Hubungan Etika and Ilmu Ekonomi
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Etika dilihat dari makna bahasa dari yunani yakni kata ethos yang berarti
kebiasaan (custom) atau karakter (character). Sedangkan secara terminologi etika dapat
didefinisikan sebagai seperangkat prinsip moral yang membedakan yang baik dan yang
buruk. Etika adalah bidang ilmu yang bersifat normatif karena ia berperan menentukan
apa yang harus dilakukan atau yang tidak boleh dilakukan oleh seorang individu. Etika
dalam sistem ekonomi atau bisnis merupakan pemikiran atau sebuah refleksi
tentang moralitas dalam ekonomi dan semua pihak yang terkait dengan para
kompetitor untuk menghindari penyimpangan-penyimpangan ilmu ekonomi dan
mencapai tujuan atau mendapatkan profit, sehingga kita harus menguasai sudut
pandang ekonomi, hukum, dan etika atau moral agar dapat mencapai target yang
dimaksud. Moralitas berarti aspek baik atau buruk, terpuji atau tercela, dan
karenanya diperbolehkan atau tidak, dari perilaku manusia. Moralitas selalu
berkaitan dengan apa yang dilakukan manusia, dan kegiatan ekonomis merupakan
suatu bidang perilaku yang sangat penting. Tetapi belum pernah etika bisnis
mendapat begitu banyak perhatian seperti sekarang. Etika ekonomi usaha negara
hampir sama dengan etika ekonomi koperasi yaitu melayani tetapi sekaligus
melindungi kepentingan umum. Orientasi pada pelayanan dan perlindungan
kepentingan umum inilah misi utama usaha negara atau Badan Usaha Milik
Negara (BUMN). Inilah yang terkandung dalam pengertian cabang-cabang
produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak,
harus dipergunakan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat secara maksimal
(sebesar-besar kemakmuran rakyat ). Etika ekonomi usaha swasta adalah
memproduksi dan menyediakan barang dan jasa kepada masyarakat, dengan
mengambil keuntungan dari kegiatan dan usahanya itu. Usaha swasta berkembang
karena ada keuntungan yang bisa diperoleh. Apabila wawasan ekonomi Pancasila
sudah kita terima sebagai satu-satunya pegangan etik sistem dan kebijaksanaan
pembangunan nasional, maka perekonomian negara akan berjalan lancar.
B.
Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas maka kami merumuskan masalah tentang
dengan rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Apa Pengertian dari Etika Ekonomi?
2.
Apa saja Prinsip - Prinsip dari Etika Ekonomi?
3.
Apa Hubungan Etika dengan Ilmu Ekonomi?
C.
Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas
maka, tujuan penulisan yang ingin disampaikan dalam tulisan ini adalah :
1.
Memberitahukan Apa Pengertian dari Etika Ekonomi?
2.
Memberitahukan Apa saja Prinsip - Prinsip dari Etika Ekonomi?
3.
Memberitahukan Apa Hubungan Etika dengan Ilmu Ekonomi?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian dari Etika Ekonomi
Etika ekonomi adalah prilaku ekonomi yang mempunyai norma-norma
dalam ekonomi baik secara pribadi, insitusi serta dalam mengambil keputusan
dibidang ekonomi, supaya dapat terwujudnya ekonomi yang jujur dan dapat
melahirkan persaingan yang sehat dan dapat mendorong terbentuknya kerja sama
untuk membantu perekonomian yang lebih maju. Mengingat aktivitas ekonomi
yang dijalankan sebagian orang, kelompok masyarakat, atau negara di dunia dan
Indonesia pada khususnya, sudah sering melabrak etika dan mengoyak nilai-nilai
kemanusiaan, membumikan etika ke dalam jiwa-jiwa pelaku ekonomi sangat
penting untuk segera dilakukan. Manusia perlu membangun prestasi ekonomi
tanpa melupakan nilai-nilai etis. Pembumian etika ekonomi akan membuka
kesadaran manusia selalu berbuat baik kepada manusia lain. Ini tentu akan
melahirkan keharmonisan dalam aktivitas ekonomi. Keharmonisan ini akan
membawa kedamaian dan kemakmuran. Agar mencapai keseimbangan dan
keharmonisan, tindakan ekonomi perlu tetap berada dalam koridor hukum etika
dan evaluasi tindakan ekonomi secara mendalam. Nilai-nilai etika akan membantu
para pelaku ekonomi untuk tidak terperangkap ke dalam ide, gagasan, atau
pemikiran yang merusak kegiatan ekonomi. Spirit etika akan memotivasi para
pelaku ekonomi menunaikan kewajibannya bagi sesama dan mencegah mereka
dari metode, cara berpikir, praktik, perilaku yang tidak terhormat, dan tidak adil
serta menyakiti orang lain.
B.
Prinsip - Prinsip dari Etika Ekonomi
Secara umum, prinsip-prinsip yang dipakai dalam bisnis tidak akan pernah lepas
dari kehidupan keseharian kita. Namun prinsip-prinsip yang berlaku dalam bisnis
sesungguhnya adalah implementasi dari prinsip etika pada umumnya.
1)
Prinsip Otonomi
Orang bisnis yang otonom sadar sepenuhnya akan apa yang menjadi
kewajibannya dalam dunia bisnis. la akan sadar dengan tidak begitu saja mengikuti
norma dan nilai moral yang ada, namun juga melakukan sesuatu karena tahu dan
sadar bahwa hal itu baik, karena semuanya sudah dipikirkan dan dipertimbangkan
secara masak-masak. Dalam kaitan ini, salah satu contohnya perusahaan memiliki
kewajiban terhadap para pelanggan, diantaranya adalah:
Memberikan produk dan jasa dengan kualitas yang terbaik dan sesuai dengan
tuntutan mereka;
Memperlakukan pelanggan secara adil dalam semua transaksi, termasuk
pelayanan yang tinggi dan memperbaiki ketidakpuasan mereka;
Membuat setiap usaha menjamin mengenai kesehatan dan keselamatan
pelanggan, demikian juga kualitas Iingkungan mereka, akan dijaga
kelangsungannyadan ditingkatkan terhadap produk dan jasa perusahaan;
Perusahaan harus menghormati martabat manusia dalam menawarkan,
memasarkan dan mengiklankan produk.
Untuk bertindak otonom, diandaikan ada kebebasan untuk mengambil keputusan
dan bertindak berdasarkan keputusan yang menurutnya terbaik, karena kebebasan
adalah unsur hakiki dari prinsip otonomi ini. Dalam etika, kebebasan adalah
prasyarat utama untuk bertindak secara etis, walaupun kebebasan belum menjamin
bahwa seseorang bertindak secara otonom dan etis. Unsur lainnya dari prinsip
otonomi adalah tanggungjawab, karena selain sadar akan kewajibannya dan
bebas dalam mengambil keputusan dan tindakan berdasarkan apa yang dianggap
baik, otonom juga harus bisa mempertanggungjawabkan keputusan dan
tindakannya. Kesediaan bertanggungjawab merupakan ciri khas dari
makhluk bermoral, dan tanggungjawab disini adalah tanggung jawab pada
diri kita sendiri dan juga tentunya pada stakeholder.
2) Prinsip Kejujuran
Bisnis tidak akan bertahan lama jika tidak ada kejujuran, karena kejujuran
merupakan modal utama untuk memperoleh kepercayaan dari mitra bisnisnya,
baik berupa kepercayaan komersial, material, maupun moril. Kejujuran menuntut
adanya keterbukaan dan kebenaran. Terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang
berkaitan dengan kejujuran:
Kejujuran relevan dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak.
Pelaku bisnis disini secara a priori saling percaya satu sama lain, bahwa
masing-masing pihak jujur melaksanakan janjinya. Karena jika salah satu pihak
melanggar, maka tidak mungkin lagi pihak yang dicuranginya mau bekerjasama
lagi, dan pihak pengusaha lainnya akan tahu dan tentunya malas berbisnis
dengan pihak yang bertindak curang tersebut.
Kejujuran relevan dengan penawaran barang dan jasa dengan mutu dan harga
yang baik. Kepercayaan konsumen adalah prinsip pokok dalam berbisnis.
Karena jika ada konsumen yang merasa tertipu, tentunya hal tersebut akan
rnenyebar yang menyebabkan konsumen tersebut beralih ke produk lain.
Kejujuran relevan dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan yaitu
antara
pemberi
kerja
dan
pekerja, dan berkait dengan kepercayaan.
Perusahaan akan hancur jika kejujuran karyawan ataupun atasannya tidak terjaga.
3) Prinsip Keadilan
Prinsip ini menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan
aturan
yang
adil
dan
kriteria
yang
rasional
objektif
dan
dapat
dipertanggungjawabkan. Keadilan berarti tidak ada pihak yang dirugikan hak dan
kepentingannya. Salah satu teori mengenai keadilan yang dikemukakan oleh
Aristoteles adalah:
Keadilan legal. Ini menyangkut hubungan antara individu atau kelompok
masyarakat dengan negara. Semua pihak dijamin untuk mendapat perlakuan
yangsama sesuai dengan hukum yang berlaku. Secara khusus dalam bidang
bisnis,
keadilan
legal
menuntut
agar
Negara bersikap netral dalam
memperlakukan semua pelaku ekonomi, negara menjamin kegiatan bisnis yang
sehat dan baik dengan mengeluarkan aturan dan hukum bisnis yang berlaku
secara sama bagi semua pelaku bisnis.
Keadilan komunitatif. Keadilan ini mengatur hubungan yang adil antara orang
yang satu dan yang lain. Keadilan ini menyangkut hubungan vertikal antara
negara dan warga negara, dan hubungan horizontal antar warga negara. Dalam
bisnis keadilan ini berlaku sebagai kejadian tukar, yaitu menyangkut pertukaran
yang fair antara pihak-pihak yang terlibat.
Keadilan distributif. Atau disebut juga keadilan ekonomi, yaitu distribusi
ekonomi yang merata atau dianggap adil bagi semua warga negara. Dalam dunia
bisnis keadilan ini berkaitan dengan prinsip perlakuan yang sama sesuai dengan
aturan dan ketentuan dalam perusahaan yang juga adil dan baik.
4) Prinsip Saling Menguntungkan
Prinsip ini menuntut agar semua pihak berusaha untuk saling menguntungkan
satu sama lain. Dalam dunia bisnis, prinsip ini menuntut persaingan bisnis haruslah
bisa melahirkan suatu win-win situation.
5) Prinsip Integritas Moral
Prinsip ini menyarankan dalam berbisnis selayaknya dijalankan dengan tetap
menjaga nama baiknya dan nama baik perusahaan.
Dari kelima prinsip yang tentulah dipaparkan di atas, menurut Adam Smith,
prinsip keadilanlah yang merupakan prinsip yang paling penting dalam
berbisnis. Prinsip ini menjadi dasardan jiwa dari semua aturan bisnis, walaupun
prinsip lainnya juga tidak akan terabaikan. Karena menurut Adam Smith, dalam
prinsip keadilan khususnya keadilan komutatif berupa no harm, bahwa sampai
tingkat tertentu, prinsip ini telah mengandung semua prinsip etika bisnis lainnya.
Karena orang yang jujur tidak akan merugikan orang lain, orang yang mau saling
menguntungkan dengan pibak Iain, dan bertanggungjawab untuk tidak merugikan
orang lain tanpa alasan yang diterima dan masuk akal.
C.
Hubungan Etika dengan Ilmu Ekonomi
Berdasarkan teori ekonomi, perusahaan dalam suatu pasar bebas yang
menggunakan sumber daya yang langka atau faktor produksi (tenaga kerja, bahan
baku, dan modal) dalam rangka menghasilkan barang dan jasa (output).
Permintaan atas barang dan jasa tersebut ditentukan oleh preferensi konsumen
secara individu untuk memilih diantara barang dan jasa yang tersedia dengan
tujuan untuk memaksimalkan kepuasan dari preferensinya yang disebut utility.
Perusahaan juga berusaha untuk memaksimalkan preferensinya atau utility dengan
menaikkan outputnya sampai dengan titik tertentu dimana jumlah yang mereka
terima dari penjualan barang dan jasa sama dengan jumlah yang dikeluarkan
untuk membiayai tenaga kerja, membeli bahan baku, modal dan berbagai
pengeluaran lainnya, dimana pendapatan marjinal (marginal revenues) sama
dengan biaya marjinal (marginal costs). Ilmu ekonomi menyediakan berbagai
pertimbangan yang berkaitan dengan berbagai pilihan yang bersifat ekonomi baik
bagi individu maupun perusahaan.
Alasan utama berkaitan dalam berbagai pilihan adalah untuk memaksimalkan
utility. Etika memberikan berbagai pertimbangan selain pertimbangan bersifat
ekonomi dengan berbagai alasannya, termasuk kebenaran, keadilan dan nilai-nilai
diluar ekonomi.
Justifikasi Terhadap Sistem Pasar (Justification of the Market System)
Justifikasi atas suatu pasar bebas dalam sistem kapitalis, antara lain untuk
memperoleh keuntungan selain itu organisasi bisnis berupaya mendorong
terjadinya kemakmuran untuk seluruh masyarakat. Untuk itu perlu diciptakan
suatu kondisi agar aktivitas bisnis bermanfaat bagi masyarakat. Aturan itu
mencakup ketaatan terhadap pengendalian moral minimal untuk mencegah
pencurian, kecurangan, dan sejenisnya. Pasar seharusnya benar-benar kompetitif,
mudah untuk masuk dan keluar pasar, dan informasi mudah diperoleh. Selain itu
seluruh biaya produksi harus direfleksikan dalam harga yang dibayar baik oleh
perusahaan maupun individu.
Berbagai Kondisi Untuk Pasar Bebas (Some Conditions for Free Market)
Pemerintah berperan untuk menciptakan aturan main yang harus dipatuhi oleh
para manajer dalam membuat keputusan terutama yang menyangkut ekonomi.
Tugas untuk menjaga agar aturan main benar-benar dipatuhi tidak hanya
diserahkan pada pemerintah, melainkan juga kepada semua pihak yang terlibat di
dalamnya. Ketika ilmu ekonomi digunakan untuk membuat kebijakan publik
maka harus juga digunakan nilai-nilai yang bersifat nonekonomi khususnya etika.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Etika adalah suatu cabang dari filosofi yang berkaitan dengan ”kebaikan
(rightness)” atau moralitas (kesusilaan) dari perilaku manusia. Dalam pengertian
ini etika diartikan sebagai aturan-aturan yang tidak dapat dilanggar dari perilaku
yang diterima masyarakat sebagai ”baik (good” atau buruk (bad)”. Sedangkan
Penentuan baik dan buruk adalah suatu masalah selalu berubah.
2. Etika ekonomi adalah standar-standar nilai yang menjadi pedoman atau acuan
manajer
dan
segenap
karyawan
dalam
pengambilan
keputusan
dan
mengoperasikan ekonomi yang etik.
3. Paradigma etika dan ekonomi adalah dunia yang berbeda sudah saatnya dirubah
menjadi paradigma etika terkait dengan ekonomi atau mensinergikan antara etika
dengan laba. Justru di era kompetisi yang ketat ini, reputasi perusahaan yang baik
yang dilandasi oleh etika ekonomi merupakan sebuah competitive advantage yang
sulit ditiru. Oleh karena itu, perilaku etik penting diperlukan untuk mencapai
sukses jangka panjang dalam sebuah bisnis.
B.
Saran
Perilaku yang sesuai dengan etika (Ethical Behavior) adalah perilaku yang sesuai
dengan peraturan (rules) atau standar untuk melakukan sesuatu pekerjaan yang
benar atau sesuai dengan moralitas (morality). Etika dapat diartikan seperangkat
aturan yang menjadi pedoman atau standar bagi setiap orang atau masyarakat
apakah suatu tindakan adalah benar dan salah atau baik dan buruk.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2013/03/14/17665/pentingnya-etikadalam-berekonomi/#.VuqtSkCKq9c
http://ekonomibisnispancasila.blogspot.co.id/2015/04/pentingnya-etika-dalamekonomi-dan.html
http://editfhotokeren.blogspot.co.id/2011/03/etika-dalam-ekonomi.html
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Etika dilihat dari makna bahasa dari yunani yakni kata ethos yang berarti
kebiasaan (custom) atau karakter (character). Sedangkan secara terminologi etika dapat
didefinisikan sebagai seperangkat prinsip moral yang membedakan yang baik dan yang
buruk. Etika adalah bidang ilmu yang bersifat normatif karena ia berperan menentukan
apa yang harus dilakukan atau yang tidak boleh dilakukan oleh seorang individu. Etika
dalam sistem ekonomi atau bisnis merupakan pemikiran atau sebuah refleksi
tentang moralitas dalam ekonomi dan semua pihak yang terkait dengan para
kompetitor untuk menghindari penyimpangan-penyimpangan ilmu ekonomi dan
mencapai tujuan atau mendapatkan profit, sehingga kita harus menguasai sudut
pandang ekonomi, hukum, dan etika atau moral agar dapat mencapai target yang
dimaksud. Moralitas berarti aspek baik atau buruk, terpuji atau tercela, dan
karenanya diperbolehkan atau tidak, dari perilaku manusia. Moralitas selalu
berkaitan dengan apa yang dilakukan manusia, dan kegiatan ekonomis merupakan
suatu bidang perilaku yang sangat penting. Tetapi belum pernah etika bisnis
mendapat begitu banyak perhatian seperti sekarang. Etika ekonomi usaha negara
hampir sama dengan etika ekonomi koperasi yaitu melayani tetapi sekaligus
melindungi kepentingan umum. Orientasi pada pelayanan dan perlindungan
kepentingan umum inilah misi utama usaha negara atau Badan Usaha Milik
Negara (BUMN). Inilah yang terkandung dalam pengertian cabang-cabang
produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak,
harus dipergunakan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat secara maksimal
(sebesar-besar kemakmuran rakyat ). Etika ekonomi usaha swasta adalah
memproduksi dan menyediakan barang dan jasa kepada masyarakat, dengan
mengambil keuntungan dari kegiatan dan usahanya itu. Usaha swasta berkembang
karena ada keuntungan yang bisa diperoleh. Apabila wawasan ekonomi Pancasila
sudah kita terima sebagai satu-satunya pegangan etik sistem dan kebijaksanaan
pembangunan nasional, maka perekonomian negara akan berjalan lancar.
B.
Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas maka kami merumuskan masalah tentang
dengan rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Apa Pengertian dari Etika Ekonomi?
2.
Apa saja Prinsip - Prinsip dari Etika Ekonomi?
3.
Apa Hubungan Etika dengan Ilmu Ekonomi?
C.
Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas
maka, tujuan penulisan yang ingin disampaikan dalam tulisan ini adalah :
1.
Memberitahukan Apa Pengertian dari Etika Ekonomi?
2.
Memberitahukan Apa saja Prinsip - Prinsip dari Etika Ekonomi?
3.
Memberitahukan Apa Hubungan Etika dengan Ilmu Ekonomi?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian dari Etika Ekonomi
Etika ekonomi adalah prilaku ekonomi yang mempunyai norma-norma
dalam ekonomi baik secara pribadi, insitusi serta dalam mengambil keputusan
dibidang ekonomi, supaya dapat terwujudnya ekonomi yang jujur dan dapat
melahirkan persaingan yang sehat dan dapat mendorong terbentuknya kerja sama
untuk membantu perekonomian yang lebih maju. Mengingat aktivitas ekonomi
yang dijalankan sebagian orang, kelompok masyarakat, atau negara di dunia dan
Indonesia pada khususnya, sudah sering melabrak etika dan mengoyak nilai-nilai
kemanusiaan, membumikan etika ke dalam jiwa-jiwa pelaku ekonomi sangat
penting untuk segera dilakukan. Manusia perlu membangun prestasi ekonomi
tanpa melupakan nilai-nilai etis. Pembumian etika ekonomi akan membuka
kesadaran manusia selalu berbuat baik kepada manusia lain. Ini tentu akan
melahirkan keharmonisan dalam aktivitas ekonomi. Keharmonisan ini akan
membawa kedamaian dan kemakmuran. Agar mencapai keseimbangan dan
keharmonisan, tindakan ekonomi perlu tetap berada dalam koridor hukum etika
dan evaluasi tindakan ekonomi secara mendalam. Nilai-nilai etika akan membantu
para pelaku ekonomi untuk tidak terperangkap ke dalam ide, gagasan, atau
pemikiran yang merusak kegiatan ekonomi. Spirit etika akan memotivasi para
pelaku ekonomi menunaikan kewajibannya bagi sesama dan mencegah mereka
dari metode, cara berpikir, praktik, perilaku yang tidak terhormat, dan tidak adil
serta menyakiti orang lain.
B.
Prinsip - Prinsip dari Etika Ekonomi
Secara umum, prinsip-prinsip yang dipakai dalam bisnis tidak akan pernah lepas
dari kehidupan keseharian kita. Namun prinsip-prinsip yang berlaku dalam bisnis
sesungguhnya adalah implementasi dari prinsip etika pada umumnya.
1)
Prinsip Otonomi
Orang bisnis yang otonom sadar sepenuhnya akan apa yang menjadi
kewajibannya dalam dunia bisnis. la akan sadar dengan tidak begitu saja mengikuti
norma dan nilai moral yang ada, namun juga melakukan sesuatu karena tahu dan
sadar bahwa hal itu baik, karena semuanya sudah dipikirkan dan dipertimbangkan
secara masak-masak. Dalam kaitan ini, salah satu contohnya perusahaan memiliki
kewajiban terhadap para pelanggan, diantaranya adalah:
Memberikan produk dan jasa dengan kualitas yang terbaik dan sesuai dengan
tuntutan mereka;
Memperlakukan pelanggan secara adil dalam semua transaksi, termasuk
pelayanan yang tinggi dan memperbaiki ketidakpuasan mereka;
Membuat setiap usaha menjamin mengenai kesehatan dan keselamatan
pelanggan, demikian juga kualitas Iingkungan mereka, akan dijaga
kelangsungannyadan ditingkatkan terhadap produk dan jasa perusahaan;
Perusahaan harus menghormati martabat manusia dalam menawarkan,
memasarkan dan mengiklankan produk.
Untuk bertindak otonom, diandaikan ada kebebasan untuk mengambil keputusan
dan bertindak berdasarkan keputusan yang menurutnya terbaik, karena kebebasan
adalah unsur hakiki dari prinsip otonomi ini. Dalam etika, kebebasan adalah
prasyarat utama untuk bertindak secara etis, walaupun kebebasan belum menjamin
bahwa seseorang bertindak secara otonom dan etis. Unsur lainnya dari prinsip
otonomi adalah tanggungjawab, karena selain sadar akan kewajibannya dan
bebas dalam mengambil keputusan dan tindakan berdasarkan apa yang dianggap
baik, otonom juga harus bisa mempertanggungjawabkan keputusan dan
tindakannya. Kesediaan bertanggungjawab merupakan ciri khas dari
makhluk bermoral, dan tanggungjawab disini adalah tanggung jawab pada
diri kita sendiri dan juga tentunya pada stakeholder.
2) Prinsip Kejujuran
Bisnis tidak akan bertahan lama jika tidak ada kejujuran, karena kejujuran
merupakan modal utama untuk memperoleh kepercayaan dari mitra bisnisnya,
baik berupa kepercayaan komersial, material, maupun moril. Kejujuran menuntut
adanya keterbukaan dan kebenaran. Terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang
berkaitan dengan kejujuran:
Kejujuran relevan dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak.
Pelaku bisnis disini secara a priori saling percaya satu sama lain, bahwa
masing-masing pihak jujur melaksanakan janjinya. Karena jika salah satu pihak
melanggar, maka tidak mungkin lagi pihak yang dicuranginya mau bekerjasama
lagi, dan pihak pengusaha lainnya akan tahu dan tentunya malas berbisnis
dengan pihak yang bertindak curang tersebut.
Kejujuran relevan dengan penawaran barang dan jasa dengan mutu dan harga
yang baik. Kepercayaan konsumen adalah prinsip pokok dalam berbisnis.
Karena jika ada konsumen yang merasa tertipu, tentunya hal tersebut akan
rnenyebar yang menyebabkan konsumen tersebut beralih ke produk lain.
Kejujuran relevan dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan yaitu
antara
pemberi
kerja
dan
pekerja, dan berkait dengan kepercayaan.
Perusahaan akan hancur jika kejujuran karyawan ataupun atasannya tidak terjaga.
3) Prinsip Keadilan
Prinsip ini menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan
aturan
yang
adil
dan
kriteria
yang
rasional
objektif
dan
dapat
dipertanggungjawabkan. Keadilan berarti tidak ada pihak yang dirugikan hak dan
kepentingannya. Salah satu teori mengenai keadilan yang dikemukakan oleh
Aristoteles adalah:
Keadilan legal. Ini menyangkut hubungan antara individu atau kelompok
masyarakat dengan negara. Semua pihak dijamin untuk mendapat perlakuan
yangsama sesuai dengan hukum yang berlaku. Secara khusus dalam bidang
bisnis,
keadilan
legal
menuntut
agar
Negara bersikap netral dalam
memperlakukan semua pelaku ekonomi, negara menjamin kegiatan bisnis yang
sehat dan baik dengan mengeluarkan aturan dan hukum bisnis yang berlaku
secara sama bagi semua pelaku bisnis.
Keadilan komunitatif. Keadilan ini mengatur hubungan yang adil antara orang
yang satu dan yang lain. Keadilan ini menyangkut hubungan vertikal antara
negara dan warga negara, dan hubungan horizontal antar warga negara. Dalam
bisnis keadilan ini berlaku sebagai kejadian tukar, yaitu menyangkut pertukaran
yang fair antara pihak-pihak yang terlibat.
Keadilan distributif. Atau disebut juga keadilan ekonomi, yaitu distribusi
ekonomi yang merata atau dianggap adil bagi semua warga negara. Dalam dunia
bisnis keadilan ini berkaitan dengan prinsip perlakuan yang sama sesuai dengan
aturan dan ketentuan dalam perusahaan yang juga adil dan baik.
4) Prinsip Saling Menguntungkan
Prinsip ini menuntut agar semua pihak berusaha untuk saling menguntungkan
satu sama lain. Dalam dunia bisnis, prinsip ini menuntut persaingan bisnis haruslah
bisa melahirkan suatu win-win situation.
5) Prinsip Integritas Moral
Prinsip ini menyarankan dalam berbisnis selayaknya dijalankan dengan tetap
menjaga nama baiknya dan nama baik perusahaan.
Dari kelima prinsip yang tentulah dipaparkan di atas, menurut Adam Smith,
prinsip keadilanlah yang merupakan prinsip yang paling penting dalam
berbisnis. Prinsip ini menjadi dasardan jiwa dari semua aturan bisnis, walaupun
prinsip lainnya juga tidak akan terabaikan. Karena menurut Adam Smith, dalam
prinsip keadilan khususnya keadilan komutatif berupa no harm, bahwa sampai
tingkat tertentu, prinsip ini telah mengandung semua prinsip etika bisnis lainnya.
Karena orang yang jujur tidak akan merugikan orang lain, orang yang mau saling
menguntungkan dengan pibak Iain, dan bertanggungjawab untuk tidak merugikan
orang lain tanpa alasan yang diterima dan masuk akal.
C.
Hubungan Etika dengan Ilmu Ekonomi
Berdasarkan teori ekonomi, perusahaan dalam suatu pasar bebas yang
menggunakan sumber daya yang langka atau faktor produksi (tenaga kerja, bahan
baku, dan modal) dalam rangka menghasilkan barang dan jasa (output).
Permintaan atas barang dan jasa tersebut ditentukan oleh preferensi konsumen
secara individu untuk memilih diantara barang dan jasa yang tersedia dengan
tujuan untuk memaksimalkan kepuasan dari preferensinya yang disebut utility.
Perusahaan juga berusaha untuk memaksimalkan preferensinya atau utility dengan
menaikkan outputnya sampai dengan titik tertentu dimana jumlah yang mereka
terima dari penjualan barang dan jasa sama dengan jumlah yang dikeluarkan
untuk membiayai tenaga kerja, membeli bahan baku, modal dan berbagai
pengeluaran lainnya, dimana pendapatan marjinal (marginal revenues) sama
dengan biaya marjinal (marginal costs). Ilmu ekonomi menyediakan berbagai
pertimbangan yang berkaitan dengan berbagai pilihan yang bersifat ekonomi baik
bagi individu maupun perusahaan.
Alasan utama berkaitan dalam berbagai pilihan adalah untuk memaksimalkan
utility. Etika memberikan berbagai pertimbangan selain pertimbangan bersifat
ekonomi dengan berbagai alasannya, termasuk kebenaran, keadilan dan nilai-nilai
diluar ekonomi.
Justifikasi Terhadap Sistem Pasar (Justification of the Market System)
Justifikasi atas suatu pasar bebas dalam sistem kapitalis, antara lain untuk
memperoleh keuntungan selain itu organisasi bisnis berupaya mendorong
terjadinya kemakmuran untuk seluruh masyarakat. Untuk itu perlu diciptakan
suatu kondisi agar aktivitas bisnis bermanfaat bagi masyarakat. Aturan itu
mencakup ketaatan terhadap pengendalian moral minimal untuk mencegah
pencurian, kecurangan, dan sejenisnya. Pasar seharusnya benar-benar kompetitif,
mudah untuk masuk dan keluar pasar, dan informasi mudah diperoleh. Selain itu
seluruh biaya produksi harus direfleksikan dalam harga yang dibayar baik oleh
perusahaan maupun individu.
Berbagai Kondisi Untuk Pasar Bebas (Some Conditions for Free Market)
Pemerintah berperan untuk menciptakan aturan main yang harus dipatuhi oleh
para manajer dalam membuat keputusan terutama yang menyangkut ekonomi.
Tugas untuk menjaga agar aturan main benar-benar dipatuhi tidak hanya
diserahkan pada pemerintah, melainkan juga kepada semua pihak yang terlibat di
dalamnya. Ketika ilmu ekonomi digunakan untuk membuat kebijakan publik
maka harus juga digunakan nilai-nilai yang bersifat nonekonomi khususnya etika.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Etika adalah suatu cabang dari filosofi yang berkaitan dengan ”kebaikan
(rightness)” atau moralitas (kesusilaan) dari perilaku manusia. Dalam pengertian
ini etika diartikan sebagai aturan-aturan yang tidak dapat dilanggar dari perilaku
yang diterima masyarakat sebagai ”baik (good” atau buruk (bad)”. Sedangkan
Penentuan baik dan buruk adalah suatu masalah selalu berubah.
2. Etika ekonomi adalah standar-standar nilai yang menjadi pedoman atau acuan
manajer
dan
segenap
karyawan
dalam
pengambilan
keputusan
dan
mengoperasikan ekonomi yang etik.
3. Paradigma etika dan ekonomi adalah dunia yang berbeda sudah saatnya dirubah
menjadi paradigma etika terkait dengan ekonomi atau mensinergikan antara etika
dengan laba. Justru di era kompetisi yang ketat ini, reputasi perusahaan yang baik
yang dilandasi oleh etika ekonomi merupakan sebuah competitive advantage yang
sulit ditiru. Oleh karena itu, perilaku etik penting diperlukan untuk mencapai
sukses jangka panjang dalam sebuah bisnis.
B.
Saran
Perilaku yang sesuai dengan etika (Ethical Behavior) adalah perilaku yang sesuai
dengan peraturan (rules) atau standar untuk melakukan sesuatu pekerjaan yang
benar atau sesuai dengan moralitas (morality). Etika dapat diartikan seperangkat
aturan yang menjadi pedoman atau standar bagi setiap orang atau masyarakat
apakah suatu tindakan adalah benar dan salah atau baik dan buruk.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2013/03/14/17665/pentingnya-etikadalam-berekonomi/#.VuqtSkCKq9c
http://ekonomibisnispancasila.blogspot.co.id/2015/04/pentingnya-etika-dalamekonomi-dan.html
http://editfhotokeren.blogspot.co.id/2011/03/etika-dalam-ekonomi.html