ANCAMAN DARI PERKEMBANGAN DUNIA SAAT INI
ANCAMAN DARI PERKEMBANGAN DUNIA SAAT INI YANG MEMPENGARUHI ASPEK
IPOLEKSOSBUD DAN HANKAM
Melihat perkembangan dunia saat ini baik dari luar negeri maupun dari dalam negeri, terjadi
perubahan yang sangat cepat dan sulit diprediksi dan setiap negara di dunia mempunyai
kekuatan masing-masing untuk mengantisipasi segala kemungkinan ancaman yang dapat terjadi
serta mempengaruhi semua aspek sendi-sendi kehidupan manusia. Adanya ancaman khususnya
bagi negara Indonesia dilandasi dan dilatarbelakangi oleh kepentingan suatu negara yang
bermula pada aspek Ipoleksosbudhankam. Dilihat dari letak geografis Indonesia yang sangat
strategis yang terletak pada posisi silang sangat berpengaruh terhadap kepentingan
internasional dan Indonesia dengan kekayaan alamnya merupakan sasaran yang akan menjadi
Hakekat Ancaman. Sejarah telah membuktikan bahwa sejak lahirnya bangsa Indonesia telah
banyak menghadapi ancaman yang sifatnya membahayakan keselamatan negara dan bangsa.
Demikian pula dengan semakin majunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bentuk-bentuk ancaman dalam
spektrumnya juga berubah dengan cepat, sehingga perlu kecermatan dan pengamanan yang
terus menerus terhadap setiap perkembangan dan perubahan yang terjadi.
Bangsa Indonesia sendiri memiliki potensi yang dapat mengancam integrasi nasional. Potensi
tersebut antara lain faktor geografi, heteroginitas etnis, agama dan kultur, kesenjangan ekonomi
dan sosial yang aman besar, pertentangan politik dan ideologi aliran serta fragmentasi
dikhotomik. Oleh karena itu membangun kebersamaan, bukan hanya acukup disikapi sebagai
sebuah keniscayaan, tetapi sekaligus juga harus diwujudkan dalam bentuk perilaku dan aplikasi.
Masyarakat yang cinta terhadap bangsanya, harus dibangun melalui kesadaran akan visi dan
persepsi kebangsaan, kapan dan dimana mereka dapat mengaktualisasi diri tanpa menimbulkan
ancaman bagi keutuhan bangsa dan negara.
Membangun manusia Indonesia sebagai warga masyarakat global merupakan perkembangan
peradaban manusia yang tidak dapat dielakan. Sebagai salah satu komponen bangsa, TNI tidak
dapat melepaskan diri dari dampak lingkungan strategis yang mempengaruhi, serta
memberikan pertimbangan bagi pemikiran untuk merumuskan konsep keamanan nasional.
Fenomena selama ini, menunjukkan bahwa konflik-konflik internal seringkali mengundang
campur tangan pihak asing, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk kepentingan
mereka, dengan demikian, konsep keamanan (security) tampaknya tidak dapat dipisahkan dari
konsep pertahanan (defense), apabila dengan pengertian bahwa masalah pertahanan bersifat
eksternal dan masalah keamanan bersifat internal, karena keduanya saling terkait. Disamping
itu masalah keamanan nasional tidak akan terlepas dari masalah ancaman, yang dapat
dikatagorikan menjadi sikap merusak dan sikap permusuhan. Keduanya katagori ancaman ini
kemudian akan menentukan intensitas konflik yang berkaitan antara skala rendah (low
intensity coflict/LIC) dan konflik skala tinggi, baik beroparasi di dalam negeri secara tertutup
ataupun terbuka serta mungkin dikendalikan dari luar. Kegiatan tersebut dapat dilakukan oleh
personel yang terlatih dan bersifat militer atau bersifat bahkan personel militer. Untuk
menghadapinya diperlukan inti atau satuan yang juga terlatih, termasuk militer atau satuan lain
yang berkualifikasi serupa. Bentangan LIC menjangkau mulai dari kejahatan atau kriminal biasa
yang dikenal dengan ketertiban masyarakat atau ketertiban umum, dan akibat bencana alam.
Hingga berupa tindakan sabotase, spionase, subversi dan terorisme. Sedangkan HIC
berhubungan dengan ”sifat permusuhan”, baik yang datang dari luar negeri maupun dalam
negeri seperti gerakan separatis. Untuk menghadapi HIC, militer merupakan kekuatan utama
dan upaya menghadapinya dikenal dengan kegiatan ertahanan”.
Beberapa persoalan yang timbul dan memerlukan pertimbangan konsep tersebut, antara lain :
(1) Perbedaan upaya pertahanan dan upaya keamanan didasarkan pada sumber ancaman, perlu
pengkajian lagi. Istilah Hankam (negara) pada dasarnya mengandung pengertian segala usaha
untuk melindungi eksistensi, kedaulatan dan keselamatan bangsa dan negara tanpa
mempersoalkan dari mana sumber ancamannya. Berdasarkan pengalaman beberapa negara
dalam jaman modern ini, ancaman terhadap negara (setidak-tidaknya bagi negara berkembang)
justru lebih seringkali bersumber dari ancaman dalam negeri. (2) Upaya dalam bidang
keamanan dapat mengarah untuk menghadapi ancaman terhadap negara, karena dalam hal –
hal tertentu gangguan terhadap keamanan dalam negeri mulai dari yang ringan (human
security) kemudian berkembang menjadi sedang (public security), bila tidak tertangani secara
baik dapat saja secara eskalatif berkembang menjadi ancaman terhadap negara (state security).
Secara umum ancaman terhadap keamanan nasional dapat berbentuk agresi, invasi, sengketa
perbatasan, separatis bersenjata, pemberontakan bersenjata, kerusuhan sosial, tindak kriminal,
konflik komunal, pelanggaran hukum, bencana alam, kesenjangan sosial dan kemiskinan.
Ancaman adalah setiap usaha dan kegiatan baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang
dinilai membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara dan keselamatan segenap
bangsa. Ancaman aktual menyebut lima hal pokok, munculnya kekuatan separatis bersenjata
dan kelompok radikal, gerakan terorisme yang parah dan maksudnya tidak jelas, serta
pencurian kekayaan alam seperti illegal fishing, illegal logging, dan illegal milling. Ancaman
potensial artinya berbagai benih permusuhan atau perbedaan kepentingan dan sengketa masa
lalu yang tetap tidak terselesaikan terus membara ibarat api dalam sekam setiap saat dapat
muncul ke permukaan menimbulkan bahaya serius. Berdasarkan UU RI No 3 Tahun 2002. Sesuai
UU RI No 3 Tahun 2002 Bab III Pasal 6, disana dikatakan bahwa pertahanan negara
diselenggarakan melalui usaha membangun dan membina kemampuan, daya tangkal negara dan
bangsa, serta menanggulangi setiap ancaman. Sedangkan Bab III Pasal 7 antara lain berbunyi,
Pertahanan negara diselenggarakan oleh pemerintah dan dipersiapkan secara dini dengan
sistem pertahanan negara. Kemudian sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman
militer menempatkan TNI sebagai komponen utama dengan didukung oleh komponen cadangan
dan komponen pendukung. TNI sebagai alat pertahanan negara berfungsi sebagai penangkal
terhadap setiap ancaman militer dan ancaman bersenjata dari luar dan dalam negeri terhadap
kedaulatan, keutuhan dan keselamatan bangsa. Pemulih terhadap kondisi keeamanan negara
yang terganggu akibat kekacauan keamanan.
Tugas Pokok TNI sesuai Ketetapan MPR RI No VII Tahun 2000, maka tugas pokok TNI adalah
menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI yang berdasarkan Undang-Undang
Dasar 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari
ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. Serta UU RI No 34 Tahun 2004,
maka tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan
wilayah NKRI yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, serta melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap
keutuhan bangsa dan negara.
Aksi terorisme dalam bentuk ancaman bom dengan sasaran berbagai obyek vital di Jakarta
hingga sekarang masih menjadi ancaman aktual. Perbuatan para teroris itu dapat memengaruhi
kegiatan dan meresahkan masyarakat serta dapat mengganggu keamanan, dan pada akhirnya
menurunkan stabilitas nasional. Munculnya berbagai bentuk kerawanan pasti ada, misalnya saja
ada teror atau ancaman bom. Aksi terror terhadap obyek vital nasional yang bersifat strategis
terhadap kegiatan penting berdampak terhadap keamanan negara. Lebih lanjut disampaikan
ada enam ancaman aktual lain selain masalah terorisme. Yakni gerakan sparatis bersenjata di
daerah konflik seperti di Aceh dan Papua serta kemungkinan akan munculnya kelompokkelompok radikal lain yang dapat menurunkan stabilitas nasional; pelanggaran terhadap
kedaulatan wilayah udara dan laut nasional terutama di kawasan timur Indonesia dan alur laut
kepulauan Indonesia; pencurian kekayaan alam; penyelundupan berbagai komoditas di wilayah
NKRI, perompakan di laut, dan unjuk rasa, pemogokan buruh, serta pertikaian antar golongan
etnis. Masuknya bangsa asing melalui PBB karena masalah kemanusiaan dan HAM merupakan
salah satu bentuk ancaman potensial yang dihadapi bangsa Indonesia ke depan. Hal itu,
misalnya, terjadi di Papua jika persoalan keamanan tak dapat diselesaikan dengan baik. Bentuk
ancaman potensial lainnya ialah masalah perbatasan dan aktivitas lintas batas, serta masuknya
spionase asing dengan berbagai alasan. Selain itu yang harus diantisipasi adalah penyelundupan
senjata di daerah perbatasan dan ancaman bencana alam yang sewaktu-waktu muncul tak
terduga.
Posisi geografis Indonesia sangatlah strategis, namun di sisi lain menyimpan potensi ancaman
pelanggaran hukum di laut yang berakibat kerugian secara ekonomi, melainkan juga ancaman
ancaman potensial yang bersifat laten terhadap kedaulatan negara. Dengan kondisi demikian
tidak ada pilihan lain, kecuali harus meningkatkan kesiapsiagaan. Kondisi geografis Indonesia
berbatasan langsung dengan beberapa negara tetangga serta terdapat Selat Malaka yang
merupakan selat terpadat di dunia mengakibatkan adanya ancaman potensial yang bersifat
laten terhadap kedaulatan negara, serta setiap saat dapat pula timbul ancaman faktual berupa
pelanggaran wilayah, perompakan, penyelundupan, illegal logging, illegal fishing, pencemaran
laut serta berbagai bentuk gangguan keamanan laut lainnya. Tindakan yang dapat dilakukan
diantaranya yaitu mengoptimalkan intelejen maritim, meningkatkan kehadiran unsur di laut,
pengawasan dan penegakan hukum di wilayah perbatasan dan pulau-pulau terluar serta
senantiasa memperhatikan kesejahteraan prajurit.
Setelah kita cermati berbagai masalah yang timbul yang disebabkan oleh beberapa kondisi
diatas, hal ini baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mengakibatkan ancaman non
militer terhadap kedaulatan dan keutuhan Negara kesatuan republik Indonesia. Sehingga
sebagai aparatur Negara yang taat dan setia untuk menjaga keutuhan Negara, harus dapat
mengantisipasi dengan baik, sehingga ancaman-ancaman tersebut diatas tidak akan
terrealisasikan. Contoh ancaman yang meliputi aspek ini adalah : (1) Dalam bidang
Ideologi. upaya yang dilakukan untuk mempengaruhi Ideologi yang akan mengancam terhadap
dasar falsafah Negara yaitu Pancasila, dimana hal tersebut sering dilakukan dengan
memasukkan para kader-kader untuk bergabung di dalam suatu partai Politik dan dalam suatu
lembaga yudikatif. Hal ini ditujukan untuk membentuk suatu kekuatan yang akan ditujukan
untuk mengganti dasar Negara yaitu Pancasila. (2) Dalam Bidang Politik. Berbagai ancaman
aktual yang mungkin akan timbul adalah terjadinya pertikaian antar kelompok masyarakat
akibat terjadinya berbagai perbedaan pendapat dalam memaknai amandemen UUD 45, tuntutan
otonomi khusus dan kebebasan pers yang tidak diimbangi dengan tanggung jawab moral
sehingga akan berpotensi terhadap disintegrasi suatu bangsa. (3) Dalam bidang Ekonomi.kadar
peningkatanperekonomian yang tersendat dan semakin sulitnya lapangan pekerjaan, sehingga
dapat mengakibatkan timbulnya suatu kerawanan sosial yang akan mengakibatkan ancaman
terhadap keamanan. Jika tidak diimbangi dengan dasar ekonomi yang sangat kuat dapat
berdampak pada penjajahan ekonomi yang diakibatkan oleh Penerapan pasar bebas. (4) Dalam
bidang Sosial Budaya.Semakin berkurangnya nilai-nilai budaya yang terdapat pada masingmasing individu, seperti halnya semakin berkurangnya semangat gotong royong, dan persatuan
dalam hal memecahkan suatu masalah atau melakukan suatu kegiatan. Hal ini akan
mengakibatkan semakin terancamnya ketahanan Nasional NKRI, semakin lunturnya
kewibawaan hukum dan penegak hukum dalam mengatasi suatu permalahaan seperti
timbulnya suatu demonstrasi yang melakukan penentangan terhadap suatu keputusan, dan
tidak menutup kemungkinan terjadi anarkis. Ancaman yang paling signifikan pada kondisi sosial
adalah karena semakin lemahnya kondisi sosial budaya Indonesia sehingga penjajahan budaya
dan pengaruh asing akan terus mendominasi di Negara kita. (5) Dalam bidang Hankam. Seiring
dengan berjalannya waktu, dalam proses penegakkan pertahanan dan keamanan dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia, yang tidak semudah seperti yang dibayangkan atau semudah
dalam pembicaraan yang bersifat teoritis semata, pada dasarnya seperti yang terjadi dilapangan,
dengan belum tertanganinya masalah-masalah konflik yang terjadi pada suatu wilayah seperti
halnya wilayah Aceh, Papua dan Maluku, yang kesemua itu memiliki tujuan yang sama yaitu
ingin memisahkan diri dari NKRI. Dapat ditelaah dengan semakin bermunculan masalah suatu
wilayah, hal ini diakibatkan karena semakin lemahnya penerapan dan penegakan hukum dan
keadilan di Negara kita yang mengakibatkan hilangnya tingkat kewibawaan hukum dan para
penegaknya dari mata para pemberontak pada khususnya yang ingin memisahkan diri dari
Negara kesatuan Republik Indonesia.
Berbagai literatur yang ada, sangat sulit untuk menemukan definisi dan konsep yang tegas
tentang keamanan nasional (national security). Meskipun demikian keamanan nasional
berkaitan dengan nilai-nilai spesifik, ancaman, dan kemampuan (capabilities) untuk
menghadapi setiap tantangan. Konsep keamanan setiap negara ditentukan oleh nilai filosofis
dan sejarah perjuangan bangsa. Dalam berbagai literature dikatakan bahwa setiap negara yang
merdeka dan berdaulat memiliki kebebasan untuk mengembangkan kebijakan keamanan
nasionalnya, guna menghadapi setiap situasi yang mengancam dalam mempertahanhan
eksistensinya.
Dalam pemahaman tersebut, keamanan nasional dapat diartikan sebagai bagian dari kebijakan
politik pemerintah yang bertujuan untuk menegakkan situasi yang kondisif bagi
terselenggaranya pemerintah sehingga mampu mempertahankan tujuan vital nasional dari
segala bentuk ancaman. Dengan demikian dapat dianalogikan bahwa konsep ”keamanan
nasional” yang dianut secara universal, di Indonesia tidak lain dari konsep ”pertahanan
keamanan negara”. Hal ini ditegaskan dalam UUD 1945 pasal 30 ayat (2), ”Usaha pertahanan dan
keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan negara rakyat
semesta oleh TNI dan Polri, sebagai kekuatan inti dan rakyat sebagai kekuatan pendukung”.
Keamanan nasional merupakan hal yang saling berkait, sehingga tidak dapat dipisahkan antara
keamanan dari luar sebagai tanggung jawab TNI dengan ancaman keamanan dari dalam yang
merupakan tanggung jawab Polri. Penanganan keamanan nasional dengan mengambil model
pemisahan wilayah tanggung jawab ke dua institusi akan sangat berisiko bagi keselamatan
bangsa. National Security atau dalam istilah Indonesia sebagai Keamanan Nasional, memiliki
cakupan yang lebih luas dari sekedar masalah pertahanan belaka. Apabila keamanan nasional
didudukkan dalam suatu pemahaman yang lebih komprehensif, maka yang menjadi subyek
bukan hanya TNI dan Polri saja, tetapi terdapat tiga faktor dominan yang bertindak sebagai
decisive factors keamanan negara, yakni kekuatan politik, kekuatan ekonomi dan kekuatan
militer. Ketiga kekuatan tersebut diatur melalui kebijakan politik negara. TNI berada dalam
kekuatan militer yang diatur dalam kebijakan pertahanan, sedangkan Polri sudah termasuk
dalam kekuatan politik. Dalam konteks keamanan negara, TNI merupakan komponen strategis
yang dalam kepentingan nasional bertugas untuk menjaga dan melindungi kedaulatan negara,
keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan bangsa. Secara umum dapat dikatakan keamanan
nasional, sebagai konsep dalam upaya untuk menjamin tegaknya kedaulatan dan keutuhan
wilayah NKRI, terjaminnya keamanan dan kelangsungan hidup bangsa dan negara,
perikehidupan rakyat, masyarakat dan pemerintah yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Masalah keamanan nasional akan berpengaruh bagi kelangsungan hidup suatu bangsa.
Penyempitan atau penyederhanaan definisi keamanan nasional yang sering disalah artikan
dengan mengkerdilkan kemampuan bangsa dan negara untuk survive dari ancaman
modernisasi yang sangat kompleks. Kekaburan persepsi keamanan, seperti yang telah dibahas
diatas mengakibatkan berlarut-larutnya permasalahan di dalam negeri yang menyebabkan
keragu-raguan dalam bertindak. Sebagai salah satu contoh adalah bagaimana pada awalnya TNI
merasa kurang berani menghadapi kelompok separatis bersenjata di daerah-daerah yang tengah
bergejolak. Disisi lain, sikap proaktif TNI dalam kegiatan non perang seringkali disalah artikan,
bahkan dengan sengaja oleh pihak tertentu digunakan untuk memojokkan TNI. Padahal di
negara maju dan non militeristik sekalipun, peran militer dalam permasalahan keamanan
sangat mengemuka bahkan menjadi suatu tuntutan, sebagaimana yang dilakukan oleh militer AS
dan Inggris, dalam operasi melawan pengedaran obat bius (counter drug operation). Sikap
apriori pihak-pihak tertentu tersebut dapat dieliminir dengan suatu sistem manajemen
keamanan nasional. Dengan kata lain, segala aspek akan dilihat dari kacamata nasional secara
komprehensif dan semua kekuatan yang ada, termasuk kekuatan militer yang dapat
diaplikasikan secara sinergi bila dibutuhkan berdasarkan keputusan politik negara.
Dengan mempertimbangkan dinamika serta kecenderungan eskalasi ancaman aktual yang
bersifat multidimensional, kiranya masih diperlukan adanya keterpaduan tugas antara unsur
TNI dengan unsur Polri dalam mengatasi permasalahan pertahanan dan keamanan di lapangan.
Eskalasi ancaman multidimensional justru harus diatasi dengan keterpaduan kemampuan
keamanan umum dengan kemampuan pertahanan negara. Dengan demikian pelibatan kekuatan
TNI dalam keadaan biasa berstatus bantuan kepada fungsi-fungsi Polri perlu diatus dengan jelas
sehingga tidak menimbulkan kegamangan di lapangan antar kedua komponen tersebut. Namun
dalam keadaan bahaya dengan status darurat militer dan darurat perang, penanggulangan
ancaman dalam negeri sepenuhnya tanggung jawab TNI. Kesamaan persepsi tentang keamanan
nasional perlu mendapatkan perhatian dan pengkajian serius agar bangsa tidak terjebak dalam
kesulitan untuk mengatasi konflik di masa depan. Keamanan nasional merupakan suatu hal
sangat kompleks dan berdimensi luas, sehingga memerlukan peran serta berbagai elemen
pemerintah dan masyarakat, termasuk unsur TNI dan Polri.
Dengan demikian dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pengaruh luar dan dalam Negeri yang
berpotensi pada timbulnya ancaman terhadap keutuhan dan kedaulatan dalam negeri, baik
kerawanan militer maupun non militer. Terdapat beberapa kerawanan yang mengancam
terhadap palsafah bangsa yaitu pancasila, seperti terjadinya suatu penyusupan faham terutama
faham Komunis yang ditujukan untuk menggantikan dasar Negara kita, hal ini merupakan
ancaman yang sangat berbahaya bagi keutuhan bangsa. Selain itu juga terdapat suatu ancaman
yang terdapat beberapa wilayah yang menginginkan adanya pemisahan diri dari Negara
Kesatuan Republik Indonesia, sehingga menimbulkan suatu gerakan separatis yang
mengakibatkan timbulnya konflik antar saudara. Untuk dapat menyelesaikan permasalahan
konflik diperlukan suatu strategi dan tindakan yang semakin baik dalam
penanganan konflik.Oleh karena itupemerintah RI dan para Pemimpin TNI untuk mengambil
langkah antisipatif sehingga permasalahan dapat diselesaikan secara tuntas dan komprehensif.
IPOLEKSOSBUD DAN HANKAM
Melihat perkembangan dunia saat ini baik dari luar negeri maupun dari dalam negeri, terjadi
perubahan yang sangat cepat dan sulit diprediksi dan setiap negara di dunia mempunyai
kekuatan masing-masing untuk mengantisipasi segala kemungkinan ancaman yang dapat terjadi
serta mempengaruhi semua aspek sendi-sendi kehidupan manusia. Adanya ancaman khususnya
bagi negara Indonesia dilandasi dan dilatarbelakangi oleh kepentingan suatu negara yang
bermula pada aspek Ipoleksosbudhankam. Dilihat dari letak geografis Indonesia yang sangat
strategis yang terletak pada posisi silang sangat berpengaruh terhadap kepentingan
internasional dan Indonesia dengan kekayaan alamnya merupakan sasaran yang akan menjadi
Hakekat Ancaman. Sejarah telah membuktikan bahwa sejak lahirnya bangsa Indonesia telah
banyak menghadapi ancaman yang sifatnya membahayakan keselamatan negara dan bangsa.
Demikian pula dengan semakin majunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bentuk-bentuk ancaman dalam
spektrumnya juga berubah dengan cepat, sehingga perlu kecermatan dan pengamanan yang
terus menerus terhadap setiap perkembangan dan perubahan yang terjadi.
Bangsa Indonesia sendiri memiliki potensi yang dapat mengancam integrasi nasional. Potensi
tersebut antara lain faktor geografi, heteroginitas etnis, agama dan kultur, kesenjangan ekonomi
dan sosial yang aman besar, pertentangan politik dan ideologi aliran serta fragmentasi
dikhotomik. Oleh karena itu membangun kebersamaan, bukan hanya acukup disikapi sebagai
sebuah keniscayaan, tetapi sekaligus juga harus diwujudkan dalam bentuk perilaku dan aplikasi.
Masyarakat yang cinta terhadap bangsanya, harus dibangun melalui kesadaran akan visi dan
persepsi kebangsaan, kapan dan dimana mereka dapat mengaktualisasi diri tanpa menimbulkan
ancaman bagi keutuhan bangsa dan negara.
Membangun manusia Indonesia sebagai warga masyarakat global merupakan perkembangan
peradaban manusia yang tidak dapat dielakan. Sebagai salah satu komponen bangsa, TNI tidak
dapat melepaskan diri dari dampak lingkungan strategis yang mempengaruhi, serta
memberikan pertimbangan bagi pemikiran untuk merumuskan konsep keamanan nasional.
Fenomena selama ini, menunjukkan bahwa konflik-konflik internal seringkali mengundang
campur tangan pihak asing, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk kepentingan
mereka, dengan demikian, konsep keamanan (security) tampaknya tidak dapat dipisahkan dari
konsep pertahanan (defense), apabila dengan pengertian bahwa masalah pertahanan bersifat
eksternal dan masalah keamanan bersifat internal, karena keduanya saling terkait. Disamping
itu masalah keamanan nasional tidak akan terlepas dari masalah ancaman, yang dapat
dikatagorikan menjadi sikap merusak dan sikap permusuhan. Keduanya katagori ancaman ini
kemudian akan menentukan intensitas konflik yang berkaitan antara skala rendah (low
intensity coflict/LIC) dan konflik skala tinggi, baik beroparasi di dalam negeri secara tertutup
ataupun terbuka serta mungkin dikendalikan dari luar. Kegiatan tersebut dapat dilakukan oleh
personel yang terlatih dan bersifat militer atau bersifat bahkan personel militer. Untuk
menghadapinya diperlukan inti atau satuan yang juga terlatih, termasuk militer atau satuan lain
yang berkualifikasi serupa. Bentangan LIC menjangkau mulai dari kejahatan atau kriminal biasa
yang dikenal dengan ketertiban masyarakat atau ketertiban umum, dan akibat bencana alam.
Hingga berupa tindakan sabotase, spionase, subversi dan terorisme. Sedangkan HIC
berhubungan dengan ”sifat permusuhan”, baik yang datang dari luar negeri maupun dalam
negeri seperti gerakan separatis. Untuk menghadapi HIC, militer merupakan kekuatan utama
dan upaya menghadapinya dikenal dengan kegiatan ertahanan”.
Beberapa persoalan yang timbul dan memerlukan pertimbangan konsep tersebut, antara lain :
(1) Perbedaan upaya pertahanan dan upaya keamanan didasarkan pada sumber ancaman, perlu
pengkajian lagi. Istilah Hankam (negara) pada dasarnya mengandung pengertian segala usaha
untuk melindungi eksistensi, kedaulatan dan keselamatan bangsa dan negara tanpa
mempersoalkan dari mana sumber ancamannya. Berdasarkan pengalaman beberapa negara
dalam jaman modern ini, ancaman terhadap negara (setidak-tidaknya bagi negara berkembang)
justru lebih seringkali bersumber dari ancaman dalam negeri. (2) Upaya dalam bidang
keamanan dapat mengarah untuk menghadapi ancaman terhadap negara, karena dalam hal –
hal tertentu gangguan terhadap keamanan dalam negeri mulai dari yang ringan (human
security) kemudian berkembang menjadi sedang (public security), bila tidak tertangani secara
baik dapat saja secara eskalatif berkembang menjadi ancaman terhadap negara (state security).
Secara umum ancaman terhadap keamanan nasional dapat berbentuk agresi, invasi, sengketa
perbatasan, separatis bersenjata, pemberontakan bersenjata, kerusuhan sosial, tindak kriminal,
konflik komunal, pelanggaran hukum, bencana alam, kesenjangan sosial dan kemiskinan.
Ancaman adalah setiap usaha dan kegiatan baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang
dinilai membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara dan keselamatan segenap
bangsa. Ancaman aktual menyebut lima hal pokok, munculnya kekuatan separatis bersenjata
dan kelompok radikal, gerakan terorisme yang parah dan maksudnya tidak jelas, serta
pencurian kekayaan alam seperti illegal fishing, illegal logging, dan illegal milling. Ancaman
potensial artinya berbagai benih permusuhan atau perbedaan kepentingan dan sengketa masa
lalu yang tetap tidak terselesaikan terus membara ibarat api dalam sekam setiap saat dapat
muncul ke permukaan menimbulkan bahaya serius. Berdasarkan UU RI No 3 Tahun 2002. Sesuai
UU RI No 3 Tahun 2002 Bab III Pasal 6, disana dikatakan bahwa pertahanan negara
diselenggarakan melalui usaha membangun dan membina kemampuan, daya tangkal negara dan
bangsa, serta menanggulangi setiap ancaman. Sedangkan Bab III Pasal 7 antara lain berbunyi,
Pertahanan negara diselenggarakan oleh pemerintah dan dipersiapkan secara dini dengan
sistem pertahanan negara. Kemudian sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman
militer menempatkan TNI sebagai komponen utama dengan didukung oleh komponen cadangan
dan komponen pendukung. TNI sebagai alat pertahanan negara berfungsi sebagai penangkal
terhadap setiap ancaman militer dan ancaman bersenjata dari luar dan dalam negeri terhadap
kedaulatan, keutuhan dan keselamatan bangsa. Pemulih terhadap kondisi keeamanan negara
yang terganggu akibat kekacauan keamanan.
Tugas Pokok TNI sesuai Ketetapan MPR RI No VII Tahun 2000, maka tugas pokok TNI adalah
menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI yang berdasarkan Undang-Undang
Dasar 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari
ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. Serta UU RI No 34 Tahun 2004,
maka tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan
wilayah NKRI yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, serta melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap
keutuhan bangsa dan negara.
Aksi terorisme dalam bentuk ancaman bom dengan sasaran berbagai obyek vital di Jakarta
hingga sekarang masih menjadi ancaman aktual. Perbuatan para teroris itu dapat memengaruhi
kegiatan dan meresahkan masyarakat serta dapat mengganggu keamanan, dan pada akhirnya
menurunkan stabilitas nasional. Munculnya berbagai bentuk kerawanan pasti ada, misalnya saja
ada teror atau ancaman bom. Aksi terror terhadap obyek vital nasional yang bersifat strategis
terhadap kegiatan penting berdampak terhadap keamanan negara. Lebih lanjut disampaikan
ada enam ancaman aktual lain selain masalah terorisme. Yakni gerakan sparatis bersenjata di
daerah konflik seperti di Aceh dan Papua serta kemungkinan akan munculnya kelompokkelompok radikal lain yang dapat menurunkan stabilitas nasional; pelanggaran terhadap
kedaulatan wilayah udara dan laut nasional terutama di kawasan timur Indonesia dan alur laut
kepulauan Indonesia; pencurian kekayaan alam; penyelundupan berbagai komoditas di wilayah
NKRI, perompakan di laut, dan unjuk rasa, pemogokan buruh, serta pertikaian antar golongan
etnis. Masuknya bangsa asing melalui PBB karena masalah kemanusiaan dan HAM merupakan
salah satu bentuk ancaman potensial yang dihadapi bangsa Indonesia ke depan. Hal itu,
misalnya, terjadi di Papua jika persoalan keamanan tak dapat diselesaikan dengan baik. Bentuk
ancaman potensial lainnya ialah masalah perbatasan dan aktivitas lintas batas, serta masuknya
spionase asing dengan berbagai alasan. Selain itu yang harus diantisipasi adalah penyelundupan
senjata di daerah perbatasan dan ancaman bencana alam yang sewaktu-waktu muncul tak
terduga.
Posisi geografis Indonesia sangatlah strategis, namun di sisi lain menyimpan potensi ancaman
pelanggaran hukum di laut yang berakibat kerugian secara ekonomi, melainkan juga ancaman
ancaman potensial yang bersifat laten terhadap kedaulatan negara. Dengan kondisi demikian
tidak ada pilihan lain, kecuali harus meningkatkan kesiapsiagaan. Kondisi geografis Indonesia
berbatasan langsung dengan beberapa negara tetangga serta terdapat Selat Malaka yang
merupakan selat terpadat di dunia mengakibatkan adanya ancaman potensial yang bersifat
laten terhadap kedaulatan negara, serta setiap saat dapat pula timbul ancaman faktual berupa
pelanggaran wilayah, perompakan, penyelundupan, illegal logging, illegal fishing, pencemaran
laut serta berbagai bentuk gangguan keamanan laut lainnya. Tindakan yang dapat dilakukan
diantaranya yaitu mengoptimalkan intelejen maritim, meningkatkan kehadiran unsur di laut,
pengawasan dan penegakan hukum di wilayah perbatasan dan pulau-pulau terluar serta
senantiasa memperhatikan kesejahteraan prajurit.
Setelah kita cermati berbagai masalah yang timbul yang disebabkan oleh beberapa kondisi
diatas, hal ini baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mengakibatkan ancaman non
militer terhadap kedaulatan dan keutuhan Negara kesatuan republik Indonesia. Sehingga
sebagai aparatur Negara yang taat dan setia untuk menjaga keutuhan Negara, harus dapat
mengantisipasi dengan baik, sehingga ancaman-ancaman tersebut diatas tidak akan
terrealisasikan. Contoh ancaman yang meliputi aspek ini adalah : (1) Dalam bidang
Ideologi. upaya yang dilakukan untuk mempengaruhi Ideologi yang akan mengancam terhadap
dasar falsafah Negara yaitu Pancasila, dimana hal tersebut sering dilakukan dengan
memasukkan para kader-kader untuk bergabung di dalam suatu partai Politik dan dalam suatu
lembaga yudikatif. Hal ini ditujukan untuk membentuk suatu kekuatan yang akan ditujukan
untuk mengganti dasar Negara yaitu Pancasila. (2) Dalam Bidang Politik. Berbagai ancaman
aktual yang mungkin akan timbul adalah terjadinya pertikaian antar kelompok masyarakat
akibat terjadinya berbagai perbedaan pendapat dalam memaknai amandemen UUD 45, tuntutan
otonomi khusus dan kebebasan pers yang tidak diimbangi dengan tanggung jawab moral
sehingga akan berpotensi terhadap disintegrasi suatu bangsa. (3) Dalam bidang Ekonomi.kadar
peningkatanperekonomian yang tersendat dan semakin sulitnya lapangan pekerjaan, sehingga
dapat mengakibatkan timbulnya suatu kerawanan sosial yang akan mengakibatkan ancaman
terhadap keamanan. Jika tidak diimbangi dengan dasar ekonomi yang sangat kuat dapat
berdampak pada penjajahan ekonomi yang diakibatkan oleh Penerapan pasar bebas. (4) Dalam
bidang Sosial Budaya.Semakin berkurangnya nilai-nilai budaya yang terdapat pada masingmasing individu, seperti halnya semakin berkurangnya semangat gotong royong, dan persatuan
dalam hal memecahkan suatu masalah atau melakukan suatu kegiatan. Hal ini akan
mengakibatkan semakin terancamnya ketahanan Nasional NKRI, semakin lunturnya
kewibawaan hukum dan penegak hukum dalam mengatasi suatu permalahaan seperti
timbulnya suatu demonstrasi yang melakukan penentangan terhadap suatu keputusan, dan
tidak menutup kemungkinan terjadi anarkis. Ancaman yang paling signifikan pada kondisi sosial
adalah karena semakin lemahnya kondisi sosial budaya Indonesia sehingga penjajahan budaya
dan pengaruh asing akan terus mendominasi di Negara kita. (5) Dalam bidang Hankam. Seiring
dengan berjalannya waktu, dalam proses penegakkan pertahanan dan keamanan dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia, yang tidak semudah seperti yang dibayangkan atau semudah
dalam pembicaraan yang bersifat teoritis semata, pada dasarnya seperti yang terjadi dilapangan,
dengan belum tertanganinya masalah-masalah konflik yang terjadi pada suatu wilayah seperti
halnya wilayah Aceh, Papua dan Maluku, yang kesemua itu memiliki tujuan yang sama yaitu
ingin memisahkan diri dari NKRI. Dapat ditelaah dengan semakin bermunculan masalah suatu
wilayah, hal ini diakibatkan karena semakin lemahnya penerapan dan penegakan hukum dan
keadilan di Negara kita yang mengakibatkan hilangnya tingkat kewibawaan hukum dan para
penegaknya dari mata para pemberontak pada khususnya yang ingin memisahkan diri dari
Negara kesatuan Republik Indonesia.
Berbagai literatur yang ada, sangat sulit untuk menemukan definisi dan konsep yang tegas
tentang keamanan nasional (national security). Meskipun demikian keamanan nasional
berkaitan dengan nilai-nilai spesifik, ancaman, dan kemampuan (capabilities) untuk
menghadapi setiap tantangan. Konsep keamanan setiap negara ditentukan oleh nilai filosofis
dan sejarah perjuangan bangsa. Dalam berbagai literature dikatakan bahwa setiap negara yang
merdeka dan berdaulat memiliki kebebasan untuk mengembangkan kebijakan keamanan
nasionalnya, guna menghadapi setiap situasi yang mengancam dalam mempertahanhan
eksistensinya.
Dalam pemahaman tersebut, keamanan nasional dapat diartikan sebagai bagian dari kebijakan
politik pemerintah yang bertujuan untuk menegakkan situasi yang kondisif bagi
terselenggaranya pemerintah sehingga mampu mempertahankan tujuan vital nasional dari
segala bentuk ancaman. Dengan demikian dapat dianalogikan bahwa konsep ”keamanan
nasional” yang dianut secara universal, di Indonesia tidak lain dari konsep ”pertahanan
keamanan negara”. Hal ini ditegaskan dalam UUD 1945 pasal 30 ayat (2), ”Usaha pertahanan dan
keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan negara rakyat
semesta oleh TNI dan Polri, sebagai kekuatan inti dan rakyat sebagai kekuatan pendukung”.
Keamanan nasional merupakan hal yang saling berkait, sehingga tidak dapat dipisahkan antara
keamanan dari luar sebagai tanggung jawab TNI dengan ancaman keamanan dari dalam yang
merupakan tanggung jawab Polri. Penanganan keamanan nasional dengan mengambil model
pemisahan wilayah tanggung jawab ke dua institusi akan sangat berisiko bagi keselamatan
bangsa. National Security atau dalam istilah Indonesia sebagai Keamanan Nasional, memiliki
cakupan yang lebih luas dari sekedar masalah pertahanan belaka. Apabila keamanan nasional
didudukkan dalam suatu pemahaman yang lebih komprehensif, maka yang menjadi subyek
bukan hanya TNI dan Polri saja, tetapi terdapat tiga faktor dominan yang bertindak sebagai
decisive factors keamanan negara, yakni kekuatan politik, kekuatan ekonomi dan kekuatan
militer. Ketiga kekuatan tersebut diatur melalui kebijakan politik negara. TNI berada dalam
kekuatan militer yang diatur dalam kebijakan pertahanan, sedangkan Polri sudah termasuk
dalam kekuatan politik. Dalam konteks keamanan negara, TNI merupakan komponen strategis
yang dalam kepentingan nasional bertugas untuk menjaga dan melindungi kedaulatan negara,
keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan bangsa. Secara umum dapat dikatakan keamanan
nasional, sebagai konsep dalam upaya untuk menjamin tegaknya kedaulatan dan keutuhan
wilayah NKRI, terjaminnya keamanan dan kelangsungan hidup bangsa dan negara,
perikehidupan rakyat, masyarakat dan pemerintah yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Masalah keamanan nasional akan berpengaruh bagi kelangsungan hidup suatu bangsa.
Penyempitan atau penyederhanaan definisi keamanan nasional yang sering disalah artikan
dengan mengkerdilkan kemampuan bangsa dan negara untuk survive dari ancaman
modernisasi yang sangat kompleks. Kekaburan persepsi keamanan, seperti yang telah dibahas
diatas mengakibatkan berlarut-larutnya permasalahan di dalam negeri yang menyebabkan
keragu-raguan dalam bertindak. Sebagai salah satu contoh adalah bagaimana pada awalnya TNI
merasa kurang berani menghadapi kelompok separatis bersenjata di daerah-daerah yang tengah
bergejolak. Disisi lain, sikap proaktif TNI dalam kegiatan non perang seringkali disalah artikan,
bahkan dengan sengaja oleh pihak tertentu digunakan untuk memojokkan TNI. Padahal di
negara maju dan non militeristik sekalipun, peran militer dalam permasalahan keamanan
sangat mengemuka bahkan menjadi suatu tuntutan, sebagaimana yang dilakukan oleh militer AS
dan Inggris, dalam operasi melawan pengedaran obat bius (counter drug operation). Sikap
apriori pihak-pihak tertentu tersebut dapat dieliminir dengan suatu sistem manajemen
keamanan nasional. Dengan kata lain, segala aspek akan dilihat dari kacamata nasional secara
komprehensif dan semua kekuatan yang ada, termasuk kekuatan militer yang dapat
diaplikasikan secara sinergi bila dibutuhkan berdasarkan keputusan politik negara.
Dengan mempertimbangkan dinamika serta kecenderungan eskalasi ancaman aktual yang
bersifat multidimensional, kiranya masih diperlukan adanya keterpaduan tugas antara unsur
TNI dengan unsur Polri dalam mengatasi permasalahan pertahanan dan keamanan di lapangan.
Eskalasi ancaman multidimensional justru harus diatasi dengan keterpaduan kemampuan
keamanan umum dengan kemampuan pertahanan negara. Dengan demikian pelibatan kekuatan
TNI dalam keadaan biasa berstatus bantuan kepada fungsi-fungsi Polri perlu diatus dengan jelas
sehingga tidak menimbulkan kegamangan di lapangan antar kedua komponen tersebut. Namun
dalam keadaan bahaya dengan status darurat militer dan darurat perang, penanggulangan
ancaman dalam negeri sepenuhnya tanggung jawab TNI. Kesamaan persepsi tentang keamanan
nasional perlu mendapatkan perhatian dan pengkajian serius agar bangsa tidak terjebak dalam
kesulitan untuk mengatasi konflik di masa depan. Keamanan nasional merupakan suatu hal
sangat kompleks dan berdimensi luas, sehingga memerlukan peran serta berbagai elemen
pemerintah dan masyarakat, termasuk unsur TNI dan Polri.
Dengan demikian dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pengaruh luar dan dalam Negeri yang
berpotensi pada timbulnya ancaman terhadap keutuhan dan kedaulatan dalam negeri, baik
kerawanan militer maupun non militer. Terdapat beberapa kerawanan yang mengancam
terhadap palsafah bangsa yaitu pancasila, seperti terjadinya suatu penyusupan faham terutama
faham Komunis yang ditujukan untuk menggantikan dasar Negara kita, hal ini merupakan
ancaman yang sangat berbahaya bagi keutuhan bangsa. Selain itu juga terdapat suatu ancaman
yang terdapat beberapa wilayah yang menginginkan adanya pemisahan diri dari Negara
Kesatuan Republik Indonesia, sehingga menimbulkan suatu gerakan separatis yang
mengakibatkan timbulnya konflik antar saudara. Untuk dapat menyelesaikan permasalahan
konflik diperlukan suatu strategi dan tindakan yang semakin baik dalam
penanganan konflik.Oleh karena itupemerintah RI dan para Pemimpin TNI untuk mengambil
langkah antisipatif sehingga permasalahan dapat diselesaikan secara tuntas dan komprehensif.