Perkembangan Partai Politik dan Pemilu I

BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Indonesia merupakan negara multikultural, yang dimana masyarakatnya
terdiri dari beragam suku dan budaya yang berbeda. Perlu adanya sebuah wadah
atau organisasi untuk menampung dan menyatukan perbedaan-perbedaan tersebut.
Kehadiran partai politik dijadikan wadah untuk menampung asprasi masyarakat.
Partai politik merupakan sarana bagi warga negara untuk turut serta atau
berpartisipasi dalam proses pengelolaan negara, dan saat ini partai politik sudah
sangat akrab dengan lingkungan kita.1 Adanya partai politik diharapkan terjadi
komunikasi politik antara masyarakat dan pemerintah.
Perkembangan partai politik di Indonesia mengalami beberapa kali perubahan.
Partai politik lahir zaman kolonial sebagai manifiesta bangkitnya kesadaran
nasional.2 Indonesia menganut sistem multi partai, dimana terdapat lebih dari dua
partai politik, adanya partai Masyumi, PNI, dan PKI merupakan beberapa partai
bersar pada era orde lama.

Pada awal revolusi fisik, partai-partai politik

memainkan peran penting dalam proses membuat keputusan yang menentukan
nasib masyarakat Indonesia.3 Fenomena multipartai ini mengakibatkan banyaknya

partai politik yang bermunculan. Kehadiran partai politik baru tidak dapat
terbendung lagi. Dengan banyaknya partai politik di Indonesia menimbulkan
konflik antar partai politik.

1 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010), 397
2 Ibid, 423
3 Ibid, 428

1

Keberhasilan

partai

politik

dalam

berkomunikasi


politik

dengan

masyarakat yaitu dengan banyaknya masyarakat yang berpartisipasi dalam
pemilihan umum. Pemilihan umum adalah cara dengan mana pemilih dapat
mengekspresikan pilihan politiknya melalui pemberian suara, dimana suara
tersebut ditransformasikan menjadi kursi di parlemen atau pejabat publik. 4
Pemilihan umum di Indonesia sendiri pertama kali dilaksanankan pada tahun 1955
dan sampai saat ini sudah tercatat ada 11 kali pemilihan umum. Pada pemilihan
umum yang ada di Indonesia, kerap kali hasil dari pemilihan umum tersebut
memicu konflik di masyarakat. Indonesia terakhir mengadakan pemilihan umum
yaitu, pemilihan umum presiden yang dilaksanakan 9 Juli 2014 lalu dengan
mengusung 2 calon kandidat. Sebelumnya dilaksanakan pemilihan umum
legislatif yang di ikuti oleh 11 partai politik. pemilihan umum di Indonesia
dilaksanakan 5 tahun sekali. Dalam setiap pemilihan umum legislatif maupun
pemilihan presiden, partai politik yang berhak ikut dalam pemilihan umum
berbeda-beda tiap pemilihan umumnya. Perubahan-perubahan dalam pemilu dan
partai politik di Indoenesia kurang lebihnya mempengaruhi terhadap pemilihan
umum dan partai politik yang ada saat ini.


1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana perkembangan partai politik dan pemilihan umum di Indonesia
saat masa orde baru hingga saat ini ?

1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, tujuan penulisan
makalah ini untuk mengetahui bagaimana perkembangan partai politik dan
pemilihan umum di Indonesia dan mengetahui dampak dari perubahan-perubahan
partai politik dan pemilihan umum hingga saat ini.

1.4 Manfaat Penulisan
 Secara akademis : makalah ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan tentang perkembangan partai politik dan pemilihan
umum di Indonesia
4 Indah Maisuri, Pemilihan Umum, dalam web
(https://www.academia.edu/4728332/Pemilihan_Umum), diakses pada 26 November 2014

2


 Secara praktis: makalah ini diharapkan bisa memberikan
pemahaman faktor dan dampak dari perubahan dalam partai politik
dan pemilihan umum di Indonesia

1.5 Sistematika penulisan
 BAB I : Pendahluan
Bab ini berisi uraian singkat mengenai alasan pemilihan
judul, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan.
 BAB II : Kerangka Pemikiran
Dalam bab ini menjelaskan mengenai demokrasi yang
menciptakan partai politik dan pemlihan umum.
 BAB III : Isi
Dalam

bab

ini

membahas


mengenai

bagaimana

perkembangan partai politik dan pemilihan umum di
Indonesia sejak orde baru hingga saat ini. Dan juga apa saja
yang mempengaruhi dalam perubahan partai politik dan
pemilihan umum di Indonesia.
 BAB IV: Kesimpulan

Bab ini berisi mengenai kesimpulan penulisa atas semua
penjelasan yang telah di paparkan dalam bab sebelumnya.

3

BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN

Adanya partai politik dan pemilihan umum di Indonesia, di dasari atas

keinginan masyarakat untuk bisa menentukan sendiri nasib kehidupan bangsanya,
atau bisa dikaitkan dengan teori demokrasi sebagai suatu sistem politik dimana
partai-partai politik berlomba untuk mendapatkan suara massa pemilih, elitnya
relatif “terbuka” dan direkrut atas dasar kualitas dan masa penduduk dapat
berpartisipas dalam mengatur masyarakat, setidaknya dalam hal kebebasan untuk
memilih elit tandingan.5 Partai politik merupakan unit yang membuat pemilihan
umum berjalan, dimana dengan pemilihan umum masyarakat dapat memilih
secara langsung pemimpin untuk negaranya. Diadakannya pemilihan umum
merupakan bentuk kebebasan masyarakat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi.
Indonesia mulai mengenal adanya partai politik sejak zaman kolonial, kepartaian
pasa masa itu menunjukan keanekaragaman dan pada masa ini dihidupkan
kembali dalam bentuk multi-partai.6 Adanya partai politik di awali dengan adanya
organisasi-organisasi yang bertujuan sosial, maupun agama, membuat kehidupan
masyarakat Indonesia bisa duduk di lembaga kolonial Volksraad , namun
sayangnya pada masa pendudukan Jepang 1942-1945 semua partai politik
dibubarkan untuk membantu pemerintahan penjajahan Jepang dalam perang
melawan Sekutu.7
Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 mencatakan sejarah baru
bagi bangsa Indonesia sendiri dan terpilihnya Ir. Soekarno sebagai Presiden RI
pertama dan Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden RI. Adanya kebijakan-kebijakan

baru yang dibuat oleh Presiden dan Wakil Presiden setelah kemerdekaan. Pada
tahun 1945 sebagai respon atas keluarnya maklumat Wakli Presiden RI No. X atas
usul Badan Pekerja KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) 3 November 1945
5 SP. Varma, Teori Politik Modern, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), 210
6 Miriam, 423, Op.cit.
7 Hafied Cangara, Komunikasi Politik, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), 233

4

yang isinya mengukuhkan kedudukan KNIP dan memberikan kesempatan seluasluasnya kepada rakyat Indoensia untuk membentuk partai politik. 8 Dengan adanya
maklumat tersebut membuat banyaknya partai politik baru yang bermunculan,
hingga Januari 1946 sudah ada sepuluh partai politik di Indonesia. Dalam masa
revolusi fisik (1945-1949) wakil-wakil yang duduk dalam KNIP, dan orang-orang
yang duduk dalam kabinet kebanyakan wakil partai, pada masa ini kabinet
menghadapi berbagai tantangan baik dari luar maupun dari dalam, adanya
pemberontakan-pemberontakan yang tejadi dan juga adanya ketidaksepakatan
partai-partai dalam strategi perjuangan menghadapi pihak sekutu.9 Pada zaman
Republik Indonesia Serikat (RIS) pada tahun 1949-1950 partai-partai politik
mendukung untuk Indonesia kembali bersatu. Pada tahun 1949 kemerdekaan
Indonesia diakui oleh dunia internasional. Adanya UUDS pada tahun 1950, pola

kabinet koalisi berjalan terus, dan koalisi melibatkan kedua partai yaitu Masyumi
dan PNI.10 Namun stabilitas negara yang didambakan tidak tercapai melalui
kabinet koalisi tersebut.
KNIP pada tahun 1953 mengeluarkan Undang-Undang No.7 tahun 1953
tentang Partai Politik dan Persyaratan untuk mengikuti pemilihan umum. Maka
pada 29 September 1955 dilaksanakan pemilihan umum anggota DPR, dan diikuti
oleh 28 partai dan perorangan, sementara untuk pemilihan umum anggota
konstituante dilaksanakan 15 Desember 1955 diikuti 34 partai politik dan
perorangan.11 Namun terjadinya kekacauan dalam tubuh konstituante memaksa
Presiden Soekarno memaklumatkan Dekrit 5 Juli 1959, yang berisikan kembali
ke Undang-Undang Dasar RI 1945, membubarkan DPR dan Konstituante,
membentuk DPRS dan Presiden mimilih langsung anggota DPRS dengan
menerapkan demokrasi terpimpin.12 Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno
adanya penjegalan oleh partai-partai politik terhadap badan usaha milik negara,
dan munculnya perselisihan kepentingan antar golongan. Kabinet ini mengalami
jatuh bangun, kondisi tersebut membuat pihak militer ikut serta memelihara
kestabilan dan keamanan negara, maka pihak militer mealukan dwifungsi ABRI
8 Ibid, 234
9 Miriam, 430, op.cit
10 Ibid, 432

11 Hafied, 236-237, op.cit
12 Ibid, 239

5

dan hal ini mengawali masuknya militer diranah politik Indonesia. Kondisi
ketidak stabilan kabinet tersebut berlangsung hingga jatuhnya Soekarno sebagai
presiden. Pemilihan umum pada 1955 adalah pemilihan umum yang terakhir pada
masa orde lama. Pemilu pertama pada masa orde baru dilaksanakan pada 1971,
lalu diselenggarakan secara berkala hingga tahun 1998. Pada masa orde baru
otoritarian masih terjadi, malah pada pemerintahan Presiden Soeharto paraktik
otoritarian dikembangkan melalu cara-cara yang lebih sistematis dan canggih.13

13 Hafied, 242, Op.cit

6

BAB III
ISI
3.1 Masa Orde Baru

Masa orde baru berjalan dimulai pada tahun 1966 dimana Presiden
Soekarno digantikan oleh Presiden Soeharto, hingga tahun 1998 yaitu saat
Presiden Soeharto mengundurkan diri sebagai Presiden. Pada maa Orde baru
terjadi enam kali pemilihan umum. Adanya keikutsertaan ABRI dalam pemilihan
umum dengan bergabung dalam Golongan Karya. Pada masa pemerintahan orde
baru, salah satu tindakan MPRS saat itu yang berhubungan dengan partai politik
adalah pembubaran Partai Komunis Indonesia (PKI) melalui TAP MPRS No.
XXV/1966 disamping ketetapan pencabutan penetapan Presiden Soekarno sebagai
presiden seumur hidup. Sementara itu, terjadi perdebatan melalui berbagai
seminar dan media massa, antara lain mengenai perlunya mendirikan demokrasi
dan membentuk suatu sistem politik yang demokratis dengan merombak struktur
politik yang ada.14 Partai politik menjadi sasaran utama dari kecaman masyarakat
dianggap telah bertindak memecah belah karena terlalu mementingkan ideologi
serta kepentingan masing-masing.15
A. Pemilu pada tahun 1971
Pada masa ini terdapat instansi yang menarik perhatian yakni Seskoad,
Bandung yang menjadi sebagai pusat pemikir (think tank) yang pada tahun 1966
mereka mengadakan seminar angkatan darat II yang membahas tentang dua
sistem pemilihan, yaitu sistem perwakilan berimbang dan sistem distrik. Sebagai
hasil perdebatan baik di dalam maupun di luar seminar akhirnya sistem distrik

dituang dalam RUU pemilu yang diajukan ke parlemen awal tahun 1967 bersama
dengan RUU lainnya.16 Akan tetapi ternyata RUU ini sangat dikecam oleh partai14 Miriam, 442, Op.cit.
15 Ibid.
16 Ibid. hlm. 443.

7

partai politik, tidak hanya karena dianggap dapat merugikan mereka, akan tetapi
juga karena mencakup beberapa ide baru, seperti duduknya wakil ABRI sebagai
anggota parlemen.17 Akhirnya pada tanggal 27 Juli 1967 pemerintah dan partai
mecapai kosensus dimana pemerintah akhirnya mengalah dengan menyetujui
sistem pemilihan umum proporsional tetapi dengan beberapa modifikasi.
Berdasarkan kosensus itu pada tanggal 8 Desember 1967 RUU diterima baik oleh
parlemen dan pemilihan umu Orde Baru yang diikuti oleh sepuluh partai politik.
Pemilu pada masa orde baru dilaksanakan pada tahun 1971, berarti ini
merupakan pemilu pertama pada masa orde baru. Total ada 10 partai politik yang
bertarung kali ini dan hanya delapan parpol yang meraih kursi. Muncul dua partai
baru, yaitu Golongan Karya (Golkar) dan Partai Muslimin Indonesia (Parmusi).
Beberapa parpol pada Pemilu 1955 tak lagi ikut serta karena dibubarkan, seperti
Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi), Partai Sosialis Indonesia (PSI),
dan Partai Komunis Indonesia (PKI). 18 Jika pemilu merupakan sebuah
penyampaian langsung kemauan rakyat atas presiden yang diinginkannya dimana
rakyat dapat memilih langsung calon presiden yang diinginkannya tersebut secara
bebas sesuai haknya. Namun, pada pemilu periode tahun ini proses pemilu tidak
berlangsung fair karena adanya pemihakan pemerintah kepada salah satu
organisasi peserta pemilu, yaitu Golkar, birokrasi dengan monoloyalitasnya dan
militer mendukung Golkar untuk mencapai kemenangan.19 Jika hal tersebut terjadi
maka pemilu pada periode ini bisa dibilang jauh dari harapan demokrasi yang
seharusnya melibatkan hak rakyat untuk ikut serta dalam pemilihan serta
tersampaikan hak suaranya yang dihasilkan oleh hasil voting calon presiden
ataupun calon legislatif dengan memperoleh suara terbanyak saat itu. Namun, jika
tertulis bahwa adanya keberpihakan pemerintah terhadap satu sudut saja hal ini
bisa menyebabkan ketidak puasan rakyat pada masa itu. Meskipun golkar
merupakan partai baru dalam pemilu pertama di orde baru ini namun partai
17 Ibid.
18 http://nasional.kompas.com/read/2014/01/11/1932246/Pemilu.1971.Demokrasi.Semu,
diakses pada 26 November 2014 pukul 19.00
19http://kepustakaanpresiden.pnri.go.id/election/directory/election/?
box=detail&id=20&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_status=,
diakses pada 26 November 2014 pukul 19.10

8

tersebut bisa membuat kemenangan dengan cara keberpihakannya pemerintah
tersebut. Partai yang pada masa orde lama ini belum tercantum sebagai kandidat
parpol terpilih namun setelah muncul pertama kalinya di awal pemilu pada masa
Orde Baru ini dapat membuat kemenangan. Sekretariat Bersama Golkar dijadikan
kendaraan politik Soeharto, dengan berbagai cara Soeharto melemahkan kekuatan
parpol besar lain sambil membesarkan Golkar, misalnya soal nama tidak
digunakan istilah ”partai”, tetapi ”golongan”, padahal dalam praktiknya Golkar
jelas-jelas partai politik.20 Jika dijelaskan pada kalimat sebelumnya bahwa Golkar
telah menjadi kendaraan politik Soeharto dan saat itu Soeharto telah menjabat
menjadi presiden yang bisa berkuasa penuh maka banyak kemungkinan bahwa
terjadinya kemenangan atas golkar meskipun merupakan partai baru.
Tabel 1
Perolehan Suara Pemilihan Umum 1971

No.

Partai

Suara

%

Kursi

1.

Golkar

34.348.673

62,82

236

2.

NU

10.213.650

18,68

58

3.

Parmusi

2.930.746

5,36

24

4.

PNI

3.793.266

6,93

20

5.

PSII

1.308.237

2,39

10

6.

Parkindo

733.359

1,34

7

7.

Katolik

603.740

1,10

3

20 http://nasional.kompas.com/read/2014/01/11/1932246/Pemilu.1971.Demokrasi.Semu,
diakses pada 26 November 2014 pukul 19.00

9

8.

Perti

381.309

0,69

2

9.

IPKI

338.403

0,61

-

10.

Murba

48.126

0,08

-

54.669.509

100,00

360

Jumlah

Sumber: http://www.kpu.go.id/index.php/pages/detail/2014/9/PEMILU-1971/MzQz

Sementara itu golongan militer bertambah kuat yang menimbulkan sebuah rezim
yang otoriter. Usaha penyederhanaan partai dilanjutkan dengan cara yang sedikit
banyak radikal.21 Di depan kesepuluh partai tersebut Presiden Soeharto
mengemukakan sarannya agar partai mengelompokkan diri untuk mempermudah
kampanye pemilihan umum tanpa partai yang harus kehilangan identitasnya
masing-masing. Pengelompokkan ini mencakup tiga kelompok, yaitu Golongan
Nasional, Golongan Spiritual, dan Golongan Karya.22 Pengelompokkan tiga
golongan ini baru terjadi pada tahun 1973. Partai-partai Islam, yaitu NU,
PARMUSI, PSII, dan PERTI bergabung menjadi Partai Persatuan Pembangunan
(PPP). Kemudian lima partai sisanya seperti PNI, PARKINDO, Partai Katolik,
MURBA, dan IPKI bergabung menjadi Partai Demokrasi Indonesia (PDI).
Dengan demikian pada pemilihan umum tahun 1977 hanya ada tiga partai politik,
yaitu PPP, PDI, dan Golkar. Dengan demikian proses penyederhanaan partai yang
telah dimulai pada zaman demokrasi terpimpin, akhirnya terlaksana secara efektif
pada zaman demokrasi Pancasila dengan tiga partai yang berasas Pancasila.23

21 Miriam, 446, Op.cit.
22 Ibid.
23 Ibid.

10

B. Pemilu pada tahun 1977
Pada pemilu 1977, yang terdiri dari hasil gabungan beberapa partai lalu
hanya menjadi partai yang maju kedalam pemilihan umum 1977 ini, yakni PDI,
PPP dan Golkar. Pada pemilu ini dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 1977. 24 Pada
pemilu ini juga mengikuti sistem pemilu sebelumnya, dimana menentukan jumah
pemenang pemilu pada porsi suara yang diperolehnya. Masyarakat hanya memilih
parpolnya saja sedangkan kandidat yang terpilih dalam parpol tersebut akan
dipilih oleh pemerintah secara selektif.
Tabel 2
Perolehan Suara Pemilihan Umum 1977

No. Partai Suara

%

Kursi % (1971) Keterangan

1. Golkar 39.750.096 62,11 232

62,80

- 0,69

2. PPP

18.743.491 29,29 99

27,12

+ 2,17

3. PDI

5.504.757

10,08

- 1,48

Jumlah

63.998.344 100,00 360

8,60

29

100,00

Sumber: http://www.kpu.go.id/index.php/pages/detail/2014/10/PEMILU-1977 1997/MzQz

Pada pemilu kedua didalam orde baru ini dapat dilihat bahwa hasil
menunjukkan kemenangan kembali oleh Golkar, yang kemdian diposisi kedua
oleh PPP lalu PDI. Golkar mengalami keningkatan jumlah pemilih dibandingkan
dengan pemilu pertama masa orde baru yakni dengan selisih pada pemilu 1971

24http://kepustakaanpresiden.pnri.go.id/election/directory/election/?
box=detail&id=22&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_status=,
diakses pada 26 November 2014 pukul 20.01

11

mendapatkan 34.348.673 lalu di pemilu tahun ini mencapai kenaikan hingga
mendapatkan perolehan suara sebanyak 39.750.096.
C. Pemilu pada tahun 1982
Pada tahun ini merupakan pemilu ketiga kalinya masa orde baru setelah tahun
5 Juli 1971 dan 2 Mei 1977. Pemilu tahun ini diselenggarakan pada 4 Mei 1982. 25
Peserta

pemilu

sama

dengan

pemilu

di

periode

sebelumnya

yakni

mengikutsertakan 3 parpol: PDI, PPP, dan Golkar.
Tabel 3
Perolehan Suara Pemiliha Umum 1982

No. Partai Suara DPR %

Kursi % (1977) Keterangan

1.

Golkar 48.334.724 64,34

242

62,11

+ 2,23

2.

PPP

20.871.880 27,78

94

29,29

- 1,51

3.

PDI

5.919.702

24

8,60

- 0,72

Jumlah

7,88

75.126.306 100,00 364

100,00

Sumber: http://www.kpu.go.id/index.php/pages/detail/2014/10/PEMILU-1977-1997/MzQz

Dapat kita lihat dari tabel tersebut bahwa kemenangan kembali dimiliki
oleh golkar. Pemilu ketiga golkar telah meraih kemenangan tiga kali berturut-turut
pada masa ini.

25http://kepustakaanpresiden.pnri.go.id/election/directory/election/?
box=detail&id=1&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_status=,
diakses pada 26 November 2014 pukul 20.35

12

Namun, pada pemilu periode ini terdapat kerusuhan, dimana pihak Golkar
dan PPP saling berlawanan. Kerusuhan bermula pada 18 Maret 1982, pada saat itu
massa golkar sedang menguningkan Lapangan Banteng yang sedang menunggu
juru bicaranya Ali Murtopo lalu situasi berubah ketika massa beratribut PPP
melintasi Lapangan Banteng, yang kemudian mereka saling cela satu sama lain
dan melempar batu.26 Kerusuhan ini menyebabkan kerugian banyak pihak seperti
korban atas kekerasan yang dilakukan kedua massa tersebut, hal tersebut
merupakan sebagian pelanggaran kampanye dalam pemilu. Pada kerusuhan
tersebut terdapat rekayasa dimana ditunjukkan agar rakyat bersimpati terhadap
salah satu massa, hingga terlaksanya pemilu pada 4 Mei 1982 yang menghasilkan
Golkar lah yang memenangkannya kembali.

D. Pemilu pada tahun 1987

Pemungutan suara Pemilu 1987 diselenggarakan tanggal 23 April 1987
secara serentak di seluruh tanah air.27 Pemilu kali ini masih sama seperti pemilu
sebelumnya yang beranggotakan 3 partai politik.

26 http://politik.news.viva.co.id/news/read/4926-perang_batu_di_lapangan_banten_1_2,
diakses pada 26 November 2014 pukul 21.01
27http://kepustakaanpresiden.pnri.go.id/election/directory/election/?
box=detail&id=24&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_status=,
diakses pada 26 November 2014 pukul 21.08

13

Tabel 4
Perolehan Suara Pemilihan Umum 1987
No.

Partai

% Suara

Kursi

1. Golongan Karya (Golkar) 62.783.680

73,16

299

2.

13.701.428

15,97

61

9.384.708

10,87

40

85.869.816

100,00

400

Partai Persatuan

Suara

Pembangunan (PPP)
3

Partai Demokrasi
Indonesia
JUMLAH

Sumber: http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/01/15/272545199/Pemilu-1987

Dalam tabel tersebut juga dinyatakan bahwa Golkar yang mengungguli
pemilu periode ini. Semakin meningkatnya jumlah perolehan suara yang
didapatkan golkar dari periode ke periode. Periode sebelumnya Golkar mendapat
perolehan suara sebanyak 48.334.724 lalu periode ini meningkat menjadi
62.783.680 suara.
E. Pemilu pada tahun 1992
Pemilihan Umum Tahun 1992 diselenggarakan pada tanggal 9 Juni 1992.28
Merupakan pemilu kelima dalam legislatif namun, pemilu yang kelima dalam
masa orde baru.

Tabel 5
28http://kepustakaanpresiden.pnri.go.id/election/directory/election/?
box=detail&id=25&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_status= ,
diakses pada 26 Nivember 2014 pukul 21.46

14

Perolehan Suara Pemilihan Umum 1992

No. Partai

Suara

%

Kursi % (1987)

Keterangan

1.

Golkar 66.599.331

68,10

282

73,16

- 5,06

2.

PPP

16.624.647

17,01

62

15,97

+ 1,04

3.

PDI

14.565.556

14,89

56

10,87

+ 4.02

97.789.534

100,00 400

Jumlah

100,00

Sumber: http://www.kpu.go.id/index.php/pages/detail/2014/10/PEMILU-1977-1997/MzQz

Masih dalam hasil yang sama yakni diungguli oleh Golkar dengan perolehan
suara tertingginya sebesar 66.599.331. Pada masa Orde Baru juga terdapat ke
kisruhan partai politik, yakni pecahnya PDI menjadi 2 kubu pada 27 Juli 1996
yang biasa disebut dengan Sabtu Kelabu yang merupakan puncak konflik PDI.
Konflik ini diakibatkan pada awalnya pada Kongres Luar Biasa PDI di Surabaya
1993, Megawati secara aklamasi terpilih sebagai ketua umum PDI. Namun,
pemerintah tidak puas dengan terpilihnya Mega sebagai ketua umum PDI yang
kemudian Soerjadi ditetapkan sebagai ketua umum PDI. Kemudian pada 27 Juli
1996 kelompok pendukung Soerjadi melakukan perebutan kantor DPP PDI dari
pendukung Megawati. Peristiwa Sabtu Kelabu ini menyebabkan 5 orang
meninggal, 149 luka-luka, dan 15 orang hilang yang sebelumnya dilaporkan 74
orang hilang. Karena hal ini kubu PDI terpecah menjadi 2, dan pendukung
Megawati membuat partai baru yaitu PDI Perjuangan, sedangkan kubu oposisi
sebagian besar massanya berpindah ke PPP.
F. Pemilu pada tahun 1997

15

Pemilihan umum pada tahun ini dilaksanakan pada tanggal 29 Mei 1997,
masih beranggotakan tetap pada 3 partai politik.29 Akankah pemilu terakhir pada
masa Orde Baru ini Golkar memenangkan kembali dalam pemungutan hasil
suara? Jika benar Golkar meraih hasil surat suara terbanyak maka sepanjang Orde
Baru ini Golkar selalu mengungguli parpol lainnya yang sebenarnya Golkar itu
sendiri tidak mengakui sebagai suatu partai politik namun mereka adalah sebuah
golongan karya yang disingkat menjadi Golkar. Untuk melihat kebenaran apakah
Golkar masih mengungguli hasil perolehan suara terbanyak hingga periode akhir
pemilu masa Orde Baru ini maka bisa dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 6
Perolehan Suara Pemilihan Umum 1997

No

Nama Partai

Jumlah

Urut

Jumlah Kursi

Suara

1.

Partai Persatuan Pembangunan

25340028 89

2.

Partai Golongan Karya

84187907 325

3.

PARTAI DEMOKRASI INDONESIA

3463225

Sumber:

11

http://kepustakaanpresiden.pnri.go.id/election/directory/election/?

box=detail&id=26&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_status=

Namun pada pemilu 1997 telah diselenggarakan secara tidak sah.
Karenanya, hasilnyapun tidak sah secara moral, sudah sewajarlah kalau banyak
orang berpendapat bahwa Pemilu 1997 ini harus dianggap batal dan bathil. 30
Dalam penjelasan di pemilu periode pertama masa Orde Baru bahwa Golkar
merupakan kendaraan politik Soeharto selaku Presiden saat itu maka ada
29http://kepustakaanpresiden.pnri.go.id/election/directory/election/?
box=detail&id=26&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_status=,
diakses pada 27 November 2014
30http://kepustakaanpresiden.pnri.go.id/election/directory/election/?
box=detail&id=26&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_status=,
diakses pada 27 November 2014

16

kemungkinan bahwa Soeharto yang memajukan nama Golkar. Mungkin
kemenangan Golkar sepanjang periode ini telah disesuaikan dengan masa
kepemimpinan Soeharto. Jika hal ini benar-benar terjadi bahwa Soeharto lah yang
ikut serta dalam kemenangan Golkar maka demokrasi yang mendasar dalam
sistem politik Indonesia tidak terlaksana
3.2. Masa Reformasi
Periode ini dimulai pada saat Presiden Soeharto turun dari jabatannya pada
21 Mei 1998 dan sejak saat ini pula, pada periode awal reformasi banyak tuntutan,
tekanan, dan desakan politik agar diadakannya pelaksanaan politik yang lebih
demokratis karena pada masa Orde Baru rezim yang dijalankan oleh mantan
Presiden Soeharto merupakan rezim otoriter. Dalam konteks kepartaian ada
tuntutan agar masyarakat mendapat kesempatan untuk mendirikan partai dan atas
dasar inilah pemerintahan Soeharto yang digantikan oleh wakilnya yakni B.J.
Habibie dan parlemen mengeluarkan UU No. 2/1999 tentang partai politik.
Perubahan yang didambakan ialah mendirikan suatu sistem di mana partai-partai
politik tidak mendominasi kehidupan politik secara berlebihan, akan tetapi yang
juga tidak memberi peluang kepada eksekutif untuk menjadi terlalu kuat
(executive heavy).31 Akibat dari pengeluaran UU tentang partai politik ini adalah
berdasarkan angka resmi dari Komisi Pemilihan Umum, partai politik yang
mendaftarkan diri ke Departemen Kehakiman berjumlah 141, namun setelah
diseleksi tidak semuanya dapat mengikuti pemilihan umum 1999, dan hanya
tersisa 48 partai saja yang memenuhi syarat yang dapat mengikuti pemilihan
umum.
Pemilu dilaksanakan pada tanggal 7 Juni 1999 diikuti oleh 48 partai politik
didalamnya.32 Jika terhitung dari pemilu terakhir ditahun 1997 harusnya pemilu
diadakan 5 tahun sekali terhitung dari tahun 1997 yang seharusnya pemilu
diadakan tahun 2002 bukan tahun 1999. Pemilu ini dipercepat dikarenakan
pengunduran diri oleh presiden Soeharto juga merupakan hasil tekanan rakyat
pada pemerintahan Habibie karena ia dipandang tidak memiliki legitimasi untuk
31 Miriam, 449, Op.cit.
32http://kepustakaanpresiden.pnri.go.id/election/directory/election/?
box=detail&id=27&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_status=,
diakses pada 27 November 2014

17

memegang tampuk kekuasaan.33 Maka pemilu dipercepat menjadi 1999. Jika
dilihat dari jumlah peserta partai politik pada pemilu ini maka terlihat sangat lebih
banyak dibanding pemilu pada masa orde baru dimana partai politik yang ikut
serta didalam pemilu telah dikeucutkan menjadi 3 oleh Soeharto dengan alasan
agar saling bekerja sama. Pluralisme partai politik yang ada bisa menggambarkan
bahwa adanya demokrasi kembali pada pemilu ini dimana semua partai politik
berhak ikut serta untuk mencalonkan dalam pemilu.
Tabel 7
Perolehan Suara Pemilihan Umum 1999

No Nama Partai

Suara

Kursi Tanpa Kursi Dengan SA

.

DPR

SA

35.689.07

153

154

120

120

1.

PDIP

3
2.

Golkar

23.741.74
9

3.

PPP

11.329.905 58

59

4.

PKB

13.336.98

51

51

2
5.

PAN

7.528.956

34

35

6.

PBB

2.049.708

13

13

7.

Partai Keadilan

1.436.565

7

6

8.

PKP

1.065.686

4

6

9.

PNU

679.179

5

3

10

PDKB

550.846

5

3

33Ibid.http://kepustakaanpresiden.pnri.go.id/election/directory/election/?
box=detail&id=27&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_status=,
diakses pada 27 November 2014

18

.
11. PBI

364.291

1

3

12

PDI

345.720

2

2

PP

655.052

1

1

PDR

427.854

1

1

PSII

375.920

1

1

16

PNI

Front 365.176

1

1

.

Marhaenis

17

PNI

Massa 345.629

1

1

.

Marhaen

18

IPKI

328.654

1

1

PKU

300.064

1

1

Masyumi

456.718

1

-

PKD

216.675

1

-

PNI Supeni

377.137

-

-

Krisna

369.719

-

-

.
13
.
14
.
15
.

.
19
.
20
.
21
.
22
.
23

19

24

Partai KAMI

289.489

-

-

PUI

269.309

-

-

PAY

213.979

-

-

Partai Republik

328.564

-

-

Partai MKGR

204.204

-

-

PIB

192.712

-

-

Partai SUNI

180.167

-

-

PCD

168.087

-

-

PSII 1905

152.820

-

-

Masyumi Baru

152.589

-

-

PNBI

149.136

-

-

PUDI

140.980

-

-

PBN

140.980

-

-

.
25
.
26
.
27
.
28
.
29
.
30
.
31
.
32
.
33
.
34
.
35
.
36

20

.
37

PKM

104.385

-

-

PND

96.984

-

-

PADI

85.838

-

-

PRD

78.730

-

-

PPI

63.934

-

-

PID

62.901

-

-

Murba

62.006

-

-

SPSI

61.105

-

-

PUMI

49.839

-

-

46

PSP

49.807

-

-

47

PARI

54.790

-

-

PILAR

40.517

-

-

105.786.6

462

462

.
38
.
39
.
40
.
41
.
42
.
43
.
44
.
45
.

.
48
.
Jumlah

21

61
Sumber: http://www.kpu.go.id/index.php/pages/detail/2008/11/Pemilu-1999

PDI-P yang memperoleh suara dan kursi paling banyak (data dari KPU:
35.689.073 suara dan 153 kursi) ternyata tidak dapat menjadikan Megawati
Soekarnoputri sebagai Presiden RI yang ke-4. Dengan adanya koalisi partai-partai
Islam dan beberapa partai baru menjadi kubu tersendiri di DPR, yang dikenal
dengan Poros Tengah, posisi PDI-P kalah kuat. Sebagai akibatnya yang dipilih
MPR menjadi Presiden adalah pendiri PKB yaitu K.H. Abdurrahman Wahid atau
yang biasa dipanggil Gus Dur.
Setelah periode ini menjelang pemilihan umum 2004, partai-partai yang
perolehan suaranya pada pemilu 1999 tidak memadai tidak dapat lagi mengikuti
pemilihan umum dan harus berbenah lagi untuk dapat ikut, ada yang bergabung
dengan partai-partai besar, ada yang berubah menjadi partai baru, dan lain-lain.
Bahkan, pada awal tahun 2003 jumlah partai politik yang mendaftarkan diri
melonjak cukup tinggi dari 1999 yakni mencapai 237 partai yang terdaftar di
Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, hal ini ditenggarai diakibatkan
oleh mudahnya pendirian partai dan banyaknya massa yang ingin berebut untuk
menjalankan perpolitikan.
Dalam usaha mengurangi jumlah partai, ada persyaratan yang dinamakan
Electoral Threshold. Electoral Threshold ini adalah keadaan yang harus dipenuhi
oleh partai politik atau gabungan partai politik yang boleh mengajukan calon
Presiden dan Wakil Presiden.34 Electoral Threshold untuk pemilihan legislatif 3%
dari jumlah krusi di DPR dan untuk pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 3%
dari jumlah kursi di DPR atau 5% dari perolehan suara sah suara nasional.35
Tabel 8
Hasil Rekapitulasi Perolehan Suara Nasional Pemilu 2004
Dan Jumlah Perolehan Kursi Parpol di DPR RI
Ranking
Partai Politik

Perolehan Suara
Jumlah
Persen

Jml.

34 Miriam, 451, Op.cit.
35 Ibid.

22

Suara

Kursi

1
2

Partai Golongan Karya
24.480.757
Partai Demokrasi Indonesia 21.026.629

21,58
18,53

DPR RI
128
109

3
4

Perjuangan
Partai Kebangkitan Bangsa
11.989.564
Partai
Persatuan 9.248.764

10,57
8,15

52
58

5
6
7
8
9
10
11
12

Pembangunan
Partai Demokrat
Partai Keadilan Sejahtera
Partai Amanat Nasional
Partai Bulan Bintang
Partai Bintang Reformasi
Partai Damai Sejahtera
Partai Karya Peduli Bangsa
Partai Keadilan dan Persatuan

8.455.225
8.325.020
7.303.324
2.970.487
2.764.998
2.414.254
2.399.290
1.424.240

7,45
7,34
6,44
2,62
2,44
2,13
2,11
1,26

57
45
52
11
13
12
2
1

13

Indonesia
Partai Persatuan Demokrasi 1.313.654

1,16

5

14

Kebangsaan
Partai Nasional

Banteng 1.230.455

1,08

1

15
16

Kemerdekaan
Partai Patriot Pancasila
1.073.139
Partai Nasional Indonesia 923,159

0,95
0,81

0
1

17

Marhaenisme
Partai Persatuan Nahdlatul 895.610

0,79

0

18
19

Ummah Indonesia
Partai Pelopor
878.932
Partai Penegak Demokrasi 855.811

0,77
0,75

2
1

20
21
22

Indonesia
Partai Merdeka
842.541
Partai Sarikat Indonesia
679.296
Partai Perhimpunan Indonesia 672.952

0,74
0,60
0,59

0
0
0

0,58
0,56
100

0
0
550

23
24
Total

Baru
Partai Persatuan Daerah
Partai Buruh Sosial Demokrat

657.916
636.056
113.462.41
4

Sumber : Pengumuman Hasil Rekapitulasi Perhitungan Suara Pemilu KPU di link
http://kpu.go.id/dmdocuments/modul_1d.pdf
Waktu : Rabu, 5 Mei 2004

23

Pada masa pemilihan umum 2004 ada dua tahap seleksi yang harus dilalui
oleh partai-partai politik tersebut untuk dapat menjadi peserta pemilu. Pertama,
seleksi yang dilakukan oleh Departemen Kehakiman dan HAM. Kedua, seleksi
yang dilakukan oleh KPU. Berdasarkan kedua seleksi tersebut dari 237 partai
yang terdaftar berkurang menjadi 24 partai yang berhak mengikuti pemilu 2004,
setengah daripada pemilu 1999.
Tidak bertahan lama, akhirnya terjadi revisi UU Pemilu kembali dengan
munculnya UU No. 10/2008 dimana terjadi perubahan dihapuskannya Electoral
Threshold dan berganti menjadi Parlementary Threshold. Ketetapan ini mengatur
bahwa partai politik yang dapat menduduki kursi di DPR RI adalah yang memiliki
2,5% suara secara nasional, sedangkan untuk calon Presiden dan Wakil Presiden
didukung partai atau gabungan partai minimal 20% kursi di DPR atau 25% suara
secara nasional. Oleh karena ini lah banyak kembali partai yang masuk mendaftar
ke Departemen Kehakiman dan HAM yang kemudian menjadi peserta Pemilu
yakni 44 Partai, 38 partai nasional, sedangkan 6 yang lain partai lokal khusus
daerah Nangroe Aceh Darussalam (NAD).
Pada tanggal 9 april 2009 dilaksanakan pemilihan umum. Pada pemilu
tahun ini peserta pemilu tergantung pada jenis pemilihnya. Untuk pemilu DPR/D
pesertanya adalah partai politik sedangkan pemilu untuk memilih anggota DPD
adalah perseorangan.36 Jika pemilu presiden seperti kita ketahui yang pasangan
calon presiden dan wakilnya yang didukung oleh partai politik.
Tabel 9
Perolehan Suara Pemilihan Umum 2009.

36http://kepustakaanpresiden.pnri.go.id/election/directory/election/?
box=detail&id=29&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_status=
diakses pada 27 November 2014

24

No

Nama Partai

Jumlah Suara

Jumlah Kursi

1.

Partai Hati Nurani Rakyat

3922870

17

2.

Partai Karya Peduli Bangsa

1461182

0

3.

Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia

745625

0

4.

Partai Peduli Rakyat Nasional

1260794

0

5.

Partai Gerakan Indonesia Raya

4646406

26

6.

Partai Barisan Nasional

761086

0

7.

Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia

934892

0

8.

Partai Keadilan Sejahtera

8206955

57

9.

PARTAI AMANAT NASIONAL

6254580

46

10.

Partai Perjuangan Indonesia Baru

197371

0

11.

Partai Kedaulatan

437121

0

12.

Partai Persatuan Daerah

550581

0

13.

Partai Kebangkitan Bangsa

5146122

28

14.

Partai Pemuda Indonesia

414043

0

15.

Partai Nasional Indonesia Marhaenisme

316752

0

16.

Partai Demokrasi Pembaruan

896660

0

17.

Partai Karya Perjuangan

351440

0

18.

Partai Matahari Bangsa

414750

0

19.

Partai Penegak Demokrasi Indonesia

137727

0

20.

Partai Demokrasi Kebangsaan

671244

0

21.

Partai Republika Nusantara

630780

0

22.

Partai Pelopor

341914

0

23.

Partai Golongan Karya

15037757

107

24.

Partai Persatuan Pembangunan 2009

5533214

37

25.

Partai Damai Sejahtera

1541592

0

26.

Partai Nasional Benteng Kerakyatan Indonesia

468696

0

27.

PARTAI BULAN BINTANG

1864752

0

28.

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

14600091

95

29.

Partai Bintang Reformasi

1264333

0

30.

Partai Patriot Pancasila

547351

0

31.

Partai Demokrat

21703137

150

32.

Partai Kasih Demokrasi Indonesia

252293

0

Urut

25

33.

Partai Indonesia Sejahtera

320665

0

34.

Partai Kebangkitan Nasional Ulama

1327593

1

35.

Partai Aceh Aman Seujahtra

0

0

36.

Partai Daulat Aceh

0

0

37.

Partai Suara Independen Rakyat Aceh

0

0

38.

Partai Rakyat Aceh

0

0

39.

Partai Aceh

0

0

40.

Partai Bersatu Aceh

0

0

41.

Partai Merdeka

111623

0

42.

Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia

146779

0

43.

Partai Sarikat Indonesia

140551

0

44.

Partai Buruh

266203

0

sumber:

http://kepustakaanpresiden.pnri.go.id/election/directory/election/?

box=detail&id=29&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_status=

Menurut data diatas yang memenangkan oemilu pada 2009 ini adalah Partai
Demokrat, bukan lagi golkar.
Pada pemilu tahun 2014 yang telah berlalu, ada 15 partai yang berhasil
lolos seleksi KPU dan menjadi peserta pemilu 2014, 12 diantaranya adalah partai
nasional dan ditambah 3 partai lokal dari NAD. Pemilu 2014 ini sempat di ikuti
oleh berbagai permasalahan politik dalam negeri mulai dari isu korupsi yang
semakin berkembang, sampai UU pilpres itu sendiri digugat di Mahkamah
Konstitusi.37 Selain itu gugatan juga terkait ketentuan ambang batas dalam UU
Pilpres yang menyatakan bahwa parpol yang berhak mengusung capres adalah
parpol yang mendapatkan 25% suara nasional dan 20% kursi di DPR.38
Tabel 10
Perolehan Suara Pemilihan Umum 2014
Nomo
r Urut

Nama Partai

Jumlah Suara

Persentase Suara
(%)

37 http://www.antaranews.com/pemilu/berita/421351/sejarah-pemilu-pemilu-era-reformasi-1998sekarang, Diakses pada 28 November 2014
38 Ibid.

26

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Sumber:

Partai Nasdem
PKB
PKS
PDI-P
Partai Golkar
Gerindra
Demokrat
PAN
PPP
HANURA
Partai Damai Aceh
Partai Nasional Aceh
Partai Aceh
PBB
PKPI

8.142.812
11.298.957
8.480.204
23.681.471
18.432.312
14.760.371
12.728.913
9.481.621
8.157.488
6.579.498
1.825.750
1.143.094

6,72
9,04
6,79
18,95
14,75
11,81
10,19
7,59
6,53
5,26
1,46
0,91

http://nasional.kompas.com/read/2014/05/09/2357075/Disahkan.KPU.Ini.Perolehan.Suara.Pemilu.
Legislatif.2014

3.3 Perbandingan Pelaksanaan Pemilu Pada Masa Orde Baru dan Reformasi
Pemilihan umum pada masa orde baru di tahun 1971, 1977, 1982, 1987,
1992, 1997 bisa dibilang pembaharuan dari masa jabatan Soekarno. Dimana
kebijakan mengenai kepartaian seperti kebijakan yang diambil oleh Presiden
Soeharto pada masa itu yakni penyederhanaan partai politik dan penggunaan
pancasila untuk menciptakan pemerintahan yang stabil dan terkontrol guna
memajukan ekonomi bangsa. Namun, langkah yang diambil oleh pemerintahan
Orde Baru justru menumbuhkan keotoriteran yang secara tidak langsung itu
berbelok dari demokrasi Indonesia.
Dilihat pada tahapan pemilu dalam orde baru, masa pemerintahan tersebut
melaksanakan pemilu rutin secara bertahap setiap 5 tahun sekali kecuali pada
tahun 1977. Dengan rutinnya pelaksanaan pemilu menggambarkan sikap
pemerintahan yang mencapai prestasi luar biasa hingga bisa melaksanakan pemilu
berkala. Akan tetapi dibalik keberhasilannya dalam melaksanakan pemilu berkala
secara 5 tahun sekali ada kelemahan didalamnya yakni kekuatan politik berada
ditangan penguasa. Semua politik Orde Baru diciptakan dan kemudian
dilaksanakan oleh pimpinan militer dan Golkar, selama puluhan tahun Orde Baru

27

berkuasa, jabatan-jabatan dalam struktur eksekutif, legislatif dan yudikatif, hampir
semuanya diduduki oleh kader-kader Golkar.39 Jika semua sistem pemerintahan
berada ditangan Golkar lalu bagaimana kesempatan partai politik lainnya untuk
ikut serta didalamnya. Hal tersebut menunjukkan keotoriteran pemerintah
terhadap Golkar bahwa tidak ada kesempatan kepada parpol lain untuk mengelola
pemerintahan.
Pemilu Orde Baru ini juga dihiasi dengan bentrokan antar oposisi, seperti
yang telah dijelaskan antara golkar dan PPP yang saling cela bahkan sampai
terjadi bentrok keduanya dalam masa kampanye. Kemenangan Golkar bisa kita
ketahui dalam saran Presiden Soeharto untuk melakukan fusi atau penyederhanaan
partai menjadi 3 parpol dari sekian banyak parpol sebelumnya yakni golkar, PPP,
PDI. Dan kemenangan mutlak sepanjang orde baru dimiliki Golkar.
Jika dilihat dari segi kuantitatif bahwa pemilu pada masa reformasi lebih
mengedepankan demokrasi bahwa bisa dilihat dari banyaknya keikusertaan parpol
dalam pemilu di masa reformasi ini tanpa adanya fusi atau pengerucutan partai
politik. Masyarakat bisa memilih partai politik sesuai dengan keinginannya. Dan
dapat dilihat bahwa setelah mundurnya Presiden Soeharto atas masa jabatan
kepresidenannya, Golkar tidak lagi memenangkan hasil perolehan suara terbanyak
dalam pemilu, hal tersebut bisa menguatkan alasan adanya kejanggalan pada masa
Orde Baru dengan kemenangan terus-menerus diperoleh Golkar dan kemunduran
Golkar pasca Orde Baru atau setelah masuknya masa reformasi ini. Sementara itu
partai-partai di Indonesia tidak bersaing secara sehat melainkan partai-partai
tersebut bersaing dengan cara saling menjatuhkan satu sama lain, hingga pada
akhirnya cara koalisi menjadi suatu bentuk yang terus menggambarkan
perpolitikan Indonesia bebarapa tahun terakhir (1997-2014). Secara jelas
perpolitikan Indonesia hanya mendukung partai-partai besar saja ( PDIP,
GOLKAR), sehingga partai-partai kecil hanya menjadi pendukung partai-partai
besar dan menyebabkan partai-partai kecil tidak dapat bersaing secara maksimal.

39 http://partaigolkar.or.id/golkar/sejarah-partai-golongan-karya/ diakses pada 27 November
2014

28

BAB IV
KESIMPULAN
Perubahan masa dari masa orde baru menuju masa reformasi tentunya
mengalami perubahan, baik dalam sistem pemerintahan maupun sikap masyarakat
terhadap sistem pemerintahan itu sendiri. Seperti yang telah dijelaskan bahwa
adanya perubahan sistem pemerintahan pada masa reformasi dimana pada masa
pemerintahan Presiden Soeharto yang terlalu bersikap otoriter serta mengeluarkan
kebijakan fusi atau pengelompokkan partai menjadi lebih sedikit. Hal ini
dikarenakan partai politik dianggap terlalu mementingkan ideologi partainya
sendiri saja dan bukan menjalankan fungsinya, tapi hal ini kemudian dianggap
karena adanya rezim yang otoriter dibawah kepemimpinan Presiden Soeharto.
Keotoriteran Presiden Soeharto terhadap salah satu parpol yakni Golkar dapat
dilihat bahwa sepanjang pemilihan umum masa orde baru tersebut kemenangan
selalu ditangan golkar. Kursi kepemerintahan juga mayoritas diisi oleh orang yang
berbasis Golkar. Karena perannya sebagai Presiden yang memangku jabatan
tertinggi di satu negara Soeharto memperbolehkan ABRI untuk masuk ke ranah
politik yang kemudian hal ini tidak disetujui oleh partai-partai politik yang ada.
Lalu hingga waktu pengunduran Soeharto tahun 1998 dan masuknya masa
reformasi dengan pemegang jabatan Presiden ialah B.J Habibie. Partai politik
dalam reformasi kembali banyak dan tidak dikelompokkan menjadi 3 parpol saja
seperti orde baru, namun lebih banyak yang ikut serta untuk dicalonkan kedalam
pemilihan umum. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya demokrasi di
Indonesia dengan multi partai. Semua partai bisa ikut serta dalam pemilihan
umum.
Naik-turunnya jumlah partai politik yang mengikuti pemilu juga
diakibatkan oleh kemudahan membentuk suatu partai serta adanya keinginan
masyarakat untuk memegang jabatan politik, namun hal ini juga dapat berdampak
buruk karena pada faktanya tidak semua partai bertujuan untuk memperjuangkan
masyrakat melainkan memegang kekuasaan politik, serta hal ini juga bukan
merupakan hal yang efektif karena banyaknya partai yang ada kemudian
mempersulit dan memcah suara rakyat karena apabila partai-partai kecil berdifusi
masuk ke partai besar maka partai politik tersebut semakin kuat dan suara

29

masyarakat para pemilih ketika pemilihan umum berlangsung akan tertuju pada
partai yang sudah terbukti dan suara tersebut tidak menyebar ke seluruh partai
sehingga lebih mudah dalam menentukan kemenangan dalam pemilu berdasarkan
sistem Parlementary Threshold.
Pemilihan umum juga merupakan acara rakyat besar-besaran di mana
demokrasi dapat terlihat jelas melalui acara ini karena pemilu merupakan hal
penting untuk menentukan orang-orang yang berkompetensi untuk menjalankan
bangsa Indonesia baik keluar negeri maupun memperjuangkan rakyat Indonesia
itu sendiri. Karena kerinduan rakyat Indonesia akan adanya pemimpin yang baik
dan berwibawa untuk menjalankan bangsa ini maka tidak dapat diragukan lagi
bahwa antusiasme warga Indonesia sangat besar hingga mencapai peningkatan
suara pemilih setiap pemilu diadakan. Hal ini juga merupakan suatu bukti bahwa
rakyat Indonesia peduli terhadap keberlangsungan negara ini sendiri dan sadar
demokrasi dimana demokrasi tersebut bertujuan dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat.

Daftar Pustaka
 Buku
Budiardjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2010.
Cangara, Hafied, Komunikasi Politik, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2009.
30

Varma, S.P., Teori Politik Modern, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2001.

 Website
Bonnie Triana. 2008. “Politik Batu di Lapangan Banteng.”
(http://politik.news.viva.co.id/news/read/4926perang_batu_di_lapangan_banten_1_2, Diakses Pada 26 November 2014).
Ilham Khoiri. 2014. “Pemilu 1971, Demokrasi Semu”.
(http://nasional.kompas.com/read/2014/01/11/1932246/Pemilu.1971.Demo
krasi.Semu, Diakses Pada 26 November 2014).
Indah Maisuri. “Pemilihan Umum”
(https://www.academia.edu/4728332/Pemilihan_Umum, Diakses Pada 26
November 2014).
Komisi Pemilihan Umum Indonesia. (https://kpu.go.id, Diakses pada 26
November 2014).
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. “Kepustakaan Presiden”.
(http://kepustakaanpresiden.pnri.go.id/election/directory/election/?
box=detail&id=29&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keywo
rd=&activation_status, Diakses Pada 27 November 2014).
Partai Golkar. “Sejarah Partai Golongan Karya.”
(http://partaigolkar.or.id/golkar/sejarah-partai-golongan-karya, Diakses
Pada 27 November 2014).
Rangga. 2014. “Sejarah Pemilu, Pemilu Era Reformasi (1998-Sekarang).
(http://www.antaranews.com/pemilu/berita/421351/sejarah-pemilupemilu-era-reformasi-1998-sekarang, Diakses Pada 28 November 2014).
Wahyu Setiawa. 2014. “Pemilu 1987”.
(http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/01/15/272545199/Pemilu-1987,
Diakses Pada 27 November 2014).

31

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

GANGGUAN PICA(Studi Tentang Etiologi dan Kondisi Psikologis)

4 75 2