teori klasik ekonomi pembangunan (1)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Ekonomi negara-negara di dunia memiliki tingkatan yang berbeda-beda.
Dalam hal ini terdapat suatu klasifikasi dimana ada yang disebut Negara maju,
Negara berkembang dan Negara miskin. Negara maju menguasai berbagai sektor
produktif yang mendorong laju pertumbuhan ekonomi negara tersebut.
Tersedianya tenaga ahli dan teknologi yang memadai menyokong negara maju
untuk tumbuh ke arah yang lebih maju. Sementara itu, negara-negara berkembang
memiliki kelemahan-kelemahan yang menyebabkan mereka kesulitan untuk
membangun perekonomiannya.
Dunia

ini

dihuni

oleh

segelintir


negara-negara

kaya.

Mereka

memanfaatkan sumber daya alam dari negara-negara terbelakang untuk
diberdayakan. Selanjutnya, bahan baku yang diperoleh dari negara-negara
terbelakang diolah menjadi produk jadi kemudian dijual kembali.
Teori pertumbuhan ekonomi yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Pada
abad-19 banyak ahli ekonomi yang menganalisis dan membahas, serta
mengemukakan teori-teori tentang tingkat-tingkat pertumbuhan ekonomi. Antara
lain Retrich List, Brunohilder Brand, dan Walt Whitman Rostow.
Retrich List adalah penganut paham laisser-vaire dan berpendapat bahwa
sistim ini dapat menjamin alokasi sumber-sumber secara optimal tetapi proteksi
terhadap industri-industri tetap diperlukan. Brunohilder Brand adalah pengkritik
Retrich List, mereka mengatakan bahwa perkembangan masyarakat atau ekonomi
bukan karena sifat-sifat produksi atau konsumsinya, tetapi lebih ditekankan pada
metode distribusi yang digunakan.


1

Walt Whitman Rostow dalam bukunya : De Stages of Economic Growth
mengemukakan bahwa proses pertumbuhan ekonomi dapat dibedakan dalam 5
tahap dan setiap negara di dunia dapat digolongkan ke dalam salah satu tahap dari
5 tahap pertumbuhan ekonomi tersebut. Pembangunan ekonomi menjadi sesuatu
yang mahal bagi negara-negara terbelakang. Oleh karena itu, kita

harus

membentuk strategi untuk mengatasi hambatan-hambatan yang ada di negara kita.

1.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan tahap-tahap perkembangan ekonomi menurut ahli ?
2. Jelaskan tentang pendekatan struktural ?
3. Jelaskan pendekatan pembangunan berimbang ?
4. Jelaskan pendekatan pembangunan tak berimbang ?
5. Jelaskan perbedaan pendekatan pembangunan berimbang dan
pembangunan tak berimbang ?

6. Jelaskan teori klasik pembangunan ekonomi?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tentang tahap-tahap perkembangan ekonomi
2.
3.
4.
5.

menurut ahli
Untuk mengetahui tentang pendekatan struktura
Untuk mengetahui pendekatan pembangunan berimbang
Untuk mengetahui pendekatan pembangunan tak berimbang
Untuk mengetahui perbedaan pendekatan pembangunan berimbang

dan pembangunan tak berimbang
6. Untuk mengetahui teori klasik pembangunan ekonomi

BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Tahap-Tahap Perkembangan Ekonomi
2

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu keniscayaan yang akan terjadi
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Masing-masing
negara di dunia tentunya mengalami perbedaan tahap perkembangan atau
pertumbuhan ekonomi, hal itu tidak lain disebabkan oleh perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berbeda-beda. Misalnya negara-negara eropa
yang dapat dikatakan sebagai negara modern. 1
Teori tentang tahap perkembagan ekonomi terutama berasal dari negara
Jerman dan muncul pada abad ke-19 sebagai reaksi terhadap sistem persaingan
yang ada di Inggris. Ahli yang mengemukakan teori ini adalah Frederich List,
Bruno Hilderbrand, Karl Bucher, W.W Rostow2 meskipun analisnya berbeda
tetapi tahap perkembanganya sebenarnya sejalan.
2.1.1. Frederich List
Friedrich List sebenarnya adalah seorang penganut paham Laissez
faire yang berpendapat bahwa sistem atau paham ini dapat menjamin alokasi
sumber daya yang optimal 3 Dengan kata-kata lain perkembangan ekonomi hanya
terjadi apabila dalam masyarakat terdapat kebebasan dalam organisasi politik dan
kebebasan perorangan.

Tetapi ia menghendaki adanya proteksi pemerintah bagi industri-industri
yang masih lemah. Suatu hal yang dapat dimengerti karena dia menghendaki
berkembangnya industri di Jerman yang pada waktu itu masih jauh tertinggal
dibandingkan dengan di Inggris.Dengan demikian menurut Friedrich List
perkembangan ekonomi yang sebenarnya tergantung kepada peranan pemerintah,
organisasi swasta dan lingkungan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan.
Friedrich List meneliti tahap-tahap pertumbuhan ekonomi dari segi
perkembangan teknik produksi atau perilaku masyarakat dalam berproduksi.
1 Michael P. Todaro, Pembangunan Ekonomi di dunia ketiga, ed 1 (Jakarta : Ghalia Indonesia
1983) Halaman 36
2 Malayu S.P. Haasibuan, Ekonomi Pembangunan dan Perekonomian Indonesia
(Bandung:
CV.Armico,1987), 64
3 Malayu S.P Haasibuan, Ekonomi pembangunan dan perekonomian indonesia 65

3

Tahap-tahap menurut Friderich List adalah
a.Tahap primitif biadab
b.Tahap berternak

c.Tahap pertanian
d.Tahap pertanian dan pabrik
e.Tahap pertanian pabrik dan perdagangan. 4
Ia juga berpendapat Negara yang berhawa sedang paling cocok untuk
kegiatan industri. Alasannya karena kepadatan penduduknya yang sedang, tetapi
merupakan pasar yang cukup luas. Serta sistem pertanian yang sudah efisien
sehingga sebagian penduduk dapat dipindahkan ke sektor industri. Dengan
demikian standar hidup penduduk sektor pertanian cukup tinggi, untuk
menampung hasil sektor industri
Akhirnya bila suatu negara mempunyai bermacam-macam sumber alam
maka hendaknya mengusahakan eksploitasi bahan - bahan mineral. Menurutnya,
yang

terpenting

adalah

perkembangan

sektor


industri

(pabrik)

untuk

perkembangan ekonomi, meskipun awalnya diperlukan perlindungan yang cukup
tinggi
Sedangkan di daerah tropis paling cocok untuk kegiatan pertanian5. Daerah
tropis tidak cocok untuk industri, karena umumnya jumlah penduduknya sangat
banyak dan sektor pertanian belum begitu efisien serta persediaan sumber alam
sangat sedikit.

2.1.2 Bruno Hilderbrand
Bruno Hildebrand mengkritik Friedrich List dan berdasarkan pengalaman
Inggris dia mengatakan bahwa perkembangan masyarakat atau ekonomi bukan
4 Abdul Hakim, Ekonomi Pembangunan ( Yogjakarta: CV. Adipura, 2002) 106
5 Malayu S.P Haasibuan, Ekonomi pembangunan dan perekonomian indonesia 66


4

karena sifat-sifat produksi atau konsumsi, tetapi karena perubahan-perubahan
dalam metoda distribusi yang digunakan.Dia menganalisis proses pertumbuhan
ekonomi dari segi evolusi alat-alat tukar, yaitu:
(1) Perekonomian barter
(2) Perekonomian uang, dan
(3) Kredit6
Tetapi disini Hilderbrand tidak mengemukakan bagaimana tahap sistem distribusi
tersebut berkembang menuju ke tahap berikutnya.7
2.1.3 Karl Bucher
Tokoh ini mencoba untuk mensintesiskan antara pendapat List dan Hilderbrand.
Perkembangan Ekonomi menurutnya melalui 3 tingkatan yaitu :
a. Produksi untuk kebutuhan sendiri
b.Perekonomian kota, dimana pertukaran sudah meluas
c.Perekonomian nasional dimana peranan pedagang tampak makin penting Jadi,
barang itu diproduksi untuk pasar. Merupakan gambaran tentang evolusi di negara
Jerman .8

2.1.4 W.W Rostow

Rostow mengkonsepkan proses pembangunan menjadi lima tahap utama
dan setiap negara-negara di dunia dapat digolongkan kedalam salah satu dari
kelima pertumbuhan ekonomi yang dijelaskannya. Adapun kelima tahap tersebut
adalah: Masyarakat tradisonal (the traditional society), prasyarat untuk lepas
landas (the procondition for take off), lepas landas (the take off), Gerakan kearah

6 Malayu S.P Haasibuan, Ekonomi pembangunan dan perekonomian indonesia 66
7 Irawan ,M.Suparmoko. Ekonomika Pembangunan Edisi ke 6. ( Yogjakarta : BFE, 2OO2)
8 Malayu S.P Haasibuan, Ekonomi pembangunan dan perekonomian indonesia 67

5

kedewasaan (the drive to maturity), dan masa konsumsi tinggi (The age of high
massconsumption).9
Dalam membedakan kelima tahap tersebut rostow menggolongkannya
berdasarkan pada ciri-ciri perubahan keadaan ekonomi, politik, dan sosial yang
terjadi. Menurut rostow pembangunan ekonomi atau tranformasi suatu masyarakat
tradisional menuju masayarakat modern merupakan suatu proses yang
multidimensional. Dimana perubahan ini bukan hanya bertumpu pada perubahan
ekonomi dari agraris ke industri saja, melainkan juga perubahan pada sosial,

budaya, politik, ekonomi bahkan agama.10
1. Masyarakat Tradisonal (The Traditional Society)
Tahap tradisional adalah suatu masyarakat yang strukturnya berkembang
didalam fungsi produksi yang terbatas, dalam artian masyarakat masih
menggunakan cara-cara produksi yang relatif masih primitif dan cara hidup
masyarakat yang masih dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dicetuskan oleh pemikir
yang tidak rasional, tetapi oleh kebiasaan yang dilakukan scara terus menerus.
Menurut rostow dalam masyarakat tradisional ini produksi perkapita masih
sangat terbatas dan sumber daya produksi utama adalah sektor pertanian, sehingga
sangat kecil kemungkinan untuk mengadakan mobilitas vertikal dikarenakan
kedudukan masayarakat tidak akan jauh berbeda dengan kedudukan ayahnya dan
sistem mobilitasnya umumnya berdasarkan sistem warisan (pemeberian).
Dalam segi politik masayarakat tradisional umunya tuan tanahlah yang
memiliki otoritas tertinggi hal itu tidak lain karena pemilik tanah merupakan
stratifikasi tertinggi dalam masayarakat tradisonal. Kalau dilihat sistem ilmu
pengetahuan dalam masyarakat ini cenderung menyelsaikan persoalan dengan

9 M.L. Jhingan, Ekonomi pembangunan dan perencanaan (Jakarta : PT. Raja Grafindo persada )
142
10 Michael P.Todaro, Pembangunan Ekonomi di dunia ketig Ed 7(Jakarta : Erlangga,2000)


6

cara-car yang kurang rasional dan masih menggunakan cara berpikir budayawi
dari tadisi turun temuurun.
Tahap ini adalah tahap paling awal dari pertumbuhan ekonomi, yang
menurut Rostow mempunyai karakteristik sebagai berikut:
(a)
(b)
(c)

Kebiasaan-kebiasaan lama menentukan organisasi dan metoda produksi.
Dampak sains teknologi terhadap kegiatan ekonomi relatif kecil.
Masyarakat merasa tidak memerlukan perubahan.

2. Prasyarat untuk Lepas Landas (The Procondition for Take Off)
Tahap prasyarat lepas landas ini adalah masa transisi dimana ketika suatu
masyarakat telah mempersiapkan dirinya, atau dipersiapkan dari luar untuk
mencpai pertumbuhan yang mempunyai kekuatan untu terus berkembang. Tahap
prasyarat lepas landas ini dibagi menjadi sua tipe oleh Rostow. Yang pertama
adalah tahap yang dilakukan dengan mengubah masyarakat tradisional yang telah
ada, sedangkan yang kedua adalah brown free yaitu Amerika, Kanada, Australia,
Selandia baru, dimana mereka tidak perlu merubah sistem tradisional dikarenakan
masyarakat itu terdiri dari imigran-imigran yang diperlukan sebagai tahap masa
prasyarat lepas landas.11

a. Pembangunan: Perubahan yang Bersifat Multidimensi
Sebagaimana telah dinyatakan Rostow bahwa pembangunan merupakan suatu
proses yang kompleks dan saling berhubungan. Misalnya saja argumen yang
mengatakan bahwa tabungan akan mempercepat pembangunan, hal itu tentunya
tidak akan terlaksana jika perubahan tersebut tidak diikuti oleh perubahan lain
dalam masayarakat, misalnya saja cara penggunaan tabungan dengan sebaik
baiknya. Karena jika ditelaah secara multidimensi maka akan terjadi hubungan
11 Micheal P. Todaro Pembangunan Ekonomi (Jakarta : Erlangga 2005 ) 129

7

yang kompleks, misalnya tabungan akan mempercepat pembangunan melalui
investasi dan tentunya akan terciptanya sarana dan prasarana umum, peningkatan
kualitas pendidika dan penemuan-penemuan baru dalam bidang teknogi dan
sosial.
b. Perombakan Struktur Ekonomi
Struktur ekonomi ini sangat penting bagi pembangunan ekonomi suatu negara,
sehingga kemajuan dalam bidang pertanian, pertambangan, dan sebagainya harus
diiringi dengan penananaman modal. Sehingga di negara pra landas ini untuk
berkembang maka dibutuhkan sistem pertanian, pertambangan yang matang dan
kemudian seiring perkembangannaya yang memerlukan pengolahan bahan mentah
maka akan didirikan pabrik yang mengolah bahan-bahan tersebut.
c. Peran Sektor Pertanian
Kemajuan pertanian ini diperlukan untuk menjamin ketersediaan bahan
makanan bagi penduduk yang bertambah dan agar penduduk kota yang banayak
akibatindustrialisasi itu dapat memperoleh bahan makanan yang cukup. Selain itu
sektor pertanian yang surplus akan diekspor sebagai modal unutk membeli alatalat produksi yang mendukung industrialisasi.
d. Peran Sektor Prasarana
Rostow berpendapat bahwa pada tahap transisi ini memerlukan banyak modal
yang digunakan untuk membangun sarana dan prasaranan (infrastruktur).
Parasaranan mempunyai tiga ciri kusus diantaranaya, masa antara pembangunan
dan pemetikan hasil pembangunan sangat panjang, pembangunan memerlukan
biaya yang besar, dan manfaatnya akan dirasakan oleh seluruh masayarakat.
e. Ciri Kepemimipinan
Rostow menganalisis bahwa dalam tahap ini pemerintahan dalam masayarakat
akan lebih teratur dan suatu golongan elit harus tercipta guna untuk mencapai
8

masayarakat industri. Rostow juga menambahkan bahwa masyarakat dunia
transisi ini kan berkembang jika mendapat tekanan dari negara-negara maju,
karena sangat sulit sekali berkembang jika hanya dipengaruhi secara internal saja.
Adapun karakteristik masyarakat atau negara yang berada pada tahap ini
antara lain adalah sebagai berikut:
(a) Sikap mental tradisional masyarakat secara perlahan-lahan mulai
berkurang.
(b) Saving dan investasi meningkat secara teratur dan mendasar serta
melampaui laju pertumbuhan penduduk.
(c)

Introduksi teknologi maju

(d)

Munculnya pahma nasional sebagai reaksi terhadap internvensi dan
dominasi asing12

3. Lepas Landas (The Take Off)
Dalam tahap lepas landas merupakan berlangsungnya perubahan yang
besar dan drastis dalam masayarakat misalnya, revolusi politik, revolusi ekonomi
ataupun perkembangan inovasi-inovasi teknologi dan autput produksi.13 Adapun
ciri-ciri tahap lepas landas adalah sebagai berikut:Terwujudnya kenaikan dalam
penanaman modal yang produktif dari lebih kurang 5% menjadi 10% dari produk
nasional bruto
Terjadi peningkatan satu atau beberapa sektor industri dengan tingkat laju
perkembangan yang tinggi.Adanya platform politik, sosial, dan intitusional baru
yang akan menjamin berlangsungnya, segala tuntutan perluasan sektor modern
dan potensi ekonomi ekstern.
a. The Inner Structure of the take off

12 W Arthur Lewis, Perencanaan Pembangunan, (PT RINEKA CIPTA, Jakarta Anggota IKAPI)
13 Malayu S.P Haasibuan, Ekonomi pembangunan dan perekonomian indonesia 70

9

Selanjutnya Rostow menganalisis the inner structure of the take off, yaitu
perubahan-perubahan lain yang mengikuti kenaikan tingkat penanaman modal,
yang terjadi dalam masa lepas landas. Perubahan yang terpenting dalam
penanaman modal adalah kenaikan tingkat dana yang dipinjamkan, dan kenaikan
itu berasal dari dua sumber. Pertama, adanay aliran pendaoatan termasuk
perubahan dalam distribusi pendapatan dan impor modal.Sedankan sumber kedua
adalah penanaman kembali keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari sektorsektor yang sudah menagalami perkembangan yang pesat.
Pengusaha (enterpreneurs) merupakan hal yang terpenting dalam masa
lepas landas ini, dimana mereka akan melakukan inovasi dan penanaman modal
diberbagai sektor. Karena pada dasarnya produktivitas pertanian harus ada
sebelum masa lepas landas maka akan muncul berbagai golongan petani yang
mengolah pertanian secara modern.
b. Peran Leadeing Sector
Diberbagai perkembangan ekonomi negara umumnya dipicu oleh sektor
primer yang merupakan sektor utama munculnya industrialisasi, hal ini
dikarenakan hasil yang diproduksinya menghasilkan biaya yang besar bagi
pembangunan suatu negara. Jenis-jenis industri primer ini disetiap negara tidaklah
sama, misalnya di Inggris yang dipicu oleh kain katun, di swedia dipicu oleh
industri kayu, di denmark peternakan, di jepang industri sutra dan sebagainya.
Menurut Rostow waktu yang diperlukan dalam periode ini berkisar antara
20 sampai dengan 30 tahun. Untuk take off suatu negara harus memenuhi tiga
syarat (karakteristik) berikut.
(a) Investasi Netto meningkat sekitar dua kali lipa hingga menjadi di atas 10
persen dari GNP atau pendapatan nasional
(b) Berkembangnya satu atau beberapa sektor (industri) manufaktur penting
dengan laju pertumbuhan yang tinggi

10

(c) Hadirnya secara cepat suatu kerangka politik, sosial dan organisasi yang
menampung hasrat ekspansi di sektor modern dan menumbuhkan daya
dorong kepada pertumbuhan
Jadi take-off itu didahului oleh suatu rangsangan atau dorongan kuat,
seperti misalnya perkembangan suatu sektor penting atau revolusi politik yang
membawa perubahan mendasar dalam proses produksi, atau kenaikan proporsi
investasi netto menjadi lebih dari 10,0 persen dari GNP yang melampaui laju
pertumbuhan penduduk.
Perkiraan Rostow mengenai jangka waktu take-off yang dilalui oleh
beberapa negara Revolusi Industri dan sekaligus merupakan awal berdirinya ilmu
ekonomi. Seperti diketahui Inggris adalah negara tempat lahirnya revolusi industri
dan sekaligus ilmu ekonomi. Pada periode tersebut di Inggris, disamping lahirnya
ilmu ekonomi juga terdapat beberapa kemajuan yang sangat mendasar dalam
bidang sains dan teknologi, misalnya ditemukannya mesin uap, kapal api, kereta
api, mesin pintal benang serta beberapa kemajuan teknik produksi terutama dalam
industri tekstil.
Pada saat di Inggris sedang terjadi revolusi industri (revolusi ekonomi), di
Perancis berlangsung pula suatu revolusi sosial yang lebih dikenalkan dengan
sebutan revolusi Prancis.Revolusi Perancis memberikan perubahan-perubahan
yang sangat besar terhadap sikap mental masyarakat serta institusi-institusi yang
ada di negara itu.Seperti diketahui perubahan struktur dan tatanan masyarakat ini
merupakan prasyarat atau prakondisi yang diperlukan dalam tahap take-off.
4. Gerakan Kearah Kedewasaan (The Drive to Maturity)
Gerakan Kearah kedewasaan ini disebut juga masa sesudah lepas landas,
dimasa ini masayarakat sudah mulai efektif menggunakan teknologi modrn pada
sebagian besar faktor produksi dan kekayaan alamnya. Dalam tahap ini sektor
pelopor baru akan menggantikan pelopor lama yang akan mengalami

11

kemunduran. Sektor primer dalam tahap ini ditentukan oleh teknologi, kekayaan
alam dan juga kebijakan pemerintah.
Rostow mengumukakan suatu oerkiraan kasar mengenai masa dimana
tahap gerakan kearah dewasaan yang dicapai oleh berbagai negara:
Negara
Inggris
Amerika
Jerman
Perancis

Tahun
1850
1900
1910
1910

Negara
Swedia
Jepang
Rusia
Kanada

Tahun
1930
1940
1950
1950

Dalam menganalisis ciri-ciri tahapan ini, rostow menekankan
penelaahannya pada coran perubahan sektor pelopor industri di
berbagai nega maju dan ia menunjukkan bahwa setiap negara
memiliki perbedaan disetiap jenis sektor pelopornya, misalnya
jika Inggris industri tekstil digantikan oleh industri baja, batu
bara, peralatan teknik berat. Sedangkan Dijerma dan di Amerika
jaringan rel kereta api digantika dengan industri baja dan industri
peralatan berat.
Periode ini memerlukan waktu sekitar 40 atau 50 tahun. Karakteristik
suatu perekonomian yang berada dalam periode ini adalah sebagai berikut:
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)

Teknologi produksi sudah matang
Rentangan produksi semakin meluas
Struktur dan keahlian tenaga kerja mengalami perubahan
Kepemimpinan dunia usaha mengalami perubahan
Adanya gejala kebosanan masyarakat terhadap kemajuan industrialisasi

5. Masa Konsumsi Tinggi (The Age of High Massconsumption).
Merupakan kelanjutan dari periode menuju kematangan. Disebut konsumsi
tinggi dan besar-besaran ((Highmass consumption) karena dalam periode ini

12

terdapat perkembangan yang pesat dalam konsumsi masyarakat, baik secara
kualitatif maupun kuantitatif.14
Karakteristiknya secara garis besar adalah sebagai berikut:
(a)

Pemenuhan produk-produk kebutuhan pokok bukan lagi merupakan

problema utama.
(b) Perhatian masyarakat lebih ditujukan kepada masalah-masalah konsumsi dan
kesejahteraan masyarakat dalam arti luas, tidak lagi pada masalah produksi seperti
pada peridoe sebelumnya. Dengan kata lain pada tahap ini keseimbangan
perhatian masyarakat sudah beralih dari penawaran ke permintaan. Jumlah
barang-barang konsumsi yang dibutuhkan oleh masyarakat (konsumen) sudah
semakin banyak yang dapat dipenuhi. Konsumsi barang-barang konsumsi tahan
lama, seperti mobil, kulkas dan peralatan rumah tangga lainnya menjadi semakin
populer.
(c) Adanya migrasi ke pinggiran kota
(d) Suasana persaingan semakin tajam terutama dalam hal: (i) memperbesar
kekuasaan dan pengaruh ke luar negeri; (ii) menciptakan kemakmuran yang lebih
merata bagi penduduk, misalnya melalui penerapan sistem pajak progresif,
peningkatan jaminan sosial dan pengadaan fasilitas hiburan bagi para pekerja; dan
(iii)

Mempertinggi

tingkat

konsumsi

masyarakat.Kecenderungan

kepada

konsumsi besar-besaran barang-barang yang tahan lama (durable goods),
ketiadaan pengangguran dan peningkatan kesadaran akan jaminan sosial
membawa perekonomian kepada laju pertumbuhan penduduk yang semakin
tinggi.
Ada tiga kekuatan yang nampak cenderung meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dalam periode ini, yaitu: (i) Penerapan kebijaksanaan nasional untuk
meningkatkan kekuasaan dan pengaruh melampaui batas-batas nasional; (ii)
Keinginan untuk menjadi suatu negara kesehateraan (welfare state) dengan
pemerataan pendapatan nasional yang lebih adil melalui pajak progresif,
peningkatan jaminan sosial dan fasilitas hiburan bagi para pekerja; serta (iii)
14 Malayu S.P Haasibuan, Ekonomi pembangunan dan perekonomian indonesia 76

13

Keputusan untuk membangun pusat perdagangan dan sektor-sektor penting seperti
mobil, rumah murah dna berbagai peralatan rumah tangga yang menggunakan
listrik dan sebagainya.
Secara historis, Amerika Serikat adalah negara pertama (1920) yang
mencapai tahap kelima ini, diikuti oleh Inggris (1930-an), Jepang dan Eropa Barat
(1950-an).

2.2 Model Perubahan Struktural
Teori-teori perubahan struktural memusatkan perhatian pada mekanisme
yang sekiranya akan memungkinkan negara-negara yang masi terkebelakang
untuk mentransformasikan struktur perekonomian dalam negeri mereka dari pola
perekonomian pertanian subsisten tradisional yang hanya mampu mencukupi
keperluan sendiri ke perekonomian yang lebih modern, lebih berorientasi ke
kehidupan perkotaan, dan lebih bervariasi, serta memiliki sector industri
manufaktur dan sector-sektor jasa yang tangguh. Model perubahan struktural
tersebut dalam analisisnya menggunakan perangkat-perangkat neoklasik berupa
konsep-konsep harga dan alokasi sumber daya, serta metode ekonometrik untuk
menjelaskan terjadinya proses transpormasi. Aliran ini didukung oleh teori dari W.
Arthur Lewis dengan teorinya yaitu “surplus tenaga kerja dua sektor” (two sector
surplus labor) dan Hollis B. Chenery dengan analisa empirisnya tentang “Polapola Pembangunan” (patterns of development).15
2.2.1 Teori Pembangunan Lewis
a. Model Dasar
Salah satu model teoritis yaitu Transformasi Struktural yang mula-mula
urumuskan oleh W. Arthur Lewis kemudian diubah dan diformalkan oleh John Fei
dan Gustav Ranis. Model dua sektor Lewis pada intinya membahas proses
pembangunan di negara Dunia Ketiga yang mengalami kelebihan terjadinya
penawaran tenaga kerja selama akhir dekade 1960-an dan pada 1970-an.
15 Stephen C. Smith Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga (Jakarta : Erlangga 2005 ) 133

14

Menurut model pembangunan Lewis perekonomian yang terbelakang terdiri dari
dua sektor, yaitu:
1. Sektor tradisional yaitu sektor pedesaan subsisten yang kelebihan
penduduk dan ditandai dengan produktivitas marjinal tenaga kerja = 0,
merupakan suatu fakta bahwa sebagian tenaga kerja ditarik dari sektor
pertanian dan sektor tersebut tidak akan kehilangan outputnya sedikitpun16.
2. Sektor industri perkotaan modern yang tingkat produktivitasnya tinggi dan
menjadi tempat penampungan tenaga kerja yang ditransfer sedikit demi
sedikit dari sektor subsiste
Perhatian utama dari model ini diarahkan pada terjadinya proses pengalihan
tenaga kerja, serta pertumbuhan output dan peningkatan penyerapan tenaga kerja
di sektor yang modern. Lewis berasumsi bahwasanya tingkat upah didaerah
perkotaan sekurang-kurangnya harus 30% lebih tingi daripada pendapatan di
daerah-daerah pedesaan untuk memaksa para pekerja pindah dari desa asalnya ke
kota. Pada tingkat upah didaerah yang konstan, maka kurva penawaran tenaga
kerja pedesaan dianggap relative sempurna.
Lewis
Pertama,

mengemukakan
adanya

surplus

dua

asumsi

tenaga

perihal

kerja,

sektor

atau

MPLA

tradisional.
=

0

Kedua, semua pekerja didaerah pedesaan menghasilkan output yang sama
sehingga tingkat upah riil di daerah pedesaan ditentukan oleh produktivitas tenaga
kerja rata-rata bukan produktivitas tenaga kerja marjinal (seperti pada sektor
modern).
Rangkaian proses pertumbuhan berkesinambunga atas sektor modern dan
perluasan kesempatan kerja, diasumsikan akan terus berlangsung sampai semua
surplus tenaga kerja pedesaan diserap habis oleh sektor industry. Selanjutnya,
tenaga kerja tambahan yang berikutnya hanya dapat ditarik dari sektor pertanian
dengan biaya yang lebih tinggi karena hal tersebut pasti akan mengakibatkn
merosotnya produksi pangan. Hanya penurunan rasio tenaga kerj terhadap tanah
16 Micheal P. Todaro Pembangunan Ekonomi (Jakarta : Erlangga 2005 ) 134

15

secara drastis sajalah yang akan mampu membuat produk marjinal tenaga kerja
desa menjadi tidak sama dengan nol. Dengan demikian, tingkatr upah serta
kesempatan kerja disektor modern terus mengalami pertumbuhan, maka
kemiringan kurva penawaran tenaga kerja bernilai positif. Transformasi struktural
perekonomian itupun pada akhirnya pasti beralih dari perekonomian pertanian
tradisional yang berpusat didaerah pedesaan menjadi sebuah perekonomian
industri modern yang berorientasikan kopada pola kehidupan perkotaan.
b. Kritik terhadap model Lewis
1. Model ini secara implisit mengasumsikan bahwa tingkat pengalihan tenaga
kerja dan penciptaan kesempatan kerja disektor modern pasti sebanding
dengan tingkat akumulasi modal sektor modern. Semakin cepat tingkat
akumulasi modal, semakin tinggi tingkat pertumbuhan sektor modern dan
semakin cepat pula penciptaan lapangan kerja baru. Akan tetapi, apa yang
akan terjadi seandainya keuntungan para kapitalis tersebut justru
diinvestasikan kembali dalam bentuk barang-barang modal yang lebih
canggih dan lebih hemat tenaga kerja.17
2. Adanya dugaan bahwa dipedesaan terjadi kelebihan tenaga kerja,
sedangkan didaerah perkotaan terjadi penyerapan factor-faktor produksi
secara optimal (full employment). Akan tetapi, para ahli ekonomi
pembangunan pada saat ini, pada umumnya kelihatan telah sepakat bahwa
asumsi surplus tenaga kerja diperkotaan secara empiris lebih sahih
daripada asumsi sebaliknya yang dikemukaan oleh Lewis.18
3. Dugaan tentang pasar tenaga kerja yang kompetitif disektor modern akan
menjamin keberadaan upah riil diperkotaan yang konstan sampai pada
suatu titik dimana surplus penawaran tenaga kerja habis terpakai, tidak
dapat diterima. Penentuan tingkat upah pasar tenaga kerja pekotaan di
17 M.L. Jhingan, Ekonomi pembangunan dan perencanaan (Jakarta : PT. Raja Grafindo persada )
161
18 Stephen Smith Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga (Jakarta : Erlangga 2005 ) 137

16

hamper semua negara sedang berkembang adalah upah yang diberikan
cendrung meningkat sangat besar dari waktu ke waktu, baik secar absolute
maupun secara relatif, yakni apabila dibandingkan dengan rata-rata
pendapatan didaerah pedesaan. Kecendrungan tetap terjadi sekalipun ada
kenaikan tingkat pengangguran di sektor modern dan produktivitas
marjinal yang rendah atau nol di sektor pertanian. Factor-faktor
kelembagaan seperti halnya kekuatan tawawr menawar organisasi atau
serikat buruh, skala gaji pegawai negeri, dan praktek-praktek penerimaan
tenaga kerja oleh perusahaan-perusahaan multinasional cenderung untuk
menghapuskan atau meniadakan kekuatan-kekuatan kompetitif yang
terjadi dipasar tenaga kerja sektor modern dinegara-negara Dunia Ketiga.
4. Bahwa apabila kita memperhitungkan adanya bias penghematan tenaga
kerja pada sebagian besar ahli teknologi modern, adanya sejumlah pelarian
modal keluar negari, tidak adanya surplus tenaga kerja di daerah pedesaan,
semakin merajalelanya surplus tenaga kerja didaerah perkotaan, dan terus
bertambahnya kecendrungan peningkatan upah secara cepat di sektor
modern, bahkan juga ditengah terjadinya pengangguran terbuka, maka
model dua-sektor dari Lewis meskipun sangat berharga sebagai
penggambaran konsep awal proses pembangunan tentang interaksi
perubahan sektoral agaknya memang memerlukan serangkaian modifikasi
secara besar-besaran, baik itu dalam asumsi-asumsi maupun dalam
analisisnya agar benar-benar cocok dengan kenyataan-kenyataan yang ada
di negara-negara Dunia Ketiga.
Perubahan

Struktural

dan

Pola-pola

Pembangunan

Sama halnya dengan model yang disusun oleh Lewis, “analisa pola
pembangunan” juga memusatkan perhatian pada proses yang mengubah struktur
ekonomi, industri, dan kelembagaan secara bertahap pada suatu perekonomian
yang terbelakang, sehingga memungkinkan tampilnya industri-industri baru yang
menggantikan kedudukan sektor pertanian sebagai penggerak roda pembangunan.

17

Namun, berlainan dengan model Lewis dan pandangan duolisme tentang
pembangunan, pola atau teori ini menyatakan bahwa peningkatan tabungan dan
investasi merupakan syarat yang harus dipenuhi, akan tetapi tidak akan memadai
jika harus berdiri sendiri dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Pola ini juga
mensyaratkan bahwa selain akumilasi modal untuk mengadakan sumberdaya
fisikmaupun sumberdaya manusia, diperlukan juga suatu rangkaian perubahahan
yang saling berkaitan dalam struktur perekonomian negara bersangkutan demi
terselenggaranya transisi yang bersifat mendasar dari system ekonomi tradisional
ke system ekonomi modern. Perubaha-perubahan yang bersifat struktural ini
melibatkan seluruh fungsi ekonomi termasuk transformasi produksi dan
perubahan komposisi permintaan konsumen, perdagangan internasional dan
sumber daya, serta perubahan dalam factor-faktor sosioekonomi seperti proses
urbanisasi, pertumbuhan dan sebaran distribusi penduduk di negara yang
bersangkutan.

2.3 Pendekatan Pembangunan Berimbang
Yang dimaksud dengan ekonomi pembangunan seimbang adalah
pembangunan yang dilakukan secara merata diberbagai daerah, sehingga setiap
daerah mencapai tingkat kelanjutan pembangunan seimbang itu sebagai usaha
pembangunan yang menumpahkan perhatian yang seimbang terhadap sektor
industri maupun sektor pertanian19, sehinga kedua-dua sektor tersebut bukan saja
dapat berkembang dengan baik, tetapi juga saling mendorong perkembangan
lainnya.
Pada hakekatnya alasan utama yang menimbulkan perlunya pembangunan
seimbang adalah untuk menjaga agar pembangunan tersebut tidak menghadapi
hambatan hambatan dalam (i) memperoleh bahan mentah, tenaga ahli, sumber
tenaga ( air dan listrik ) (ii) memperoleh pasaran untuk barang barabg yang telah
dan yang akan diproduksikan. Dengan demikian pembangunan seimbang itu
19 M.L. Jhingan, Ekonomi pembangunan dan perencanaan (Jakarta : PT. Raja Grafindo persada )
182

18

dapatlah didefinisikan sebagai usaha pembnagunan yang berusahan mengatur
program penanaman modal secar sedemikian rupa, sehingga sepanjang proses
pembangunan tidak akan timbul hambatan hambatan yang bersumber dari
penawaran maupun permintaan.
2.3.1 Teori Pembangunan Seimbang : Pandangan Rosenstein-Rodan Dan
Nurkse
Teori pembnagunan seimbang terutama harus dikaitkan kepada pemikiran
Rosenstein-Rodan dan Nurkse .Istilah pembangunan seimbang diciptakan oleh
Nurkse, tetapi teori dikemukakan oleh Rosenstein-Rodan, yang menulis gagasan
untuk menciptakan program pembangunan di Eropa Selatan dan Tenggara dengan
mengadakan industrialisasi secara besar besaran20. Rosenstein-Rodan beranggapan
bahwa mengadakan industrialisasi didaerah yang kurang berkembang merupakan
cara untuk menciptakan pembahagian pendapan yang lebih merata di dunia dan
untuk meningkatkan pendapatan didaerah semacam itu dengan lebih cepat dari
pada didaerah yang lebih kaya.
Scitiovsky mengartikan pengertian ekonomi ekstern itu untuk sebagai jasa
jasa yang diperoleh dengan percuma oleh sesuatu industri dari satu atau beberapa
industri lainnya.Dengan demikian apabila suatu perusahanan memperoleh
ekonomi.
Menurut Rosenstein-Rodan, pembangunna industri secara besar besaran
akan menciptakan tiga macam ekonomi ekstern: yang diakibatkan oleh perluasan
pasar, karna industri yang sama letaknya berdekatan, dan karna adanya industri
lain dalam perekonomian tersebut.
Pendapatan Nurksetidak banyak berbeda dengan Rosenstein-Rodandalam
mengemukakan alasan tentang perlunya menjalankan program pembangunan
seimbang. Dalam analisanya tersebut ia menekankan bahwa penbangunan
ekonomi bukan saja menghadapi kesukaran dalam memperoleh modal yang
20 M.L. Jhingan, Ekonomi pembangunan dan perencanaan (Jakarta : PT. Raja Grafindo persada )
183

19

diperlukan, tetapi juga dalam mendapatkan pasaran untuk barang barang yang
dihasilkan oleh berbagai industri yang akan dikembangkan.
2.3.2 Teori Pembangunan Seimbang: Pandangan Scitovsky Dan Lewis
Dalam analisis yang khusus membahas mengenai ekonomi ekstern
Scitovsky menunjukan tentang terdapat dua konsep atau pengertian dari ekonomi
ekstern dan tentang manfaat yang terdapat dalam perekonomian. Mengenai hal
yang pertama, ia membedakan pengertian ekonomi ekstern kepada: (i) seperti
yang terdapat dalam teori keseimbangan (equilibrium theory) dan (ii) seperti yang
terdapat dalam teori pembangunan. Dalam teori keseimbangan, atau dalam teori
ekonomi konvensionil, ekonomi ekstern diartikan sebagai perbaikan efesiensi
yang terjadi pada suatu industri sebagai akibat

industri sebagai akibatdari

perbaikan teknologi yang diciptakan pada industri lain. Oleh Scitovsky ekonomi
eksternseperti ini dinamakan sebagai ekonomi ekstern teknologis ( technological
external economies). Di samping itu hubungan interdependensi di antara berbagai
industri dapat pula menciptakan ekonomi ekstern keuangan (pecuniary external
economies),yaitu kenaikan keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan yang
bersumber dari tindakan tindakan perusahaan lain.
Analisa Lewis dalam menunjukan tentang perlunya pembnagunan
seimbang ditekankan kepada menunjukan keuntungan yang akan di peroleh dari
terciptanya interdependensi yang efesian di antara berbagai sekto, yaitu di antara
sektor pertanian dan sektor industri, dan di antara sektor dalam negeri dan luar
negeri.menurut Lewis, banyak masalah akan timbul apabila usaha pembangunan
di antara berbagai sektor, berbagai corak ketidak setabilan dan gangguan terhadap
kelancaran kegiatan ekonomi akan timbol. Akhirnya ini akan memperlambat
peroses pembangunan.
Beberapa masalah yang akhirnya dapat menghambat proses pembangunan
ekonomi juga akan timbul apabila pembangunan ekonomi dipusatkan kepada
mengadakan industrialisasi dan mengabaikan pertanian. Masalah kekurangan
barang barang tersebut. Ini akan mendorong kepada berlakunya keadaan inflasi.

20

Di samping itu, masalah lain adalah kesulitan untuk menjual barang barang hasil
industri dengan menguntungkan kenaikan harga barang pertanian akan
mendorong kepada kenaikan upah di sektor minimum sedangkan hasil
hasilindustri tidak dapat dinaikan untuk menjaga agar pasaran tetap tersedia.
Selanjutnya Lewis menujukan pula tentang pentingnya pembangunan
seimbnag diantara sektor produksi yang menghasilkan barang barang untuk
keperluan dalam negeri sektor produksi yang menghasilkan barang barang
eksport.
Fungsi penting lain dari sektor eksport adalah untuk mengatasi masalah
terbatasnya pasar didalam negeri. Mengembangkan sektor eksport tindakan
menghadapi masalah yang serumit seperti di sektor pertanian dan industri yang
menghasilkan barang barang untuk keperluan dalam negeri. Perkembangan sektor
eksport akan mendorong perkembangan sektor dalam negeri karena: (i) beberapa
fasilitas yang digunakan untuk mempelancar kegiatan eksport

seperti

pengembangan sistem komunikasi, jaringan pengankutan dan fasilitas latihan atau
pendidikan dapat di gunakan oleh sektor dalam negeri dan (ii) dengan menarik
tenga kerja dari sektor dalam negeri, sektor eksport akan mendorong sektor dalam
negeri

untuk menciptakan inovasi yang bertujuan untuk meningkatkan

produktivitas. Eksport dapat pula memperlancar perkembnagan ekonomi karna ia
memungkinkan perkembangan import.
2.3.3 Thesis Usaha Minimum Kritis
Pandangan yang terkandung dalam thesis usaha minimum kritis dapat
dibedakan dalam tiga macam padangang.yang pertama, dan yang paling sederhana
merupakan perluasan dari teori Nelson mengenai perangkap tingkat keseimbangan
rendah yang telah di uraikan dalam Bab sembilan yang lalu.Dalam menjelaskan
mengenai teori Nelson tersebut telah digunakan tiga macam gambar; dan kedua
dua kurva dalam ganbar terakhir menunjukan hubungan diantara (i) tingkat
pertambahan pendudukan dengan pendapatan perkapita dan (ii) tingkat laju
pembangunan ekonomi dengan tingkat pendapatan perkapita.

21

Pengertian kedua dari thesis usaha minimum kritis dikemukakan
leibenstein.Thesis usaha minimum kritisnya lebih kompleks dari pada pengertian
pertama yang baru dijelaskan diatas.Leibenstein mendari bahwa faktor faktor
yang menghambat pembangunan ekonomi, dan yang menyebabkan sesuatu negara
yang tetap berada pada tingkat pembnagunan dan tingkat pendapatan perkapita
yang rendah. Dalam teorinya leibenstein membedakan faktor faktor yang
mempengaruhi lajunya pembnagunan ekonomi menjadi dua golongan: (i)
kekuatan kekuatan yang menaikan pendapatan perkapita ( per capita income
raising forces), (ii) kekuatan kekuatan yang menurunkan pendapatan perkapita.
Yang tercipta sebagai akibat dari adanya usaha usaha pembnagunan yang
terakhir adalah akibat dari usaha usaha untuk memperbaiki tingkat kesehatan
masyarakat. Usaha seperti ini akan mengurangi tingkat kematian dan dengan
demikian mempercepat lajunya tingkat pertambahan untuk mempertahankan
tingkat pendapatan perkapita harus menjadi bertambah tinggi.

2.3.4 Beberapa Kritik Terhadap Teori Pembangunan Seimbang
Khusus terhadap teori pembangunana seimbang seperti yang dikemukakan
oleh Rosentein-Rodan dan Nurkse, singer mengkritik pandangan yang
menekankan tentang perlunya menciptakan pembangunan yang serentak di
berbagai industri. pandangan ini dianggap oleh singer sebagai kebijaksanaanp
embangunan yang menekankan usaha pengembangan sektor industri secarabesar
besaran dan melupakan sektor pertaniaan. Cara pendekatan pembangunan
demikian dikritik oleh singer karena walaupun teori tersebut menyadari mengenai
corak struktur perekonomian negara negara bergembang, tetapi teori tersebut
mengabaikan implikasi yang ditimbulkan oleh struktur kegiatan ekonomi tersebut
terhadap pelaksaan program pembangunan seimbang di sektor industri.
Pendapat yang sama hakekatnya dengan pandangan singer yang baru
dikemukakan ini, yaitu yang mengemukakan kemampuan negara negara
berkembang untukmenyediakan sumber sumber daya untuk melaksanakan
22

program pembangunan seimbang, merupakan kecaman yang paling pentingyang
dikemukakan oleh Hirschman. Dalam kecamannya Hirschman antara lain
berpendapat bahwa di satu pihak teori pembangunan seimbang sangatmeragukan
kemampuan negara negara berkembang, tetapi dilain pihak mereka membuat
pengharapan pengharapan yang sama sekali tidak realitis mengenai daya kreatif
negara negara tersebut. teori pembangunan seimbang, menurut Hirschman,
mengabaikan kenyataan sejarah yang menunjukan bahwa secara perlahan kegiatan
industri modern telah mulai berkembang pada masa lalu, dan telah sanggup
menggantikan beberapa industri rumah tangga maupun menghasilkan barang
barang yang pada mulanya diimport.
Selanjutnya Hirschman menyatakan bahwa bersamaan dengan sikap yang
samgat meragukan kemampuan negara negara berkembang akan dapat
menyediakan tenaga ahli yang cukup, yang dalam waktu bersamaan sanggup
mendirikan berbagai industri, sehingga masing masing industri tersebut
mempunyai pasar yang cukupluas untuk hasil produksinya.21
Pembangunan seimbang lainnya juga mengakui bahwa perkembangan
berbagai industri secara serentak akan menciptakan ekonomi ekstern kepada
setiap industr,sehingga akan menciptakan efesiensi dan keuntungan yang lebih
tinggi kepada masing masing industri tersebut. Tetapi disamping itu Hirscma dan
Fleming mengemukankan pula kemungkinnan timbulnya diseknomian ekstern
dalam

pelaksanaan

pembangunan

seimbang.

Hirschman

menunujukkan

kemungkinnan tercitanya disekonomian ekstern di dalam kegiatan kegiatan
ekonomi yang sudah ada sebelum kebijaksanaan pembnagunan seimbang
dilaksanakan. Pembangunan seimbnag akan menghancurkan cara cara tradisional
dalam kehidupan masyarakat, dalam kegiatan produksi dan dalam cara cara
berkembnag masyarakat.
Hirschman dan Streeten, di samping itu mengemukakan kritis terhadap
teori pembangunan seimbang, mengemukakan pula tori pembangunan tidak
21 M.L. Jhingan, Ekonomi pembangunan dan perencanaan ed ke 3 (Jakarta : PT. Raja Grafindo
persada,2002 ) 237

23

seimbang adalah programpembnagunan yang lebih sesui untuk mempercepat
proses pembnagunan di negara negara berkembang. Apabila di telaah alasan
alasan yang dikemukan oleh kedua dua pengkritik teori pembangunan seimbang
tersebut, terutama Hirschman, pada hakekatnya gagasan untuk melaksanakan
pembnagunan seimbang di dasarkan kepada tiga pertimbangan, yaitu: (i) secar
historis membangunan ekonomi yang telah berlaku coraknya tidak seimbnag, (ii)
untuk mempertinggi efesiensi penggunaan sumber sumber daya yang tersedia, dan
(iii) pembangunan tidak seimbang akan menciptakan bottlenecks atau gangguan
gangguan dalm proses pembangunan, yang akan menjadi pendorong bagi
pembangunan selanjutnya.
Pembangunan tidak seimbang di anggap lebih sesuai untuk dilaksanakandi
negara negara berkembang karna negara negara tersebut menghadapi masalah
kekurangan sumber sumbur daya. Dengan melaksanakan program pembangunan
tidak seimbang, usaha pembangunan pada sesuatu waktu tertentu dipusatkan
kepada beberapa kegiatan yang akan mendapat mendorong penanaman
modalterpengaruh (induced investment) diberbagai kegiatan lain pada masa
berikutnya. Dengan demikian pada setiap tingkat pembangunan sumber sumber
daya yang sangat langka dapat digunakan dengan lebih efisien.
Akhirnya pemandangan mengenai perlunya melaksanakan program
pembangunan tidak seimbang didasarkan kepada keyakinan bahwa pembangunan
tidak seimbang akan menciptakan gangguan ganguan dan ketidak seimbangan
dalam kegiatan ekonomi. Keadaan itu akan menjadi galakan untuk melaksanakan
lebih banyak penanaman modal pada masa yang akan datang.
Padapat Scitovsky yang digunakan oleh Hirschman untuk menjelaskan
tentang pentingnya pembnagunan tidak seimbang adalah sebagai berikut.
keuntungan merupakan suatu tanda dari ketidakseimbangan; dan besarnya
keuntungan

merupakan

suatu

indeks

kasar

yang

menunjukan

tingkat

ketikseimbangan yang terjadi. Keuntungan dalam suatu industri akan mendorong

24

penanaman modal dalam industri tersebut, dan selanjutnya penanaman modal
yang dilakukan akan menghapuskan keuntungan.
2.4 Pendekatan Pembangunan Tak Berimbang
Teori pendapatan tak berimbang adalah lawan dari doktrin pertumbuhan
berimbang menurut konsep ini, invensi seyogyanya dilakukan pada sector yang
terpilih daripada secara serentak disemua sector ekonomi. Tidak ada satupun
Negara terbelakang yang mempunyai modal dan sumber lain dalam kuantitas
sedimikian besar untuk melakukan investasi secara serentak pada semua sector.
Oleh karena itu, investasi harus dilakukan pada beberapa sector atau industry yang
terpilih saja agar cepat berkembang dan hasil ekonominya dapat digunakan untuk
pembangunan sector lain. Dengan demikian perekonomian secara berangsur
bergerak dari lintasan pertumbuhan tak berimbang kearah pertumbuhan
berimbang.

Ahli

ekonomi

seperti

Singer,

Kindleberger,

dan

lain-lain

mengungkapkan pendapat mereka yang menukung doktrin pertumbuhan tak
berimbang.
Menurut Rostow, agar suatu ekonomi dapat melampaui tahap masyarakat
tradisional dan mencapai tingkat landas maka yang penting ia melakukan investasi
produktif 5% hingga 10% atau lebih ini hanya mungkin jika investasi dilakukan
pada 1 atau 2 sektor ekonomi utama saja. Hal ini akan mendorong perekonomian
industry-industri terkait .Doktrin ini lawan dari pertumbuhan berimbang,konsep
ini menyatakan investasi seyogyanya dilakukan disektor terpilih daripada serentak
di semua sektor ekonomi.
Hirschman berpendapat bahwa dengan sengaja tidak menyeimbangkan
perekonomian sesuai strategi yang telah dirangcang cara terbaik untuk capai
pertumbuhan di negara terbelakang dengan investasi pada industri atau sektor
perekonomian yang strategis akan hasilkan kesemaptan investasi baru dan buka
jalan bagi pembangunan ekonomi lebih lanjut.
Dalam praktek kebijakan pembangunan ekonomi bertujuan :

25

1. mencegah investasi convergent yang ambil ekonomi eksternal lebih banyak dari
yang diciptakannya
2. mendorong rangkaian investasi divergent yang ciptakan ekonomi eksternal
lebih besar dari yang diambilnya.
Melimpahkan perekonomian melalui (MOS) Modal Overhead Sosial yang
diartikan terdiri dari jasa atau pelayanan pokok tanpa kegiatan produksi
primer,sekunder,dan tersier yang tidak berfungsi,yang didalamnya termasuk
investasi di bidang pendidikan,kesehatan masyarakat,perhubungan,angkutan dan
bidang lain yang menyangkut hajat hidup orang banyak.
Hirschman anjurkan pendirian industri tahap akhir dahulu,dalam
indsutri,negara yang sedang berkembang tak perlu usahakan semua tahap
produksi secara serentak tapi dapat impor pabrik converting,assembling,dan
mixing bagi sentuhan terakhir produk yang hampir jadi.
Keterbatasan :
1. Kurang perhatian pada komposisi,arah dan saat pertumbuhan tidak
berimbang,Paul streeten kritik teori ini bahwa permasalahan pokonya
bukan takkeseimbangan perlu ciptakan atau tidak,ia tunjukan Hirschman
tidak menaruh perhatian cukup pada komposisi arah dan saat pertumbuhan
tak berimbang22
2. Abaikan perlawanan,Hirchsman abaikan reaksi lembaga-lembaga di negara
terbelakang
3. Diluar kemampuan negara terbelakang,kritik terhadap teori Nurkse juga
berlaku pada teorinya sendiri bahwa investasi ciptakan ketidakseimbangan
dengan demikian ciptakakn tekanan dan tegangan pada proses pertumbuhan
dapat diatasi melalui mekanisme perangsangan
4. Kekurangan fasilitas dasar,seperti dapatkan tenaga teknis,bahan mentah,dan
fasislitas dasar sperti tenaga dan pengangkutan.
22 M.L. Jhingan Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan ( Jakarta:Rjawali Pers 2002) Halaman
242.

26

5. Kekurangan mobilitas faktor,dinegara belakang sulit pindahkan sumber dari
satu sektor ke sektor lain
6. Timbulnya tekanan inflasi,jikas investasi dalam dosis besar dalam
perekonomian di bidang strategis pendapatan akan naik, cendrung
tingkatkan permintaan akan barang konsumen relatif pada penwarannya.
7. Dampak kaitan tidak didasarkan data,dampak kaitan lemah karna tidak
didasarkan data di negara terbelakang dimana fasilitas overhead sosial tak
dibangun selama satu generasi atau lebih
8. Terlalu banyak penekanan pada keputusan investasi,pengambilan keputusan
merupakan faktor penting dalam pembangunan ekonomi tapi negara
terbelakang tidak hanya perlukan keputusan investasi tapi juga keputusan
administratif.

2.5 Pendekatan Pembangunan Berimbang VS Pendekatan Pembangunan tak
Berimbang
Debat pembangunan pada 1940-an hingga 1960-an berkenaan dengan
konsep balanced growth versus unbalanced growth. Oleh para penganjurnya,
esensi dari konsep balanced growth adalah modal (capital) atau investasi harus
ditanamkan dalam “berbagai sektor” yang saling mendukung satu sama lain.
Ragnar Nurkse (1953) memandang strategi ini sebagai satu-satunya jalan untuk
melepaskan diri dari lingkaran setan kemiskinan. Tesis ini mendukung tesis big
push theory (Paul Rosenstein-Rodan), bahwa suatu strategi “gradualisme” akan
mengalami kegagalan. Perlu ada upaya untuk mengatasi inersia yang inheren
dalam ekonomi yang stagnan. Situasinya dianalogikan dengan sebuah mobil yang
macet di tengah salju: mobil itu tidak akan bergerak dengan sedikit dorongan
perlahan-lahan ia memerlukan suatu dorongan yang kuat (a big push).

Menurut teori unbalanced growth (Albert O. Hirschman, 1958), investasi
hanya ditanam dalam sektor strategis tertentu yang merupakan leading sector, dan
ini akan menciptakan peluang investasi lebih lanjut. Ini merupakan jalan terbaik
27

untuk pertumbuhan ekonomi. Menurutnya, tesis the big push terlalu gloomy bagi
LDCs: mereka tidak memiliki keahlian untuk melakukan suatu upaya yang masif.
Kekurangan utama dalam negara terbelakang (LDC) tidak terletak pada
suplai tabungan, tetapi keputusan untuk berinvestasi oleh para entrepreneurs dan
pembuat keputusan. Kemampuan untuk berinvestasi tergantung pada jumlah dan
keberadaan

investasi

.Hirschman

percaya

bahwa

negara-negara

miskin

memerlukan suatu strategi pembangunan yang mendorong keputusan investasi.
Ia menyatakan bahwa karena risorsis dan kemampuan terbatas, tesis big
push lebih masuk akal jika diterapkan secara strategik dalam industri tertentu.
Pertumbuhan kemudian akan menyebar dari satu sektor ke sektor lainnya.

2.6 Teori Klasik Pembangunan Ekonomi
Teori

pertumbuhan

ekonomi

mempunyai

keelokan

yang

dingin,kesederhanaan yang terpuji, kerapihan setiap lembar rambut di tempatnya.
Teori-teori

pembangunan

ekonomi

tidak

mempunyai

sebab

adanya

keanekaragaman manusia dan situasi-situasi nasional, karakter beberapa fakta
pembangunan yang sulit ditangkap, dan kepentingan yang diberikan oleh para ahli
toritis itu sendiri, teori pembangunan dapat terpencar-pencar, tidak disiplin, sama
dengan kemiskinan masa yang mereka selidiki untuk dijelaskan. 23
Sebagai sebuah proses, pembangunan ekonomi melibatan beberapa
perubahan di dalam komposisi berbagai keluaran dan masukan dari suatu
ekonomi. Perubahan-perubahan ini sebaliknya membentuk bagian dari focus
pembangunan pada perbaikan keseluruhan di dalam kondisi manusia menjadi
miskin secara mayoritas. Maksut pembangunan adalah peleburan menjadi
berbagai harapan yang produktif dan satu yang memnuhi kegiatan semua orang
yang ingin berperan serta-umumnya penduduk dewasa. Kegiatan yang produktif
ini ber