STUDI TENTANG KREATIVITAS FIGURAL PADA TIM KREATIF MEDIA TELEVISI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pada era sekarang ini, media massa adalah salah satu industri yang
berkembang dengan berbagai macam jenisnya, ada yang berupa visual, audio
dan audio visual. Contoh di masyarakat Indonesia sendiri terdapat media
cetak, media elektronik dan media online. Media massa secara tradisional
(surat kabar, majalah, radio, televisi, film) dan media massa modern (internet
dan telepon selular).
Salah satu media massa di Indonesia adalah media elektronik televisi.
Televisi seperti yang didefinisikan oleh McQuail adalah media komunikasi
massa audio visual yang menimbulkan suara dan gambar, yang memiliki
karakteristik, sifat, dan ciri-ciri media massa (Mc Quail, 2008). Sebagai media
audio visual televisi memiliki program-program acara yang ditawarkan kepada
audiennya atau penontonnya. Televisi telah menjadi pilihan utama hiburan
masyarakat Indonesia sampai sekarang ini.
Televisi pertama di Indonesia adalah TVRI, yang mengudara pada
tanggal 24 Agustus 1962. Siaran perdananya menayangkan Upacara
Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-17 dari Istana Negara
Jakarta. Siarannya ini masih berupa hitam putih. TVRI kemudian meliput

Asian Games yang diselenggarakan di Jakarta. Sejak pemerintah Indonesia
membuka TVRI maka selama 27 tahun penonton televisi di Indonesia hanya
dapat menonton satu saluran televisi. Barulah pada tahun 1989, pemerintah
memberikan izin operasi kepada kelompok usaha Bimantara untuk membuka
stasiun televisi pada saat itu RCTI yang merupakan stasiun televisi swasta
pertama di Indonesia, kemudian SCTV, Indosiar, ANTV dan TPI (sekarang
MNC TV). Gerakan reformasi pada tahun 1998 telah memicu perkembangan
industri media massa khususnya televisi. Seiring dengan itu, kebutuhan
masyarakat terhadap informasi juga semakin bertambah. Menjelang tahun
2000 muncul hampir secara serentak lima televisi swasta baru (Metro, Trans
1

2

TV, TV-7, Lativi dan Global) serta beberapa televisi daerah yang saat ini
jumlahnya mencapai puluhan stasiun televisi lokal. Tidak ketinggalan pula
muncul televisi berlangganan yang menyajikan berbagai program acara baik
dari dalam negeri maupun dari luar negeri (Wikipedia, 2011).
Setelah Undang-Undang Penyiaran disahkan pada tahun 2002, jumlah
televisi baru di Indonesia diperkirakan akan terus bermunculan, khususnya di

daerah yang terbagi dalam tiga kategori yaitu televisi publik, swasta,
berlangganan dan komunitas. Hingga Juli 2002, terbukti muncul televisi lokal
seperti JTV. Hal tersebut berpengaruh terhadap jumlah orang yang memiliki
pesawat televisi di Indonesia mencapai 25 juta. Kini penonton televisi di
Indonesia benar-benar memiliki banyak pilihan untuk menikmati berbagai
program televisi (Morissan, 2005).
Televisi memiliki program acara yang mampu menarik pemirsanya.
Sampai tahun 2011 ini penonton televisi terbukti meningkat, lembaga survei
Nielsen juga memaparkan hasil riset penonton terhadap tayangan televisi di
Indonesia sepanjang kuartal I 2011 untuk semua stasiun televisi di 10 kota
besar. Secara umum, jumlah penonton televisi pada kuartal I 2011 juga naik
sebesar 11,47% menjadi 6,8 juta penonton. Pada kuartal I 2010, jumlah
penonton televisi sebanyak 6,1 juta penonton. Dari jumlah itu, sebanyak 1,4
juta orang menonton sinetron. Angka ini naik 55% dari jumlah penonton
sinetron pada kuartal I 2010 yang sebanyak 900.000 orang. Program sinetron
yang paling banyak di tonton salah satunya berjudul Putri yang Terbuang
dengan rating sebesar 13,4% atau dengan jumlah penonton sekitar 1,18 juta
orang (Falanta, 2011).
Dengan hadirnya 11 stasiun televisi yang memiliki daya pancar
nasional ditambah stasiun televisi lokal, tentu persaingan di industri ini kian

panas. Tak pelak, mereka pun berlomba menyuguhkan acara yang bervariasi,
yang mampu menarik perhatian jutaan penonton dan pemasang iklan. Televisi
di tanah air sudah menjadi industri penyiaran. Masing-masing stasiun
berupaya menarik perhatian pemirsa dengan berbagai acara unggulan yang
diminati masyarakat. Jika ada stasiun televisi yang tidak berorientasi pada

3

kebutuhan dan keinginan pemirsa,

maka

akan ditinggalkan.

Tidak

mengherankan, masing-masing TV baik wasta maupun nasional berlombalomba memproduksi acara unggulan.
Dalam praktek kesehariannya berkiblat ke sebuah Lembaga Survei
Rating Acara TV, AGB Nielsen. Lembaga survei yang satu ini menjadi
panutan bagi seluruh stasiun TV Nasional karena dapat mempengaruhi para

pemasang iklan untuk berebut kapling di acara yang banyak ditonton. Data
yang diperoleh dari sebuah Stasiun Televisi Swasta Nasional, acara unggulan
yang mereka produksi mampu meraup iklan dengan keuntungan per tahun
mencapai Rp. 1 Trilliun dari penjualan iklan dan program acara.

Betapa

tidak, sebuah iklan dengan durasi 30 detik dijual seharga Rp. 5 juta dan iklan
rokok mampu dijual seharga Rp. 10 juta hingga Rp. 15 juta per spot (sekali
tayang). Begitu juga dengan acara Talkshow, durasi 30 menit dijual seharga
Rp 60 juta dan durasi 60 menit bisa mencapai Rp. 120 juta hingga Rp. 150
juta. Sebaliknya, di televisi swasta lokal, oleh karena susahnya mencari
iklan, sampai membanting harga hingga Rp. 50.000,- (Lima puluh ribu rupiah)
per sekali tayang, atau seharga 1 persen dari tarif iklan swasta
nasional. Program acara Talkshow durasi 60 menit, misalnya, di TV Swasta
Lokal, dijual seharga Rp. 1.000.000,- (Syarif, 2008).
Dari berbagai alasan di atas stasiun televisi akan membuat program
acara semenarik mungkin untuk menaikkan ratingnya. Televisi biasanya
membuat suatu program acara tertentu dengan cara bekerjasama dengan tim
kreatif didalamnya atau PH (Home Production) yaitu rumah produksi. Dikutip

dari blogspot, stasiun televisi di Indonesia sering membeli hasil kreatif yang
nantinya menjadi program acara dari rumah produksi tersebut. Hal ini
berbeda, apa yang terjadi di dunia broadcast televisi Amerika, justru di sana
hampir seluruh program acara itu dibeli dari PH. Namun seiring dengan alasan
untuk dapat menghemat biaya produksi. Televisi Nasional di Indonesia
kebanyakan melakukan in house production untuk program acara nondrama
dan news, sebab bisa dibilang program ini cenderung lebih mudah baik secara
kreatif maupun secara teknik.

4

Pada struktur organisasi Televisi, tim kreatif masuk pada production
team. Namun pada umumnya tidak disebutkan bahwa tim kreatif masuk
padastruktur organisasinya, seperti dikutip dari Broadcaster Development
Program General Training (2009)

Pada struktur organisasi tersebut tidak disebutkan langsung “tim kreatif”
namun DIC Production, hal itu dikarenakan tim kreatif merupakan kehendak
dari atasannya untuk memerlukan tim kreatif in house (milik sendiri) atau
menggunakan jasa dari PH dan perlu tidaknya suatu program acara memakai

sebuah tim kreatif.
Dikutip dari blogspot, disebutkan bahwa program acara adalah ujung
tombak televisi, hal tersebut memang daya jual mereka. Untuk itu stasiun
televisi memiliki tim yang bekerja keras dalam membuat berbagai macam
konsep dan kemudian menjadikannya naskah siap produksi. Tim ini dituntut
untuk memiliki kreatifitas yang sangat tinggi. Memiliki kreatifitas yang sangat
tinggi, akan tercipta sebuah tayangan yang menarik. Kreatifitas-kreatifitas dan
ide-ide yang dimiliki dapat menghasilkan sebuah karya yang dapat dinikmati
oleh banyak orang. Tim ini mencari ide-ide terbaru dan unik agar terlihat beda
dari stasiun-stasiun televisi lainnya. Memproduksi sebuah acara televisi, ideide yang dipakai kebanyakan ide-ide yang direalisasikan oleh tim kreatif. Tim
kreatif ini selalu merealisasikan ide-ide yang berbeda dari yang lain.

5

Semuanya mempercayai kepada tim kreatif untuk membuat sebuah acara yang
menarik, dengan ide-ide yang dimiliki.
Saat produksi acara dimulai, disinilah tim kreatif dapat merealisasikan
semua ide-ide yang dimiliki. Tanpa adanya ide kreatif dalam suatu program
acara maka akan sangat membosankan dan tidak menarik untuk dilihat bahkan
ditinggalkan oleh audiens. Rating acara menurun bahkan kemungkinan akan

ditarik dari peredarannya. Tugas tim-tim kreatif inilah yang harus bekerja
lebih keras untuk membuat program acara lebih menarik dan lain dari program
yang sudah ada. Melihat dari tugas-tugas yang mereka jalani dapat kita nilai
bahwa untuk menghasilkan suatu karya yang bagus dan maksimal untuk
disajikan media televisi, para tim kreatif memiliki peranan besar untuk dapat
bersaing dengan televisi-televisi lain.
Pitriawanti (2010) menyebutkan bahwa, perkembangan di bidang
pertelevisian tersebut memungkinkan timbulnya persaingan yang cukup ketat
di antara stasiun-stasiun televisi untuk menarik perhatian pemirsa. Sebagai
akibatnya, dapat kita lihat dari banyaknya jenis acara yang menarik, mulai dari
film, sinetron, kuis, acara musik dan sebagainya. Dengan adanya programprogram yang menarik tersebut, tim kreatif dituntut lebih baik untuk membuat
acara yang menarik dari yang sudah ada.
Setiap individu memiliki berbagai macam aktivitas dalam rangka
mengisi dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Individu sebagai makhluk sosial,
harus mampu berinteraksi dengan sesamamya serta lingkungannya dan hal itu
merupakan suatu kodrat manusia. Selain itu, bekerja dan berkarya juga
merupakan kodrat manusia yang harus dilakukan dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidupnya agar tetap dapat bertahan di era globalisasi seperti
sekarang ini.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia Kreativitas adalah daya

kreasi/cipta ; kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru. kretivitas
merupakan ciri kepribadian yang melibatkan kemampuan untuk meloloskan
diri dari kemampuan yang kaku dan menghasilkan ide yang baru dan berguna.
Kreativitas menghasilkan inovasi, dan inovasi merupakan sumber kehidupan

6

dari sejumlah perusahaan. Sebagian besar dari inovasi yang dapat
menghasilkan sesuatu yang bermanfaat sebenarnya perlu dimiliki oleh seluruh
anggota organisasi.
Kreativitas menuntut seseorang untuk mampu melahirkan sesuatu yang
baru sebagai hasil dari interaksi antara individu dengan lingkungan kerjanya.
Menurut Badawy (dalam Timpe, 1999) kreativitas adalah pengaruh gabungan
dari orang-orang kreatif yang bekerja di dalam suatu lingkungan kreatif yang
mendorong (atau setidaknya tidak menghambat) kreativitas.
Kreativitas orang-orang dunia pertelevisian ternyata memiliki caranya
tersendiri dalam menciptakan ide-ide kreatifnya. Kreativitas para pekerja di
media televisi itu muncul saat adanya keterikatan bersama tim kerja di
lapangan, misalnya pada tim kreatif. Kreativitas itu amat sangat penting, para
tim kreatif atau tim produksi di stasiun TV itu kreativitasnya muncul setiap

saat, setiap detik, menit, jam, sampai setiap hari.
Dalam proses mengemas acara-acara TV. Karyawan tim kreatif
mengalami kondisi kerja dimana secara tidak langsung mereka harus
memunculkan kemajuan ide-ide yang kreatif dan ikut bertanggung jawab
disetiap episode acara, mulai dari waktu penayangan, segmen acara,
pengaturan disetiap acara dan lain sebagainya. Hal itu dilakukan tidak lain
untuk mendapat perhatian dari pemirsa. Tentunya kondisi tersebut secara tidak
langsung menjadi tantangan dari pekerjaan itu sendiri. Sebagaimana
dijelaskan oleh Hendrakusuma (2007), setiap program memiliki sedikitnya
empat tahap yaitu lahir, tumbuh, matang dan menurun, atau mati. Itu semua
juga menjadi salah satu tantangan tercapainya tujuan bagi pelaku bisnis
termasuk tim kreatif pada perusahaan media televisi agar survive dalam jangka
panjang. Hal tersebut mendorong karyawan tim kreatif agar senantiasa
berusaha mewujudkan pencapaian dalam bekerja dan bila berhasil maka akan
mendapatkan pengakuan. Misalnya, dari pemirsa berupa rating dan dari
perusahaan berupa kompensasi atau bonus.
Tuntutan pada tim kreatif sangat tinggi seperti contohnya pada
program acara sinetron kejar tayang sehingga episode demi episode harus

7


segera dipikirkan. Namun bagaimana alur cerita tersebut asli, tidak mirip
dengan sinetron lainnya dengan kata lain ide tersebut harus kaya dan lancar
agar penontonnya bisa bertahan. Konsep kreatif harus orisinal yang muncul
dari kreativitas murni. Hal ini sesuai pendapat dari Munandar (1999)
kreativitas figural menekankan pada kemampuan mencetuskan aspek
kelancaran, keluwesan, originalitas dan elaborasi. Oleh karenanya tim kreatif
juga harus memiliki aspek-aspek tersebut. Faktanya sekarang ini sudah banyak
program yang kurang original seperti tahun 2000-an ajang pencarian bakat
sedang marak mulai dari AFI (Akademi Fantasi Indosiar) maka muncul juga
ajang-ajang yang sama seperti Indonesian Idol. Kemudian program acara
musik dari Inbox, Dahsyat, Hitzteria, KissVaganza dan yang lainnya
(Sumatera Express, 30 November 2009).
Bukti hasil dari tim kreatif untuk mampu mempertahankan program
acaranya adalah dari hasil rating program acara tersebut. Contoh saja program
acara lawakan berupa wayang orang yaitu Opera Van Java atau biasa disebut
OVJ. Meskipun ratingnya sempat turun pada Selasa (18/10), Opera Van Java
(Trans 7) kembali unjuk gigi. Terbukti pada Rabu (19/10), OVJ berhasil
kembali menduduki peringkat teratas. Menurut rating AGB Nielsen Rabu,
OVJ mengumpulkan TVR 6,9 dan share 26,2 (Tabloid Bintang, 20 Oktober

2011).
Begitu pula dengan Bukan Empat Mata, acara Infotainment di Trans 7.
Lawakan dari Tukul Arwana selaku pembawa acara menggunakan kata-kata
bijak, namun agak sedikit menghujat lawan mainnya dan terkesan nyerempet
ke arah porno (Gugling, 2008). Bukan Empat Mata (dulu bernama Empat
Mata) adalah sebuah acara infotainment Indonesia yang dibawakan oleh Tukul
Arwana di Trans7 . Acara ini mulai dipandu Tukul sejak Juni 2006. Setiap
acaranya menyampaikan tema tertentu yang diselingi dengan lawakan. Satu
lagi bukti tim kreatif Empat Mata, yaitu perubahan nama Empat Mata menjadi
[Bukan] Empat Mata yang bila diteliti sebenarnya hampir tidak ada perubahan
yang berarti. Namun, KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) juga tidak bisa

8

berbuat apa-apa meski format acaranya sama dengan Empat Mata, meskipun
namanya [Bukan] Empat Mata.
Seperti televisi-televisi nasional yang ada, televisi lokal seperti JTV
(JawaPos Televisi) juga sangat memerlukan kreativitas dari tim kreatif.
Menurut situs resmi JTV terbaru, JTV merupakan televisi lokal pertama di
Indonesia yang tayang perdana pada 8 November 2001 dengan durasi tayang
10 jam sehari sampai tahun ini, JTV sudah mengudara selama 22 jam sehari
dengan 95 % produksi sendiri (in house). JTV juga mempunyai programprogram acara unggulan seperti Ngetoprak, Kartolo, Senam Pokse, Pojok
Kampung dimana tim kreatif perannya sangat besar disetiap tayangannya.
Namun tim kreatif tidak selamanya kreatif, Opera Van Java atau lebih
dikenal sebagai OVJ saja juga pernah luput dari kreativitas tim kreatifnya,
dikutip dari Trans7 Forum Online masih terdapat kritikan-kritikan yang
ditujukan pada tim kreatifnya contoh saja komentar yang ditulis oleh salah
satu penggemar setia OVJ yaitu Iway mengemukakan bahwa sebagai
penggemar setia dari Opera Van Java, bahwa tanggal 18 Mei 2011 ia merasa
kecewa karena bintang tamu yang kurang cocok dengan lawakan-lawakan
khas dari pemain Opera Van Java (OVJ). Menurutnya bintang tamu tersebut
merusak lawakan dari pelawak asli OVJ. Intinya tim kreatif Oper Van Java
harusnya memberikan briefing atau arahan terlebih dahulu sebelum memulai
acara baik siaran langsung maupun tidak.
Seperti hal di atas, JTV juga menerima kritikan. Dikutip dari Hadi
melalui grup opera, JTV mendapatkan kritikan pada acara Pojok Kampung
karena penggunaan istilah yang dianggap kurang sopan seperti empal brewok
yang pada bahasa Indonesia berarti alat kelamin perempuan.
Tim kreatif juga tidak jarang melakukan kesalahan-kesalahan dalam
menyampaikan hasil kreativitasnya, seperti dua program yang ditayangkan
oleh Trans TV yang mendapatkan teguran oleh KPI atau Komisi Penyiaran
Indonesia. Program acara tersebut adalah Reportase dan John Pantau yang
dinilai telah melanggar aturan dalam P3 dan SPS KPI tahun 2009. Adapun
teguran bagi program John Pantau merupakan teguran kedua yang diberikan

9

KPI Pusat. Komisi Penyiaran Indonesia, melalui situs resmi terbaru
menyebutkan bahwa peneguran dijelaskan dalam dua surat teguran KPI Pusat
yang ditujukan ke direktur utama Trans TV, Wishnutama, Selasa, 18 Oktober
2011. Di surat teguran yang ditandatangani KPI Pusat, Dadang Rahmat
Hidayat, dijelaskan pelanggaran program Reportase yang ditayangkan pada 10
Agustus 2011 mulai pukul 04.49 WIB adalah penayangan adegan kekerasan
berupa tindakan fisik berulang-ulang yang dilakukan oleh seseorang yang
menggunakan parang tanpa sensor. Sedangkan pelanggaran program acara
John Pantau yang ditayangkan pada 11 September 2011 mulai pukul 16.17
WIB adalah penayangan adegan-adegan yang memuat penghinaan, pelecehan
dan merendahkan perbedaan individu atau kelompok masyarakat tertentu.
Pada program ini ditayangkan proses pemburuan, penangkapan, sampai
pemborgolan dua orang dengan masalah kejiwaan. Selain itu, ditayangkan
juga adegan tim kreatif yang dengan sengaja memasukkan host ke dalam
ruangan yang berisi kelompok orang dengan masalah kejiwaan sebagai bahan
tertawaan.
Begitu pula tim kreatif pada JTV sebagai televisi lokal, JTV sering
digunakan sebagai ajang kampanye pada calon Gubernur. Dalam hal ini
Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jatim memanggil manajemen
JTV (Jawa Pos Media Televisi). Televisi lokal itu dinilai melakukan
pelanggaran penayangan iklan calon gubernur di masa tenang Pemilihan
Gubernur (pilgub) Jawa Timur putaran kedua. Sikap tegas KPID ini
berdasarkan

rekomendasi

Panitia

pengawas

Pilgub

Jatim

yang

mengungkapkan pada saat masa tenang, televisi yang berkantor Graha Pena
Surabaya ini telah menayangkan iklan calon gubernur di waktu yang
seharusnya tidak boleh disiarkan, yaitu pada tanggal 1-3 November 2008
(duniatv.blogspot).
Dari uraian latar belakang di atas kreativitas tim kreatif yang merupakan
kreativitas figural sangatlah diperlukan bagi stasiun televisi, namun
bagaimana cara tim kreatif agar mampu mempertahankan atau bahkan

10

menaikkan rating program acara yang diproduksinya tanpa berbuat
kecurangan.
Dari keperluan stasiun televisi, baik televisi nasional maupun televisi
lokal akan tim kreatif dan juga permasalahan dengan tim kreatif bahkan
fenomena-fenomena yang lain mengenai tim kreatif penulis ingin meneliti
studi tentang kreativitas figural pada tim kreatif media televisi.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana
Gambaran Tentang Kreativitas Figural Pada Tim Kreatif Media Televisi?”.

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Kreativitas
Figural Pada Tim Kreatif Media Televisi.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya dan memberikan sumbangan
atau referensi ilmiah bagi Ilmu Psikologi, khususnya di bidang Psikologi
Sumber Daya Manusia.
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan referensi
bagi organisasi atau sebuah perusahaan mengenai kreativitas figural pada
institusi maupun organisasi dan perusahaan televisi khususnya untuk
manager HRD (Human Resources Development).

STUDI TENTANG KREATIVITAS FIGURAL
PADA TIM KREATIF MEDIA TELEVISI

SKRIPSI

Oleh:
FADFASH MUHAMMAD RUSYDA
07810051

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

STUDI TENTANG KREATIVITAS FIGURAL
PADA TIM KREATIF MEDIA TELEVISI

SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang
Sebagai salah satu persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi

Oleh:
FADFASH MUHAMMAD RUSYDA
07810051

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh
Alhamdulillah, segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Studi Tentang Kreeativitas Figural
Pada Tim Kreatif Media Televisi” ini dapat diselesaikan setelah melalui proses usaha
keras yang memerlukan segenap tenaga dan pikiran. Skripsi ini dimaksudakan untuk
memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas
Muhammadiyah Malang.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya atas segala bantuan yang telah diberikan baik secara langsung
maupun tidak langsung sehingga karya ini bisa selesai. Penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada :
1.

Ibu Dra. Cahyaning Suryaningrum, M. Si selaku dekan fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang.

2.

Ibu Dra. Djudiyah, M. Si selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan
arahan dan pengetahuan baru kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini, dan juga atas kesabaran dan nasehatnya yang sangat
berarti.

3.

Bapak Zakarija Achmat, S.Psi, M.Si selaku pembimbing II. Terima kasih atas
bimbingan dan arahan yang sangat berarti dalam membantu penulis
menyelesaikan skripsi ini, dan juga tidak bosan-bosannya memberikan nasehat
yang sangat berarti.

4.

Ibu Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si selaku dosen wali kelas A angkatan
2007. Terima kasih telah banyak membantu dalam proses akademik dan juga
semangatnya kepada kami semua.

5.

Segenap Dosen Fakultas Psikologi yang telah banyak memberi ilmu
pengetahuan kepada penulis, serta Staff TU atas bantuannya selama ini.

6.

Segenap keluarga besar Televisi X yang telah menyediakan tempat untuk
penulis, terima kasih atas kesediaan waktu dan perhatiannya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.

7.

Ayah dan Ibuku, terima kasih atas doa, dukungan, serta perhatian yang tak
terhingga kepada penulis. Rasanya ucapan terimakasih dan gelar sarjana saja tak
cukup untuk membalas kebaikan kalian. Adek-adekku, Azky dan Fifil yang
menjadi motivator, tiru kebaikan dan jangan ikuti keburukan kakak kalian.

8.

Untuk seluruh saudaraku di Pondok Pesantren Mahasiswa Alhikam Angkatan
2007 pengalaman luar biasa bersama kalian.

9.

Untuk seluruh teman-temanku Psikologi angkatan 2007, terutama kalian, Anak
Kelas A, Doni, Inung, Cino, Ndos, Topek, Ria, Panca, Romo, Ade, Firdian,
Nandar, Bili, Mbek, Mat, Arul, Kebo, Ciput, Fajar, Ega dan anggota kos 19B
Penki, Bentol, Ari, Rumpil, Bogrek, Haikal.

10. Keluarga besar Inter Club Indonesia (ICI) Regional Malang, menjadi bagian dari
kalian anugerah terindah bagiku sebagai Interisti.
11. Kepada semua pihak, penulis ucapkan banyak terima kasih yang tak terhingga.
Semoga Allah SWT membalas segala amal dan kebaikannya. Penulis
menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna dengan segala
keterbatasan yang ada, sehingga kritik dan saran demi perbaikan karya skripsi ini
sangat penulis harapkan. Meski demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wa Rahmatullahi Wa barakatuh.

Malang, 07 Mei 2012
Penulis

Fadfash Muhammad Rusyda

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................

i

INTISARI. .......................................................................................................

iii

DAFTAR ISI....................................................................................................

v

DAFTAR TABEL ............................................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................

viii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................

1

B. Rumusan Masalah ............................................................................

10

C. Tujuan Penelitian .............................................................................

10

D. Manfaat Penelitian ...........................................................................

10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kreativitas
1. Pengertian Kreativitas .................................................................

11

2. Karakteristik Kreativitas .............................................................

12

3. Jenis-jenis Kreativitas .................................................................

14

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas ............................

16

5. Alat Ukur Kreativitas Figural.................................................... …

20

B. Tim Kreatif Televisi. ........................................................................

21

C. Kreativitas Figural pada Tim Kreatif Media Televisi................ ........

22

D. Kerangka Pemikiran .........................................................................

24

BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian .......................................................................

25

B. Variabel Penelitian ...........................................................................

25

C. Definisi Operasional ........................................................................

26

D. Populasi Dan Sampel .......................................................................

26

E. Lokasi Penelitian ..............................................................................

27

F. Metode Pengumpulan Data ..............................................................

27

G. Validitas dan Reliabilitas Alat Tes ...................................................

28

H. Prosedur Penelitian ..........................................................................

28

I. Metode Analisa Data................................................................ .........

29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Subjek Penelitian dan Analisa Data ..................................

31

1. Deskripsi Subjek Penelitian..................................................... ... ..

31

2. Analisa Data ...............................................................................

32

a. Kelancaran Berpikir...................................................................

33

b. Keluwesan Berpikir...................................................................

33

c. Originalitas.................................................................................

34

d. Elaborasi....................................................................................

35

B. Pembahasan .....................................................................................

35

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................

40

B. Saran ................................................................................................

40

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

41

LAMPIRAN.....................................................................................................

44

DAFTAR TABEL

Tabel
1. Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ........................................................

31

2. Subjek Berdasarkan Usia .......................................................................

31

3. Subjek Berdasarkan Pendidikan Terakhir ...............................................

32

4. Hasil Data T Skor ..................................................................................

32

5. Hasil Skor Fluency ................................................................................

33

6. Hasil Skor Flexibility .............................................................................

34

7. Hasil Skor Originality ............................................................................

34

8. Hasil Skor Elaborasi ..............................................................................

35

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A : - Norma Kelompok Tim Kreatif Televisi X
- Rekapitulasi Psikotes Kreativitas Figural
- Data T Skor Kreativitas Figural
LAMPIRAN B :

Instrumen Originalitas TKF

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 1989. Prosedur penelitian suatu pendekatan Praktis. Jakarta: PT. Bima
Karya.
Azwar, S. 2007. Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
_______. 2000. Reliabilitas dan validitas. Edisi kelima. Yogjakarta: Pustaka Pelajar
Offset. Broadcaster Development Program General Training. (2009)
Chandra, J. 1994. Kreativitas: Bagaimana menanamkan, membangun, dan
mengembangkannya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Chaplin, J.P. 2000. Kamus lengkap psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Coleman, JC. Dan C. L. Hammen. 1974. Contemporary psychology and effective
behavior. Glenview: Scot, Foresman, and Co.
Duniatv.blogspot.http://duniatv.blogspot.com/2008/11/langgar-aturan-kampanyekpid-panggil.html. Diakses 10 Agustus 2011
Falanta,

Evilin. 2011. http://industri.kontan.co.id/news/duh-ternyata-jumlahpenonton- sinetron-di-kuartal-i/. Diakses 10 Juli 2011

Guilford, J.P. and Benjamin Fruchter. 1973. Fundamental statistics in psychology
and education. New York: McGraw-Hill.
Hendrakusuma, D. 2007. Siklus kehidupan. dalam surat sahabat. Edisi 06 - Juni
2007. Jakarta : Unit Corporate Secretary.
Hurlock. 1993. Psikologi perkembangan. Edisi ke-5. Jakarta: Erlangga.
Jtv. 2012.http://www.jtv.co.id/. Diakses 7 Januari 2012
Kerlinger, F. 2006. Azas-azas penelitian behavioral. Yogyakarta : Gajahmada
University Press.
___________. 2004. Asas-asas penelitian behavioral. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Luxboy. 2008. http://gugling.com/2008/12/10/bukan-empat-mata-memang-kreatif/.
Diakses 26 Agustus 2011
McQuail, Dennis, 2008. Teori komunikasi massa. Erlangga. Jakarta

Munandar, Utami. 1977. Creativity and Education. A Study of the Relationship
Between Measures of Creative Thinking and a Number of Educational
Variables in Indonesia Primary and Junior Secondary School. Jakarta :
Depdikbud
________.1983. Kreativitas Sebagai Aktualitas Diri: Suatu Tinjauan Psikologis.
Kreativitas: Kumpulan 12 makalah. Jakarta: PT. Dian Rakyat. Campbell,
D. 1986. Mengembangkan kreativitas. Yogyakarta: Penerbit Kamisius.
________. 1983. Kreativitas sebagai aktualitas diri: suatu tinjauan psikologis.
kreativitas: kumpulan 12 makalah. Jakarta: PT. Dian Rakyat.
________, Achir, Y.A., Winata, S., Lestari, P., Rosemini, Rifameutia, T., & Hartana,
G.
1988. Laporan penelitian standardisasi tes kreativitas figural.
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
________. 1988. Kreativitas sepanjang masa. Jakarta: CV. Muliasari.
________. 1992. Mengembangkan bakat dan kreativitas anak sekolah: petunjuk bagi
para guru dan orang tua. Jakarta: Grasindo.
________. 1999. Kreativitas dan keberbakatan: strategi mewujudkan potensi kreatif
dan bakat. Cetakan ke-3. Jakarta: PT. Gramedia
________. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat . Jakarta :PT. Rineka
Cipta.
Morissan, MA, 2005. Buku jurnalistik televisi teori dan praktik. Ramdina Prakarsa.
Tangerang.
Naratama, R. 2004. Menjadi sutradara televisi. Jakarta: Grasindo.
Pitriawanti, Arista. 2010. Pengaruh intensitas menonton televisi dan komunikasi
orang tua – anak terhadap kedisiplinan anak dalam mentaati waktu
belajar: Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Rayendra, Panditio. 2011, 20 Oktober. RATING REPORT: OVJ Kembali Nomor 1,
"Gol-gol fatimah" Tamat . Tabloid Bintang.
Rowe, A.J. 2005. Creative intelligence: membangkitkan potensi inovasi dalam diri
dan organisasi anda. Bandung: Kaifa.
Syafei.

2012.
http://www.scribd.com/doc/76566449/41002-3-470434083644.
Diakses 9 Mei 2012.

Sugiono. 2004. Statistika untuk penelitian. Cetakan Keenam. Penerbit Alfabeta.
Bandung.

Supriadi, D. 1994. Kreativitas, kebudayaan, dan perkembangan Iptek. Bandung:
Alfabeta.
Syarif, Fuad. 2008. http://www.kabarindonesia.com/beritaprint.php/. Diakses 12 Juli
2011
Timpe, AD. 1999. Seri manajemen sumber daya manusia: kreativitas. Jakarta:
Penerbit Bumi Aksara.
West, M. A. 2000. Developing creativity in organization. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Wibowo, Arief. 2008. Peran tim kreatif dalam proses produksi acara talk show MTV
zipper di global TV. Universitas Mercu Buana.
Wikipedia. http//www.wikipedia.org/wiki/Televisi_Republik_Indonesia. Diakses 12
Juli 2011
Winardi, J. 1990. Teori organisasi dan pengorganisasian. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada
Winarsunu, T. 2006. Statistik dalam penelitian psikologi dan pendidikan edisi revisi.
Malang : UMM Press.
_________(2009, 30 November). Sumatera Express