Kisah Perjanjian Lama Kepemimpinan Musa

PAPER AGAMA
KISAH PERJANJIAN LAMA

Oleh:
Adisa Effathania Manalu
131410003
11SB2

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Untuk paper ini, yaitu dengan topik pembahasan “Kepemimpinan Musa”, dipilih
oleh karena Kepemimpinan Musa memimpin bangsa Israel menuju tanah perjanjian
yang sangat penuh dengan pergumulan, perubahan tersendiri dari bangsa Israel. Ada
banyak sekali peristiwa yang penting dan mengubah Bangsa Israel dalam perjalanan
tersebut. Dan ini merupakan salah satu peristiwa terpenting di dalam Perjanjian Lama.
Pembahasan dalam paper ini secara gambaran luas adalah Perjalanan bangsa Israel.
menuju tanah perjanjian yang seharusnya memakan waktu beberapa tahun akhirnya harus
molor menjadi 40 tahun, Mereka berputar-putar di tempat yang sama. membunuh seluruh
generasi pertama yang keluar dari Mesir secara perlahan karena Dia telah bersumpah
bahwa bangsa yang jahat dan bebal ini tidak akan masuk tanah perjanjian. Satu-satunya

pola yang ditemukan dalam eksodus yang dipimpin Musa adalah mujizat, masalah,
gerutu - mujizat, masalah, gerutu - dan mujizat, masalah gerutu. Pola ini berlangsung
selama 40 tahun di padang gurun. Semakin besar masalahnya, semakin banyak complain
yang disahutkan orang Israel. Semakin hebat mujizatnya, semakin besar pula dosa yang
mereka lakukan.

1.2. Tujuan
Tujuan pembuatan paper ini antara lain, adalah:


Mengetahui sebagian isi Perjanjian Lama dan yang terpenting mendalami isi




dari karya Tuhan.
Memenuhi syarat penilaian untuk pelajaran Agama
Sebagai unsur dari refleksi pribadi terhadap salah satu peristiwa terpenting di
Alkitab, khususnya dalam Perjanjian Lama yaitu tentang Kepemimpinan
Musa


BAB II
ISI

2.1 Tugas Musa
a. Sebagai pemimpin
Sebagai pemimpin umatnya, Musa tidak hanya diperlengkapi hanya dengan dalam
kongnitif nya tetapi juga dibina untuk menjadi pemimpin ulung berkat kesetiannya
mengikuti Allah oleh iman. Keluarga Musa sendiri tidak setia, dibuktikan dari sikap
Harun dalam kemurtadannya pada anak lembu emas. Meskipun seperti itu, yang
mengherankan adalah sikap Musa berlawanan dengan sikap anggota keluarga lainnya.
Dia tidak putus asa menghadapi bangsa yang “tegar tengkuk dan pemberontak” itu. Ia
memiliki iman baja kepada Allah (Ibrani 11:27b) dan sangat giat bekerja demi nama
Allah.
b. Sebagai nabi dan pemberi hukum
Sebagai yang paling unggul menerangkan dan mengajarkan kehendak Allah, perintahperintah serta kodrat-Nya dan dengan sifat-sifat yang demikian Musa-lah yang secara
khas merupakan teladan dari semua nabi sejati di kemudian hari, sampai datang Seorang
itu, yang bagi-Nya Musa merupakan perintis (Ul. 18:18, KIS 3:22) dan yang tentang Dia
semua nabi bersaksi (KIS 10:43). Musa dipanggil oleh Allah dalam Keluaran bukan
hanya untuk membawa umat Israel keluar dari perbudakan, tetapi juga memberitahukan

kelepasan yang akan datang, dalam pengumuman perintah Allah kepada Israel pada
malam penyelamatan, khususnya mengenai Paskah, dan memberitakan dengan kata dan
perbuatan penyelamatan Allah menyebrangi Laut Merah.

2.2 Musa dan Bangsa Israel
Tujuan mereka adalah tanah Kanaan, tetapi Musa tidak mengambil rute yang
terpendek, sekitar 400 kilometer menyusuri pesisir yang berpasir—yang pasti akan
mengarah langsung ke daerah musuh, Filistia. Ia juga tidak melintasi bagian tengah
Semenanjung Sinai yang berupa plato luas berkerikil dan berbatu kapur yang luar biasa
panas. Tidak, Musa memimpin bangsanya ke arah selatan, menyusuri dataran pesisir yang
sempit. Tempat perkemahan yang pertama adalah di Marah; di sini, Yehuwa membuat air
yang pahit menjadi manis. Setelah meninggalkan Elim, bangsa itu menggerutu meminta
makanan; Allah mengirim burung puyuh dan kemudian manna. Di Refidim, air lagi-lagi
menjadi persoalan, orang-orang Amalek yang menyerang dibinasakan, dan bapak mertua
Musa mendesaknya untuk meminta bantuan dari pria-pria yang cakap. (Kel. 15-18)
Musa kemudian memimpin Israel ke gunung-gunung yang lebih jauh di selatan,
berkemah di dekat Gunung Sinai. Di sini, umat Allah menerima Hukum, mendirikan
tabernakel, dan mempersembahkan korban-korban. Pada tahun kedua, mereka berangkat
ke utara melalui ”padang belantara yang luas dan membangkitkan rasa takut”, perjalanan
ke daerah Kades (Kades-barnea) tampaknya memakan waktu 11 hari. (Ul 1:1,

2, 19; 8:15) Karena menjadi takut setelah mendengar laporan yang negatif dari sepuluh
mata-mata, bangsa itu harus mengembara selama 38 tahun. (Bil 13:1–14:34) Tempat
perhentian mereka antara lain ialah Abrona dan Ezion-geber, lalu mereka kembali ke
Kades.—Bil 33:33-36.
Ketika akhirnya tiba waktunya bagi bangsa Israel untuk mendekati Tanah
Perjanjian, mereka tidak langsung bergerak ke utara. Mereka berjalan mengitari jantung
negeri Edom dan ke utara melalui ”jalan raja”, Jalan Raya Raja. (Bil 21:22; Ul 2:1-8)
Jalan ini tidak mudah ditempuh oleh seluruh bangsa—bersama anak-anak, ternak, dan
kemah. Mereka harus berjalan berkelok-kelok menuruni dan kemudian mendaki ngaraingarai terjal Wadi Zered dan Wadi Arnon (kedalamannya hampir 520 meter).—Ul 2:13,
14, 24. Akhirnya, bangsa Israel sampai di Gunung Nebo. Miriam sudah meninggal di
Kades, dan Harun, di Gunung Hor. Musa meninggal di sini, dekat negeri yang ingin dia
masuki tetapi yang hanya dapat ia pandang. (Ul 32:48-52; 34:1-5) Tanggung jawab

memimpin Israel memasuki negeri itu kini jatuh ke tangan Yosua, mengakhiri perjalanan
yang dimulai 40 tahun sebelumnya.—Yos 1:1-4.
2.3 Makna dari Firman Allah
Makna dari peristiwa tersebut adalah kemurahan dan kasih setia Tuhan yang tidak
ada pernah habisnya terhadap bangsa Israel. Tuhan dengan setia, tanpa rasa benci sedikit
pun terhadap bangsa yang dituntun-NYA, IA memberikan seorang penuntun bagi bangsa
Israel yaitu Musa. Dalam hal ini, padang gurun memberikan bangsa Israel sebuah

pelajaran. Tuhan memberikan ujian kepada bangsa Israel untuk memutarinya agar bangsa
Israel dalam keadaan yang “siap”. Perilaku bangsa Israel yang berpola (mujizat, masalah,
komplain) yang tidak berkesudahan tersebut adalah salah satu alasan mengapa Tuhan
merencanakan rute Bangsa Israel yang berputar-putar tersebut. Tetapi yang terutama
adalah, Tuhan tidak memutari bangsa Israel tanpa alasan. Semua itu dalam rencana-NYA
yang mempunyai tujuan jelas dan untuk kebaikan bangsa Israel sendiri.
Pilihan di padang gurun sendiri merupakan sebuah situasi dimana bangsa Israel
tidak mempunyai pilihan yang lebih baik selain di padang gurun. Dalam perbudakan di
Mesir, ada masalah tersendiri yang harus dihadapi, kedua pilihan tersebut memiliki
resiko. Akan tetapi, yang menentukan adalah respon dari bangsa Israel. Perjalanan yang
sebenarnya dapat ditempuh dalam waktu yang singkat, menjadi panjang karena respon
yang ditunjukkan oleh bangsa Israel. Mereka cenderung membanding-bandingkan hidup
masa lalu mereka yang penuh kekejaman dan penindasan dengan keadaan mereka pada
saat ini. Ini menunjukkan ketidaktaatan bangsa Israel dalam iman kepada Tuhan. Di
padang gurun banyak sekali masalah yang diperhadapkan, akan tetapi Bangsa Israel
mempunyai kendali atas respon mereka. Alhasil, Bangsa Israel memilih dan mengumbar
reaksi alamiah mereka, hasil daripada itu adalah kemarahan Tuhan dan hukuman atas
bangsa Israel yang terus mengitari tanah perjanjian. Untuk itu, makna dari Firman ini
adalah untuk tetap percaya kepada Allah dan menaruh iman kepada Dia dan tidak
bersandar kepada pemikiran tersendiri.


BAB 3
PENUTUP
3.1 Penutup
Dari Firman Allah tentang Bangsa Israel dan Kepemimpinan Musa ini, dapat
disimpulkan bahwa Tuhan tidak pernah lalai untuk menepati janji-NYA. Dia tidak pernah
mengecewakan manusia walau seringkali manusia mengecewakan hati-NYA. Dalam
kisah ini, bangsa Israel melukai hati Tuhan dengan adanya penyembahan berhala anak
lembu emas yang melanggar kehendak Tuhan. Akan tetapi, janji-NYA terhadap Bangsa
Israel tidak berubah, yaitu untuk membawa bangsa Israel “ke tempat yang banyak susu
dan madunya”, IA setia memimpin dan menyertai selama perjalanan bangsa Israel ke
tanah perjanjian. Dan pada akhir perjalanan, bangsa Israel yang dipimpin oleh Yosua
menyebrang sungai Yordan yang telah dikeringkannya terlebih dahulu dan tibalah bangsa
Israel di tanah Perjanjian. Musa dan Harun tidak sempat untuk menginjakkan kaki ke
sana. Harun meninggal ketika di sekitar Gunung Hor dan Musa hanya sempat
memandang tanah Kanaan dari kejauhan, dekat Tanah Moab, dimana ia kemudian
meninggal.

DAFTAR PUSTAKA
http://jsurya.com/perjalanan-ke-tanah-terjanji/ (diakses pada tanggal 17 November 2014,

pukul 23:39WIB)
http://wapannuri.com/a.kepemimpinan/kepemimpinan-musa-di-padang-gurun.html
(diakses pada tanggal 17 November 2014, pukul 23:39WIB)
http://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=5&res=almanac
(diakses pada tanggal 17 November 2014, pukul 23:39WIB)
Kitab Keluaran, Alkitab