04 Pendapatan Perkapita tingkat miskin p

A. Pendapatan Perkapita

Kesejahteraan petani yang diukur dengan pendapatan/kapita diperoleh dengan
menghitung nilai produk domestik bruto (PDB) total, pertanian luas dan pertanian sempit
masing-masing dibagi dengan jumlah penduduk, jumlah penduduk yang terlibat dalam
pertanian luas dan jumlah penduduk yang terlibat dalam pertanian sempit. Data yang
tersedia di tingkat nasional untuk pertanian luas dan sempit adalah jumlah rumah tangga
di masing-masing kategori. Oleh karena itu, untuk menghitung jumlah penduduk dalam
pertanian luas dan sempit diperoleh dengan mengalikan jumlah rumah tangga masingmasing di pertanian luas dan sempit dengan jumlah anggota rumah tangga (diasumsikan
jumlah anggota rumah tangga adalah empat orang). Berdasar perhitungan tersebut data
pada Tabel 3 menunjukkan perkembangan pendapatan/kapita petani masing-masing untuk
perhitungan berdasarkan PDB dengan harga konstan tahun 2000.

Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa berdasar harga konstan tahun 2000, tingkat
pendapatan petani untuk pertanian dalam arti luas maupun pertanian sempit menunjukkan
peningkatan yang diindikasikan oleh pertumbuhan yang positif masing-masing sebesar
5,64 % dan 6,20 %/tahun selama kurun waktu 2010–2014. Walaupun terjadi peningkatan
kesejahteraan, namun demikian secara nominal tingkat pendapatan/kapita petani tersebut
masih berada di bawah garis kemiskinan. Hal ini ditunjukkan bahwa pada tahun 2014
misalnya, tingkat pendapatan/kapita pertanian dalam arti luas dan sempit masing-masing
sekitar Rp 9.032/kapita/hari dan Rp 7.966/ kapita/hari; padahal berdasarkan Bank Dunia

batas garis kemiskinan adalah pendapatan US$ 2/kapita/hari, dengan tingkat kurs US$
terhadap rupiah tahun 2014 yang telah melewati Rp 10.000/1US$ tentu menunjukkan

masih relatif rendahnya tingkat kesejahteraan petani atau penduduk yang bekerja di sektor
pertanian.
Tabel 3. Perkembangan PDB Pertanian per Tenaga Kerja Pertanian Tahun
20010-2014 atas Harga Konstan Tahun 2000 (dalam Rp 000)

Tahun

PDB
Total/Kapita

PDB Pertanian
Luas/ TK
Pertanian Luas

PDB Pertanian
Sempit/ TK
Pertanian Sempit


2010

9.703,46

7.116,64

6.120,72

2011
2012
2013
2014*

10.192,14
10.683,12
11.146,91
11.641,88

7.416,99

7.950,24
8.724,54
9.032,85

6.662,32
6.947,53
7.639,48
7.966,07

Sumber: BPS (diolah)
Ket: * Data perkiraan

B. Tingkat Kemiskinan
Tingkat kemiskinan di pertanian didekati dengan menggunakan data jumlah dan persentase
penduduk miskin di desa. Jumlah penduduk miskin di desa umumnya lebih banyak dengan
persentase yang lebih besar dibandingkan di kota. Pada periode 2010-2014, jumlah penduduk
miskin di perdesaan atau pada sektor pertanian menurun dengan laju sebesar -3,69 %/tahun
atau menurun darsekitar 19,93 juta pada tahun 2010 menjadi 17,14 juta pada tahun 2014.
Sedangkan penduduk miskin di perkotaan pada tahun 2010 sebanyak 11,10 juta berkurang
sebesar -2,25 %/tahun sehingga menjadi 10,13 juta di tahun 2014. Karena sebagian besar

penduduk perdesaan bermata pencaharian di sektor pertanian, maka dapadimaknai bahwa
tingkat kemiskinan di sektor pertanian kondisinylebih banyak dibanding di sektor lainnya.
Gambar 7. Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia Tahun 2010-2014

Sumber: BPS (diolah)
Ket: 2014 angka sementara

Penyediaan Pangan Masyarakat
Ketersediaan pangan merupakan aspek penting dalam mewujudkan ketahanan pangan.
Penyediaan pangan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan konsumsi pangan bagi
masyarakat, rumah tangga, dan perseorangan secara berkelanjutan. Untuk memenuhi
kebutuhan pangan masyarakat dan meningkatkan kuantitas dan kualitas konsumsi pangan,
diperlukan target pencapaian angka konsumsi pangan per kapita per tahun sesuai dengan angka
kecukupan gizinya. Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WKPG) tahun 2004
merekomendasikan kriteria kecukupan pangan bagi rata-rata penduduk Indonesia yaitu
kebutuhan kalori minimal 2.000 kkal perkapita/tahun, kebutuhan protein minimal 52 gram
perkapita/tahun. Sementara itu, untuk ketersediaannya ditetapkan kriteria kecukupan minimal
.200 kkal perkapita/hari untuk energi dan minimal 57 gram perkapita/hari untuk protein.

Ketersediaan energi tidak menjadi masalah selama periode tahun 2010-2014, karena

jauh di atas rekomendasi WKPG dengan rata–rata 3.767 kkal per kapita per hari, bahkan
jumlahnya per tahun rata-rata mengalami peningkatan dengan pertumbuhan rata-rata 27 kkal
per kapita per hari. Rata-rata pertumbuhan ketersediaan energi tersebut menurun dibandingkan
dengan rata-rata pertumbuhan ketersediaan energi pada periode tahun 2005-2009 yang
mencapai 142 kkal per kapita per tahun. Hal ini diduga akibat ketidakselarasan pertumbuhan
penyediaan pangan sumber energi dengan pertumbuhan jumlah penduduk.
Pada sisi konsumsi energi, capaiannya masih 1.987 kkal per kapita per hari atau sedikit
di bawah rekomendasi Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi. Selain itu pertumbuhan
konsumsi tersebut menunjukkan pertumbuhan negatif dengan rata-rata pertumbuhan minus 5
%. Hal ini diduga terkait dengan rendahnya daya beli masyarakat. Namun demikian, apabila
pertumbuhan konsumsi tersebut dibandingkan dengan periode tahun 2005-2009, sebenarnya

terjadi pertumbuhan konsumsi yang positif dari yang sebelumnya minus 32 % menjadi minus
5 %.
Tabel 31. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun 2010-2014
Konsumsi Beras *) Pertumbuhan
Pertumbuhan
Tahun

(kg/kap/thn)


(kg/kap/thn)

(%)

2010

99,7

(2,52)

(2,47)

2011

101,7

2,00

2,01


2012

96,6

(5,10)

(5,01)

2013

96,3

(0,30)

(0,31)

Rata-rata 2010-2014

98,57


(1,48)

(1,45)

Rata-rata 2005-2009

103,25

(0,75)

(0,66)

2014

Sasaran

(1,5)

*) konsumsi beras pada tingkat rumah tangga

Sumber : Susenas BPS Tahun 2010 – 2013, diolah dan dijustifikasi BKP, Kementan

Kinerja kecukupan pangan dari aspek ketersediaan protein mencapai 93,10 gram per
kapita per hari atau jauh diatas rekomendasi Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi,
dengan rata – rata persentase peningkatan sebesar 0,53 %. Apabila dibandingkan dengan
pertumbuhan ketersediaan protein pada periode tahun 2005-2009 yang mencapai 3,11
gram per kapita per tahun, maka rata-rata pertumbuhan ketersediaan protein tersebut
mengalami penurunan. Hal ini diduga akibat ketidakselarasan pertumbuhan penyediaan
pangan sumber protein dengan pertumbuhan jumlah penduduk.

Tabel 32. Pola Pangan Harapan Tahun 2010 – 2014
TAHUN
2010

PPH

85,7

2011
2012

2013

PERTUMBUHAN

85,6

83,5

(0,1)

(2,1)
81,4

(2,1)

Rata-rata 2010 – 2014

84,93

1,42


Rata-rata 2005 – 2009

79,50

(0,07)

Sasaran 2013

91,5

2014

Seperti halnya ketersediaan protein, konsumsi protein jauh diatas rekomendasi Widya
Karya Nasional Pangan dan Gizi yaitu mencapai 57,14 gram/kapita/hari. Pertumbuhannya juga
meningkat rata-rata sebesar 0,71%/tahun, termasuk apabila dibandingkan dengan pertumbuhan
konsumsi protein pada periode 2005-2009 yang menunjukkan pertumbuhan negatif.
Peningkatan pertumbuhan konsumsi protein diduga berkaitan dengan peningkatan jumlah
masyarakat berpenghasilan menengah ke atas.
Rata-rata konsumsi beras pada periode tahun 2010–2014 sebesar 98,57 kg/kapita/tahun
(Tabel 31) dengan laju pertumbuhan konsumsi menunjukkan penurunan 1,48 % per tahun.
Perkembangan konsumsi beras pada periode tahun 2010–2014 dibandingkan dengan periode
tahun 2005–2009 menunjukkan kecenderungan yang menurun. Hal ini salah satunya
dipengaruhi oleh mulai ditetapkannya kebijakan diversifikasi pangan melalui berbagai promosi
seperti One Day No Rice dan pengembangan konsumsi pangan pokok lokal. Namun, penurunan
konsumsi beras ini juga perlu diwaspadai mengingat data Susenas yang dilakukan oleh BPS
menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan konsumsi terigu.

Tabel . Perkembangan Harga Pangan Pokok Tahun 2009-2013
(Rp/Kg)

Beras

Daging

Minyak

Ayam Daging Goreng Gula Terigu Kedelai Telur Cabe Bawang

tahun
TerUmum

Ras

Sapi Curah

Ayam Merah Merah

murah
2009

6.695

5.477 25.779 59.544 11.025 8.575 7.639 8.408 13.041 26.905 14.542

2010

8.011

6.430 23.897 62.993 12.029 10.090 7.501

8.702 13.471 23.299 16.852

2011

9.341

7.412 23.966 67.077 14.246 10.147 7.538

8.628 15.008 23.763 19.224

2012

10.425 8.281 26.177 76.692 12.956 11.358 7.507

8.843 16.133 24.034 14.651

2013

10.857 8.587 29.841 92.843 13.232 11.874 7.597

9.604 17.676 33.853 36.318

Rata – Rata
1,92

2,01

5,77

3,42

2,90

4,12

0,52

2,34

4,38

23,87 16,77