TENTANG JAGONGAN MEDIA RAKYAT
PENGANTAR
Hari ini kita hidup di masa ketika teknologi informasi dan komunikasi menjadi kian massif. Para pemikir sosial menilai perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa perubahan besar di masyarakat. Hampir setiap sendi kehidupan kita dipengaruhi oleh perubahan itu.
Internet dan kemunculan media baru telah menghubungkan semua orang dengan menerabas batas-batas yang dulu ada. Kini semua orang memiliki peluang yang lebih besar untuk mengakses maupun berbagi informasi. Kondisi ini memungkinkan individu maupun komunitas di wilayah-wilayah yang berjauhan untuk saling berkomunikasi, berbagi pengalaman, dan bersolidaritas. Manuel Castells (2000) menyebut fenomena ini sebagai masyarakat jaringan. Dan di dalam jaringan itulah saat ini kekuasaan itu berada.
Tentu saja, dalam setiap perubahan tidak hanya ada peluang namun juga tantangan. Tepat dalam konteks itulah Jagongan Media Rakyat atau JMR tahun ini digelar. Kali ini, JMR mengangkat tema besar “Menganyam Inisiatif Komunitas”. Tema ini diangkat sebagai wujud apresiasi bagi segenap komunitas yang telah berkreasi dan menyiasati segala keterbatasannya hingga menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain maupun kelestarian lingkungan, dengan memaksimalkan peluang dari akses informasi yang kian terbuka.
Melalui tema tersebut, JMR ingin menjadi ruang antara yang mempertemukan berbagai komunitas dengan inisiatifnya. Di ruang itulah masing-masing komunitas bisa saling berbagi pengalaman dalam merespons peluang dan tantangan yang ada, untuk kemudian saling menghubungkan diri menjadi bagian dari sebuah jaringan yang berselang-seling menganyam tujuan bersama. Tema “Menganyam Inisiatif Komunitas” akan dikupas dalam tiga kategori pembahasan, yakni inovasi, literasi dan advokasi. Melalui tiga kategori ini, JMR diharapkan bisa menghadirkan beragam sisi dampak dari perubahan, termasuk cara komunitas merespons dampak tersebut, secara lebih utuh.
Pada 2016 ini, JMR diselenggarakan untuk yang ke empat kalinya. Kegiatan ini pertama kali digagas pada 2010 dan kemudian menjadi kegiatan rutin dua tahunan. Sejak awal, JMR memang dirancang sebagai ruang untuk memertemukan kelompok-kelompok masyarakat yang secara umum memerjuangkan kepentingan komunitas, maupun secara khusus bergelut di bidang tata kelola informasi—termasuk di dalamnya media komunitas.
JMR diharapkan bisa menjadi tempat mengartikulasikan aspirasi yang berujung pada gerakan bersama untuk mendorong perbaikan di sektor media dan tata kelola informasi yang lebih berpihak kepada rakyat.
TENTANG JAGONGAN MEDIA RAKYAT
Jagongan Media Rakyat (JMR) 2016 adalah gelaran yang diinisiasi oleh COMBINE Resource Institution. Acara yang digelar setiap dua tahun sekali ini sudah menapaki gelaran keempatnya sejak 2010. JMR merupakan ruang pertemuan berbagai pihak untuk membahas isu¬-isu sosial kemasyarakatan dengan informasi sebagai mediumnya. Dengan semangat bwerkumpul, berbagi, bergerak, para partisipan diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perubahan sosial yang lebih baik.
Pada gelaran terakhir, 2014, yang dihelat di Jogja National Museum (JNM), JMR telah melibatkan 30 lembaga dan komunitas, menghadirkan 51 diskusi dan workshop, 34 diskusi dan pemutaran film. Selama empat hari, 2500¬-an pengunjung turut berpartisipasi dalam gelaran tersebut.
Tahun ini, JMR akan menyuguhkan 25 isu bahasan yang diklasifikasi ke dalam 3 klaster, yakni inovasi, advokasi dan literasi. Adapun isu yang akan diangkat adalah, Inovasi: perkotaan, kebencanaan, ekonomi kreatif dan teknologi informasi; Advokasi: desa, lingkungan, heritage, hukum & HAM, maritim, pertanian, masyarakat adat, perlindungan anak, difabel dan kesehatan; Literasi: jurnalisme, ekonomi mandiri, literasi media, media baru, seni & aktivisme sosial dan penerbitan independen. Topik-topik tersebut terbuka bagi siapa pun; pegiat lembaga non-pemerintah, akademisi, mahasiswa, komunitas, maupun individu¬- individu yang tertarik dengan isu terkait.
Sabtu, 23 April 2016
“Menjelajahi Inisiatif, Menganyam Kemandirian Komunitas”, adalah tema yang dipilih sebagai gaung JMR 2016. Judul ini dipilih sebagai respons atas ragam inisiatif yang muncul selama dekade terakhir di penjuru Nusantara. Indonesia sebagai negeri yang kaya akan sumberdaya alam dan manusia, terus berkembang seiring arus perubahan di tingkatan global. Ada banyak inisiatif yang muncul dari banyak aktor. Tidak sedikit dari inisiatif tersebut muncul dari orang yang dianggap biasa saja namun menelurkan ide brilian. Rembug Prakarsa ini akan menjadi artikulasi rangkaian acara JMR 2016. Di sinilah semangat perubahan dan ide-ide menyoal masa depan Indonesia sebagai bangsa, akan didiskusikan atau bahkan diperdebatkan.
Moderator :
Imung Yuniardi (CRI)
Narasumber:
Dandhy Dwi Laksono (Jurnalis Video, Ekspedisi Indonesia Biru, Pendiri WatchDoc- Jakarta) M. Hatta (Radio Komunitas MGM FM Borobudur, Magelang) Mila Roshinta (Penari tradisi, koreografer profesional-Yogyakarta) John Bamba (Credit Union Gemalaq Kemisiq Kalimantan Barat)
Penyelenggara:
Combine Resource Institution www.combine.or.id, www.jmr2016@combine.or.id
Kontak Penyelenggara:
jmr2016@combine.or.id office@combine.or.id
D
I & S K L U O S K
I A K A R Y A
Perkotaan
▶
Kamis, 21 April 2016
“Penataan kawasan permukiman padat bantaran sungai berbasis masyarakat skala kota: Partisipasi warga dalam penataan” Warga adalah pelaku utama perubahan di lingkungan hidup mereka.
Partisipasi warga secara mandiri dalam penataan permukiman padat menjadi semangat untuk diimplementasikan dengan program pemerintah dalam skala kota. Beberapa keberhasilan advokasi masyarakat dalam program pemerintah menjadi salah satu bahasan dalam diskusi ini dengan menghadirkan PU Sleman dan Solo yang telah bekerja sama merencanakan dan merancang permukiman warga secara partisipatif.
Moderator
Arkom Jogja
Narasumber
Paguyuban Kalijawi PU Sleman (*dalam konfirmasi) PU Solo (*dalam konfirmasi)
Penyelenggara
Aristek Komunitas (Arkom) Jogja
Kontak Penyelenggara
http://arkom.or.id/ @arkomjogja
Kebencanaan
▶
Sabtu, 23 April 2016
“Integrasi Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dalam UU Desa”
Undang-Undang Desa no 6 Tahun 2014 merupakan kebijakan negara yang akan memberikan peluang bagi masyarakat di tingkat desa untuk melakukan pembangunan desa tanpa harus bergantung pada hasil musrenbang di tingkat kabupaten. Akan terdapat peluang besar bagi masyarakat desa untuk menyasar kebutuhan pembangunan di tingkat desa termasuk upaya Pengurangan Risiko Bencana (PRB) serta menyasar kebutuhan kelompok rentan yang selama ini belum menjadi prioritas dalam pembangunan, yaitu penyandang disabilitas, lansia, kelompok miskin dan kelompok perempuan. Penyelenggaraan pembangunan desa dilakukan dengan mengedepankan kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan guna mewujudkan pengarusutamaan perdamaian dan keadilan sosial. Dialog interaktif antara pelaku aktif pembangunan akan diselenggarakan dalam kegiatan Nasional 2 tahunan Jagongan Media Rakyat (JMR) di Jogja Nasional Museum. Dialog akan membahas praktek-praktek yang sudah dilakukan oleh masyarakat di tingkat lokal dalam mengelola dana desa untuk menyasar upaya pengurangan risiko bencana serta kebutuhan-kebutuhan kelompok rentan. Selain perencanaan dan penyelenggaraan pembangunan, juga penting untuk melakukan monitoring dan evaluasi yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat sipil. Diperlukan mekanisme yang jelas serta kebijakan yang dapat mengatur monitoring dan evaluasi tersebut. Oleh karena itu usulan masyarakat sipil mengenai monitoring dan evaluasi akan dijaring dalam kampanye yang juga diselenggarakan di JMR.
Fasilitator
Pengurus Forum PRB DIY
Narasumber
IDEA Difable Person Organisation (DPO) Kecamatan Lendah, Kulonprogo Aparat Desa Srigading, Bantul Organisasi Lansia Gemampang Sirahan (Magelang)
Penyelenggara
Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Yogyakarta
Kontak Penyelenggara
http://prbdiy.net/ forumprb@gmail.com @fprbdiy
Pariwisata Berkelanjutan
▶
Jumat, 22 April 2016
“Membangun Desa dengan Pariwisata Berkelanjutan”
Otonomi desa menuntut pemerintah lebih kreatif dalam mengelola kawasannya. Desa juga dituntut untuk mendayakan segala sumberdaya yang dimiliki untuk mendorong kemandirian desa. Pariwisata berkelanjutan adalah salah satu pilihannya. Pariwisata berkelanjutan memiliki tujuan agar tradisi, budaya dan lingkungan kawasan desa tetap lestari, meski bersinggungan dengan tradisi global. Namun kondisi desa yang masih gamang memerlukan peran sentral dalam memulai sebuah konsep berkelanjutan di desa. Pada JMR 2016 ini akan hadir para perintis dan fighter desa yang sering dianggap gila dan kurang kerjaan namun dengan kegigihannya mampu merubah kegilaan menjadi prestasi, sehingga mampu menggerakkan desa menuju proses kemandirian berkelanjutan.
Narasumber
Sugeng Handoko (Desa Wisata Nglanggeran, Gunungkidul) Destha Titi Raharjana (Peneliti Pusat Studi Pariwisata UGM) Ludens Tourism Space
Penyelenggara
Pemerintah Desa Dlingo, Bantul
Kontak Penyelenggara
dlingo.bantulkab.go.id
Teknologi Informasi
▶
Jumat, 22 April 2016
“TIK yang Berdaya dan Mandiri dengan Semangat Berbagi dan Berkolaborasi Menciptakan Karya Solutif dan Tepat Guna”
Tidak dimungkiri era digitalisasi telah merubah cara pandang sampai kebiasaan masyarakat. Dalam lingkup yang lebih sempit, digitalisasi yang didalamnya termasuk teknologi telah membawa perubahan didunia ini. Perubahan yang terjadi di segala bidang, dengan rentang waktu yang relatif cepat hingga bisa dikatakan secepat perkembangan teknologi itu sendiri. Perkembangan teknologi itu sendiri bukan tanpa kegagalan, terbukti banyak wriset yang telah memakan waktu lama serta biaya yang tidak sedikit menghasilkan terobosan atau inovasi teknologi yang gagal guna. Meski hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, namun dari kegagalan- kegagalan memunculkan inovasi-inovasi teknologi baru berikut juga metode pengembangannya.
Indonesia termasuk salah satu negara yang memiliki sumber daya manusia yang berpotensi dibidang Teknologi Informasi dan Komunikasi, ditunjang dengan kebijakan yang positif dan ekosistem yang bersaing sehat, bukan hal yang mustahil potensi-potensi ini dapat berkembang menciptakan inovasi- inovasi teknologi baru kedepannya. Dengan karakter masyarakat Indonesia yang saling berbagi dan berkolaborasi satu sama lain, merupakan modal penting untuk bangkit menciptakan inovasi dan karya solutif bagi masyarakat dan bangsa serta tepat guna dalam dukungan solusi menjawab permasalahan yang ada, secara mandiri dan berdaya berkelanjutan.
Moderator
Agung Riyadi (AirPutih)
Narasumber
Saddam Rajief (Kentongan, lapor@kentongan.org) Ainun Najib (Code4nation, admin@code4nation.org)
Penyelenggara
AirPutih
Kontak Penyelenggara
http://www.airputih.or.id
Kesejahteraan Desa
▶
Kamis, 21 April 2016
“Daulat Data Masyarakat untuk Percepatan Penanggulangan Kemiskinan”
Carut marut pengelolaan data kemiskinan Nasional, yang seringkali tidak tepat sasaran seringkali membuat konflik horizontal di tingkat bawah. Banyak warga miskin yang menurut masyarakat belum terdata di nasional. Disisi lain ruang partisipasi masyarakat untuk melakukan perbaikan pendataan atas data nasional belum banyak dilakukan di tingkat desa. Dibutuhkan regulasi daerah yang mengatur kewenangan untuk pengembangan data local di tingkat Kabupaten/kota dan propinsi untuk mengurangi gap antara data nasional dan realitas daerah.
Fasilitator
SAPA Korda Jateng
Narasumber
Kepala Desa Nglegi, Gunungkidul SAPA Staf Ahli Kemiskinan Gubernur Jateng (*dalam konfirmasi)
Penyelenggara
SAPA
Kontak Penyelenggara
http:// www.sapa.or.id
Lingkungan
▶
Jumat, 22 April 2016
“Menjaga Lingkungan dari Meja Makan”
Budaya konsumeris menghilangkan kuasa manusia atas aktivitas produksi pangan. Masyarakat perkotaan memiliki kemampuan terbatas untuk menghasilkan pangan, bahkan kehilangan ketrampilan mengolah pangan. Ketika masyarakat abai untuk tahu asal usulnya, pilihan menu pangan sehari- hari berpotensi menyumbang kerusakan lingkungan, dengan konsekuensi yang kurang diperhatikan bahkan tidak terbayangkan. Konsep farm to table memastikan menu di meja makan dapat ditelusur asal usulnya. Keterlibatan anak-anak muda perkotaan dalam produksi pangan berkelanjutan, meski dengan segala keterbatasan, merupakan inisiatif yang membawa harapan terwujudnya kedaulatan pangan. Jejaring pangan lokal merupakan sistem pendukung pangan perkotaan untuk mengurangi dampak ekologis dari aktivitas konsumsi pangan sehari-hari. Tindakan penyelamatan lingkungan—mengatasi perubahan iklim—bisa dilakukan dari meja makan.
Moderator
Hermintianta Prasetya (Jejaring Pangan, Ocean Life of Indonesia)
Narasumber
Komunitas JIPANG Letusee (https://www.instagram.com/letusee.yk) Jogja Berkebun (https://jogjaberkebun.wordpress.com/) Halik Sandera (Walhi Jogja, https://www.walhi-jogja.or.id)
Penyelenggara
Komunitas JIPANG (Jejaring Pangan Lokal)
Pelestarian Pusaka
▶
Sabtu, 23 April 2016
“Pengenalan Pusaka untuk Pelestarian Masa Depan”
Komunitas pelestari pusaka di Indonesia tak terhitung jumlahnya. Masing- masing melakukan pelestarian lewat caranya masing-masing. Ada beragam cara mudah yang ramai dikerjakan komunitas-komunitas ini. Ada yang mendokumentasikan lewat foto dan tulisan, ada yang merawat bangunan Cagar Budaya dengan membersihkan secara berkala, ada yang rutin melakukan jelajah pusaka untuk mengenalkan kepada publik yang lebih luas. Inilah media pelestarian pusaka.
Fasilitator
Adriani Zulivan – Indonesian Heritage Inventory (IHI)
Narasumber
Lengkong Sanggar – Roemah Toea Abdullah Rafii – Warga Gresik
Penyelenggara
Indonesian Heritage Inventory
Hukum & HAM
▶
Kamis, 21 April 2016
“Strategi Digital dalam Perubahan”
Diskusi ini menghadirkan narasumber yang akan berbagi pengalaman mengenai kampanye online tentang hukum dan HAM. Diskusi ini juga membuka sesi Open Space, di mana setiap peserta dapat mengusulkan tema- tema untuk dikelompokkan dan dibahas berkelompok.
Fasilitator
Usman Hamid (Change.org)
Narasumber
Zely Ariane (Papua Itu Kita) Titi Anggraini (Perludem)
Penyelenggara
Change.org
Kontak Penyelenggara
http://change.Org
Privasi Internet
▶
Sabtu, 23 April 2016
“Tantangan Privasi bagi Netizen Indonesia” Moderator
Indriyatno Banyumurti (Ketua RTIK)
Narasumber
Semmy Pangerapan (Stakeholder board ID-IGF), DR. Sinta Dewi (Ketua Cyber Law Center Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran), Donny BU (ICT Watch) Perwakilan Kementrian Komunikasi dan Informasi
Penyelenggara
ICT Watch
Kontak Penyelenggara
info@ictwatch.id
Penyiaran
▶
Sabtu, 23 April 2016
“Penyiaran Kebencanaan untuk Indonesia Tangguh”
Radio Darurat, kata ini tidak pernah di kenal dalam regulasi kita di Indonesia, dimana memiliki potensi ancaman bencana yang cukup banyak. Namun Radio Darurat secara praktek sudah hadir dalam berbagai upaya tanggap bencana di Indonesia. Hal ini tak lepas dari kegigihan para aktifis penyiaran di Indonesia yang melihat bahwa pola komunikasi di daerah bencana selalu menjumpai banyak masalah dan komunikasi dalam masa tanggap bencana. Di Indonesia memang belum ada definisi yang baku tentang radio darurat,namun paling tidak sudah banyak pengalaman praktis yang dijalankan dilapangan yang tentu mengajak kita semua mari mendefinisikan sesuai dengan kebutuhan dan berbasis pengalaman yang ada. Radio Darurat menjadi bagian dari Sistem informasi dan komunikasi yang tertuang dalam Rencana Kontijensi baik di tingkat Nasional oleh BNPB, tingkat Daerah oleh BPBD dan tingkat desa oleh Tim Siaga Desa. Jika selama ini inisiatif datang dari masyarakat, maka sudah saatnya negara menyambutnya dengan regulasi yang melindungi dan menguatkan keberadaan Radio Darurat sebagai media tanggap darurat, dan Radio Komunitas sebagai media untuk membangun kesiapsiagaan, membangun masyarakat yang tangguh dan hidup nyaman bersama ancaman.
Moderator
St Infirohah Al Farida (JRKI)
Narasumber
Sukiman (Lintas Merapi FM) Sinam M Sutarno (JRKI) Muhammad Amrun (CRI) Imam Prakoso (AMARC) Anton Birowo (UAJY) Junichi Hibino (FMYY Jepang)
Penyelenggara
Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI)
Kontak Penyelenggara
https://jrki.wordpress.com
Difabel
▶
Minggu, 24 April 2016
“Peluang Desa Inklusi dalam Implementasi Undang-Undang Desa”
Gagasan tentang Desa Inklusi hadir untuk menghargai keberagaman dan memunculkan potensi kelompok difabel di desa. Desa Inklusi juga ingin mendorong pemerintah desa untuk melakukan pembangunan manusia yang lebih berperspektif difabel dengan memanfaatkan peluang Undang-Undang Desa. Dengan tujuan mendorong interaksi sosial dan taranan masyarakat yang mengakui, dan terciptanya ruang yang setara bagi untuk berkontribusi bagi pembangunan desa, desa inklusi memiliki ide yang menarik untuk membawa arah pembangunan desa yang lebih inklusif. Masuknya kelompok-kelompok rentan ini dalam keseluruhan proses pembangunan, pengorganisasian masyarakat, dan berbagai kegiatan rutin di desa inilah yang kemudian disebut Inklusi, sebuah laku yang berupaya mengurangi praktik eksklusi atau pengabaian sebagaimana telah terjadi. SIGAB membawa ide “Peluang Desa Inklusi dalam Implementasi Undang- Undang Desa” dalam Jagongan Media Rakyat untuk mendiskusikan peluang desa inklusi dalam pelaksanaan undang-undang desa dan berbagi pengalaman dengan 8 desa dampingan Rintisan Program Desa Inklusi SIGAB. Adanya proses berbagi bersama tahapan desa inklusi dalam sesi tersebut diharapkan dapat mengajak desa lain untuk melakukan pembangunan yang lebih berperspektif difabel. Dalam satu sesi akan dibagi menjadi 3 sub sesi yaitu:
Peluang Desa Inklusi dalam Implementasi UU Desa Narasumber
Arie Sujito (UGM)
Tahapan Desa Inklusi Belajar dari Pengalaman 8 Desa Narasumber
Drs. Sumiran (Camat Lendah) R Wahyu Nugroho Nuryanto (KDD Bumirejo)
Penyelenggara
Sasana Integrasi dan Advokasi Difabel (SIGAB) Kontak Penyelenggara http://www.sigab.or.id
Pengelolaan Dana Desa
▶
Jumat, 22 April 2016
“Cerdas Mengelola Keuangan Desa”
Hingga 2016, kita sudah masuk tahun kedua dalam implementasi UU No.6/2014 tentang Desa. Masih tersisa kebingungan yang signifikan dialami oleh tim pengelola keuangan di desa. Kewenangan yang sudah diberikan konstitusi kepada desa untuk mengurus rumah tangganya sendiri belum dibarengi penguatan kapasitas yang memadai atau kepercayaan secara penuh oleh pemerintah supradesa kepada desa. Pengawalan dan pemantauan dana desa dari pemerintah supradesa sangat gencar dan seakan lebih diprioritaskan dari pada proses pendampingan untuk meningkatkan kapasitas desa, meski pengawasan pengelolaan keuangan desa harus dilakukan. Di lain sisi, sudah banyak desa yang mampu mengelola keuangannya sendiri secara terbuka, partisipatif, dan akuntabel dengan melakukan belajar bersama dan mengkaji pengelolaan keuangan desa yang melibatkan masyarakat desa, mulai dari perencanaan, penganggaran, penatausahaan, hingga pertanggungjawaban. Proses keterbukaan yang sejatinya diprioritaskan untuk masyarakat desa akan memancing tumbuhnya partisipasi masyarakat, hingga keduanya dapat menjawab tingkat akuntabilitas desa dalam proses pembangunan. Pada pekan Jagongan Media Rakyat (JMR) 2016 ini, kami akan menggelar diskusi tentang “Cerdas Mengelola Keuangan Desa”. Kami mengajak semua praktisi, pemerhati isu desa, pengelola keuangan desa, atau siapa pun yang tertarik untuk belajar dan berbagi bersama tentang cara cerdas mengelola keuangan desa untuk meyakinkan bahwa “desa mampu kelola rumah tangganya sendiri”.
Fasilitator
Muhammad Khayat (Infest)
Narasumber
Yulianti (Sekdes Tunjungtirto, Malang, Jatim) Darwanto (Indonesia Budget Center) Edi Purwanto (Program Officer INFEST di Malang, tentang Pengelolaan Keuangan Desa)
Penyelenggara
Infest
Kontak Penyelenggara
irsyad@infest.or.id
Penanganan Penderita HIV dan AIDS
▶
Sabtu, 23 April 2016
“Orang Mee sebagai Inisiator dan Aktor Pencegahan HIV dan AIDS di Wilayah Meepago (Tanah Mee), Papua”
Berlawanan dengan opini publik yang cenderung menstigmasikan bahwa Orang Asli Papua (OAP) tidak mampu mengelola dirinya, pengalaman Musyawarah Besar (MUBES) di wilayah Meepago (Tanah Mee) pada tanggal
17-20 November 2014 di Nabire menyatakan fakta sebaliknya. Mubes ini menunjukkan kepada publik bahwa Orang Mee tidak hanya menjadi aktor utama tetapi juga menjadi inisiator dalam upaya penanganan dan pencegahan HIV dan AIDS di Tanah Mee.
Presentasi ini menawarkan konsep “Pagar Adat Papua” sebagai kerangka komunikasi baru untuk menangani masalah HIV dan AIDS. Model “Pagar Adat Papua” memiliki dua kemampuan besar: mengakui kerentanan sosial dan konflik politik yang berkepanjangan yang menimpa orang Mee dan terlebih mengintegrasikan alam pikiran orang Mee ke dalam pendekatan biomedis pada komunikasi HIV dan AIDS. Dengan demikian, model yang tercipta menjadi lebih baik karena melahirkan strategi pencegahan dan penanganan yang lebih baik terhadap kelompok yang terpinggirkan yang takut bahwa HIV dan AIDS akan mengantar mereka menuju kepunahan dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Moderator
Prodi Komunikasi UAJY
Narasumber
Meylani Yo, PhD (Dosen FISIP UAJY)
Penyelenggara
Prodi Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Kopi Darat SID
▶
Jumat, 22 April 2016 Kopi Darat Sistem Informasi Desa atau Kopdar SID adalah wahana untuk berkumpul dan saling berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang SID.
Wahana ini muncul atas inisiatif dan partisipasi aktif para pegiat SID sejak awal kehadirannya pada 2009 hingga kini.
Rangkaian kegiatan Kopdar SID
1. Sesi Inkuiri Apresiatif. Sesi ini akan membahas sejarah perjalanan SID dan pemanfaatannya. Dalam sesi ini, para peserta Kopdar SID juga akan berbagi pengalaman mereka menggunakan SID dan tentang topik umum.
2. Peluncuran SID 3.04
3. Technical Working Groups. Sesi ini merupakan suatu upaya penajaman capaian-capaian yang telah berhasil dilakukan dalam penerapan SID. Sesi ini terbagi menjadi dua kelas secara paralel, yakni kelas Pemanfaatan SID dan Advokasi serta kelas Oprek Aplikasi SID.
Narasumber
CRI
Penyelenggara
CRI
Kontak Penyelenggara
office@combine.or.id
Transparansi
▶
Kamis, 21 April 2016
“Penggunaan ICT untuk Transparansi Pengelolaan Pemerintah Daerah”
Sumber-sumber pendapatan daerah banyak yang bocor dan tidak terkelola dengan efisien. Sumberdaya manusia banyak yang tidak bekerja maksimal, sedikit bekerja namun meminta gaji penuh. Secara teknis, penggunaan teknologi informasi dapat menyelesaikan persoalan ini. Dengan teknologi yang tepat maka dapat meningkatkan pendapatan daerah, manajemen sumberdaya manusia, pengelolaan transparan dan efisien.
Namun pada kenyataannya, tidak demikian adanya. Penggunaan teknologi malah dianggap “masalah” baru, sehingga tidak digunakan, tentunya dengan berbagai alasan penolakan. Sehingga pertanyaan besarnya adalah bagaimana strategi agar terjadi penyerapan penggunaan teknologi dalam pengelolaan dan manajemen dalam tubuh pemerintahan.
Moderator
Artikulpi
Narasumber
Ketut Sutawijaya (Direktur Artikulpi)
“Berjaya di Udara dan Laut dengan Teknologi UAV dan ROV yang Open Source”
Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 menyatakan bahwa Bumi, Air dan Kekayan Alam digunakan untuk kemakmuran rakyat. Pertanyaanya adalah seberapa besar kita mengenali Bumi dan Air serta kekayaan yang terkandung di dalamnya? Namun sebelumnya, hal yang harus dilakukan pertama kali adalah kita harus memiliki teknologinya dan secara mandiri membangunnya serta menggunakannya. Dengan teknologi yang tepat guna maka kita bisa mengenal bumi dan air kita dengan lebih efisien. Unmanned Aerial Vehicle (UAV) untuk penjelajahan udara dan Remotely Operated Vehicle (ROV) untuk penyelaman di laut adalah dua teknologi yang sedang dikembangkan Artikulpi sebagai alat untuk lebih mengenal bumi dan air kita. Dua teknologi ini dikembangkan dalam semangat Open Source sehingga memungkinkan kita untuk belajar secara mandiri.
Moderator
Artikulpi
Narasumber
Akhmat Safrudin
Penyelenggara
Artikulpi
Jurnalisme Mutakhir
▶
Sabtu, 24 April 2016
“Jurnalisme dan Data di Era Digital”
Di tengah banjir informasi, sulit membedakan satu media dengan media lain. Banyak media hanya mengamplifikasi pernyataan narasumber tanpa menyajikan data yang dinilai penting dan relevan. Situasi ini, betapapun bukan isu baru, ikut menambah apa yang disebut gundukan sampah informasi. Kami menimbang bahwa tema jurnalisme data setidaknya dapat membuka kemungkinan melihat kehadiran jurnalisme dan media masih relevan. Perannya bahkan semakin dibutuhkan untuk meningkatkan kredibilitas di tengah rimba raya informasi guna memantapkan tuntutan diri, di antara hal lain, sebagai penuntun akal dan agregator cerdas. Jurnalisme data memberikan banyak peluang dari pencarian berita, investigasi, hingga penyajian berita yang lebih kreatif dan interaktif. Data yang membeludak di internet, yang disebut big data, menjelaskan pula satu kondisi yang memicu perkembangan banyak alat untuk mengumpulkan serta menganalisis data. Tapi apa yang dimaksud jurnalisme data? Bagiamana peran jurnalisme di era digital untuk tetap relevan? Diskusi ini akan mencoba menjawab pertanyaan itu dan berusaha melihat sejumlah kemungkinan mengenai jurnalisme data di Indonesia.
Moderator
Fahri Salam (Pindai)
Narasumber
Wisnu Prasetya Utomo (Peneliti Remotivi) Muamar Fikrie (Editor Beritagar)
Penyelenggara
Pindai
Kontak Penyelenggara
http://pindai.org
Ekonomi Mandiri
▶
Kamis, 21 April 2016
“Ekonomi, Konservasi dan Kemandirian Petani”
Petani mandiri merupakan cita-cita yang harus diwujudkan, untuk meningkatkan kesejahteraan petani, pembentukan Himpunan Tani Kopi Temanggung ini merupakan wadah untuk mencapai kesejahteraan bersama para petani (dalam hal ini petani kopi Temanggung).
Adapun poin - poin yang perlu didiskusikan bersama yaitu:
1. Bertani sesuai dengan kaidah konservasi
2. Melakukan metode tanam tumpang sari dengan menanam aneka komoditas di lahan pertanian, sehingga akan ada sirkulasi ekonomi petani yang tak akan pernah mati.
3. Olah produk hasil pertanian pasca panen, pengolahan kopi dengan baik untuk menghasilkan kualitas yang baik hingga akan mendapatkan nilai jual yang sepadan.
4. Market dan pemasaran produknya. Bila petani bisa menerapkan 4 point di atas, maka kesejahteraan petani akan meningkat.
Moderator
Bagus (Petani Kopi Candiroto, Temanggung)
Narasumber
1. Mukidi (Ketua dan Penggagas Himpunan Tani Kopi Temanggung)
2. Sarkoni (Ketua Kelompok Tani Ngudi Mulyo Desa Ngadisepi, Temanggung)
Penyelenggara
Himpunan Tani Kopi Temanggung Kontak penyelenggara: 0812 2797 3978 / 0877 1905 2174 (Mukidi)
Literasi Media
▶
Jumat, 22 April 2016
“Media Online dan Melek Media”
Paska reformasi 1998, jumlah media di tanah air bertambah berlipat-lipat dibanding era Soeharto. Ratusan, kini sudah mencapai ribuan, media massa baru muncul bak jamur di musim hujan. Tapi banyaknya media itu justru membuat publik bingung menentukan mana informasi benar dan tidak. Orang membaca koran, portal berita online, dan menonton televisi bukannya mendapat informasi yang clear. Selain membingungkan, informasi yang muncul cenderung monoton dan seragam. Padahal kuantitas media semestinya berpengaruh pada keragaman konten dan kepemilkan.
Kepemilikan media? Kran kebebasan pers terbuka lebar, memang. Kini orang lebih leluasa mendirikan media. Terlebih mereka yang berduit, banyak dari mereka pengusaha sekaligus politisi. Tapi ujung-ujungnya hanya untuk mendukung kepentingan pribadi dan golongannya.
Meminjam judul buku begawan jurnalisme –Bill Kovach dan Tom Rosentiel-, BAGAIMANA MENGETAHUI KEBENARAN DI ERA BANJIR INFORMASI? Dan, karena fitrah jurnalisme mengabdikan diri pada kepentingan publik, APA HAK DAN KEWAJIIBAN PUBLIK TERHADAP INFORMASI?
Moderator
Bhekti Suryani (Sekretaris AJI Yogyakarta)
Narasumber
Darmanto (Masyarakat Peduli Media) Anang Zakaria (Ketua AJI Yogyakarta)
Penyelenggara
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta
Kontak Penyelenggara
sekretariat@ajiyogya.org
Media Baru
▶
Jumat, 22 April 2016
“Perebutan Media Baru untuk Demokrasi”
Satu dekade lebih dari abad milenium menunjukkan bukan hanya darat, air, langit dan luar angkasa yang diperebutkan, melainkan juga ruang siber (cyberspace). Di banyak negara, sudah buru-buru menerapkan berbagai aturan untuk meredam arus demokratisasi yang hadir di ruang siber. China menjadi salah satu negara yang berhasil men-challenge gagasan teknologi pembebasan (libertarian technology) di mana media sosial memegang peranan penting dalam perjuangan demokrasi. Dengan kekuatan otoriter yang kuat, China kini mengubah ruang siber menjadi networked- authoritarianism (Ronald Dielbert, 2012). Media sosial dipandang sebagai alat penghubung yang efektif karena karakter keluasan jangkauan, kecepatan real-time, efek multiplikasi dan lintas kelas. Seperti contohnya di Indonesia sendiri media sosial tidak hanya dikonsumsi kelas menengah ke atas; kelas bawah pun menggunakannya. Sebuah pesan bisa disebarkan dengan jangkauan melewati batas geografi, mengalami multiplikasi melalui “share” dan “re-tweet” yang kemudian menjangkau siapa saja, dalam kurun waktu “the now” (saat ini juga). Karakter-karakter tersebut di atas, tentu saja membuat aktivisme pun ikut berbenah dengan kehadiran media baru ini. Website-website dan blog menjadi jawaban sebagai media propaganda yang murah dan bisa dimanfaatkan oleh inisiatif-inisiatif di seluruh dunia. Mereka pun menyadari perlunya menggunakan media sosial di dalam penyebaran ide-ide, komunikasi, dan informasi-informasi aksi.
Dengan latar belakang di ataslah diskusi Perebutan Media Baru untuk Demokrasi bertujuan mendiskusikan potensi-potensi media baru/sosial dari contoh-contoh yang ada, memetakan ancaman-ancamannya dan strategi- strategi ke depan untuk mempertahankannya dari kekuatan otoriter yang hendak membungkamnya.
Moderator
Yerry Nikolas Borang (EngageMedia)
Narasumber
Yohanes Widodo (Dosen komunikasi Universitas Sanata Dharma) Dhyta Caturani (Aktivis dan peneliti FemHack) Damar Juniarto (Pegiat SAFENET dan Forum Demokrasi Digital)
Penyelenggara
Forum Demokrasi Digital
Kontak Penyelenggara
forum@demokrasidigital.net
Seni dan Aktivisme Sosial
▶
Jumat, 23 April 2016
“Seni dan Aktivisme Sosial”
Diskusi ini menelusuri perihal seni dan aktivisme sosial. Bagaimana seni digunakan sebagai media dalam aktivisme sosial? Apa fungsi seni dalam aktivisme sosial? Apakah seni berfungsi sebagai media ataukah cara kerja/ metode? Berhasilkah seni menjadi daya dorong perubahan dalam konteks aktivisme sosial di masa sekarang? Apa saja tantangannya? Djuwadi adalah salah satu pendiri kolektif Taring Padi, yang berdiri pada masa kejatuhan Soeharto 1998. Taring Padi mendeklarasikan Manifesto Kebudayaan yang bertujuan membangun kembali budaya kerakyatan dan mendukung konsepsi seni berbasis kerakyatan. Apa saja karya-karya Taring Padi? Bagaimana seni Taring Padi berperan dalam gerakan sosial masyarakat? Dan bagaimana ia bertahan sebagai kolektif seni? Jamaluddin Latief adalah seniman teater, aktif di gerakan pesepeda Jogja, penggagas ‘Kota untuk Manusia’ dan mendirikan teater mime, Malmime Ja. Karya-karya teaternya bersama Komunitas Sego Gurih biasanya dipentaskan di ruang publik dengan cerita-cerita seputar kehidupan manusia perkotaan dan segala permasalahannya. Bagaimana seni teater digunakan sebagai media penggerak aktivisme sosial terutama pada isu sosial perkotaan? Bagaimana partisipasi publik dibangun saat berkesenian? Apa saja tantangannya? Brikolase adalah pusat studi yang didirikan untuk merespon berbagai macam isu kontemporer dan global, dengan mengkaji ekspresi seni dan budaya dalam konteks masyarakat Indonesia. Pergerakan yang ditempuh sebagai jalan afiliasi antara kegiatan budaya dan kaitannya dengan akademisi merupakan cara Brikolase untuk mengamati isu sosial yang terjadi. Bagaimana aktivisme sebagai gerakan bisa menjadi pembahasan baru yang menjadi perhatian kita saat ini? Bagaimana bentuknya dan bagaimana permasalahannya jika muncul gerakan apatisme dalam upaya menyikapi dorongan perubahan dalam dinamika sosial?
Moderator
Kiki Pea (vokalis, jurnalis)
Narasumber:
Djuwadi (Taring Padi) Jamaluddin Latief (Malmime-Ja) Brikolase
Penyelenggara
Ketjil Bergerak
Kontak Penyelenggara
ktjlbrgrk@gmail.com
Penerbitan Alternatif
▶
Jumat, 22 April 2016
“Penerbit Alternatif, Distribusi Alternatif, dan Pasar Alternatif ”
Pada acara JMR nanti, Budi selaku fasilitator akan membahas mengenai: “Penerbit Alternatif, Distribusi Alternatif, dan Pasar Alternatif ”. Bekerja sama dengan Radio Buku yang merupakan komunitas alternatif berbasis masa, Indie Book Corner (IBC) dan Pojok Cerpen akan membahas Penerbitan serta Distribusi Alternatif.
Mengapa perlu? Sebab jika menjadi berbeda adalah pilihan, maka beberapa penerbit Jogja melakukan perbedaan itu. Menerbitkan berdasar tema yang disukai atau membantu menerbitkan karya perseorangan, berkomunikasi langsung dengan publik atau bahkan menjadi bagian dari publik itu sendiri, serta membangun jalur bagi pemasarannya sendiri.
Narasumber
Eka Pojok Cerpen (OAK) Irwan Bajang (Indie Book Corner) M. Fairuz Mumtaz (Radio Buku)
Penyelenggara
Penerbit OAK (penerbit.oak@gmail.com) Indiebook Corner i-Boekoe
Literasi dan Aktivisme Sosial
▶
Minggu, 24 April 2016
“Gerakan Literasi dan Aktivisme Sosial”
“Berliterasi” atau sering dimaknai sebagai kegiatan yang berhubungan dengan akses pengetahuan. Literasi & aktivitas melek wacana hari ini menjadi unik juga kaya, melihat isu literasi yang marak hadir sebagai bentuk dari aktivitas-aktivitas social. Sebagai upaya gerakan social, isu literasi dapat ditemui di banyak sisi ruang geraknya. Isu literasi tak lagi hanya berbicara pentingnya melek baca & tulis, tetapi jauh dari itu aksesi bahan bacaan, melek lingkungan, perspektif pembangunan, bahkan literasi dalam keberpihakan sosial. Dalam upaya merayakan keberagaman gerakan literasi ini, diskusi ini akan melibatkan para penggerak literasi berbagai (daerah) wilayah. diharapkan akan menjadi sarana dalam memperkaya pemaknaan kita akan literasi dalam isu dan gerakan, juga lebih jauh literasi sebagai bentuk aktivisme tersendiri yang memiliki peran transformatif.
Moderator
Rumah Baca Komunitas
Narasumber
Ahmad Sarkawi (Rumah baca komunitas) David Efendi (Urban literacy campaign) Mas Triyanto (Teras Baca guyub rukun) Mas Naim (Taman Baca Mahanani - Kediri) Prita HW (Sekolah Raya - Bekasi)
Penyelenggara
Rumah Baca Komunitas
Kontak penyelenggara
rumahbacakomunitas@gmail.com
P E M U T A R A N F
I L M Kolaborator: Kampung Halaman Kenangan Harapan Kamis, 21 April 2016 15.30 - 18.00 9:04” 2008 Piling Production
Video ini merekam tentang masyarakat Piling yang ada di Bali mengalami kekurangan pasokan air dikarenakan penebangan hutan.
Aek Kehidupan Kita Besamo Kamis, 21 April 2016 15.30 - 18.00 5:28” 2011 Kelompok Makekal Bersatu
Seorang pemuda sedang mencuci jerigan sisa pestisida di sungai. Di hilir sungai seorang pemuda lain sedang minum air dari sungai, dan mendapati ada puntung rokok di sungai. Ia menyusuri sungai ke hulu dan mendapati pemuda yang mengotori sungai, ia menasehati pemuda itu untuk menjaga kebersihan sungai. Karena sungai dimanfaatkan oleh banyak orang, termasuk dirinya. Bukanlah sebuah rahasia kalau warga
Salah Buang
di sepanjang sungai Ciliwung masih Kamis, 21 April 2016 sering membuang sampah di sungai dan 15.30 - 18.00 menyebabkan banjir di kemudian hari. Namun, 2:59” para remaja tidak akan membiarkan hal 2009 tersebut terus-terusan terjadi, bagaimana D’Acil Jakarta caranya? Video ini mengetengahkan perjuangan Selamatkan Gunung masyarakat Pati yang tergabung dalam Kendeng Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kamis, 21 April 2016 Kendeng dalam menyelamatkan Gunung 18.30 - 21.00 Kendeng dari gilasan industri semen. 23:39” Ini adalah sikap mereka, mereka tak 2008 mau mundur dari perlawanan terhadap Jaringan Masyarakat Peduli keserakahan industri, yang mengatasnamakan Pegunungan Kendeng (JM-PPK) kesejahteraan rakyat untuk mengeksploitasi alam Gunung Kendeng.
Teman-teman di Lembaga Pemasyarakatan
Bongseng
Jumat, 22 April 2016 Anak Pria Tangerang punya cara unik untuk
15.30 - 18.00 berkomunikasi. Adanya jarak dan jeruji5:05” membuat mereka bersiasat, mencari cara
2007 untuk berkomunikasi dalam sunyi, melalui
Sahabat Andik bahasa isyarat. Video ini mengilustrasikan
bagaimana mereka saling menyampaikan pesan dengan menggunakan gerakan-gerakan jari yang mereka pahami bersama.
Cabe, Harga Sebuah Teman-teman di Lembaga Pemasyarakatan
Kebebasan Kelas B Klaten mengisahkan keseharian Jumat, 22 April 2016mereka di dalam Lapas. Terbatasnya kehidupan
15.30 - 18.00
di dalam Lapas membuat mereka sangat
15:44” menghargai benda bernama cabe. 2011 Sahabat Kapas
Sherin dihadapkan pada dua pilihan. Memilih
Entah
untuk ikut ayahnya yang Konghucu atau ikut Jumat, 22 April 2016 ibunya yang beragama Buddha. Manakah yang 18.30 - 21.00 akan dipilih oleh Sherin?
4:08” 2006 Sherin Kangen Video Diary Kampung Halaman
Tradisi turun temurun yang diwarisi Sari dari Keyakinanku adalah kedua orangtuanya membuat Sari tidak bisa Aku memilih apa yang ia yakini. Seringkali Sari Jumat, 22 April 2016 merasa tidak punya kuasa untuk melawan 18.30 - 21.00 hal tersebut. Yang dapat ia lakukan hanya 7:14” menceritakan apa yang ia rasakan kepada 2006 sahabatnya; hingga akhirnya ia menyadari apa Asisi Art Community yang bisa ia lakukan untuk mempertahankan keyakinan tersebut.
Di hari kelulusannya, Malahayati, seorang
Aku Ingin
Sabtu, 23 April 2016 siswi SMP di Indramayu, memiliki sebuah
15.30 - 18.00 keinginan. Ia ingin melanjutkan sekolah sampai 10:03” perguruan tinggi agar bisa menjadi seorang2007 guru. Meski ia menjadi lulusan terbaik di
Princess Hours Production sekolahnya, namun penghasilan ayahnya yangtidak menentu membuatnya takut hanya bisa sekolah sampai SMA saja. Ia punya rencana untuk bekerja di luar negeri sebagai TKW seperti ibunya, agar bisa ia membiayai sendiri pendidikannya di perguruan tinggi. Mengangkat persoalan fasilitas publik yang sampai sekarang belum memenuhi kebutuhan para penyandang disabilitas.
Mana Akses Kami Video diary ini berusaha menyampaikan Sabtu, 23 April 2016 mengenai peluang kerja bagi para penyandang
18.30 - 21.00 disabilitas dan apakah perusahaan sudah
14:13” memiliki kesadaran untuk memberikan
2013 peluang. Tim FAUJAILO - Yayasan Kampung Halaman
P R O F
I L L E M B A G A A T A U K O M U N
I T A S P E S E R T A
&
R
E
K
A
N
M
E
D
I
A J M R2
1
6 AirPutih merupakan lembaga yang mendorong
AirPutih
masyarakat agar melek teknologi informasi (TI)
Jalan Warga No.30 RT.03/RW.03,
dan menjadikannya alat untuk mewujudkan
Kelurahan Pejaten Barat, Kecamatan sebuah masyarakat yang kuat di Indonesia. Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12510
Langkah AirPutih untuk mewujudkan hal itu,
02129122967
antara lain dengan meningkatkan kemampuan
Fax : 02129122967 dan pemahaman masyarakat terhadap TI. Email : info@airputih.or.id
Tak hanya itu, open source sebagai kunci pembukan akses TI yang murah dan mudah
Website : http://www.airputih.or.id
juga menjadi lahan yang terus digarap oleh AirPutih.
Aliansi Jurnalis Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta
Independen (AJI)Aliansi Jurnalis Independen (AJI) lahir sebagai
Yogyakarta
perlawanan komunitas pers Indonesia terhadap kesewenang-wenangan rejim Orde
Jl. Pakel Baru UH VI/I 24 Umbulharjo, Yogyakarta
Baru. Bermula dari pembredelan Detik, Editor dan Tempo, 21 Juni 1994 yang memicu aksi
0274-374687, 0856-4223-4999
solidaritas sekaligus perlawanan dari banyak
ajiyogya@yahoo.com kalangan secara merata di sejumlah kota. http://ajiyogya.com
AJI diterima secara resmi menjadi anggota
AJI Yogyakarta
IFJ, organisasi jurnalis terbesar dan paling berpengaruh di dunia, yang bermarkas di Brussels, Belgia, pada 18 Oktober 1995.
Arkom Organisasi yang terdiri dari multi-disiplin
(Arsitek Komunitas) pendidikan yang mendedikasikan padaJogja pergerakan arsitektur komunitas untuk
merespon fenomena sosial saat ini. Arkom Jogja berkegiatan di isu perkotaan dan pedesaan, berarsitektur dengan pendekatan partisipatif serta berbasis kebutuhan masyarakat. Artikulpi adalah lembaga yang fokus pada Artikulpi pengembangan teknologi informasi untuk
Jl. HR. Rasuna Said Kawasan
pembangunan. Dalam perjalanannya, Artikulpi
Epicentrum Utama
sudah membangun berbagai macam sistem Mall Epicentrumwalk - Office
Suite A529 Kuningan, Jakarta
informasi yang mendukung penerapan ICT
Selatan 12940
dalam pemerintahan, sektor swasta, dan
Indonesia
komunitas. Sistem informasi yang dibangun terbentang dari penggunaan aplikasi berbasis (021) 9556-5006 web, aplikasi mobile, SMS, Unmanned Aerial
office@artikulpi.com
Vehicle (UAV), Remotely Operated Vehicle
http://artikulpi.com/ (ROV), dan teknologi-teknologi lainnya.
Berdiri pada 21 Januari 2016, Brikolase adalah Brikolase pusat studi yang menaruh perhatian pada
Gang Sadewa nomor 29, Ngabean
perkembangan seni dan budaya kontemporer,
Kulon RT 07, RW 36, Sinduharjo,
khususnya di Indonesia. Brikolase lahir untuk
Ngaglik, Sleman, Yogyakarta, Kode
mengembangkan visi praktik-praktik kultural pos 55581. di masyarakat dalam zaman yang terus
No. Telp. : 085258180521 (Yongky
berkembang dengan pesat. Brikolase adalah
Gigih Prasisko), 08563422430 (Venti