PERANAN LEMBAGA ADAT DALAM MENANGANI KASUS HAMIL DI LUAR NIKAH DI DESA WATUMAETA KECAMATAN LORE UTARA

  

PERANAN LEMBAGA ADAT DALAM MENANGANI KASUS

HAMIL DI LUAR NIKAH DI DESA WATUMAETA

KECAMATAN LORE UTARA

1*

  

Ni Made Sherly Feronica

2* 3*

  

Sunarto Amus& Alri Lande

1*

  Alumni Mahasiswa PPKn FKIP UNTAD

  2*

  Dosen PPKn FKIP UNTAD

  3*

  Dosen PPKn FKIP UNTAD

  Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan

kehamilan di luar nikah di Desa Watumaeta Kecamatan Lore Utara dan untuk

mengidentifikasi upaya lembaga adat dalam menangani kasus hamil di luar nikah di

Desa Watumaeta Kecamatan Lore Utara. Penelitian ini dilaksanakan dengan

menggunakan metode penelitian kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Adapun

subjek pada penelitian ini berjumlah 11 orang informan. Dengan menggunakan teknik

pengumpulan data wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa

faktor-faktor yang menyebabkan hamil di luar nikah dikarenakan oleh beberapa faktor

yaitu, pergaulan yang kurang baik, kurangnya perhatian dari orang tua, pengaruh

teknologi dan informasi, dan kurangnya kesadaran dan pengamalan agama. Adapun

upaya yang dilakukan lembaga adat dalam menangani kasus hamil di luar nikah

dengan memberikan sanksi atau denda bagi si pelaku dengan ketentuan atau peraturan

yang telah di tetapkan oleh lembaga adat. Walaupun hal tersebut masih tidak sesuai

dengan peraturan atau ketetapan yang telah di sepakati oleh Lembaga Adat Tampo

Pekurehua Tawaelia karena lembaga adat menyesuaikan dengan kondisi masyarakat

saat ini, akan tetapi sanksi dan denda tetap di berlakukan sebagai efek jerah agar

kejadian serupa tidak terjadi lagi dan juga bertujuan untuk dijadikan pembelajaran

terhadap remaja dan masyarakat setempat.

  Kata kunci : Peranan; Lembaga Adat; Hamil di Luar Nikah.

  PENDAHULUAN

  Pacaran merupakan proses pengenalan antara pria dan wanita yang berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan keluarga yaitu pernikahan. Akan tetapi seiring perkembangan zaman di era globalisasi ini kebanyakan remaja berpacaran yang tidak sehat, setelah cukup lama berpacaran mereka melakukan hubungan seksual. Ketika hubungan mereka membuahkan janin dalam kandungan, timbul masalah karena mereka belum menikah dan kebanyakan masih harus menyelesaikan sekolah atau kuliahnya.

  Resiko yang harus dialami oleh wanita adalah kehamilan, ketika sudah terjadi kehamilan mulai ada pikiran bagaimana kehamilannya, siapa yang bertanggung jawab, bagaimana menghadirinya dan berbagai macam pertanyaan yang timbul dalam pikiran pelaku. Artinya yang ada dipikiran adalah penyelesaian masalah yang berasal dari setan.

  Menurut Maria Ulfa (Wijayati, 2015 : 46) menyatakan bahwa aborsi adalah pengguguran kandungan dan perampasan hak hidup janin atau perbuatan yang memisahkan janin dari rahim ibunya.

  Adat merupakan norma yang tidak tertulis, namun sangat kuat mengikat sehingga anggota-anggota masyarakat yang melanggar adat istiadat akan menerima sanksi yang kadang-kadang secara tidak langsung dikenakan. Misalnya pada masyarakat yang melanggar norma atau aturan-aturan yang sudah ditetapkan oleh satu komunitas masyarakat terjadi patologi sosial “hamil di luar nikah” apabila terjadi hal seperti ini maka tidak hanya yang bersangkutan yang mendapatkan sanksi atau menjadi tercemar, tetapi seluruh keluarga atau bahkan masyarakat.

  Di Desa Watumaeta terdapat kasus hamil diluar nikah, hal ini disebabkan karena lingkungan pergaulan yang kurang baik, serta kemajuan teknologi dan informasi. Masalah ini sebagian besar di alami bagi anak muda maupun remaja yang keluar dari desa tersebut untuk menuntut ilmu di kota, sebagian juga dialami anak yang tinggal di desa. Selain itu juga karena dampak teknologi yang disalah gunakan, dimana situs porno yang merajalela keberbagai media, sehingga membawa ke hal-hal yang kurang baik. Di Desa Watumaeta banyak anak muda dan remaja yang keluar dari kampung untuk menuntut ilmu di kota, dimana mereka berpisah jauh dengan orang tua maka perggaulan mereka tidak ada yang mengawasinya.Di Desa Watumaeta, hamil diluar nikah merupakan hal yang melanggar norma-norma sosial dan nilai agama dalam masyarakat, sehingga peran lembaga adat sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan kasus tersebut.

  Berdasarkan dari uraian di atas penulis tertarik untuk mengulas lebih lanjut tentang faktor-faktor apa yang menyebabkan kehamilan diluar nikah dan bagaimana upaya lembaga adat dalam menangani kasus hamil di luar nikah di Desa Watumaeta Kecamatan Lore Utara.

METODE PENELITIAN

  Sesuai dengan judul penelitian, maka yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif menekankan pada keadaan sebenarnya dari suatu objek yang terkait langsung dengan konteks yang menjadi perhatian peneliti. Menurut Moleong (1996: 89) mengatakan metodologi penelitian kualitatif yaitu: “Penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data yang deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.” Penelitian kualitatif yang dimaksud berarti mendeskripsikan atau memaparkan tentang peranan lembaga adat dalam menangani kasus hamil diluar nikah di Desa Watumaeta Kecamatan Lore Utara. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 05 Januari 2018 hingga tanggal 24 Februari 2018. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh tokoh adat dan orang yang pernah hamil diluar nikah. Untuk memperoleh informasi yang releven dan mendalam maka penarikan sampel dilakukan dengan cara purposive

  

sampling, dalam hal ini sampel ditetapkan dengan sengaja oleh peneliti didasarkan atas

  kriteria atau pertimbangan tertentu ( Arikunto 2006 : 183). Kriteria atau pertimbangan yang dimaksud ialah dengan cara melihat atau menentukan subjek atau informan yang berada dilokasi penelitian sesuai dengan informasi dan data yang dibutuhkan oleh peneliti. Berdasarkan pertimbangan atau kriteria maka peneliti menetapkan jumlah informan 11 (sebelas) orang yaitu: kepala Desa Watumaeta, 4 (empat) tokoh adat Desa Watumaeta, 3(tiga) orang yang hamil diluar nikah Desa Watumaeta, 1(satu) tokoh pemuda Desa Watumaeta, 1 (satu) orang tokoh agama kristen, 1 (satu) orang tokoh agama islam. Penetapan jumlah informan ini didasari anggapan dan keyakinan peneliti bahwa ke-11 (sebelas) orang informan yang telah ditetapkan ini bisa mewakili seluruh masyarakat Desa Watumaeta dan bisa memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Menurut Nazir (1999: 211) bahwa pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting dalam metode ilmiah, maka pengumpulan data sangat penting untuk memperoleh data penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah wawancara dan dokumentasi.

HASIL PENELITIAN

  1. Faktor – faktor yang menyebabkan hamil di luar nikah di Desa Watumaeta Kecamatan Lore Utara

  a. Pergaulan Pergaulan merupakan salah satu cara manusia untuk berhubungan dengan manusia lainnya. Dampak negatif dari adanya pergaulan salah satunya menimbulkan adanya pergaulan bebas pada remaja. Begitupula yang terjadi pada pemuda yang ada di Desa Watumaeta Kecamatan Lore Utara, masih banyaknya pemuda desa yang belum paham akan makna pergaulan sehingga, dampak negatif yang timbul akibat pergaulan di Desa Watumaeta lebih menonjol ketimbang dampak positifnya.

  b. Keluarga Faktor keluarga juga merupakan salah satu hal yang paling berdampak pada kasus hamil di luar nikah yang terjadi di Desa watumaeta. Kurangnya perhatian dan kasih sayang dalam rumah tangga menjadikan anak terjerumus ke dalam seks di luar nikah, sehingga mengakibatkan timbulnya kasus hamil di luar nikah di Desa Watumaeta.

  c. Pengaruh Teknologi dan Informasi Kemudahan teknologi dan memperoleh informasi selain memberi manfaat bagi para pengguna juga memberi dampak negatif diantaranya yaitu untuk mencari hal yang negatif, seperti gambar-gambar yang tidak senonoh atau video-video aneh yang bersifat asusila.

  d. Kurangnya Kesadaran dan Pengamalan Agama Kurangnya pengamalan agama sangat berpengaruh, karena kurangnya pengamalan pada agama akan membuat para remaja melakukan hal-hal yang dilarang Allah SWT karena mereka kurang mampu membedakan yang baik dan yang buruk. Kurang mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan dan lebih senang berpergian ke luar rumah dengan tujuan yang tidak jelas menyebabkan lemahnya iman pada seseorang, hal tersebut dapat menjerumuskan remaja kepada pergaulan-pergaulan yang tidak baik sehingga mereka akan sulit untuk mengendalikan hawa nafsunya, akibatnya terjadilah kasus hamil di luar nikah.

  2. Upaya lembaga adat dalam menangani kasus hamil di luar nikah di Desa Watumaeta Kecamatan Lore Utara

  Lembaga Adat juga berfungsi sebagai alat kontrol keamanan, ketentraman, kerukunan, dan ketertiban masyarakat. Adapun tahapan-tahapan upaya lembaga adat dalam menangani kasus hamil di luar nikah di Desa Watumaeta yakni:

  a. Pelaporan kepada Lemabaga adat upaya lembaga adat dalam menyelesaikan kasus hamil di luar nikah melalui proses atau tahapan pelaporan, dimana pada tahapan ini pihak yang dirugikan melapor kepada lembaga adat agar dapat menyelesaikan kasus tersebut.

  b. Musyawarah Adat Musyawarah merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk memecahkan suatu masalah atau persoalan atau dengan kata lain sebuah upaya untuk mencari jalan keluar guna mengambil keputusan bersama dalam menyelesaikan suatu masalah yang melibatkan dua orang atau lebih. Di Desa Watumaeta pada proses musyawarah adat dalam menangani kasus hamil di luar nikah dimana pihak lembaga adat memanggil kedua orang tua mereka serta semua aparatur desa di balai desa.

  c. Pemberian Sanksi Pada proses pemberian sanksi ini melalui sidang adat. Dalam sidang adat ini akan dibuka dengan pihak laki-laki menyetor uang administrasi kepada pihak lembaga adat dalam bahasa pekurehua disebut dengan pemamai (buka bicara), sidang belum bisa di buka sebelum menyetor uang administrasi kepada lembaga adat. Setelah diserahkan Pemamai barulah kemudian sidang adat akan dibuka. maka ketua adat memberikan sanksi atau denda kepada pasangan yang melakukan perbuatan itu dengan di tetapkan 1 (satu) ekor babi atau uang berjumlah 3 (tiga) juta rupiah yang mereka berdua harus berikan

  d. Hak Istri dan anak Pada kasus hamil di luar nikah yang perempuan berhak mengasuh anaknya, dan anaknya mendapat jaminan dari laki-laki sejak dari kandungan sampai besar. Kalau laki-laki mau menafkahi sejak dari kandungan, setelah anaknya lahir dia menggunakan marga dari laki-laki itu dibelakang namanya. Kalau laki-lakinya tidak mau bertanggung jawab tidak bersedia menikahi perempuan yang di hamili, maka akan di kenakan sanksi Tange Tampo (Pemulihan Nama Baik) seorang wanita 1 (satu) ekor babi atau uang sebesar 1 (satu) juta rupiah, Kamba Tobalilona (Pengganti Suami) 1(satu) ekor babi atau uang 1 (satu) juta rupiah dan Pokadipura

  Anangkoi (pemeliharaan) bayi 1(satu) ekor babi atau uang sebesar 1 (satu) juta rupiah.

  PEMBAHASAN

  Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian di Desa Watumaeta Kecamatan Lore Utara mengenai kasus hamil di luar nikah, dimana kasus hamil di luar nikah merupakan tindakan asusila yang sering kali mencoreng nama baik keluarga dan merugikan dirinya sendiri. Bahkan banyak anak remaja yang masih berstatus sekolah akan tetapi menjalani sebuah hubungan dengan lawan jenisnya bagaikan sepasang suami istri, tak hanya berbagi kemesraan di depan umum. Bahkan mereka juga berani untuk melakukan hubungan seks pranikah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut:

  Data yang hami di luar nikah di Desa watumaeta 2013-2017 No Tahun Banyak 1 2013

  3 Orang 2 2014

  3 Orang 3 2015

  2 Orang 4 2016

  1 Orang 5 2017

  1 Orang

  Sumber Data: Hasil Pengkajian data

  Pergaulan remaja di Desa Watumaeta Kecamatan Lore Utara pada umumnya tidak bisa dipungkiri lagi sudah terkontaminasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dampaknya adalah adanya perubahan pola perilaku melalui gaya hidup sehari-hari, perubahan ini tentu saja mengarah kepada hal-hal yang positif dan negatif. Dimana masih banyaknya remaja desa yang belum paham akan makna pergaulan sehingga, dampak negatif yang timbul akibat pergaulan di Desa Watumaeta lebih menonjol ketimbang dampak positifnya. Dengan adanya perubahan ini dengan sendirinya membentuk karakter remaja dalam pergaulannya. Perubahan tersebut tentunya di sebabkan oleh beberapa faktor seperti yang di kemukakan oleh Seotjiningsih (Minah, 2014: 14), mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seks pranikah pada remaja selain pengetahuan adalah hubungan orang tua-remaja, tekanan negatif teman sebaya, pemahaman aspek agama (religiusitas), dan eksposur media pornografi memiliki pengaruh yang signifikan, baik langsung maupun tidak langsung terhadap perilaku seksual pranikah pada remaja.

  Faktor penyebab remaja hamil di luar nikah di Desa Watumaeta Kecamatan Lore Utara di karenakan yang pertama pergaulan yang kurang baik, dimana lingkungan pergaulan yang tidak terkontrol dengan baik sangat berpengaruh besar pada perkembangan remaja dalam mencapai kedewasaan. Pergaulan yang kurang baik mempengaruhi dan mendorong terjadinya hamil di luar nikah. Dimana remaja di Desa Watumaeta banyak yang melanjutkan pendidikan di kota, pergaulan mereka berubah setelah tinggal di kota, adanya remaja desa yang pindah ke kota untuk melanjutkan pendidikan ataupun untuk tujuan bekerja menyebabkan terjadinya perubahan gaya hidup serta kebiasaan remaja, sehingga mereka yang baru mengenal dunia luar akan sangat mudah terjerumus ke hal-hal yang kurang baik seperti pergaulan bebas.

  Faktor yang kedua kurangnya perhatian dari orang tua, terdapat ada orang tua yang bercerai dan tidak pernah mengurus anaknya, itu mengakibatkan anak merasa terlantar dan jarang sekali mendapatkan perhatian dari orang tua mereka dan apa lagi banyak remaja di Desa Watumaeta yang pergi ke kota untuk menuntut ilmu dan tinggal bersama kekasihnya tanpa sepengetahuan orang tua atau keluarga mereka, itu di sebabkan karena orang tua tidak terlalu mengontrol anaknya, mereka juga terlalu mempercayai anak mereka dengan jarak yang terpisah dari mereka, dan ada ada pula di karenakan orang tua tidak merestui karena melihat berbagai hal yang di khawatirkan dalam membangun rumah tangga, dimana yang laki-lakinya belum mempunyai pekerjaan tetap dan yang perempuan masih duduk di bangku sekolah. Kebanyakan yang dicari para pemuda-pemudi hanya kesenangan, orang tua pasti akan terkena akibatnya kalau anak tersebut sampai hamil di luar nikah, dan juga dampak-dampak terhadap keluarga dan masyarakat

  Faktor yang ketiga adalah perkembangan teknologi, dimana pengaruh media sosial seperti televisi yang menyajikan tontonan-tontonan yang berbau pornografi dan pornoaksi sehingga dapat memicu remaja melakukan seks bebas. Internet juga memiliki andil yang besar dalam hal ini. Mudahnya mengakses situs-situs yang berbau porno juga dapat membuat remaja yang masih dalam masa pubertas menjadi ingin tahu dan ingin mencobanya.

  Faktor yang ke empat adalah Ke empat kurangnya pemahaman atau pengetahuan terhadap agama hal ini sangat berpengaruh sehingga membuat remaja akan melakukan ha-hal yang di larang oleh agama, karena mereka kurang mampu membedakaan mana yang baik dan yang buruk. Tanpa adanya benteng agama yang kuat mereka akan bertindak hanya sesuai dengan kesenangan sesaat saja tanpa memikirkannya dari segi agama.

  Temuan ini sejalan dengan penelitian Itriyanti dan astriani (2014:79-82) dimana dalam penelitiannyajuga membahas faktor-faktor hamil di luar nikah di kota Yogyakaarta. Adapun faktor-faktor yang dijelaskan adalah yang pertama pergaulan bebas, kedua anak yang broken home, ketiga anak yang tidak di perhatikan orang tua, keempat pelaku seks bebas, kelima pemahaman agama yang kurang.

  Berdasarkan hasil yang peneliti dapatkan di Desa Watumaeta Kecamatan Lore Utara dimana upaya dalam menyelesaikan kasus hamil di luar nikah adalah dengan cara penyelesaian lembaga adat, dimana lembaga adat adalah sebuah organisasi dalam masyarakat, baik yang disengaja dibentuk maupun secara wajar telah tumbuh dan berkrembang didalam masyarakat tersebut. Dimana lembaga adat berhak dan berwenang untuk mengatur, mengurus dan menyelesaikan berbagai permasalahan kehidupan yang berkaitan dalam masyarakat, Salah satunya dalam menyelesaikan kasus hamil di luar nikah seperti yang di kemukakan oleh Taneko (1987:15) mengemukakan bahwa Lembaga adat mengatur perilaku anggota masyarakat agar tidak melakukan perilaku menyimpang. Pelaku penyimpangan sosial akan dihukum seperti: ditegur, dikenakan sanksi, dikucilkan atau diusir dari lingkungan masyarakatnya

  Di Desa Watumaeta Kecamatan Lore Utara masyarakatnya sangat membutuhkan lembaga adat dalam menangani kasus hamil di luar nikah. Bagi yang ketahuan telah hamil diluar nikah lembaga adat tidak bisa melakukan apa-apa atau tidak memberikan sanksi kepada pelaku jika tidak ada yang melapor kepada lembaga adat. Dalam pemberian sanksi tidak hanya sekedar akan tetapi melalui proses atau tahapan-tahapan, dimana untuk memperjelas permasalahan yang terjadi sehingga para tokoh adat tidak sembarang dalam pemberian sanksi bagi pelaku.

  Penyelesaian kasus hamil di luar nikah di Desa Watumaeta Kecamatan Lore Utara di pertemukan di Baruga dengan di hadiri kedua belah pihak dan keluarga dari laki-laki maupun perempuan, semua anggota lembaga adat dan kepala desa serta semua aparatur Desa Watumaeta. Sanksi yang di berikan kepala pelaku berupa 1 ekor babi atau uang senilai Rp 3.000.000, dimana hewan tersebut sebagai Pobohoi Tambo (pengganti) dari kesalahan dari pihak laki-laki (pelaku). seorang ibu yang mengandung mendapatkan hak untuk mengasuh anak sedangkan seorang anak mendapat jaminan dari bapak (pelaku) sejak dari kandungan hingga besar. Di Desa watumaeta, berbicara tentang hak dari korban meupun pelaku kasus hamil di luar nikah, menurut sistem kekerabatan Desa watumaeta, seseoraang laki-laki yang bertanggung jawab tetapi tidak menikahi si wanita hanya menjaminnya sejak dalam kandungan. Setelah lahir si anak harus menggunakan/memakai marga dari laki-laki tersebut dibelakang namanya. Hal ini tentu sesuai dengan kesepakatan dari kedua belah pihak dalam proses pengurusan. Jika si laki-laki tidak bersedia menikahi ataupun menafkahi si anak sejak dalam kandungan maka si anak tidak harus memakai marga dari laki-laki tersebut. Dan jika pihak laki- laki tidak bersedia menikahi atau tidak bertanggung jawab maka pihak laki-laki akan di berikan sanksi lagi Tange Tampo (Pemulihan Nama Baik), Kamba Tobalilona (Pengganti Suami) dan Pokadipura Anangkoi (pemeliharaan) masing-masing sanksi itu di nilai dengan 1 (satu) ekor babi atau uang sebesar Rp 1.000.000.

  Di Desa Watumaeta masyarakatnya masih mempercayai adanya ikatan alam dalam kehidupan masyarakat Desa Watumaeta. Seperti jika ada pasangan yang tidak melapor atau pasangan yang tidak memberikan sanksi yang telah diberikan oleh lembaga adat dan tidak dilaksanakan atau terdapat pasangan yang telah hamil diluar nikah dan tidak secepatnya diselesaikan maka itu akan berdampak pada pertanian masyarakat Desa Watumaeta.

  Masyarakat Desa Watumaeta masih memegang kepercayaan bahwa setiap persoalan yang terjadi dalam masyarakat khususnya yang hamil di luar nikah, selama persoalan itu belum diselesaikan maka akan terjadi bencana pada tanaman persawahan maupun perkebunan mereka seperti terjadinya serangan hama yang menyebabkan gagal panen, sehingga masyarakat sangat khawatir akan hal itu. Dengan demikian masyarakat akan tetap menuntut atau mendesak pihak keluarga yang telah melakukan perbuatan zina atau yang hamil di luar nikah dan secepatnya untuk menyelesaikan atau memberikan sanksi atau denda yang telah diberikan kepada pasangan tersebut. Dan apabila hal tersebut sudah ketahuan dan telah terselesaikan maka bencanal tersebut semakin hari semakin berkurang.

  Peranan Lembaga Adat dalam mengartur kehidupan masyarakat Desa watumaeta Kecamatan Lore Utara dengan aturan-aturan yang ada di desa watumaeta sudah cukup baik karena Tokoh-tokoh Adat masih menjalankan tugas dan fungsinya. Hasil penelitian menunjukan bahwa peranan lembaga adat dalam menangani kasus hamil di luar nikah sudah cukup baik, meskipun ada pengaruh budaya dari luar, hanya saja lembaga adat dalam pemberian sanksi belum cukup tegas, karena masih melihat pertimbangan ekonomi dalam masyarakat dan tidak terlalu membebani pasangan atau pelaku tersebut.

  Kedudukan Lembaga adat di Desa Watumaeta masih tetap di hormati. Masyarakat juga masih mengetahui dan tetap menaati aturan-aturan Adat istiadat Pekurehua Tawaelia yang di tetapkan dalam masyarakat tersebut karena Adat istiadat PekurehuaTawaelia adalah warisan dari nenek moyang meskipun sudah ada perubahan mengikuti norma agama. Dimana pada zaman dulu masyarakat Desa Watumaeta dalam pemberian sanksi bagi yang ketahuan menghamili pasangannya, dimana pelaku dibunuh sebagai Pobohoi

  

Tampo (pengganti) dari kesalahan yang Dia perbuat, sehingga pada masyarakat Desa

  Watumaeta jarang bahkan tidak pernah terjadi hamil di luar nikah. Akan tetapi sanksi tersebut melanggar norma Agama dan HAM ( Hak Asasi Manusia ) di mana di atur dalam UUD 1945 pasal 28A “Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya”. Dan dilakukanlah musyawarah adat

  

Tampo Pekurehua Tawaelia, Dikeluarkanlah rancangan ketetapan tata cara adat istiadat

PekurehuaTawaelia tentang memberikan sanksi atau denda, yaitu 1 (satu) ekor

  kerbau/sapi atau uang sebesar Rp 3.000.000. sehingga heman itu di pakai sebagai

  

Pobohoi Tampo (pengganti) dari kesalahan pelaku. Akan tetapi Lembaga Adat di Desa

  Watumaeta masih di pengaruhi rasa kekeluargaan dan melihat kondisi ekonomi masyarakat, sehingga Lembaga Adat di Desa Watumaeta memberikan sanksi atau denda bagi pasangan yang hamil di luar nikah yaitu berupa 1 (satu) ekor babi atau uang sebesar Rp 3.000.000. Maksud dan tujuan dalam pemberian sanksi atau denda adalah sebagai efek jerah agar kejadian serupa tidak terjadi lagi dan juga bertujuan untuk dijadikan sebagai pembelajaran terhadap remaja dan masyarakat setempat.

  Hubungan pelaku yang hamil di luar nikah dengan masyarakat, dari masyarakat tidak mengucilkan ataupun memberikan celaan-celaan yang membuat pelaku menjahui diri dari lingkungan masyarakat, akan tetapi sebaliknya justru pelaku yang hamil di luar nikah merasa terkucilkan dari lingkungannya, karena merasa malu dengan apa yang telah dia perbuat.

  Hamil di luar nikah merupakan pelanggaran dari norma agama, dimana norma agama tidak hanya mengatur tentang hubungan antar manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur tentang hubungan dengan manusia lainnya, manusia tersebut dengan lingkungannya serta mengatur tentang bagaimana hubungan manusia dengan mahkluk Tuhan lainnya. Dimana kasus hami di luar nikah merupakan larangan bagi setiap agama. Bagi yang menyimpang dari ajaran agama seperti terlibat dalam kasus hamil diluar nikah, menurut ajaran agama akan mendapatkan sanksi di dunia maupun di akhirat. Bukan hanya dianggap melanggar ajaran agama, tetapi hamil diluar nikah juga merupakan pelanggaran moral. Hamil di luar nikah juga melanggar norma kesusilaan karena merupakan perbuatan asusila, bagi mereka yang melakukan perbuatan asusila dalam hal ini dianggap memiliki moral yang kurang baik, karena setiap orang beranggapan bahwa orang yang memiliki moral yang baik tidak akan melakukan tindakan-tindakan yang merujuk kepada pelanggaran moral. Hal ini sangat sesuai dengan pendidikan pancasila dan kewarganegaraan, yang mana didalamnya mengajarkan tentang bagaimana seharusnya menjadi warga negara yang baik dengan tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar norma agama dan moral serta tetap menjunjung nilai-nilai pancasila khususnya sila pertama yakni Ketuhanan Yang Maha Esa dan mengaplikasikannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

  KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

  a. Faktor-faktor yang menyebabkan kehamilan di luar nikah di Desa Watumaeta ialah pertama, dikarenakan oleh faktor pergaulan yang kurang baik, Faktor yang kedua ialah kurangnya perhatian dari orang tua, Faktor ketiga di pengaruhi oleh perkembangan teknologi, Dan faktor yang keempat dikarenakan oleh kurangnyakesadaran dan pengamalan Agama

  b. Upaya yang dilakukan lembaga adat dalam menangani kasus hamil di luar nikah yang ada di Desa Watumaeta Kecamatan Lore Utara ialah dengan memberikan sanksi atau denda bagi si pelaku dengan ketentuan atau peraturan yang telah di tetapkan oleh lembaga adat yang ada di Desa Watumaeta Kecamataan Lore Utara. Walaupun hal tersebut masih tidak sesuai dengan peraturan atau ketetapan yang telah di sepakati oleh Lembaga Adat Tampo Pekurehua-Tawaelia karena lembaga adat menyesuaikan dengan kondisi masyarakat saat ini, akan tetapi sanksi dan denda tetap di berlakukan sebagai efek jerah agar kejadian serupa tidak terjadi lagi dan juga bertujuan untuk dijadikan pembelajaran terhadap remaja dan masyarakat setempat.

  Saran

  a. Perlunya penyuluhan tentang seks bebas, pergaulan bebas, penggunaan teknologi yang memberi dampak positif bagi setiap kalangan dengan demikian bertujuan untuk mewujudkan generasi yang baik dan berprestasi, dan perlunya pembelajaran agama yang dilakukan sejak dini. Untuk itu kegiatan ini, melibatkan seluruh masyarakat mulai dari remaja, anak muda dan orang tua.

  b. Perlunya ketegasan dari lembaga adat untuk pemberian sanksi dan tidak ada kebijakan yang diberikan bagi si pelaku dan tetap pada peraturan yang telah ditetapkan dari Lembaga Adat TampoPekurehua Tawaelia. Sehingga akan mengurangi terjadinya hamil di luar nikah karena ada adat yang mengikatnya dan sanksi yang berat, sehingga masyarakat tidak meresakan dampak dari perbuatan mereka.

DAFTAR RUJUKAN

  Arikunto. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: Asdi Mahasatya

  Itriyanti dan Asriani. (2014). “Agensi dan Negosiasi Remaja Hamil dalam Menghadapi Stigma dan Hambatan-hambatan dalam Kehidupannya di Kota Yogyakarta”.

  Jurnal studi pemuda.3,(2), 73-88

  Minah. (2014). “Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seks pranikah pada remaja di Desa Susukan Kecamatn Sumbang”.Jurnal Ilmiah Kebidanan. 5, (1), 13-18

  Moleong. (1996). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: remaja Rosda Karya Nazir. (1999). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia Taneko. (1987). Pelembagaan Hukum Adat. Bandung: Rosda Offset.

  Wijayati. (2015). “Aborsi akibat kehamilan yang tak diinginkan (ktd): Kontestasi Antara Pro-Live dan Pro-Choice”. Jurnal Studi Keislaman. 15, (1), 43-62