Ilmu Sosial dan Budaya Dasar Dinamika da

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia telah banyak menganut sistem pemerintahan pada awalnya.
Namun, dari semua sistem pemerintahan, yang bertahan mulai dari era reformasi
1998 sampai saat ini adalah sistem pemerintahan demokrasi. Meskipun masih
terdapat beberapa kekurangan dan tantangan disana sini. Sebagian kelompok
merasa merdeka dengan diberlakukannya sistem domokrasi di Indonesia. Artinya,
kebebasan pers sudah menempati ruang yang sebebas-bebasnya sehingga setiap
orang berhak menyampaikan pendapat dan aspirasinya masing-masing.
Demokrasi merupakan salah satu bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan
suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat atau negara yang
dijalankan oleh pemerintah. Semua warga negara memiliki hak yang setara dalam
pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi
mengizinkan warga negara berpartisipasi baik secara langsung atau melalui
perwakilan dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum.
Demokrasi

mencakup

kondisi


social,

ekonomi,

dan

budaya

yang

memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara.
Demokrasi Indonesia dipandang perlu dan sesuai dengan pribadi bangsa
Indonesia. Selain itu yang melatar belakangi pemakaian sistem demokrasi di
Indonesia. Hal itu bisa kita temukan dari banyaknya agama yang masuk dan
berkembang di Indonesia, selain itu banyaknya suku, budaya dan bahasa,
kesemuanya merupakan karunia Tuhan yang patut kita syukuri.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diketahui rumusan masalah
sebagai berikut.

1. Apa yang dimaksud dengan demokrasi?
2. Bagaimana sejarah demokrasi di Indonesia?

1

3. Apasajakah ciri-ciri demokrasi?
4. Apa saja jenis-jenis dan prinsip demokrasi di Indonesia?
5. Bagaimana perkembangan serta pelaksanaan demokrasi di Indonesia?
C. Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka dapat diketahui tujuan dari
pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan demokrasi.
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan demokrasi.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri demokrasi.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis dan prinsip demokrasi di Indonesia.
5. Untuk mengetahui perkembangan serta pelaksanaan demokrasi di
Indonesia.
6. Untuk

memenuhi


salah

satu

tugas

mata

kuliah

Pendidikan

Kewarganegaraan.
7. Sebagai sarana atau media pembelajaran bagi mahasiswa pada umumnya.
D. Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah agar dapat dimanfaatkan sebaik
mungkin sehingga dapat memenuhi tugas pendidikan kewarganegaraan yang
diberikan dan sebagai sarana media pembelajaran serta menambah wawasan
pengetahuan.


2

BAB II
ISI
1. Beberapa Konsep Mengenai Demokrasi
Demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yaitu demos yang berarti rakyat
dan kratos/kratein yang berarti kekuasaan. Sehingga demokrasi bermakna
kekuasaan yang berada di tangan rakyat.Setelah Perang Dunia II, demokrasi
menjadi dasar bagi kebanyakan negara-negara di dunia.
Terdapat dua aliran demokrasi yang paling penting, yaitu demokrasi
konstitusional dan komunisme.Pada perkembangannya, aliran demokrasi
konstitusional kemudian didukung oleh negara-negara di Asia seperti India,
Pakistan, Filipina dan Indonesia.Sedangkan China dan Korea Utara
mendasarkan diri atas asas-asas komunisme.
Demokrasi yang dianut oleh masyarakat Indonesia saat ini adalah
demokrasi Pancasila.Namun nilai-nilai pokok demokrasi konstitusional
ternyata

tersirat


dalam

Undang-Undang

Dasar

1945

yang

belum

diamandemen.Sedangkan pada masa Demokrasi Terpimpin, kehidupan politik
Indonesia banyak terpengaruh konsep-konsep komunisme yang dibawa oleh
PKI.
Perbedaan yang mendasar antara demokrasi konstitusional dengan
komunisme adalah dalam hal pembatasan kekuasaan.Demokrasi konstitusional
mencita-citakan pemerintah yang terbatas kekuasaannya dan tunduk pada
hokum-hukum sedangkan komunisme mencita-citakan pemerintah yang

kekuasaannya tidak dibatasi dan bersifat totaliter.
2. Demokrasi Konstitusional
Ciri khas dari demokrasi konstitusional adalah pemerintah yang terbatas
kekuasaannya dan tidak dibenarkan bertindak sewenang-wenang terhadap
warga negaranya.Gagasan pembatasan kekuasaan pemerintah dirumuskan oleh
Lord Acton yang berbunyi : “Manusia yang mempunyai kekuasaan cenderung
untuk menyalahgunakan kekuasaan itu tetapi manusia yang mempunyai
3

kekuasaan tak terbatas pasti akan menyalahgunakannya secara tak terbatas
pula.
Pembatasan

kekuasaan

diselenggarakan

dengan

suatu


konstitusi

tertulis.Kekuasaan dibagi sedemikian rupa sehingga kekuasaan pemerintah
tidak terpusat pada satu orang atau badan. Perumusan yuridis ini dikenal
dengan istilah Negara Hukum (Rechtsstaat) dan Rule of Law.Dalam demokrasi
konstitusional, hak-hak asasi manusia dianggap paling penting dan pemerintah
hanya bertindak sebagai ‘penjaga malam.’Demokrasi pada abad ke-20 tidak
lagi membatasi diri pada aspek politik saja melainkan meluas mencakup segisegi ekonomi sehingga sering disebut sebagai demokrasi ekonomi.
3. Sejarah Perkembangan
Pada permulaan pertumbuhannya demokrasi telah mencakup beberapa
asas dan nilai yang diwariskan kepadanya dari massa yang lampau,yaitu
gagasan mengenai kebebasan beragama yang di hasilkan oleh aliran
Reformasi serta perang-perang yang menyusulnya.
Sistem demokrasi yang terdapat di negara (city-state) Yunani kuno abad
ke-6 sampai abad ke-3 S.M. merupakan demokrasi langsung (direct
democracy) yaitu suatu bentuk pemerintahan dimana hak untuk membuat
keputusan-keputusan politik dijalankan secara langsung oleh seluruh warga
negara yang bertindak berdasarkan prosedur mayoritas. Sifat langusung dari
demokrasi yunani dapat diselenggarakan secara efektif karena berlangsung

dalam kondisi yang sederhana. Wilayahnya terbatas (negara terdiri dari kota
dan daerah sekitarnya) serta jumlah penduduk sedikit (300.000 penduduk
dalam suatu negara-kota).
Dalam negara modern demokrasi tidak lagi bersifat langsung tetapi
merupakan demokrasi berdasarkan perwakilan (representative democracy).
Gagasan Yunani boleh dikatakan hilang dari muka dunia barat waktu bangsa
romawi,yang sedikit banyak masih kenal kebudayaan Yunani,dikalahkan oleh
suku bangsa Eropa barat dan benua Eropa memasuki abad pertengahan (6001400). Masyarakat abad petengahan diciptakan oleh struktur sosial yang

4

feodal hubungan antara vossal dan legens. Yang kehidupan sosial serta
spiritualnya dikuasai oleh paus dan pejabat-pejabat agama lainnya yang
kehidupan politiknya ditandai oleh perebutan kekuasaan antara para
bangsawan satu sama lain.
Dilihat

dari

sudut


perkembangan

demokrasi

abad

pertengahan

menghasilkan suatu dokumen yang penting yaitu Magna Charta (piagam
besar) (1215). Mogna Charta merupakan semi kontrak antara beberapa
bangsawan dan Raja John dari inggris dimana untuk pertama kali seorang raja
yang berkuasa mengikatkan diri untuk mengetahui dan menjamin beberapa
hak dan prileges dari bawahnya sebagai imbalan untuk penyerahan dana bagi
keperluan perang dan sebagainya.
Sebelum abad pertengahan berakhir dan Pada permulaan abad ke-16 di
Eropa Barat muncul negara-negara nasional (national state) dalam bentuk
yang modern.
Renaissance adalah


aliran yang menghidupkan kembali minat kepada

kesustraan dan kebudayaan Yunani Kuno yang selama Abad Pertengahan telah
disisihkan. Reformasi serta perang-perang agama yang menyusul akhirnya
menyebabkan manusia berhasil melepaskan diri dari penguasaan Gereja,baik
di bidang spritual dalam bentuk dogma,maupun di bidang sosial dan politik.
Hasil dari pergumulan ini ialah timbulnya gagasan mengenai perlunya ada
kebebasan beragama serta ada garis pemisah yang tegas antara soal-soal
agama dan soal-soal keduniawian,khususnya di bidang permerintahan.
Pemisahan antara Gereja dan Negara.
Monarki-monarki absolut ini telah muncul dalam masa 1500-1700,sesudah
berakhirnya Abad pertengahan. Pendobrakan terhadap kedudukan raja-raja
absolut ini didasarkan atas suatu teori rasionalistis yang umumnya dikenal
sebagai sosial contract (kontrak sosial). Teori kontra sosial beranggapan
bahwa hubungan antara raja dan rakyat didasari oleh suatu kontrak yang
ketentuan-ketentuannya mengikat kedua pihak.
Pada dasarnya teori-teori kontrak sosial merupakan usaha untuk
mendobrak dasar dari pemerintahan absolut menetapkan hak-hak politik

5


rakyat. Ide-ide bahwa manusia mempunyai hak-hak politik menimbulkan
Revolusi Prancis pada akhir abad ke-18,serta Revolusi Amerika melawan
Inggris. Sebagai akibat dari pergolakan tersebut,maka pada akhir abad ke-19
gagasan mengenai demokrasi mendapat wujud yang konkret sebagai program
dan sistem politik. Demokrasi pada tahap ini semata-mata bersifat politis dan
mendasarkan dirinya atas asas-asas kemerdekakaan individu,kesamaan
hak(equal rights) serta hak pilih untuk semua warga negara (universal
suffage).
4. Demokrasi Konstitusional Abad ke-19 : Negara Hukum Klasik
Sebagai akibat keinginan untuk menyelenggarakan hak-hak Politik secara
efektif timbul gagasan bahwa cara yang terbaik untuk mengatasi kekuasan
pemerintah ialah dengan suatu konstitusi. Konstitusi itu menjamin hak-hak
politik dan menyelenggarakan pembagian kekuasaan negara sedemikian rupa
sehingga kekuasaan eksekutif diimbangi oleh kekuasaan parlemen dan
lembaga-lembaga hukum. Gagasan ini dinamakan Konstitusionalisme
(Constitutionalism) sedangkan negara yang menganut gagasan ini dinamakan
Constitutional State atau Rechtsstaat.
Menurut Carl J Friendrich Konstitusionalisme adalah gagasan bahwa
pemerintah merupakan“Suatu aktivitas yang diselenggarakan atas nama rakyat
yang tetap tunduk kepada beberapa pembatasan yang dimaksud untuk
memberi jaminan bahwa kekuasaan yang diperlukan untuk pemerintahan itu
tidak dipergunakan oleh mereka untuk memerintah.”
Konstitusionalisme undang –undang dasar dipandang sebagai suatu
lembaga yang mempunyai fungsi khusus, yaitu menentukan dan membatasi
kekuasaan pemerintah di satu pihak, dan di pihak lain menjamin hak-hak asasi
warga negaranya.
Pada abad ke-19 dan permulaan abad ke-20 gagasan mengenai perlunya
pembatasan kekuasaan mendapatkan perumusan yuridis. Ahli-ahli hukum
Eropa Barat Konstinental seperti Immanuel Kant (1724-1804) dan friendrich

6

Jurlius Stahl memakai istilah Rechtsstaat ,sedangkan ahli Anglo Saxon seperti
A.V. Dicey memakai istilah Rule Of Law.
Oleh Stahl disebut empat unsur Rechtsstaat dalam arti klasik yaitu:
a. Hak-hak manusia.
b. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu di
negara- negara Eropa Konstinental biasa disebut Trias Politikal.
c. Pemerintah

berdasarkan

peraturan-peraturan

(wetmatigheld

van

bestuur).
d. Peradilan administrasi dalam perselisihan.
Unsur- unsur Rule Of Law dalam arti klasik, seperti yang dikemukakan
oleh A.V. Dicey dalam introduction to the Law of the Constitution mencakup:
a. Supremasi aturan-aturan hukum (supremacy of the law) tidak ada
kekuasaan sewenang-wenang (absence of abitrary power), dalam arti
bahwa seseorang boleh dihukum kalau melanggar hukum.
b. Kedudukan yang sama dalam menghadapi hukum (equality before the
law), dalil ini berlaku baik untuk orang biasa maupun untuk seorang
pejabat.
c. Terjaminnya hak-hak manusia oleh undang-undang (di negara lain oleh
undang undang dasar), serta keputusan-keputusan pengadilan.
Perumusan itu dirumuskan dalam suasana yang masih dikuasai oleh
gagasan bahwa negara dan pemerintahan hendaknya tidak campur tangan
dalam urusan warga negaranya, kecuali dalam hal yang menyangkut
kepentingan umum,Seperti misalnya bencana alam, hubungan luar negeri dan
pertahanan negara. Aliran pikiran ini disebut Riberalisme dan dirumuskan
dalam dalil pemerintahan yang paling sedikit adalah yang paling baik (The
least government is the best government), atau dengan istilah belanda
staatsonthoudingnegara dalam pandangan ini dianggap sebagai negara
Penjaga Malam (Nachtwachterstaat) yang sangat sempit ruang geraknya,
tidak hanya di bidang politik, tetapi terutama di bidang ekonomi. Kegiatan di
bidang ekonomi dikuasai oleh dalil lalssez faire, lalssez passez, yang berarti
bahwa kalau manusia dibiarkan mengurus kepentingan ekonominya masing-

7

masing maka dengan sendirinya keadaan ekonmi seluruh negara sehat. Negara
hanya mempunyai tugas pasif yakni baru bertindak apabila hak-hak manusia
dilanggar atau ketertiban dan keamanan umum terancam. Konsepsi negara
hukum tersebut adalah sempit maka dari itu sering disebut “Negara Hukum
Klasik.”
5. Demokrasi Konstitusional Abad Ke-20 : Rule of Law yang Dinamis
Pada permulaan abad ke-20, gagasan mengenai perlunya pembatasan
mendapat perumusan yang yuridis. Ahli hukum Eropa Barat Kontinental
seperti Immanuel Kant (1724-1804) dan Friedrich Julius Stahl memakai istilah
Rechtsstaat, sedangkan ahli Anglo Saxon seperti A.V Dicey memakai istilah
rule of law.
Ada 4 unsur Rechtsstaat dalam arti klasik menurut Stahl :
a. Hak-hak manusia
b. Pembagian

kekuasaan

untuk

menjamin

hak-hak

itu

(di

negara

EropaKontinental disebut Trias Politica)
c. Pemerintah berdasarkan peraturan-peraturan
d. Peradilan administrasi dalam perselisihan
Unsur-unsur Rule of Law dalam arti klasik yang dikemukakan oleh A.V
Dicey dalam Introduction to the Law the Constitusion mencakup :
a. Supremasi aturan hukum (tidak adanya kekuasaan sewenang-wenang
dalam arti seseorang hanya boleh dihukum jika melanggar hukum).
b. Kedudukan yang sama dalam menghadapi hukum (bberlaku bagi orang
biasa atau pejabat).
c. Terjaminya hak manusia dalam UU serta keputusan pengadilan.
Dalam abad ke-20 terjadi perubahan sosial dan ekonomi yang besar yang
disebabkan

beberapa

faktor,

yaitu

banyaknya

kecaman

terhadap

industrialisasi dan sistem kapitalis, tersebarnya paham sosialisme yang
menginginkan pembagian kekayaan secara merata serta kemenangan dari
beberapa partai sosialis di Eropa (Swedia, Norwegia dan pengaruh aliran

8

ekonomi yang dipelopori ahli ekonomi Inggris John M. Keynes 18831946).
Syarat-syarat terselenggaranya pemerintah yang demokratis di bawah Rule of
Law adalah :
a. Perlindungan konstitusionil (menjamin hak individu dan menentukan
cara memperoleh perlindungan hak yang dijamin)
b. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak
c. Pemilihan umum yang bebas
d. Kebebasan menyatakan pendapat
e. Kebebasan berserikat/berorganisasi
f. Pendidikan kewarganegaraan
Henry B.

Mayo

dalam

buku

Introduction

to

Democratic Theory

mendefinisikan sistem politik yang demokratis ialah kebijaksanaan umum
ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil yang diawasi secara efektif oleh
rakyat dalam pemilihan berkala yang didasarkan prinsip kesamaan politik dan
suasana terjaminnya kebebasan politik. Beberapa nilai demokrasi yang
dirumuskan oleh Henry B. Mayo :
a. Menyelesaikan perselisihan secara damai dan melembaga
b. Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam masyarakat
yang sedang berubah.
c. Menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur.
d. Membatasi pemakaian kekerasan.
e. Mengakui adanya keanekaragaman.
f. Menjamin tegaknya keadilan.
Untuk melaksanakan nilai demokrasi perlu diselenggarakan beberapa
lembaga, yaitu :
a. Pemerintahan yang bertanggung jawab.
b. Suatu DPR yang mewakili golongan.
c. Suatu organisasi politik yang mencakup partai-partai politik.
d. Pers dan media massa yang bebas menyatakan pendapat.

9

e. Sistem peradilan yang menjamin hak dan keadilan.
Pada abad ke-20,terutama sesudah PD II telah terjadi perubahan-perubahan
sosial dan ekonomi yang sangat besar. Perubahan-perubahan ini disebabkan
oleh banyaknya kecaman terhadap ekses-ekses dalam industrialisasi dan sistim
kapitalis. Tesebarnya faham sosialisme yang menginginkan pembagian
kekayaan secara merata serta kemenangan dari beberapa partai sosialis.
Gagasan bahwa pemerintah dilarang campur tangan dalam urusan warga
negara baik di bidang sosial maupun di bidang ekonomi (staatas-onthounding
dan laissez faire) lambat laun berubah menjadi gagasan bahwa pemerintah
bertanggungjawab atas kesejahteraan rakyat dan karennya harus aktif
mengatur kehidupan ekonomi dan sosial.
Sesuai dengan perubahan dalam jalan pikiran ini perumusan yuridis mengenai
negara hukum klasik dalam abad ke-19 juga ditinjau kembali dan dirumuskan
kembali sesuai dengan tuntutan abad ke-20, terutama sesudah PD II.
International Commission of Jurists yang merupakan suatu organisasi ahli
hukum internasional sangat memperluas konsep mengenai Rule of Law,dan
menekankan apa yang dinamakannya "the dynamic aspects of the Rule of Law
in the modern age". International Commission of Jurists juga mengharuskan
bahwa di samping hak-hak politik juga hak-hak sosial dan ekonomi harus
diakui dan dipelihara, dalam arti bahwa harus dibentuk standar-standar dasar
sosial dan ekonomi.
Prasyarat dasar terselenggaranya pemerintah yang demokratis di bawah Rule
of Law :
(1) Perlindungan konstitusionil
(2) Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak/independent an impartial
tribunals,
(3) Pemilihan umum yang bebas,
(4) Kebebasan untuk menyatakan pendapat,
(5)Kebebasan untuk berserikat/berorganisasi dan beroposisi
(6) Pendidikan kewarganegaraan/civic education.

10

Jelaslah bahwa konsep dinamis mengenai Rule of Law dibanding dengan
perumusan abad ke-19 sudah jauh berbeda. Kecenderungan dari fihak
eksekutif untuk menyelenggarakan tugas yang jauh lebih banyak dan intensif
daripada dulu dalam masa Nachtwachterstaat telah diakui keperluannya.
Menurut International Commission of Jurists perumusan yang paling umum
mengenai sistim politik yang demokratis adalah suatu bentuk pemerintahan
dimana hak untuk membuat keputusan-keputusan politik diselenggarakan oleh
warga negara melalui wakil-wakil yang dipilih oleh mereka dan yang
bertanggungjawab kepada mereka melalui suatu proses pemilihan yang bebas,
ini dinamakan demokrasi berdasarkan perwakilan."
Sistim politik yang demokratis ialah dimana kebijaksanaan umum ditentukan
atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat
dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan
politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.
Dibawah ini beberapa nilai yang dirumuskan oleh Henry B. Mayo :
1. Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara melembaga
2. Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu
masyarakat yang sedang berubah.
3. Menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur.
4.
5.

Membatasi pemakaian kekerasan sampai minimum.
Mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragaman
(diversity) dalam masyarakat yang tercermin dalam keanekaragaman
pendapat,kepentingan serta tingkah laku.

6.

Menjamin tegaknya keadilan.
a. Pemerintahan yang bertanggungjawab
b. Suatu dewan perwakilan rakyat yang memiliki kepentingankepentingan dalam masyarakat dan yang dipilih dengan pemilu
yang bebas dan rahasia dan atas dasar sekurang-kurangnyanya dua
calon untuk setiap kursi.
c. Suatu organisasi politik yang mencakup satu atau lebih parpol
(sistim dwi-partai, multi-partai).

11

d. Pers dan media massa yang bebas untuk menyatakan pendapat.
e. Sistim peradilan yang bbs untuk menjamin hak-hak azasi dan
mempertahankan keadilan.
6. Perkembangan Demokrasi di Asia : Pakistan dan Indonesia
a. Paksitan
Ketika lahir pada tahun 1947 Pakistan terdiri atas dua bangian, Pakistan
Barat dan Pakistan Timur yang satu sama lain terikat karena persamaan agama
yaitu agama Islam. Tetapi kedua bagian terpisah secara geografis oleh wilayah
India sepanjang 1.600 km dan juga berbeda dalam hal kebudayaan, bahasa,
tingkat pendidikan dan sebagiannya. Pakistan Barat lenih pesat kemajuan
ekonominya sehingga Pakistan Timur merasa dianaktirikan di semua bidang.
Meninggalnya kedua pelopor kemerdekaan Mohammad Ali Jinnah dan
Liaquat Ali Khan sangat memengaruhi perkembangan politik selanjutnta.
Dengan demikian Pakistan mengalami krisis kepemimpinan dan keadaan
instabilitas politik.
Hali ini terasa waktu menghadapi masalah penyusunan undang-undang
dasa. Baru pada tahun 1956, sesudah konstituante yang dilantik pada tahun
1947 dibubarkan dan diganti oleh konstituante baru, sutau undang-undang
dasar dapat diterima dengan baik. Tetapi hal ini pun tidak dapat mengakhiri
instabilitas politik, sehingga pada tahun 1958 tentara turun tangan dengan
membatalkan

Undang-Undang

Dasar

1956

yang

berdasarkan

sistem

parlementer dan membubarkan kabinet, dewan perwakilan rakyat baik pusat
maupun di kedua provinsi, serta parta-partai politik. Jendral Ayub Khan
mengambil alih pimpinan negara sebagai presiden revolusioner dengan suatu
kabinet presidensial. Pada tahun 1960 diadakan referendum, dimana Ayub
Khan dipilih sebagai presiden dengan diberi tugas untuk menyusun undangundang dasar baru.
Presiden Ayub Khan berpendapat bahwa sistem parlementer kurang cocok
untuk Pakistan. Karena itu ia menganggap struktur perlu dirombak dan diganti
dengan suatu sistem yang memenuhi beberapa syarat:

12

1) Mudah dimengerti oleh rakyat yang buta huruf dan hidup di daerah
pedesaan.
2) Memberi kesempatan kepada semua rakyat termasuk lapisan yang
paling bawah utnuk secara aktif memikirkan serta memutuskan masalah
sosial dan politik yang menyangkut daerahnya sendiri di dalam batasbatas kemampuannya. Dengan demikian ia dapat menghindarkan diri
dari

pengaruh

pemimpin-pemimpin

partai.

Soal-soal

nasional

dipercayakan kepada seorang presiden untuk diselesaikan.
3) Menyusun pemerintah yang kokoh yang tidak diombang-ambingkan
oleh dewan perwakilan rakyat.
Gagasan Ayub Khan dituang dalam suatu undang-undang dasar yang mulai
berlaku bulan Juni 1962 dan dinamakan Demokrasi Dasar (Basic Democracy).
Pakistan dibagi dalam 80.000 distrik pemilihan kecil (40.000 di Pakistan Barat
dan 40.000 di Pakistan Timur) yang hanya mencakup kira kira 1000 penduduk.
Dengan demikian setiap orang dapat memilih seorang kepercayaan sebagai
wakil distriknya 80.000 wakil distrik ini yang dinamakan basic democrat,
bertindak sebagai pemilih dalam suatu majelis pemilihan (electoral college)
yang mempunyai wewenang untuk pemilihan presiden kira-kira 150 anggota
dewan perwakilan rakyat
Presiden ditetapkan sebagai kepala eksekutif yang tidak da[at dijatuhkan
oleh dewan perwakilan rakyat selama masa jabatan 5 tahun. Presiden
mempunyai wewenang untuk memveto rancangan undang-undang yang telah
diterima oleh dewan perwakilan rakyat dan mempunyai wewenang untuk
membubarkan dewan perwakilan rakyat. Dengan demikian kekuasaan presiden
di Pakistan sangat luas.
Sesudah terjadi kerusuhan, maka pada tahun 1968 Presiden Ayub Khan
menyerahkan kekuasaan kepada Jendral Yahya Khan. Presiden baru menjajikan
akan menghidupkan kembali sistem parlementer dan mengadakan pemilihan
umum akhir tahun 1970. Akhirnya pada tahun 1971 terjadi perpecahan
sehingga Pakistan menjasdi dua negara, yakni Pakistan dan Bangladesh.

13

Perubahan dari sistem presidensial ke sistem parlementer mewarnai
perkembangan demokrasi di Pakistanpersiden bertindak sebagai kepala negara
sedangkan perdana menteri menjalankan pemerintahan. Namun, konsep dasar
tersebut dalam pelaksanaannya di Pakistan sering terjadi peyimpangan,
terutama karena adanya kudeta militer atau kembalinya pemerintahan sipil.
Presiden dapat menurunkan perdana mentri yang berkuasa dengan
membubarkan National assembly dan meminta diselenggarakannya pemilihan
umu baru (reserve power).
Zulfiqar Ali Bhurtto yang menjad Presiden tahun 1971 turun dari kursi
kepresidenan dan menjadi Perdana Mentri sebagaimana diamanatkan oleh
UUD tahun 1973 yang mengubah sistem presidensial menjadi sistem
presidensial.
Tahun 1978, PM Zulfiqar Ali Bhurtto digulingkan oleh Jendral Muhammad
Zia-ul-Haq yamng kemudian mengumumkan dirinya sebagai presiden. Mulai
tahun 1978 hingga 1988 Pakistan kembali menganut sistem parlementer.
Setelah kematian Presidan Zia tahun 1988 Pakistan kembali ke sistem
parlementer. Benzir Bhurtto, anak dari Zulfikar Ali Bhurtto, terpilih menjadi
perdana menteri perempuan pertama yang dipilih secara demokratis dalam
sebuah negara Islam.
Sejak tahun

1990 terjadi ketidakstabilan politik di Pakistan di mana

presiden dan perdana menteri berkonflik. Perubahan dari sistem parlementer ke
sistem presidensial terjadi lagi ketika Jendral Pervez Musharraf pada tanggal
12 Oktober 1999 melakukan kudeta menggulingkan Perdana Menteri Nawaz
Sharif.
Atas perintah Mahkamah Agung, Jenderal Musharraf harus mengadakan
pemilihan umum selambat-lambatnya tanggal 12 Oktober 2002. Sebelum
pemilihan umum itu berlangsung, Jenderal Musharraf mengadakan referendum
pada tangga 30 April 2002 untuk melihat kemungkinan dirinya memperpanjang
masa jabatannya setelah pemilu Oktober 2002. Tetapi, referendum ini diboikot
oleh kebanyakan kelompok politik, sehingga jumlah pesertanya hanya 30%
atau mungkin lebih rendah menurut perkiraan umum. Meskipun begitu,

14

Musharraf melalui partai bentukannya Partai Pakistan Muslim league Quaid ezam (PML-Q) memenangkan pemilu yang diadakan pada Oktober 2002 dan
partai yang baru dibentuk tersebut memenangkan kursi parlemen.
b. Indonesia
Perkembangan demokrasi di Indonesia telah mengalami pasang surut,
selama 25 tahun berdirinya Republik Indonesia ternyata masalah pokok yang
kita hadapi ialah bagaimana dalam masyarakat yang beraneka ragam pola
budayanya mempertinggi tingkat kehidupan ekonomi di samping membina
suatu kehidupan sosial dan politik yang demokratis.
Sudut perkembangan demokrasi sejarah Indonesia dapat di bagi dalam
empat masa,yaitu:
a. Masa Republik Indonesia I (1945-1959), yaitu masa demokrasi
(konstitusional) yang menonjolkan peranan parlemen serta partai-partai
dan yang karena itu dapat dinamakan demokrasi parlementer.
b. Masa Republik Indonesia II (1959-1965), yaitu masa demokrasi
terpimpin yang dalam banyak aspek telah menyimpang dari demokrasi
konstitusional

yang

secara

formal

merupakan

landasannya,dan

menunjukkan beberapa aspek demokrasi rakyat.
c. Masa Republik Indonesia III(1965-1998), yaitu masa demokrasi
pancasila yang merupakan demokrasi konstitusional yang menonjolkan
sistem presidensial.
d. Masa Republik Indonesia IV(1998-sekarang), yaitu masa reformasi
yang mengiginkan tegaknya demokrasi di Indonesia sebagai koreksi
terhadap praktik-praktik politik yang terjadi pada masa Republik
Indonesia III.
1) Masa Republik Indonesia I(1945-1959): Masa Demokrasi Konstitusional
Sistem parlementer yang mulai berlaku sebulan sesudah kemerdekaan di
proklamirkan dan kemudiaan di perkuat dalam undang –undang dasar 1949 dan
1950. Ternyata kurang cocok untuk Indonesia meskipun dapat berjalan secara

15

memuaskan dalam beberapa negara lain.Persatuan yang dapat digalang untuk
selalu menghadapi musuh bersama menjadi kendor dan tidak dapat dibina
menjadi kekuatan-kekuatan konstruktif sesudah kemerdekaan tercapai,karena
lemahnya benih-benih demokrasi sistem parlementer memberi peluang untuk
dominasi partai-partai politik dan dewan perwakilan rakyat.
Undang-undang dasar 1950 menetapkan berlakunya sistem parlementer
dimana badan eksekutif yang terdiri atas presiden sebagai kepala negara
konstitusional (constitutional head) dan menteri-menterinya mempunyai
tanggung jawab politik.
Faktor-faktor semacam ini,ditambah dengan tidak adanya anggotaanggota,partai yang tergabung dalam konstituante untuk mencapai konsensus
mengenai dasar negara untuk undan-undang dasar baru, mendorong ir.soekarno
sebagai presiden untuk mengeluarkan dekrit presiden 5 juli yang menentukan
berlakunya kembali undang-undang dasar 1945. Dengan demikian masa
demokrasi berdasarkan sistem parlementer berakhir.
2) Masa Republik Indonesia II(1959-1965):Masa Demokrasi Terpimpin
Ciri-ciri periode ini ialah dominasi dari presiden, terbatas nya peranan
partai politik,berkembangnya pengaruh komunis,dan meluas peranan ABRI
sebagai unsur sosial politik.
Dekrit Presiden 5 Juli dapat dipandang sebagai suatu usaha untuk mencari
jalan keluar dari kemacetan politik melalui pembentukan kepemimpinan yang
kuat.Undang-undang dasar 1945 membuka kesempatan bagi seorang presiden
untuk bertahan selama kurangnya lima tahun.Akan tetapi ketetapan MPRS
No.III/1963 yang mengangkat Ir. Soekarno sebagai presiden seumur hiduptelah
membatalkan pembatasan waktu lima tahun ini (Undang-undang dasar),selain
itu banyak lagi tindakan yang menyimpang atau menyeleweng terhadap
ketentuan UUD.
Selain itu di bidang perundang-undangan dimana tindakan pemerintah
dilaksanakan melalui penetapan pemerintah dilaksanakan melalui penetapan
presiden (penpres) yang memakai dekrit 5 juli sebagai sumber hukum.

16

Tambahan pula didirikan badan-badan ekstra konstitusional seperti front
nasional yang ternyata dipakai oleh pihak komunis sebgai arena kegiatan,sesuai
dengan taktik komunisme internasional yang menggariskan pembentukan front
nasional sebagai persiapan kearah terbentuknya demokrasi rakyat. Partai
politik dan pers yang di anggap menyimpang dari rel revolusi di tutup, tidak di
benarkan sedangkan politik mercu suar dibidang hubungan luar negri dan
ekonomi dalam negeri telah menyebabkan keadaan ekonomi menjadi
bertambah suram.G30 S/PKI telah mengakhiri periode ini dan membuka
peluang untuk di mulainya masa demokrasi pancasila.
3) Masa Republik Indonesia III (1965-1998) : Masa Demokrasi Pancasila
Landasan formal dari periode ini adalah pancasila, Undang-Undang Dasar
1945, serta Ketetapan MPRS.Dalam usaha untuk meluruskan kembali
penyelewengan terhadap undang-undang yang telah terjadi dalam masa
Demokrasi Terpimpin, telah dilakukan sejumlah tindakan korektif.Hal ini
sesuai dengan Ketetapan MPRS No. III/1965 yang menetapkan masa jabatan
seumur hidup untuk Ir.Soekarno telah dibatalkan dan jabatan presiden kembali
menjadi jabatan elektif setiap lima tahun. Ketetapan MPRS No. XIX/1966
telah menentukan ditinjaunya kembali produk-produk legislatif dari masa
Demokrasi Terpimpin dan atas dasar itu Undang-Undang No. 19/1964 telah
diganti dengan suatu undang-undang yang baru (No.14/1970) yang
menetapkan kembali ke asas kebebasan badan-badan pengadilan. Dewan
Perwakilan Rakyat Gotong-royong diberi beberapa hak control disamping tetap
mempunyai fungsi membantu pemerintah. Pemimpinnya tidak lagi mempunyai
status menteri.Begitu pula tata tertib Dewan Perwakilan Rakyat Gotong
Royong yang baru telah meniadakan pasal yang memberi wewenang kepada
presiden untuk memutuskan permasalahan yang tidak dapat mecapai mufakat
antara anggota badan legislatif. Golongan karya di mana Anggota ABRI diberi
landasan konstitusional , selain itu hak untuk member kebebsa lebih luas
kepada pers

untuk menyatakan pendapat, serta partai-partai politik untuk

menyusun kekuatannya, menjelang Pemilihan Umum 1971. Dengan demikian

17

diharapkan terbentuknya partisipasi golongan-golongan dalam masyarakat
disamping diadakan pembangunan ekonomi secara teratur dan terencana.Masa
Republik Indonesia III (Orde Baru menggantikan Orde Lama) menunjukan
peranan presiden yang semakin besar.Presiden Soeharto memiliki pengaruh
yang dominan dalam elit politik Indonesia. Keberhasilan memimpin
penumpasan G 30 S/PKI dan kemudian membubarkan PKI dengan sebuah
Surat Perintah 11 Maret (Super Semar) sehingga Jenderal Soeharto memiliki
peluang menjadi presiden berikutnya sebagai pengganti Presiden Soekarno.
Perlunya menjaga kestabilan politik, pembangunan nasional, dan integrasi
nasional digunakan sebgai alat pembenaran bagi pemerintah untuk melakukan
tindakan-tindakan politik.Contohnya adalah prinsip monoloyalitas pegawai
negeri (PNS).
Masa

Republik

Indonesia

III

menunjukkan

keberhasilan

dalam

penyelenggaraan pemilu.Pemilu diadakan secara teratur dan berkesinambungan
selama periode tersebut berhasil diadakan enam kali pemilu yaitu pada tahun
1971, 1977, 1982, 1987, dan 1977.Undang-Undang Pemilu dikeluarkan pada
tahun 1969, hanya setahun setelah Presiden Soeharto dilantik sebagai presiden
oleh MPRS pada tahun 1968.Hal ini sesuai dengan slogan Orde Baru pada
masa awalnya, yakni melaksanakan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Nilai-nilai demokrasi dalam pemilu tidak diberlakukan karena tidak ada
kebebasan memilih bagi ke-3 peserta pemilu (OPP) untuk memenangkan
pemilu.Setelah fusi 1973 menghasilkan 2 partai politik disamping Golka.Hal
ini tidak ada perubahan dalam pemilu karena Golkar tetap dapat dipastikan
memenangkan pemilu.Hal ini disebabkan karena OPP mendapat dukungan dari
pemerintah sedangkan dua partai yaitu PPP dan PDI menghadapi banyak
kendala.Pelaksanaan pemilu sebanyak 6 kali tersebut memberikan pendidikan
politik yang penting.
Keberhasilan pemerintahan Presiden Soeharto untuk menjadikan Indonesia
swasembada beras pada pertengahan 1980-an dan pembangunan ekonomi
ternyata tidak diikuti dengan kemampuan memberantas Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme (KKN). Keberhasilan pembangunan ekonomi malah dianggap

18

sebagai peluang untuk melakukan KKN yang dilakukan oleh para anggota
keluarga penguasa baik dipusat, maupun di daerah.
Menjelang berakhirnya Orde Baru elit politik seakan tidak peduli dengan
aspirasi rakyat dan seakan banyak membuat kebijakan-kebijakan yang
menguntungkan kroni dan merugikan negara dan rakyat banyak.Akibatnya
semakin menguatnya kelompok-kelompok yang menentang Presiden Soeharto
dan Orde Baru.Yang menjadi pelopor para penentang ini adalah para
mahasiswa dan pemuda.Pada bulan Mei 1998 Gerakan mahasiswa berhasil
menduduki MPR/DPR yang merupakan langkah awal menjatuhkan Presiden
Soeharto dan tumbangnya Orde Baru. Sehingga pada tanggal 20 Mei 1998
Presiden Soeharto mundur dari kursi presiden dan menjadi pertanda dari
berakhirnya masa Republik Indonesia III yang disusul munculnya Republik
Indonesia IV.
4) Masa Republik Indonesia IV (1998-sekarang) : Masa Reformasi
Tumbangnya Orde Baru membuka peluang terjadinya reformasi politik
dan demokratisasi di Indonesia. Orde Baru mengajarkan kepada bangsa
Indonesia bahwa pelanggaran terhadaap demokrasi membawa kehancuran
bagi negara dan penderitaan rakyat. Sehingga Indonesia bersepakat untuk
sekali lagi melakukan demokratisasi yakni proses pendemokrasian sisitem
politik Indonesia sehingga kebebasan rakyat terbatasi.
Presiden Habibie dilantik sebagai presiden untuk menggantikan Presiden
Soeharto.Langkah yang dilakukan pemerintah Habibie adalah mempersiapkan
pemilu dan melakukan beberapa langkah penting dalam demokratisasi. UU
Politik meliputi UU Partai Politik, UU Pemilu, UU Susunan, Kedaulatan
MPR, DPR, dan DPRD yang sisehkan pada awal 1999. Pada masa
pemrintahan Habibie juga terjadi demokratisasi yang tidak kalah pentingnya
yaitu penghapusan dwifungsi ABRI, sehingga fungsi sosial politik ABRI
dihilangkan.
Langkah terobosan yang dilakukan dalam proses demokratisasi adalagh
amandemen UUD 1945 yang dilakukan oleh MPR hasil pemilu 1999 dalam

19

empat tahap selama 4 tahun (1999-2002). Beberapa perubhan penting
dilakukan terhadap UUD 1945 agar UUD 1945 mampu menghasilkan
pemerintahan yang demokratis.Peranan DPR sabagai lembaga legislatif
diperkuat, pengawasan presiden lebih diperketat, dan hak asasi manusia
memperoleh

jaminan

yang

semakin

kuat.Amandemen

UUD

1945

memperkenalkan untuk memilih presiden dan wakil presiden secara langsung
(pilpres).Pilpres pertama dilakukan tahun 2004 untuk memilih lembaga
legislatif.

BAB III
KOMENTAR
20

A. Konsep Mengenai Demokrasi dan Demokrasi Konstitusional
Kedua aliran demokrasi, yakni demokrasi liberal dan komunisme memang
sangat bertentangan.Kedua aliran demokrasi ini mempengaruhi dunia politik
hampir di seluruh dunia termasuk Indonesia. Demokrasi liberal yang
mementingkan hak-hak individu tidak pernah bisa berdampingan dengan konsep
demokrasi komunisme yang totaliter dengan kekuasaan yang tak terbatas. Dalam
menyikapi hal ini sudah sepantasnya Indonesia tetap berpegang teguh kepada
demokrasi Pancasila meskipun pada perkembangannya dunia politik Indonesia
sempat terpengaruh oleh demokrasi liberal maupun komunisme.
B. Sejarah Perkembangan
Pada permulaan abad ke-16, di Eropa muncul negara-negara nasional
(National State) dalam bentuk yang modern. Pada dasarnya teori-teori kontrak
sosial merupakan usaha untuk mendobrak dasar dari pemerintahan absolut yang
menetapkan hak-hak politik rakyat. Ide-ide itu pun menyimpulkan bahwa
manusia mempunyai hak-hak politik yang menimbulkan Revolusi Prancis pada
akhir abad ke-18 serta Revolusi Amerika melawan Inggris. Demokrasi pada tahap
ini semata-mata bersifat politis dan mendasar dirinya atas asas-asas kemerdekaan
individu.
C. Demokrasi Konstitusional Abad ke-19 : Negara Hukum Klasik
Tujuan

untuk

menyelenggarakan

hak-hak

politik

secara

efektif,

mengakibatkan munculnya gagasan untuk membatasi kekuasaan pemerintahan
dengan suatu konstitusi, baik dengan naskah konstitusi yang tertulis maupun
dengan konstitusi tidak tertulis. Konstitusi tidak hanya merupakan suatu dokumen
yang mencerminkan pembagian kekuasaan diantara lembaga-lembaga kenegaraan
(legislatif, eksekutif, yudikatif) tetapi dipandang sebagai suatu lembaga yang
memiliki fungsi khusus. Konstitusi dianggap sebagai perwujudan hukum tertinggi
yang harus dipatuhi oleh negara dan pejabat-pejabat pemerintah sesuai dengan

21

dalil goverment by laws, not by men yang artinya pemerintahan berdasarkan
hukum bukan berdasarkan kemauan penguasa.
D. Demokrasi Konstitusional Abad Ke-20 : Rule of Law yang Dinamis
Konsep dinamis mengenai Rule of Law dibanding dengan perumusan abad ke19

sudah

jauh

berbeda.

Kecenderungan

dari

pihak

eksekutif

untuk

menyelenggarakan tugas yang jauh lebih banyak dan intensif daripada dulu dalam
masa Nachtwachterstaat telah diakui keperluannya. Gagasan bahwa pemerintah
dilarang campur tangan dalam urusan warga negara baik di bidang sosial maupun
di bidang ekonomi lambat laun berubah menjadi gagasan bahwa pemerintah
bertanggungjawab atas kesejahteraan rakyat dan karennya harus aktif mengatur
kehidupan ekonomi dan sosial. Uraian – uraian di atas juga menonjolkan azasazas demokrasi sebagai sistim politik. Di samping itu dianggap bahwa demokrasi
tidak hanya merupakan suatu sistem pemerintahan, tetapi juga suatu gaya hidup
serta tata-masyarakat tertentu, yang karena itu juga mengandung unsur-unsur
moral.
E. Perkembangan Demokrasi di Pakistan
Demokrasi di Pakistan kurang baik terlaksannya karena sempat beberapa kali
juga berganti ideologi negara dan banyak mengalami kudeta di dalam
pemerintahannya dan juga banyak penggulingan bangku kepresidenan dan yang
lebih besar pengaruhnya adalah terbelahnya negara tersebut menjadi dua negara
yang asalnya satu negara, yaitu Pakistan dan Bangladesh.
F. Perkembangan Demokrasi di Indonesia
Pemerintahan di Indonesia adalah presidensial di mana pemerintah yang
dipilih langsung oleh rakyat dan rakyat pun berhak memilih presiden atau
pemimpinnya secara terbuka (bebas berpendapat) dan Indonesia mempunyai
sistem demokrasi yang di mana rakyat memiliki peranan penting terhadap
negaranya, masa aktif presiden adalah selama 5 tahun dan berhak mencalonkan

22

presiden selama dua kali dan pemilihan presiden tersebut sering kita sebut dengan
pemilu (pemilihan umum).
1. Masa Republik Indonesia I (1945-1959)
Sistem parlementer yang sempat dianut Indonesia pada tahun 1945-1959
tidak berjalan dengan baik. Hal ini mungkin disebabkan banyaknya pihak yang
ingin menguasai politik Indonesia pasca kemerdekaan, kerena sistem yang dianut
saat itu adalah sistem parlementer, yaitu sebuah sistem politik yang
memungkinkan sebuah partai politik untuk sepenuhnya mengatur sebuah Negara.
Hal ini menyebabkan banyak pihak saling berebut untuk menguasai Indonesia
dimana tiap pihak memiliki visi misi dan juga kepentingan yang berbeda.
Seringnya kabinet pemerintahan yang runtuh karena konflik internal serta pihak
oposisi yang tidak mampu berperan sebagai oposisi yang konstruktif menandakan
bahwa Indonesia pada saat itu belum siap untuk menganut sistem parlementer
yang pada beberapa Negara di Asia dapat berjalan dengan baik.
2. Masa Republik Indonesia II (1959-1965)
Mengenai masa demokrasi terpimpin yang dialami Indonesia pada tahun
1959-1965, sebenarnya bisa berjalan dengan baik. Indonesia yang pada saat itu
baru beralih dari sistem parlementer, sangat membutuhkan sosok pemimpin.
Presiden pada saat demokrasi terpimpin memiliki kuasa penuh atas Negara.
Sehingga Negara Indonesia yang sedang carut marut dapat dipimpin oleh satu
Individu sehingga lebih mudah untuk mencapai satu tujuan. Tetapi, tentu saja
individu tersebut tidak bisa seenaknya. Harus tetap mendengar aspirasi rakyat dan
bertindak berdasarkan aspirasi rakyat tersebut. Ir. Soekarno yang pada saat itu
menjabat sebagai presiden menurut saya melakukan beberapa kesalahan, sperti
membuat kebijakan yang terkesan menguntungkan pihak tertentu. Kesalahan
terbesar beliau menurut saya adalah beliau seakan mengarahkan Indonesia untuk
menjadi Negara komunis. Ideologi komunis yang berlawanan dengan pancasila
membuat rakyat Indonesia tidak bisa menerimanya, namun sikap beliau pada saat
itu seakan menutup telinga dan membiarkan unsur komunis tetap berkembang di
Indonesia yang melahirkan tragedy G30S/PKI . Dari sini terlihat bahwa pak

23

Soekarno yang bertindak sebagi Presiden menyalah gunakan kekuasaanya dengan
bersifat seenaknya dan tidak mendengar aspirasi rakyat.
3. Masa Republik Indonesia III (1965-1998)
Masa Republik Indonesia III memiliki beberapa kekurangan dan
kelebihannya. Kelebihan dari Masa Republik Indonesia III terlihat dengan
keberhasilan Presiden Soeharto dalam menjadikan Indonesia sebagai swasembada
beras pada pertengahan dasawarsa 1980-an dan pembangunan ekonomi. Namun
keberhasilan tersebut tidak diikuti dengan kemampuan untuk memberantas
korupsi. Selain itu Korupsi, Kolusi, dan nepotisme berkembang dengan pesat.
Sehingga memicu kelompok-kelpom seperti mahasiswa yang menetang Presiden
Soeharto dan Orde Baru.
4. Masa Republik Indonesia IV (1998-sekarang)
Masa Republik Indonesia IV juga memiliki peningkatan yang signifikan
dibandingkan Masa Republik Indonesia III. H al ini terlihat dari keberhasilan
Presiden Habibie membentuk pemerintah Indonesia yang demokkrasi sehingga
demokrasi di Indonesia telah mempunyai dasar yang kuat untuk berkembang.

24

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam menyikapi hal ini sudah sepantasnya Indonesia tetap berpegang teguh
kepada demokrasi Pancasila meskipun pada perkembangannya dunia politik
Indonesia sempat terpengaruh oleh demokrasi liberal maupun komunisme.
Pemerintahan yang dipegang oleh Indonesia sudah semestinya kita pegang
teguh dan taati serta dijalankan, untuk menjaga kemurnian demokrasi yang kita
anut sekarang, sehingga kita menjadi warga negara yang bangga akan
pemerintahan yang ada di Indonesia ini sebagai warga Indonesia, dengan
demikian maka Indonesia akan menjadi negara yang makmur dan sejahtera.

25

DAFTAR PUSTAKA
Miriam Budiarjo. 1995. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Penerbit : PT Gramedia
Pustaka Utama Jakarta.

26

LAMPIRAN
Proses Pembuatan Laporan

27

28

29

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

GANGGUAN PICA(Studi Tentang Etiologi dan Kondisi Psikologis)

4 75 2