BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. Pengertian Perilaku - Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) Dengan Perilaku Merokok Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan Tahun 2014.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku

2.1.1. Pengertian Perilaku

  Perilaku adalah hasil dari pada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan respons seseorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dalam dirinya. Perilaku kesehatan adalah segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan serta tindakannya seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan (Sarwono, 1997 dan Notoatmodjo, 2007).

  Proses pembentukan atau perubahan perilaku dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor dari dalam dan luar individu. Disamping susunan saraf yang mengontrol reaksi individu terhadap rangsangan, aspek-aspek di dalam diri individu yang sangat berpengaruh dalam pembentukan dan perubahan perilaku ialah persepsi, motivasi, dan emosi. Menurut Blum (1974) perilaku itu lebih besar perannya dalam menentukan pemanfaatan sarana kesehatan dibandigkan dengan penyedia sarana kesehatan (Sarwono, 1997).

2.1.2. Klasifikasi Perilaku Kesehatan

  Dari batasan Skiner dalam Notoadmojo (2007), perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu :

  1. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (Health Mantainance) Perilaku pemeliharaan kesehatan adalah usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Aspek pemeliharaan keesehatan terdiri dari tiga aspek yaitu : a.

  Perilaku pencegahan dan penyembuhan penyakit bila sakit serta pemulihan kesehatan bila telah sembuh dari sakit.

  Perilaku peningkatan kesehatan, apabila keadaan seseorang dalam keadaan sehat. Maksudnya orang yang sehat pun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.

  c.

  Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman dapat memelihara serta meningkatkan kesehatan seseorang tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan bahkan mendatangkan kesehatan.

  2. Perilaku Pencarian dan Penggunaan Sistem atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan, atau Perilaku Pencarian Pengobatan (Health Seeking Behavior)

  Perilaku pencarian pengobatan adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit. Tindakan/perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.

3. Perilaku Kesehatan Lingkungan

  Perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik maupun sosial budaya sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Atau perilaku kesehatan lingkungan merupakan bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga ataupun masyarakat disekitarnya.

  Klasifikasi perilaku kesehatan lingkungan menurut Becker, 1979 dibagi menjadi : a.

  Perilaku hidup sehat Perilaku hidup sehat adalah perilaku yang berakaitan dengan upaya atau

  Perilaku ini mencakup antara lain : makan dengan menu seimbang (appropriate

  

diet) , olahraga teratur, tidak merokok, tidak minum minuman keras dan narkoba,

  istirahat yang cukup, mengendalikan stress, dan perilaku atau gaya hidup yang positif.

  b.

  Perilaku sakit (illness behaviour) Perilaku sakit ini mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan peyakitnya dan sebagainya.

  c.

  Perilaku peran sakit (the sick role behavior) Perilaku peran sakit adalah hak dan kewajiban yang harus diketahhui oleh orang sakit ataupun keluarganya. Perilaku ini meliputi : tindakan untuk memperoleh kesembuhan, mengenal/mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan penyembuhan penyakit yang layak, dan mengetahui hak dan kewajiban orang sakit (Notoatmodjo, 2007).

2.2. Teori Determinan Perilaku

  Faktor penentu/faktor-faktor yang mempengaruhi (determinan) perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan resultan dari berbagai faktor baik faktor internal maupun eksternal sebagai berikut : 1.

  Faktor internal adalah karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat bawaaan seperti : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, persepsi, minat, dan sebagainya.

2. Faktor eksternal yakni lingkungan baik lingkungan fisik, sosial, budaya,

  Kedua faktor tersebut akan dapat terpadu menjadi perilaku yang selaras dengan lingkungannya apabila perilaku yang terbentuk dapat diterima oleh lingkungannya dan dapat diterima oleh individu yang bersangkutan.

  Pengetahuan Pengalaman

  Persepsi Keyakinan

  Perilaku Sikap

  Fasilitas Keinginan

  Sosial budaya Kehendak

  

Gambar 1. Determinan Perilaku Manusia (Notoadmodjo, 2012)

2.3. Rokok

  Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar dan dihisap dan/atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana

  Tabacum, Nicotiana Rustica , dan spesies/sintesis lainnya yang asapnya

  mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa tambahan (PP No. 109 Tahun 2012).

  Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dimasukkan dengan mudah kedalam kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut juga umumnya disertai pesan kesehatan merokok, misalnya: kanker paru-paru atau serangan jantung. Walaupun pada kenyataanya itu hanya tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi (Gondodiputro,2007).

2.3.1. Kandungan Rokok

  Sarafindo (1994) menyatakan bahwa rokok mengandung tiga unsur zat yaitu: karbomonoksida (carbomonoxide), tar, nikotin (nicotines).

  a.

  Karbomonoksida (Carbomonoxide) adalah gas yag mudah diserap ke dalam pembuluh darah yang berakibat pada ketergantungan secara fisiologis (physiological dependency).

  b.

  Tar adalah partikel residu yang mungkin dapat menyebabkan gangguan penyakit kanker paru-paru.

  c.

  Nikotin (nicotines) adalah bahan kimia yang bersifat adiktif artinya bahan yang dapat memberi pengaruh ketergantunagn secara psikologis ( Dariyo A, 2004).

  Menurut Gondodiputro tahun 2007, bahan utama rokok adalah tembakau, dimana tembakau mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen dan setidaknya 200 diantaranya berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada tembakau adalah tar, nikotin, dan CO. Selain itu, dalam sebatang tembakau juga mengandung bahan-bahan kimia yang juga sama beracun. Zat-zat beracun yang terdapat dalam tembakau antara lain :

  1. Karbon Monoksida (CO) adalah unsur yang dihasilkan oleh pembakaran tidak sempurna dari unsur zat arang dan karbon. Gas CO yang dihasilkan sebatang tembakau dapat mencapai 3% - 6% dan gas ini dapat dihisap oleh siapa saja. Seseorang yang merokok hanya akan menghisap sepertiga bagian saja yaitu perokok tidak akan menelan semua asap tetapi akan disemburkan keluar.

  2. Nikotin adalah suatu zat yang memiliki efek adiktif dan psikoaktif sehingga perokok akan merasakan kenikmatan, kecemasan berkurang, toleransi dan keterikatan. Banyaknya nikotin yang terkandung dalam rokok adalah sebesar 0,5–3 nanogram dan semua diserap sehingga didalam cairan darah ada sekitar 40-50 nanogram nikotin setiap 1 mlnya. Nikotin bukan merupakan komponen karsinogenik.

  3. Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua dan hitam yang merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru. Kadar tar dalam tembakau antara 0,5 – 35 mg/ batang. Tar merupakan suatu zat karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada jalan nafas dan paru-paru.

  4. Cadmium adalah zat yang dapat meracuni jaringan tubuh terutama ginjal.

  5. Amoniak merupakan gas yang tidak berwarna terdiri dari nitrogen dan hydrogen, zat ini mempunyai bau yang tajam dan sangat merangsang. Karena kerasnya racun yang terdapat pada amoniak sehingga jika masuk sedikit saja kedalam peredaran darah akan mengakibatkan seseorang pingsan atau koma.

  6. HCN (Asam Sianida) merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan, mudah terbakar, dan sangat efesien untuk menghalangi pernafasan dan merusak saluran pernafasan.

  7. Nitrous Oxide merupakan sejenis gas yang tidak berwarna dan bila terhisap sebagai pembius saat melakukan operasi.

  8. Formaldehyde adalah sejenis gas yang mempunyai bau tajam, gas ini tergolong sebagai pembasmi hama. Gas ini juga sangat beracun terhadap semua organisme hidup.

  9. Fenol adalah campuran dari Kristal yang dihasilkan dari beberapa zat organik seperti kayu dan arang.Zat ini beracun dan berbahaya karena fenol ini terikat ke protein sehingga menghalangi aktivitas enzim.

  10. Asetol adalah hasil pemanasan aldehid dan mudah menguap dengan alkohol.

  11.

2 S (Asam Sulfida) adalah sejenis gas yang beracun yang mudah terbakar

  H dengan bau yang keras, zat ini menghalangi oksidasi enzim.

12. Piridin adalah sejenis gas yang tidak berwarna dengan bau tajam. Zat ini dapat digunakan untuk mengubah sifat alkohol sebagai pelarut dan pembunuh hama.

  13. Metil Klorida adalah zat senyawa organik yang beracun.

  14. Methanol adalah sejenis cairan ringan yang mudah menguap dan mudah terbakar. Jika meminum atau menghisap methanol mengakibatkan kebutaan bahkan kematian.

  15. Polycylic Aromatic Hydrocarbonas (PAH) senyawa ini merupakan senyawa reaktif yang cenderung bersifat ganotoksik. Senyawa ini merupakan penyebab tumor.

  16. Volatik Nitrosamine merupakan jenis asap tembakau yang diklasifikasikan sebagai karsinogen yang potensional (Gondodiputro,2007).

2.3.2.Dampak Rokok atau Tembakau Bagi Kesehatan

  terhadap status kesehatan. Merokok berpengaruh pada selaput lendir di mulut sehingga mengurangi sensitifitasnya. Rokok mengurangi perasaan lapar, dan menyebabkan radang di lubang hidung dan gusi serta selaput lendir. Pada perokok dapat ditemukan penyakit lemah lambung, dan sukar mencerna makanan serta adanya gejala kering lidah, nafsu makan berkurang, sehingga enzim pencernaan (pepsin) dan kelenjar lambung yang akan menyebabkan perokok terkena radang usus, yang berat disertai rasa sakit di lambung. Rokok menyebabkan radang di hidung, tenggorokan dan saluran pernafasan serta memudahkan bakteri (yang menyebabkan penyakit organ pernafasan) masuk dan berkembang biak, sehingga terjadilah radang hidung, tenggorokan, saluran pernafasan dan paru-paru (Fauzi, 1997).

  Selain itu, mengkonsumsi tembakau berkontribusi terhadap timbulnya katarak, pneumonia, kanker lambung, kanker pankreas, kanker servik, kanker ginjal dan penyakit lainnya. Penyakit-penyakit ini menambah panjangnya daftar penyakit yang ditimbulkan oleh mengkonsumsi tembakau seperti kanker paru- paru, oesophagus, laring, mulut dan tenggorokan, penyakit paru kronik, melebarnya gelembung pada paru-paru dan radang pada tenggorokan, stroke, serangan jantung dan penyakit kardiovaskular lainnya.

  Hampir 90% kanker paru-paru disebabkan oleh konsumsi tembakau. Tembakau juga dapat merusak sistem reproduksi, berkontribusi pada keguguran, kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, kematian bayi setelah lahir dan mendapatkan penyakit tersebut tetapi masyarakat banyak yang terpapar asap rokok yang kita kenal dengan passive smoking (perokok pasif). Telah terbukti perokok pasif beresiko terkena penyakit kardiovaskular, kanker paru-paru, asma, dan penyakit paru lainnya (Gondodiputro, 2007).

  Rokok mengandung tiga bahan utama yang berdampak bagi kesehatan yaitu tar, nikotin dan karbon monoksida. Jika seseorang merokok 15 sampai 20 batang rokok per hari maka resiko yang dihadapinya adalah 14 kali lebih besar resiko kematian karena kanker paru, tenggorokan, dan mulut. Empat kali resiko kematian kanker esophagus, dua kali resiko serangan jantung dibandingkan dengan bukan perokok. Rokok juga berdampak pada paru-paru dengan meningkatkan resiko bronchitis kronik, dan empisema. Selain kanker paru, rokok juga meningkatkan resiko hipertensi dan bagi wanita perokok yang menggunakan alat kontrasepsi pil akan cenderung membuat darah bergumpal. Dampak buruk merokok tidak hanya bagi perokok tapi juga bagi orang-orang disekitarnya. Di Amerika Serikat sekitar 4.000 orang perokok pasif meninggal setiap tahun karena kanker paru (Djauzi, S. 2004).

  Menurut Gondodiputro (2007) ada beberapa penyakit yang disebabkan rokok yaitu :

  1. Efek Tembakau terhadap susunan saraf pusat Hal ini disebabkan karena nikotin yang diabsorpsi dapat menimbulkan gemetar pada tangan dan kenaikan berbagai hormon dan rangsangan dari sumsum tulang belakang menyebabkan mual, dan muntah. Dilain tempat nikotin juga serasa lebih cemerlang dan mampu menekan rasa lapar. Sedangkan efek lain menimbulkan rangsangan senang sekaligus mencari tembakau lagi. Efek dari tembakau memberi stimulasi depresi ringan, gangguan daya tangkap, alam perasaan, alam pikiran, tingkah laku dan fungsi psikomotor.

  2. Penyakit kardiovaskular Karena asap tembakau akan merusak dinding pembuluh darah. Nikotin yang terkandung dalam asap tembakau akan merangsang hormon adrenalin yang akan menyebabkan perangsangan kerja jantung dan menyempitkan pembuluh darah. Seseorang yang stress yang kemudian mengambil pelarian dengan jalan merokok sebenarnya sama saja dengan menambah resiko terkena jantung koroner. Proses penyempitan arteri koroner yang mengalirkan darah ke otot jantung menyebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan suplai menimbulkan kekurangan darah (ischemia). Sehingga apabila melakukan aktivitas fisik atau stress, kekurangan aliran darah meningkat sehingga menimbulkan sakit dada.

  Penyempitan yang berat/penyumbatan dari satu atau lebih arteri koroner berakhir dengan kematian jaringan/komplikasi dari infark miokard termasuk irama jantung tidak teratur dan jantung berhenti mendadak. Iskemia yang berat dapat menyebabkan otot jantung kehilangan kemampuan untuk memompa sehingga terjadi pengumpulan cairan di jaringan tepi maupun penimbunan cairan di paru-paru. Orang yang merokok lebih 20 batang tembakau per hari memiliki resiko 6 kali lebih besar terkena infark mikard dibandingkan dengan bukan perokok. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab utama kematian di jantung berkaitan dengan konsumsi tembakau.

3. Arteriosklerosis

  Arteriosklerosis merupakan menebal dan mengerasnya pembuluh darah sehingga menyebabkan pembuluh darah kehilangan elastisitas serta pembuluh darah menyempit. Arteriosklerosis dapat berakhir dengan penyumbatan yang disebabkan oleh penggumpalan darah yang menyumbat pembuluh darah. Sekitar 10% dari pasien serius yang menderita gangguan sirkulasi pada tungkai (arteriosklerosis obliteran) 99 diantaranya adalah perokok. Ada 4 tingkat gangguan arteriosklerosis obliteran yaitu tingkat I tanpa gejala, tingkat II kaki sakit saat latihan, misalnya berjalan lebih 200 meter dan kurang dari 200 meter, keluhan hilang bila istirahat, tingkat III keluhan yang timbul saat istirahat umumnya saat malam hari dan bila tungkai ditinggikan, tingkat IV jaringan mati. Dalam stadium ini tindakan yang dilakukan adalah amputasi jika penyumbatan terjadi di percabangan aorta daerah perut akan menimbulkan sakit di daerah pinggang termasuk pula timbulnya gangguan ereksi.

  4. Tukak Lambung dan Tukak Usus Dua Belas Jari Tembakau meningkatkan asam lambung dengan daya perlindungan.

  Tembakau meningkatkan asam lambung sehingga terjadilah tukak lambung dan usus dua belas jari. Perokok menderita gangguan dua kali lebih tinggi dari bukan perokok.

  5. Efek terhadap Bayi Ibu hamil merokok mengakibatkan kemungkinan melahirkan prematur. tahun pertama sehingga akan menderita radang paru-paru maupun bronchitis dua kali lipat dibandingkan dengan yang tidak merokok sedangkan terhadap infeksi lain meningkat 30%. Terdapat bukti bahwa anak yang orang tuanya merokok menunjukkan perkembangan mental terbelakang.

  6. Efek terhadap Otak dan Daya Ingat Akibat proses arteriosklerosis yaitu penyempitan dan penyumbatan aliran darah ke otak yang dapat merusak jaringan otak karena kekurangan oksigen. Studi tentang hubungan tembakau dan daya ingat juga dilakukan baru-baru ini. Dari hasil analisis otak peneliti dari Neuropsychiatric Institute University of California menemukan bahwa jumlah dan tingkat kepadatan sel yang digunakan untuk berfikir pada orang yang merokok jauh lebih rendah dari pada orang yang tidak merokok.

  7. Impotensi Pada laki-laki berusia 30-40 tahun merokok dapat meningkatkan disfungsi ereksi (sekitar 50%). Ereksi tidak dapat terjadi bila darah tidak mengalir bebas ke penis. Oleh karena nikotin, pembuluh darah menyempit arteri yang menuju penis, mengurangi aliran darah dan tekanan darah menuju penis. Efek ini meningkat bersama dengan waktu. Masalah ereksi ini merupakan peringatan awal bahwa tembakau telah merusak area lain dari tubuh.

  8. Kanker Asap tembakau menyebabkan lebih dari 85% kanker paru-paru dan berhubungan dengan kanker mulut, faring, laring, esophagus, lambung, pankreas, umumnya terjadi pada pemakai tembakau adalah kanker kandung kemih, kanker esophagus, kanker pada ginjal, kanker serviks, kanker payudara, dan lain-lain.

  Mekanisme kanker yang disebabkan tembakau yaitu merokok menyebabkan kanker pada berbagai organ tetapi organ yang terpengaruh langsung oleh karsinogen adalah saluran nafas.

  9. Chronic Obstruktive Pulmonary Diaseases (COPD) Kebiasaan merokok mengubah bentuk jaringan saluran dan fungsi pembersihan menghilang, saluran bengkak dan menyempit. Seseorang yang menunjukkan gejala batuk berat selama paling kurang tiga bulan pada setiap tahun berjalan selama dua tahun dinyatakan mengidap Bronchitis kronik. Hal ini sering terjadi pada separuh perokok diatas umur 40 tahun.

  10. Interaksi dengan Obat Perokok metabolisme berbagai jenis obat lebih cepat dari pada non perokok yang disebabkan enzim-enzim di mukosa, usus, atau hati oleh komponen dalam asap tembakau. Dengan demikian, efek obat-obat tersebut berkurang sehingga perokok membutuhkan obat dengan dosis lebih tinggi dari pada non perokok, misalnya analgetika.

  11. Penyakit pada perokok pasif Perokok pasif dapat terkena penyakit kanker paru-paru dan jantung koroner. Menghirup asap tembakau orang lain dapat memperburuk kondisi pengidap penyakit angina, asma, alergi dan gangguan pada wanita hamil.

  Jumlah perokok Indonesia sangatlah besar sesuai dengan jumlah penduduknya yang besar pula. Tahun 2005 cukai sebesar Rp. 32,6 trilyun dari rokok tetapi biaya pengobatan penyakit akibat rokok mencapai Rp.167 trilyun atau 5 kali lipat cukai rokok. Rokok juga menjadi pengeluaran terbesar kedua bagi para rakyat Indonesia. Pada data di Lembaga Demografi FE UI tahun 2006 tercatat pengeluaran rokok sebesar 11,89%, setengahnya dari pengeluaran terhadap padi-padian yang mencapai 22,10%, namun lebih tinggi dari listrik, telepon dan BBM yang sebesar 10,95 % serta lebih tinggi dari pada sewa dan kontrak yang mencapai 8,82%.

  Koordinator Teknis Sentra Advokasi Lingkungan Bebas Rokok (SALBR) FKM Universitas Airlangga Surabaya menambahkan, nilai kerugian dari penyakit akibat rokok mencapai Rp125 triliun hingga Rp130 triliun. Sehingga hampir Rp 100 triliun ditanggung pembayar pajak lainnya dan rakyat miskin banyak yang menjadi korban akibat penyakit itu. Kebutuhan masyarakat Indonesia adalah, 72 persen kebutuhan pokok atau beras 11,5%, rokok 11%, ikan, daging, susu, dan sejenisnya; pendidikan 3,2 persen; dan kesehatan 2,3 persen. “Artinya, ikan, daging, susu, pendidikan, dan kesehatan masih kalah penting daripada rokok.

  Hasil kajian Badan Litbangkes tahun 2013 menunjukkan telah terjadi kenaikan kematian prematur akibat penyakit terkait tembakau dari 190.260 tahun 2010 menjadi 240.618 kematian tahun 2013, serta kenaikan penderita penyakit akibat konsumsi tembakau dari 384.058 orang tahun 2010 menjadi 962.403 orang kumulatif kerugian ekonomi secara makro akibat penggunaan tembakau. Jika dinilai dengan uang, kerugian ekonomi naik dari 245,41 trilyun rupiah tahun 2010 menjadi 378,75 trilyun rupiah tahun 2013 (Kemenkes RI, 2014).

2.3.4. Tahap-tahap Merokok

  Menurut Leventhal & Clearly terdapat 4 tahap perilaku merokok sehingga menjadi perokok yaitu :

  1. Tahap prepatory, pada tahap ini seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat, atau dari hasil bacaan yang menimbulkan minat untuk merokok.

2. Tahap Initiation, pada tahap ini perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan atau tidak terhadap perilaku merokok.

  3. Tahap Becoming a Smoker pada tahap ini apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi perokok.

  4. Tahap Maintenance of smoking pada tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri (self regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan.

  2.3.5. Tipe Perokok

  Tipe perokok ada dua jenis yaitu: 1. Perokok aktif (Active smoker) ialah individu yang benar-benar memiliki kebiasaan merokok. Merokok yang sudah menjadi kebiasaan hidupnya

  2. Perokok pasif (pasif smoker) yaitu individu yang tidak memiliki merokok namun terpaksa harus menghisap asap rokok yang dihembuskan orang lain yang kebetulan didekatnya. Kalau tak merokok kelompok ini merasa tidak apa-apa dan tidak terganggu aktivitasnya. Jadi, perokok pasif dianggap sebagai korban dari perokok aktif (Dariyo, 2004).

  2.3.6. Alasan Merokok

  Tomkins dalam Dariyo (2004) menyatakan bahwa alasan individu untuk memiliki perilaku kebiasaan merokok antara lain : a.

  Pengaruh positif yakni individu mau merokok karena merokok memberi manfaat positif bagi dirinya. Ia menjadi senang, tenang dan nyaman karena memperoleh kenikmatan dari merokok, misalnya : setelah makan. Tujuannya untuk memperoleh kenikmatan. b.

  Pengaruh negatif yaitu merokok dapat meredakan emosi-emosi negatif yang dihadapinya.

  c.

  Habitual (ketergantungan psikologis) yaitu perilaku yang sudah menjadi kebiasaan. Secara fisik individu merasa ketagihan untuk merokok dan ia tak dapat menghindari atau menolak permintaan yang berasal dari dalam dirinya (internal). Akibatnya, ia harus merokok baik dalam menghadapi keadaan suatu masalah maupun dalam keadaan santai. Hal ini akan menjadi suatu kebiasaan bahkan menjadi gaya hidup (life style).

  d.

  Ketergantungan psikologis yaitu kondisi ketika individu selalu merasakan, memikirkan dan memutuskan untuk merokok terus-menerus. Dalam keadaan

2.4. Konsep dan Sebab Kemiskinan

2.4.1. Konsep Kemiskinan

  Setiap negara termasuk Indonesia memiliki sendiri definisi seseorang atau suatu masyarakat dikategorikan miskin. Hal ini dikarenakan kondisi yang disebut miskin bersifat relatif untuk setiap negara misalnya kondisi perekonomian, standar kesejahteraan, dan kondisi sosial. Setiap definisi ditentukan menurut kriteria atau ukuran-ukuran berdasarkan kondisi tertentu seperti pendapatan rata- rata, daya beli atau kemampuan konsumsi rata-rata, status kependidikan, dan kondisi kesehatan. Secara umum, kemiskinan diartikan sebagai kondisi ketidakmampuan pendapatan dalam mencukupi kebutuhan pokok sehingga kurang mampu untuk menjamin kelangsungan hidup (Suryawati, 2004).

  Kemiskinan secara umum didefinisikan sebagai suatu kondisi ketidakmampuan pendapatan dalam memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya yang dapat menjamin terpenuhinya standar kualitas hidup. Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2004, kemiskinan adalah kondisi sosial ekonomi seseorang atau sekelompok orang yang tidak terpenuhinya hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Kebutuhan dasar yang menjadi hak seseorang atau sekelompok orang meliputi kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya alam, lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan

  Definisi kemiskinan yang dikemukakan oleh Chambers adalah definisi yang saat ini mendapatkan perhatian dalam setiap program pengentasan kemiskinan diberbagai negara-negara berkembang dan dunia ketiga. Pandangan yang dikemukakan dalam definisi kemiskinan dari Chambers menerangkan bahwa kemiskinan adalah suatu kesatuan konsep (integrated concept) yang memiliki lima dimensi, yaitu: 1)

  Kemiskinan (Proper) Permasalahan kemiskinan adalah kondisi ketidakmampuan pendapatan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan pokok. Konsep atau pandangan ini berlaku tidak hanya pada kelompok yang tidak memiliki pendapatan akan tetapi dapat berlaku pula pada kelompok yang telah memiliki pendapatan.

  2) Ketidakberdayaan (Powerless)

  Pada umumnya, rendahnya kemampuan pendapatan akan berdampak pada kekuatan sosial (social power) dari seseorang atau sekelompok orang terutama dalam memperoleh keadilan/persamaan hak untuk mendapatkan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

  3) Kerentanan menghadapi situasi darurat (State of emergency)

  Seseorang/sekelompok orang yang disebut miskin tidak memiliki kemampuan untuk menghadapi situasi yang tidak terduga dimana situasi ini membutuhkan alokasi pendapatan untuk menyelesaikannya. Misalnya, situasi rentan berupa bencana alam, kondisi kesehatan yang membutuhkan biaya pengobatan yang kemampuan pendapatan yang dapat mencukupinya. Kondisi dalam kemiskinan dianggap tidak mampu untuk menghadapi situasi ini.

  4) Ketergantungan (dependency)

  Keterbatasan kemampuan pendapatan ataupun kekuatan sosial dariseseorang/sekelompok orang yang disebut miskin menyebabkantingkat ketergantungan terhadap pihak lain sangat tinggi. Merekatidak memiliki kemampuan atau kekuatan untuk menciptakan solusi/penyelesaian masalah terutama yang berkaitan dengan penciptaanpendapatan baru. Bantuan pihak lain sangat diperlukan.

  5) Keterasingan (Isolation)

  Dimensi keterasingan yang dimaksudkan oleh Chambers adalahfaktor lokasi yang menyebabkan seseorang atau sekelompok orangmenjadi miskin. Pada umumnya, masyarakat yang disebut miskin iniberada pada daerah yang jauh dari pusat-pusat pertumbuhan ekonomi. Halini dikarenakan sebagian besar fasilitas kesejahteraan lebih banyakterkonsentrasi di pusat-pusat pertumbuhan ekonomi. Masyarakat yang tinggal di daerah terpencilsulit dijangkau oleh fasilitas-fasilitas kesejahteraan sehingga relatif memiliki tarafhidup yang rendah yang menyebabkan adanyakemiskinan.

2.4.2. Sebab-sebab Kemiskinan

  Sen dalam Ismawan (2003) mengutarakan bahwa penyebab kemiskinan atau keterbelakangan adalah persoalan aksesibilitas. Akibat keterbatasan dan ketiadaan akses maka manusia mempunyai keterbatasan (bahkan tidak ada) saat ini bisa dilakukan bukan apa yang seharusnya dilakukan. Dengan demikian, manusia memiliki keterbatasan dalam melakukan pilihan, akibatnya potensi manusia akan terhambat untuk mengembangkan kemampuannya.

  Menurut Kuncoro yang dikutip Sharp (2000) penyebab kemiskinan adalah 1. Secara mikro kemiskinan minimal karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya mempunyai sumber daya yang terbatas dan kualitas rendah.

2. Kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia.

  Rendahnya kualitas sumber daya manusia ini karena rendahnya pendidikan, nasib kurang beruntung, adanya diskriminasi atau karena keturunan.

  3. Kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal. Ketiga penyebab kemiskinan ini bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan (vicious circle

  poverty) . Adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar dan kurangnya

  modal menyebabkan rendahnya produktivitas sehingga mengakibatkan rendahnya pendapatan yang mereka terima. Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan investasi yang berakibat pada keterbelakangan dan seterusnya.

  Ketidaksempurnaan pasar Keterbelakangan

  Ketertinggalan Kekurangan Modal

  Investasi Rendah Produktivitas Rendah

  

Gambar 2. Lingkaran Setan Kemiskinan (vicious circle poverty)

2.5.Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

  Program Jaminan Kesehatan Nasional disingkat Program JKN adalah suatu program Pemerintah dan Masyarakat/Rakyat dengan tujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi setiap rakyat Indonesia agar penduduk Indonesia dapat hidup sehat, produktif, dan sejahtera Program JKN ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk melindungi kesehatan seluruh rakyat Indonesia baik secara mandiri ataupun dengan bantuan. Pemerintah memberikan perlindungan kesehatan bagi rakyat miskin yang disebut dengan PenerimaBantuan Iuran (PBI).

  2.5.1. Dasar Hukum JKN

  Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) merupakan perubahan dari PT. ASKES (Persero) sejak tanggal 1 Januari 2014 dengan berdasarkan pada Undang-undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), Undang-undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2012 Tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan, dan Peraturan Presiden No.

  12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan.

  2.5.2. Kepesertaan JKN

  dilakukan sejak tanggal 1 Januari 2014 dimana peserta masih terdiri dari peserta yang didaftarkan oleh pemberi kerja (PNS dan pensiunan, TNI/POLRI dan pensiunan, JPK Jamsostek) dan pemerintah (Jamkesmas). Tahap selanjutnya, mencakup seluruh penduduk yang belum terdaftar sebagai peserta BPJS paling lambat 1 Januari 2019.

  UU No. 40 Tahun 2004 pada pasal 13 dan 14 tentang kepesertaan menyatakan pemberi kerja secara bertahap mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai peserta BPJS sesuai dengan program jaminan sosial yang diikuti dan pemerintah secara bertahap mendaftarkan penerima bantuan iuran sebagai peserta kepada BPJS, penerima bantuan iuran yang dimaksud adalah fakir miskin dan orang yang tidak mampu (Kemenkes, 2013).

2.5.3. Pelayanan JKN

  JKN yang berisfat pelayanan kesehatan perorangan, mencakup pelayan preventif, promotif, kuratif, rehabilitatif, pelayanan obat, bahan medis habis pakai sesuai dengan indikasi medis yang diperlukan. Dalam pemberian pelayanan kesehatan peserta JKN ada juga beberapa pelayanan yang tidak dijamin yaitu :

  1. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui posedur yang diatur dalam peraturan yang berlaku.

  2. Pelayanan ksehatan yang dilakukan di fasilitas kesehatan yang tidak bekerja sama dengan BPJS kesehatan kecuali dalam kasus gawat darurat.

  3. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan 4.

  Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri.

  5. Pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik.

  6. Pelayanan untuk mengatasi infertilitas.

  7. Pelayanan meratakan gigi (ortodentis) 8.

  Gangguan kesehatan/ penyakit akibat ketergantungan obat dan/ atau alcohol.

  9. Gangguan kesehatn akibat sengaja menyakiti diri sendiri atau akibat melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri.

  10. Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional yang belum dinyatakan efektif berdasarkan penilaian tekhnologi kesehatan.

  11. Pengobatan atau tindakan medis yang dikategorikan percobaan.

  12. Alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu.

  13. Perbekalan kesehatan rumah tangga

14. Pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat, kejadian luar biasa/wabah ( Per Pres No. 111 Tahun 2013).

2.6. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

  Puskesmas dikembangkan di Indonesia sejak dicanangkannya pembangunan jangka panjang yang pertama tahun 1971. Puskesmas diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.128 / Menkes /SK/II/2004.

2.6.1. Pengertian Puskesmas

  Puskesmas adalah Unit Pelaksana Tekhnis (UPT) Dinas Kesehatan Kab/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. dilingkungan Dinas Kesehatan Kab/Kota yang melakukan tugas tekhnis operasional dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.

  Pembangunan Kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Pengertian pembangunan kesehatan juga meliputi pembangunan yang berwawasan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan keluarga serta pelayanan kesehatan.

  Pertanggungjawaban penyelenggara seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah Kab/Kota adalah Dinas Kesehatan Kab/Kota, sedangkan Puskesmas bertanggungjawab hanya untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan dibebankan Dinas Kesehatan Kab/Kota sesuai kemampuannya.

  Wilayah Kerja, secara nasional standar wilayah puskesmas adalah satu kecamatan. Tetapi apabila terdapat lebih dari satu puskesmas maka tanggungjawab puskesmas dibagi antar puskesmas.

2.6.2. Visi dan Misi Puskesmas a.

  Visi Puskesmas Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat.

  Indikator kecamatan sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama yaitu : derajat kesehatan masyarakat kecamatan.

  b.

  Misi Puskesmas Misi pembangunan kesehatan diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya, mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjannya, memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan serta memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan , keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya.

  2.6.3. Tujuan Puskesmas

  Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan puskesmas yaitu mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat.

  2.6.4. Fungsi Puskesmas

  Puskesmas berfungsi sebagai penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama meliputi : pelayanan perorangan dan pelayanan masyarakat.

  Upaya kesehatan puskesmas dibagi dua yaitu : a. Upaya kesehatan wajib yang terdiri dari : upaya promosi kesehatan, upaya kesehatan lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana, upaya perbaikan gizi masyarakat, upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan upaya pengobatan.

  b.

  Upaya kesehatan pengembangan meliputi : upaya kesehatan sekolah, upaya kesehatan olahraga, upaya perawatan kesehatan masyarakat, upaya kesehatan kerja, upaya kesehatan gigi dan mulut, upaya kesehatan jiwa, upaya kesehatan mata, upaya kesehatan usia lanjut dan upaya pembinaan pengobatan tradisional.

  2.7. Kerangka Konsep Penelitian

  Berdasarkan tujuan penelitian dan landasan teori yang telah dikemukakan maka kerangka konsep penelitian dapat digambarkan sebagai berikut : Variabel Independen Variabel Dependen

  Karakteristik Peserta JKN PBI :

  • Umur S • Jenis Kelamin • Pendidikan Perilaku Merokok • Pekerjaan • Pengetahuan • Persepsi • Pengeluaran

  Gambar 3. Kerangka Konsep Penelitian (Notoadmodjo, 2012)

  2.8.Hipotesis Penelitian

  Ada hubungan karakteristik peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) dengan perilaku merokok di Puskesmas Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2014.

Dokumen yang terkait

Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Tahun 2015

7 64 124

Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) Dengan Perilaku Merokok Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan Tahun 2014.

1 58 114

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Kesehatan 2.1.1 Pengertian Perilaku Kesehatan - Hubungan Perilaku Pencegahan Terhadap Kejadian HIV Pada Kalangan LSL Di Klinik IMS Dan VCT Veteran Medan Tahun 2015

0 0 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan 2.1.1. Pengertian Perilaku Kesehatan - Gambaran Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Dalam Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Poli Gigi Puskesmas Medan Tuntungan Tahun 2015

0 0 35

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Kesehatan 2.1.1 Pengertian Perilaku Kesehatan - Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Tahun 2015

0 1 37

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Tahun 2015

0 0 11

Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Tahun 2015

0 0 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. Ruang Lingkup Perilaku Kesehatan - Gambaran Perilaku Tenaga Kesehatan Terhadap Pelayanan Prima di Puskesmas Tomuan Kecamatan Siantar Timur Kota Pematangsiantar Tahun 2012

0 0 31

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Imunisasi 1. Pengertian Imunisasi - Hubungan Perilaku Ibu Dengan Peran Petugas Kesehatan dalam Pemberian Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Kecamatan Delitua Tahun 2012

0 0 22

1. Nomor Responden - Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) Dengan Perilaku Merokok Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan Tahun 2014.

0 0 19