Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Tahun 2015

(1)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) PENERIMA BANTUAN IURAN (PBI) DENGAN PERILAKU MEROKOK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BELAWAN

TAHUN 2015

SKRIPSI

OLEH

DIAN AGNESA SEMBIRING NIM. 111000169

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) PENERIMA BANTUAN IURAN (PBI) DENGAN PERILAKU MEROKOK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BELAWAN

TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH

DIAN AGNESA SEMBIRING NIM. 111000169

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(3)

(4)

ABSTRAK

Salah satu perilaku beresiko kesehatan adalah merokok. Rokok merupakan pembunuh tidak langsung masyarakat namun masih banyak orang yang belum memahami tentang betapa besar bahaya merokok tersebut. Badan Kesehatan Dunia menyatakan bahwa Indonesia masuk peringkat ketiga konsumsi rokok tertinggi di dunia. Dan dari hasil Riskesdas 2013, diketahui bahwa perilaku merokok penduduk 15 tahun keatas belum terjadi penurunan malah cenderung meningkat dari 34,2% (2007) menjadi 36,3% (2013). Selain itu ditemukan bahwa 9,9% perokok berada pada kelompok tidak bekerja dan 32,3% pada kelompok kuintil indeks kepemilikan terendah. Pengeluaran untuk konsumsi rokok ternyata menjadi pengeluaran terbesar kedua rumah tangga masyarakat Indonesia setelah pengeluaran terhadap padi-padian. Oleh sebab itu tidak jarang perilaku merokok dikaitkan dengan kemiskinan.

Jenis penelitian ini adalah penelitian cross sectional. Analisa data

menggunakan uji chi square dengan jumlah sampel sebanyak 100 kepala keluarga miskin dengan proporsi sampel di setiap kelurahan Kecamatan Medan Belawan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik peserta JKN PBI dengan perilaku merokok di wilayah kerja Puskesmas Belawan tahun 2015.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan umur dengan perilaku merokok (p = 0,516), ada hubungan jenis kelamin dengan perilaku merokok (p = 0,018), tidak ada hubungan tingkat pendidikan dengan perilaku merokok (p = 0,817), tidak ada hubungan pekerjaan dengan perilaku merokok (p

= 0,136), tidak ada hubungan pengetahuan dengan perilaku merokok (p = 0,737), ada hubungan sikap dengan perilaku merokok (p = 0,039) dan tidak ada hubungan persepsi dengan perilaku merokok (p = 0,504).

Berdasarkan hasil penelitian, disarankan agar petugas Puskesmas Belawan dapat meningkatkan edukasi dan promotif kepada masyarakat terhadap bahaya merokok, terutama kepada keluarga miskin dan kurang mampu. Selain itu disarankan juga agar Dinas Kesehatan Kota Medan dan Pemerintah Kota Medan lebih meningkatkan iklan masyarakat tentang bahaya merokok bagi kesehatan dan Kawasan Tanpa Rokok (KTR).

Kata kunci: Karakteristik, Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI), Perilaku Merokok


(5)

ABSTRACT

One of the health risks is smoking which is indirectly becomes the killer, but many people do not realize the danger of smoking. The World Health Organization reveals that Indonesia ranks the third in the highest cigarette consumption in the world. In the data from Riskesdas of 2013, it was found that smoking behavior of the people who were above 15 years old tends to increase from 34.2% in 2007 to 36.3% in 2013. It was also found that 9.9% of smokers were unemployed and 32.3% was the lowest ownership index quintile group. It has been found out that the expenses for cigarettes are the second biggest

household expenses in Indonesia after the expenses for grains. Therefore, it is not uncommon that it is to poverty.

The research used cross sectional design. The data were analyzed by using chi square test. The samples consisted of 100 poor families, taken by using

proportional sampling technique in each village of Medan Belawan Subdistrict. The objective of the research was to find out the correlation between the

characteristics of JKN PBI acceptors and smoking behavior in the working area of Belawan Puskesmas, in 2015.

The result of the research showed that there was no correlation between age and smoking behavior (p = 0.516), there was the correlation between sex and smoking behavior (p = 0.018), there was no correlation between education level and smoking behavior (p = 0.817), there was no correlation between occupation and smoking behavior (p = 0.136), there was no correlation between knowledge and smoking behavior (p = 0.737), there was the correlation between attitude and smoking behavior (p = 0.039), and there was no correlation between perception and smoking behavior (p = 0.504).

It is recommended that Puskesmas personnel, Belawan, increase

education and promotion for the people, especially the poor and the needy, on the danger of smoking. It is also recommended that the Health Service, Medan, and Medan City Administration increase advertisements to the people about the danger of smoking for health and about KTR (No Smoking Area).

Keywords: Characteristics, PBI (Contribution Aid Acceptors), Smoking Behavior


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Dian Agnesa Sembiring

Tempat Lahir : Medan

Tanggal Lahir : 16 Januari 1994

Suku Bangsa : Indonesia

Agama : Katolik

Nama Ayah : Petrus Sembiring

Suku Bangsa Ayah : Indonesia

Nama Ibu : Theresia Ginting

Suku Bangsa Ibu : Indonesia

Pendidikan Formal

1. SD/Tamat tahun : SD Swasta ASSISI Medan/ 2005 2. SLTP/Tamat tahun : SMP Putri Cahaya Medan/ 2008 3. SLTA/Tamat tahun : SMA Methodist-1 Medan/ 2011

4. Akademi/Tamat tahun : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan 5. Lama studi di FKM USU : 4 (empat) tahun


(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya bagi Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan penyertaan-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

yang berjudul “Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional

(JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Tahun 2015”. Terselesaikan dan terwujudnya skripsi

ini tidak terlepas dari adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (FKM USU).

2. Bapak dr. Heldy B.Z., MPH selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan (AKK) FKM USU.

3. Ibu Dr. Juanita, SE, M.Kes selaku dosen pembimbing pertama yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dengan baik.

4. Ibu Siti Khadijah, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dengan baik.

5. Bapak dr. Heldy B.Z., MPH selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan kepada penulis dalam menyempurnakan skripsi ini.

6. Bapak dr. Fauzi, SKM selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan kepada penulis dalam menyempurnakan skripsi ini.


(8)

7. Ibu Prof. Dr. dra. Ida Yustina, Msi, ibu dr. Rusmalawaty, M.Kes dan bapak Dr. Zulfendri M.Kes selaku dosen di peminatan AKK FKM USU yang telah membagikan ilmunya dengan baik.

8. Ibu Ainol Mardhiah selaku pegawai di Departemen AKK FKM USU yang melayani mahasiswa dengan baik.

9. Para bapak dan ibu dosen serta staf di FKM USU yang telah membagikan ilmunya sebagai bekal dengan baik.

10.Bapak dan ibu pegawai di Dinas Kesehatan Kota Medan yang telah membantu penulis.

11.Bapak dan ibu pegawai di Badan Penelitian dan Pengembangan Pemerintah Kota Medan yang telah membantu penulis.

12.Bapak dan ibu pegawai di Kantor Camat Medan Belawan yang telah membantu penulis dan memberikan izin penelitian di Kecamatan Medan Belawan.

13.Bapak dr. Adi Raja Brando Lubis selaku Kepala Puskesmas dan seluruh pegawai di Puskesmas Belawan yang telah membantu penulis dan memberikan izin penelitian di wilayah kerja Puskesmas Belawan.

14.Seluruh bapak dan ibu kepala lingkungan di masing-masing kelurahan Kecamatan Medan Belawan yang telah banyak membantu penulis terutama pada saat melakukan penelitian.

15.Orangtua tercinta, Ayahanda Petrus Sembiring dan Ibunda Theresia Ginting, yang telah memerankan perannya sebagai orangtua dengan sempurna terhadap penulis.


(9)

16.Saudaraku Fransiskus Haga Sembiring yang telah memberikan dukungan, motivasi, dan doa kepada penulis.

17.Keluarga kedua penulis, organisasi UKM KMK St. Albertus Magnus USU dan KMK St. Lukas USU, yang banyak memberi pelajaran kepada penulis selama menjalani proses perkuliahan.

18.Seluruh anggota KMK St. Lukas, Ps. Asclepio dan keluarga besar Pembinaan Jaringan Pembinaan Mahasiswa Katolik Fakultas Kedokteran Indonesia Ke-19 (PJPMKFKI XIX) yang telah memberikan banyak pembelajaran dan dukungan.

19.Seluruh anggota organisasi UKM POMK FKM USU yang telah memberikan pembelajaran dan dukungan kepada penulis.

20.Kelompok kecil Jubilate (Kakak Dahlia Romince Damanik, Roma Christin Hutabarat, Fitriani Nenti, Jane Ruby Tomita, dan Dewi Veronika) yang telah memberikan dukungan, motivasi dan doa kepada penulis.

21.Seluruh anggota Keluarga Mahasiswa Untuk Gereja dan Masyarakat (KEMAH UTAMA) yang telah memberikan pembelajaran dan dukungan kepada penulis.

22.Devy Ariati Damanik, Anastasia Serani, Fitriani Nenti, Fitratur Rahma, Kristy Ivo, Rika, Friska Bangun, Yanti Sibuea, dan Ratna S. Hasibuan yang telah memberikan semangat, dukungan, dan doa kepada penulis.

23.Riza Annisa, Vanny Vitha, Yunita Lingga, Yohana Tesalonika, Mia Sianturi, Ruth Seylina, Tamara Simarmata, Ditha Sitohang, Devy Ariati, Grace


(10)

Tobing, Fitratur Rahma, Windi P. S., dan Anjela M. R. Ambarita yang telah meluangkan waktu untuk membantu penulis melakukan proses penelitian. 24.Kakak Regina Tindaon, Theresia V. Napitupulu, Widya Eka P., Chelsea

Andini M., dan Dian Zendrato selaku teman sekelompok Praktek Belajar Lapangan FKM USU yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

25.Wilda Zulihartika, Riri Oktiviolien, Dwi Anggun Alami, Lisa Aini Purba dan Maulida M. selaku teman sekelompok Latihan Kerja Peminatan FKM USU yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

26.Teman-teman seperjuangan stambuk 2011 terutama peminatan AKK FKM USU dan seluruh mahasiswa FKM USU yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

27.Seluruh pihak yang telah membantu penulis dan mohon maaf karena namanya tidak bisa disebutkan satu per satu.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini memberikan manfaat yang baik bagi setiap orang yang membacanya.

Ad Maiorem Dei Gloriam, Syalom.

Medan, Agustus 2015 Penulis


(11)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... ix

Daftar Tabel ... xii

Daftar Gambar ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Hipotesis Penelitian ... 11

1.5 Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1 Perilaku Kesehatan ... 12

2.1.1 Pengertian Perilaku Kesehatan ... 12

2.1.2 Klasifikasi Perilaku Kesehatan ... 13

2.1.3 Pengetahuan dan Perilaku Kesehatan ... 14

2.1.4 Sikap dan Perilaku Kesehatan ... 16

2.1.5 Persepsi dan Perilaku Kesehatan ... 17

2.2 Peran Karakteristik Individu Terhadap Perilaku Kesehatan ... 22

2.3 Rokok ... 25

2.3.1 Kandungan Rokok ... 26

2.3.2 Dampak Rokok Bagi Kesehatan ... 28

2.4 Perilaku Merokok ... 33

2.4.1 Tahap Dalam Perilaku Merokok ... 36

2.4.2 Tipe Perokok... 37

2.4.3 Alasan Merokok ... 38

2.4.4 Perilaku Merokok dan Kemiskinan ... 38

2.5 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)... 42

2.5.1 Kepesertaan JKN ... 43

2.5.2 Pelayanan JKN ... 44

2.6 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)... 45

2.6.1 Visi dan Misi Puskesmas ... 46

2.6.2 Upaya Kesehatan Puskesmas ... 47

2.7 Kerangka Konsep Penelitian ... 48

BAB III METODE PENELITIAN ... 49

3.1 Jenis Penelitian ... 49

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 49


(12)

3.2.2 Waktu Penelitian... 49

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 50

3.3.1 Populasi Penelitian ... 50

3.3.2 Sampel Penelitian ... 50

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 52

3.4.1 Data Primer ... 52

3.4.2 Data Sekunder... 52

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 52

3.5.1 Variabel Independen ... 52

3.5.2 Variabel Dependen ... 53

3.6 Metode Pengukuran ... 54

3.6.1 Variabel Independen ... 54

3.6.2 Variabel Dependen ... 55

3.7 Analisis Data ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 56

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 56

4.2 Analisis Univariat... 57

4.2.1 Karakteristik Peserta JKN PBI di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan, dan Pekerjaan ... 58

4.2.2 Karakteristik Peserta JKN PBI di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Berdasarkan Pengetahuan ... 59

4.2.3 Karakteristik Peserta JKN PBI di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Berdasarkan Sikap ... 61

4.2.4 Karakteristik Peserta JKN PBI di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Berdasarkan Persepsi ... 64

4.2.5 Karakteristik Peserta JKN PBI di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Berdasarkan Pengeluaran ... 65

4.3 Analisis Univariat Variabel Dependen... 68

4.3.1 Perilaku Merokok Peserta JKN PBI di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan ... 68

4.4 Analisis Bivariat ... 70

4.4.1 Hubungan Karakteristik Umur Peserta JKN PBI dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan ... 71

4.4.2 Hubungan Karakteristik Jenis Kelamin Peserta JKN PBI dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan ... 72

4.4.3 Hubungan Karakteristik Pendidikan Peserta JKN PBI dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan ... 73

4.4.4 Hubungan Karakteristik Pekerjaan Peserta JKN PBI dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan ... 74

4.4.5 Hubungan Karakteristik Pengetahuan Peserta JKN PBI dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan ... 75

4.4.6 Hubungan Karakteristik Sikap Peserta JKN PBI dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan ... 76

4.4.7 Hubungan Karakteristik Persepsi Peserta JKN PBI dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan ... 77


(13)

BAB V PEMBAHASAN ... 78

5.1 Karakteristik Responden ... 78

5.2 Hubungan Karakteristik Umur Peserta JKN PBI dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan ... 78

5.3 Hubungan Karakteristik Jenis Kelamin Peserta JKN PBI dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan ... 80

5.4 Hubungan Karakteristik Pendidikan Peserta JKN PBI dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan ... 81

5.5 Hubungan Karakteristik Pekerjaan Peserta JKN PBI dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan ... 82

5.6 Hubungan Karakteristik Pengetahuan Peserta JKN PBI dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan ... 84

5.7 Hubungan Karakteristik Sikap Peserta JKN PBI dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan ... 86

5.8 Hubungan Karakteristik Persepsi Peserta JKN PBI dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan ... 87

5.9 Hubungan Karakteristik Pengeluaran Peserta JKN PBI dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan ... 89

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 94

6.1 Kesimpulan ... 94

6.2 Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 95 DAFTAR LAMPIRAN


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Distribusi Populasi Keluarga Miskin Kecamatan Medan Belawan

Tahun 2015 ... 50 Tabel 3.2 Aspek Pengukuran Variabel Independen ... 54 Tabel 3.3 Aspek Pengukuran Variabel Dependen ... 55 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur, Jenis

Kelamin, Tingkat Pendidikan, dan Pekerjaan di Wilayah Kerja

Puskesmas Belawan Tahun 2015 ... 59 Tabel 4.2 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang

Rokok dan Program JKN di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan

Tahun 2015 ... 59 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan di

Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Tahun 2015... 61 Tabel 4.4 Distribusi Jawaban Responden Merokok Berdasarkan Sikap di

Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Tahun 2015... 61 Tabel 4.5 Distribusi Jawaban Responden Tidak Merokok Berdasarkan Sikap

di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Tahun 2015 ... 63 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap di Wilayah

Kerja Puskesmas Belawan Tahun 2015 ... 63 Tabel 4.7 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Persepsi Tentang

Kebiasaan Merokok dan Program PBI JKN di Wilayah Kerja

Puskesmas Belawan Tahun 2015 ... 64 Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Persepsi di Wilayah

Kerja Puskesmas Belawan Tahun 2015 ... 65 Tabel 4.9 Rata- Rata Pengeluaran Peserta JKN PBI di Wilayah Kerja

Puskesmas Belawan Tahun 2015 ... 66 Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Responden yang Berperilaku Merokok

Berdasarkan Ability to Pay (ATP) di Wilayah Kerja Puskesmas

belawan Tahun 2015 ... 67 Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Merokok di


(15)

Tabel 4.12 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Kebiasaan Merokok di

Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Tahun 2015... 69 Tabel 4.13 Hubungan Umur Peserta JKN PBI dengan Perilaku Merokok di

Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Tahun 2015... 71 Tabel 4.14 Hubungan Jenis Kelamin Peserta JKN PBI dengan Perilaku

Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Tahun 2015 ... 72

Tabel 4.15 Hubungan Pendidikan Peserta JKN PBI dengan Perilaku Merokok

di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Tahun 2015 ... 73 Tabel 4.16 Hubungan Pekerjaan Peserta JKN PBI dengan Perilaku Merokok di

Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Tahun 2015... 74 Tabel 4.17 Hubungan Pengetahuan Peserta JKN PBI dengan Perilaku

Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Tahun 2015 ... 75 Tabel 4.18 Hubungan Sikap Peserta JKN PBI dengan Perilaku Merokok di

Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Tahun 2015... 76 Tabel 4.19 Hubungan Persepsi Peserta JKN PBI dengan Perilaku Merokok di


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Perilaku Kesehatan ... 22 Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ... 48 Gambar 4.1 Grafik Pengeluaran Konsumsi Rokok, Makanan, Bukan


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ... 95

Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Penelitian ... 99

Lampiran 3. Surat Rekomendasi Penelitian Balitbang Pemko Medan ... 100

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian Kecamatan Medan Belawan ... 101

Lampiran 5. Surat Penyelesaian Penelitian di Puskesmas Belawan ... 102

Lampiran 6. Tabel Master Data Hasil Penelitian... 103


(18)

ABSTRAK

Salah satu perilaku beresiko kesehatan adalah merokok. Rokok merupakan pembunuh tidak langsung masyarakat namun masih banyak orang yang belum memahami tentang betapa besar bahaya merokok tersebut. Badan Kesehatan Dunia menyatakan bahwa Indonesia masuk peringkat ketiga konsumsi rokok tertinggi di dunia. Dan dari hasil Riskesdas 2013, diketahui bahwa perilaku merokok penduduk 15 tahun keatas belum terjadi penurunan malah cenderung meningkat dari 34,2% (2007) menjadi 36,3% (2013). Selain itu ditemukan bahwa 9,9% perokok berada pada kelompok tidak bekerja dan 32,3% pada kelompok kuintil indeks kepemilikan terendah. Pengeluaran untuk konsumsi rokok ternyata menjadi pengeluaran terbesar kedua rumah tangga masyarakat Indonesia setelah pengeluaran terhadap padi-padian. Oleh sebab itu tidak jarang perilaku merokok dikaitkan dengan kemiskinan.

Jenis penelitian ini adalah penelitian cross sectional. Analisa data

menggunakan uji chi square dengan jumlah sampel sebanyak 100 kepala keluarga miskin dengan proporsi sampel di setiap kelurahan Kecamatan Medan Belawan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik peserta JKN PBI dengan perilaku merokok di wilayah kerja Puskesmas Belawan tahun 2015.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan umur dengan perilaku merokok (p = 0,516), ada hubungan jenis kelamin dengan perilaku merokok (p = 0,018), tidak ada hubungan tingkat pendidikan dengan perilaku merokok (p = 0,817), tidak ada hubungan pekerjaan dengan perilaku merokok (p

= 0,136), tidak ada hubungan pengetahuan dengan perilaku merokok (p = 0,737), ada hubungan sikap dengan perilaku merokok (p = 0,039) dan tidak ada hubungan persepsi dengan perilaku merokok (p = 0,504).

Berdasarkan hasil penelitian, disarankan agar petugas Puskesmas Belawan dapat meningkatkan edukasi dan promotif kepada masyarakat terhadap bahaya merokok, terutama kepada keluarga miskin dan kurang mampu. Selain itu disarankan juga agar Dinas Kesehatan Kota Medan dan Pemerintah Kota Medan lebih meningkatkan iklan masyarakat tentang bahaya merokok bagi kesehatan dan Kawasan Tanpa Rokok (KTR).

Kata kunci: Karakteristik, Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI), Perilaku Merokok


(19)

ABSTRACT

One of the health risks is smoking which is indirectly becomes the killer, but many people do not realize the danger of smoking. The World Health Organization reveals that Indonesia ranks the third in the highest cigarette consumption in the world. In the data from Riskesdas of 2013, it was found that smoking behavior of the people who were above 15 years old tends to increase from 34.2% in 2007 to 36.3% in 2013. It was also found that 9.9% of smokers were unemployed and 32.3% was the lowest ownership index quintile group. It has been found out that the expenses for cigarettes are the second biggest

household expenses in Indonesia after the expenses for grains. Therefore, it is not uncommon that it is to poverty.

The research used cross sectional design. The data were analyzed by using chi square test. The samples consisted of 100 poor families, taken by using

proportional sampling technique in each village of Medan Belawan Subdistrict. The objective of the research was to find out the correlation between the

characteristics of JKN PBI acceptors and smoking behavior in the working area of Belawan Puskesmas, in 2015.

The result of the research showed that there was no correlation between age and smoking behavior (p = 0.516), there was the correlation between sex and smoking behavior (p = 0.018), there was no correlation between education level and smoking behavior (p = 0.817), there was no correlation between occupation and smoking behavior (p = 0.136), there was no correlation between knowledge and smoking behavior (p = 0.737), there was the correlation between attitude and smoking behavior (p = 0.039), and there was no correlation between perception and smoking behavior (p = 0.504).

It is recommended that Puskesmas personnel, Belawan, increase

education and promotion for the people, especially the poor and the needy, on the danger of smoking. It is also recommended that the Health Service, Medan, and Medan City Administration increase advertisements to the people about the danger of smoking for health and about KTR (No Smoking Area).

Keywords: Characteristics, PBI (Contribution Aid Acceptors), Smoking Behavior


(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga. Setiap individu, keluarga, dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggung jawab mengatur agar masyarakat terpenuhi hak hidup sehatnya termasuk bagi masyarakat miskin dan tak mampu. Hal ini sesuai dengan falsafah dasar negara Pancasila terutama sila kelima yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan juga ditegaskan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Kesadaran tentang pentingnya kesehatan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan sosial masyarakat, membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang jaminan perlindungan sosial. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) menjadi suatu bukti yang kuat bahwa pemerintah dan pemangku kepentingan terkait memiliki komitmen yang besar untuk mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyatnya. Selain itu, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 ini juga mengamanatkan bahwa program jaminan sosial wajib bagi seluruh penduduk dan program jaminan kesehatan tersebut akan diatur oleh suatu badan penyelenggara jaminan sosial.

Badan penyelenggara jaminan sosial kemudian diatur dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). BPJS terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS


(21)

Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan) merupakan badan hukum publik yang ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia. BPJS Kesehatan diresmikan pada tanggal 31 Desember 2013 dan mulai beroperasi sejak tanggal 1 Januari 2014. Peserta program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) terdiri atas 2 kelompok yaitu: Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) jaminan kesehatan dan Peserta Bukan Penerima Bantuan Iuran. Berdasarkan situs resmi BPJS Kesehatan pada Bulan Februari 2015 jumlah peserta JKN ada sebanyak 138.524.669 jiwa dari total jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237,6 juta jiwa.

Penduduk miskin Indonesia pada tahun 2014 ada sebanyak 27.727.780 jiwa. Dan provinsi yang memiliki jumlah penduduk miskin terbanyak di Indonesia yaitu Jawa Timur (4.748.420), Jawa Tengah (4.561.830), Jawa Barat (4.238.960), Sumatera Utara (1.360.600), dan Lampung (1.143.930) (Website Resmi Badan Pusat Statistik, bps.go.id). Penerima Bantuan Iuran (PBI) jaminan kesehatan adalah fakir miskin dan orang tidak mampu sebagai peserta program jaminan kesehatan. Untuk pembayaran iurannya, peserta PBI jaminan kesehatan dibayar oleh pemerintah. Iuran jaminan kesehatan bagi penduduk miskin dan tidak mampu akan dibayarkan pemerintah sebesar Rp 19.225 per orang per bulan. Dengan jumlah yang demikian banyak, maka diperlukan biaya yang sangat besar untuk membiayai pelayanan kesehatan peserta PBI jaminan kesehatan.

Orang yang sudah memiliki asuransi kesehatan akan merasa terjamin untuk mengakses layanan kesehatan sesuka hati mereka. Kepemilikan asuransi


(22)

dan biaya premi yang sangat terjangkau atau gratis memang baik di satu sisi untuk menjamin ekuitas, namun menyimpan efek buruk di sisi lain. Hal ini membuat orang menjadi merasa terjamin mengenai masa depan layanan kesehatannya dan menyebabkan orang menjadi tidak peduli akan perilaku beresiko terhadap kesehatannya. Hal tersebut dikenal sebagai moral hazard. Oleh karena iuran kepesertaan telah dibayarkan oleh pemerintah, maka tidak jarang peserta PBI jaminan kesehatan menjadi tidak peduli terhadap resiko yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit. Hal inilah yang menimbulkan persepsi yang salah pada pola pikir masyarakat.

Persepsi yang buruk terhadap resiko adalah perilaku seseorang yang tidak peduli terhadap resiko, bahkan cenderung ugal- ugalan atau urakan. Nyman dalam Widiyanto (2014) menyebut persepsi yang buruk terhadap resiko ini sebagai bahaya moral atau moral hazard, yang secara sederhana dideskripsikan sebagai carelessness or indifference to a loss (kecerobohan atau ketidakpedulian terhadap kerugian). Selain itu merujuk kepada defenisi moral hazard yang dikemukakan oleh Manning yang dikutip Dreher (2004) disebutkan bahwa moral hazard dibedakan atas moral hazard langsung dan moral hazard tidak langsung. Moral hazard langsung terjadi pada kasus dimana peserta asuransi menjadi tidak berhati- hati setelah mengikuti program asuransi, sedangkan moral hazard tidak langsung terjadi ketika sistem dari asuransi yang menyebabkan timbulnya moral hazard secara langsung.

Menurut Cutler (1998) terdapat dua tipe moral hazard di asuransi pelayanan kesehatan. Pertama, moral hazard yang diakibatkan dari perbuatan dan


(23)

tingkah laku peserta asuransi. Hal ini diakibatkan karena pihak asuransi mungkin saja tidak mendorong sepenuhnya peserta asuransi melakukan pencegahan sehingga peserta asuransi memiliki sedikit motivasi untuk menjaga dirinya untuk berperilaku hidup sehat, pada kasus ini telah terjadi moral hazard karena pelayanan kesehatan diberikan pada peserta asuransi yang tidak melakukan tindakan preventif untuk menghindari pengobatan. Kedua, moral hazard yang diakibatkan oleh pihak asuransi. Pihak asuransi mungkin saja mendorong peserta asuransi untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang tidak diperlukan atau tidak krusial (mendesak) seperti meminta tambahan hari untuk berobat atau meminta tambahan tindakan yang seharusnya tidak diperlukan. Dari kedua kasus di atas, pihak asuransi baik pemerintah ataupun swasta mengalami kerugian karena mereka harus membayar lebih banyak dari pada premi yang mereka terima.

Salah satu perilaku beresiko terhadap kesehatan adalah merokok. Tidak jarang beberapa jenis asuransi kesehatan swasta mencamtumkan beberapa syarat yang terkait dengan perilaku kesehatan dalam pendaftaran asuransinya, seperti perilaku merokok. Hal ini dilakukan guna mengurangi terjadinya moral hazard dalam penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan oleh peserta asuransi yang disebabkan perilaku beresiko kesehatan tersebut. Tidak jarang pula beberapa asuransi swasta membedakan premi asuransi antara peserta yang merokok dengan peserta yang tidak merokok.

Menurut Notoadmojo (2003), perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta


(24)

lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu perilaku pemeliharaan kesehatan, periaku pencarian pengobatan, dan perilaku kesehatan lingkungan.

Selain itu perlu diketahui bahwa sumber dana yang digunakan oleh pemerintah untuk membayar iuran peserta PBI berasal dari dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Sumber pendapatan APBN salah satunya berasal dari pajak masyarakat. Bayangkan jika seorang yang peduli terhadap kesehatannya membiayai orang yang tidak peduli akan perilaku beresiko kesehatannya seperti orang yang merokok. Hal ini sangat bertentangan dengan etika. Oleh sebab itu dibutuhkan kesadaran masyarakat terhadap pelanggaran etika tersebut.

Merokok merupakan salah satu perilaku beresiko yang dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan. Hal ini dikarenakan adanya berbagai zat berbahaya yang terkandung dalam rokok, seperti nikotin, tar, karbon monoksida, dll. Merokok tidak hanya mengganggu kesehatan orang yang merokok namun juga orang yang berada di sekitarnya atau sering disebut sebagai perokok pasif. Penyakit yang dapat ditimbulkan akibat perilaku merokok antara lain kanker mulut, kanker kandung kemih, penyakit jantung, dan bahaya terhadap kehamilan. Selain itu penyakit yang juga dapat ditimbulkan pada perokok pasif yaitu kanker paru-paru, penyakit jantung koroner, asma, alergi, dan gangguan pada wanita hamil. Bahkan ada penelitian yang mengatakan bahwa perokok pasif jauh lebih rentan terhadap bahaya rokok dikarenakan paparan asap rokok yang dihirupnya.


(25)

Data World Health Organization (WHO) tahun 2013 menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ketiga dengan prevalensi merokok dewasa di atas 15 tahun yang paling tinggi. Prevalensi laki-laki yang merokok di Indonesia ada sebanyak 61 persen dan prevalensi perempuan yang merokok sebanyak 5 persen. Di peringkat pertama dan kedua negara dengan prevalensi merokok yang paling tinggi yaitu Kiribati dan Yunani.

Perilaku merokok di Indonesia sendiri berdasarkan hasil Riskesdas 2013 cenderung meningkat. Pada tahun 2007 jumlah perokok penduduk 15 tahun keatas sebanyak 34,2 persen dan meningkat menjadi 36,3 persen pada tahun 2013. Sebanyak 64,9 persen laki-laki dan 2,1 persen perempuan masih menghisap rokok pada tahun 2013. Proporsi terbanyak perokok aktif setiap hari berada pada kelompok umur 30-34 tahun sebesar 33,4 persen. Rerata jumlah batang rokok yang dihisap setiap harinya adalah 12,3 batang (setara satu bungkus), bervariasi dari yang terendah 10 batang di DI Yogyakarta dan tertinggi di Bangka Belitung (18 batang). Penduduk Sumatera Utara sendiri menghisap sebanyak 14,9 batang rokok setiap harinya. Berdasarkan jenis pekerjaan, petani/nelayan/buruh adalah perokok aktif setiap hari yang mempunyai proporsi terbesar (44,5%) dibandingkan kelompok pekerjaan lainnya. Dari hasil data tersebut tampak bahwa kelompok keluarga termiskin justru mempunyai prevalensi merokok lebih tinggi dari pada kelompok terkaya.

Berdasarkan website resmi Badan Pusat Statistik ditemukan bahwa komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada Garis Kemiskinan yaitu beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, mie instan, dll. Rokok kretek filter


(26)

merupakan salah satu komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar kedua terhadap Garis Kemiskinan. Menurut hasil BPS tersebut banyak penduduk miskin yang membelanjakan pendapatannya untuk hal-hal yang berdampak buruk bagi kesehatan diantaranya pengeluaran untuk rokok. Porsi belanja rokok yang semakin besar tersebut tentunya akan mengurangi kemampuan keluarga untuk mencukupi kebutuhan lain, seperti makanan, biaya pendidikan anak, biaya kesehatan dan upaya meningkatkan gizi anak- anak dan keluarga. Hal inilah yang dapat mengakibatkan kemiskinan dan secara signifikan dapat menurunkan standar hidup keluarga miskin.

Selain itu menurut Kosen yang dikutip Surjono,dkk (2013) dalam Jurnal Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Kementerian Keuangan Republik Indonesia (BPPK), pengeluaran tembakau di Indonesia secara makro pada tahun 2010 menyebabkan pengeluaran yang tidak perlu sebesar 231,27 trilyun rupiah, yang terdiri dari 138 trilyun rupiah untuk pembelian rokok, 2,11 trilyun rupiah untuk biaya perawatan medis rawat inap dan rawat jalan, dan 91,16 trilyun rupiah kerugian akibat kehilangan produktivitas karena kematian premature dan morbiditas-disabilitas. Sementara realisasi penerimaan cukai hasil tembakau pada tahun 2010 hanya sebesar 63 trilyun rupiah.

Provinsi Sumatera Utara memiliki jumlah penduduk sebanyak 12.937.868 jiwa dan dari total tersebut proporsi penduduk umur lebih dari 10 tahun yang merupakan perokok setiap hari sebanyak 24,2 persen dan perokok kadang-kadang sebanyak 4,2 persen (Riset Kesehatan Dasar, 2013). Dari total jumlah penduduk di Provinsi Sumatera Utara, yang termasuk ke dalam kategori peserta Penerima


(27)

Bantuan Iuran (PBI) ada sebanyak 4.192.297 orang. Selain itu terdapat 571 puskesmas yang tersebar di Provinsi Sumatera Utara yang menjadi fasilitas kesehatan tingkat pertama dari program JKN.

Penelitian- penelitian terdahulu yang juga membahas tentang hubungan karakteristik peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) dengan perilaku merokok seperti penelitian Aisyah (2014) tentang hubungan karakteristik peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) dengan perilaku merokok di wilayah kerja Puskesmas Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan dan persepsi peserta PBI terhadap perilaku merokok, namun ada hubungan antara umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan pengetahuan peserta PBI terhadap perilaku merokok. Pada karakteristik pengeluaran (K1) peserta PBI, kebutuhan rokok merupakan kedua terpenting dibandingkan dengan pendidikan.

Penelitian kedua adalah penelitian Siyoto (2013) tentang perilaku merokok penerima Jamkesmas/ Penerima Bantuan Iuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (PBI BPJS) di Kota Kediri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden penerima jamkesmas/ PBI diragukan untuk masuk kriteria miskin/ PBI, dikarenakan masyarakat memiliki pengeluaran (pendapatan di atas UMR), kemampuan belanja tembakau rata-rata Rp 268.948,-, sebanyak 21,7 persen peserta PBI di Kota Kediri berpendidikan SMU/sederajat, dan sebanyak 94,1 persen memiliki rumah sendiri. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebagian besar (63%) penerima jamkesmas/PBI BPJS adalah perokok dan pengeluaran untuk tembakau menempati urutan kedua terbesar dalam pengeluaran


(28)

keluarga penerima jamkesmas/ PBI BPJS setelah pengeluaran untuk kebutuhan makan sehari-hari.

Berdasarkan Profil Kesehatan Sumatera Utara tahun 2013, Kota Medan memiliki jumlah penduduk sebanyak 2.097.610 jiwa dan memiliki 39 Puskesmas yang tersebar di setiap kecamatan. Hasil survei pendahuluan yang dilakukan terhadap pegawai Dinas Kesehatan Kota Medan didapatkan bahwa sebanyak 253.483 warga miskin Kota Medan masuk ke dalam kategori PBI yang sumber iurannya berasal dari Pemerintah Kota Medan, kurang lebih 74.000 warga miskin Kota Medan masuk ke dalam kategori PBI yang sumber iurannya berasal dari APBD Provinsi, dan kurang lebih 400.000 warga miskin Kota Medan masuk ke dalam kategori PBI yang sumber iurannya berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).

Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu kecamatan yang berada di wilayah pinggir Kota Medan yang secara administrasi memiliki 6 kelurahan. Jumlah penduduk di Kecamatan Medan Belawan ada sebanyak 123.399 jiwa. Selain itu Kecamatan Medan Belawan merupakan kecamatan yang memiliki jumlah keluarga miskin paling banyak di Kota Medan, yaitu sebanyak 8.222 Kepala Keluarga. Puskesmas Belawan merupakan salah satu puskesmas yang bertanggungjawab menangani wilayah Kecamatan Medan Belawan dan berada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Medan. Puskesmas Belawan menangani sebanyak 6 kelurahan dengan jumlah penduduk 123.399 jiwa. Pekerjaan mayoritas penduduk di daerah ini adalah nelayan. Infeksi Saluran Pernafasan Akut


(29)

(ISPA) merupakan urutan pertama dari sepuluh penyakit terbesar di Puskesmas Belawan.

Survei awal yang dilakukan di Puskesmas Belawan didapatkan bahwa sebagian besar dari peserta yang datang berobat ke puskesmas memiliki kebiasaan merokok. Dan sebagian besar perilaku merokok itu dilakukan oleh kepala keluarga (laki-laki). Selain itu dari penuturan beberapa warga yang merupakan peserta PBI, ditemukan bahwa mereka sudah lama merokok dan mampu menghabiskan rokok sebanyak satu bungkus (9 sampai 15 batang) per hari.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan karakteristik peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) dengan perilaku merokok di wilayah kerja Puskesmas Belawan tahun 2015.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah di dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan karateristik peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) dengan perilaku merokok di wilayah kerja Puskesmas Belawan tahun 2015

1.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui hubungan karateristik peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) dengan perilaku merokok di wilayah kerja Puskesmas Belawan tahun 2015


(30)

1.4 Hipotesis Penelitian

Ada hubungan karakteristik peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) dengan perilaku merokok di wilayah kerja Puskesmas Belawan tahun 2015

1.5 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah selaku pembuat kebijakan publik dan beberapa instansi kesehatan, seperti Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan selaku penyelenggara Jaminan Kesehatan Nasional dan Dinas Kesehatan Kota Medan terhadap perbaikan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam kepesertaan Penerima Bantuan Iuran (PBI)

2. Sebagai bahan masukan kepada Puskesmas Belawan terhadap gambaran hubungan karakteristik peserta JKN PBI dengan perilaku merokok di wilayah kerjanya.

3. Sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat khususnya bidang ilmu Administrasi dan Kebijakan Kesehatan


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Kesehatan

2.1.1 Pengertian Perilaku Kesehatan

Notoatmodjo (2010) merumuskan bahwa dari aspek biologis, perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Skinner dalam Notoatmodjo (2010) juga merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian perilaku manusia terjadi melalui proses Stimulus-Organisme-Respons (teori S-O-R). Berdasarkan teori S-O-R ini, perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:

1. Perilaku Tertutup (covert behavior)

Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau

observable behavior.

Sejalan dengan batasan perilaku menurut Skiner dalam Notoatmodjo (2010) maka perilaku kesehatan (health behavior) adalah respons seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan


(32)

makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan. Dengan perkataan lain perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang baik yang dapat diamati

(observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable) yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.

2.1.2 Klasifikasi Perilaku Kesehatan

Becker dalam Notoatmodjo (2010) membuat klasifikasi tentang perilaku kesehatan yaitu:

1. Perilaku Sehat (Health Behavior)

Perilaku sehat adalah perilaku- perilaku atau kegiatan- kegiatan yang berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan. Contoh perilaku sehat ini adalah perilaku tidak merokok. Merokok adalah kebiasaan yang tidak sehat, namun di Indonesia jumlah perokok cenderung meningkat. Hampir 50% pria dewasa di Indonesia adalah perokok.

2. Perilaku Sakit (Illness Behavior)

Perilaku sakit adalah berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang yang sakit dan atau terkena masalah kesehatan atau keluarganya, untuk mencari penyembuhan, atau teratasi masalah kesehatan yang lain.

3. Perilaku Peran Orang Sakit (The Sick Role Behavior)

Dari segi sosiologi, orang yang sedang sakit mempunyai peran (roles),

yang mencakup hak-haknya (rights), dan kewajiban sebagai orang sakit

(obligation). Menurut Becker hak dan kewajiban orang yang sedang sakit merupakan perilaku peran orang sakit (the sick role behavior).


(33)

2.1.3 Pengetahuan dan Perilaku Kesehatan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk perilaku seseorang (overt behavior).

Secara garis besar terdapat 6 tingkat pengetahuan seseorang yaitu: 1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan- pertanyaan misalnya apa penyebab penyakit TBC, bagaimana cara melakukan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk), dan sebagainya.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi secara benar.

3. Aplikasi (application)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondiri real (sebenarnya) .

4. Analisis (analysis)

Adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen- komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu dengan yang lain.


(34)

5. Sintesis (synthesis)

Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian- bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan pengetahuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat. Misalnya, seorang ibu dapat menilai atau menentukan seorang anak menderita malnutrisi atau tidak.

Dalam Notoatmodjo (2003) ada indikator- indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan yaitu:

1. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit, meliputi penyebab penyakit, gejala atau tanda-tanda penyakit, bagaimana cara pengobatan atau kemana mencari pengobatan, bagaimana cara penularannya, bagaimana cara pencegahannya termasuk imunisasi, dan sebagainya.

2. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat, meliputi jenis- jenis makanan yang bergizi, manfaat makan yang bergizi bagi kesehatan, pentingnya olahraga bagi kesehatan, penyakit- penyakit atau bahaya- bahaya merokok, perlunya istirahat yang cukup, dan sebagainya.

3. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan, meliputi manfaat air bersih, cara-cara pembuangan limbah yang sehat, manfaat pencahayaan dan


(35)

penerangan rumah yang sehat, akibat polusi (polusi air, udara, dan tanah) bagi kesehatan, dan sebagainya.

2.1.4 Sikap dan Perilaku Kesehatan

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2010). Newcomb juga menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksaanaan motif tertentu. Jadi jelas bahwa sikap itu suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek. Sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain.

Menurut Allport dalam Notoatmodjo (2010), sikap itu terdiri dari 3 komponen pokok yaitu:

1. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek 2. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek 3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen di atas secara bersama- sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh ini, peranan pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi sangatlah penting. Sebagai contoh, seorang ibu mendengar (tahu) penyakit demam berdarah (penyebabnya, cara penularannya, cara pencegahannya, dan sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berpikir dan berusaha supaya keluarganya, terutama anaknya tidak menderita demam berdarah. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja


(36)

sehingga ibu tersebut berniat (kecenderungan bertindak) untuk melakukan 3M agar anaknya tidak terserang demam berdarah. Ibu ini mempunyai sikap tertentu (berniat melakukan 3M) terhadap objek tertentu yakni penyakit demam berdarah.

Selain itu sikap juga mempunyai tingkatan-tingkatan antara lain: 1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek).

2. Menanggapi (responding)

Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

3. Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya orang lain.

2.1.5 Persepsi dan Perilaku Kesehatan

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan- hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkannya


(37)

(Notoatmodjo, 2010). Persepsi adalah memberikan makna kepada stimulus inderawi. Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman dan sebagainya (Fitriani, 2011).

Persepsi seseorang terhadap suatu hal akan mempengaruhi tingkah laku seorang individu. Berarti tingkah laku seseorang selalu didasarkan atas makna sebagai hasil persepsi terhadap lingkungan dia hidup. Hal yang dilakukan dan tidak dilakukan dengan alasan banyak hal, selalu didasarkan pada batasan- batasan menurut pendapatnya sendiri secara selektif. Persepsi ini meliputi semua proses yang dilakukan seseorang dalam memahami informasi mengenai lingkungannya melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perasaan. Oleh karena itu setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda, meskipun objeknya sama seperti dalam mempersepsikan penyakit dalam masyarakat. Sebagai contoh perilaku merokok dalam masyarakat, sebagian orang mempersepsikan perilaku merokok sebagai penyakit dan kebiasaan yang buruk, namun bagi sebagian lagi perilaku merokok itu merupakan hal yang biasa dan wajar-wajar saja.

Sebagaimana persepsi merupakan proses pengamatan, maka hal- hal yang dapat diamati tersebut disebut objek persepsi. Objek persepsi dibedakan dalam dua bentuk yaitu:

1. Manusia, termasuk juga kehidupan sosial manusia, nilai- nilai kultural, dan hal lain, yang disebut dengan istilah persepsi interpersonal.

2. Benda- benda mati dan makhluk hidup selain manusia.

Menurut Notoatmodjo (2005) ada dua faktor yang memengaruhi persepsi, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor yang


(38)

melekat pada objeknya, dan faktor internal adalah faktor yang terdapat pada orang yang mempersepsikan stimulus tersebut.

1. Faktor eksternal a. Kontras

Merupakan cara termudah untuk menarik perhatian baik kontras warna, ukuran, bentuk, dan gerakan. Contohnya adalah iklan rokok yang dibuat oleh perusahaan rokok dengan menggunakan papan iklan yang besar sehingga tampak lebih menarik perhatian daripada yang kecil dan polos. Perusahaan rokok juga selalu berusaha menampilkan iklan yang menarik untuk menarik perhatian kaum muda.

b. Perubahan intensitas

Merupakan cara untuk menarik perhatian seperti perubahan suara yang tiba-tiba keras atau perubahan cahaya yang tiba-tiba menyilaukan. c. Pengulangan

Proses ini membuat stimulus yang pada awalnya tidak masuk dalam rentang perhatian, menjadi perhatian bagi orang.

d. Sesuatu yang baru

Suatu stimulus yang baru akan lebih menarik perhatian daripada sesuatu yang telah diketahui. Contohnya, cara terapi kesehatan yang baru dan berbeda dibandingkan terapi biasa akan segera menarik perhatian orang.


(39)

Suatu stimulus yang menjadi perhatian orang banyak akan menarik perhatian orang lain juga. Contohnya, ada suatu kurumunan orang di suatu tempat akan membuat orang lain tertarik untuk ikut melihat apa yang dilihat oleh kurumunan orang tersebut.

2. Faktor internal

a. Pengalaman dan pengetahuan

Pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang diperoleh. Pengalaman masa lalu atau yang telah dipelajari akan menyebabkan terjadinya perbedaan interpretasi. Contohnya, seorang anak yang pernah disuntik oleh dokter dan merasa sakit, akan cenderung menangis dan menghindar dari dokter setiap bertemu dokter. Hal ini karena pengalaman disuntiknya yang sakit sebelumnya. b. Harapan

Harapan terhadap sesuatu akan memengaruhi persepsi terhadap stimulus. Contohnya, ketika seseorang membawa pasien gawat darurat ke rumah sakit dan dia melihat seseorang datang dengan jas putih, maka dia akan langsung mengira bahwa orang berjas putih itu adalah dokternya. Bila orang tersebut bukan dokter, maka si pembawa pasien akan merasa kecewa dan segera mencari dokter.

c. Kebutuhan

Kebutuhan akan menyebabkan stimulus dapat masuk dalam rentang perhatian seseorang dan kebutuhan ini akan menyebabkan orang


(40)

tersebut menginterpretasikan stimuls secara berbeda. Contohnya, jika seseorang memiliki uang yang lebih dari biasanya, maka dia akan merasa bahwa uang tersebut banyak sekali. Namun, ketika kebutuhan yang akan dibeli memiliki harga yang jauh lebih besar, maka uang yang awalnya dirasakan banyak itu akan terasa sedikit.

d. Motivasi

Motivasi akan memengaruhi persepsi seseorang, sehingga persepsi setiap orang itu akan berbeda tergantung kepada sekuat apa motivasi yang dimilikinya. Contohnya, seseorang yang termotivasi untuk menjaga kesehatannya, maka dia akan menginterpretasikan rokok sebagai sesuatu yang negatif baginya.

e. Emosi

Emosi seseorang akan memengaruhi persepsinya terhadap stimulus yang ada. Jika emosi seseorang baik, maka situasi di sekitarnya akan terlihat baik dan jika emosi seseorang jelek, maka situasi di sekitarnya terlihat jelek juga. Contohnya, jika seseorang merasa takut dengan operasi, maka setelah operasi dia akan merasa lebih sakit dibandingkan orang yang tidak merasa takut dengan operasi.

f. Budaya

Seseorang dengan latar belakang budaya yang sama akan menginterpretasikan orang-orang dalam kelompoknya secara berbeda dan cenderung menjadi lebih kritis. Namun, akan memersepsikan bahwa orang-orang di luar kelompoknya sama saja.


(41)

Gambar 2.1 Skema Perilaku Kesehatan (Notoatmodjo, 2010)

2.2 Peran Karakteristik Individu Terhadap Perilaku Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2003) meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respons sangat bergantung pada karakteristik atau faktor- faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor- faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda ini dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan, misalnya jenis kelamin, tingkat kecerdasan, tingkat emosional, dan sebagainya.

2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya.

Selain itu dalam Notoatmodjo (2010) dikatakan bahwa ada faktor psikologis yang sangat besar pengaruhnya terhadap terjadinya perilaku. Faktor psikologis ini adalah sikap. Sikap merupakan konsep yang sangat penting dalam

Persepsi Pengetahuan Keyakinan Keinginan Motivasi Niat Sikap

Perilaku Kesehatan Pengalaman

Fasilitas Sosiobudaya

INTERNAL RESPONS


(42)

komponen sosio psikologis karena merupakan kecenderungan bertindak, dan berpersepsi. Sikap juga merupakan kesiapan tatanan saraf (neural setting)

sebelum memberikan respons konkret dan termasuk ke dalam salah satu faktor internal individu.

Selain faktor sosio psikologis, ada juga faktor situasional yang dapat mempengaruhi respons manusia dalam bentuk perilaku. Faktor situasional ini merupakan faktor lingkungan atau faktor eksternal dimana manusia itu berada atau bertempat tinggal. Faktor situasional ini mencakup:

1. Faktor ekologis, seperti keadaan alam, geografis, iklim, cuaca, dan sebagainya yang mempengaruhi perilaku seseorang.

2. Faktor desain dan asitektur, seperti struktur dan bentuk bangunan, serta pola pemukiman juga dapat mempengaruhi perilaku manusia yang tinggal di dalamnya.

3. Faktor temporal, seperti waktu pagi, siang, sore, dan malam (pengaruh waktu terhadap bioritme manusia) yang mempengaruhi perilaku seseorang.

4. Suasana perilaku, seperti tempat keramaian, pasar, mal, tempat ibadah, sekolah/ kampus, kerumunan massa akan membawa pola perilaku seseorang.

5. Faktor teknologi, seperti perkembangan teknologi informasi akan berpengaruh terhadap pola perilaku seseorang.


(43)

a. Umur, merupakan variabel yang selalu diperhatikan dalam penyelidikan epidemiologi, dan angka kesakitan serta angka kematian selalu menunjukkan keadaan yang dihubungkan dengan umur.

b. Status pekerjaan, adalah suatu kegiatan/ aktivitas yang dilakukan seseorang untuk memperoleh imbalan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, dan pekerjaan ini sangat menentukan pemanfaatan pelayanan kesehatan.

c. Pendidikan, dapat dilihat pada kehidupan sehari-hari bahwa orang dengan pendidikan formal lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan orang dengan pendidikan formal lebih rendah, karena akan lebih mampu memahami arti dan pentingnya kesehatan.

Menurut Gunarsa serta Charles Abraham dan Eamon Shanley dalam Sihombing (2014),faktor yang mempengaruhi pernyataan seseorang adalah latar belakang individu yang berbeda-beda seperti berikut ini:

1. Umur

Semua tingkatan umur memberikan persepsi berbeda-beda terhadap pelayanan kesehatan.

2. Pendidikan

Pendidikan dan pengetahuan seseorang yang kurang, membutuhkan lebih banyak perhatian khusus. Setiap orang akan memperhatikan aspek yang berbeda dari objek yang ditemui sesuai dengan pengalaman masa lalu, keahlian, dan minatnya masing-masing.


(44)

3. Pekerjaan

Masyarakat memiliki jenis pekerjaan yang berbeda-beda dan tingkat penghasilan yang berbeda juga. Biasanya, masyarakat yang berpenghasilan rendah dan berpendidikan formal rendah menimbulkan sikap masa bodoh, pengingkaran, dan rasa takut yang tidak mendasar.

4. Jenis kelamin

Laki-laki lebih cenderung dapat mengendalikan emosinya dan berpikir lebih kritis daripada perempuan, sehingga dapat memengaruhi persepsinya.

2.3 Rokok

Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar dan dihisap dan/ atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanamana Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109, 2012). Rokok merupakan salah satu pembunuh berbahaya di dunia. Namun masih banyak orang yang belum memahami tentang betapa besar bahaya merokok itu.

Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak yang rapi, siap dipakai, dan mudah diperjualbelikan seperti permen. Khusus untuk kasus di Indonesia, tidak terlampau sulit untuk menemukan rokok dan orang yang merokok. Penjual rokok bisa ditemukan dimana saja bahkan di tengah jalan bisa ditemukan para penjual rokok. Selain itu hampir di setiap sudut bisa ditemukan orang dengan lintingan rokok di jemari, mulai dari mal-mal kelas elit sampai di


(45)

gang- gang sempit, dari kelas atas sampai kelas bawah bisa disaksikan orang merokok yang asyik dengan dirinya sendiri.

2.3.1 Kandungan Rokok

Bahan utama dalam pembuatan rokok yaitu tembakau. Nikotin merupakan zat yang terkandung dalam daun tembakau. Setiap kali seseorang menghirup bahan-bahan yang mengandung nikotin, zat ini akan masuk ke dalam tubuh dan bersemayam dalam otak. Setiap satu batang rokok mengandung sedikitnya 10 miligram nikotin. Nikotin inilah yang akan membuat seseorang menjadi kecanduan merokok (Wirawan, 2014). Selain nikotin terdapat berbagai zat berbahaya yang terkandung dalam rokok. Asap rokok sendiri mengandung lebih dari 4000 zat-zat beracun yang dapat membahayakan tubuh. Menurut Soenarwo (2013), zat- zat beracun yang terdapat dalam asap rokok antara lain:

1. Tar, cairan kental berwarna hitam atau coklat tua yang didapatkan dengan cara distilasi kayu dan arang juga dari getah tembakau. Bisa mengiritasi paru- paru dan menyebabkan kanker.

2. Karbon Monoksida (CO), gas beracun yang menghalangi masuknya oksigen ke dalam tubuh.

3. Acrolein merupakan senyawa aldehid dengan rumus struktur H2C=CHCHO dan rumus molekul C3H4O. Zat ini berbentuk air tidak berwarna diperoleh dengan mengambil cairan dari glyceril atau dengan mengeringkannya. Pada dasarnya zat ini mengandung alcohol yang pasti sangat mengganggu kesehatan.


(46)

4. Amonia (NH3), gas yang tidak berwarna, terdiri dari nitrogen dan hidrogen. Zat ini sangat cepat memasuki sel-sel tubuh dan kalau disuntikkan sedikit saja pada aliran darah akan membuat pingsan atau koma.

5. Formic Acid (CH2O2), cairan tidak berwarna, tajam baunya, bisa bergerak bebas dan dapat membuat melepuh.

6. Hydrogen Cyanide (HCN), gas tidak berwarna, tidak berbau dan tidak ada rasa. Zat ini paling ringan dan mudah terbakar. Cyanide mengandung racun berbahaya dan jika dimasukkan langsung ke dalam tubuh akan berakibat kematian.

7. Nitrous Oxide (N2O), gas ini tidak berwarna dan jika diisap dapat menyebabkan hilangnya pertimbangan dan menimbulkan rasa sakit. Zat ini awalnya adalah untuk zat pembius saat operasi.

8. Formaldehyde (CH2O), gas tidak berwarna dan berbau tajam, bersifat pengawet dan pembasmi hama.

9. Phenol (C6H5OH), zat ini terdiri dari campuran kristal yang dihasilkan dari distilasi zat- zat organic, misalnya kayu dan arang. Phenol bisa terikat di dalam protein dan menghalangi kerja enzim.

10.Acetol, zat hasil dari pemanasan aldehyde dan menguap dengan alcohol. 11.Hydrogen Sulfide (H2S), gas yang mudah terbakar, berbau keras, dan

menghalangi proses oksidasi enxym.

12.Pyridine, cairan tidak berwarna, berbau tajam dan mampu mengubah alkohol sebagai pelarut dan pembunuh hama.


(47)

13.Methyl Chloride juga disebut sebagai klorometana, R-40 atau HCC 40 merupakan campuran zat- zat bervalensa satu dengan hidrogen dan karbon sebagai unsur utama. Zat ini merupakan compound (bahan campuran) organis yang sangat beracun dan uapnya bersifat sama dengan pembius. 14.Methanol (CH3OH), cairan ringan yang mudah menguap dan terbakar. Jika

diminum dan dihisap, dapat mengakibatkan kebutaan dan kematian.

2.3.2 Dampak Rokok Bagi Kesehatan

Rokok merupakan salah satu pembunuh paling berbahaya di dunia. Merokok membahayakan bagi hampir semua organ tubuh, menimbulkan banyak penyakit, dan memengaruhi kesehatan perokok secara umum. Tidak hanya perokok yang merasakan akibat dari bahaya rokok tersebut, namun orang- orang sekitar perokok juga beresiko menderita berbagai masalah kesehatan. Oleh sebab itu bila seorang perokok berhenti merokok, manfaatnya dapat dirasakan secara langsung maupun jangka panjang bagi perokok maupun orang-orang disekitarnya. Besarnya bahaya merokok sebenarnya bukan tidak disadari oleh para perokok karena pada setiap bungkus rokok terdapat peringatan wajib dari

pemerintah yang berbunyi, “Merokok Membunuhmu.” Bahkan mulai tahun 2014

pada setiap bungkus rokok wajib dicantumkan peringatan berupa gambar kanker mulut, kanker paru dan bronkitis akut, kanker tenggorokan, merokok membahayakan anak, serta gambar tengkorak. Namun, sering kali kuatnya ketergantungan terhadap rokok membuat orang tidak mau berhenti mengisapnya, sampai sudah terlambat ketika seorang perokok mengidap salah satu penyakit


(48)

akibat merokok tersebut (Salma,2014). Menurut Soenarwo (2013) terdapat beberapa penyakit yang dapat ditimbulkan akibat kebiasaan merokok yaitu:

1. Kanker Paru

Diketahui sekitar 90% kasus kanker paru pada laki-laki dan 80% pada perempuan diakibatkan oleh kebiasaan merokok. Hal ini karena asap rokok akan masuk secara inhalasi ke dalam paru-paru. Zat dari asap rokok ini akan merangsang sel di paru- paru menjadi tumbuh abnormal. Diperkirakan 1 dari 10 perokok sedang dan 1 dari 5 perokok berat akan meninggal akibat kanker paru.

2. Kanker Kandung Kemih

Kanker kandung kemih terjadi pada sekitar 40% perokok. Studi ilmiah menemukan kadar tinggi dari senyawa 2-naphthylamine dalam rokok menjadi karsinogenik yang mengarah pada kanker kandung kemih.

3. Kanker Payudara

Perempuan yang merokok lebih beresiko mengembangkan kanker payudara. Hasil studi menunjukkan perempuan yang mulai merokok pada usia 20 tahun dan 5 tahun sebelum dia hamil pertama kali, beresiko lebih besar terkena kanker payudara.

4. Kanker Serviks

Sekitar 30% keatian akibat kanker serviks disebabkan oleh merokok. Hal ini karena perempuan yang merokok lebih rentan terkena infeksi oleh virus menular seksual.


(49)

Studi menemukan bahwa asap rokok merusak DNA dari sel-sel esophagus sehingga menyebabkan kanker kerongkongan. Sekitar 80% kasus kanker esophagus telah dikaitkan dengan merokok.

6. Kanker Pencernaan

Meskipun asap rokok masuk ke dalam paru-paru, tapi ada beberapa asap yang tertelan. Sehingga meningkatkan resiko kanker gastrointestinal (penceranaan).

7. Kanker Ginjal

Ketika seseorang merokok, maka asap yang mengandung nikotin dan tembakau akan masuk ke dalam tubuh. Nikotin bersama dengan bahan kimia berbahaya lainnya, seperti karbon monoksida dan tar menyebabkan perubahan denyut jantung, pernapasan, sirkulasi, dan tekanan darah. Karsinogen yang disaring keluar dari tubuh melalui ginjal juga mengubah sel DNA dan merusak sel-sel ginjal. Perubahan ini mempengaruhi fungsi ginjal dan memicu kanker.

8. Kanker Mulut

Tembakau adalah penyebab utama kanker mulut. Diketahui perokok 6 kali lebih besar mengalami kanker mulut dibandingkan dengan orang yang tidak merokok, dan orang yang merokok tembakau tanpa asap beresiko 50 kali lipat lebih besar.

9. Kanker Tenggorokan

Asap rokok yang terhirup sebelum masuk ke paru-paru akan melewati tenggorokan, karenanya kanker ini akan berkaitan dengan rokok.


(50)

10.Serangan Jantung

Nikotin dalam asap rokok menyebabkan jantung bekerja lebih cepat dan meningkatkan tekanan darah. Sedangkan karbon-monoksida mengambil oksigen dalam darah lebih banyak, yang membuat jantung memompa darah lebih banyak pula. Jika jantung bekerja terlalu keras, ditambah tekanan darah tinggi, maka bisa menyebabkan serangan jantung.

11.Penyakit Jantung Koroner (PJK)

Sebagian besar penyakit jantung koroner disebabkan oleh rokok, dan akan semakin memburuk jika memiliki penyakit lain, seperti diabetes mellitus. 12. Aterosklerosis

Nikotin dalam asap rokok berpotensi mempercepat penyumbatan arteri yang bisa disebabkan oleh penumpukan lemak. Hal ini akan menimbulkan terjadinya jaringan parut dan penebalan arteri yang menyebabkan arterosklerosis.

13.Stroke

Gangguan akibat rokok juga berimbas pada pembuluh darah yang melayani otak. Penyempitan dan bendungan pembuluh darah otak menyebabkan seseorang beresiko menderita stroke. Meskipun stroke tidak membunuh, penyakit ini beresiko menimbulkan kecacatan atau kelumpuhan jangka panjang.

14.Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

Kondisi ini menyebabkan aliran darah terhalangi, sehingga membuat seseorang sulit bernapas, dan sekitar 80% kasus PPOK disebabkan oleh rokok.


(51)

Kondisi ini bisa menyebabkan terjadinya emfisema (sesak napas akibat kerusakan pada kantung udara atau alveoli) dan bronkitis kronis (batuk dengan banyak lender yang terjadi terus-menerus selama 3 bulan).

15.Kebutaan

Perilaku merokok menyebabkan seseorang menderita kebutaan karena degenerasi makular (hilangnya penglihatan secara bertahap). Hal ini dikarenakan merokok menyebabkan pembuluh darah yang melayani retina mengalami gangguan.

16.Nyeri Tulang Belakang Kronis

Tulang belakang memang tidak terus- menerus dalam kondisi bagus, tetapi merokok bisa mempercepat terjadinya masalah pada tulang belakang. Lempengan sendi tulang belakang terjadi secara bertahap akan kehilangan cairan dan tidak mampu menyangga tubuh dengan baik sehingga menyebabkan seseorang kerap menderita sakit pinggang dan gangguan tulang belakang lainnya.

17.Gangren

Gangren adalah jaringan tubuh yang membusuk dan mengeluarkan bau yang sangat khas. Gangren terjadi saat jaringan tubuh, khususnya pada anggota gerak, tidak mendapat suplai darah yang mencukupi. Dalam jangka panjang, merokok bisa menyempitkan pembuluh darah sehingga rentan terjadi bendungan, inilah cikal bakal gangren pada perokok.


(52)

Bagi laki-laki berusia 30-an dan 40-an tahun, maka merokok bisa meningkatkan disfungsi ereksi sekitar 50%. Hal ini karena merokok bisa merusak pembuluh darah. Nikotin mempersempit arteri, sehingga mengurangi aliran darah dan tekanan darah ke penis. Jika seseorang sudah mengalami impotensi, maka bisa menjadi peringatan dini bahwa roko sudah merusak daerah lain dari tubuh.

19.Gangguan Janin

Merokok berakibat buruk terhadap kesehatan reproduksi dan janin dalam kandungan, termasuk infertilitas (kemandulan), keguguran, kematian janin, bayi lahir berberat badan rendah, dan sindrom kematian mendadak bayi. 20. Gangguan medis lainnya

Beberapa gangguan medis juga bisa disebabkan oleh rokok seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), memperburuk asma dan radang saluran napas, katarak, menjadi lebih sering sakit-sakitan, menimbulkan noda di gigi dan gusi, menyebabkan gangguan pada penciuman dan pengecapan, menurunkan stamina berolahraga, merusak penampilan, serta mengakibatkan penuaan dini.

2.4 Perilaku Merokok

Menurut Sitepoe (2001), merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Amstrong (1991) mengatakan bahwa perilaku merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan menghembuskannya kembali ke luar. Berdasarkan pengertian di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa perilaku merokok adalah suatu aktivitas membakar tembakau yang kemudian dihisap


(53)

asapnya ke dalam tubuh dan menghembuskannya kembali ke luar yang dapat terhisap oleh orang disekitarnya.

Tomkins dalam American Journal of Public Health membedakan empat jenis umum perilaku merokok yaitu:

1. Kebiasaan merokok

Dalam jenis kebiasaan merokok, individu awalnya mungkin merokok untuk mengurangi efek negatif atau untuk menambah efek positif padahal individu tersebut sudah lama berhenti merokok. Dia mungkin tidak menyadari bahwa rokok ada di mulutnya. Dia merokok seolah- olah itu membuatnya merasa baik atau lebih baik, namun faktanya tidak. Seperti sama sekali tidak ada perasaan aneh untuk merokok. Itulah yang disebut dengan kebiasaan merokok.

2. Afektif positif perilaku merokok

Disini dibedakan lagi menjadi dua subtipe, yaitu merokok sebagai stimulan untuk mempengaruhi afektif positif dari kegembiraan dan merokok sebagai relaksasi untuk mempengaruhi afektif positif dari kenikmatan. Merokok sebagai relaksasi terjadi pada orang-orang yang dalam keadaan sangat santai seperti saat selesai makan dan di tengah- tengah percakapan yang menyenangkan. Jenis stimulan dalam merokok terjadi setiap kali merokok memberikan dampak kegembiraan seperti ketika anak muda merokok untuk membangun maskulinitas atau menyambut masa dewasa dengan menentang orang tuanya.


(54)

3. Afektif negatif perilaku merokok

Jenis yang ketiga ini diberi nama dengan merokok sedatif atau sebagai penenang. Dalam hal ini seseorang merokok terutama untuk mengurasi perasaan tertekan, takut, malu, jijik, atau kombinasinya. Seseorang berusaha untuk menenangkan dirinya bukan untuk bersantai. Ketika semua berjalan dengan baik dia mungkin tidak merokok. Hanya ketika seseorang dalam masalah dia berpikir untuk merokok. Dalam afektif positif, perokok hanya merokok saat dia merasa bahagia bukan pada saat dia merasa buruk.

Perokok penenang juga dibedakan menjadi dua subtipe, yaitu penenang sebagian dan penenang keseluruhan. Dalam penenang sebagian, seseorang merokok untuk membantu mengurang perasaan negatifnya sehingga ia dapat menghadapi masalah dan menyelesaikannya. Sedangkan dalam penenang keseluruhan, merokok diandalkan secara eksklusif untuk mengurangi pengaruh negatif dan tidak ada konfrontasi dari sumber penderitaannya. Inilah yang disebut dengan candu.

4. Ketergantungan merokok

Dalam jenis yang keempat, terdapat afektif positif perilaku merokok dan afektif negatif perilaku merokok yang disebut dengan kecanduan psikologis. Dalam kecanduan psikologis, pertama perokok selalu menyadari bahwa dia tidak sedang merokok. Hal ini sangat berbeda dengan merokok sebagai penenang dimana setiap kali ada sesuatu hal yang baik perokok tidak tahu bahwa dia tidak merokok. Kedua, kesadaran seperti tidak merokok selalu membangkitkan efek negatif. Perokok kecanduan menderita setiap kali dia


(55)

tanpa rokok. Ketiga, dia berpikir bahwa hanya rokok yang dapat mengurangi penderitaannya, dan tidak ada yang dapat menggantikannya. Keempat, hanya merokok yang akan membangkitkan afektif positifnya. Kelima, afektif negatifnya akan meningkat intensitasnya sampai tak terhankan, sampai dia tidak bisa merokok. Keenam, harapannya bahwa merokok akan mengurangi penderitaannya dan membangkitkan efek positif.

2.4.1 Tahap Dalam Perilaku Merokok

Pada dasarnya perilaku merokok merupakan sebuah perilaku yang kompleks yang melibatkan beberapa tahap. Menurut Leventhal dan Cleary dalam Aisyah (2014), terdapat 4 tahap dalam perilaku merokok sehingga seorang individu benar- benar menjadi perokok, yaitu:

1. Tahap Preparation

Pada tahap ini, seorang individu mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai merokok. Individu mengembangkan sikap terhadap rokok dan sebelum mencobanya mereka sudah mempunyai gambaran seperti apa merokok itu. Tahap persiapan ini melibatkan persepsi tentang apa yang dilibatkan dalam merokok dan apa fungsi merokok.

2. Tahap Initiation

Tahap initiation adalah tahap ketika seseorang benar- benar merokok untuk pertama kalinya. Tahap ini merupakan tahap kritis bagi seseorang untuk menuju tahap becoming a smoker. Pada tahap inilah seorang individu akan memutuskan untuk melanjutkan percobaannya atau tidak. Meskipun saat pertama kali mengonsumsi rokok, gejala-gejala yang mungkin terjadi adalah


(56)

batuk- batuk, lidah terasa getir, dan perut terasa mual, tetapi sebagian dari pemula itu berlanjut menjadi kebiasaan, dan akhirnya menjadi ketergantungan. 3. Tahap Becoming a Smoker

Pada tahap ini seseorang yang merokok empat batang setiap harinya melalui percobaan berulang dan pemakaian secara teratur dapat membuat seseorang menjadi perokok aktif pada masa dewasa.

4. Tahap Maintenance of Smoking

Pada tahap ini merokok sudah menjadi bagian dari cara pengaturan diri (self regulating) seseorang dalam berbagai situasi dan kesempatan. Tahap ini juga membangun alasan merokok bagi perokok adalah untuk meringankan kecemasan, ketegangan dan rasa tertekan, sedangkan lainnya karena ingin memunculkan efek stimulant (perangsang) dan merasa santai.

2.4.2 Tipe Perokok

Menurut Mu’tadin dalam Lubis (2012) tipe perokok dapat dibagi menjadi

empat, yaitu:

1. Perokok sangat berat, yaitu seseorang yang mengkonsumsi rokok lebih dari 31 batang sehari dan selang merokoknya lima menit setelah bangun pagi.

2. Perokok berat, yaitu seseorang yang mengkonsumsi rokok sekitar 21-30 batang sehari dengan selang waktu sejak bangun pagi berkisar antara 6-30 menit.

3. Perokok sedang, yaitu seseorang yang menghabiskan rokok sekitar 11-21 batang sehari dengan selang waktu 31-60 menit setelah bangun pagi.


(57)

4. Perokok ringan, yaitu seseorang yang menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan selang waktu 60 menit dari bangun pagi.

2.4.3 Alasan Merokok

Menurut Amstrong (1991) ada beberapa alasan mengapa orang dewasa merokok, yaitu:

1. Seorang perokok merasa benar-benar menikmati rokok ketika menghisapnya. Mereka bahkan tidak dapat menahan diri meskipun menyadari bahwa kesehatannya dipertaruhkan untuk kesenangan tersebut. 2. Seorang perokok menjadi ketagihan terhadap nikotin yang terdapat dalam

rokok sehingga mereka merasa hampa tanpa mengkonsumsinya. Inilah efek samping dari nikotin yang ada pada rokok yaitu membuat orang menjadi kecanduan.

3. Seorang perokok terbiasa menghisap rokok untuk dapat merasakan relaksasi santai setelah melakukan berbagai aktivitas.

4. Persepsi bahwa merokok merupakan penopang dalam bermasyarakat. Hal inilah yang kemudian menimbulkan kesan jantan dalam perilaku merokok karena diterima dalam lingkungan bermasyarakat.

2.4.4 Perilaku Merokok dan Kemiskinan

Setiap negara termasuk Indonesia memiliki definisi tersendiri terhadap kategori miskin bagi seseorang. Hal ini dikarenakan kondisi miskin tersebut bersifat relatif untuk setiap negara misalnya kondisi perekonomian, standar kesejahteraan, dan kondisi sosial. Setiap definisi ditentukan menurut kriteria atau


(58)

ukuran- ukuran berdasarkan kondisi tertentu seperti pendapatan rata- rata, status kependidikan, dan kondisi kesehatan.

Berdasarkan Undang- Undang Nomor 24 tahun 2004, kemiskinan adalah kondisi sosial ekonomi seseorang atau sekelompok orang yang tidak terpenuhinya hak- hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Kebutuhan dasar yang menjadi hak seseorang atau sekelompok orang meliputi kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan,sumber daya alam, lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan kehidupan sosial dan politik.

Definisi kemiskinan yang dikemukakan oleh Chambers dalam Aisyah (2014) menerangkan bahwa kemiskinan adalah suatu kesatuan konsep (integrated concept) yang memiliki lima dimensi, yaitu:

1. Kemiskinan (proper)

Permasalahan kemiskinan adalah kondisi ketidakmampuan pendapatan untuk mencukupi kebutuhan- kebutuhan pokok. Konsep atau pandangan ini berlaku tidak hanya pada kelompok yang tidak memiliki pendapatan akan tetapi dapat berlaku pula pada kelompok yang telah memiliki pendapatan. 2. Ketidakberdayaan (powerless)

Pada umumnya, rendahnya kemampuan pendapatan akan berdampak pada kekuatan sosial dari seseorang atau sekelompok orang terutama dalam memperoleh keadilan/ persamaan hak untuk mendapatkan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.


(1)

Kuesioner Penelitian

Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) Dengan Perilaku Merokok Di Wilayah Kerja

Puskesmas Belawan Tahun 2015

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN 1. Nomor Responden :

2. Nama Responden :

3. Umur Responden :

4. Jenis Kelamin Responden : 1. Laki- Laki 2. Perempuan 5. Pendidikan Responden : 1. Tidak Sekolah/ Tamat SD

2. Tamat SMP/ SMA

6. Pekerjaan Responden : 1. Nelayan 4.Buruh Lepas 2. Petani 5.Lainnya (……….) 3. Pedagang

7. Jumlah Penghasilan : Rp ………. (sebulan)

8. Apakah Saudara Merokok : 1. Ya 2. Tidak

B. PENGELUARAN

1. Berapa biaya yang harus Anda keluarkan perhari untuk membeli rokok (rata-rata)?

_________________________

2. Berapa biaya rata-rata yang Anda keluarkan perminggu untuk membeli makanan (beras, ikan, sayuran, buah)? _________________________

3. Pengeluaran Bukan Makanan:

No Pengeluaran Bukan Makanan Selama Sebulan Jumlah (Rp) 1. Perumahan (sewa rumah)

2. Fasilitas rumah tangga (rekening listrik, pulsa, gas, air, kayu, dll) 3. Biaya pendidikan (uang sekolah, uang kursus)


(2)

C. PENGETAHUAN

Petunjuk pengisian : Berilah tanda cek list (√) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan jawaban Anda

No Pernyataan Tahu Tidak Tahu

1. Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar dan dihisap dan/ atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya

2. Rokok mengandung nikotin sebagai bahan utamanya yang dapat menyebabkan seseorang menjadi kecanduan merokok

3. Asap rokok mengandung lebih dari 4000 zat- zat beracun yang dapat membahayakan tubuh

4. Merokok membahayakan tubuh dan menimbulkan banyak penyakit, seperti kanker paru, impotensi, gangguan janin, jantung

5. Merokok dapat membahayakan orang sekitar yang tidak merokok diakibatkan oleh paparan asap rokok dari perokok 6. Orang yang tidak merokok tetapi sering menghisap dan berada

di dekat orang yang merokok disebut perokok pasif

7. Merokok 15-20 batang rokok per hari menyebabkan 14 kali lebih besar resiko kematian karena kanker paru, tenggorokan, dan mulut dibandingkan dengan orang yang tidak merokok 8. Membeli rokok menjadi pengeluaran terbesar kedua bagi

masyarakat setelah beras (padi-padian)

D. SIKAP

Petunjuk pengisian : Berilah tanda cek list (√) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan jawaban Anda

Keterangan : SS = Sangat Setuju, S = Setuju, N = Netral, TS = Tidak Setuju, STS = Sangat Tidak Setuju

No Pernyataan SS S N TS STS

1. Saya akan tetap merokok walaupun ada orang yang terganggu dengan asap rokok saya

2. Saya merasa lebih percaya diri jika saya sedang merokok 3. Merokok hanya menghilangkan stress untuk sementara saja 4. Merokok dapat meningkatkan semangat saya dalam bekerja


(3)

5. Saya bebas merokok dimana saja saya ingin merokok

6. Saya merasa tidak nyaman berada di samping orang yang sedang merokok

7. Adanya peraturan yang mewajibkan pencantuman label peringatan bahaya merokok di setiap bungkus rokok

8. Pemberlakuan larangan merokok di tempat umum, sarana kesehatan, sekolah, tempat ibadah, dan angkutan umum

9. Berhenti merokok tidak mudah, namun tidak mustahil 10. Merokok di tempat umum hanya merugikan diri sendiri 11. Pelarangan semua iklan rokok

12. Pembatasan jam tayang iklan rokok

13. Peringatan yang ada di bungkus rokok adalah benar

14. Jika ada salah satu keluarga yang merokok di dalam rumah, anggota keluarga yang lain akan menegur

15. Jika ada salah satu anggota keluarga lain yang merokok di dalam rumah, anggota keluarga yang lain akan membiarkan

E. PERSEPSI

Petunjuk pengisian : Berilah tanda cek list (√) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan jawaban Anda

No Pernyataan Setuju Tidak

Setuju 1. Sakit berhubungan dengan perilaku merokok

2. Jika saya sakit (batuk yang terus-menerus), saya pergi ke puskesmas untuk mendapatkan obat gratis

3. Untuk biaya berobat saya tidak terlalu memikirkannya, karena saya sudah menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN

4. Pelayanan kesehatan yang diakibatkan oleh perilaku merokok tidak ditanggung oleh pemerintah

F. PERILAKU MEROKOK

Pilihlah jawaban sesuai keadaan Anda!

1. Apakah anda merokok saat berkumpul dengan keluarga?


(4)

2. Apakah anda merokok saat berkumpul dengan teman- teman anda?

1.Ya 2. Tidak

3. Apakah anda bisa tidak merokok dalam satu hari?

1.Ya 2. Tidak

4. Apakah anda merokok setelah selesai makan?

1.Ya 2. Tidak

5. Jika anda sedang tertekan/stress/marah, apakah anda akan merokok?

1.Ya 2. Tidak

6. Apakah dengan merokok, dapat mengurangi stress dan membangkitkan semangat anda?

1.Ya 2. Tidak

7. Sudah berapa lama anda merokok?

1. >5 tahun 2. ≤5 tahun 8. Berapa batang rokok anda habiskan setiap hari?

1. 11- 20 batang 2. 1- 10 batang

9. Berapa lama selang merokok anda setelah bangun pagi? 1. 1- 30 menit 2. 31- 60 menit 10.Darimana anda mendapatkan rokok?


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) Dengan Perilaku Merokok Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan Tahun 2014.

1 58 114

Determinan Pemanfaatan Puskesmas Kecamatan Pematang Sidamanik Oleh Peserta Penerima Bantuan Iuran (Pbi) Jaminan Kesehatan Nasional (Jkn) Kabupaten Simalungun Tahun 2015

1 1 19

Determinan Pemanfaatan Puskesmas Kecamatan Pematang Sidamanik Oleh Peserta Penerima Bantuan Iuran (Pbi) Jaminan Kesehatan Nasional (Jkn) Kabupaten Simalungun Tahun 2015

0 0 2

Determinan Pemanfaatan Puskesmas Kecamatan Pematang Sidamanik Oleh Peserta Penerima Bantuan Iuran (Pbi) Jaminan Kesehatan Nasional (Jkn) Kabupaten Simalungun Tahun 2015

2 3 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Kesehatan 2.1.1 Pengertian Perilaku Kesehatan - Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Tahun 2015

0 1 37

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Tahun 2015

0 0 11

Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Tahun 2015

0 0 17

1. Nomor Responden - Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) Dengan Perilaku Merokok Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan Tahun 2014.

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. Pengertian Perilaku - Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) Dengan Perilaku Merokok Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan Tahun 2014.

0 0 27

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) Dengan Perilaku Merokok Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan Tahun 2014.

0 0 12