar Riboflavinnya 2,73 mg, dimana dari grafik dapat dilihat bahwa semakin lama waktu pengukusan maka kadar Riboflavin akan semakin menurun. Ini dikarenakan selama pengukusan zat Riboflavin yang terdapat pada

  Dari gambar dapat dilihat pada grafik bahwa untuk bahan baku yang dikukus selama 10 menit dengan pemanasan 120ᵒC, untuk konsentrasi HCl 0,5% didapat kadar Riboflavin 1,11 mg. Sedangkan untuk konsentrasi HCl 1% didapat kadar Riboflavin 1,94 mg dan untuk konsentrasi HCl 1,5% didapat kadar Riboflavin 2,73 mg.

  Pengukusan 10 Menit

   Untuk Suhu 120ᵒC dan Waktu

  2. Bahan Baku Yang Dikukus

  . Ini dikarenakan zat Riboflavin yang terdapat pada Phaseoulus Aureus mentah tidak ikut menguap atau terbuang seperti pada tahap pengukusan dan perebusan.

  tahap ini merupakan hasil yang terbaik, dimana didapatkan kadar Riboflavin yang paling tunggi bila dibandingkan dengan tahap proses pengukusan dan perebusan

  1,5% didapat kadar Riboflavin 2,99 mg. Pada

   Untuk Pemanasan 120ᵒC bahwa untuk bahan baku mentah pada suhu pemanasan 120ᵒC , untuk konsentrasi HCl 0,5% didapat kadar Riboflavin 1,33 mg. Sedangkan untuk konsentrasi HCl 1% didapat kadar

  3. Dengan 1 N HCl asamkan kembali menjadi pH 4,5, kemudian pindahkan suspensi secara kuantitatif kedalam labu ukur 100 ml dan encerkan sampai tanda dengan aquades, dan saring melalui kertas saring whatman no. 42.

  1. Bahan Baku Mentah

  dapat dilihat pada gambar dibawah ini dimana dengan konsentrasi HCl yang semakin besar maka kadar riboflavin akan semakin meningkat.

  riboflavin

  Hasil penentuan kadar riboflavin dengan menggunakan bahan baku Phaseolus Aureus. Dalam penelitian ini kami menggunakan variasi perlakuan bahan baku yaitu, mentah, di kukus dan di rebus. Untuk variasi bahan baku dan konsentrasi HCl tertentu terhadap kadar

  Konsentrasi HCl terhadap Kadar Riboflavin

   Hubungan Perlakuan Bahan Baku dan

  3. HASIL DAN PEMBAHASAN

  5. Untuk menentukan berat absolute vitamin B2 yang terkandung dalam filtrate perlu dibuat larutan standar dengan vitamin B2 yang murni. Bacalah transmittance dari larutan standar (yang diketahui konsentrasi vitamin B2 nya). Sehingga didapat hubungan antara transmittance dan kadar vitamin B2 dalam larutan yang ingin diketahui kadar vitamin B2 nya.

  4. Ambil filtrate yang jernih, masukkan dalam cuvette dan bacalah transmittance pada spectrofluorometer dengan panjang gelombang antara 440-400 nm (vitamin B2 berfluoresensi pada panjang gelombang ini).

  ikut menguap. Selan itu juga terdapat hubungan bahwa semakin lama pemanasan dan semakin besar konsentrasi HCl yang digunakan maka kadar Riboflavin juga akan semakin naik. Ini dikarenakan pada suhu pemanasan yang tinggi daya larut HCl akan semakin meningkat sehingga sampel akan cepat terurai.

   Bahan Baku Yang Direbus m/29.

   Untuk Suhu 120ᵒC dan Waktu Perebusan 10 Menit Almatsier, S. 2006. ”Prinsip Dasar Ilmu Gizi”.

  Cetakan 6. PT.Gramedia Pustaka Utama: Jakarta

  Efriandi, Y. 2002. ”Penentuan Kadar Vitamin C pada Juice Nanas”. Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya. Marzuki, R. dan S.H. Sumadi. 2001. “Bertanam

  Kacang Hijau”. Penebar Swadaya: Jakarta Purwono MS. Ir dan S.P. Rudi Hartono. 2008.

  ”Kacang Hijau”. Cetakan 2. Penebar Swadaya : Jakarta

  Dari gambar dapat dilihat pada grafik bahwa untuk bahan baku yang direbus selama 10 menit dengan pemanasan 120ᵒC, untuk konsentrasi HCl 0,5% didapat kadar Riboflavin 0,95 mg. Sedangkan untuk konsentrasi HCl 1% didapat kadar Riboflavin 1,51 mg dan untuk konsentrasi HCl 1,5% didapat kadar Riboflavin 1,85 mg.

  Grafik diatas merupakan hasil yang terbaik untuk proses perebusan dengan kadar Riboflavinnya 1,85 mg, dimana dari grafik dapat dilihat bahwa hampir terdapat persamaan dengan proses hasil pengukusan tetapi perbedaannya bahwa hasil kadar Riboflavin pada proses perebusan akan semakin kecil dibandingkan dengan proses pengukusan. Ini dikarenakan selama proses perebusan zat

  Riboflavin yang terdapat pada Phaseolus Aureus akan terurai bersama air sisa perebusan.

DAFTAR PUSTAKA

  Anonim. 2010 . “Kacang Hijau” . Diakses pada 5 Juni 2010 dari Anonim. 2010 . “Persentase Riboflavin pada

  Kacang Hijau ” . Diakses pada 10 Juni 2010 dari

  http://www.moodpro.tripod.com/infoob at/vit_B2.htm.

  Anonim. 2010 . “Phaseoulus Aureus ” . Diakses pada

  10 Juni 2010 dari

   hidup.um.ac.id/2009/10/0bat-alami- phaseoulus-aureus/.

  Anonim. 2010 . “Seribu Manfaat Kacang Hijau” .Diakses pada 6 Juni 2010 dari

  http://www.wikimu.com/news/Display News.aspx/id=1843.

  Anonim. 2010 . “Vitamin B2” . Diakses pada 5 Juni 2010 dari Anonim. 2010. “Kacang Hijau”. Diakses pada 5

  Juni 2010 dari