Laporan Tahunan Balai Penelitian dan Pengembangan Biomedis Papua Tahun 2016

DAFTAR GAMBAR

Gambar I.1.

Struktur Organisasi Balai Penelitian dan Pengembangan Biomedis Papua Tahun 2016 ........................................................................

Gambar I.2.

Persentase Jumlah Pegawai Balai Litbang Biomedis Papua Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2016 .................................................

Gambar I.3.

Persentase Pegawai Balai Litbang Biomedis Papua Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2016 ................................................................

Gambar I.4.

Persentase Pegawai Balai Litbang Biomedis Papua Berdasarkan Golongan Tahun 2016 .....................................................................................

Laporan Tahunan Balai Penelitian dan Pengembangan Biomedis Papua Tahun

BAB I ANALISIS SITUASI AWAL TAHUN 2016

A. HAMBATAN TAHUN 2015

Selama pelaksanaan kegiatan tahun 2015, Balai Litbang Biomedis Papua terus berusaha berpacu mengubah kinerja ke arah yang lebih baik namun ada kalanya hambatan tak dapat dihindari. Hambatan yang dihadapi tahun lalu menjadi pelajaran untuk membuat kegiatan yang lebih baik di tahun 2016. Beberapa hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan program dan kegiatan Balai Penelitian dan Pengembangan Biomedis Papua pada tahun 2015 antara lain :

1. Tidak tercapainya output publikasi jurnal ilmiah akreditasi nasional, dikarenakan proses reviuw yang memakan waktu lama di pihak reviuwer dan satu artikel ilmiah nasional yang dikirimkan ke jurnal akreditasi belum ada balasan dari pihak pengelola jurnal tersebut.

2. Tidak tercapainya cetakan untuk Jurnal Plasma edisi volume 2, No.1 Desember 2015, dikarenakan proses reviuw yang belum selesai dan memakan waktu lama di pihak reviuwer dan editor.

3. Keterbatasan jumlah sumber daya manusia menyebabkan banyak pekerjaan rangkap yang dilakukan oleh staf yang tidak sesuai dengan peta jabatannya, untuk itu perlu adanya penambahan pegawai.

B. PENGUATAN KELEMBAGAAN

Adanya perubahan ekosistem sebagai akibat dari pembangunan bencana alam dan globalisasi yang tidak mengenal batas wilayah administrasi pemerintahan akan berdampak pada kecenderungan meningkatnya penyakit yang baru dan penyakit yang timbul kembali serta terjadinya resistensi penyakit terhadap obat – obatan. Sehingga dibutuhkan satker mandiri untuk menanganinya melalui penelitian – Adanya perubahan ekosistem sebagai akibat dari pembangunan bencana alam dan globalisasi yang tidak mengenal batas wilayah administrasi pemerintahan akan berdampak pada kecenderungan meningkatnya penyakit yang baru dan penyakit yang timbul kembali serta terjadinya resistensi penyakit terhadap obat – obatan. Sehingga dibutuhkan satker mandiri untuk menanganinya melalui penelitian –

Indonesia Nomor 446/MENKES/PER/V/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Penelitian dan Pengembangan Biomedis Papua mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang biomedis.

Kesehatan

Republik

Hal ini dipertegas dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2355/MENKES/PER/XI/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang Penelitian dan Pengembangan Biomedis. Balai Litbang Biomedis papua adalah Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan .

Balai Litbang Biomedis Papua mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang biomedis dengan wilayah kerja meliputi Indonesia Bagian Timur. Dalam melaksanakan tugasnya, Balai Litbang Biomedis Papua menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

1. Penyusunan rencana dan evaluasi program penelitian dan pengembangan biomedis

2. Pelaksanaan identifikasi, penelitan dan pengembangan biomedis

3. Pengembangan metodologi dan prototype eliminasi biologis

4. Pelaksanaan kerjasama, pelatihan, dan jaringan informasi ilmu pengetahuan teknologi di bidang penelitian dan pengembangan biomedis

5. Pelaksanaan kajian dan desiminasi informasi hasil penelitian pengembangan biomedis; dan

6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

Dalam struktur dan fungsi kelembagaan, Balai Litbang Biomedis Papua terdiri atas :

1. Kepala

2. Subbagian Tata Usaha

3. Seksi Program, Kerjasama dan Informasi

4. Seksi Pelayanan Penelitian

5. Instalasi

6. Kelompok Jabatan Fungsional

Untuk lebih jelasnya, struktur organisasi Balai Litbang Biomedis Papua ditampilkan pada Gambar I.1 berikut.

KEPALA

SUBBAGIAN TATA USAHA

SEKSI PROGJASINFO SEKSI PELAYANAN PENELITIAN

KELOMPOK

INSTALASI

JABATAN FUNGSIONAL

FUNGSIONAL UMUM

HEWAN COBA

IMMUNOLOGI

PENYIMPANAN SPESIMEN

ENTOMOLOGI

VIROLOGI/BIOMOLEKULER

Gambar I.1. Struktur Organisasi Balai Penelitian dan Pengembangan Biomedis Papua Tahun 2016

C. SUMBER DAYA

Peraturan tentang Kepegawaian dalam Institusi Pemerintah yang sebagai mana diatur dalam Undang – Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) yang telah disahkan oleh Presiden Republik Indonesia dan diundangkan mulai tanggal 15 Januari 2014. Berdasarkan Undang –Undang ASN tersebut dijelaskan bahwa pegawai ASN terdiri atas Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPKP). PNS adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat Pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.

1. Sumber Daya Manusia

Berdasarkan data kepegawaian per Oktober 2016 Balai Litbang Biomedis Papua memiliki sumber daya manusia sebanyak

34 orang PNS. Selain PNS Balai Litbang Biomedis Papua memiliki 11 orang tenaga kontrak yang terdiri dari 4 orang pramubakti, 2 orang supir, 3 orang satpam dan 2 orang tenaga kebersihan. Berikut jumlah pegawai Balai Litbang Biomedis Papua menurut jenis kelamin, jabatan, golongan dan pendidikan sebagai berikut :

1.1. Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar I.2. Persentase Jumlah Pegawai Balai Litbang Biomedis Papua Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2016

Berdasarkan jenis kelamin, pegawai laki-laki sebanyak 32% (11 orang) dan pegawai perempuan sebanyak 68% (23 orang).

1.2. Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Gambar I.3. Persentase Jumlah Pegawai Balai Litbang Biomedis Papua Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2016

Pada tahun 2016, tingkat pendidikan pegawai Balai Litbang Biomedis Papua terdiri dari pendidikan SLTA sebanyak 3 orang (9%), D3 (diploma) sebanyak 4 orang (12%), S1 (sarjana) sebanyak 19 orang (56%), S2 sebanyak 8 orang (23%).

1.3. Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan

Gambar I.4. Persentase Pegawai Balai Litbang Biomedis Papua Berdasarkan Golongan Tahun 2016

Berdasarkan golongan, pegawai Balai Litbang Biomedis Papua terdiri dari 2 orang golongan IV (6%), 25 orang golongan III (73%) dan 7 orang golongan II (21%).

1.4. Jumlah Pegawai Berdasarkan Jabatan pada Balai Litbang Biomedis Papua

Tabel I.1. Jumlah Pegawai Balai Litbang Biomedis Papua

Berdasarkan Jabatan Struktural

NO JABATAN STRUKTURAL JUMLAH %

1 Kepala

2 Kepala Subbag Tata Usaha

3 Kepala Seksi Pelayanan dan Penelitian

4 Kepala Seksi Program, Kerja Sama dan Informasi

Jabatan struktural Balai Litbang Biomedis Papua berdasarkan Permenkes Nomor 2355/MENKES/PER/XI/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis (UPT) di Bidang Penelitian dan Pengembangan Biomedis

Berdasarkan tabel di atas, Jabatan Struktural Balai Penelitian dan Pengembangan Biomedis Papua dipimpin oleh Kepala Balai dengan dibantu oleh Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi Program, Kerjasama, Informasi (Progjasinfo) dan Kepala Seksi Pelayanan Penelitian (Yanlit).

Selain Jabatan Struktural, Balai Litbang Biomedis Papua memiliki jabatan lain yaitu Jabatan Fungsional yang terbagi menjadi dua, yaitu Jabatan Fungsional Tertentu (JFT) dan Jabatan Fungsional Umum (JFU). Jumlah pegawai berdasarkan jabatan fungsional tertentu dan Jabatan Fungsional Umum dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel I.2. Jumlah Pegawai Balai Litbang Biomedis Papua

Berdasarkan

Jabatan Fungsional Tertentu (JFT) Tahun 2016

1 Peneliti Muda

2 Peneliti Pertama

3 Teknisi Litkayasa Pelaksana

4 Teknisi Litkayasa Pelaksana

Jabatan fungsional tertentu merupakan kekhususan di Balai Litbang Biomedis Papua sebagai pelaksana penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan.

Tabel I.3. Jumlah Pegawai Balai Litbang Biomedis Papua

Berdasarkan Jabatan Fungsional Umum (JFU) Tahun

2 Teknisi Litkayasa Pemula

3 Arsiparis

4 Penata Laporan Keuangan

5 Analisis kepegawaian

6 Pelaksana

1 5 (Analisi Data dan Informasi)

8 Pengelola BMN

9 Administrasi Umum

1.5. Mutasi Kepegawaian

Kegiatan mutasi kepegawaian pada kantor Balai Litbang Biomedis Papua tahun 2016 meliputi Kenaikan Pangkat, Kenaikan Gaji Berkala dan tugas belajar/ijin belajar.

a. Kenaikan Pangkat

Tabel I.4. Daftar Nama Kenaikan Pangkat Tahun 2016 Balai Litbang Biomedis Papua

JALUR NAIK NO NAMA PEGAWAI KENAIKAN KET

1 Anita Tanna, SKM Penata III/c

Reguler

Tahun (Periode 1 April 2016)

2 Yoel George Perhitungan 1

Penata Muda

Kelyanin, S.Sos

Reguler

Tahun (Periode

Tk.I-III/b

April 2016)

3 Ester Perhitungan 1

Penata Muda

Lumbanradja, SE

Reguler

Tahun (Periode 1

Tk.I-III/b

pril 2016) Tahun 2016, kenaikan pangkat pada Balai Litbang

Biomedis Papua periode 1 April 2016 yaitu 3 orang dengan jalur kenaikan pangkat reguler.

b. Kenaikan Gaji Berkala

Tabel I.5. Kenaikan Gaji Berkala Tahun 2016 Balai

Litbang Biomedis Papua

GOLONGAN/ NO

KENAIKAN GAJI

NAMA PEGAWAI MASA KERJA

BERKALA

RUANG

Hanna Kawulur, Spd,

9 Tahun M.Si

1 1 April 2016

Penata TK I III/d

Hotma Martologi

2 Lorensia Hutapea,

5 Tahun M.Si Penata Muda TK I

1 Desember 2016 Penata III/c

3 Semuel Sandy, M.Sc

1 April 2016

9 Tahun

III/b Penata Muda TK I

4 Yunita Mirino, SKM

1 April 2016

9 Tahun

III/b

5 Anugrah M Juliana,

9 Tahun SKM

1 April 2016

Penata III/c

Penata Muda TK I

6 Mirna Widiyanti, M.Sc

1 April 2016

9 Tahun

III/b

7 Anita Tanna, SKM

1 Desember 2016 Penata III/c

7 Tahun Penata Muda TK I

8 Windarti Fauziah, S.Si

1 Desember 2016

5 Tahun

III/b Penata Muda TK I

9 Ester Lumbanradja, SE

1 April 2016

6 Tahun

III/b

7 Tahun Mardi Raharjo Pardi,

10 Eva Fitriana, S.Si

1 April 2016

Penata Muda III/c

Penata Muda

7 Tahun S.Si

11 1 April 2016

III/a Penata Muda TK I

12 Yoel G Kelyanin, Sos

1 April 2016

6 Tahun

III/b

Hana Krismawati, Penata Muda TK I

1 Tahun M.Sc

13 1 Februari 2016

III/b

Iman Harisma Saleh

Penata Muda

1 Tahun Sasto, S.Si

14 1 Februari 2016

III/a

Windhy Karthika

Penata Muda

1 Tahun Saragih, SE

15 1 Februari 2016

III/a

Pegawai Balai Litbang Biomedis Papua yang memenuhi syarat mendapatkan kenaikan gaji berkala sebanyak 15 Pegawai Balai Litbang Biomedis Papua yang memenuhi syarat mendapatkan kenaikan gaji berkala sebanyak 15

c. Tugas Belajar dan Ijin Belajar

Tabel I.6. Daftar Nama Pegawai Balai Litbang Biomedis Papua yang sedang mengikuti Tugas Belajar dan Ijin Belajar Tahun 2016

N NAMA

PENDIDIKAN

PENDIDIKAN TMT

YANG DITUJU

Ismayani

S1 Ekonomi

S2 Auditor

1 2014 Tubel Lebang, SE

Akuntansi UNHAS

Ekonomi UNHAS S1 Biologi

2 Jan Lewier

SMA 45 Jayapura

2016 Tubel

UNCEN

Madrasah Alyah Bau S1 Administrasi

3 Hairun 2014 Ibel

– Bau

Negara

4 Misan Sulaiman SMEA Jayapura

S1 Biologi

2015 Ibel

Berdasarkan tabel di atas pada tahun 2016, pegawai Balai Litbang Biomedis Papua yang sedang mengikuti tugas belajar sebanyak 2 orang dan ijin belajar sebanyak 2 orang.

2. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan salah satu sumber daya penunjang dalam mencapai tujuan dan sasaran Balai Litbang Biomedis Papua. Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai akan memudahkan sumber daya manusia Balai Litbang Biomedis Papua dalam melaksanakan setiap program dan kegiatan yang telah Sarana dan prasarana merupakan salah satu sumber daya penunjang dalam mencapai tujuan dan sasaran Balai Litbang Biomedis Papua. Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai akan memudahkan sumber daya manusia Balai Litbang Biomedis Papua dalam melaksanakan setiap program dan kegiatan yang telah

a. Tanah seluas 5.000 m 2 dengan nilai Rp.9.228.300.000,-

b. Peralatan dan mesin sebanyak 1.362 unit dengan nilai Rp.21.716.798.143,-

c. Gedung dan Bangunan sebanyak 4 unit dengan nilai 1.465.083.000,

d. Jaringan 3 unit dengan nilai 45.618.000,-

e. Aset tetap lainnya sebanyak 566 buah dengan nilai 214.175.000,-

f. Aset tetap yang tidak digunakan 8 unit, dengan nilai 68.560.000,-.

Perpustakaan

Balai Litbang Biomedis Papua memiliki sebuah perpustakaan di mana tersedia buku – buku referensi penunjang penelitian dan pengembangan kesehatan serta jurnal, buletin dan warta dari bidang kesehatan. Koleksi buku perpustakaan Balai Litbang Biomedis Papua sampai pada tahun 2016 sebanyak 365 judul buku (792 eksemplar) mengenai kesehatan, metodologi penelitian maupun umum. Balai Litbang Biomedis Papua juga telah memiliki perpustakaan online dengan

sebagai berikut: http://perpustakaan.litbang.depkes.go.id/biomedispapua.

alamat

website

Di samping itu, Balai Litbang Biomedis Papua telah menerbitkan Jurnal Plasma yang mulai terbit pada Bulan Desember 2014, bulan Juni dan Desember 2015.

Laboratorium

Balai Litbang Biomedis Papua memiliki 6 buah laboratorium, yang terdiri dari laboratorium virologi/biomolekuler, laboratorium mikrobiologi, laboratorium parasitologi, laboratoium entomologi, laboratorium hewan coba dan laboratorium imunologi serta 1 buah laboratorium

(dalam proses pengembangan).

penyimpanan

spesimen

a. Laboratorium Virologi/ Biomolekuler, memiliki Kemampuan antara lain: 1)

Melakukan ekstraksi RNA/DNA dengan menggunakan berbagai metode (Mini columb, Sonicator dan Pemanasan)

2) Melakukan analisis DNA virus mulai dari ekstraksi RNA virus dengan sampel serum/plasma, melakukan visualisasi RNA hasil ekstraksi dengan menggunakan Spectrofotometer, PCR, elektroforesis, pembacaan hasil elektroforesis dengan menggunakan Gel Doc

3) Melakukan qPCR RNA dan Konvesional PCR RNA virus 4)

Melakukan analisis bioinformatik dengan berbagai pendekatan.

Kegiatan penelitian yang sudah dilakukan oleh Balai Litbang Biomedis Papua Tahun 2016 antara lain: 1)

Ekstraksi DNA nyamuk Anopheles hasil penangkapan di MTB dan MBD

2) PCR fragmen DNA pengkode Voltage Gated Sodium Channel (VGSC) Anopheles.

3) PCR kuantitatif DNA pengkode VGSC Anopheles 4)

Sekuensing produk PCR fragmen DNA pengkode VGSC Anopheles

5) Sekuensing produk PCR fragmen DNA untuk konfirmasi kuman lepra

6) Sekuensing produk PCR fragmen DNA untuk konfirmasi kuman frambusia

7) Ekstraksi RNA HIV-1 dari koleksi Manajemen Biobank 8)

Uji stok primer amplifikasi integrase HIV-1 terhadap spesimen koleksi Manajemen Biobank

9) Pembuatan control positif untuk PCR yang mengamplifikasi fragmen DNA pengkode VGSC .

b. Laboratorium Mikrobiologi, memiliki kemampuan antara lain:

1) Kultur bakteri Actynomycetes, Streptomycetes, Nisseria gonorhoe, Eschericia coli, Staphylococcus aureus, enterobakter, Jamur Trycophyton, Candida, Malassezia

2) Identifikasi

dengan berbagai pendekatan, baik morfologi, biokimia, fisiologi maupun menggunakan kit.

dan

karakterisasi

3) Melakukan ekstraksi DNA dan PCR pada penelitian mikrobiologi

4) Uji resistensi dan uji daya hambat. Kegiatan penelitian yang sudah dilakukan oleh Balai Litbang Biomedis Papua Tahun 2016 adalah: 1)

Pengumpulan spesimen apusan cuping untuk deteksi kuman lepra

2) Pengumpulan spesimen apusan lesi dan darah untuk deteksi kuman frambusia

3) Melakukan pemeriksaan TPHA untuk deteksi kuman Treponema penyebab frambusia

4) Ekstraksi DNA genom dari apusan cuping untuk deteksi kuman lepra

5) Ekstraksi DNA genom dari apusan lesi dan darah untuk deteksi kuman frambusia

6) Melakukan PCR untuk deteksi kuman lepra 7)

Melakukan PCR untuk deteksi kuman frambusia

c. Laboratorium Parasitologi, kemampuan yang dimiliki antara lain:

1) Melakukan pemeriksaan protozoa usus dan cacing (intestinal protozoa) menggunakan metode langsung (direct) meliputi: pengunaan normal saline, eosin, iodine

2) Melakukan pemeriksaan protozoa usus dan cacing menggunakan

konsentrasi (indirect/concentration method) meliputi: The zinc sulfate flotation method (Faust et al. 1938),teknik sedimentasi formalin ethyl acetate method (Ritchie et al. 1948), teknik sedimentasi formalin ether method (Allen & Ridley), teknik Harada-Mori method

metode

3) Melakukan pemeriksaan secara kuantitatif telur cacing menggunakan metode Kato-Katz

4) Pemeriksaan protozoa darah (Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, Plasmodium ovale)

5) Pemeriksaan nematoda jaringan (filariasis) pada sampel darah untuk mengidentifikasi microfilaria menggunakan metode filtrasi darah vena, pembuatan slide sediaan darah pewarnaan dengan pengecatan Giemsa

6) Pembuatan sediaan awetan protozoa dan cacing

7) Pemeriksaan serologi taeniasis dan sistiserkosis menggunakan

metode

Enzyme Linked

Immunoelectrotransfer Blot (EITB) menggunakan antigen rekombinan rESS33 dan rT24H

8) Pemeriksaan ELISA malaria menggunakan metode sandwich Enzyme Linked Immunoabsorben Assay (ELISA)

9) Ekstaksi deoxyribonucleic acid (DNA) genome parasit malaria menggunakan metode Chelex-100 dan Phenol- cloroform

pemeriksaan malaria menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR). Kegiatan penelitian yang sudah dilakukan di Tahun 2016 adalah: 1)

method

dan

Pengumpulan spesimen darah untuk pemeriksaan taeniasis dan sistiserkosis di 10 Kabupaten di Provinsi Papua, dan 2 Kabupaten di Provinsi Papua Barat

2) Pemeriksaan taeniasis dan sistiserkosis menggunakan Luminex

d. Laboratorium Entomologi, memiliki kemampuan antara lain: 1)

Melakukan identifikasi nyamuk vektor: Anopheles sp (Papua region), Aedes sp, Armigeres sp, Culex sp

2) Melakukan survey entomologi bionomik vecktor: habitat nyamuk, kepadatan jentik, kepadatan nyamuk dewasa, man biting rate (MBR), human blood index (HI), parous rete (PR) , sporozoit rate (SR), vectorial capasity (CV), vector stability index (SI)

Melakukan rearing larva nyamuk vektor

4) Melakukan uji sirkum sporozoit (Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax 247 dan Plasmodium vivax 210) menggunakan metode sandwich ELISA

5) Melakukan uji pakan darah nyamuk vektor dengan metode ELISA

6) Melakukan estraksi DNA nyamuk menggunakan metode Chelex-100 dan identifikasi konfirmasi vektor malaria dengan polymerase chain reactions (PCR).

Kegiatan penelitian yang sudah dilakukan oleh Balai Litbang Biomedis Papua Tahun 2016 antara lain: 1)

Melakukan koleksi nyamuk dan larva Anopheles di MTB dan MBD

2) Identifikasi nyamuk dan larva Anopheles yang diperoleh dari lapangan (MTB dan MBD)

3) Melakukan rearing nyamuk Anopheles di lapangan (MTB dan MBD)

4) Uji bioassay nyamuk Anopheles 5)

Uji suseptibilitas nyamuk Anopheles 6)

Mengumpulkan sampel kelambu dari masyarakat untuk uji bioassay dan uji residu menggunakan Gas Chromatografi

e. Laboratorium Hewan Coba, laboratorium ini dipersiapkan sebagai tempat perawatan dan pemeliharaan hewan coba yang akan digunakan dalam penelitian biomedis.

f. Laboratorium Imunologi, laboratorium ini dipersiapkan untuk mendesain Rapid Diagnostic Test (RDT) untuk beberapa agen penyakit diantaranya diare. Kegiatan laboratorium ini dimulai dengan mengumpulkan sampel dari kasus-kasus yang ada.

g. Laboratorium Penyimpanan Spesimen, laboratorium ini digunakan sebagai sarana penyimpanan kultur dan spesimen lengkap dengan database, untuk menunjang berbagai keperluan penelitian di bidang kesehatan seperti pencarian agen terapi, pembuatan Rapid Diagnostic Test (RDT) serta penelitian lainnya .

3. Anggaran Tahun 2016

Tabel I.7. Alokasi dan Realisasi Anggaran Balai Litbang Biomedis Papua per-Output RKA-KL Tahun 2016.

REALISASI KODE

URAIAN

ANGGARAN (Rp)

% (Rp)

2069.052 Publikasi Informasi di Bidang Biomedis dan

94.490.600 79,61 Teknologi Dasar Kesehatan

2069.053 Hasil Penelitian dan Pengembangan di Bidang

Biomedis dan Teknologi 2.608.767.936 98,44 Dasar Kesehatan

2069.055 Dukungan Layanan

Manajemen 4.399.822.114 99,46 2069.994 Layanan Perkantoran

Pada tahun 2016 Balai Litbang Biomedis Papua mendapatkan jumlah anggaran sesuai dengan penetapan kinerja sebesar Rp.25.005.433.000, namun pada tanggal 30 Oktober 2016 terjadi revisi efisiensi anggaran tahun 2016 sebesar Rp.14.938.580.000, dan pada tanggal 08 Desember 2016 adanya penambahan anggaran gaji sebesar Rp.50.232.000,- sehingga total jumlah Anggaran Balai Litbang

Biomedis Papua untuk Tahun 2016 menjadi Rp.10.117.085.000,- yang digunakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan dan terealisasi sebesar Rp.9.923.442.973. Sedangkan, realisasi anggaran sampai dengan 31 Desember 2016, berdasarkan jenis belanja dapat dilihat pada Tabel I.8. berikut.

Tabel I.8. Perbandingan Alokasi dan Realisasi Anggaran per Jenis

BelanjaTahun 2015-2016

2016 N

2015

Jenis o

Belanja Alokasi

Realisasi

Alokasi

Realisasi %

(Rp)

(Rp)

(Rp)

(Rp)

1.577.730.869 94,65 1. Pegawai

Belanja 1.370.444.000

1.363.554.480

99,49

1.666.832.000

Belanja 2.907.467.000

5.215.396.784 98,04 2. Barang

2.822.172.574

97,06

5.319.421.000

Belanja 16.344.471.000

3.130.315.320 99,98 3. Modal

15.195.777.000

92,97

3.130.832.000

Jumlah 20.622.382.000

19.381.504.054

93,98

10.117.085.000

9.923.442.973 98,08

BAB II TUJUAN DAN SASARAN KERJA

A. DASAR HUKUM

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi serta kelembagaannya, Balai Litbang Biomedis Papua mengacu pada berbagai kebijakan yang telah diatur pada peraturan dan perundang-undangan berikut:

1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495).

2. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan Teknologi (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4219).

3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1995 tentang Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3605).

5. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan, Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005.

6. Keputusan Presiden RI Nomor 102 tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen.

7. Keputusan

RI Nomor 1277/Menkes/SK/VI/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.

Menteri

Kesehatan

8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 556/Menkes/SK/VI/2002 tentang Perubahan Perumusan Kedudukan Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Departemen Kesehatan.

9. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia Nomor 62/Kep/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Departemen dan Lembaga Pemerintah Non Departemen.

10. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia Nomor B/499/M.PAN/2/2008 tentang Usulan Pembentukan Balai Litbang Biomedis Papua dan Organisasi dan Tata Kerja Balai Penelitian dan Pengembangan Biomedis Papua.

11. Peraturan

RI Nomor 2355/MENKES/PER/XI/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang Penelitian dan Pengembangan Biomedis.

Menteri

Kesehatan

12. Peraturan Menteri pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

B. TUJUAN, SASARAN DAN INDIKATOR

Berdasarkan Permenkes RI Nomor 2355/MENKES/PER/XI/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang Penelitian dan Pengembangan Biomedis, Balai Litbang Biomedis Papua bertujuan melakukan penelitian dan pengembangan biomedis untuk menghasilkan informasi penelitian dan pengembangan biomedis guna menunjang program kesehatan Badan Litbangkes dan tersusunnya data dasar dari penyakit-penyakit infeksi dan non infeksi yang dapat menunjang program penanggulangannya.

Dari tugas dan fungsi Balai Penelitian dan Pengembangan Biomedis Papua dijabarkan melalui penetapan sasaran yang ingin dicapai, yaitu mengatasi masalah-masalah kesehatan yang ada dalam masyarakat, terutamanya ditujukan pada penyakit-penyakit Malaria, HIV/AIDS, Tuberkulosis, dan penyakit-penyakit endemis yang diabaikan (neglected diseases) yang ada di wilayah Indonesia Bagian Timur.

Balai Litbang Biomedis Papua sebagai unit eselon III memiliki 1 (satu) kegiatan, yaitu Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan. Program Litbang Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan memiliki outcome: meningkatnya Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan. Pada tahun 2016 Balai Litbang Biomedis Papua telah menetapkan sasaran strategis, indikator kinerja dan target yang dijelaskan dalam tabel berikut.

Tabel II.1. Sasaran dan Indikator Kinerja Kegiatan Balai Litbang Biomedis Papua Tahun 2016

Target No Sasaran Strategis

Indikator Kinerja

4 penelitian dan

1 Meningkatnya

1. Jumlah publikasi karya tulis ilmiah di

bidang Biomedis dan Teknologi Dasar pengembangan di

Kesehatan yang dimuat di medis cetak dan bidang Biomedis

atau elektronik nasional dan internasional dan Teknologi

2 Dasar Kesehatan

2. Jumlah hasil penelitian dan

pengembangan di bidang Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan

Balai Litbang Biomedis Papua melaksanakan penelitian tahun 2016, meliputi penelitian :

1. Seroepidemiologi Taeniasis dan Sistiserkosis Di Tanah Papua (Kabupaten Paniai, Deyai, Nabire, Biak Numfor, Jayawijaya, Intan Jaya, Yalimo, Lanny Jaya, Mamberamo Tengah, Nduga, Peg. Arfak, Teluk Wondama)

2. Situasi Malaria (Angka Kesakitan, Vektor Potensial, Efektivitas Kelambu LLINs) Di Provinsi Maluku Berdasarkan kegiatan penelitian – penelitian di atas menghasilkan dua buah jumlah produk yaitu : produk berupa data dasar mengenai prevalensi taeniasis dan sistiserkosis di tanah Papua dan Papua Barat dan produk data dasar efektifitas kelambu berinsektisida program di masyarakat dan resistensi insectisida pada spesies anopheles sebagai vektor malaria.

BAB III STRATEGI PELAKSANAAN

A. STRATEGI PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN

Perencanaan Strategis Balai Penelitian dan Pengembangan Biomedis Papua disusun sebagai pedoman bagi pelaksanaan tugas dan fungsi secara sistematis, terarah dan terpadu. Perencanaan ini memperhitungkan analisis situasi, kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman serta isu-isu strategik.

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya untuk mencapai tujuan dan sasaran, Balai Litbang Biomedis Papua telah menyusun strategi pelaksanaan kegiatan, meliputi :

1. Peningkatan Mutu Litbangkes, dengan strategi :

a. Meningkatkan

mengembangkan kompetensi, profesionalisme dan integritas SDM peneliti dan litkayasa, melalui pendidikan/pelatihan, dan bimbingan teknis atau magang serta pengembangan metodologi penelitian .

dan

b. Meningkatkan sarana dan prasarana litbangkes melalui peningkatan kualitas dan kuantitas alat laboratorium, pengadaan dan pemeliharaan bahan, alat, gedung dan teknologi .

2. Pengembangan Hasil Litbangkes, dengan strategi :

a. Memperkuat dan memperluas jejaring kerjasama dan sinergisme kerja dengan Rumah Sakit, Puskesmas, Lembaga Riset Kementerian dan non-Kementerian, serta organisasi profesi terkait (IDI, IAI, PDGI, PATELKI, dll).

3. Diseminasi Hasil Litbangkes, dengan strategi :

a. Pemuatan hasil penelitian dalam jurnal nasional (akreditasi dan non akreditasi).

b. Pemuatan hasil penelitian dalam jurnal internasional.

4. Pemanfaatan Hasil Litbangkes, dengan strategi merumuskan laporan hasil penelitian untuk memberikan rekomendasi pemanfaatan pada kebutuhan pengelola program maupun akademis.

B. TANTANGAN DALAM PELAKSANAAN TUJUAN

Selama pelaksanaan kegiatan dan program tahun 2016 Balai Litbang Biomedis Papua menemui berbagai tantangan dalam mencapai tujuan dan sasaranya, yaitu :

1. Keterbatasan jumlah sumber daya manusia menyebabkan banyak pekerjaan rangkap yang dilakukan oleh staf yang tidak sesuai dengan peta jabatannya

2. Tidak tercapainya Output publikasi jurnal ilmiah akreditasi nasional, dikarenakan proses reviuw yang memakan waktu lama di reviuwer

3. Kegiatan pengadaan mengalami beberapa kendala diantaranya adalah pemutusan kontrak terhadap rekanan mengakibatkan reagen atau bahan yang direncanakan tidak sepenuhnya dapat diadakan, sehingga berdampak pada kegiatan penelitian Seroepidemiologi Taeniasis dan Sistiserkosis di Tanah Papua, yaitu terlambatnya proses pemeriksaan sampel taeniasis.

4. Adanya efisiensi anggaran menyebabkan kegiatan pembangunan gedung laboratorium tahun 2016 tidak dapat dilaksanakan

5. Pencetakan Jurnal Plasma Vol.2 No.1 Desember 2015 belum dapat dicetak di awal tahun 2016 dikarenakan proses reviuw yang lama sehingga pencetakan dilaksanakan di bulan November 2016 dan pencetakan Jurnal Plasma Vol.2 No.2 Juni 2016 tidak dapat dicetak dikarenakan kurangnya artikel yang masuk ke redaksi sehingga anggarannya diefisiensi.

C. INOVASI/TEROBOSAN

Inovasi atau terobosan yang telah dilakukan oleh Balai Litbang Biomedis Papua di tahun 2016 adalah diterapkannya aplikasi SIRINE. Aplikasi SIRINE (Sistem Perencanaan Evaluasi dan Monitoring) merupakan inovasi dari hasil Diklat PIM IV tahun 2016 kepala Seksi Program Kerja Sama dan Informasi. Tujuan dari aplikasi SIRINE adalah untuk memberikan peringatan dini atas pelaksanaan kegiatan dan penarikan anggaran agar sinkron, sehingga rencana kegiatan Balai Litbang Biomedis Papua (fisik dan anggaran) dapat terealisasi tepat waktu.

BAB IV HASIL KERJA

A. PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN

1. Pelaksanaan Kegiatan di Tahun 2016

Indikator Kinerja Kegiatan Balai Litbang Biomedis Papua tahun 2016 berupa Jumlah Publikasi karya tulis ilmiah di bidang Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan yang dimuat di media cetak dan atau elektronik nasional dan internasional. Target publikasi karya tulis ilmiah nasional hanya terealisasi 2 publikasi dari 3 target yang ditetapkan sedangkan target publikasi karya tulis ilmiah internasional terealisasi 1 publikasi dari 1 target yang ditetapkan. Jumlah hasil penelitian dan pengembangan di bidang Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan menghasilkan 2 produk Data Dasar yaitu Data Dasar efektifitas kelambu berinsektisida program di masyarakat dan resistensi insectisida pada spesies anopheles sebagai vektor malaria dan Data dasar mengenai prevalensi taeniasis dan sistiserkosis di tanah Papua dan Papua Barat telah mencapai target yang telah ditetapkan (100%). Target publikasi karya tulis ilmiah Nasional hanya terealisasi 2 publikasi dari 3 target yang ditetapkan, target publikasi ilmiah Internasional terealisasi 1 publikasi dari 1 target yang ditetapkan.

Tabel IV.1. Realisasi Sasaran dan Indikator Kinerja Kegiatan Balai

Litbang Biomedis Papua Tahun 2016

Indikator Kinerja

4 3 75% penelitian dan

1. Jumlah publikasi karya tulis ilmiah

di bidang Biomedis dan Teknologi

pengembangan

Dasar Kesehatan yang dimuat di

di bidang

media cetak dan atau elektronik

Biomedis dan

nasional dan internasional

Teknologi Dasar

2 2 100 Kesehatan

2. Jumlah hasil penelitian dan

pengembangan di bidang Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan

Pada tahun 2016, Balai Litbang Biomedis Papua telah melakukan empat kegiatan penelitian yang terdiri dari dua penelitian yang dibiayai oleh dana DIPA Balai Litbang Biomedis Papua dan dua penelitian yang dibiayai oleh DIPA Badan Litbangkes.

Tabel IV.2. Kegiatan Penelitian yang dilakukan Balai Litbang Biomedis Papua Tahun 2016

No.

Judul Penelitian

Sumber Dana

1. Seroepidemiologi Taeniasis dan Sistiserkosis Di Tanah DIPA Balai Papua (Kabupaten Paniai, Deyai, Nabire, Biak Numfor, Jayawijaya, Intan Jaya, Yalimo, Lanny Jaya, Mamberamo Tengah, Ndunga, Peg. Arfak, Teluk Wondama)

2. Situasi Malaria (Angka Kesakitan, Vektor Potensial, DIPA Balai Efektivitas Kelambu LLINs) Di Provinsi Maluku

3. Karakterisasi Gen ARP Treponema Pallidum Susbspesies DIPA Badan Pertenue Dan Faktor Risiko Frambusia Di Wilayah Kerja

(Risbinkes) Puskesmas Hamadi

4 DIPA Badan Pengaruh Ekstrak Metabolit Sekunder Streptomyces sp.

(Risbinkes) Dari Actinomycetes Sedimen Kawasan Mangrove terhadap

Plasmodium falciparum Secara in vitro

Berikut penjabaran ringkasan hasil penelitian yang dilakukan Balai Litbang Biomedis Papua tahun 2016 baik yang bersumber dana DIPA Balai Litbang Biomedis Papua maupun yang bersumber dana DIPA Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan:

a. Seroepidemiologi Taeniasis dan Sistiserkosis Di Tanah Papua (Kabupaten Paniai, Deyai, Nabire, Biak Numfor, Jayawijaya, Intan Jaya, Yalimo, Lanny Jaya, Mamberamo Tengah, Ndunga, Peg. Arfak, Teluk Wondama)

Ketua Pelaksana : Semuel Sandy, M.Sc Prevalensi kasus taeniasis dan sistiserkosis di Papua mencapai 48%. Persentase kasus taeniasis di Kabupaten Jayawijaya yang dilaporkan sebesar 8,6%. Penelitian serologi pada ternak babi ditemukan sebesar 70,4% terinfeksi metasestoda T. solium, dan hewan anjing lokal sebesar 10,9%. Kista T.solium yang berada di jaringan otak manusia menyebabkan neurosistiserkosis. Penyakit ini menyebabkan kejang-kejang (epilepsi) pada masyarakat di Papua dan menyebabkan banyak penderita luka bakar parah akibat terjatuh ke perapian, menyebabkan kematian karena tenggelam atau jatuh dari pohon dan tebing di pegunungan saat mengalami kejang.

Dampak taeniasis pada anak-anak adalah kekurangan zat gizi, penyumbatan saluran pencernaan (obstruksi usus) yang berdampak absorbsi nutrisi tidak maksimal. Tujuan dilakukan penelitian seroepidemiologik ini untuk megetahui keadaan sekarang mengenai prevalensi taeniasis dan sistiserkosis di Papua sehingga dapat dilakukan interfensi pencegahan yang optimal untuk mengurangi prevalensinya.

Pemeriksaan sampel darah perifer (ujung jari) menggunakan metode Magnetic beads assay Magpix dan Pemeriksaan sampel darah perifer (ujung jari) menggunakan metode Magnetic beads assay Magpix dan

Kegiatan penelitian dilakukan pada bulan Maret-Desember 2016 dengan disain potong lintang, dimana jumlah sampel yang diambil berdasarkan perhitungan statistik untuk total 12 kabupaten adalah 9600 individu. Data yang diperoleh dilakukan analisis secara deskriptif dan menggunakkan uji statistic bivariate menggunakan chi kuadrat.

Hasil penelitian diperoleh yaitu angka seroprevalensi taeniasis dan sistiserkosis di 12 kabupaten di Wilayah Papua. Seroprevalensi taeniasis di Provinsi Papua Barat antara lain Kab. Pegunungan Arfak sebesar 2,8%, Kab. Teluk Wondama sebesar 3,2% sedangkan seroprevalensi sistiserkosis di Kab. Pegunungan Arfak sebesar 2,8%; Kab. Teluk Wondama sebesar 3,6%.

Seroprevalensi taeniasis di Provinsi Papua antara lain Kab. Biak Numfor sebesar 1,3%; Kab. Nabire sebesar 7,1% ; Kab. Paniai sebesar 2,4% ; Kab. Deyai sebesar 1,9%; Kab. Ndunga sebesar 12,4%; Kab. Intan Jaya sebesar 1,5%; Kab. Jayawijaya sebesar 2,6%; Kab. Lanny Jaya sebesar 1,6%; Kab. Yalimo; Kab. Memberamo Tengah sebesar 12,1%; sedangkan seroprevalensi Kab. Biak Numfor sebesar 0.8%; Kab. Nabire sebesar 2,6%; Kab. Paniai sebesar 2,4%; Kab. Deiyai sebesar 0,3%; Kab. Ndunga sebesar 6.9%; Kab. Intan Jaya sebesar 0,8%; Kab. Jayawijaya sebesar 0,9%; Kab. Lanny Jaya sebesar 1,6%; Kab. Yalimo; Kab. Memberamo Tengah sebesar 16,06%. Sedangkan survei Seroprevalensi taeniasis di Provinsi Papua antara lain Kab. Biak Numfor sebesar 1,3%; Kab. Nabire sebesar 7,1% ; Kab. Paniai sebesar 2,4% ; Kab. Deyai sebesar 1,9%; Kab. Ndunga sebesar 12,4%; Kab. Intan Jaya sebesar 1,5%; Kab. Jayawijaya sebesar 2,6%; Kab. Lanny Jaya sebesar 1,6%; Kab. Yalimo; Kab. Memberamo Tengah sebesar 12,1%; sedangkan seroprevalensi Kab. Biak Numfor sebesar 0.8%; Kab. Nabire sebesar 2,6%; Kab. Paniai sebesar 2,4%; Kab. Deiyai sebesar 0,3%; Kab. Ndunga sebesar 6.9%; Kab. Intan Jaya sebesar 0,8%; Kab. Jayawijaya sebesar 0,9%; Kab. Lanny Jaya sebesar 1,6%; Kab. Yalimo; Kab. Memberamo Tengah sebesar 16,06%. Sedangkan survei

Keadaan higiene reponden di Provinsi Papua antara lain menggunakan alas kaki (50,3%), mencuci tangan dengan air bersih dan sabun ketika hendak makan (44,4%), mencuci tangan dengan air bersih dan sabun ketika setelah buang air besar (42,8%), kegiatan mandi di sore hari (38,6%), kebersihan kuku (28.8%),. Kebiasaan mengkomsumsi air minum secara langsung (31,1%). Masak daging kurang matang (12,6%), sayur dibuat sebagai lalapan (8,1%), Cara memasak daging dengan cara unik berupa bakar batu (65,4%). Diagnosis gejala kecacingan taeniasis dan sistiserkosis berupa keluar cacing dari anus (14,4%), perut sakit kepala (21,9%), megalami kejang-kejang (3,9%), terdapat kista (0,1%).

Faktor sanitasi lingkungan responden di Provinsi Papua Barat antara lain banyak memanfaatkan sumber air dari mata air terlindung (79,2%), rumah tangga yang mempunyai jamban Faktor sanitasi lingkungan responden di Provinsi Papua Barat antara lain banyak memanfaatkan sumber air dari mata air terlindung (79,2%), rumah tangga yang mempunyai jamban

Sesangkan di Provinsi Papua banyak menggunakan air yang berasal dari air hujan (48,2%). Rumah tangga yang memiliki jamban sendiri (73,7%) dengan menggunakan septik tank (66,9%). Penanganan limbah sampah rumah tangga di Provinsi Papua, sampah dibuang pada tempat sampah terbuka (78.8%) dan pemusnahan sampah dilakukan dengan cara dibakar (61.2%). Penanganan air limbah rumah tangga di Provinsi Papua dilakukan membuat penampungan air limbah di tanah (37,7%). Jenis lantai rumah yang dimiliki rumah tangga di (46,3%). Jumlah rumah tangga yang memelihara ternak babi (52,7%) dipelihara dengan cara di kandangkan (42,8%). keberadaan babi liar yang berkeliaran di pekerangan rumah dan kebun (84%).

Faktor sosial-kultural Provinsi Papua Barat antara lain: penggunaan bakar batu dalam memasak daging (17,8%), daging dimasak kurang matang (3.4%), Sedangkan di Provinsi Papua penggunaan bakar batu dalam memasak daging (65,4%), daging dimasak kurang matang (12,6%),

Kesimpulan: seroprevalensi taeniasis di Provinsi Papua Barat dan Papua adalah 4.3% dan seroprevalensi sistiserkosis 6.5%. Perbaikan dan menjaga sanitasi lingkungan dan higiene Kesimpulan: seroprevalensi taeniasis di Provinsi Papua Barat dan Papua adalah 4.3% dan seroprevalensi sistiserkosis 6.5%. Perbaikan dan menjaga sanitasi lingkungan dan higiene

b. Situasi Malaria (Angka Kesakitan, Vektor Potensial, Efektivitas Kelambu LLINs) Di Provinsi Maluku

Ketua Pelaksana : Ivon Ayomi, S.Si Indonesia merupakan salah satu negara yang masih berisiko terhadap malaria. Distribusi malaria di Indonesia dengan intensitas tinggi terdapat di daerah berhutan, terutama Indonesia bagian timur. Kasus malaria terutama dilaporkan dari luar jawa, yaitu di Provinsi Papua, Maluku, Nusa Tengara, Kalimantan dan Sumatera. Penyakit malaria masih ditemukan di seluruh provinsi di Indonesia. Berdasarkan Annual Parasite Incidence (API), dilakukan stratifikasi wilayah dimana Indonesia bagian Timur masuk dalam stratifikasi malaria tinggi.

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi situasi malaria (angka kesakitan, vektor potensial, efektifitas kelambu LLINs) di provinsi Maluku. Penelitian ini dilakukan pada dua musim yaitu pada musim angin Timur (Mei – Juni 2016) dan pada musim angin Barat (September – Oktober). Pengambilan data dilakukan di wilayah kerja puskesmas Alusi Kelaan dan Puskesmas Waturu Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan Puskesmas Ilwaki dan Puskesmas Wonreli Kabupaten Maluku Barat Daya. Desain penelitian ini adalah potong lintang, dilakukan Mass Blood Survey (MBS) , survei entomologi, koleksi nyamuk Anopheles spp. dewasa dengan menggunakan man landing collection dari pukul 18.00-06.00. Konfirmasi vektor malaria deteksi antigen sirkum sporozoit P. falcifarum 210 dan P. vivax 210 menggunakan metode Enzyme Linked Immunoabsorbent Assay /ELISA (hanya di Kabupaten Maluku Barat Daya). Analisis Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi situasi malaria (angka kesakitan, vektor potensial, efektifitas kelambu LLINs) di provinsi Maluku. Penelitian ini dilakukan pada dua musim yaitu pada musim angin Timur (Mei – Juni 2016) dan pada musim angin Barat (September – Oktober). Pengambilan data dilakukan di wilayah kerja puskesmas Alusi Kelaan dan Puskesmas Waturu Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan Puskesmas Ilwaki dan Puskesmas Wonreli Kabupaten Maluku Barat Daya. Desain penelitian ini adalah potong lintang, dilakukan Mass Blood Survey (MBS) , survei entomologi, koleksi nyamuk Anopheles spp. dewasa dengan menggunakan man landing collection dari pukul 18.00-06.00. Konfirmasi vektor malaria deteksi antigen sirkum sporozoit P. falcifarum 210 dan P. vivax 210 menggunakan metode Enzyme Linked Immunoabsorbent Assay /ELISA (hanya di Kabupaten Maluku Barat Daya). Analisis

Hasil penelitian di Kab. Maluku Tenggara Barat (MTB) dan Kab. Maluku Barat Daya (MBD) diperoleh beberapa jenis Anopheles sp di antaranya An. flavirostris, An. barbirostris group, An. farauti, An. subpictus. Aktifitas menggigit Anopheles spp rata- rata pada musim angin timur mulai pukul 18.00 – 19.00 dan pada musim angin barat aktifitas mengigit pada pukul 20.00-23.00 ditemukan meningkat lebih banyak di luar rumah. Hasil uji dengan teknik Enzyme Linked Immunoabsorbent Assay (ELISA) menunjukkan An. subpictus sebagai vektor malaria karena terdeteksi mengandung sporozoit P. vivax 210. Hasil bioassay menunjukkan bahwa kelambu yang digunakan masyarakat di Kabupaten MBD dan Kabupaten MTB memiliki masa pemakaian 2 tahun. Rata-rata pencucian kelambu di Kampung Alusi, Waturu, Wonreli dan Ilwaki adalah 2 – 3 kali. Berdasarkan data hasil uji bioassay, sebagian besar kelambu tersebut masih memenuhi standar yang direkomendasikan oleh WHO, yaitu: sampai pencucian 20 kali, kematian nyamuk masih 80%. Uji kerentanan terhadap An. barbirostris group, An. flavirostris dan An. subpictus menggunakan insektisida permetrin dan deltametrin dimana hasilnya dapat membunuh > 98%. Data tersebut didukung oleh data molekuler yang menunjukkan tidak adanya mutasi pada titik V1010 dan L101

c. Karakterisasi Gen ARP Treponema Pallidum Susbspesies Pertenue Dan Faktor Risiko Frambusia Di Wilayah Kerja Puskesmas Hamadi

Ketua Pelaksana : dr. Yuli Arisanti Frambusia adalah penyakit kulit yang tampak seperti nodul-nodul dan tidak terasa sakit ketika lesi primer terbentuk.

Penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan jaringan kulit yang meluas, kerusakan jaringan tulang, bahkan dapat menyebabkan kecacatan. Frambusia mudah menular melalui kontak langsung atau melalui barang-barang yang digunakan oleh penderita. Menurut data kasus frambusia tahun 2014 dari Dinas Kesehatan Provinsi Papua, 53% kasus frambusia yang di Provinsi Papua terjadi di Kota Jayapura. Frambusia disebabkan oleh kuman sejenis bakteri, yaitu Treponema pallidum subspecies pertenue (T.p pertenue) yang merupakan genus spirocheta, dan memiliki morfologi yang identik dengan Treponema pallidum subspesies pallidum yang menyebabkan sífilis. Secara genetik, tingkat kemiripan T.p pertenue dengan T.p pallidum adalah 99,8%. Sisi pembeda kedua subspesies tersebut terletak pada 6 titik, salah satunya adalah gen acidic repeat protein (arp).

Penelitian ini dilakukan untuk mendeteksi kuman T.p pertenue pada subyek frambusia. Survey dilakukan bersama dengan tenaga kesehatan dari Puskesmas pada 1 daerah kantong kasus frambusia di Kota Jayapura untuk memperoleh gambaran kasus frambusia. Sampel yang diikutkan dalam penelitian adalah subyek yang mengalami lesi primer, berusia di atas 5 tahun, bukan ODHA dan tidak sedang hamil. Faktor risiko yang diamati adalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), riwayat penyakit, kondisi lingkungan tempat tinggal yang mencakup kepadatan anggota rumah tangga. Keberadaan lesi diamati dengan seksama oleh tenaga kesehatan yang berpengalaman dalam mendiagnosis frambusia. Apusan dari lesi primer subyek frambusia dikoleksi dan dilarutkan ke dalam 500 ul dapar posfat saline. DNA diekstraksi dari spesimen, dan gen arp diperbanyak dengan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR) dan digunakan sebagai faktor pembeda T.p pertenue dari T.p pallidum. Hasil PCR Penelitian ini dilakukan untuk mendeteksi kuman T.p pertenue pada subyek frambusia. Survey dilakukan bersama dengan tenaga kesehatan dari Puskesmas pada 1 daerah kantong kasus frambusia di Kota Jayapura untuk memperoleh gambaran kasus frambusia. Sampel yang diikutkan dalam penelitian adalah subyek yang mengalami lesi primer, berusia di atas 5 tahun, bukan ODHA dan tidak sedang hamil. Faktor risiko yang diamati adalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), riwayat penyakit, kondisi lingkungan tempat tinggal yang mencakup kepadatan anggota rumah tangga. Keberadaan lesi diamati dengan seksama oleh tenaga kesehatan yang berpengalaman dalam mendiagnosis frambusia. Apusan dari lesi primer subyek frambusia dikoleksi dan dilarutkan ke dalam 500 ul dapar posfat saline. DNA diekstraksi dari spesimen, dan gen arp diperbanyak dengan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR) dan digunakan sebagai faktor pembeda T.p pertenue dari T.p pallidum. Hasil PCR

Penelitian belum dapat mengakarateristik gen arp. Didapat data serologi dengan serologi positif seluruhnya sejumlah 111 responden dan negatif sejumlah 211. Berdasarkan hasil yang didapat disimpulkan bahwa pemeriksaan PCR dan sequence belum bisa mengkonfirmasi penyebab frambusia pada penelitian ini. Penelitian ini mendapatkan faktor risiko frambusia seperti jenis kelamin laki – laki lebih berpotensi terkena frambusia, usia muda lebih berpotensi pada kejadian frambusia, riwayat pernah mengalami frambusia juga memiliki risiko untuk relaps serta perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang berpontesi paling besar menjadi frambusia, dengan uraian: Mandi jarang/tanpa menggunakan sabun berpotensi 3,3 kali lebih besar menjadi frambusia, kebiasaan pakai handuk bergantian 19 kali lebih besar potensinya, kebiasaan jarang/tidak pakai sandal 2,2 kali lebih besar potensinya.

d. Pengaruh Ekstrak Metabolit Sekunder Streptomyces sp. dari Actinomycetes Sedimen Kawasan Mangrove terhadap Plasmodium falciparum Secara in vitro

Ketua Pelaksana : Iman Harisma Saleh Sasto, S.Si Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh ekstrak metabolit sekunder Streptomyces dari Actinomycetes sedimen mangrove sebagai antimalaria. Sampel berasal dari strain koleksi Streptomyces. Streptomyces merupakan genus Actinomycetes yang berpotensi sebagai antimalaria. Identifikasi Streptomyces sp dilakukan dengan cara mikroskopis melalui pengamatan morfologi koloni bentuk hifa yang terbentuk. dan pengecatan gram.

Hasil isolasi Streptomyces selanjutnya difermentasi pada media FM3 hingga pada akhirnya didapatkan ekstrak metabolit sekunder Streptomyces. Ekstrak metabolit sekunder diidentifikasi menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT), dimana ditemukan bercak noda senyawa berwarna kuning orange yang menandakan adanya senyawa bioaktif.

Ekstrak metabolit sekunder yang dihasilkan dilakukan uji bioassay untuk mengevaluasi efek IC50 dari metabolit tersebut terhadap pertumbuhan Plasmodium falciparum. Metode yang digunakan untuk menentukan daya hambat (inhibisi) metabolit sekunder Streptomyces terhadap Plasmodium falciparum dengan