BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Faktor-faktor yang Mempengaruhi Loan To Deposit Ratio pada Bank Pembangunan Daerah (BPD) di Indonesia Periode 2008-2013

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote. Sebuah bank dapat menghimpun dana dari pihak yang memiliki kelebihan dana kedalam berbagai bentuk simpanan. Dari kelebihan dana yang telah dihimpun tersebut bank menyalurkan kembali kedalam bentuk pemberian kredit kepada pihak-pihak yang memerlukan dana sehingga bisa memberikan manfaat bagi masing-masing pihak.

  Menurut Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana diubah dengan Undang-undang Perbankan No. 10 tahun 1998 dilihat dari segi fungsinya dalam kategori bank umum konvensional terdapat beberapa jenis bank yaitu bank pemerintah, bank swasta, bank swasta nasional nondevisa, bank pembangunan daerah, bank campuran dan bank asing. Bank yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Pembagunan Daerah (BPD) yang ada di Indonesia terdiri dari 26 (dua puluh enam) bank.

  Kegiatan usaha yang paling utama dari suatu bank adalah melakukan penghimpunan dan penyaluran dana. Kegiatan penghimpunan dana berasal dari bank itu sendiri, dari deposan/nasabah, pinjaman dari bank lain maupun Bank Indonesia, dan dari sumber lainnya. Sedangkan, kegiatan penyaluran dana dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, misalnya penyaluran kredit, kegiatan investasi dalam bentuk aktiva tetap dan inventaris. Kegiatan penghimpunan dana bank sebagian besar bersumber dari simpanan nasabah dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito berjangka. Simpanan nasabah ini sering disebut sebagai Dana Pihak Ketiga (DPK).

  Menurut Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia, untuk menilai keuangan perbankan digunakan lima aspek penilaian bank yaitu Capital, Asset,

  Management, Earning, Liquidity . Dimana Capital didasari kepada Capital Adequacy Ratio (CAR), aspek Assets meliputi Return on Asets (ROA) dan Non

Performing Loan (NPL), aspek Earnings meliputi Net Interest Margin (NIM) dan

Operating Expenses to Earnings Of Operationa l (BOPO), sedangkan aspek

Liquidity meliputi Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Giro Wajib Minimum

(GWM).

  Hubungan antara DPK dan kredit ditunjukkan oleh Loan to Deposit Ratio (LDR). Loan to Deposit Ratio adalah rasio yang mengukur perbandingan jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank, yang menggambarkan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya (Rivai, et al, 2007:394). Semakin tinggi rasio memberikan gambaran bahwa rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. LDR juga dapat menjadi indikator utama dalam menilai fungsi intermediasi perbankan. Semakin tinggi penyaluran kredit menggunakan DPK, maka fungsi intermediasi perbankan berjalan dengan sangat baik. Sebaliknya, rendahnya penyaluran kredit menggunakan DPK menunjukkan fungsi intermediasi tidak berjalan dengan lancar. Penyebabnya rendahnya LDR ialah karena DPK tidak disalurkan kembali kepada masyarakat, melainkan digunakan untuk kepentingan lain seperti membeli Inventaris dan lain-lain. Begitu besarnya nilai kredit yang keluar dari sistem perbankan di satu sisi akan semakin meningkatnya jumlah DPK yang masuk ke perbankan, maka upaya ekspansi kredit yang dilakukan perbankan ialah dengan mengangkat angka LDR secara signifikan.

  Jumlah kredit yang diberikan sebagai alat indikator yang dapat mempengaruhi Loan to Deposit Ratio (LDR), semakin banyak jumlah kredit yang diberikan semakin tinggi pula LDR, dan sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa saat jumlah kredit yang diberikan dan LDR tinggi maka laba yang diperoleh bank melalui pendapatan bunga pun akan tinggi.

  Tingkat Loan to Deposit Ratio (LDR) menunjukkan seberapa likuid suatu bank. Dalam keadaan illikuid (tidak likuid), bank akan kesulitan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya, seperti adanya penarikan tiba-tiba oleh nasabah terhadap simpanannya. Sebaliknya, semakin rendah tingkat LDR semakin likuid suatu bank. Keadaan bank yang semakin likuid menunjukkan banyaknya dana menganggur (idle fund) yang dapat memperkecil kesempatan bank untuk memperoleh penerimaan yang lebih besar

  Tingkat Loan to Deposit Ratio (LDR) suatu bank haruslah dijaga agar tidak menjadi terlalu rendah ataupun terlalu tinggi. Untuk itu, diperlukan suatu standar mengenai tingkat LDR. Bank Indonesia selaku otoritas moneter menetapkan batas LDR berada pada tingkat 85%-100% dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993. Namun, per tanggal 1 Maret 2011, BI akan memperlakukan peraturan Bank Indonesia No. 12/19/PBI/2010 yang berisi ketentuan standar LDR pada tingkat 78%-100%.

  Sanksi bagi bank di Indonesia yang tingkat LDR berada di luar kisaran 78- 100%, maka BI akan mengenakan denda sebesar 0,1% dari jumlah simpanan nasabah di bank bersangkutan untuk tiap 1% kekurangan LDR yang dialami bank.

  Sementara bank yang memiliki tingkat LDR diatas 100% akan diminta oleh BI untuk menambah setoran Giro Wajib Minimum (GWM) primer sebesar 0,2%.

  Dari jumlah simpanan nasabah di bank bersangkutan untuk tiap 1% nilai kelebihan LDR yang dialami bank, dimana penambahan dana GWM primer tidak diberikan bunga. Kecuali bagi bank yang memiliki CAR diatas 14% tidak terkena pinalti walau LDR diatas 100%.

  Return on Assets (ROA) adalah Rasio yang digunakan untuk mengukur

  kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan tersebut dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset (Dendawijaya, 2009:120). Meningkatnya kredit maka akan meningkatkan LDR, sehingga menggambarkan perusahaan tersebut telah efisien dalam menggunakan aktivanya dalam kegiatan operasi untuk menghasilkan keuntungan.

  Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan perbandingan antara selisih

  modal dan harta (equity capital-fixed assets) dengan pinjaman macet (estimated

  

risk in-loan) (Rivai, et al., 2007:548). Semakin tinggi nilai CAR mengindikasikan

  bahwa bank telah mempunyai modal yang cukup baik dalam menunjang kebutuhannya serta menanggung risiko-risiko yang ditimbulkan termasuk didalamnya risiko kredit, dengan modal yang besar maka bank dapat menyalurkan kredit yang tinggi sehingga akan meningkatkan LDR. Sesuai dengan aturan BI, besarnya CAR yang harus dicapai bank minimal 8%.

  Non Performing Loan (NPL) merupakan risiko kredit bermasalah karena

  tidak lancarnya nasabah dalam membayar utang dan kewajibanya. NPL diukur dari rasio perbandingan antara kredit bermasalah terhadap total kredit yang diberikan. Semakin tinggi rasio ini mengindikasikan bahwa jumlah kredit bermasalah semakin besar sehingga menimbulkan keraguan bank untuk menyalurkan kredit dan nantinya akan mempengaruhi rasio LDR itus sendiri. Menurut BI besarnya ketentuan tingkat maksimum NPL adalah 5%.

  Net Interest Margin (NIM) atau Marjin Bunga Bersih adalah Rasio yang

  digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Apabila LDR semakin tinggi pada Bank akan memberikan resiko yang besar atas gagalnya kredit yang telah disalurkan kepada masyarakat. Standard yang ditetapkan BI untuk rasio NIM adalah 6% keatas.

  Operating Expenses to Earnings Of Operational (BOPO) merupakan rasio

  antara biaya operasional terhadap pendapatan operasional dala mengukur tingkat efisien dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Semakin rendah BOPO berarti semakin efisien bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasional, dengan adanya efisien biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar. Nilai rasio yang ideal berada antara 50-75% sesuai dengan ketentuan BI.

  Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP, 31 Mei 2004, alasan dipilihnya Loan to Deposit Ratio (LDR) sebagai variable dependen dikarenakan rasio dihitung dari pembagian kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk antar bank) dengan DPK yang mencakup giro, tabungan, dan deposito (tidak termasuk antar bank).

  Adanya katerbatasan data yang bersumber dari Direktori Perbankan Indonesia dan Annual Report menyebabkan periode penelitian yang digunakan terbatas hingga tahun 2013. Nilai LDR masing-masing Bank BPD dari tahun 2008 hingga 2013 mengalami perubahan setiap periodenya. Hal ini diakibatkan dari tidak stabilnya tingkat pertumbuhan bank dalam jangka panjang di Indonesia sehingga diperlukan prediksi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi Loan to Deposit Ratio (LDR).

Tabel 1.1. berikut ini adalah kondisi LDR pada beberapa Bank

  Pembangunan Daerah (BPD) di Indonesia periode penelitian 2008 hingga 2013, yaitu:

  Tabel 1.1

LDR Bank Pembangunan Daerah Indonesia Periode 2008-2013 (dalam %)

  

Nama Bank 2008 2009 2010 2011 2012 2013

BPD Sumatera Barat 89,29 86,52 80,78 91.69 100,35

  99.13 BPD Bali 81,96 94,17 91,58 82,73 80,6

  81.16 BPD SulSelBar 90,78 93,7 91,57 101,93 113,21 113.69 BPD Nusa Tenggara Barat 109, 58 95,59 94,66 101,45 108,41 105.56 BPD Jateng 87,83 78,97 67,77 70,17 82,48

  86.96 BPD Kalimantan Timur 31.57 50,35 62,22 59,95 56,65

  90.77 BPD Kalimantan Selatan 54,08 57,73 66,31 63,3 55,77

  85.38 BPD Papua 43,94 31,24 38,36 48,01 71,65

  84.48 Sumber : Statistika Bank Indonesia 2008-2013 (data diolah)

Tabel 1.1 menunjukkan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) pada beberapa

  Bank Pembangunan Daerah (BPD) periode 2008 hingga 2013 yang sesuai dan tidak sesuai dengan standard yang telah ditetapkan oleh BI yaitu 78%-110%.

  Dimana kenaikan dan penurunan pada setiap tahunnya dapat disebabkan oleh tingkat kepercayaan masyarakat untuk menyimpan uangnya di bank yang bersangkutan.

  Prediksi terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) dapat dilakukan dengan melihat rasio keuangan perusahaan. Rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR),

  Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), dan Operating Expenses to Earnings Of Operational (BOPO) karena rasio-rasio keuangan

  tersebut merupakan rasio yang digunakan oleh Bank Indonesia untuk mengukur tingkat kesehatan bank yang ditinjau dari fungsi bank sebagai lembaga

  intermediary .

  Kondisi Perkembangan ROA, CAR, NPL, NIM dan BOPO Bank Pembangunan Daerah selama periode penelitian 2008 hingga 2013, dapat dilihat pada Tabel 1.2 sebagai berikut:

Tabel 1.2 Perkembangan ROA, CAR, NPL, NIM, BOPO pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia periode 2008-2013 (dalam %) Jenis 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Rasio

  ROA 4,06 4,72 3,57 3,16 3,45 4,21 CAR 20,36 20,50 18,50 18,56 19,00 19,11 NPL 2,24 2,45 2,54 1,69 1,81 2,02

  NIM 9,86 9,62 10,38 9,14 7,69 8,49 BOPO 73,04 70,86 71,80 71,86 73,34 71,24 LDR 65,28 75,92 72,49 75,46 85,12 94,27 Sumber : Statistika Bank Indonesia 2008-2013 (Data Diolah)

  Berdasarkan perbandingan data diatas rata-rata ROA pada Bank BPD pada tahun 2008 hingga 2013 tidak stabil mengalami kenaikan dan penurunan. Diikuti juga dengan rasio LDR yang mengalami kenaikan dan penurunan setiap tahun. Hal ini bertentangan dengan teori dimana apabila ROA mengalami peningkatan maka LDR juga harus meningkat, sehingga tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut besar dan modal bank juga semakin besar.

  Pada rata-rata nilai CAR pada Bank BPD pada tahun 2008 hingga 2013 mengalami penurunan dan kenaikan dan diikuti dengan LDR tahun 2008 hingga 2013 yang mengalami kenaikan dan penurunan setiap tahunnya. Fakta ini sejalan dengan teori dimana apabila CAR mengalami peningkatan maka LDR akan juga mengalami kenaikan dan begitu juga sebaliknya.

  Pada rata-rata NPL di Bank BPD pada tahun 2008 hingga 2013 mengalami kenaikan dan penurunan dan diikuti dengan LDR yang mengalami peningkatan serta penurunan setiap tahunnya. Fakta ini sejalan dengan teori dimana NPL menunjukan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit yang bermasalah yang diberikan oleh bank. Jika kredit macet meningkat maka akan mengurangi kemampuan bank dalam menyalurkan kreditnya, semakin tinggi rasio akan semakin buruk kualitas kredit bank sehingga menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar dan kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin besar.

  NIM pada Bank BPD pada tahun 2008 hingga 2013 mengalami kenaikan dan penurunan sedangkan LDR juga mengalami ketidakstabilan setiap tahunnya.

  Hal ini tidak sesuai dengan teori dimana pada saat rasio NIM mengalami kenaikan maka LDR juga akan mengalami kenaikan. Dapat dilihat dari tabel ketika NIM menurun LDR meningkat dan sebaliknya.

  Pada tabel diatas menjelaskan bahwa pada tahun 2008 hingga 2013 rasio BOPO mengalami fluktuasai dan belum mencapai standard untuk ukuran bank di indonesia, BI menetapkan dimana standard rata-rata nya 85%-110%. Artinya jika BOPO terlalu tingi tidak selamanya baik karena berarti likuiditasnya ketat juga berpotensi akan menimbulkan permasalahan yaitu ketika membutuhkan likuiditas di saat pasokan mengetat.

  Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Bank Pembangunan Daerah di

  Indonesia pada tahun 2008 hingga 2013 mengalami peningkatan setiap tahunnya hingga mencapai tingkat standard ukuran bank di indonesia yaitu 78%-100%.

  Pada tahun 2010 terjadi penurunan yaitu 72,49 dan ukuran ini tidak mencapai standard, tetapi naik kembali pada tahun 2011 75,46 hingga 2013 sebesar 84,66 dan rasio ini merupakan ukuran standard bagi bank di Indonesia. Bank yang LDR nya terlalu tinggi juga tidak selamanya baik karena berarti likuiditasnya ketat juga berpotensi menimbulkan permasalahan ketika membutuhkan likuiditas disaat pasokan mengetat.

  Berdasarkan latar belakang, maka judul penelitian ini: “ Faktor-faktor

  

yang Mempengaruhi Loan to Deposit Ratio pada Bank Pembangunan

Daerah (BPD) di Indonesia”.

1.2. Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dari penelitian ini adalah “Apakah Return on Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non

  

Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM) dan Biaya Operasional

  terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh terhadap Loan to Deposit

  Ratio (LDR) pada Bank Pembangunan Daerah Di Indonesia?

  1.3. Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Return on

  Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Perfoming Loan (NPL), Net

Interest Margin (NIM) dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional

  (BOPO) berpengaruh terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Bank Pembangunan Daerah Di Indonesia.

  1.4. Manfaat Penelitian

  Manfaat dari penelitan ini adalah sebagi berikut: 1. Bagi Perusahaan

  Sebagai Bahan pertimbangan dan referensi bagi Bank pembangunan Daerah di Indonesia dalam pengambilan keputusan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia.

  2. Bagi Peneliti Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti di bidang keuangan, khususnya mengenai pengelolaan kinerja perbankan.

  3. Bagi Peneliti Selanjutnya.

  Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang sama di masa yang akan datang.