BAB II LANDASAN TEORI A. Penilaian Hasil Belajar 1. Definisi - Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SMA Negeri 1 Pematangsiantar

BAB II LANDASAN TEORI A. Penilaian Hasil Belajar

1. Definisi Hasil belajar dijelaskan dengan berbagai defenisi oleh para peneliti.

  Hasil belajar menurut Winkel (1996) didefenisikan sebagai pencapaian tujuan intruksional, berupa proses penilaian terhadap suatu objek yang telah dikuasai maupun yang telah dicapai oleh siswa, Djamarah (2006) menjelaskan hasil belajar merupakan hasil dari perubahan perilaku akibat adanya pengalaman melalui proses belajar mencapai tujuan pembelajaran. Sudjana (2005) juga mengatakan hasil belajar adalah hasil yang diperoleh dari proses pemberian nilai terhadap pengalaman belajar, dan penilaian terhadap hasil belajar diukur melalui norma, patokan, maupun kriterium tertentu, dan hasil belajar menurut Bloom (dalam Uno, 2009) diklasifikasikan pada tingkat kognitif, afektif, dan psikomotorik.

  Dari beberapa pengertian di atas, maka dijelaskan secara umum hasil belajar sebagai sejumlah hasil penilaian dari perubahan tingkah laku setelah melalui proses belajar mengajar mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar dapat diketahui dengan melakukan penilaian- penilaian tertentu melalui pemberian tes untuk menunjukkan sejauh mana kriteria-kriteria penilaian telah tercapai.

  2. Tujuan Penilaian Hasil Belajar

  Menurut Sudjana (2005), tujuan maupun manfaat dari penilaian terhadap hasil belajar, yakni: a.

  Mendeskripsikan kecakapan belajar siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau meta pelajaran yang ditempuhnya. Dengan pendeskripsian kecakapan tersebut dapat diketahui pula posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan siswa lainnya.

  b.

  Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku siswa ke arah tujuan pendidikan yang diharapkan.

  c.

  Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta sistem pelaksanaannya.

  d.

  Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

  3. Fungsi Penilaian Hasil Belajar

  Sudjana (2005) menyatakan beberapa fungsi dari penilaian hasil belajar, yaitu: a. Sebagai alat untuk mengetahui (mengukur) tingkat keberhasilan dan keefektifan proses belajar mengajar melalui pencapaian tujuan instruksional b. Sebagai informasi maupun umpan balik terhadap penilaian dari hasil belajar siswa kepada pihak sekolah, kepada siswa dan kepada orangtua.

  c. Sebagai acuan untuk memperbaiki proses belajar dan meningkatkan kegiatan belajar siswa. d . Sebagai Informasi untuk keperluan seleksi.

4. Klasifikasi Hasil Belajar

  Menurut Bloom (dalam Uno, 2009) hasil belajar dapat diklasifikasikan pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

  a. Ranah Kognitif (Cognitive Domain) Ranah kognitif terdiri dalam kawasan yang membahas tujuan pembelajaran yang berkenaan dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai tingkat evaluasi. Kawasan kognitif terdiri dari enam tingkatan yang saling berurutan dari yang paling rendah sampai tingkat yang paling tinggi, yakni: 1. Tingkat Pengetahuan (Knowledge).

  Pengetahuan diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengingat atau menggulang kembali pengetahuan yang pernah dipelajari.

  2. Tingkat Pemahaman (Comprehension) Pemahaman diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan maupun menerjemahkan sesuatu dengan cara tersendiri, terhadap bahan yang dipelajari. Adapun kemampuan ini dinyatakan dalam kemampuan dalam menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, maupun kemampuan siswa dalam pemahaman mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu kebentuk lain.

  3. Tingkat Penerapan (Application) Penerapan diartikan sebagai kemampuan seseorang menggunakan pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan berbagai masalah yang timbul, mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode yang bekerja pada suatu kasus maupun permasalahan. Tingkat kemampuan dapat dinyatakan dalam pengaplikasian suatu rumus pada proses penyelesaian suatu permasalahan.

  4. Tingkat Analisis (Analysis) Analisis diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan pengetahuan dalam menganalisis permasalahan yang dihadapi, dan menganalisis cara apa yang dapat dipakai dalam memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari, analisis mencakup kemampuan utnuk merinci suatu kesatuan kedalam bagian-bagian sehingga dapat dipahami dengan baik. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam penganalisaan bagian-bagian pokok atau komponen- komponen dasar; bersama dengan hubungan atau relasi antara bagian- bagian tersebut.

  5. Tingkat Sintesis (Synthesis) Sintesis diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menghubungkan atau menyatukan berbagai elemen dalam unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk suatu pola baru yang lebih menyeluruh. Kemampuan analisis dapat dinyatakan dalam penyusunan suatu rencana, seperti penyusunan satuan pelajaran atau proposal penelitian ilmiah, dalam mengembangkan suatu skema dasar sebagai pedoman dalam memberikan ceramah, dan sebagainya.

  6. Tingkat Evaluasi (Evaluation) Evaluasi diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam membuat keputusan yang tepat berdasarkan kriteria pengetahuan yang dimiliki, evaluasi mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat tersebut berdasarkan kriteria tertentu.

  b. Ranah Afektif (Affective Domain) Ranah afektif adalah suatu kawasan yang berkaitan dengan sikap, nilai interes (ketertarikan), apresiasi (penghargaan), dan penyesuaian sosial.

  Ranah afektif ini terdiri dari lima tingkatan yang terdiri dari tingkatan paling rendah sampai tingkatan yang paling tinggi, yakni:

  1. Tingkat kemampuan penerimaan (Receiving) Kemampuan menerima merupakan kemampuan maupun kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan suatu ransangan.

  2. Tingkat kemampuan menanggapi (Responding) Kemampuan menanggapi merupakan bentuk kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.

  Tingkat partisipasi dalam kemampuan menanggapi dapat dinyatakan dalam memberikan suatu reaksi terhadap rangsangan yang disajikan.

  3. Tingkat penilaian atau penentuan keyakinan dalam sikap (Valuing) Tingkat penilaian atau penentuan keyakinan dalam sikap berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam memberikan penilaian terhadap sesuatu. Tingkat penilaian dapat dinyatakan dalam perkataan maupun tindakan atau sikap, seperti; menerima, menolak, atau mengabaikan, maupun adanya apresiasi (penghargaan) terhadap sesuatu, maupun sikap atau kesungguhan (komitmen) yang sesuai dan konsisten.

  4. Tingkat penerapan karya atau organisasi (Organization) Tingkat penerapan karya atau organisasi berhubungan dengan penerimaan terhadap berbagai sistem nilai yang berbeda-beda berdasarkan pedoman terhadap suatu sistem nilai. Tingkat penerapan karya atau organisasi mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan.

  5. Tingkat ketekunan dan ketelitian Tingkat ketekunan dan ketelitian adalah tingkat afektif yang paling tinggi.

  Kemampuan ini mencakup penghayatan nilai yang dipercaya dilakukan dengan ketekunan, dan ketelitian (kehati-hatian) terhadap perilaku yang dilakukan. seseorang yang mampu mencapai tingkatan ini memiliki kemampuan dalam menyeleraskan suatu perilaku sesuai dengan sistem nilai yang dianut. c. Ranah Psikomotorik (Psychomotoric Domain) Ranah psikomotorik berkaitan dengan keterampilan yang dimiliki seseorang secara manual maupun motorik. Ranah psikomotorik memiliki tingkatan dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks, yakni:

  1. Tingkat persepsi (Perception) Persepsi dalam hal ini berhubungan dnegan penggunaan indra dalam melakukan suatu kegiatan, contoh kemampuan dalam persepsi dapat terlihat melalui kemampuan dalam mengetahui kerusakan dari suatu alat melalui suara yang sumbang, atau menghubungkan suara alunan musik dengan suatu gerakan tari tertentu.

  2. Tingkat kesiapan (Set) Kesiapan merupakan adanya kemampuan dalam kesiapan mental, maupun kesiapan fisik serta kesiapan emosi maupun perasaan dalam melakukan suatu tindakan.

  3. Tingkat respons terbimbing (Guided Response) Tingkat kemampuan respons terbimbing merupakan kemampuan untuk melakukan suatu gerakan sesuai dengan contoh yang diberikan. Dimana gerakan tersebut terbiasa terjadi akibat usaha meniru, mengikuti atau mengulangi suatu perbuatan.

  4. Tingkat mekanisme (Mechanical Response) Tingkat mekanisme merupakan suatu perilaku respon yang sudah dipelajari dan menjadi kebiasaan sehingga gerakan yang ditampilkan menunjukkan suatu kemahiran.

  5. Tingkat kemahiran Tingkat kemahiran adalah kemampuan seseorang yang sudah trebiasa menjadi mahir dalam melakukan suatu gerakan yang sesuai, karena sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan. Kemampuan ini dinyatakan dalam menggerakkan anggota- anggota tubuh, sesuai dengan prosedur yang tepat, seperti latihan menari.

  6. Gerakan adaptasi (Adaptation Response) Gerakan adaptasi adalah penampilan gerakan motorik yang terbiasa yang mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar, tepat dan efisien. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam suatu rangkaian perbuatan yang berurutan dan menghubungkan beberapa sub keterampilan menjadi suatu keseluruhan gerak-gerik yang teratur, seperti berlatih sepak bola.

  7. Originalitas atau kreatifitas (Originalitity or Creativity) Originalitas atau kreativitas merupakan suatu tindakan yang mampu menciptakan pola atau gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi maupun ma salah tertentu, Originalitas mencakup kemampuan untuk melahirkan pola gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri.

  5. Pengukuran Penilaian Hasil Belajar

  Menurut Winkel (1996), Tingkatan penilaian terhadap hasil belajar pada Tingkat Menegah Atas (SMA) diatur dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) atau criterion-referenced grading. Penilaian hasil belajar terdiri atas sepuluh langkah dengan menggunakan bilangan sebagai lambang yakni 1 sampai 10. Tabel 1. Penilaian Hasil Belajar Berdasarkan Penilaian Acuan Patokan (PAP) yang diumum digunakan di Sekolah Menengah Atas (SMA).

  Nilai (Angka) Interpretasi Nilai

  1 Amat Buruk

  2 Buruk

  3 Amat Kurang

  4 Kurang

  5 Tidak Cukup

  6 Cukup

  7 Lebih dari Cukup

  8 Baik

  9 Amat Baik

  10 Istimewah

  6. Jenis Tes Penilaian Hasil Belajar

  Sudjana (2005) mengutarakan bahwa alat-alat yang digunakan dalam melakukan penilaian hasil belajar adalah tes. Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa. Tes dikategorikan menjadi dua, yaitu tes uraian dan tes objektif.

  1. Tes uraian adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendisukusikan, membandingkan, memberi alasan, dan bentuk lain yang sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri.

2. Tes objektif dibagi lagi menjadi beberapa bentuk soal, yaitu: a.

  Bentuk soal jawaban singkat Bentuk soal jawaban singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam bentuk kata, bilangan, kalimat atau simbol dan jawabannya hanya dapat dinilai dari benar-salah. Tes bentuk ini cocok untuk mengukur pengetahuan yang berhubungan dengan istilah terminologi, fakta, prinsip, metode, prosedur dan penafsiran data yang sederhana.

  b.

  Bentuk soal benar-salah Bentuk soal benar-salah adalah bentuk tes yang soal-soalnya berupa pernyataan yang benar dan sebahagian lagi berupa pernyataan yang salah.

  Pada umumnya bentuk soal benar-salah dapat dipakai untuk mengukur pengetahuan siswa tentang fakta, definisi dan prinsip.

  c.

  Bentuk soal menjodohkan Bentuk soal menjodohkan terdiri atas dua kelompok pernyataan yang paralel. Kedua pernyataan ini berada dalam satu kesatuan. Kelompok sebelah kiri merupakan bagian yang berisi soal-soal yang harus dicari jawabannya. Dalam bentuk yang paling sederhana, jumlah soal sama dengan jumlah jawaban. Bentuk soal menjodohkan hanya dapat mengukur hal-hal yang didasarkan atas fakta dan hafalan.

  d.

  Bentuk soal pilihan ganda Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat 1.

  Stem merupakan pertanyaan atau pernyataan yang berisi permasalahan yang akan dinyatakan.

2. Option merupakan sejumlah pilihan atau aternatif jawaban. Alternatif jawaban terbagi menjadi dua, yaitu kunci dan pengecoh (distractor).

  Kunci merupakan jawaban benar yang paling tepat sedangkan pengecoh (distractor) merupakan jawaban lain selain kunci jawaban.

7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

  Hasil belajar menurut Djamarah (2006), juga dipengaruhi faktor

  • – faktor sebagai berikut, yaitu: a.

  Faktor Eksternal Faktor eksternal dapat bersumber dari lingkungan belajar disekolah seperti: 1. Tujuan

  Tujuan adalah serangkaian pedoman maupun sasaran yang akan dicapai dalam proses pembelajaran. Pencapaian tujuan pembelajaran merupakan salah satu bentuk dari keberhasilan dari proses pembelajaran.

  2. Pendidik Tenaga pendidik dalam hal ini adalah guru yang dalam proses pembelajaran bertugas memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada siswa dengan perbedaan karakteristik dan latarbelakang siswa yang berbeda-beda

  3. Anak Didik Siswa adalah pelaku dalam kegiatan pembelajaran yang melakukan proses belajar yang mengalami perubahan perilaku akibat adanya proses belajar.

  4. Kegiatan Pembelajaran Pola umum kegiatan pembelajaran berupa interaksi antara guru dengan anak didik dan bahan sebagai perantara. Dalam proses pembelajaram guru memberikan kegiatan pembelajaran yang dimana kegiaran pembelajaran akan memberikan pengaruh pada hasil belajar siswa.

  Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajafran yang tepat akan menentukan kualitas dan pencapaian tujuan dari hasil belajar yang dicapai.

  5. Sarana dan Fasilitas Sarana maupun fasilitas yang mendukung proses pembelajaran, seperti ruangan kelas yang tennag, nyaman, meja kursi yang dipakai siswa dalam kondisi yang baik, maupun alat fasilitas pendukung lainnya yang masih layak dipergunakan oleh siswa selama pembelajaran.

  6. Bahan dan Alat Evaluasi Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapa dikurikulum pembelajaran yang dimana bahan pelajaran tersebut sudah dipelajari oleh siswa guna kepentingan ulangan. Alat evaluasi yang umum digunakan adalah: benar-salah (true-false), pilihan ganda (multiple-choice), menjodohkan (matching), melengkapi (completion), dan essay.

  7. Suasana Evaluasi Pelaksanaan evaluasi umumnya dilaksanakan didalam kelas, dengan membagi jumlah anak didik berdasarkan kelas masing-masing.

  Pembagian jumlah siswa mempengaruhi suasana evaluasi. Selama evaluasi siswa diawasi dengan seorang pengawas yang mengamati sikap, gerak-gerik yang dilakukan oleh anak didik.

  b. Faktor Internal Faktor internal seperti faktor fisiologis berupa faktor kesehatan baik dari segi kondisi fisik maupun dari kondisi panca indera dan faktor psikologis berupa minat, bakat, motivasi, intelegensi, kepribadian, kesiapan, perhatian.

B. Motivasi Belajar

1. Definisi

  Pengertian motivasi dijelaskan oleh para peneliti dengan berbagai bahasa, seperti motivasi menurut Djamarah (2006) merupakan suatu perubahan energi dari dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Purwanto (2000) motivasi dalam belajar adalah suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar tindakan yang dilakukan bermanfaat dalam mencapai tujuan tertentu.

  Beberapa peneliti lain yang juga menjelaskan bahwa motivasi adalah sumber pengerak dari dalam diri siswa seperti Dalyono (2007) menjelaskan motivasi belajar adalah suatu daya penggerak atau pendorong yang dimiliki siswa untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauan dalam belajar untuk mencapai tujuan tertentu yang diharapkan.

  Santrock (2008) juga menjelaskan bahwa motivasi berbentuk semangat, kegigihan perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama, serta motivasi belajar terdiri dari dua aspek, yaitu:

  a. Motivasi Intrinsik Motivasi intrinsik melibatkan dorongan untuk melakukan sesuatu atas keinginan sendiri, dimana dalam motivasi intinsik ini memiliki dua tipe, yakni: 1. Motivasi intrinsik berdasarkan penentuan diri dan pilihan personal.

  2. Motivasi intrinsik berdasarkan pengalaman optimal.

  b. Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik dapat berupa usaha dalam melakukan atau mendapatkan suatu tujuan dengan berbagai cara. Motivasi ekstrinsik biasanya dipengaruhi oleh pemberian hadiah maupun hukuman. Berdasarkan berbagai definisi motivasi belajar diatas dapat dikatakan bahwa motivasi belajar adala suatu dorongan dari dalam maupun dari luar diri siswa yang mengarahkan siswa dalam mengerakkan usaha dalam belajar untuk pencapaian tujuan yang direncanakan.

2. Peran Motivasi Dalam Belajar

  Menurut Uno (2008) motivasi dalam belajar dan pembelajaran memiliki tiga peranan, yaitu: a.

  Motivasi dalam menentukan penguatan belajar Motivasi dapat berperan sebagai penguat dalam belajar apabila seorang anak diharapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan dan hanya daat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya, dengan kata lain motivasi dapat menentukan hal-hal apa di lingkungan anak yang dapat memperkuat perbuatan belajar.

  b.

  Motivasi berperan dalam memperjelas tujaun belajar Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu jika yang dipelajari sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak, dengan pengalaman ini anak akan semakin termotivasi untuk belajar karena sedikit anak sudah mengetahui makna dari belajar itu sendiri.

  c.

  Motivasi menentukan ketekunan belajar Seorang anak telah termotivasi untuk belajar sesuatu akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal ini tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar, sebaliknya apabila seseorang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar maka doa tidak tahan lama belajar, ini berarti motivasi sangat berpengaruh terhadap ketahanan dan ketekunan belajar.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

  Menurut Elliot, dkk.(2000) adapun faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah sebagai berikut.

  a. Kecemasan Kecemasan yang dimaksud adalah kecemasan situasional, yang diartikan sebagai suatu kecenderungan untuk merasa cemas pada beberapa situasi tetapi tidak pada situasi lainnya.

  b. Sikap Sikap dapat didefinisikan sebagai cara individu yang relatif permanen dalam hal merasakan, berpikir dan bertingkah laku terhadap sesuatu atau orang lain.

  c.

  Keingintahuan Keingintahuan sering digambarkan sebagai perilaku yang aktif, suka mengeksplorasi atau memanipulasi sesuatu.

  d.

  Locus of control Locus of control dapat diartikan sebagai penyebab terjadinya tingkah laku, yang dapat diatribusikan terhadap diri sendiri (internal locus of control) atau dari luar diri (external locus of control).

  e.

  Ketidakberdayaan (Learned helplessness) Perasaan tak berdaya yang dipelajari (learned helplessness) adalah reaksi individu untuk merasa frustasi dan putus asa setelah kegagalan yang terjadi berulang kali. f.

  Efikasi Diri (self-efficacy) Efikasi diri merupakan keyakinan individu terhadap kemampuan yang dimiliki untuk mengendalikan seluruh kehidupannya, termasuk perasaan dan kompetensinya.

  g.

  Belajar Bersama Belajar bersama (kooperatif) diartikan sebagai serangkaian metode instruksional dimana peserta didik didorong untuk bekerjasama dalam menyelesaikan tugas akademik yang bertujuan membantu peserta didik yang satu dengan yang lain untuk belajar.

C. Strategi Pembelajaran

1. Definisi

  Strategi pembelajaran dikenal sebagai suatu rancangan pembelajaran yang akan dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung. Banyak peneliti yang mendefenisikan strategi pembelajaran dengan bahasa nya masing- masing, seperti Uno (2009) mendefenisikan pembelajaran adalah perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa, proses belajarnya tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi juga berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

  Degeng (dalam Uno, 2007) pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa; dimana didalamnya terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasip pengajaran yanh diinginkan, dan pemilhan penetapan dan pengembangan metode didasarkan pada kondisi pengajaran yang ada.

  Selain itu peneliti lain seperti Kemp (dalam sanjaya, 2009) mendefenisikan strategi pembelajaran sebagai bentuk suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan oleh guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Trianto (2011) juga mendefenisikan Strategi pembelajaran adalah perpaduan dari urutan kegiatan, cara mengorganisasikan materi pelajaran dan siswa, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Peneliti lain seperti Dick dan Carey (dalam Trianto, 2008) strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa, selain itu strategi pembelajaran dapat juga menggunakan beberapa metode, dimana terdapat lima komponen umum dari strategi pembelajaran yakni adanya kegiatan pra pembelajaran, penyajian informasi, partisipasi siswa, tes dan tindak lanjut.

  Slavin (2008) mendefenisikan strategi pembelajaran suatu perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru sebelum memulai proses belajar- mengajar agar segala sumber belajar yang dipakai dapat berfungsi secara optimal untuk mencapai tujuan pembelajaran.

  Berdasarkan pendapat diatas, pengertian strategi pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa perencanaan atau rancangan prosedur sebelum proses belajar agar penggunaan sumber-sumber belajar yang dipakai dapat dipergunakan secara optimal untuk mencapai hasil belajar yang maksimal

2. Prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran

  Menurut Uno (2009) terdapat 3 pedoman atau panduan penggunaan suatu strategi pembelajaran yakni: a. Tidak ada satu materi pun yang unggul untuk semua tujuan dalam kondisi

  b. Metode atau strategi pembelajaran yang berbeda memiliki pengaruh yang berbeda dan konsisten pada hasil pembelajaran c. Kondisi pembelajaran bisa memiliki pengaruh yang konsisiten pada hasil pengajaran.

3. Strategi Pembelajaran Kooperatif

  Strategi pembelajaran terbagi kedalam strategi-strategi pembelajaran seperti strategi pembelajaran ekspositori, kooperatif, inkuiri, strategi pembelajaran berbasis masalah, dan beberapa strategi pembelajaran lainnya. Menurut Sanjaya (2009) strategi pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar secara berkelompok yang disetiap kelompok belajar dengan siswa heterogen yang terdiri dari siswa-siswa yang memiliki tingkat kemampuan akademik yang berbeda didalam satu kelompok. Kelompok

  • – kelompok kecil terbagi kedalam empat sampai enam orang siswa yang mempunya latar belakang kemampuan akademik yang berbeda, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda.

  Tujuan dari strategi pembelajaran kooperatif menurut Zamroni (dalam, Sanjaya 2009) adalah untuk mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individual.

  Slavin (2008) juga mendefinisikan strategi pembelajaran kooperatif sebagai strategi pembelajaran yang selama proses pembelajaran, dimana siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari empat sampai lima orang siswa, dimana setiap anggota kelompok dituntut untuk bekerjasama, belajar berani berargumen dengan menghargai pendapat teman, saling membantu dalam menjelaskan materi yang tidak diketahui oleh teman satu kelompok, dalam memahami, maupun menguasai suatu pokok pembahasan atau materi pelajaran yang diberikan guru.

  Sedangkan Trianto (2011) menjelaskan staregi pembelajaran kooperatif sebagai kelompok belajar kecil yang berisikan empat sampai enam orang siswa yang bersifat heterogen, dengan tujuan dibentuknya kelompok adalah memberikan kesempatan pada semua siswa akif dalam proses belajar, setiap kelompok bertugas mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, untuk meningkatkan kinerja dan tanggungjawab siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep- konsep yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berfikir kritis.

  Berdasarkan penjelasan para peneliti yang mendefenisikan strategi pembelajaran, Penyusunan strategi pembelajaran kooperatif memiliki sejumlah tujuan, seperti yang juga dijelaskan oleh Jhonson & Jhonson (dalam Winkel, 1996) bahwa strategi pembelajaran kooperatif dapat memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok.

  Tujuan strategi pembelajaran dapat disimpulkan sebagai bentuk dari salah satu strategi yang dipakai dalam proses belajar-mengajar, dengan menenpatkan siswa yang terdiri dari 4 sampai 6 orang siswa didalam kelompok belajar kecil yang memiliki karaterisitik yang heterogen, dengan aktivitas belajar siswa yang lebih aktif dalam mencari, menjelaskan, dan menggunakan semua sumber belajar, siswa diharapkan mampu memahami dan menyelesaikan permasalahan dalam pembelajaran melalui interaksi dan kerjasama dengan siswa lainnya, memiliki peran dan tanggungjawab yang sama dalam memahami materi pelajaran dan menuntaskan tugas kelompok.

4. Manfaat Strategi Pembelajaran Kooperatif

  Menurut Davidson, dkk (dalam Trianto, 2011), strategi pembelajaran kooperatif mempunyai sejumlah manfaat, yakni: a. Kelompok kecil memberikan dukungan sosial untuk belajar.

  Dalam kelompok kecil terdapat sikap saling ketergantungan yang pisitif antara siswa, setiap siswa dapat bekerjasama dan saling membantu dalam hal menanyakan pertanyaan yang tidak jelas, mendiskusikan pendapat, belajar memberikan pendapat, maupun kritikan yang membangun kepada oranglain. Setiap anggota adalah bagian dari kelompok yang saling terikat dan bekerjasama untuk mencapai satu tujuan, serta menyimpulkan penemuan mereka dalam bentuk tulisan.

  b. Kelompok kecil menawarkan kesempatan untuk sukses bagi semua siswa.

  Dalam hal ini interaksi siswa akan semakin meningkat, hal ini dirancang agar semua siswa mampu mempelajari konsep dan strategi pemecahan masalah secara bersama-sama dan saling membantu dalam mencapai sukses.

  c. Setiap siswa mempunya keterampilan interpersonal.

  Dalam kelompok siswa belajar untuk berinteraksi dalam hal diskusi maupun mengambil sikap dalam membantu dan mencari solusi dalam permasalahan kelompok melalui argumentasi yang logis, bermanfaat dan lebih objektif.

  d. Proses kelompok Dalam proses kelompok setiap siswa mendiskusikan cara dalam mencapai tujuan dan hubungan kerja yang baik dengan ide-ide yang menarik dan lebih menantang.

  e.

  Pencapaian kesuksesan dari pencapaian tujuan diberikan kepada kelompok yang mampu mencapai kriteria yang ditentukan, yakni setiap anggota kelompok mampu menguasai materi pelajaran dan siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan orang lain.

5. Karakteristik Strategi Pembelajaran Kooperatif

  Trianto (2011) menjelaskan ciri-ciri atau karaktersitik dari strategi pembelajaran kooperatif, yakni: a. Setiap kelompok kecil terdiri dari siswa yang heterogen yang mempunyai tingkatan kemampuan yang tinggi, sedang dan rendah.

  b. Setiap kelompok kecil terdiri dari kemampuan, jenis kelamin, suku, ras yang berbeda-beda yang saling membantu. c. Tujuan dari dibentuknya kelompok-kelompok kecil adalah memberikan kesempatan kepada setiap siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan kegiatan belajar.

  d. Setiap anggota kelompok bertugas mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya dalam ketuntasan belajar.

  e. Setiap anggota kelompok berkumpul dalam kelompok dalam beberapa kali pertemuan, dimana dalam kelompok siswa diajarkan keterampilan- keterampilan khusus agar siswa dapat bekerjasama dengan baik didalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar aktif, memberikan penjelasan kepada teman kelompok dengan baik, berdisikusi,dan lain sebagainya.

  f. Dalam proses pembelajaran siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan.

  g. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu dimana kelompok dikatakan berhasil mencapai pembelajaran nya ketika setiap anggota kelompok mampu menguasai materi pelajaran, demikian sebaliknya ketika setiap anggota kelompok belum mampu menguasai materi pelajaran maka dikatakan kelompok tidak berhasil dalam mencapai pembelajarannya.

6. Langkah-Langkah Strategi Pembelajaran Kooperatif

  Menurut Trianto (2011) ada tahapan atau langkah-langkah dalam pelaksanaan strategi pembelajaran kooperatif, yakni: a. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.

  Pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan dari pembelajaran yang ingin dicapai pada setiap pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar.

  b.

  Menyajikan Informasi Pada langkah kedua ini guru menyajikan informasi kepada siswa baik dengan jalan peragaan (demonstrasi), lewat bahan bacaan, maupun lewat tes.

  c.

  Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar.

  Guru memberi penjelasan bagaimana cara membentuk kelompok- kelompok kecil, sebagai kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan perubahan yang efisien.

  d.

  Membantu kerja kelompok dalam belajar.

  Guru membimbing kelompok

  • –kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.

  e.

  Evaluasi.

  Guru mengetes mengevaluasi hasil belajar siswa melalui materi pelajaran yang telah dipelajari setiap siswa dalam kelompok f.

  Memberikan Penghargaan.

  Guru menggunakan cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

7. Keunggulan Dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Kooperatif

  Menurut Sanjaya (2009) strategi pembelajaran kooperatif memilikisejumlah kelebihan dan kekurangan yaitu sebagai berikut : a. Keuntungan Strategi Pembelajaran Kooperatif

  1. Melalui strategi pembelajaran kooperatif, siswa tidak terlalu bergantung pada guru akan tetapi, siswa diarahkan untuk meningkatkan kepercayaan kemampuan berfikir sendiri, menmukan informasi dari berbagai sumber dan belajar dari siswa yang lain.

  2. Melalui strategi pembelajaran koooperatif siswa dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide- ide orang lain.

  3. Melalui strategi pembelajaran kooperatif siswa dapat membantu untuk respek pada oranglain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.

  4. Strategi pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial.

  5.Strategi pembelajaran kooperatif membantu siswa lebih bertanggungjawab dalam belajar b. Kelemahan Strategi Pembelajaran Kooperatif

  1. Penilaian yang diberikaan dalam strategi pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok, bukan berdasarkan individual.

  2. Membutuhkan waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan stategi pembelajaran yang lain.

  3. Bagi siswa yang memiliki kelebihan atau tingkat kecerdasan yang diatas rata-rata siswa lainnya, strategi ini akan menghambat perkembangan mereka yang mampu menyerap informasi selama proses belajar secara lebih cepat dibandingkan teman

  • – teman yang lain.

D. Profil SMA Negeri 1 Pematangsiantar

  SMA Negeri 1 Pematangsiantar berdiri tahun 1959, beralamat pada jalan Parsoburan No. 24 Pematangsiantar, Kecamatan Siantar Marihat Kota Pematangsiantar. SMA Negeri 1 Pematangsiantar memiliki jumlah siswa kelas X,

  XI, XII, sebanyak 445 siswa pada periode tahn 2012/2013. Adapun jumlah ruangan kelas yang dipakai untuk keseluruhan siswa berjumlah 32 kelas, yakni 13 ruangan untuk kelas X, 8 ruangan untuk kelas XI, dan 11 ruangan untuk kelas XII.

  SMA Negeri 1 Pematangsiantar juga memiliki beberapa tenaga pengajar, dimana jumlah tenaga pengajar(Guru) sebanyak 112 guru yang terdiri dari 11 guru Pendidikan Agama, guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) 6 orang, guru Bahasa Indonesia 9 orang, guru Bahasa Inggris 13 orang, guru Matematika 12 orang, guru Fisika 6 orang, guru Biologi 7 orang, guru Kimia 8 orang, guru Sejarah 3 orang, guru Geografi 4 orang, guru Ekonomi 7 orang, guru Sosiologi 5 orang, guru Pendidikan Seni 3 orang, guru Penjaskes 3 orang, guru Teknik Informasi Komunikasi (TIK) 4 orang, guru Bimbingan Konseling (BK) 7 orang, dan guru Bahasa Jerman 4 orang.

  SMA Negeri 1 Pematangsiantar juga memiliki fasilitas sarana yang mendukung pembelajaran seperti perpustakaan, laboratoriun IPA, laboratorium bahasa, laboratorium komputer, ruang baca, ruang osis, musholla, kantin, Unit Kesehatan Siswa (UKS). SMA Negeri 1 Pematangsiantar juga merupakan salah satu sekolah yang selalu mengikuti Program Pendidikan Nasional, yakni memberlakukan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sejak Tahun pelajaran 2008/2009 sebagai pengganti dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).

1. Visi dan Misi Sekolah

  a. Siswa SMA Negeri 1 Pematangsiantar menjadi siswa yang berbudi pekerti luhur, berakhlak mulia, serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

  b. Siswa SMA Negeri 1 Pematangsiantar menjadi siswa yang berprestasi baik dalam bidang akademik maupun non-akademik.

  c. Memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.

  d. Menyediakan fasilitas belajar yang memadai, lingkungan belajar yang nyaman dan situasi belajar mengajar yang kondusif.

  e. Menyediakan fasilitas untuk pengembangan bakat dan kemampuan sebagai bekal bermasyarakat.

  f. Menyiapkan sumber daya manusia yang handal mampu dan mengerti kebutuhan pembangunan utntuk mensejahterakan masyarakat.

  g. Menumbuhkan sikap disiplin dan semangat keunggulan kompetitif baik dalam bidang imtaq maupun IPTEK.

  h. Menyiapkan siswa yang berprestasi untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. i. Menyelenggarakan pendidikan untuk mengembangkan budi pekerti yang luhur, akhlak mulia dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

E. Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika

  Matematika termasuk salah satu jenis pembelajaran yang menuntut pemahaman kompleksitas dari siswa, sebab itu pelajaran matematika sampai saat ini menjadi pelajaran yang tidak disukai oleh sebagian besar pelajar, alasan, yang umumnya melatarbelakanginya seperti matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit sehingga menjadi momok yang menakutkan dan dijauhi kebanyakan siswa di sekolah (Masduki, 2011). Berbagai pembelajaran yang menyenangkan berupaya selalu ditingkatkan untuk menarik ketertarikan siswa untuk belajar dan mengubah konsep siswa yang negatif pada pelajaran metematika. Interaksi yang terjadi selama proses belajar membawa penilaian siswa terhadap pelajaran dan berdampak pada pencapaian tinggi rendahnya nilai hasil belajar. Beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat bersumber dari faktor internal maupun faktor eksternal (Djamarah, 2006).

  Faktor eksternal adalah faktor dari luar diri siswa yang turut mempengaruhi hasil belajar. Menurut sanjaya (2009) salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar adaah strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah rancangan atau desain pembelajaran yang disusun oleh guru dengan pencapaian tujuan proses pembelajaran yang diharapkan.

  Desain pembelajaran dengan suasana belajar yang menyenangkan dapat mengarahkan perhatian siswa, pelajaran menjadi jauh lebih mudah dipahami dan lebih bertahan lama dalam ingatan siswa, (Mahmud, 1989). Pemilihan strategi pembelajaran yang benar dapat mendukung dan meningkatkan hasil belajar tetapi penggunaan strtaegi pembelajaran yang tidak tepat akan memberikan pengaruh negatif terhadap hasil belajar siswa, karena prestasi belajar seorang siswa salah satunya turut dipengaruhi oleh metode mengajar yang tersusun didalam strategi pembelajaran yang diterapkan (Suryabrata, 1983; Djamarah, 2006).

  Strategi pembelajaran yang saat ini sedang digalakkan didalam dunia pendidikan salah satunya adalah strategi pembelajaran kooperatif.

  Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan pembelajaran lainnya, karena pembelajaran kooperatif memiliki keungguan yakni adanya interdependensi tugas, intesependensi ganjaran, interaksi siswa dengan sumber belajar, dan kompetisi (Suprayekti, 2006). Melalui pembelajaran kooperatif para siswa diharapkan aktif melalui interaksi saling membantu, berdiskusi, berdebat, atau saling menilai pengetahuan dan pemahaman satu sama lain.

  Faktor eksternal dalam lingkungan pembelajaran melalui penerapan strategi pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan hasil belajar matematika, dan faktor lain luar pembelajaran yang juga berperan serta dalam meningkatkan hasil belajar matematikaadalah siswa atau pembelajar sendiri (Dalyono, 2007).

  Dorongan dari dalam diri siswa yang menggerakkan usaha dalam melakukan sesuatu guna mencapai suatu tujuan adalah motivasi. Santrock (2008) mengartikan motivasi sebagai proses yang memberikan semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Motivasi belajar adalah salah satu bagian penting dalam membangun usaha siswa untuk mampu memperoleh nilai hasil belajar yang tinggi.

  Motivasi belajar adalah salah satu faktor yang memperkuat suatu perbuatan yang dilakukan, dan tujuan yang jelas dari suatu perbuatan yang dilakukan akan membuat siswa memiliki arah dari kegiatan yang dilakukan (Winkel, 1996), didukung juga oleh Winataputra dan Sardiman (2002,2003) yang menyatakan motivasi belajar akan mendorong keberhasilan dari pencapaian tujuan pembelajaran, dan tanpa motivasi kegiatan belajar mengajar sulit untuk berhasil.

  Kondisi pembelajaran di Indonesia, pada umunya masih berfokus pada pembelajaran yang berpusat pada guru aktif serta siswa sebagai objek pasif dalam menerika pelajaran menyebabkan kondisi belajar menjadi pasif sehingga pembelajaran menjadi membosankan (Sanjaya, 2008). Kepasifan siswa dalam kondisi belajar yang membosankan dan menurut Masduki (2011) mengakibatkan motivasi belajar siswa rendah.

  Motivasi memberikan dukungan atau peran yang membantu siswa mencapai hasil belajar yang baik atau tidak baik, dengan kata lain motivasi belajar berhubungan dengan hasil belajar siswa (Purwanto, 2006), oleh sebab itu motivasi belajar mendorong siswa untuk tetap semangat dalam belajar (Winkel, 1996).

  Salah satu bentuk dalam hal meningkatkan lingkungan belajar yang kondusif adalah melalui pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan mendorong ketertarikan, keinginan siswa belajar guna mencapai hasil belajar yang maksimal melalui penerapan strategi pembelajaran kooperatif (Suprapto, 2013), dan pentingnya peranan motivasi memberikan dukungan terhadap pencapaian tujuan pembelajaran dengan kata lain motivasi belajar berhubungan dengan hasil belajar siswa (Purwanto, 2006).

  Berdasarkan uraian di atas, peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh strategi pembelajaran dan motivasi belajar terhadap hasil belajar matematika siswa SMA Negeri 1 kelas X di Pematangsiantar.

F. Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan permasalahan dan landasan teori yang dikemukakan sebelumnya maka peneliti mengajukan tiga hipotesis mayor dan empat hipotesis minor, yaitu

  Hipotesis Mayor : a.

  Ada pengaruh strategi pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar matematika siswa.

  b.

  Ada pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar matematika siswa. c.

  Ada interaksi strategi pembelajaran dan motivasi belajar terhadap yang mempengaruhi hasil belajar matematika siswa.

  Hipotesis Minor: a. Ada pengaruh motivasi belajar tinggi terhadap hasil belajar matematika pada siswa yang memakai strategi pembelajaran non- kooperatif.

  b.

  Ada pengaruh motivasi rendah terhadap hasil belajar matematika pada siswa yang memakai strategi pembelajaran non-kooperatif.

  c.

  Ada pengaruh motivasi tinggi terhadap hasil belajar matematika pada siswa yang memakai strategi pembelajaran kooperatif.

  d.

  Ada pegaruh motivasi rendah terhadap hasil belajar matematia pada siswa yang memakai strategi pembelajaran kooperatif

Dokumen yang terkait

Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SMA Negeri 1 Pematangsiantar

3 43 165

Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Metode Turnamen Belajar (Learning Tournament) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Iv Min Parung

1 9 200

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (Student Team Achievement Divisions) STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD

1 6 165

Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Aktif Terhadap Motivasi Belajar Matematika Siswa

2 19 99

Pengaruh Pendekatan KOntekstual Strategi REACT Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa

0 5 170

BAB II LANDASAN TEORI - Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Di Min 6 Tulungagung - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 2 35

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 Hasil Belajar 2.1.1.1 Definisi Hasil Belajar - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning Berbantuan Media

0 1 12

BAB II LANDASAN TEORI 2. 1 Konsep Hasil Belajar - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Sarana Pembelajaran dan Partisipasi Orang Tua terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS di Kalangan Siswa SMPN 1 Getasan

0 0 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI BEALAJAR BAHASA MANDARIN 1. Definisi Motivasi Belajar - Gambaran Motivasi Belajar Bahasa Mandarin Siswa SMA Methodist 2 Medan

0 0 20

Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SMA Negeri 1 Pematangsiantar

0 2 59