Sambutan Rakerda 2012 oleh Ketua PTA Kendari

  

SAMBUTAN

KETUA PENGADILAN TINGGI AGAMA KENDARI

PADA RAKERDA PTA TAHUN 2012

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu Alaikum warahmatullahi wabarakatuh

  

Yang Saya hormati Bapak Dirjen Badilag, Mahkamah

Agung RI.

Yang Saya hormati Para Hakim Tinggi Pengadilan Timggi

Agama Kendari Yang Saya hormati Panitera Sekretaris PTA Kendari Yang Saya hormati Para Ketua PA Sewilayah PTA Kendari

Hadirin, Peserta Rakerda yang saya cintai dan

banggakan.

  Alhamdulillah segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat

Allah swt. atas rahmat dan hidayanya sehingga Kita dapat

berkumpul di tempat ini dalam rangka menyelenggarakan Rapat

Kerja Daerah Pengadilan Tinggi Agama Kendari beserta

Pengadilan Agama se-Wilayah Pengadilan Tinggi Agama Kendari.

Selain itu sebagai wadah silaturrahim untuk memperkuat ikatan

kekeluargaan keluarga besar peradilan agama di wilayah

Pengadilan Tinggi Agama Kendari, sebagai wadah

mempertemukan segala permasalahan yang di hadapi di daerah

masing-masing dan melalui Rakerda ini Kita dapat mengkaji

bersama serta menyatukan dalam satu persepsi. Rakerda kali ini

sangat begitu istimewa dengan kehadiran Bapak Dirjen yang di

  

tengah-tengah kesibukan, beliau telah berkenan meluangkan

waktu untuk hadir di tengah Kita yang tentunya merupakan

motivasi, kebanggaan dan kehormatan bagi Kami, untuk itu atas

perkenan beliau, atas nama Keluarga Besar Pengadilan Tinggi

Agama Kendari, menghaturkan selamat datang dan terima kasih

kepada bapak Dirjen.

  Bapak bapak,ibu ibu yang Saya hormati.

  Selanjutnya pada kesempatan yang baik ini, Saya ingin

mengajak Bapak-bapak dan Ibu-Ibu untuk merefresh ingatan

Kita kembali pada suatu komitmen, yaitu komitmen yang telah

Kita letakkan bersama bahwa “Dengan semangat perubahan,

memperkokoh landasan menuju lembaga peradilan yang agung”.

Dan untuk mewujudkan komitmen Kita, minimal diperlukan dua

prasyarat utama yaitu adanya kemauan dan semangat. Karena

sebagus apapun komitmen Kita tanpa didukung oleh kemauan

dan semangat, maka komitmen Kita hanya akan sebatas wacana

saja serta gerbong yang paling mempercepat terwujudnya suatu

komitmen adalah perubahan serta kendaraan yang paling cepat

untuk mengangkut gerbong perubahan adalah bekerja keras

untuk menunjukkan kinerja yang terukur sesuai standar.

  Adalah hal yang sangat menggembirakan dan patut

dibanggakan bahwa lembaga peradilan sekarang ini, dalam

perjalanan menuju lembaga peradilan yang agung, telah

menunjukkan komitmen yang kuat untuk berubah sesuai arah

reformasi birokrasi. Lembaga peradilan telah diwarnai oleh

semangat untuk melakukan perubahan yang diawali dengan

  

menyebarnya berbagai inisiatif perubahan ke seluruh tingkat

peradilan, dari tingkat Mahkamah Agung, tingkat banding, hingga

tingkat pertama yang menjadi agen-agen perubahan (Agents of

change) yang sangat memberikan dampak positif terhadap

pengadilan secara kelembagaan.

  Bapak bapak,ibu ibu yang Saya mulyakan Di tengah upaya lembaga peradilan melakukan perubahan,

pada saat itu juga lembaga peradilan tengah menghadapi

berbagai tantangan, peluang sekaligus hambatan.

Bertambahnya jumlah perkara yang masuk dan sangat beragam

yang tentunya memerlukan penanganan dan penyelesaian dari

aparat peradilan secara profesional yang dapat memberi rasa

keadilan kepada masyarakat adalah tantangan bagi Kita semua

aparat peradilan. Keterbukaan informasi peradilan yang harus

merespons secara cepat dan profesional oleh aparatur pengadilan

adalah peluang dalam meraih kepercayaan publik sebagai salah

satu lembaga pelayanan publik sekaligus sebagai pencitraan

yang baik akan wajah peradilan. Sementara hambatan yang

dihadapi adalah masih adanya paradigma lama yang selalu

menganggap bahwa yang menjadi agen perubahan cukup

terwakili yang muda-muda saja, yang tua-tua tidak perlu lagi

karena sudah menjelang usia pensiun, jadi tidak perlu belajar

komputer apalagi IT.

  Sebagai salah satu tujuan penting program reformasi

birokrasi, lembaga peradilan, khusus untuk peradilan agama,

upaya pemberdayaan hakim tinggi yang digiatkan oleh Ditjen

Badilag dan Bapak Dirjen sebagai motor penggeraknya adalah

bukti nyata ke arah perubahan. Selama ini image yang melekat

pada jabatan hakim tinggi yaitu “sebagai tempat parkir

menjelang usia pensiun” yang sedikit menggoyangkan wibawa

peradilan tentunya dapat ditepis. Oleh karena itu, dengan adanya

program pemberdayaan ini, diharapkan agar para hakim tinggi

dapat menata diri dengan memperkuat Sumber Daya Manusia

masing-masing dan di tingkat pertama harus menyesuaikan

dengan program tersebut. Namun yang terpenting adalah bahwa

dalam konteks penanganan perkara penting kiranya bagi seluruh

para aparatur peradilan yang dimulai dari pimpinan, hakim,

panitera hingga staf pendukung lainnya untuk memiliki standar

kerja yang jelas, mempunyai kode etik dan perilaku yang akan

mengatur dan mengawal kinerja pengadilan.

  Bapak-Bapak, Ibu-Ibu yang Saya hormati Reformasi birokrasi lembaga peradilan dilakukan pada

sembilan fokus program yang sesuai dengan panduan

pelaksanaan reformasi birokrasi yang telah ditetapkan oleh

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara yaitu :

  1. Penataan dan penguatan organisasi

  2. Penataan tata laksana

  3. Penataan manajemen Sumber Daya Manusia Aparatur

  4. Penguatan pengawasan intern

  5. Penguatan akuntabilitas kinerja

  6. Peningkatan kualitas pelayanan publik

  7. Mekanisme monitoring

  8. Evaluasi dan pelaporan

  9. Manajemen perubahan serta penataan Perundang- undangan.

  Kesemuanya itu mencakup aspek administrasi dan

penanganan perkara maupun aspek organisasi secara umum.

Oleh karena itu dalam upaya reformasi birokrasi dan

peningkatan profesionalisme tersebut, penting bagi Kita semua

untuk untuk terus menerus melakukan optimalisasi peran

aparatur dan birokrasi lembaga peradilan dalam memberikan

keadilan bagi masyarakat luas dengan menkoneksikan dengan

anggaran yang tersedia sesuai alokasi penggunaan maupun

pertanggungjawabannya.

  Untuk itu aparatur dan birokrasi peradilan perlu memastikan

optimalisasi anggaran tersebut dengan sasaran yang jelas,

capaian hasil yang nyata, sesuai ukuran standar baku kinerja

sehingga tidak overlopping atau tumpang tindih, akuntabel

dan jelas tata kelolanya. Ini yang sangat penting untuk dipahami

bersama utamanya bagi setiap pelaku-pelaku tata kelola

anggaran di dalam satuan kerja masing-masing agar lebih

terencana dan matang.

  Bapak-bapak /Ibu-Ibu yang Saya hormati.

  Adapun Program prioritas reformasi birokrasi khusus di lingkungan peradilan agama, meliputi :

  1. Program penyelesaian perkara

  2. Program manajemen Sumber Daya Manusia

  3. Program pengelolaan website

  4. Program pelayanan publik dan meja informasi di pengadilan

  5. Program implementasi SIADPA Plus

  6. Program justice for all (prodeo, sidkel dan pos bakhum) 7. Pengawasan.

  Sebagai aparat peradilan agama tentunya diharapkan agar

dapat mengantisipasi ke 7 program prioritas tersebut,

memahami dengan cerdas dan lagi-lagi dengan kerja keras.

Karena bukan lembaga yang dituntut tetapi person to person

aparat baik pimpinan, hakim, panitera dan seluruh pejabat dan

staf pengadilan agar mengetahui dan mampu bekerja secara

maksimal untuk mengawal program prioritas tersebut sesuai

kemampuan dan anggaran yang tersedia yang telah

dicanangkan masing-masing satuan kerja.

  Bapak-bapak/ibu-ibu yang Saya mulyakan Untuk itu, marilah Kita memannfaatkan pertemuan Rakerda

ini untuk saling asah, asuh dan asih dengan semangat

perubahan karena nasib suatu kaum akan berubah jika kaum itu

sendiri yang merubahnya. Pelaksanaan kinerja sebagai agen

perubahan senantiasa harus dibarengi pembinaan dan

pengawasan yang suistenable (berkelanjutan) dan tidak

bertendensi mencari kesalahan-kesalahan.

  Oleh karena itu Kami mengharapkan ke depan pembinaan

dan pengawasan lebih banyak mengembangkan mekanisme

  

preventif (pencegahan) dari pada akuratif (penyembuhan)

sehingga disclaimer dapat diantisipasi dan dideteksi secara dini.

Upaya-upaya yang telah dilakukan saat ini telah berjalan dengan

efektif harusnya dilanjutkan dan ditingkatkan. Dan pada akhirnya

peran dari pengadilan tingkat banding sebagai kawal depan

menjadi sangat penting secara hiraki utamanya para hakim tinggi

sebagai ujung tombak dalam melakukan pengawasan kepada

pengadilan tingkat pertama.

  Dan saya berharap dalam Rakerda ini Kita mampu

merumuskan sesuatu yang terbaik, ide-ide, bentuk-bentuk dan

langkah-langkah yang efektif dalam mengkonstruksi wajah

jajaran pengadilan agama sebagai icon perubahan Mahkamah

Agung dalam mewujudkan cita-cita “MEWUJUDKAN BADAN

PERADILAN YANG AGUNG”. Kepada para peserta Saya ucapkan

selamat mengikuti Rakerda ini dan kepada Bapak Dirjen Kami

mohon perkenannya untuk memberikan sambutan dan arahan-

arahan sekaligus membuka Rakerda ini secara resmi. Terima

kasih atas segala perhatian Mohon Maaf atas segala kekurangan,

Wassalamu Alaikum WR. WB.

  Kendari, 22 Maret 2012 Drs. H. M. Djufri Ahmad, S.H., M.H.

  

PEMBERDAYAAN PENGADILAN TINGGI AGAMA SEBAGAI

KAWAL DEPAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

  Pemberdayaan Pengadilan Tinggi Agama sebagai kawal depan Mahkamah Agung Republik Indonesia pada hakekatnya adalah pemeberdayaan Potensi Personal dan aparatur Pengadilan Tinggi Agama sebagai pelaku/pelaksana bukan lembaganya, Olehnya itu seluruh potensi yang dimiliki diharapkan Pimpinan, Hakim Tinggi, Pejabat Kepaniteraan , Pejabat Kesekretariatan, Pejabat Struktural /Fungsional dan seluruh staff harus memahami dan mengetahui apa harus yang akan dikerjakan dan yang paling utama bagaimana Hakim Tinggi dapat diberdayakan sebagai kawal depan untuk menjembatani, mengontrol dari pelaksanaan kerja Pengadilan Tingkat Pertama, dan di samping itu menjadi pelaksana pembaharu reformasi (agen of Cange). Olehnya itu di dalam forum ini kami ingin memberikan pemahaman kembali dan mengingatkan “pelaksanaan program-program proritas reformasi birokrasi di lingkungan Pengadilan Agama” sebagai akibat dari pada birokrasi reformasi secara nasional di mana Hakim Tinggi diharapkan menjadi ujung tombak dan menjadikannya sebagai kultur kinerja di dalam langkah ke depan mewujudkan fisi dan misi Mahkamah Agung yang Agung sebaga berikut: 1. Program Penyelesaian Perkara.

  Tugas pokok kita berwenang menerima, memeriksa dan menyelesaikan perkara- perkara tertentu di bidang perkawinan, waris wasiat, hibah, wakaf, zakat, infak, shodakah dan ekonomi syariah. Perkara yang masuk di Pengadilan Agama cenderung meningkat dari tahun ke tahun dan penyebabnya kemungkinan pertama karena kesadaran hukum masyarakat dan kedua karena meningkatnya kepercayaan masyarakat kepada lembaga Peradilan Agama. Dan jumlah ini juga mengakibatkan jumlah sisa perkara yang makin menumpuk dan upaya untuk mengurangi jumlah tunggakan perkara dengan mengaktifkan dan mensosialisasikan penggunaan Program aplikasi SIADPA Plus bagi pimpinan pengadilan, Hakim, tenaga kepaniteraan maupun para administrator SIADPA Plus.

  Hambatan yang paling harus diperhatikan dalam upaya peningkatan penyelesaian jumlah perkara di Pengadilan adalah penataan kembali penempatan dan penyebaran aparat non Hakim di satker-satker yang lebih professional dan untuk memanfaatkan Tegnologi Informasi sekaligus dituntut bagi semua Hakim Tinggi, dan Kepaniteraan untuk menguasai penggunaan Teknologi Informasi..

  2. Program Manajemen Sumber Daya Manusia

  Berdasarkan data di Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama bahwa jumlah pegawai Peradilan Agama sebanyak 11.856 orang yang terdiri tenaga teknis 8.029 dan tenaga non teknis sebanyak 3.827 orang. Tenaga Teknis terdiri dari Hakim, 3.645, kepaniteraan 3.257 orang dan kejurusitaan 1.127 orang.

  Dalam mengelola Sumber Daya Manusia tersebut yang tersebar di 372 satker dengan rincian sebagai berikut, Ketua terdiri dari 354 orang, wakil ketua 352 orang, Hakim 2.936 orang, Hakim yustisial 1 orang, pansek 366 orang, wapan 362 orang, panmud 949 orang, Panitera Pengganti 1.580 orang, jurusita 264 orang, jurusita pengganti 863 orang, wasek 333 orang, kasubag 905 orang, fungsional kesekretariatan 60 orang dan staf 2.529 orang jumlah seluruhnya 11.856 orang. Untuk mengelola hal ini, maka Dirjen Badilag telah membangun sebuah aplikasi berbasis tegnologi Informasi yaitu SIMPEG dan dikembangkan sebagai penganti dari system informasi kepegawaian manual dalam mewujudkan pelayanan prima di bidang Manajemen Sumber Daya Manusia. Dalam perkembangan selanjutnya Dirjen Badilag telah mengembangkan SIMPEG kearah yang lebih maju dengan membuat Aplikasi Sistim informasi Manajemen Kepegawaian SINGKEP berbasis Web pada tahun 2011 dengan alamat http://Simpeg. Badilag.Web/Singkep Bahwa dengan aplikasi SINGKEP ini dengan mudah kita dapat . mengakses data pribadi kita via internet di mana dan kapan saja selama terhubungan dengan koneksi internet.

  3. Program Pengelolaan Webside

  Perkembangan webside yang pada mulanya hanya sebagai media informatif dengan alamat Kemudian menjadi media interaktif dan komunikatif. Sebagai contoh pemuatan jadwal sidang, pengaduan, publikasi putusan transparansi anggaran dan lain-lain yang semuanya bermuara kepada keterbukaan informasi peradilan sebagaimana yang telah diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2006 tentang Keterbukaan Infomasi Publik dan SK.KMA Nomor 1-144 Tahun 2011.

  Melalui sosialisasi dan orientasi tentang system informasi selama ini (2088- 2010) Ditjen Badilag telah menggalakkan Webside dan untuk Msy. Aceh/PTA dan Msy.Aceh/PA se Indonesia yang telah mencapai 100 % yang memiliki webside pada tahun 2010. Dirjen Badilag juga telah memberikan penghargaan / a word kepada 5 Msy/ PTA terbaik tingkat Nasional yaitu PTA Jogyakarta, PTA Surabaya, PTA Ambon, PTA Banjarmasin dan PTA Kendari dan kepada Msy/PA yaitu: PA Bantul, PA Jogyakarta, PA Sleman, PA Cianjur dan PA Wates. Kemudian Msy/PA yang terbaik ditingkat wilayah Msy Aceh/PTA dalam pengelolaan websidenya juga diberikan Webside a word sebanyak 29 PA termasuk di dalamnya PA Unaaha.

  Kebutuhan publik akan informasi Peradilan Agama menuntut peningkatan kuantitas dan kualitas informasi yang disajikan, olehnya itu Ditjen Badilag telah menyikapi dengan langkah-langkah yang positif.

4. Program Pelayanan Publik dan Meja Informasi di Pengadilan

  Peningkatan pelayanan publik dalam hal ini, pelayanan hukum (legal Service) sering kali mendapat penilaian negative dari media, publik masih menghendaki peningkatan pelayanan khususnya menyangkut pelayanan administrasi, publikasi putusan dan integritas/profesionalitas aparatur peradilan. Pelayanan publik dan meja informasi (Informasional Desk) merupakan salah satu implementasinya, di mana salah satu nilai dasarnya adalah keterbukaan pengadilan (transparansi). Keterbukaan informasi adalah salah komitmen Mahkamah Agung RI dengan membuktikan dengan Surat Keputusan Nomor 144/KMA/SK/III tahun 2007 tentang keterbukaan informasi di Pengadilan. Kemudian SK Penyempurnaan terakhir dari Ketua Mahkamah Agung RI Nomor 1.-144/KMA/SK/I/2011 tentang Pedoman Pelayanan Informasi di Pengadilan. Ditjen Badan Peradilan Agama sebagai institusi di bawah Mahkamah Agung RI melakukan pembinaan terhadap Peradilan Agama, memiliki komitmen penuh untuk mengimplementasikan pelayanan publik dan transparansi peradilan dengan melakukan sosialisasi, bimbingan dan monitoring dan terakhir surat Dirjen Badilag nomor: 0017/03.A/SK/VII/2011 tentang Pedoman Pelayanan Meja Informasi di lingkungan Peradilan Agama dengan tujuan untuk memberi pelayanan yang terbaik terhadap para pencari keadilan, yang secara tidak langsung membatasi hubungan antara aparat dan pencari keadilan dan penghindaran terhadap hubungan yang tidak proporsional dan meminimalisir tindakan penyelewengan aparat Peradilan Agama. Dalam hal ini telah disosialisasikan keseluruh Peradilan Agama dan memonitor secara langsung bahkan Ditjen Badilag berencana mengadakan penilaian dan memberikan pengharagaan terhadap lembaga Peradilan Agama yang memberikan pelayanan terbaik kepada publik melalui program “Publik Sivice a Word”.

5. Program Implementasi SIADPA

  Untuk pemanfaatan Tegnologi Infomarasi pada proses administrasi Peradilan di Pengadilan Agama, Ditjen Badilag telah membuat suatu aplikasi yang diberi nama aplikasi SIADPA (System Administrasi Perkara Pengadilan Agama) dan SIADPTA (Sistem Administrasi Pengadilan Tinggi Agama).

  Pembuatan aplikasi sangat membantu mempermudah penyelesaian perkara di mana jumlah tenaga pelaksana administrasi yang makin berkurang seiring bertambahnya serta meningkatnya jumlah perkara yang masuk dan harus diselesaikan secara cepat dan tepat waktu. Di sisi lain aplikasi SIADPA diyakini mampu mengoptimalkan penerapan POLA BINDALMIN yang secara manual dengan penerapan SIADPA melalui tegnologi informasi dalam menunjang tugas pokok. SIADPA di lingkungan Pengadilan Agama telah mendapatkan payung hukum dengan diterbitkannya Pedoman Pelaksanaan Administrasi Peradilan Agama, Buku II Edisi Revisi tahun 2010 yang menegaskan bahwa aplikasi SIADPA menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam pelaksanaan tugas Administrasi Peradilan Agama.

  Aplikasi SIADPA sebagai suatu system manajemen perkara telah dirasakan manfaatnya di bidang administrasi peradilan. Pengolahan dokumen perkara dilakukan dengan lebih cepat, efektif dan efesien sehingga pelayanan kepada masyarakat pencari keadilan bisa lebih ditingkatkan dan pengembangan aplikasi SIADPA diarahkan untuk terciptanya tata kerja di bidang keperkaraan yang lebih modern dalam rangka memberikan pelayanan prima kepada masykarakat.

6. Program “Justice for All” Yaitu perkara Prodeo, sidang keliling dan Pos Bantuan Hukum (POSBAKUM).

  Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman pada pasal 56 dan pasal 60 b. Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama menyebutkan bahwa setiap orang yang tersangkut perkara berhak memperoleh bantuan hukum dan Negara menanggung biaya perkara bagi pencari keadilan yang tidak mampu. Pasal 57 UU Nomor 48 Tahun 2008 dan pasal 60 c UU Nomor 50 tahun 2009 mengatur bahwa disetiap pengadilan di bentuk POSBAKUM untuk pencari keadilan yang tidak mampu dalam memperoleh bantuan hukum dan selanjutnya disebutkan bahwa bantuan hukum tersebut diberikan secara cuma-cuma pada semua tingkat peradilan sampai putusan tersebut Memperoleh Kekuatan Hukum Tetap.

  Di Peradilan Agama Sidang Keliling dan perkara prodeo telah lama dilaksanakan akan tetapi Posbakum baru dilaksanakan pada tahun 2011 setelah keluarnya SEMA Nomor 10 Tahun 2010 tentang Pedoman Bantuan Hukum walaupun masih banyak mengalami kendala terutama dalam pelaporan Gate Way Mahkamah Agung RI. Sistem ini digunakan untuk melakukan pelaporan penerimaan perkara dan penggunaan biayanya, dan selain itu juga untuk melaporkan besaran dan penyerapan anggaran Prodeo, Sidkel dan Posbakum.

  Aplikasi SMS Gate Way sudah berjalan dengan baik hanya dalam perkembangannya mengalami perubahan untuk memenuhi kebutuhan data yang lebih banyak, hanya saja dalam aplikasi yang baru ini terdapat hambatan pada akses in-put dan out-putnya. Antara out-put data aplikasi dan out-put data manual berbeda, hal ini disebabkan oleh in-put data yang dilakukan oleh masing-masing satker kemungkin tidak sesuai kenyataannya, oleh karena itu harus melakukan kross cek data aplikasi dengan manual ke Pengadilan Tingkat Banding dan memakan waktu yang lama.

7. Pengawasan

  Tugas pengawasan adalah menjadi tugas pokok Badan Pengawasan MARI, pengawasan meliputi tugas-tugas pemeriksaan teknis peradilan, pemeriksaan administrasi peradilan dan pemeriksaan administrasi umum. Dalam melakukan pengawasan internal di lingkungan peradilan mencakup dua jenis, yaitu: pengawasan melekat dan rutin regular.

  Pengawasan melekat meliputi kegiatan yang bersifat pengendalian yang terus menerus dilakukan oleh atasan langsung terhadap bawahannya secara prefentif dan refresif sedangkan pengawasan rutin dilakukan oleh Badan Pengawas Mahkamah Agung RI. Ketua tingkat pertama dan Ketua Pengadilan Banding sebagai pengawas tercantum Surat Keputusan MARI Nomor KMA/096/SK/K/2006 tentang tanggung jawab Ketua Pengadilan Tingkat Banding dan Ketua Pengadilan Tingkat Pertama dalam melaksanakan tugas pengawasan .

  Dirjen Badilag, khusus Direktorat Pembinaan Tenaga Teknis Peradilan Agama sebagai Pembina Tenaga Teknis, ikut serta menerima pengaduan-pengaduan masyarakat, penanganan pengaduan adalah rangkaian proses penanganan atas pengaduan yang ditujukan terhadap instansi atas pelayanan publik, atau tingkah laku aparat peradilan. Dan yang menjadi kendala adalah kurangnya perhatian para pimpinan pengadilan untuk mendata pengaduan dan menindaklanjuti dan mempublikasikannya pada webside sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku.

PEMBERDAYAAN HAKIM TINGGI

  Apa yang telah diuraikan terdahulu adalah keharusan bagi Hakim Tinggi untuk menguasai dan memahaminya sebagai alat panduan dalam melakukan tugas tugas baik sebagai Hakim Tinggi sekaligus melaksanakan melaksanakan tugas pokok sebagai Hakim Peradilan Tingkat Banding, olehnya itu sebagai Hakim Tinggi, pembinaan dan Pengawasan Daerah (HATIBINWASDA) dan Hakim Tinggi Pembinaan dan Pengawas Bidang (HATIBINWASBID).

  Hakim Tinggi yang mempunyai tugas utama menangani perkara Banding harus diikutsertakan dalam pembinaan Pengadilan Agama di Wilayah Pengadilan Tinggi Agama, olehnya itu para Hakim Tinggi harus menjadi (Think-Thank) pemikir-pemikir, di samping itu pula para Hakim Tinggi harus menjadi Pembina yang langsung memberikan bimbingan, arahan dan pengawasan berkaitan dengan jalannya pengadilan dan kualitas SDM di Pengadilan Agama.

  Diharapkan kedepan para Hakim Tinggi sudah lebih menguasai hukum acara/ hukum materil, system penggunaan IT dan memudahkan untuk menangani permasalahan lebih cepat dan tepat. Di beberapa Pengadilan Tinggi Agama termasuk PTA Kendari jumlah Hakim Tinggi lebih banyak dari perkara banding yang masuk, untuk tahun 2011 perkara banding hanya 30 perkara dan jumlah Hakim Tinggi 15 orang ditambah 2 orang pimpinan (Ketua dan Wakil Ketua). Olehnya itu suatu kebijakan yang ditempuh oleh PTA Kendari, mengisi waktu yang banyak itu dengan menciptakan lapangan tugas dengan pembinaan-pembinaan yang terdiri dari: Diskusi Hukum Acara, Pelatihan Penggunaan IT, Diskusi Hukum Materil tentang isu-isu terkini yang timbul di masyarakat dalam masalah hukum dan mencari bentuk pola pengawasan yang lebih akurat dalam melaksanakan tugasnya.

  Di samping itu pengangkatan Hakim Tinggi masih kurang selektif sebagaimana yang dikehendaki oleh Undang-Undang di samping belum adanya kejelasan fungsi dan pembagian tugas Ketua, Wakil Ketua dan Hakim Tinggi dalam pelaksanaan pembinaan dan pengawasan, hal ini harus direspon dengan segera untuk menyamakan persepsi dalam mengantisipasi pelaksanaan pembinaan dan pengawasan yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Kemudian posisi Hakim Tinggi dikesankan sebagai jabatan yang kurang bergensi dan tidak diminati, seorang lebih memilih menjadi ketua Pengadilan Agama dari pada menjadi Hakim Tinggi, bahkan ketua PA ada yang menolak untuk dihakim Tinggikan karena merasa kehilangan, jabatan (structural), kehilangan kekuasaan bahkan mungkin merasa kehilangan pendapatan. Di samping itu mungkin pula merasa kehilangan prestise alias gensi, sekali lagi itu dulu dan sekarang system kepegawaian, penggajian dan pembinaan karir kini sudah jelas. Hakim Tinggi lebih Tinggi dari Ketua Pengadilan Agama dari segi jabatan dan hal tersebut sudah ada aturan main untuk itu.

  Jadi untuk meningkatkan fungsi dan peran Hakim Tinggi dalam melakukan pembinaan dan pengawasan tidak selalu tergantung dengan anggaran dan kebijakan yang rutin saja tetapi dengan penggunaan teknologi informasi yang kini sudah terpasang di hadapan kita, dapat dimanfaatkan untuk peningkatan fungsi Hakim Tinggi dalam melakukan pembinaan ke bawah, pembinaan ke daerah tidak harus selalu bertemu secara fisik termasuk dalam pembinaan pengembangan webside SIADPA, SINPEG, penilaian terhadap materi putusan, transparansi, system pelaporan dan lain-lainnya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi informasi jarak jauh dunia maya. Hal lain yang perlu kita manfaatkan adalah waktu yang sangat banyak dipunyai Hakim Tinggi dengan melihat jumlah perkara banding yang masuk dengan perbandingan jumlah Hakim Tinggi itu sendiri, betapa para Hakim Tinggi banyak mempunyai waktu untuk melakukan hal-hal yang positif, seperti kajian, orientasi, sosialisasi dan pembinaan. Olehnya itu sangatlah tepat jika peran peningkatan Hakim Tinggi dalam melakukan pembinaan di Pengadilan Agama harus ditingkatkan dan semuanya dapat berhasil dengan baik kalau kita punya tekad (komitmen) dan inilah yang sangat mendukung apalagi kalau ini datangnya dari pimpinan sebagai Top Leader organisasi. Dan untuk terciptanya pola dan pengawasan yang baru akan disampaikan secara mendetail oleh Wakil Ketua Pengadilan Tinggi Agama Kendari sebagai masukan dalam RAKERDA ini, lebih dan kurangnya diucapkan Terima Kasih.

  Wassalam Kendari, 29 Maret 2012