DAMPAK KASUS TERORISME TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA TRIMULYA KECAMATAN POSO PESISIR UTARA

  

DAMPAK KASUS TERORISME TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT

DI DESA TRIMULYA KECAMATAN POSO PESISIR UTARA

1*

  

Yeni Daniati Pasumbu

2* 3*

  

Kaharuddin Nawing& Alri Lande

1*

  

Alumni Mahasiswa PPKn FKIP UNTAD

2*

  

Dosen PPKn FKIP UNTAD

3*

  

Dosen PPKn FKIP UNTAD

Abstrak:

  Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan dampak kasus terorisme terhadap kehidupan masyarakat di Desa Trimulya Kecamatan Poso Pesisir Utara dan untuk mendeskripsikan upaya mengatasi traumatik di kalangan masyarakat yang disebabkan kasus terorisme di Desa Trimulya Kecamatan Poso Pesisir Utara. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Adapun subjek pada penelitian ini adalah masyarakat Desa Trimulya dengan menetapkan 21 orang informan. Dengan menggunakan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa di Desa Trimulya adanya Kasus terorisme membuat keresahan dan ketidaknyamanan di tengah-tengah masyarakat yang mengakibatkan aktifitas masyarakat menjadi terganggu. Adapun dampak-dampak yang ditimbulkan ialah dampak sosial ekonomi, dampak sosial budaya dan dampak sosial psikologis. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi trauma dikalangan masyarakat, aparatur Desa bekerjasama dengan anggota TNI/POLRI memberikan sosialisasi terhadap masyarakat, membangun komunikasi sosial antar umat beragama, membuat kegiatan ronda malam dan menghimbau kepada warga masyarakat agar melaporkan jika melihat atau menemukan hal-hal yang mencurigakan. Upaya yang dilakukan oleh anggota TNI/POLRI antara lain yaitu melaksanakan kegiatan anjangsana, melakukan pengamanan dirumah-rumah ibadah dan melaksanakan kegiatan bakti sosial bersama masyarakat.

  Kata kunci : Terorisme; Permasalahan Sosial.

  PENDAHULUAN Terorisme yang terjadi di Indonesia merupakan ancaman berbahaya dan perlu

mendapat penangananserius dari pemerintah dan pihak keamanan. Aksi teror ini tidak

hanya mengarah pada aparat keamaman, akan tetapi masyarakat sipil berpotensi besar

ikut menjadi korban teror. Terorisme di dunia bukanlah merupakan hal baru, jaringan

teroris di indonesia lebih besar dan lebih berpengalaman dari yang selama ini dipikirkan

oleh banyak pihak. Jaringannya pun terus berkembang dan semakin meluas di tanah air.

  Menurut Sunarto (2007:10) mengatakan bahwa akibat makna-makna negatif yang

dikandung oleh perkataan “teroris” dan “terorisme”, para teroris umumnya menyebut

mujahidin, dan lain-lain. Tetapi dalam pembenaran dimata terorisme : “makna

sebenarnya dari jihad, mujahidin adalah jauh dari tindakan terorisme yang menyerang

penduduk sipil yang tidak terlibat dalam perang”. Namun terorisme sendiri sering

tampak dengan mengatasnamakan agama.

  Awal terjadinya konflik Poso dimulai pada bulan Desember 1998, hingga bulan

April 2000, dan yang terbesar terjadi pada bulan Mei hingga Juni2000. Yang mana

konflik berawal dari serangkaian bentrokan antara dua kelompok yaitu kelompok

pemuda Islam dan kelompok pemuda Kristen.Dari konflik tersebut banyak dampak

yang yang terjadi seperti banyaknya korban jiwa, luka berat dan ringan, juga terjadi

pemerkosaan dan pelecehan seksual terhadap kaum perempuan.Sarana pemukiman

seperti Gereja, Masjid/Musalah, rumah penduduk, pusat perdagangan, sarana

pendidikan umum, sarana transportasi, dan fasilitas kesehatan juga mengalami

kerusakan berat. Akhirnya pada tanggal 20 Desember 2001 dibuatlah perjanjian damai

atau dikenal dengan Deklarasi Malino yang diinisiasi oleh Jusuf Kalla kesepakatan ini

sekaligus mengurangi kekerasan frontal secara bertahap, dan angka kriminal mulai

menurun dalam beberapa tahun sesudahnya.

  Setelah berakhirnya konflik Poso, wilayah Poso kembali di kejutkan dengan

munculnya kasus terorisme yang berawal pada tahun 2011. Dimana dilatarbelakangi

pada dendam pribadi oleh salah satu korban konflik Poso yang bernama Santoso pada

saat konflik terjadi, yang mana pada saat itu korban melihat secara langsung

pembantaian terhadap keluarganya. nama Santoso mulai mencuat setelah dia

melatarbelakangi beberapa aksi terror yang terjadi di beberapa wilayah Poso, dan

melakukan perekrutan serta pelatihan militer yang di laksanakan beberapa kali di

wilayah pegunungan Biru, Poso Pesisir. Akhirnya pada tanggal 18 juli 2016, terjadi

baku tembak antara Satgas Tinombala dengan kelompok teroris di Pegunungan

Tambarana, Poso. Dalam baku tembak itu, pemimpin MIT yang selama ini di buru,

Santoso alias Abu Wardah diduga tewas tertembak.Namun setelah meninggalnya

Santoso hingga saat ini pengejaran terus di lakukan oleh anggota TNI/Polri terhadap

jaringan teroris yang masih tersisa hingga saat ini.

  Berdasarkan dari uraian di atas penulis tertarik untuk mengulas lebih lanjut

tentang bagaimana dampak kasus terorisme terhadap kehidupan masyarakat dan

kasus terorisme di Desa Trimulya Kecamatan Poso Pesisir Utara.

METODE PENELITIAN

  Sesuai dengan judul penelitian, maka jenis penelitian ini bersifat kualitatif dengan

pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif menekankan pada keadaan sebenarnya dari

suatu objek yang terkait langsung dengan konteks yang menjadi perhatian peneliti.

Menurut Moleong (1996: 89) mengatakan metodologi penelitian kualitatif yaitu:

“Penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data yang

deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”.

Penelitian kualitatif yang dimaksud berarti mendeskripsikan atau memaparkan tentang

  Dampak Kasus Terorisme Terhadap Kehidupan Masyarakat di Desa Trimulya Kecamatan Poso Pesisir Utara. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 26 Januari 2018

  

hingga tanggal 05 Maret 2018. Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa

Trimulya. Untuk memperoleh informasi yang releven dan mendalam maka penarikan

sampel dilakukan dengan cara purposive sampling, dalam hal ini sampel ditetapkan

dengan sengaja oleh peneliti didasarkan atas kriteria atau pertimbangan tertentu

( Arikunto, 2010 : 183). Berdasarkan pertimbangan atau kriteria maka peneliti

menetapkan jumlah informan 21 (Dua Puluh Satu) orang yaitu : Kepala Desa Trimulya,

  

3 Tokoh Agama, 4 Perangkat Desa yang terdiri dari 2 kepala dusun dan 2 ketua RT, 2

anggota TNI dan 2 anggota POLRI dan 9 informan masyarakat yang ada di Desa

Trimulya. Penetapan jumlah informan ini didasari anggapan dan keyakinan peneliti

bahwa ke-21 orang informan yang telah ditetapkan ini bisa mewakili seluruh

masyarakat Desa Trimulya dan bisa memberikan informasi yang dibutuhkan dalam

penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi.

HASIL PENELITIAN

  

1. Dampak kasus terorisme terhadap kehidupan masyarakat di Desa Trimulya

Kecamatan Poso Pesisir Utara

  Masyarakat Desa Trimulya sebagian besar bekerja sebagai petani. Aktifitas masyarakat sebelum adanya kasus terorisme berjalan dengan lancar segala aktifitas masyarakat belum terganggu. Kasus terorisme membawa perubahan yang besar bagi kehidupan warga masyarakat dimana perubahan yang besar terletak pada pendapatan masyarakat dimana sebelum adanya kasus ini masyarakat terbilang cukup tinggi setelah adanya kasus ini pendapatan masyarakat menjadi menurun karena perkebunan masyarakat mulai tidak di olah seperti sebelumnya. Dampak kasus terorisme mengakibatkan masyarakat yang kebunnya jauh dari desa, tidak dapat mereka olah lagi, karena anggota TNI/POLRI melarang mereka untuk pergi ke kebun yang jauh dari desa. Jadi mereka mencari pekerjaan sesuai dengan kemampuan mereka. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutahan hidup mereka, kebutuhan hidup yang semakin tinggi mengharuskan mereka untuk mencari pekerjaan lain.

  b. Dampak Sosial Budaya

  Berdasarkan Hasil wawancara bahwa, kondisi kehidupan sosial masyarakat yang mulai berubah ini ditunjukkan dari pergaulan masyarakat sehari-hari adanya ketidakamanan dan ketidaknyaman dalam hidup bermasyarakat dan melakukan aktifitas sehari-hari. Perlu dilakukan upaya dari setiap masyarakat untuk selalu menjaga keutuhan warga masyarakat. Jika hal ini dibiarkan berlarut-larut akan menjadi masalah baru yang akan timbul ditengah-tengah masyarakat. Menumbuhkan kesadaran dalam setiap diri individu bahwa kasus terorisme ini bukanlah hal yang dapat merubah kehidupan sosial bermasyarakat.

  c. Dampak Sosial Psikologis

  Berdasarkan dari hasil penelitian, dikatakan bahwa dampak psikologis yang timbul akibat kasus terorisme ialah adanya rasa takut dan khawatir yang dialami oleh masyarakat untuk melakukan pekerjaan dan aktifitas diluar rumah yang mengharuskan untuk meninggalkan anggota keluarga. Hal ini dapat membuat kewaspadaan yang tinggi dalam lingkungan warga masyarakat. Kewaspadaan ini ditunjukkan dengan tidak menerima dan mempercayai orang baru dikenal hal ini

  dilakukan untuk mencegah hal-hal yang tidak diingginkan yang dapat terjadi ditengah-tengah masyarakat. terorisme di Desa Trimulya Kecamatan Poso Pesisir Utara

   Upaya mengatasi traumatik dikalangan masyarakat yang disebabkan oleh kasus terorisme di Desa Trimulya Kecamatan Poso Pesisir Utara dilakukan oleh pihak aparatur, Pihak TNI/POLRI, dan juga upaya yang dilaukan oleh masyarakat. Adapun

  

Upayayang dilakukan oleh pihak aparatur Desa berupa, memberikan sosialiasi kepada

warga desa tentang bahaya terorisme, menghimbau kepada masyarakat untuk segera

melapor jika menemukan atau melihat adanya kecurigaan yang ditimbulkan di

masyarakat, membangun komunikasi sosial antarumat beragama, dan melaksanakan

kegiatan ronda malam. Untuk upaya yang dilakukan oleh pihak anggota TNI/POLRI

yang ada di Desa Trimulya dalam mengatasi traumatik dikalangan masyarakat berupa,

melaksanakan kegiatan anjangsana, melakukan pengamanan di rumah-rumah ibadah,

hingga melakukan kegiatan bakti sosial bersama masyarakat desa. Sedangkan untuk

upaya yang dilakukan masyarakat sendiri ialah dengan mengikuti seluruh aturan yang

telah dibuat oleh aparatur desa.

  PEMBAHASAN

  Kasus terorisme merupakan kasus kejahatan yang dapat membangkitkan perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat dan dari tindakan tersebut dapat menimbulkan korban jiwa. Akibatnya keamanan dan kenyamanan masyarakat menjadi terganggu. munculnya terorisme disebabkan pula karena kurangnya penguatan pemahaman nilai-nilai luhur pancasila, dimana pancasila adalah ideologi dasar yang menjadi falsafah bagi bangsa Indonesia. Disamping itu pula, pancasila memiliki peran penting sebagai pedoman bagi bangsa indonesia.Seperti yang dikemukakan oleh Nurhayati (2014:6) mengemukakan bahwa terorisme sebagai kejahatan sosial tentunya mempunyai dampak yang luar biasa. Adapun beberapa unsur dampak yang ditimbulkan dari suatu tindakan terorisme, antara lain dampak sosial budaya, dampak sosial psikolois dan dampak sosial ekonomi masyarakat.Kurangnya pemahaman nilai-nilai pancasila di tengah-tengah masyarakat ini yang memunculkan terorisme. Tindakan

  teror yang kian marak dan mengamcam menimbulkan dampak yang sangat buruk bagi kehidupan masyarakat. dan terhadap sosial psikologis masyarakat, dimana terjadinya kasus terorisme ini membuat rasa ketakutan dari dalam diri masyarakat mulai timbul akibatnya kehidupan sosial masyarakat mulai terganggu. Masyarakat pada umumnya akan diliputi perasaan saling mencurigai dan timbulnya saling ketidak percayaan, dan dari perubahan tersebut dapat memicu rusaknya hubungan antar individu dan kelompok.

  Menanggapi berbagai dampak yang ditimbulkan dari adanya kasus terorisme dan upaya mengatasi trauma yang dialami oleh masyarakat di Desa Trimulya telah berbagai upaya yang telah dilakukan baik itu dari masyarakat Desa Trimulya, perangkat desa maupun dari anggota TNI/POLRI. Adapun upaya yang dilakukan oleh masyarakat yaitu mengikuti seluruh aturan yang telah di buat oleh aparatur Desa dimana peran masyarakat dalam upaya ini sangat dibutuhkan karena tanpa adanya usaha dari masyarakat itu sendiri maka upaya yang lakukan oleh aparatur Desa tidak akan berjalan dengan baik contohnya aparatur Desa membuat kegiatan ronda malam dimana peran masyarakat sangat di butuhkan dalam upaya itu. Masyarakat juga membuat alat untuk berjaga-jaga yaitu berupa pentungan, tujuannnya jika terjadi hal- hal yang tidak diinginkan maka masyarakat bisa membunyikan alat tersebut. kemudian upaya dari perangkat desa yaitu melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya yang ditimbulkan dari kasus terorisme tersebut dan meyakinkan kepada anggota masyarakat bahwa kasus terorisme dapat diberantas dan dicegah penyebarannya agar rasa takut yang dialami oleh masyarakat sudah tidak ada lagi, dan dibutuhkan kerjasama yang baik antara masyarakat dengan anggota TNI/POLRI. Selain itu upaya yang dilakukan pentingnya membangun komunikasi sosial antar umat beragama, dimana membangun komunikasi yang baik antar umat beragama sangat penting dilakukan karena dapat mencegah terjadinya perpecahan antar umat beragama. Hal ini sesuai dengan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa dimana, pentingnya saling hormat-menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda. Selanjutnya, yang dilakukan menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk segera melaporkan kepada pihak berwajib jika menemukan atau melihat hal-hal yang mencurigakan yang ada disekitar

  lingkungan masyarakat. Hal ini sesuai dengan sila kedua, kemanusian yang adil dan beradap. Nilai-nilai yang terkandung dalam sila kedua tersebut, yaitu mengakui sesama manusia, tidak semena-mena terhadap orang lain, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan sehingga tidak boleh berbuat tercela bahkan melakukan teror yang merugikan banyak orang. Kemudian, Upaya yang selanjutnya yaitu membuat kegiatan ronda malam dimana tujuan dilakukannya kegiatan ini adalah untuk keamanan di Desa Trimulya dan untuk kenyamanan masyarakat. Dan hal ini sesuai dengan sila ke Tiga persatuan indonesia dimana mengutamakan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan masyarakat sehingga aksi terorisme dapat diatasi dan dicegah sesuai dengan pemahaman tersebut. Selain itu, upaya pun dilakukan oleh anggota TNI/POLRI upaya ini dilaksanakan tujuannya untuk mencegah terjadinya penyebaran jaringan terorisme ditengah-tengah masyarakat dan mengatasi trauma yang dialami oleh masyarakat akibat kasus terorisme, dimana diharapkan dalam menjalankan upaya ini untuk membangkitkan kembali keamanan dan kenyamanan masyarakat dimana sebelum adanya kasus terorisme keamanan masih terjaga.

  Masyarakat di Desa Trimulya mengharapkan kehidupan yang aman dan nyaman bisa kembali seperti semula, agar tidak ada lagi ketakutan dan keresahan yang dialami oleh masyarakat dalam bekerja dan melakukan aktifitas masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, untuk mengatasi persoalan kasus terorisme, dapat dilakukan dengan jalan mencegah melalui pilar-pilar kebangsaan yaitu melalui nilai- nilai Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, serta UUD 1945. Masyarakat harus banyak mengamalkan dan penghayatan nilai-nilai Pancasila, menumbuhkan rasa kebangsaan karena Pancasila memuat makna keberagaman dan kebersamaan yang dapat mencegah aksi terorisme, sehingga akan terciptanya ketentraman dan kedamaian bagi setiap warga masyarakat.

  KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

  Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dengan adanya penelitian dengan adanya penelitian tentang Dampak kasus terorisme terhadap kehidupan masyarakat di Desa Trimulya Kecamatan Poso Pesisir Utara.

  1. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kasus terorisme merupakan

  suatu tindak kekerasan atau ancaman pada suatu individu atau kelompok. Para pada dasarnya anggota terorisme memiliki keyakinan bahwa apa yang mereka lakukan itu benar, dan hal demikianlah yang dapat memicu perpecahan antar umat beragama. Dan adanya paham-paham negatif terhadap terorisme tersebut memberikan dampak terhadap kehidupan masyarakat di Desa Trimulya baik terhadap perekonomian masyarakat, sosial psikologis masyarakat, maupun kehidupan sosial masyarakat. Kasus terorisme ini membuat keresahan dan ketidaknyamanan di tengah-tengah masyarakat akibatnya aktifitas masyarakat menjadi terganggu akibat kasus terorisme.

  2. Berbagai upaya yang dilakukan dalam mengatasi dan memberantas kasus

  terorisme agar trauma yang dialami oleh masyarakat di Desa Trimulya bisa teratasi, upaya tersebut dilakukan oleh Aparatur Desa dan bekerjasama dengan anggota TNI/POLRI adapun upaya yang dilakukan yaitu memberikan sosialisasi terhadap masyarakat, membangun komunikasi sosial antar umat beragama, membuat kegiatan ronda malam dan menghimbau kepada warga masyarakat agar melaporkan jika melihat atau menemukan hal-hal yang mencurigakan di lingkungan masyarakat. Kemudian disamping itu upaya yang dilakukan oleh anggota TNI/POLRI antara lain yaitu melaksanakan kegiatan anjangsana, melakukan pengamanan dirumah-rumah ibada dan melaksanakan kegiatan bakti sosial bersama masyarakat. Harapan dalam melaksanakan upaya ini untuk mengatasi trauma yang dialami oleh mayarakat dan mengembalikan kembali rasa keaman dan kenyamanan di Desa Trimulya agar tetap terjaga dan aktifitas masyarakat bisa kembali seperti semula.

  Saran

  Adapun yang penulis sarankan yaitu setiap tindakan kaum teroris adalah tindakan kriminal. Oleh karena itu, sebagai masyarakat yang mempunyai moral, pendidikan, dan etika sudah selayaknya tidak terjerumus terhadap hal-hal yang berhubungan dengan tindakan terorisme ataupun tindakan kriminal lainnya. Selain itu, penyuluhan terhadap bahaya terorisme perlu diadakan untuk antisipasi terpengaruhnya masyarakat awam terhadap jaringa terorisme.

DAFTAR RUJUKAN

  Asdi Mahasatya Moleong, Lexy J. (1996). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Nurhayati, (2014). Dampak Terorisme Dalam Kehidupan Sosial. [Online]

tersediahttp://www.psychologymania.com/2013/05/dampak-terorisme-dalam-

  kehidupan-sosial.html.[diakses] 25 November 2017

  

Sunarto (2007). Kriminalisasi Dalam Tindak Pidana Terororisme,[Online]

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18371/equ-equ2007-12(b). Pdf.

  Diakses 29 November 2017