TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENYELESAIAN PERKARA PERDATA MELALUI LITIGASI DAN NON LITIGASI DENGAN CARA MEDIASI AKRAM MUH. JAFAR SAHARUDDIN DJOHAS Abstrak - TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENYELESAIAN PERKARA PERDATA MELALUI LITIGASI DAN NON LITIGASI DENGAN CARA ME

  

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENYELESAIAN PERKARA PERDATA

MELALUI LITIGASI DAN NON LITIGASI DENGAN CARA MEDIASI

AKRAM

MUH. JAFAR

SAHARUDDIN DJOHAS

Abstrak

  

Tinjauan yuridis tentang penyelesaian perkara perdata melalui litigasi dan non

litigasi dengan cara mediasi dibimbing oleh Muh Jafar dan Saharudin Jdohas,

tulisan ini mengangkat masalah tentang penyelesaian perkara perdata melalui jalur

litigasi dan non litigasi dengan cara mediasi, mediasi sebagai salah satu cara

alternatif penyelesaian sengketa ini kiranya memiliki kelebihan dan kelemahan,

tetapi merupakan cara penyelesaian perkara perdata yang dianggap lebih baik jika

dilihat dari beberapa aspek, adapun rumusan masalah dalam tulisan ini untuk

mengetahui bagaimana kedudukan serta peran aktif hakim mediasi dalam proses

penyelesaian perkara para pihak di pengadilan dan bagaimana kekuatan hukum

suatu perdamaian (mediasi) khususnya para pihak yang bersengketa di pengadilan,

dengan menggunakan metode peneltian yuridis normatif, analisa yang penulis

dapatkan bahwa Bahwa perselisihan suatu perkara diselesaikan melalui proses

pemeriksaan dipengadilan dan diakhiri dengan putusan, tetapi dapat juga diakhiri

dengan perdamaian baik melalui litigasi maupun non litigasi dengan cara mediasi

oleh hakim pengadilan.serta Bahwa manfaat penyelesaian perkara perdata secara

mediasi (perdamaian) oleh para pihak dapat merasakan karena proses

penyelesaiannya cepat dan biaya ringan, serta tidak ada permusuhan perdamaian

melalui mediasi tersebut oleh hakim yang memeriksa perkara dapat dibuatkan akta

perdamaian yang sama dengan putusan serta mempunyai kekuatan hukum yang

sama dengan kekuatannya dengan kekuatan hukum putusan Kata Kunci: Penyelesaian Perkara, Litigasi, Non Litigasi, Mediasi

I. PENDAHULUAN sungguh sangat memilukan hati kita A. Latar Belakang Masalah para pencari keadilan dan kebenaran.

  • – Begitu banyaknya perkara Disisi lain jumlah perkara yang perkara yang tertumpuk pada tertumpuk di Mahkama Agung makin Mahkama Agung menjadi sebuah hari semakin bertambah, masyarakat dilema dalam dunia penegakan hukum kita yang pada umumnya tidak dan peradilan di Indonesia yang mengetahui dan mengerti seluk beluk
dunia peradilan. Bahwa penyelesaian sengketa perdata melalui pengadilan merupakan suatu cara penyelesaian yang kurang efisien dan efektif, namun pihak

  Sekiranya para pihak mengakhiri persengketaannya diluar pengadilan dengan mengadakan perdamaian, maka pelaksanaannya tergantung pada iktikat baik para pihak. Jika salah satu pihak enggan memenuhinya, maka pihak yang merasa dirugikan kepentingannya, belum dapat mengajukan permohonan eksekusi kepada pengadilan untuk melaksanakan isi guna memenuhi apa perjanjian perdamaian tersebut. Dalam hal ini perjanjian perdamaian yang dibuat para pihak diluar pengadilan tidak mempunyai kekuatan hukum

  Salah satu upaya untuk mengatasi keadaan seperti itu adalah dengan cara memberikan pengertian dan kesadaran masyrakat, bahwa sengketa perdata sebaiknya diseslesaikan dengan mengadakan perdamaian (dading), baik didepan siding pengadilan maupun diluar siding pengadilan. Dalam perkara perdata para pihak dapat mengakhiri sengketanya melalui jalur diluar pengadilan dan jalur didalam siding pengadilan. Hal ini dimungkinkan karena masalah bersifat privat atau perseorangan artinya terserah para pihak dengan jalan apa yang ditempuh untuk mengakhiri persengketaannya, sepanjang tidak melanggar hukum.

  • – pihak yang terlibat dalam sengketa perdata belakangan ini cenderung selalu melakukan banding dan kasasi terhadap putusan
  • – putusan pengadilan, terlepas apakah putusan pengadilan itu sudah mencerminkan rasa keadilan dari kebenaran atau tidak, akibatnya hampir semua perkara perdata , pemeriksaannya sampai ke Mahkama Agung, permohonan pemeriksaan banding dan kasasi ka
  • – kadang bukan dilandasi suatu keinginan untuk memperoleh keadilan dan kebenaran yang nilainya lebih tinggi, melainkan hanya sekedar untuk memperlambat proses belaka, seakan – akan banding dan kasasi menjadi mode upaya hukum yang musti harus diminta dalam berita acara, keadaan yang demikian sesungguhnya membawa malapetaka bagi masyarakat kita sendiri sebagai pencari keadilan kalau tidak segera diatasi.

  eksekutorial, sehingga pelaksanaannya

  tergantung kesediaan dan kesukarelaan para pihak. Perdamain atau mediasi yang terjadi didalam persidangan pengadilan mengandung makna bahwa para pihak dengan kesadaran dan inisiatifnya masing

  Jika tercapai perdamain dipersidangan, maka isi perdamaian yang telah disepakati dihadapan hakim, biasanya dituangkan dalam putusan hakim. Dengan demikian perdamaian tersebut bukan hanya sekedar mengikat para pihak tetapi bahkan mempunyai kekuatan hukum

  eksokutoria.

  Adapun manfaat perdamaian tersebut antara para pihak maka permusuhan dan perselisihan diantara para pihak berkurang dan proses penyelesaian sengketanya cepat, sederhana dan biaya ringan.

  • – masing sepakat untuk mengakhiri sengketa mereka. Mengingat perdamaian atau mediasi seperti itu amat bermanfaat baik terhadap para pihak maupun terhadap pengadilan, maka dalam setiap perkara perdata Undang – Undang mewajibkan dalam bentuk peraturan Mahkama Agung Perma ( No. 1 Tahun 2016 ) dimana hakim senantiasa menawarkan para pihak untuk berdamai. Perdamain itu bukan hanya dapat ditawarkan dalam siding pertama, melainkan dapat dilakukan dalam setiap sidang. Hal ini sesuai dengan sifat aktif bagi hakim seperti yang dikehendaki oleh HIR/R- Bg.

  Oleh sebab itu, penyelesaian sengketa dengan cara mediasi dapat dikatan sebagai penyelesaian oleh para pihak meskipun syarat utamanya adalah kemampuan seorang mediator, untuk mengajak atau meyakinkan pihak – pihak yang bersangkutan untuk mencari jalan keluar yang terbaik.

  Peraturan Mahkama Agung No. 1 Tahun 2016 menyediakan pilihan kepada yang bersengketa mempengaruhi berhasil atau tidaknya menggunakan jasa mediator yang suatu mediasi tersedia dipengadilan Negeri atau Berdasarkan latar belakang tersebut menggunakan jasa mediator diluar maka penulis memilih judul tentang : pengadilan, sehingga membuka TINJAUAN YURIDIS TENTANG peluang bagi seorang menjalankan PENYELESAIAN PERKARA fungsi mediator sebagai sebuah PERDATA MELALUI LITIGASI profesi. Oleh sebab itu penyelesaian

  DAN NON LITIGASI DENGAN dengan cara mediasi dapat dikatakan CARA MEDIASI.

  sebagai penyelesaian oleh masyarakat itu sendiri.

  B. RUMUSAN MASALAH

  Setelah itu diterbitkannya Berdasarkan latar belakang diatas peraturan Mahkama Agung No. 1 maka penulis merumuskan pokok

  Thun 2008 ( selanjutnya disebut permasalah sebagai berikut. PERMA No. 2 Tahun 2008 ) dan 1.

  Bagaimana kedudukan serta peran kemudian direvisi menjadi PERMA aktif hakim mediasi dalam proses

  No. 1 tahun 2016, Mahkama Agung penyelesaian perkara para pihak juga menetapkan beberapa pengadilan pengadilan? percontohan, banyak yang berhasil 2.

  Bagaiman kekuatan hukum suatu dan juga ada pelaksanaan mediasi perdamaian ( Mediasi ) khususnya yang dianggap masih sangat rendah. kepada para pihak yang

  Para pihak yang bersengketa bersengketa dipengadilan? dan juga hakim / mediator tentunya menemukan hambatan – hambatan dalam pelaksanaan prose mediasi.

  Pasal 130 HIR dan pasal 154 RBg diman kendala atupun hambatan dalam pelaksanaan tersebut sangat d.

II. Penggunaan mediator hakim tidak PEMBAHASAN

  dipungut biaya A.

   Pentingnya Mediasi Perdamaian e.

  Dan seterusnya.

  Dalam Penyelesaian Perkara

  Ketiadaan biaya yang dikeluarkan

  Perdata Melalui Litigasi dan

  oleh pihak

  • – pihak tersebut,

  Non Litigasi

  disamping proses penyelesaian Meskipun ketentuan HIR / sengketanya relatif lebih cepat

  RBg hakim perdata berperan pasif dibandingkan proses lembaga artinya bahwa hakim perdata tidak peradilan, melainkan manfaat bagi dapat memutus sesuatu perkara lebih pihak

  • – pihak, yaitu: / melampaui tuntutan, namun hakim perdata dapat berperan aktif 1.

  Dari segi waktu penyelesaian. mengupayakan terjadinya perdamaian

  Proses penyelesaian sengketa apakah mediatornya melalui hakim melalui mediasi biasanya berlangsung pengadilan ataukah pihak luar, dan dalam waktu yang relatif lebih singkat bila mana mediator tersebut adalah bila dibandingkan dengan proses hakim pengadilan maka para pihak penyelesaian sengketa melalui dibebaskan dan biaya jasa dari biaya

  1 pengadilan .

  jasa mediator tersebut, sebagaimana Contoh yang baik tentang diatur dalam Peraturan Mahkama berapa proses dipengadilan banyak

  Agung Republik Indonesia No. 1 sekali kendalanya dan sering Tahun 2016 tentang prosedur mediasi menimbulkan frustasi adalah kasus di pengadilan sebagai berikut: strom king, milik perusahaan suasta di a.

  Mediasi dapat diselenggarakan disalah satu ruang pengadilan New York tingkat pertama atau tempat lain

  Menurut Koesnadi Hardja yang disepakati oleh para pihak.

  b.

  Penyelenggaraan mediasi disalah Soemantri bahwa dengan pengalaman satu ruang pengadilan tingkat 1 pertama tidak dikenakan biaya.

  Nurnaningsih Amriani, Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengketa Di Pengadilan , PT.

  c.

  Dan seterusnya.

  Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012 hlm 6

  2

  3. Hubungan Kedepan Para Pihak Putusan pengadilan akan dapat menyelesaikan sengketa itu dari segi yuridisnya, akan tetapi tidak dapat menghilangkan pertentangan antara pihak

  Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata , Gramedia Pustaka Utama, Bandung 2009 hlm

  Tapak Semarang Jawa Tengah tanggal 3 M. Yahya Harahap, Ruang Lingkup

  4. Ruang Lingkup Yang Dibahas Lebih Luas Dalam kasus kesepakatan Kali

  Oleh karena itu, tidak ada rasa permusuhan di antara para pihak. Jadi setelah tercapainya kesepakatan maka persoalan yang tadinya ada, menjadi seolah

  penyelesaian didasarkan pada kehendak para pihak maka secara otomatis tidak ada pihak yang merasa dirugikan.

  3 Sementara dalam mediasi karena

  tentu juga membutuhkan biaya yang lebih besar pula.

  • – olah tidak pernah ada dan hubungan kembali membaik.

  Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan , PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2001 hlm 19

  Dengan melihat proses pengadilan sebagaimana yan telah disebut diatas yang menyita waktu penyelesaian yang panjang, sudah 2 Sudikno Mertokusumo, Alternatif

  2. Dari Segi Pembiayaan.

  , lain halnya dengan penyelesaian sengketa diluar forum pengadilan dimana proses penyelesaiannya biasanya relative lebih cepat sebagai contoh, yakni proses penyelesaian kasus kali tapak Semarang dan kasus Sungai Siak serta kasus Tembok Duku dimana proses penyelesaian ketiga kasus ini berlangsung dalam waktu relatif singkat kasus kali tapak proses penyelesaiannya hanya memakan waktu 85 hari, ini menunjukan bahwa penyelesaian sengketa diluar pengadilan lebih cepat bila dibandingkan dengan penyelesaian melalui pengadilan.

  2

  seperti ini, banyak Negara secara lambat laun dapat menghimpun dokumentasi penyelesaian perselisihan lingkungan melalui mediasi

  • – pihak yang bersengketa

  29 Agustus 1991 ruang lingkup Manfaat

  • – manfaat tersebut permasalahan yang disepakati akan dapat dirasakan, bilamana meliputi: mediator itu berperan berperan. Peran mediator pada dasarnya tidak beda a.

  Ganti kerugian / Kontribusi gaya yang dianggap paling benar, b.

  Rehabilitasi/Pemulihan maksudnya beragam cara yang dapat Lingkungan. diperankan oleh mediator dalam c. Upaya pengendalian pencegahan. berbagai penyelesaian konflik.

  d.

  Tanggung jawab sosial industry Kedudukan dan peran para mediator terhadap masyarakat sebagai dalam penyelesaian sengketa yakni

  • – konsekuensi dan prinsip Ko sebagai penengah. Karena eksistensi antara industry dan kedudukannya sebagai penengah maka masyarakat ia harus berada ditengah para pihak e.

  Perombakan perijinan usaha dan dalam arti dia harus bersikap netral para industry dengan menerapkan dan bertindak sebagai pihak ketiga syarat pengendalian pencemaran yang menempatkan diri benar

  • – benar tambahan.

  ditengah para pihak. Ruang lingkup permasalahan

  Mediator tidak berperan semacam ini menurut Mas Achmad sebagai hakim karena mediator tidak

  Santosa dan Anthony LP. Hutapea menentukan pihak mana yang benar bahwa : dan bukan sebagai erbiter pada system

  “Diragukan dapat dibahas di sbitrase yang mana juri

  • – jurinya forum pengadilan, karena peran mempunyai kewenangan untuk serta para pihak dalam pengadilan bersifat sangat terbatas menentukan walaupun arbitrase ini
  • – mengakibatkan masukan kita kenal merupakan salah satu masukan yang bersifat inovatifpun

  4

  menjadi ter 4 batas”

  ibid alternative penyelesaian sengketa baik yang terjadi didalam maupun

  5

  diluar pengadilan . diluar pengadilan, akan diuraikan pada pembahasan berikut ini yaitu Didalam penyelesaian konflik mengenai perjanjian perdamaian yang mediator bersifat sebagai penolong terjadi diluar pengadilan yang biasa maka dalam memainkan peran untuk dikenal dengan putusan hakim menjalankan fungsinya sebagai perdamaian desa, manakala salah satu penolong ia harus: pihak tidak mentaati dalam hal ini

  1. Membantu para pihak agar bisa pihak yang merasa dirugikan dapat sepakat menggunakan mediasi. mengajukan gugatan untuk 2. Berusaha memodifikasi sengketa mempertahankan haknya melalui sejelas dan sederhana mungkin. instansi pengadilan.

3. Meluruskan persamaan presepsi

  Dalam hal putusan hakim kedua belah pihak tentang perdamaian desa belum mempunyai sengketa. kekuatan hukum yang tetap, 4. Jika terjadi benturan pendapat, kedudukan hakim (perdamaian) desa maka mediator menawarkan tersebut sebenarnya tidaklah sejajar alternatif yang bisa diterima oleh

  6 dengan hakim pengadilan negeri .

  para pihak.

  5. Hal ini dikarenakan menurut Menjaga agar tetap berjalannya komunikasi yang lancer, dan pasal ayat (3) Undang

  • – Undang sebagainya. Darurat No. 1/1951 dinyatakan bahwa A.

  keadaan hakim perdamaian desa tetap

   Kekuatan Hukum Mediasi (Perdamaian ) dilanjutkan yang sebenarnya bukan

  menyangkut pemberian kuasa Untuk mengetahui lebih jauh mengadili, hakim pengadilan negeri kekuatan hukum mediasi (perdamaian) 6 5 Retnowulan Sutantio dan Iskandar

Abdul Kadir Muhammad, Hukum Acara Oeripkartawinata, Hukum Acara Dalam Teori

  

Perdata Indonesia , Citra Aditya Bakti, Dan Praktek . Mandar Maju, Jakarta 2013 hlm

  10 Bandung 2006 hlm 13 tidak terikat oleh keputusan hakim perdamaian desa, mereka hanya diharuskan memperhatikan putusan tersebut akan tetapi suatu putusan desa tidak dapat dibatalkan oleh pengadilan negeri.

  Berdasarkan hal diatas maka perdamaian yang diadakan para pihak diluar pengadilan, menurut hemat penulis belum merupakan jaminan yang pasti akan terlaksana sepenuhnya perjanjian tersebut, walaupun telah diputus oleh hakim desa, sebab pelaksanaannya tergantung pada kesediaan dan kerelaan para pihak.

  Atau salah satu pihak untuk memenuhinya, kehendaknya kepada pihak yang lalai untuk segera memenuhi perjanjian tersebut, disinilah letak kelemahan perdamaian diluar pengadilan dalam hal ini keputusan kepala desa sebagai hakim perdamaian di luar pengadilan karena tidak dapat dipaksakan.

  Bagi pihak

  7

  • – pihak yang bersangkutan tidak tertutup kemungkinan untuk mengajukan perkaranya langsung kepada hakim lain ( pengadilan negeri ) meskipun perkara tersebut telah diputus oleh hakim desa. Olehnya suatu perkara telah diputus oleh hakim desa dengan perdamaian, tetapi salah satu pihak tidak menaati atau tidak melaksanakan isi perdamaian tersebut, maka pihak yang dirugikan dapat mengajak gugatan untuk mempertahankan haknya lewat pengadilan negeri. Dengan demikian putusan perdamaian yang diambil oleh hakim desa belum mempunyai kekuatan hukum yang pasti, perdamaian seperti ini hanya berkekuatan sebagai persetujuan kedua belah pihak belaka yang apabila tidak ditaati oleh salah satu pihak, masih harus diajukan melalui suatu proses di pengadila. Persoalannya hanya selesai untuk sementara dan sama sekali tidak menjamin bahwa suatu ketika tidak akan meletus lagi dan mungkin lebih berat dan yang semula

  7 ibid Dengan hal tersebut, diatas, mempunyai kekuatan seperti suatu maka dapat dikatakan bahwa putusan hakim dalam tingkat yang

  8

  perdamaian diluar pengadilan yang penghabisan diadakan oleh para pihak hanya Dengan berdasar pada merupakan persetujuan yang sifatnya ketentuan pasal 11 peraturan MA No. sementara dalam mengakhiri 2 tahun 2003, maka kesepakatan persengketaan mereka, ini jelas tidak damai untuk mengakhiri sengketa di menguntungkan pihak yang dirugikan antara pihak

  • – pihak oleh hakim yang sebab yang diharapkannya adalah memeriksa dan mengadili perkara untuk menyelesaiakan perselisihan berdasarkan rekomendasi hakim antara para pihak, jadi perdamaian mediasi, dapat mengukuhkan yang dibuat oleh para pihak tersebut kesepakatan sebagai suatu akta hanya mengikat sebagai perjanjian, perdamaian, sebagaimana bunyi tidak mempunyai hak eksekutorial lengkapnya sebagai berikut: seperti pada perdamaian didepan

  1. mediasi menghasilkan Jika persidangan pengadilan yang kesepakatan, para pihak dengan dimohonkan eksekusi. bantuan mediator wajib

  Lain halnya bilamana merumuskan secara tertulis perdamaian yang terjadi dengan cara kesepakatan yang dicapai dan mediasi persidangan pengadilan yang ditandatangani oleh para pihak. kemudian yang kemudian diputuskan

  2. wajib memuat Kesepakatan oleh hakim, yang putusan tersebut klausula pencabutan perkara atau mempunyai kekuatan hukum yang pernyataan perkara telah selesai. sama dengan putusan hakim pada

  3. para pihak Sebelum tingkat penghabisan, hal ini sesuai menandatangani kesepakatan, dengan pasal 1858 ayat

  1 mediator wajib memeriksa materi KUHPerdata sebagai berikut segala perdamaian diantara para pihak 8 Pasal 1858 ayat 1 KUHPerdata kesepakatan untuk menghindari dan kekuatan

  (bezvijzende kracht)

  adanya kesepakatan yang eksekutorial atau kekuatan untuk

  9

  bertentangan dengan hukum. dijalankan (exekutoriale Kracht) ” 4. maka penulis akan menjelaskan satu

  Para pihak wajib menghadap kembali pada hakim pada hari persatu sebagai berikut: sidang yang telah ditentukan untuk

  Suatu putusan hakim yang memberitahukan telah dicapainya mengikat dimaksudkan untuk kesepakatan. mengakhiri suatu sengketa para pihak

  5. dapat mengukuhkan Hakim dengan menetapkan atas hukumannya kesepakatan sebagai suatu akta yang telah dijatuhkan hakim haruslah perdamaian. ditaati para pihak.

  Terhadap pelaksanaan putusan Menurut ketentuan pasal 130 tersebut sama dengan putusan biasa, ayat (3) HIR terhadap putusan yaitu bila mana pihak yang tidak sedemikian itu tidak dapat melaksanakan putusan hakim tersebut, dimohonkan banding . proses maka pelaksanaannya dapat dilakukan perkaranya selesai sama sekali karena secara paksa oleh ketua pengadilan diakhiri oleh para pihak dengan jalan negeri atas permohonan pihak yang perdamaian dan seandainya suatu dirugikan dengan memerintahkan juru waktu diajukan kembali persoalan sita. yang sama oleh salah satu pihak, maka

  Adapun mengenai kekuatan gugatan terakhir ini tidak dapat hukum dan putusan hakim dalam hal diterima. perdamaian maupun putusan biasa

  Dalam putusan perdamaian dipersidangan mempunyai kekuatan tersebut para pihak harus hukum, yang oleh R. Supomo menghormati dengan jalan mentaati mengemukakan “tiga macam kekuatan yaitu: kekuatan yang mengikat 9 R Subekti, Hukum Pembuktian, Paradya

  (flindende kracht) kekuatan bukti Paramita, Jakarta 2009 hlm 5 apa yang termuat dalam akta perdamaian salah satu pihak tidak diperkenankan untuk bertindak bertentangan dengan putusan tersebut sehingga putusan itu mempunyai kekuatan mengikat.

  Yang kedua menyangkut kekuatan bukti, maksudnya putusan tersebut merupakan akta otentik, karena dibuat oleh para pihak itu sendiri dalam bentuk tertulis dan merupakan alat bukti bagi para pihak, yang mungkin diperlukan dalam pelaksanaan ketentuan yang disebutkan dalam akta perdamaian tersebut akta perdamaian yang disetujui oleh para pihak didepan sidang pengadilan merupakan akta otentik yang penggunaannya sebagai alat bukti yang sempurna dan sebagai alat bukti bagi para pihak yang didamai.

  Kemudian yang ketiga kekuatan eksekutorial atau kekuatan untuk dijalankan, maksudnya setiap putusan hakim yang telah ditetapkan harus dilaksanakan, karena maksud putusan tersebut adalah merupakan hak dan kewajiban para pihak serta realisasi pelaksanaannya secara paksa.

  Suatu putusan perkara perdata meskipun mempunyai kekuatan hukum yang tetap, tetapi perkara tersebut masih belum lagi selesai, manakala belum dimohonkan eksekusi

  Dengan adanya putusan hakim, sekalipun telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, perkara masih belum lagi selesai, supaya putusan itu menjadi kenyataan harus lebih dulu dimajukan permohonan eksekusi (permohonan agar putusan dapat dijalankan oleh para pihak yang menang). Tanpa permohonan itu jangan harap pihak pengadilan aka ada tindakan kearah itu

  10 Atas penjelasan

  beliau tersebut, maka dapat diliat bahwa putusan baru dapat dijalankan apabila mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan atas hal tersebut dimintakan eksekusi.

  III. PENUTUP

  A. KESIMPULAN 10 R Subekti, Hukum Pembuktian, Paradya Paramita, Jakarta 2009 hlm 9 Berdasarkan pada uraian pembahasan Bahwa perdamaian melalui diatas, maka penulis dapat menarik mediasi tersebut oleh hakim yang kesimpulan sebagai berikut : memeriksa perkara dapat dibuatkan akta perdamaian yang

  1. Bahwa perselisihan suatu perkara sama dengan putusan serta diselesaikan melalui proses mempunyai kekuatan hukum yang pemeriksaan dipengadilan dan sama dengan kekuatannya dengan diakhiri dengan putusan, tetapi kekuatan hukum putusan dapat juga diakhiri dengan B.

   SARAN

  perdamaian baik melalui litigasi maupun non litigasi dengan cara Disarankan kiranya terjadi mediasi oleh hakim pengadilan. perselisihan atau perkara oleh para 2. pihak, maka sebaiknya diupayakan

  Bahwa manfaat penyelesaian perkara perdata secara mediasi penyelesaiannya mediasi baik yang (perdamaian) oleh para pihak dilakukan didepan persidangan dapat merasakan karena proses pengadilan (litigasi) dan diluar penyelesaiannya cepat dan biaya pengadilan (non litigasi) ringan, serta tidak ada permusuhan.

  

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

  Abdul Kadir Muhammad, Hukum Acara Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung 2006

  Nurnaningsih Amriani, Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengketa Di Pengadilan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012

  M. Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, Gramedia Pustaka Utama 2009

  R Subekti, Hukum Pembuktian, Paradya Paramita, Jakarta 2009 Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Dalam Teori

  Dan Praktek . Mandar Maju, Jakarta 2013 Sudikno Mertokusumo, Alternatif Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan, PT.

  Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2001

  Undang – Undang:

  Kitab Undang

  • – Undang Acara Hukum Perdata