KOMPONEN KOMPONEN PENGEMBANGAN KURIKULUM (1)
KOMPONEN-KOMPONEN PENGEMBANGAN KURIKULUM
OLEH KELOMPOK 4
EKA SYAFITRI
DWISYA MARSELLI
EMMA YOSSI SEPTIANA
IIS SYAFRIYANTI
ZAHIRMA
ERIL
JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT
yang telah
memberikan rahmat, taufik, serta hidayah, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang membahas tentang komponen-komponen pengembangan kurikulum.
Makalah ini dibuat untuk tugas kelompok manajemen kurikulum.
Dalam pembuatan penulisan makalah ini tidak akan selesai apabila tidak ada
bantuan dari beberapa pihak, Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang berpartisipasi langsung maupun
tidak langsung dari mulai pencarian, pembuatan sampai selesainya makalah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan masih jauh dari
kesempurnaan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap makalah
ini berguna dan bermanfaat bagi para pembaca.
Akhirnya
dengan
segala
keikhlasan
dan
kerendahan
hati,
penulis
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak atas segala
bantuan dan dukungannya dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga apa yang
telah diberikan mendapat balasan yang setimpal dari Allah swt. Amiin.
Padang, september 2014
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang masalah
Pengembangan kurikulum merupakan bagian yang sangat esensial dalam
keseluruhan kegiatan pendidikan. Kurikulum untuk sebuah lembaga pendidikan
tertentu pada umumnya sudah ada, artinya telah di susun sebelumnya oleh para
perencana kurikulum. Tugas tenaga pendidik hanya sebagai melaksanakan, membina
dan dalam batasan tertentu mengembangkan kurikulum tersebut. Menurut A. Herry
dkk. (2003 : 1.14) pengembangan kurikulum merupakan tahap lanjutan dari pembinaan
kurikulum, yaitu upaya meningkatkan dalam bentuk nilai tambah dari apa yang telah
dilaksanakan sesuai kurikulum potensial.
Upaya ini dapat dilaksanakan apabila telah ada langkah penilaian dalam
tahapan sebelumnya terhadap apa yang telah dilaksankan.dan pembinaan kurikulum
yang sedapat mungkin diatasi, serta dicarikan upaya lain yang lebih baik sehingga di
peroleh hasil yang optimal.
Pengertian tentang kurikulum mempunyai dampak pada pengembangan
dan juga terhadap proses pendidikan sebagai implementasi kurikulum. Karena
setiap istilah dalam kajian ilmiah selalu didasari oleh konsep dan teori tertentu.
Konsep dan teori inilah sebenarnya yang membawa dampak terhadap
perencanaan, pemngembangan maupun implementasi suatu kurikulum.
Kurikulum Indonesia mempunyai tujuan yang ideal, baik pendidikan
nasional ataupun pendidikan islam mempunyai tujuan yang sama, yaitu
menciptakan insane yang beriman dan bertakwa serta mempunyai pengetahuan
intelektual dan keterampilan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode
Metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi
pelajaran
dalam upaya
mencapai tujuan kurikulum. Suatu
metode
mengandung pengertian terlaksananya kegiatan guru dan kegiatan siswa
dalam proses pembelajaran. Metode dilaksanakan melalui prosedur tertentu.
Keaktifan siswa belajar mendapat tekanan utama dibandingkan denfan
keaktifan siswa bertindak sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswa.
Karena itu, istilah metode yang lebih menekankan pada kegiatan guru,
selanjutnya diganti dengan istilah strategi pembelajaran yang menekankan
pada kegiatan siswa.
Metode atau strategi pembelajaran menempati fungsi yang penting
dalam kurikulum, karena memuat tugas-tugas yang perlu dikerjakan oleh
siswa dan guru. Karena itu, penyusunannya hendaknya berdasarkan analisa
tugas yang mengacu pada tujuan kurikulum dan berdasarkan perilaku awal
siswa. Dalam hubungan ini ada tiga alternative pendekatan yang dapat
digunakan, yakni:
1. Pendekatan yang berpusat pada mata pelajaran, di mana materi
pembelajaran terutama bersumber dari mata ajaran. Penyampaiannya
dilakukan melalui komunikasi antara guru dan siswa. Guru sebagai
penyampai pesan atau komunikator. Siswa sebagai penerima pesan.
2. Pendekatan yang berpusat pada siswa. Pembelajaran dilaksanakan
berdasarkan kebutuhan, minat dan kemampuan siswa. Dalam pendekatan
ini lebih banyak digunakan metode dalam rangka individualisasi
pembelajaran seperti belajar mandiri.
3. Pendekatan berorientasi pada kehidupan masyarakat. Pendekatan ini
bertujuan
mengintegrasikan
sekolah
dan
masyarakat
dan
untuk
memperbaiki kehidupan masyarakat. Prosedur yang ditempuh ialah
dengan mengundang masyarakat ke sekolah atau siswa berkunjung ke
masyarakat
B. Komponen Kurikulum
Ralph W. Tyler (dalam A. Herry dkk. 2003 : 1.14) menyajikan empat
langkah pengembangan dalam bentuk pertanyaan yang mendasar yang harus
dijawab, baik dalam mengembangkan suatu kurikulum maupun pembelajaran.
Adapun pertanyaan tersebut adalah :
1. What education purpose should the school seek to attain?
2. What education experiences can be provided that are likely to attain these
purpose?
3. How can these education experiences be effectively organized?
4. How can we determine wether these purpose are being attained?
Pertanyaan pertama hakikatnya merupakan arah dari suatu program atau
tujuan kurikulum, pertanyaan kedua berkenaan dengan isi atau bahan ajar yang
harus di berikan untuk mencapai tujuan, pertanyaan ketiga berkenaan dengan
strategi pelaksanaan, dan pertanyaan keempat berkenaan dengan evaluasi atau
penilaian pencapaian tujuan. Pertanyaan - pertanyaan tersebut menjadi komponen
utama yang harus dipenuhi dalam pengembangan suatu kurikulum, komponen ini
tidak berdiri sendiri akan tetapi saling mempengaruhi, berinteraksi dan
membentuk suatu sistem . Kaber (dalam A. Herry dkk 2003 : 1.15)
menggambarkan interelasi komponen - komponen kurikulum tersebut dalam
suatu siklus sebagai berikut :
Gambar : Komponen - komponen Kurikulum
S. Nasution (dalam A. Herry dkk 2003 : 1.15) menggambarkan proses
pengembangan kurikulum dimulai dari perumusan tujuan kurikulum, diikuti
oleh penentuan atau pemilihan bahan ajar, proses belajar mengajar, dan alat
penilaiannya. Proses tersebut digambarkan sebagai berikut:
Gambar : Proses pengembangan kurikulum
Menurut Nasution (dalam A. Herry dkk 2003 : 1.15) dalam praktiknya
semua unsur tersebut dipertimbangkan tanpa urutan yang pasti. Untuk lebih
memahami keempat kompotenen kurikulum tersebut berikut adalah uraian
dari keempat kompenen tersebut.
1. KOMPONEN TUJUAN
Ivor K. Davies (dalam A. Herry dkk 2003 : 1.16) mengemukakan
bahwa tujuan dalam suatu kurikulum akan menggambarkan kualitas
manusia yang diharapkan terbina dari suatu proses pendidikan.Dengan
demikian tujuan memberikan suatu petunjuk mengenai arah perubahan
yang di cita - citakan dari suatu kurikulum yang bersifat sesuatu yang
final. Tujuan yang jelas akan memberikan petunjuk yang jelas pula
terhadap pemilihan isi atau bahan ajar, strategi, media pembelajaran, dan
evaluasi. Bahkan dalam model yang lain tujuan merupakan suatu dasar,
arah dan patokan dalam menentukan komponen - komponen yang
lainnya.
Adapun ahli kurikulum yang memandang tujuan adalah suatu
proses namun kebanyakan para ahli memandang tujuan adalah suatu hasil
atau product. Menurut Gagne dan Briggs (dalam A. Herry dkk 2003 :
1.17) menyatakan bahwa tujuan merupakan suatu kapasitas yang dapat
dilakukan dalam waktu tidak lama setelah suatu kegiatan pendidikan
berlangsung bukan merupakan apa yang dialami siswa selama proses
pendidikan. Terlepas dari semua itu tujuan kurikulum harus disesuaikan
dengan tujuan dan tuntutan kebutuhan masyarakat serta di dasari falsafah
dan ideologi suatu negara.
Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional
dapat dilihat secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa :” Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Sumber
: http://www.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/10/UU20-2003Sisdiknas.pdf ). Tujuan umum tersebut dapat di capai dengan komponen
tujuan di bawahnya yang berfungsi sebagai tujuan perantara. Tujuan
tersebut
membentuk
suatu
hirarki
yang
saling
berkaitan
dan
mempengaruhi yang digambarkan sebagai berikut :
Gambar: Hirarki Tujuan Pendidikan
Pratt (dalam A. Herry dkk. 2003 : 1.19) mengemukakan tujuh
kriteria yang harus dipenuhi dalam merumuskan tujuan kurikulum
adalah seperti berikut:
Tujuan kurikulum harus menunjukan hasil belajar yang spesifik
dan dapat diamati
Tujuan harus konsisten dengan tujuan kurikulum, artinya, tujuan –
tujuan khusus itu dapat mewujudkan dan sejalan dengan tujuan
yang lebih umum.
Tujuan harus ditulis dengan tepat, bahasanya jelas sehingga dapat
memberikan gambaran yang jelas bagi para pelaksana kurikulum
Tujuan harus memperlihatkan kelayakan, artinya bahwa tujuan itu
bukanlah suatu standar yang mutlak melainkan harus dapat
disesuaikan dengan situasi
Tujuan harus fungsional, artinya tujuan itu menunjukan nilai guna
bagi para peserta didik dan masyarakat
Tujuan harus signifikan dalam arti bahwa tujuan itu dipilih
berdasarkan nilai yang diakui kepentingannya
Tujuan harus tepat dan serasi, terutama harus dilihat dari
kepentingan dan kemampuan peserta didik termasuk latar
belakang, minat, dan tingkat perkembangannya
2. KOMPONEN ISI / MATERI
Gambar : Buku Pegangan Siswa
Komponen kedua setelah tujuan adalah isi atau materi kurikulum.
Saylor dan Alexander (dalam A. Herry dkk 2003 : 1.20) mengemukakan
bahwa isi kurikulum itu meliputi fakta – fakta, observasi, data, persepsi,
penginderaan, pemecahan masalah, yang berasal dari pemikiran manusia dan
pengalaman yang diatur dan di organisasikan dalam bentuk gagasan, konsep,
generalisasi, prinsip – prinsip dan pemecahan masalah. Keterampilan ini
dibedakan menjadi dua katergori yaitu keterampilan fisik dan keterampilan
intelektual.
Sebenarnya sangat banyak pengetahuan, keterampilan dan nilai yang
perlu di berikan kepada siswa namun tidak mungkin semuanya dijadikan
sebagai kurikulum oleh sebab itu perlu diadakan pilihan – pilihan, maka
hakikat dari kurikulum adalah matter of choices (Nasution, 1987). Untuk
menentukan isi dari sebuah kurikulum perlu di tentuan kriteria tertentu untuk
memilih mana bahan yang sangat esensial untuk bahan kurikulum.
Zais (dalam A. Herry dkk 2003: 1.21) menentukan empat kriteria
dalam melakukan pemilihan isi / materi kurikulum, yaitu sebagai berikut :
Isi kurikulum memiliki tingkat kebermaknaan yang tinggi
Isi kurikulum bernilai guna bagi kehidupan
Isi kurikulum sesuai minat siswa
Isi kurikulum harus sesuai dengan perkembangan individu
Dalam mengkaji isi atau materi kurikulum ini, kita sering dihadapkan
pada masalah scope dan sequence. Scope atau ruang lingkup isi kurikulum
dimaksudkan untuk menyatakan keluasan dan kedalaman bahan, sedangan
sequence menyangkut urusan isi kurikulum. Menurut S. Nasution (dalam A.
Herry dkk 2013 : 1. 22)
pengurutan bahan kurikulum tersebut dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Urutan secara kronologis, yaitu menurut terjadinya suatu peristiwa
Urutan secara logis yang dilakukan menurut logika
Urutan bahan dari sederhana menuju yang lebih kompleks
Urutan bahan dari yang mudah menuju yang lebih sulit
Urutan bahan dari spesifik menuju yang lebih umum.
Urutan bahan berdasarkan psikologi unsur, yaitu dari bagian – bagian
kepada keseluruhan
Urutan bahan berdasarkan psikologi gestalt, yaitu dari keseluruhan menuju
bagian – bagian.
3. KOMPONEN STRATEGI PEMBELAJARAN
Gambar : Kegiatan Belajar Mengajar
Strategi pembelajaran sangat penting dikaji dalam studi tentang
kurikulum, baik secara makro maupun mikro. Strategi pembelajaran berkaitan
dengan cara atau sistem penyampaian isi kurikulum dalam rangka
penyampaian tujuan yang telah dirumuskan. Sujana (dalam A. Herry dkk 2003
: 1.23) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran pada hakikatnya adalah
tindakan nyata dari guru dalam melaksanakan pembelajaran melalui cara
tertentu yang dinilai lebih efektif dan lebih efisien.
Tinggi rendahnya kadar aktivitas belajar siswa banyak dipengaruhi
oleh strategi atau pendekatan mengajar yang digunakan. Richard Anderson
(dalam A. Herry dkk. 2003 : 1.23) mengajukan dua pendekatan yaitu
pendekatan yang berorientasi pada guru, dimana aktivitas guru dalam suatu
proses pembelajaran lebih dominan dibandingkan siswa. Pendekatan kedua
lebih berorientasi pada siswa yang merupakan kebalikan dari pendekatan
pertama dimana aktivitas siswa lebih dominan dalam aktivitas pembelajaran.
Sedangkan Massialas ( dalam A. Herry dkk. 2003 : 1.24) mengajukan dua
pendekatan, yaitu pendekatan ekspositori dan pendekatan inkuiri.
Sementara itu, Sudjana ( dalam A. Herry dkk 2003 : 1.24)
mengemukakan model CBSA yaitu model delikan (dengar - lihat - kerjakan),
model pemecahan masalah, model induktif, model deduktif, dan model
deduktif induktif. Apabila ditelaah lebih jauh hakikat dan isi dari setiap
strategi/pendekatan/model yang dikemukakan oleh para ahli tersebut dapat
dikelompokan ke dalam dua kutub strategi yang ekstrem yaitu strategi
berorientasi pada guru dan strategi yang berorientasi pada siswa.
4. KOMPONEN EVALUASI
Gambar : Kegiatan UN merupakan bagian dari evaluasi
Komponen evaluasi ini ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan tujuan yang telah ditentukan, serta menilai proses implementasi kurikulum
secara keseluruhan, termasuk juga menilai kegiatan evaluasi itu sendiri. Hasil
dari kegiatan evaluasi ini dapat dijadikan sebagai umpan balik untuk
mengadakan perbaikan dan penyempurnaan pengembangan komponen
kurikulum.
Ralph W. Tyler (dalam A. Herry dkk 2003 : 1.25) mengemukakan
bahwa proses evaluasi merupakan proses yang sangat esensial guna
mengetahui apakah tujuan scara nyata telah terealisasikan. Sementara itu,
Hilda Taba (dalam A. Herry dkk 2003 : 1.25) berpendapat bahwa secara
prinsipil yang menjadi fokus dari evaluasi ini adalah tingkatan di mana siswa
mencapai tujuan.
Perkembangan selanjutnya dari konsep evaluasi ini menurut Hasan
( dalan A. Herry dkk 2003 : 1.25) berpegang pada satu konsep dasar yaitu ada
pertimbangan, dengan pertimbangan ini dituntukan nilai dari sesuatu yang
sedang di evaluasikan. Konsep evaluasi kurikulum dapat dipandang secara
luas yaitu mencakup evaluasi terhadap seluruh komponen dan kegiatan
pendidikan tetapi dapat pula dibatasi scara sempit yang hanya ditekankan
pada hasil - hasil atau perilaku yang dicapai siswa.
Pada bagian lain Doll (dalam A. Herry dkk 2003 : 1.26) dua dimensi
yang harus ada dalam evaluasi kurikulum yaitu dimensi kuantitas dan dimensi
kualitas. Dimensi pertama berhubungan dengan berapa banyak program program yang dievaluasi sedangkan dimensi kedua berhubungan dengan
tujuan - tujuan apa yang disoroti dalam evaluasi dan bagaimana kualitas dari
pencapaian tujuan - tujuan tersebut. Adapun variabelnya mencakup
karakteristik siswa, apa yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran dan metode mengajar, materi pelajaran, ukuran kelas,
karakteristik siswa dan karakteristik guru.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Daftar Kepustakaan
kurikulum-pembelajaran-komponen.html?
OLEH KELOMPOK 4
EKA SYAFITRI
DWISYA MARSELLI
EMMA YOSSI SEPTIANA
IIS SYAFRIYANTI
ZAHIRMA
ERIL
JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT
yang telah
memberikan rahmat, taufik, serta hidayah, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang membahas tentang komponen-komponen pengembangan kurikulum.
Makalah ini dibuat untuk tugas kelompok manajemen kurikulum.
Dalam pembuatan penulisan makalah ini tidak akan selesai apabila tidak ada
bantuan dari beberapa pihak, Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang berpartisipasi langsung maupun
tidak langsung dari mulai pencarian, pembuatan sampai selesainya makalah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan masih jauh dari
kesempurnaan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap makalah
ini berguna dan bermanfaat bagi para pembaca.
Akhirnya
dengan
segala
keikhlasan
dan
kerendahan
hati,
penulis
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak atas segala
bantuan dan dukungannya dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga apa yang
telah diberikan mendapat balasan yang setimpal dari Allah swt. Amiin.
Padang, september 2014
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang masalah
Pengembangan kurikulum merupakan bagian yang sangat esensial dalam
keseluruhan kegiatan pendidikan. Kurikulum untuk sebuah lembaga pendidikan
tertentu pada umumnya sudah ada, artinya telah di susun sebelumnya oleh para
perencana kurikulum. Tugas tenaga pendidik hanya sebagai melaksanakan, membina
dan dalam batasan tertentu mengembangkan kurikulum tersebut. Menurut A. Herry
dkk. (2003 : 1.14) pengembangan kurikulum merupakan tahap lanjutan dari pembinaan
kurikulum, yaitu upaya meningkatkan dalam bentuk nilai tambah dari apa yang telah
dilaksanakan sesuai kurikulum potensial.
Upaya ini dapat dilaksanakan apabila telah ada langkah penilaian dalam
tahapan sebelumnya terhadap apa yang telah dilaksankan.dan pembinaan kurikulum
yang sedapat mungkin diatasi, serta dicarikan upaya lain yang lebih baik sehingga di
peroleh hasil yang optimal.
Pengertian tentang kurikulum mempunyai dampak pada pengembangan
dan juga terhadap proses pendidikan sebagai implementasi kurikulum. Karena
setiap istilah dalam kajian ilmiah selalu didasari oleh konsep dan teori tertentu.
Konsep dan teori inilah sebenarnya yang membawa dampak terhadap
perencanaan, pemngembangan maupun implementasi suatu kurikulum.
Kurikulum Indonesia mempunyai tujuan yang ideal, baik pendidikan
nasional ataupun pendidikan islam mempunyai tujuan yang sama, yaitu
menciptakan insane yang beriman dan bertakwa serta mempunyai pengetahuan
intelektual dan keterampilan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode
Metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi
pelajaran
dalam upaya
mencapai tujuan kurikulum. Suatu
metode
mengandung pengertian terlaksananya kegiatan guru dan kegiatan siswa
dalam proses pembelajaran. Metode dilaksanakan melalui prosedur tertentu.
Keaktifan siswa belajar mendapat tekanan utama dibandingkan denfan
keaktifan siswa bertindak sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswa.
Karena itu, istilah metode yang lebih menekankan pada kegiatan guru,
selanjutnya diganti dengan istilah strategi pembelajaran yang menekankan
pada kegiatan siswa.
Metode atau strategi pembelajaran menempati fungsi yang penting
dalam kurikulum, karena memuat tugas-tugas yang perlu dikerjakan oleh
siswa dan guru. Karena itu, penyusunannya hendaknya berdasarkan analisa
tugas yang mengacu pada tujuan kurikulum dan berdasarkan perilaku awal
siswa. Dalam hubungan ini ada tiga alternative pendekatan yang dapat
digunakan, yakni:
1. Pendekatan yang berpusat pada mata pelajaran, di mana materi
pembelajaran terutama bersumber dari mata ajaran. Penyampaiannya
dilakukan melalui komunikasi antara guru dan siswa. Guru sebagai
penyampai pesan atau komunikator. Siswa sebagai penerima pesan.
2. Pendekatan yang berpusat pada siswa. Pembelajaran dilaksanakan
berdasarkan kebutuhan, minat dan kemampuan siswa. Dalam pendekatan
ini lebih banyak digunakan metode dalam rangka individualisasi
pembelajaran seperti belajar mandiri.
3. Pendekatan berorientasi pada kehidupan masyarakat. Pendekatan ini
bertujuan
mengintegrasikan
sekolah
dan
masyarakat
dan
untuk
memperbaiki kehidupan masyarakat. Prosedur yang ditempuh ialah
dengan mengundang masyarakat ke sekolah atau siswa berkunjung ke
masyarakat
B. Komponen Kurikulum
Ralph W. Tyler (dalam A. Herry dkk. 2003 : 1.14) menyajikan empat
langkah pengembangan dalam bentuk pertanyaan yang mendasar yang harus
dijawab, baik dalam mengembangkan suatu kurikulum maupun pembelajaran.
Adapun pertanyaan tersebut adalah :
1. What education purpose should the school seek to attain?
2. What education experiences can be provided that are likely to attain these
purpose?
3. How can these education experiences be effectively organized?
4. How can we determine wether these purpose are being attained?
Pertanyaan pertama hakikatnya merupakan arah dari suatu program atau
tujuan kurikulum, pertanyaan kedua berkenaan dengan isi atau bahan ajar yang
harus di berikan untuk mencapai tujuan, pertanyaan ketiga berkenaan dengan
strategi pelaksanaan, dan pertanyaan keempat berkenaan dengan evaluasi atau
penilaian pencapaian tujuan. Pertanyaan - pertanyaan tersebut menjadi komponen
utama yang harus dipenuhi dalam pengembangan suatu kurikulum, komponen ini
tidak berdiri sendiri akan tetapi saling mempengaruhi, berinteraksi dan
membentuk suatu sistem . Kaber (dalam A. Herry dkk 2003 : 1.15)
menggambarkan interelasi komponen - komponen kurikulum tersebut dalam
suatu siklus sebagai berikut :
Gambar : Komponen - komponen Kurikulum
S. Nasution (dalam A. Herry dkk 2003 : 1.15) menggambarkan proses
pengembangan kurikulum dimulai dari perumusan tujuan kurikulum, diikuti
oleh penentuan atau pemilihan bahan ajar, proses belajar mengajar, dan alat
penilaiannya. Proses tersebut digambarkan sebagai berikut:
Gambar : Proses pengembangan kurikulum
Menurut Nasution (dalam A. Herry dkk 2003 : 1.15) dalam praktiknya
semua unsur tersebut dipertimbangkan tanpa urutan yang pasti. Untuk lebih
memahami keempat kompotenen kurikulum tersebut berikut adalah uraian
dari keempat kompenen tersebut.
1. KOMPONEN TUJUAN
Ivor K. Davies (dalam A. Herry dkk 2003 : 1.16) mengemukakan
bahwa tujuan dalam suatu kurikulum akan menggambarkan kualitas
manusia yang diharapkan terbina dari suatu proses pendidikan.Dengan
demikian tujuan memberikan suatu petunjuk mengenai arah perubahan
yang di cita - citakan dari suatu kurikulum yang bersifat sesuatu yang
final. Tujuan yang jelas akan memberikan petunjuk yang jelas pula
terhadap pemilihan isi atau bahan ajar, strategi, media pembelajaran, dan
evaluasi. Bahkan dalam model yang lain tujuan merupakan suatu dasar,
arah dan patokan dalam menentukan komponen - komponen yang
lainnya.
Adapun ahli kurikulum yang memandang tujuan adalah suatu
proses namun kebanyakan para ahli memandang tujuan adalah suatu hasil
atau product. Menurut Gagne dan Briggs (dalam A. Herry dkk 2003 :
1.17) menyatakan bahwa tujuan merupakan suatu kapasitas yang dapat
dilakukan dalam waktu tidak lama setelah suatu kegiatan pendidikan
berlangsung bukan merupakan apa yang dialami siswa selama proses
pendidikan. Terlepas dari semua itu tujuan kurikulum harus disesuaikan
dengan tujuan dan tuntutan kebutuhan masyarakat serta di dasari falsafah
dan ideologi suatu negara.
Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional
dapat dilihat secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa :” Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Sumber
: http://www.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/10/UU20-2003Sisdiknas.pdf ). Tujuan umum tersebut dapat di capai dengan komponen
tujuan di bawahnya yang berfungsi sebagai tujuan perantara. Tujuan
tersebut
membentuk
suatu
hirarki
yang
saling
berkaitan
dan
mempengaruhi yang digambarkan sebagai berikut :
Gambar: Hirarki Tujuan Pendidikan
Pratt (dalam A. Herry dkk. 2003 : 1.19) mengemukakan tujuh
kriteria yang harus dipenuhi dalam merumuskan tujuan kurikulum
adalah seperti berikut:
Tujuan kurikulum harus menunjukan hasil belajar yang spesifik
dan dapat diamati
Tujuan harus konsisten dengan tujuan kurikulum, artinya, tujuan –
tujuan khusus itu dapat mewujudkan dan sejalan dengan tujuan
yang lebih umum.
Tujuan harus ditulis dengan tepat, bahasanya jelas sehingga dapat
memberikan gambaran yang jelas bagi para pelaksana kurikulum
Tujuan harus memperlihatkan kelayakan, artinya bahwa tujuan itu
bukanlah suatu standar yang mutlak melainkan harus dapat
disesuaikan dengan situasi
Tujuan harus fungsional, artinya tujuan itu menunjukan nilai guna
bagi para peserta didik dan masyarakat
Tujuan harus signifikan dalam arti bahwa tujuan itu dipilih
berdasarkan nilai yang diakui kepentingannya
Tujuan harus tepat dan serasi, terutama harus dilihat dari
kepentingan dan kemampuan peserta didik termasuk latar
belakang, minat, dan tingkat perkembangannya
2. KOMPONEN ISI / MATERI
Gambar : Buku Pegangan Siswa
Komponen kedua setelah tujuan adalah isi atau materi kurikulum.
Saylor dan Alexander (dalam A. Herry dkk 2003 : 1.20) mengemukakan
bahwa isi kurikulum itu meliputi fakta – fakta, observasi, data, persepsi,
penginderaan, pemecahan masalah, yang berasal dari pemikiran manusia dan
pengalaman yang diatur dan di organisasikan dalam bentuk gagasan, konsep,
generalisasi, prinsip – prinsip dan pemecahan masalah. Keterampilan ini
dibedakan menjadi dua katergori yaitu keterampilan fisik dan keterampilan
intelektual.
Sebenarnya sangat banyak pengetahuan, keterampilan dan nilai yang
perlu di berikan kepada siswa namun tidak mungkin semuanya dijadikan
sebagai kurikulum oleh sebab itu perlu diadakan pilihan – pilihan, maka
hakikat dari kurikulum adalah matter of choices (Nasution, 1987). Untuk
menentukan isi dari sebuah kurikulum perlu di tentuan kriteria tertentu untuk
memilih mana bahan yang sangat esensial untuk bahan kurikulum.
Zais (dalam A. Herry dkk 2003: 1.21) menentukan empat kriteria
dalam melakukan pemilihan isi / materi kurikulum, yaitu sebagai berikut :
Isi kurikulum memiliki tingkat kebermaknaan yang tinggi
Isi kurikulum bernilai guna bagi kehidupan
Isi kurikulum sesuai minat siswa
Isi kurikulum harus sesuai dengan perkembangan individu
Dalam mengkaji isi atau materi kurikulum ini, kita sering dihadapkan
pada masalah scope dan sequence. Scope atau ruang lingkup isi kurikulum
dimaksudkan untuk menyatakan keluasan dan kedalaman bahan, sedangan
sequence menyangkut urusan isi kurikulum. Menurut S. Nasution (dalam A.
Herry dkk 2013 : 1. 22)
pengurutan bahan kurikulum tersebut dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Urutan secara kronologis, yaitu menurut terjadinya suatu peristiwa
Urutan secara logis yang dilakukan menurut logika
Urutan bahan dari sederhana menuju yang lebih kompleks
Urutan bahan dari yang mudah menuju yang lebih sulit
Urutan bahan dari spesifik menuju yang lebih umum.
Urutan bahan berdasarkan psikologi unsur, yaitu dari bagian – bagian
kepada keseluruhan
Urutan bahan berdasarkan psikologi gestalt, yaitu dari keseluruhan menuju
bagian – bagian.
3. KOMPONEN STRATEGI PEMBELAJARAN
Gambar : Kegiatan Belajar Mengajar
Strategi pembelajaran sangat penting dikaji dalam studi tentang
kurikulum, baik secara makro maupun mikro. Strategi pembelajaran berkaitan
dengan cara atau sistem penyampaian isi kurikulum dalam rangka
penyampaian tujuan yang telah dirumuskan. Sujana (dalam A. Herry dkk 2003
: 1.23) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran pada hakikatnya adalah
tindakan nyata dari guru dalam melaksanakan pembelajaran melalui cara
tertentu yang dinilai lebih efektif dan lebih efisien.
Tinggi rendahnya kadar aktivitas belajar siswa banyak dipengaruhi
oleh strategi atau pendekatan mengajar yang digunakan. Richard Anderson
(dalam A. Herry dkk. 2003 : 1.23) mengajukan dua pendekatan yaitu
pendekatan yang berorientasi pada guru, dimana aktivitas guru dalam suatu
proses pembelajaran lebih dominan dibandingkan siswa. Pendekatan kedua
lebih berorientasi pada siswa yang merupakan kebalikan dari pendekatan
pertama dimana aktivitas siswa lebih dominan dalam aktivitas pembelajaran.
Sedangkan Massialas ( dalam A. Herry dkk. 2003 : 1.24) mengajukan dua
pendekatan, yaitu pendekatan ekspositori dan pendekatan inkuiri.
Sementara itu, Sudjana ( dalam A. Herry dkk 2003 : 1.24)
mengemukakan model CBSA yaitu model delikan (dengar - lihat - kerjakan),
model pemecahan masalah, model induktif, model deduktif, dan model
deduktif induktif. Apabila ditelaah lebih jauh hakikat dan isi dari setiap
strategi/pendekatan/model yang dikemukakan oleh para ahli tersebut dapat
dikelompokan ke dalam dua kutub strategi yang ekstrem yaitu strategi
berorientasi pada guru dan strategi yang berorientasi pada siswa.
4. KOMPONEN EVALUASI
Gambar : Kegiatan UN merupakan bagian dari evaluasi
Komponen evaluasi ini ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan tujuan yang telah ditentukan, serta menilai proses implementasi kurikulum
secara keseluruhan, termasuk juga menilai kegiatan evaluasi itu sendiri. Hasil
dari kegiatan evaluasi ini dapat dijadikan sebagai umpan balik untuk
mengadakan perbaikan dan penyempurnaan pengembangan komponen
kurikulum.
Ralph W. Tyler (dalam A. Herry dkk 2003 : 1.25) mengemukakan
bahwa proses evaluasi merupakan proses yang sangat esensial guna
mengetahui apakah tujuan scara nyata telah terealisasikan. Sementara itu,
Hilda Taba (dalam A. Herry dkk 2003 : 1.25) berpendapat bahwa secara
prinsipil yang menjadi fokus dari evaluasi ini adalah tingkatan di mana siswa
mencapai tujuan.
Perkembangan selanjutnya dari konsep evaluasi ini menurut Hasan
( dalan A. Herry dkk 2003 : 1.25) berpegang pada satu konsep dasar yaitu ada
pertimbangan, dengan pertimbangan ini dituntukan nilai dari sesuatu yang
sedang di evaluasikan. Konsep evaluasi kurikulum dapat dipandang secara
luas yaitu mencakup evaluasi terhadap seluruh komponen dan kegiatan
pendidikan tetapi dapat pula dibatasi scara sempit yang hanya ditekankan
pada hasil - hasil atau perilaku yang dicapai siswa.
Pada bagian lain Doll (dalam A. Herry dkk 2003 : 1.26) dua dimensi
yang harus ada dalam evaluasi kurikulum yaitu dimensi kuantitas dan dimensi
kualitas. Dimensi pertama berhubungan dengan berapa banyak program program yang dievaluasi sedangkan dimensi kedua berhubungan dengan
tujuan - tujuan apa yang disoroti dalam evaluasi dan bagaimana kualitas dari
pencapaian tujuan - tujuan tersebut. Adapun variabelnya mencakup
karakteristik siswa, apa yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran dan metode mengajar, materi pelajaran, ukuran kelas,
karakteristik siswa dan karakteristik guru.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Daftar Kepustakaan
kurikulum-pembelajaran-komponen.html?