BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI BEALAJAR BAHASA MANDARIN 1. Definisi Motivasi Belajar - Gambaran Motivasi Belajar Bahasa Mandarin Siswa SMA Methodist 2 Medan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI BEALAJAR BAHASA MANDARIN

1. Definisi Motivasi Belajar

  Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere yang berarti bergerak (move). Santrock (2007) mendefinisikan motivasi adalah perubahan dalam diri atau pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang memberi motivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama.

  Dalam kegiatan belajar, maka motivasi belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2003).

  Motivasi belajar akan timbul, apabila siswa sendiri turut menentukan kegiatan belajarnya dengan pengalaman yang dimiliki sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Mc. Donald (dalam Bahri 2002), mengatakan bahwa :

  Motivation is an energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction”. (Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan).

  Sejalan dengan pernyataan di atas, Brophy (2004) menyatakan bahwa motivasi belajar lebih mengutamakan respon kognitif, yaitu kecenderungan siswa untuk mencapai aktivitas akademis yang bermakna dan bermanfaat serta mencoba untuk mendapatkan keuntungan dari aktivitas tersebut. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan memperhatikan pelajaran yang disampaikan, membaca untuk memahaminya dan menggunakan strategi-strategi yang mendukung. Selain itu siswa juga memiliki keterlibatan yang intens dalam aktivitas belajar tersebut, rasa ingin tahu yang tinggi, mencari bahan-bahan yang berkaitan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan bergantung pada apakah aktivitas tersebut menarik atau menyenangkan. Intinya motivasi belajar melibatkan tujuan-tujuan belajar dan strategi yang berkaitan dalam mencapai tujuan belajar tersebut.

  Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah dorongan dalam diri siswa untuk melakukan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar dapat tercapai.

2. Fungsi Motivasi Belajar

  Motivasi belajar akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Sardiman (2007) menjelaskan 3 fungsi motivasi belajar antara lain : 1) Mendorong untuk melakukan sesuatu; 2) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai; 3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan mana yang harus dikerjakan guna mencapai tujuan

  Selanjutnya Uno (2007) menjelaskan bahwa fungsi motivasi belajar adalah sebagai berikut: 1) Mendorong manusia untuk melakukan suatu aktivitas yang didasarkan atas pemenuhan kebutuhan; 2) Menentukan arah tujuan yang hendak dicapai; 3) Menentukan perbuatan yang harus dilakukan.

  Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa fungsi motivasi belajar antara lain adalah untuk mendorong, menggerakkan dan mengarahkan aktivitas-aktivitas peserta didik dalam belajar sehingga mendapat hasil yang maksimal.

3. Jenis – Jenis Motivasi Belajar

  Terdapat 2 jenis motivasi belajar (Santrock, 2004) yaitu : motivasi intrinsik yang berasal dari dalam diri seseorang dan motivasi ekstrinsik yaitu berasal dari luar diri seseorang. Sahabuddin (2000) mengemukakan bahwa sumber datangnya motivasi biasanya digolongkan ke dalam dua hal yaitu dari dalam dan dari luar diri orang yang bermotivasi. Adapun jenis-jenis motivasi belajar yang dikemukakan oleh Santrock (2004) dijelaskan sebagai berikut: a.

  Motivasi intrinsik, yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu sebagai contoh, orang yang senang membaca b.

  Motivasi ekstrinsik, yaitu motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena ada rangsangan dari luar. Motivasi ekstrinsik seringkali dipengaruhi oleh ganjaran eksternal seperti pemberian hadiah dan hukuman

  Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa terdiri dari dua jenis berdasarkan sumber dorongannya yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

  Menurut Elliot, dkk (200) ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa, yaitu: a.

  Kecemasan Ada beberapa sumber kecemasan bagi siswa ketika berada di dalam kelas, seperti guru, ujian, teman, hubungan sosial, dan lain-lain. Kecemasan terhadap beberapa sumber kecemasan tersebut akan berpengaruh terhadap performansi siswa. Apabila tingkat kecemasan relatif rendah atau sedang, maka hal itu akan bersifat konstruktif. Namun, apabila kecemasan tersebut berada pada tingkat yang relatif tinggi, maka hal itu bisa bersifat destruktif.

  b.

  Sikap Sikap merupakan cara individu dalam hal merasakan, berpikir dan bertingkah laku terhadap sesuatu atau orang lain dan sifatnya relatif permanen.

  Dalam hal ini, guru memiliki pengaruh yang besar dalam hal perubahan tingkah laku siswa melalui komunikasi yang persuasif. Cara guru memperlakukan siswa dapat mempengaruhi sikap siswa selama proses belajar.

  c.

  Rasa ingin tahu Rasa ingin tahu siswa ditampilkan dalam perilaku yang aktif, suka mengeksplorasi atau memanipulasi sesuatu. Keadaan yang rileks, kebebasan untuk mengeksplorasi sesuatu, dan penerimaan terhadap hal - hal yang tidak biasa dapat mendorong rasa ingin tahu siswa.

  d.

   Locus of control Locus of control diartikan sebagai keyakinan individu atas apa yang terjadi

  dalam hidupnya apakah disebabkan karena kemampuan diri sendiri (internal locus

  of control ) atau dari luar diri / lingkugan (external locus of control). Jika siswa

  percaya bahwa kesuksesan dan penghargaan yang mereka raih dikarenakan kemampuan mereka sendiri, maka mereka telah dianggap mampu untuk mengendalikan tujuan mereka (internal locus of control). Sebaliknya, siswa yang percaya bahwa kesuksesan dan penghargaan yang mereka raih dikarenakan faktor keberuntungan, maka mereka dianggap memiliki kontrol yang rendah terhadap tujuan mereka (external locus of control).

  e.

   Learned helplessness Learned helplessness adalah perasaan tak berdaya pada diri seseorang yang

  menggambarkan kondisi frustasi dan putus asa setelah kegagalan yang terjadi berulang kali. Siswa yang merasa tidak memiliki kemampuan ketika dihadapkan dengan suatu masalah seringkali langsung merasa putus asa dan tidak melakukan suatu apapun untuk mengatasinya.

  f.

  Efikasi diri Efikasi diri merupakan keyakinan individu terhadap kemampuan yang dimiliki untuk mengendalikan seluruh kehidupannya, termasuk perasaan dan kompetesinya. Siswa yang memiliki efikasi diri yang tinggi cenderung untuk memfokuskan perhatian dan usahanya pada tuntutan tugas dan berusaha meminimalisasi kesulitan yang mungkin terjadi.

  g.

  Belajar bersama ( kooperatif ) Belajar bersama ( kooperatif ) merupakan suatu metode dalam belajar dimana siswa bekerja sama dalam menyelesaikan tugas akademik. Metode ini bertujuan agar seorang siswa dapat membantu siswa lainnya dalam belajar. Salah satu caranya adalah dengan membentuk kelompok diskusi dalam mengerjakan suatu tugas.

5. Ciri-ciri Motivasi Belajar Tinggi

  Sardiman (2007) menyatakan bahwa motivasi belajar yang tinggi yang ada dalam diri setiap individu memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) Tekun menghadapi tugas; (2) Ulet menghadapi kesulitan belajar (tidak lekas putus asa); (3) Menunjukkan minat terhadap pelajaran; (4) Lebih senang bekerja Mandiri; (5) cepat bosan dengan tugas rutin (6) Dapat mempertahankan pendapatnya; (7) Senang mencari dan memecahkan masalah; (8) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini.

  Ciri-ciri motivasi belajar berdasarkan pendapat Uno (2007) adalah sebagai berikut : 1) Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil; 2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; 3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan; 4) Adanya penghargaan dalam belajar; 5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; 6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif

  Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi dapat dilihat dari beberapa ciri, diantaranya siswa tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan belajar, senang terhadap mata pelajaran tertentu, tidak bosan dengan tugas rutin, keinginan berhasil yang tinggi, ada cita – cita di masa depan.

B. BAHASA MANDARIN

  Bahasa adalah suatu pengetahuan atau kemampuan mengenai sistem tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan oleh para anggota masyarakat tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2005). Siahaan (2005) menyatakan bahwa bahasa berperan penting dalam kehidupan manusia seperti berpikir, berkomunikasi, dan bernegoisasi dengan orang lain.

  Bahasa Mandarin adalah bahasa nasional yang digunakan di negara China.

  • – Bahasa Mandarin mempunyai ciri tertentu dari intonasi dan aksaranya. Satuan satuan tata bahasa Mandarin meliputi morfem, kata , frasa, dan kalimat. Satuan terkecil tata bahasa adalah morfem. Morfem membentuk kata, kata membentuk frasa, dan frasa membentuk kalimat (Xin, 2005).

1. Sejarah Bahasa Mandarin di Indonesia

  Munculnya bahasa Mandarin di Indonesia tidak seperti bahasa asing pada umumnya. Di Indonesia perkembangan bahasa Mandarin menjadi terhambat ketika pemerintah orde baru membatasi segala hal yang berbau Cina dan bahasa Mandarin paling dilarang penggunaannya. Menurut Yi ( 1997 ) pada tahun 1965- 1966 kira-kira ada sekitar 629 sekolah Mandarin di Indonesia ditutup. Kejadian ini berlangsung dari tahun 1966-1998, yang diperkuat dengan dikeluarkannya keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Nomor 016 tanggal

  16 Juli 1966 tentang penutupan sekolah yang berbahasa pengantar Cina. Selain itu Presiden Soeharto juga mengeluarkan instruksi Presiden Nomor 14 tanggal 6 Desember 1967 tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat istiadat Cina yang berisi larangan etnik Cina di Indonesia melaksanakan tata cara ibadat dan adat istiadat di depan umum.

  Pada tahun 2000, pemerintah mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 6 tahun 2000 tentang pencabutan Inpres No 14 Tahun 1967. Peraturan ini memperbolehkan Cina peranakan untuk kembali melaksanakan kepercayaan dan adat istiadatnya secara bebas. Dengan dikeluarkannya peraturan tersebut membuat eksistensi peranakan Cina semakin diakui di Indonesia serta mendapatkan kembali kebebasan dalam menggunakan bahasa Mandarin.

  Presiden Megawati Soekarno Putri menindaklanjuti dengan mengeluarkan keputusan Presiden Nomor 19/2000 tertanggal 9 April 2002 yang meresmikan Imlek sebagai hari libur nasional. Mulai 2003, Imlek resmi dinyatakan sebagai salah satu hari libur nasional

  Sejalan dengan perkembangan kebudayaan China, bahasa Mandarin juga mengalami perkembangan pesat. Semenjak era reformasi bahasa Mandarin di Indonesia semakin lama semakin berkembang. Hal ini dapat diketahui dari banyaknya sekolah-sekolah yang memasukkan pelajaran bahasa Mandarin, banyaknya didirikan tempat kursus, baik resmi maupun tidak resmi, seperti les privat.

2. Fungsi Bahasa Mandarin di Indonesia

  Bahasa Mandarin sebagai bahasa asing memiliki peranan dalam berkomunikasi dengan orang lain terlebih lagi untuk tahun-tahun mendatang disaat bangsa Indonesia akan menghadapi pasar bebas dunia versi APEC 2010 (Anwar, 2003).

  Fatoni (dikutip Soedja, 2003) menambahkan bahwa bahasa Mandarin kerap digunakan dalam percakapan orang etnis Cina. Etnis ini pada umumnya lebih banyak berkecimpung sebagai pelaku usaha atau bisnis. Oleh karena itu, untuk terlibat dalam kegiatan para pelaku usaha atau bisnis ini maka dibutuhkan pula suatu penguasaan dalam berbahasa, yaitu bahasa Mandarin itu sendiri.

  Sukarso (2005) menambahkan bahwa selain masalah pendidikan, pengajaran bahasa Mandarin saat ini di Indonesia terkait dengan diterimanya RRC dalam world Trade Organization (WTO) dimana kehadiran Cina dalam WTO akan berdampak luas pada perekonomian global dan budaya

  Pendapat tersebut diperkuat dengan kenyataan bahwa bahasa Mandarin yang digunakan sebagai bahasa resmi Cina dan Taiwan, merupakan salah satu dari empat bahasa resmi Singapura dan salah satu dari enam bahasa resmi PBB dimana 1/5 penduduk dunia menggunakan salah satu bentuk bahasa Tionghoa sebagai penutur asli dalam bentuk standar (Siregar, 2005).

  Dalam upaya menanggapi tuntutan pasar akan pentingnya pembelajaran bahasa Mandarin, Sekolah Menengah Atas (SMA) sebagai salah satu bentuk satuan pendidikan menengah mempunyai tantangan dan harapan agar dapat berpartisipasi menjawab tuntutan tersebut. Saat ini SMA atau sekolah menengah lainnya sudah banyak yang menjadikan bahasa Mandarin sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah, baik sebagai mata pelajaran pokok maupun ekstrakulikuler.

  Para siswa yang duduk di jenjang pendidikan menengah ini dipersiapkan agar mampu bersaing pada dunia kerja yang sekarang ini sudah banyak mensyaratkan sumber daya manusia yang mempunyai keterampilan berbahasa asing. Dengan adanya hal ini para siswa juga menjadi termotivasi untuk belajar bahasa Mandarin.

  Dari pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi bahasa Mandarin di Indonesia selain sebagai alat komunikasi adalah untuk meningkatkan daya saing individu agar dapat ikut serta berpartisipasi menghadapi perkembangan global khususnya dalam bidang ekonomi dan budaya.

3. Aspek-Aspek Pelajaran Bahasa Mandarin

  Dalam pengertian yang sempit, Mandarin berarti普通 话 dan

   dan

  Dalam pengertian yang luas, Mandarin berarti Beifanghua (secaraberarti "bahasa percakapan Utara"), yang merupakan sebuah kategori yang luas yang mencakup beragam jenis dialek percakapan yang digunakan sebagai bahasa lokal di sebagian besar bagian utara dan barat daya Cina, dan menjadi dasar bagi Beifanghua mempunyai lebih banyak penutur daripada bahasa apapun yang lainnya dan terdiri dari banyak jenis termasuk versi-versi yang sama sekali tidak dapat dimengerti. (Sumber:

  

  Berdasarkan peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 23 tahun 2006 mengenai standar kompotensi untuk lulusan Sekolah Menengah Atas, dijelaskan bahwa bahasa Mandarin merupakan mata pelajaran yang mengembangkan ketrampilan berkomunikasi lisan dan tulisan untuk memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan serta mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya. Mempelajari bahasa Mandarin (zhong wen) tidak bisa terlepas dari penulisan huruf/aksaranya .Contohnya: Dalam bahasa mandarin kata: 你好!( ni hao ) yang berarti apa kabar.

  Salah satu Kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa dalam belajar bahasa Mandarin pada tingkat SMA adalah dapat mengidentifikasi bunyi hanyu pinyin serta mengucapkan bunyi yunmu secara tepat. Menurut Xin (2005) belajar bahasa Mandarin cukup kompleks dan sulit. Didalam bahasa Mandarin banyak pengucapan kata yang sama dan apabila intonasi pelafalannya tidak baik maka makna yang disampaikan akan rancu oleh pendengar lain.

   Program pembelajaran bahasa Mandarin di Indonesia memiliki tujuan agar

  para siswa berkembang dalam hal: kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis secara baik. Untuk SMA yang memiliki kelas program bahasa, bahasa Mandarin akan diajarkan pada siswa di kelas X, XI, dan XII. Pengenalan pelajaran bahasa Mandarin pada siswa kelas X meliputi :

1) Kalimat sapaan : zǎoshang hǎo, xiāwǔ hǎo, wǎnshang hǎo.

  2) Cara berkenalan ( jièshào ) : nǐ hǎo !, nǐ jiào shénme míngzi? 3) Sekolah ( xuéxiào ) : lǎoshī, xuésheng, Yīngwén, Zhōngwén, jiàoshì 4) Keluarga ( jiā ) : xiōngdì, jiéhūn, jiātíng fùnǔ, háizi. 5)

Kegiatan ( húodòng ) : kàn diànyǐng, dǎ qiú, dúshū, yìqǐ.

  Kemudian untuk siswa kelas XI dan XII, materi yang diajarkan guru merupakan lanjutan dari materi yang sudah dipelajari di kelas X, siswa mempelajarinya secara lebih kompleks. Materi tersebut meliputi :

a) Hobi ( ài hào ) : chī fàn, yī ge xīngqī, měi tiān, yóuyǒng.

  b) Cara menulis surat ( xié ) : nián, hěn hǎo, bù yào fannǎo, qǐng tì…wěn…hǎo.

  c) Pemakaian tata bahasa dalam pembentukan kalimat bahasa

  Mandarin seperti : bù d ān…èr qié ; penggunaan de, penggunaan shí. Selain itu kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa adalah seperti Guru juga melatih siswa untuk lebih aktif berkomunikasi dengan menggunakan bahasa

  Mandarin pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, serta mengarahkan siswa agar berani berbicara dengan teman yang lain menggunakan bahasa Mandarin. Pembelajaran bahasa Mandarin di SMA memerlukan adanya fasilitas yang memadai dari sekolah agar siswa lebih bersemangat dalam belajar dan tidak bosan untuk belajar.

C. SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

  Sardiman (2003) menyebutkan bahwa dalam kegiatan belajar - mengajar di sekolah, siswa menempati posisi sentral karena siswa sebagai pihak yang ingin meraih cita - cita, memiliki tujuan dan ingin mencapainya secara optimal sehingga siswa diharapkan lebih aktif dalam melakukan kegiatan belajar.

  Pada umumnya di Indonesia, siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) memiliki usia berkisar 15/16- 18/19. Pada usia tersebut, individu berada pada tahapan masa remaja. Menurut Piaget (dalam Papalia, 2007), pada masa remaja ini, individu berada pada tahap operasional formal yang ditandai dengan berkembangnya kemampuan untuk berpikir abstrak dan menggunakan cara berpikir ilmiah dalam mengatasi suatu masalah.

  

Pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan

yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan (Hurlock, 2002).

1. Perkembangan Remaja

  Perkembangan dalam kehidupan manusia terjadi pada aspek-aspek yang berbeda. Ada tiga aspek perkembangan, yaitu: perkembangan fisik, perkembangan kognitif, dan perkembangan kepribadian dan sosial (Papalia dan Olds, 2001). Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik ( Papalia dan Olds, 2001).

  Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam Papalia dan Olds, 2001) mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak.

  Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal. Pada tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu, dimana mereka sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa depan. Perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari kemampuan seorang remaja untuk berpikir lebih logis. Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan (Santrock, 2001).

  Perkembangan kepribadian dan sosial adalah perubahan cara idividu berhubungan dengan dunia. Dalam hal sosial bahasa memiliki peranan penting, dengan perkembangan bahasa anak akan lebih mengerti orang lain dan lebih mudah dimengerti orang lain. Bahasa digunakan untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial. Semua ini sangat membantu perkembangan tingkah laku dan sikap sosialnya (Santrock, 2001).

2. Tugas Perkembangan Remaja

  Hurlock (2002) menyebut tugas - tugas perkembangan ini sebagai social

  expectations yang artinya setiap kelompok budaya mengharapkan anggotanya

  menguasai keterampilan tertentu yang penting dan memperoleh pola perilaku yang disetujui oleh berbagai usia sepanjang rentang kehidupan. Adapun faktor sumber munculnya tugas

  • – tugas perkembangan adalah : 1.

  Adanya kematangan fisik tertentu pada fase perkembangan tertentu 2. Tuntutan masyarakat secara kultural : membaca, menulis, berhitung, dan organisasi

  3. Tuntutan dari dorongan dan cita - cita individu sendiri (psikologis) yang sedang berkembang itu sendiri : memilih teman dan pekerjaan

4. Tuntutan norma agama

  Super (dalam Brown, 2002) menyatakan bahwa siswa SMA sedang berada pada tahap eksplorasi karirnya, remaja mulai memikirkan alternatif pekerjaan, yang sesuai dengan bakat, minat dan kecerdasan serta potensi yang dimilikinya. Menurut Havighurst (dalam Hurlock, 2002) ada beberapa tugas perkembangan pada masa remaja, yaitu : a) Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya.

  Tujuan dari tugas ini adalah belajar berkembang menjadi orang dewasa diantara orang dewasa lainnya, belajar bekerjasama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama.

  b) Keberhasilan remaja dalam menyelesaikan tugas perkembangan ini akan mengantarkannya kedalam kondisi penyesuaian sosial yang baik dalam keseluruhan hidupnya. Namun jika gagal, maka dia akan mengalami kesulitan dalam hidupnya karena sulit bergaul dengan orang lain.

  c) Mencapai peran sosial sebagai pria dan wanita. Hakikat dari tugas tersebut adalah remaja dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria dan sebagai wanita. Misalnya, melakukan tugas-tugas yang dilakukan oleh pria dewasa, seperti bekerja mencari nafkah untuk keluarga. d) Menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif. Tugas ini bertujuan agar remaja merasa bangga atau bersikap toleran terhadap fisiknya, menggunakan dan memelihara fisiknya secara efektif dan merasa puas dengan fisiknya tersebut.

  e) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya. Hakikat dari tugas ini adalah membebaskan diri dari sikap dan perilaku yang bergantung pada orang tua, mengembangkan sikap respek terhada orang dewasa lainnya tanpa bergantung kepadanya.

  f) Mencapai jaminan kemandirian ekonomi. Tujuan dari tugas perkembangan ini adalah agar remaja merasa mampu menciptakan suatu kehidupan (mata pencaharian). Tugas ini sangat penting dan mendasar bagi remaja.

  g) Memilih dan mempersiapkan karir (pekerjaan). Tujuan tugas ini adalah memilih suatu pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya serta mempersiapkan diri dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk memasuki / terjun dalam pekerjaan tersebut.

  h) Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga. Tujuan dari tugas ini adalah mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup berkeluarga dan memiliki anak serta memperoleh pengetahuan yang tepat tantang pengelolaan keluarga dan pemeliharaan anak. i) Mengembangkan ketrampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan bagi warga negara. Tugas perkembangan bertujuan untuk mengembangkan konsep-konsep hukum, pemerintahan, ekonomi, politik, dan lembaga-lembaga sosial yang cocok dengan dunia modern, serta melatih dan mengembangkan keterampilan berbicara dan berpikir yang penting bagi upaya memecahkan masalah - masalah secara efektif. j) Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial. Tujuan tugas ini adalah berpartisipasi sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab sebagai masyarakat dan memperhitungkan nilai-nilai sosial dalam tingkah laku dirinya. k) Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai petunjuk dalam bertingkah laku. Tujuan dari tugas ini adalah membentuk seperangkat nilai yang mungkin dapat direalisasikan, mengembangkan kesadaran untuk merealisasikan nilai-nilai tersebut, memahami gambaran hidup dan nilai-nilai yang dimilikinya sehingga dapat hidup secara selaras dengan orang lain. l) Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME. Tugas ini bertujuan agar remaja dapat mencapai kematangan sikap, kebiasaan dan pengembangan wawasan dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan dalam kehidupan sehari-hari, baik pribadi maupun sosial. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa salah satu bagian dari tugas perkembangan remaja sebagai peserta didik pada masa SMA adalah mempersiapkan diri dalam hal persiapan karir (pekerjaan). Dengan memiliki ketrampilan dan pengetahuan tertentu maka akan lebih mudah untuk mencapai

hubungan dengan orang lain. Diharapkan dengan perkembangan ketrampilan intelektual akan dapat mencapai kemandirian ekonomi di masa yang akan datang.

D. MOTIVASI BELAJAR BAHASA MANDARIN PADA SISWA SMA METHODIST 2 MEDAN

  Tujuan dari pembelajaran bahasa Mandarin adalah tercapainya keempat aspek keterampilan berbahasa yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Namun, kemampuan berbahasa Mandarin siswa SMA Methodist 2 Medan masih belum optimal. Belajar bahasa Mandarin yang sulit menjadi kendala bagi siswa untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan. Sardiman (2007) mengemukakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam belajar adalah motivasi. Dengan adanya motivasi siswa diharapkan lebih aktif dalam melakukan kegiatan belajar. Tidak adanya motivasi dalam diri siswa akan mengakibatkan siswa tidak semangat dalam belajar dan hasil belajarnya tidak optimal.

  Pada saat mata pelajaran bahasa Mandarin berlangsung beberapa siswa SMA Methodist 2 Medan kurang memperhatikan guru ketika mengajar, mengobrol dengan temannya, serta kelas yang ribut saat pelajaran berlangsung.

  Selain itu beberapa siswa juga tidak tekun mengerjakan tugasnya serta tidak membawa perlengkapan belajar bahasa Mandarinnya. Siswa SMA Methodist 2 Medan juga mengakui akan sulitnya pelajaran ini dan kurang menunjukkan ketertarikannya pada pelajaran tersebut.

  Menurut Sardiman (2007) beberapa ciri-ciri siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi adalah tekun mengerjakan tugas, ulet terhadap kesulitan yang dihadapi selama belajar serta menunjukkan minat terhadap pelajaran tersebut. Motivasi merupakan suatu faktor yang berperan penting dalam diri individu. Uno (2007) menambahkan adanya motivasi pada diri individu akan menimbulkan suatu dorongan dari dalam sehingga individu tersebut melakukan suatu tindakan.

  Dalam hal belajar adanya motivasi sangat diperlukan agar kegiatan belajar yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar dan terarah. Motivasi akan menimbulkan, menjamin kelangsungan, dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dimaksud akan tercapai. Dengan melihat tinggi rendahnya motivasi belajar individu, maka dapat diketahui intensitas, arah, serta kegiatan belajar yang dilakukan (Sardiman, 2003).

  Demikian pula motivasi belajar bahasa Mandarin siswa SMA Methodist 2 Medan sangat diperlukan mengingat bahasa Mandarin adalah salah satu sarana komunikasi yang memiliki peranan dalam dunia perekonomian global dan budaya. Berdasarkan hasil pengamatan dapat ditarik kesimpulan bahwa beberapa siswa belum menunjukkan kemampuan berbahasa Mandarin dengan baik.

  Dengan melihat gambaran motivasi belajar bahasa Mandarin siswa SMA Methodist 2 Medan maka diharapkan dapat menemukan faktor yang menjadi kendala siswa sehingga hasil belajar bahasa Mandarin belum optimal. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan berusaha terus-menerus meskipun menghadapi kesulitan dalam belajar, sampai tujuannya tersebut dapat dicapai.

  Pembelajaran bahasa Mandarin yang sulit membutuhkan ketekunan siswa untuk belajar serta keuletan untuk terus-menerus berusaha dalam menghadapi kesulitan dalam belajar agar tujuannya yaitu mampu berbahasa Mandarin dengan baik dapat tercapai.

  Menurut Ebata (2008) dengan adanya motivasi belajar bahasa akan menimbulkan perasaan positif terhadap bahasa tersebut, sehingga mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan dan menikmati proses belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar bahasa Mandarin yang tinggi, belajarnya lebih tekun dibandingkan dengan siswa yang motivasi belajar bahasa Mandarinnya rendah. Pintrinch (2003) menjelaskan bahwa motivasi belajar merupakan keinginan berperilaku, arah perilaku (pilihan), intensitas perilaku (usaha, berkelanjutan), dan penyelesaian atau prestasi yang sesungguhnya

Dokumen yang terkait

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Analisis Risiko Pajanan Gas SO2 dan NO2 Sumber Transportasi terhadap Gangguan Saluran Pernafasan pada Pedagang Kaki Lima (PKL) di Terminal Terpadu Amplas Kecamatan Medan Amplas Kota Medan

0 0 40

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja 2.1.1 Pengertian Remaja - Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Vulva Hygiene terhadap pH Organ Genitalia Internal pada Siswi SMAN 1 Tiga Panah Kabupaten Karo Tahun 2013

0 0 35

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Vulva Hygiene terhadap pH Organ Genitalia Internal pada Siswi SMAN 1 Tiga Panah Kabupaten Karo Tahun 2013

0 0 10

d) Penyuluhan e) Lampiran 1 - Perilaku Kader dalam Pemantauan Pertumbuhan Balita di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung

0 0 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Balita - Perilaku Kader dalam Pemantauan Pertumbuhan Balita di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung

0 0 21

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Perilaku Kader dalam Pemantauan Pertumbuhan Balita di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung

0 1 8

Pemeriksaan Boraks Pada Bakso yang Dijual Pedagang Kaki Lima dan Warung Bakso di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2014

0 0 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Makanan - Pemeriksaan Boraks Pada Bakso yang Dijual Pedagang Kaki Lima dan Warung Bakso di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2014

0 1 32

Pemeriksaan Boraks Pada Bakso yang Dijual Pedagang Kaki Lima dan Warung Bakso di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2014

0 0 15

Gambaran Motivasi Belajar Bahasa Mandarin Siswa SMA Methodist 2 Medan

0 0 40