Faktor-faktor yang Mempengaruhi Loan to Deposit Ratio Pada Bank Badan Umum Milik Negara (Persero) Di Indonesia

(1)

SKRIPSI

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LOAN TO DEPOSIT RATIO PADA BANK BADAN UMUM MILIK NEGARA

(PERSERO) DI INDONESIA

OLEH IRMAWATI

110521019

PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN EKSTENSI DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

Lembar Pernyataan

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa sekripsi saya yang berjudul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Loan to Deposit Ratio Pada Bank Badan Umum Milik Negara (Persero) Di Indonesia” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, April 2013

Irmawati NIM: 110521019


(3)

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LOAN TO DEPOSIT RATIO PADA BANK BADAN UMUM MILIK NEGARA (PERSERO) DI

INDONESIA

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh Return on Asset (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR). Sampel penelitian ini menggunakan 32 sampel data Bank Badan Umum Milik Negara (Persero) di Indonesia.

Data yang digunakan adalah data sekunder. Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan tahunan pada Bank Badan Umum Milik Negara (periode) 2004-2011. Metode pengumpulan data menggunakan studi dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda dan uji hipotesis menggunakan t-statistik untuk menguji koefisien regresi parsial serta F-statistik untuk menguji kebenaran pengaruh secara bersama-sama dengan tingkat signifikansi 5% (0,05). Selain itu juga dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Selama periode pengamatan menunjukkan bahwa data penelitian berdistribusi normal. Berdasarkan uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi tidak ditemukan variabel yang menyimpang dari asumsi klasik. Hal ini menunjukkan data yang tersedia telah memenuhi syarat menggunakan model persamaan regresi linier berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel BOPO tidak berpengaruh signifikan terhadap LDR. Variabel ROA dan NPL memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap LDR. Variabel CAR dan NIM berpengaruh positif signifikan terhadap LDR. Kemampuan prediksi dari kelima variabel tersebut terhadap LDR dalam penelitian ini sebesar 44,5%, sedangkan sisanya 55,5% dipengarui oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian.

Kata Kunci : Loan to Deposit Ratio (LDR), Return on Asset (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).


(4)

ABSTRACT

FACTORS THAT AFFECT THE LOAN TO DEPOSIT RATIO IN THE STATE BANK LIMITED COMPANY IN INDONESIA

The purpose of this study was conducted to examine the effect of Return on Asset (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), non-performing loans (NPL), Net Interest Margin (NIM), and Operating Expenses to Operating Income (BOPO) to the Loan to Deposit Ratio (LDR). This research samples using a data sample of 32 state-owned bank entities (Persero) in Indonesia.

The data used are secondary data. The researchers used data on the annual financial statements of the general body of state-owned banks (Persero) the period 2004-2011. The method of data collection using the documentation. Data analysis technique used is multiple linear regression and test hypotheses using t-statistic for testing the partial regression coefficients and F-statistics to test the effect of truth with a significance level of 5% (0,05). It also tested the classical assumptions that included tests of normality, multicollinearity test, test of heteroscedasticity and autocorrelation test. During the observation period of the study indicate that the data are normally distributed. Based on the test for normality, multicollinearity test, test heteroscedasticity and autocorrelation test found no variables that deviate from the classical assumptions. This shows the available data has been qualified using multiple linear regression equation model. These results indicate that BOPO variables no significant effect on the LDR. ROA and NPL variables have significant negative effects on LDR. The variable CAR and NIM significantly positive effect on the LDR. Predictive ability of four variables to LDR in this study of 44,5%, while the remaining 55,5% be affected by other factors not included in the research model.

Keywords: Loan to Deposit Ratio (LDR), Return on Asset (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non-Performing Loans (NPL), Net Interest Margin (NIM), and Operating Expenses to Operating Income (BOPO).


(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil Alamin. Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Departemen Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Loan to Deposit Ratio Pada Bank Badan Umum Milik Negara (Persero) Di Indonesia”. Penulis telah banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Penulis ingin mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga kepada Ayahanda MUJARI dan Ibunda tercinta ROHANA dan saudara ku tersayang ZULRIFAI, Ssi yang telah memberikan segenap kasih sayang, doa, dorongan, semangat dan pengorbanan yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini. Tidak lupa penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingannya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME, selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Marhayani, M.Si, selaku Sekertaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si, selaku Ketua Program Studi Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(6)

5. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu dan sabar untuk membimbing penulis dalam proses penulisan serta penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA, selaku Dosen Pembaca Penilai, yang telah banyak memberikan masukan bagi penulis dalam menyusun skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu dosen, seluruh staf serta para pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

8. Kepada kak Dini, kak Dani, abang Bahri, abang Husni, adik Ayu dan Raffa yang saya cintai dan yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat penulis: Ola, Dina, Lia, Reni, Yuyun, Winda, Vero, Nova, Devi dan pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan doa, dukungan, dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT yang dapat membalas semua kebaikan yang penulis dapatkan baik pada waktu mengalami kesulitan maupun rintangan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis menerima semua saran dan kritikan dari semua pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pihak lain membutuhkan.

Medan, April 2013


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 10

1.4. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis ... 11

2.1.1. Pengertian Bank ... 11

2.1.2. Jenis Bank ... 12

2.1.3. Peran dan Fungsi Bank... 15

2.2. Fungsi Intermediasi Bank ... 16

2.3. Analisis Rasio Keuangan ... 17

2.3.1. Loan To Deposit Ratio (LDR)... 17

2.3.2. Return on Asset (ROA) ... 19

2.3.3. Capital Adequacy Ratio (CAR) ... 20

2.3.4. Non Performing Loan (NPL) ... 21

2.3.5. Net Interst Margin (NIM) ... 22

2.3.6. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) ... 23

2.4. Penelitian Terdahulu ... 24

2.5. Kerangka Konseptual ... 30

2.6. Hipotesis ... 32

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian ... 33

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

3.3. Batasan Operasional ... 33

3.4. Definisi Operasional Variabel ... 34

3.4.1. Variabel Dependen ... 34

3.4.2. Variabel Independen ... 35

3.5. Operasional Variabel ... 37

3.6. Populasi dan Sampel Penelitian ... 38

3.7. Jenis Data ... 39


(8)

3.9. Teknik Analisis ... 39

3.10.Uji Asumsi Klasik ... 40

3.10.1. Uji Normalitas ... 41

3.10.2. Uji Heteroskedastisitas ... 41

3.10.3. Uji Autokorelasi ... 42

3.10.4. Uji Multikolinieritas ... 43

3.11. Uji Hipotesis ... 45

3.11.1. Uji F (serempak) ... 45

3.11.1. Uji t (parsial) ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 48

4.1.1. PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI) ... 48

4.1.2. PT. Mandiri ... 49

4.2.3 PT. Bank Negara Indonesia (BNI) ... 49

4.1.4 PT. Bank Tabungan Negara (BTN) ... 50

4.2. Hasil Penelitian ... 50

4.2.1. Statistik Deskripsi ... 50

4.3. Uji Asumsi Klasik ... 53

4.3.1. Uji Normalitas ... 53

4.3.2. Uji Heteroskedastisitas ... 55

4.3.3. Uji Autokorelasi ... 57

4.3.4. Uji Multikolinearitas ... 59

4.4. Analisis Regresi Berganda ... 61

4.5. Pengujian Hipotesis ... 63

4.5.1. Uji F (Serempak) ... 63

4.5.2. Uji t (Parsial) ... 65

4.6. Pembahasan ... 67

4.6.1. Pengaruh ROA terhadap LDR ... 67

4.6.2. Pengaruh CAR terhadap LDR ... 68

4.6.3. Pengaruh NPL terhadap LDR ... 69

4.6.4. Pengaruh NIM terhadap LDR ... 70

4.6.5. Pengaruh BOPO terhadap LDR ... 70

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 72

5.2. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA……… ... 74


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1. Loan to Deposit Ratio (LDR) Pada Bank BUMN ... 6

1.2. Perbandingan Rata-rata ROA, CAR, NPL, NIM dan BOPO Terhadap Rata-rata LDR ... 7

2.1. Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Rasio NPL ... 22

2.2. Peringkat Bank Berdasarkan Rasio BOPO ... 24

2.3. Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 28

3.1. Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 37

3.2. Kriteria Nilai Uji Durbin Watson………. 43

4.1. Deskriptif Variabel penelitian Bank BUMN Persero di Indonesia ... 51

4.2. Hasil Uji Normalitas dengan Uji Kolmogorov-Simirnov ... 55

4.3. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 57

4.4. Hasil Uji Autokorelasi dengan Runs Test sebelum Transfor ... 58

4.5. Hasil Uji Autokorelasi dengan Runs Tast setelah Transfor ... 59

4.6. Hasil Uji Multikolinearitas sebelum transformasi ... 60

4.7. Hasil Uji Multikolinearitas setelah transformasi ... 60

4.8. Hasil Uji Regresi ... 62

4.9. Uji Statistik F (Serempak) ... 64


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1. Kerangka Konseptual ... 32

4.1. Histogram ... 53

4.2. Normalitas P-P Plot ... 54


(11)

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LOAN TO DEPOSIT RATIO PADA BANK BADAN UMUM MILIK NEGARA (PERSERO) DI

INDONESIA

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh Return on Asset (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR). Sampel penelitian ini menggunakan 32 sampel data Bank Badan Umum Milik Negara (Persero) di Indonesia.

Data yang digunakan adalah data sekunder. Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan tahunan pada Bank Badan Umum Milik Negara (periode) 2004-2011. Metode pengumpulan data menggunakan studi dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda dan uji hipotesis menggunakan t-statistik untuk menguji koefisien regresi parsial serta F-statistik untuk menguji kebenaran pengaruh secara bersama-sama dengan tingkat signifikansi 5% (0,05). Selain itu juga dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Selama periode pengamatan menunjukkan bahwa data penelitian berdistribusi normal. Berdasarkan uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi tidak ditemukan variabel yang menyimpang dari asumsi klasik. Hal ini menunjukkan data yang tersedia telah memenuhi syarat menggunakan model persamaan regresi linier berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel BOPO tidak berpengaruh signifikan terhadap LDR. Variabel ROA dan NPL memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap LDR. Variabel CAR dan NIM berpengaruh positif signifikan terhadap LDR. Kemampuan prediksi dari kelima variabel tersebut terhadap LDR dalam penelitian ini sebesar 44,5%, sedangkan sisanya 55,5% dipengarui oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian.

Kata Kunci : Loan to Deposit Ratio (LDR), Return on Asset (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).


(12)

ABSTRACT

FACTORS THAT AFFECT THE LOAN TO DEPOSIT RATIO IN THE STATE BANK LIMITED COMPANY IN INDONESIA

The purpose of this study was conducted to examine the effect of Return on Asset (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), non-performing loans (NPL), Net Interest Margin (NIM), and Operating Expenses to Operating Income (BOPO) to the Loan to Deposit Ratio (LDR). This research samples using a data sample of 32 state-owned bank entities (Persero) in Indonesia.

The data used are secondary data. The researchers used data on the annual financial statements of the general body of state-owned banks (Persero) the period 2004-2011. The method of data collection using the documentation. Data analysis technique used is multiple linear regression and test hypotheses using t-statistic for testing the partial regression coefficients and F-statistics to test the effect of truth with a significance level of 5% (0,05). It also tested the classical assumptions that included tests of normality, multicollinearity test, test of heteroscedasticity and autocorrelation test. During the observation period of the study indicate that the data are normally distributed. Based on the test for normality, multicollinearity test, test heteroscedasticity and autocorrelation test found no variables that deviate from the classical assumptions. This shows the available data has been qualified using multiple linear regression equation model. These results indicate that BOPO variables no significant effect on the LDR. ROA and NPL variables have significant negative effects on LDR. The variable CAR and NIM significantly positive effect on the LDR. Predictive ability of four variables to LDR in this study of 44,5%, while the remaining 55,5% be affected by other factors not included in the research model.

Keywords: Loan to Deposit Ratio (LDR), Return on Asset (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non-Performing Loans (NPL), Net Interest Margin (NIM), and Operating Expenses to Operating Income (BOPO).


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bank adalah lembaga keuangan (financial institution) yang berfungsi sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dan pihak yang kekurangan dana (deficit unit). Melalui bank kelebihan dana tersebut dapat disalurkan kepada pihak-pihak yang memerlukan dan memberikan manfaat bagi kedua belah pihak. Bank menerima simpanan uang dari masyarakat (Dana Pihak Ketiga) dan kemudian menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit.

Menurut Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, perusahaan perbankan yang ada di Indonesia dilihat dari segi fungsinya yaitu bank persero, bank umum swasta nasional devisa, bank umum swasta nasional non devisa, bank pembangunan daerah, bank campuran dan bank asing. Bank yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Badan Umum Milik Negara (Persero) yang ada di Indonesia. Bank Badan Umum Milik Negara (persero) tersebut terdiri dari 4 (empat) yaitu PT. Bank Negara Indonesia, PT. Bank Rakyat Indonesi, PT. Bank Tabungan Negara, dan PT. Bank Mandiri.

Perusahaan perbankan memiliki kegiatan usaha yang paling utama dari suatu bank adalah melakukan penghimpunan dan menyalurkan dana. Kegiatan penghimpunan dana berasal dari bank itu sendiri, dari deposan/nasabah, pinjaman dari bank lain maupun Bank Indonesia, dan dari sumber lainnya. Kegiatan penghimpun dana bank sebagian besar bersumber dari simpanan nasabah dalam


(14)

bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito berjangka. Simpanan nasabah ini sering disebut dengan dana pihak ketiga (DPK).

Menurut Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia Tahun 1999, untuk menilai keuangan perbankan digunakan lima aspek penilaian yaitu CAMEL (Capital, Assets, Management, Earning, Liquidity). Aspek ini Capital meliputi CAR, aspek Asset meliputi ROA, dan NPL, aspek Earning meliputi NIM, dan BOPO, sedangkan aspek Liquidity meliputi LDR dan GWM. Empat dari lima aspek tersebut penilaiannya menggunakan rasio keuangan.

Hubungan antara DPK dan kredit ditunjukkan oleh Loan to Deposit Ratio (LDR). Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio yang mengukur perbandingan jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank, yang menggambarkan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya (Rivai, et al, 2007:394). Semakin tinggi rasio tersebut, memberikan indikasi rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. LDR juga dapat menjadi indikator utama dalam menilai fungsi intermediasi perbankan. Semakin tinggi penyaluran kredit menggunakan DPK, maka fungsi intermediasi perbankan berjalan dengan sangat stabil. Bank Indonesia menetapkan rasio LDR sebesar 110%. Penyebab LDR rendah yaitu perbankan nasional pernah mengalami kemerosotan jumlah kredit karena diserahkan ke BPPN untuk ditukar dengan obligasi rekapitalisasi. Begitu besarnya nilai kredit yang keluar dari sistem perbankan di satu sisi dan semakin meningkatnya jumlah DPK yang masuk ke perbankan, maka upaya ekspansi kredit yang dilakukan perbankan selama sepuluh


(15)

tahun terakhir sepertinya belum berhasil mengangkat angka LDR secara signifikan.

Dengan memperhatikan jumlah kredit yang diberikan sebagai salah satu indikator yang dapat mempengaruhi Loan to Deposit Ratio (LDR), maka semakin banyak jumlah kredit yang diberikan semakin tinggi pula LDR, dan begitu sebaliknya. Hal ini dapat pula menunjukan bahwa pada saat jumlah kredit yang diberikan dan LDR tinggi maka laba yang diperoleh bank melalui pendapatan bunga pun akan tinggi.

Semakin tinggi tingkat LDR, maka semakin illikuid suatu bank. Dalam keadaan tidak likuid (illiquid), bank akan kesulitan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Sebaliknya, jika tingkat LDR rendah maka bank akan semakin likuid. Keadaan bank yang seperti ini akan menunjukkan banyaknya dana menganggur (idle fund) yang dapat memperkecil kesempatan bank untuk memperoleh penerimaan yang lebih besar.

Bank Indonesia (BI) selaku otoritas moneter menetapkan batas LDR berada pada tingkat 85% - 100% dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993. Namun, per tanggal 1 Maret 2011, BI memperlakukan peraturan Bank Indonesia No. 12/19/PBI/2010 yang berisi ketentuan standar LDR pada tingkat 78%-100%.

Sanksi bagi bank di Indonesia yang tingkat LDR berada di luar ketentuan 78-100%, maka BI akan menggunakan denda sebesar 0,1% dari jumlah simpanan nasabah di bank tersebut untuk setiap 1% kekurangan LDR yang dialami bank. Sementara bank yang memiliki tingkat LDR diatas 100% akan dimintai oleh BI


(16)

untuk menambah setoran Giro Wajib Minimum (GWM) primer sebesar 0,2% dari jumlah simpanan nasabah di bank bersangkutan untun setiap 1% nilai kelebihan LDR yang dialami bank, dimana penambahan dana GWM primer tidak diberikan bunga. Kecuali bagi bank yang memiliki CAR diatas 14% tidak terkena pinalti walau LDR diatas 100%.

Return on Asset (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan (Rivai, et all:720). Semakin besar Return on Assets (ROA) suatu bank semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dengan laba yang besar maka suatu bank dapat menyalurkan kredit lebih banyak, sejalan dengan kredit yang meningkat maka akan meningkatkan LDR itu sendiri.

Menurut Rivai, et al, (2007:548) Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan perbandingan antara selisih modal dan harta tetap (equity capital-fixed assets) dengan pinjaman macet (estimated risk in loan). Semakin tinggi nilai CAR mengindikasikan bahwa bank telah mempunyai modal yang cukup baik dalam menunjang kebutuhannya serta menanggung risiko-risiko yang ditimbulkan termasuk didalamnya risiko kredit. Dengan modal yang besar maka suatu bank dapat menyalurkan kredit lebih banyak, sejalan dengan kredit yang meningkat maka akan meningkatkan LDR itu sendiri. Sesuai dengan aturan BI, besarnya CAR yang harus dicapai bank minimal 8%.

Perbankan pada umumnya tidak dapat dipisahkan dari yang namanya risiko kredit karena tidak lancarnya nasabah untuk membayar utangnya, ini disebut dengan Non Performing Loan (NPL). Kredit bermasalah yang tinggi dapat


(17)

menimbulkan keraguan bank untuk menyalurkan kredit karena harus membentuk cadangan penghapusan yang besar, sehingga mengurangi jumlah kredit yang diberikan oleh suatu bank dimana nantinya akan mempengaruhi rasio LDR itu sendiri. Ketentuan tingkat maksimum NPL menurut BI adalah 5%.

Berdasarkan ketentuan pada peraturan BI No.5/2003, Rasio pasar dapat diukur dengan selisih antara suku bunga pendanaan (funding) dengan suku bunga pinjaman yang diberikan (lending) atau dalam bentuk absolute, yang merupakan selisih antara total biaya bunga pendanaan dengan total biaya bunga pinjaman disebut Net Interest Margin (NIM). Rasio ini menunjukkan kemampuan earning assets dalam menghasilkan bunga bersih (Rivai, et al, 2007:721). Tetapi, jika LDR yang semakin tinggi pada bank akan memberikan resiko yang besar atas gagalnya kredit yang telah disalurkan kepada masyarakat di kemudian hari. Standar yang ditetapkan Bank Indonesia untuk rasio NIM adalah 6% keatas.

Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya (Rivai, at al, 2007:722). Semakin rendah BOPO berarti semakin efisien bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasional, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar. Nilai rasio yang ideal berada antara 50% - 75% sesuai dengan ketentuan BI.

Alasan dipilihnya Loan to Deposit Ratio (LDR) sebagai variabel dependen adalah karena sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP, 31 Mei 2004, rasio LDR dihitung dari pembagian kredit yang diberikan kepada pihak


(18)

ketiga (tidak termasuk antar bank) dengan DPK yang mencakup giro, tabungan, dan deposito (tidak termasuk antar bank).

Keterbatasan data yang bersumber dari Direktori Perbankan Indonesia, Laporan Pengawasan Perbankan dan Annual Report menyebabkan periode penelitian yang digunakan terbatas hingga tahun 2011. Nilai Loan to Deposit (LDR) masing-masing Bank Devisa pada tahun 2004 hingga 2011 mengalami perubahan setiap periodenya. Nilai LDR masing-masing Bank persero dari tahun 2004 hingga 2011 mengalami perubahan setiap periodenya. Hal ini diakibatkan dari tidak stabilnya tingkat pertumbuhan bank dalam jangka panjang di Indonesia sehingga diperlukan prediksi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi Loan to Deposit Ratio (LDR).

Kondisi LDR Bank Devisa selama periode penelitian (2004 hingga 2011) dapat dilihat pada Tabel 1.1 sebagai berikut:

Tabel 1.1

LDR Bank BUMN (Persero) Periode 2004-2011 dalam (%)

Nama Bank 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk 75,69 77,83 72,53 68,80 79,93 80,88 75,17 76,20 PT. Bank Mandiri Tbk 53,7 51,7 57,2 54,3 59,2 61,4 67,6 74,1 PT. Bank Negara Indonesia Tbk 55,12 54,24 48,98 60,56 68,61 64,06 70,2 70,4 PT. Bank Tabungan Negara Tbk 67,90 78,93 83,75 92,38 101,83 101,29 108,42 102,57 Sumber: Laporan Pengawasan Perbankan, 2004-2011 (Data Diolah)

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa rasio Loan to Deposit Rasio (LDR) pada seluruh Bank BUMN (Persero) periode 2004 hingga 2011 pada setiap periode mengalami kenaikan dan penurunan. Kenaikan dan penurunan pada setiap tahunnya dapat disebaabkan oleh tingkat kepercayaan masyarakat untuk


(19)

menyimpan uangnya di bank yang bersangkutan dan juga mengakibatkan kenaikan dan penurunan LDR pada setiap tahunnya.

Prediksi terhadap Loan to Deposit Ratio dapat dilihat pada rasio keuangan perusahaan. Rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) karena rasio-rasio keuangan tersebut merupakan rasio yang digunakan oleh Bank Indonesia untuk mengukur tingkat kesehatan bank yang ditinjau dari fungsi bank sebagai lembaga intermediary.

Kondisi ROA, CAR, NPL, NIM, dan BOPO Bank Badan Umum Milik Negara (Persero) pada periode penelitian 2004 hingga 2011 dapat dilihat pada Tabel 1.2 sebagai berikut:

Tabel 1.2

Perbandingan Rata-rata ROA, CAR, NPL, NIM, BOPO terhadap Rata-rata LDR pada Bank BUMN (persero) di Indonesia dalam (%)

Jenis

Rasio 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

ROA 3,28 2,2 2,28 2,38 2,44 2,47 3,15 3,32 CAR 19,09 18,29 19,86 19,11 14,83 16,02 15,95 16,2 NPL 4,78 12,27 9,07 5,75 3,90 3,60 3,19 2,71 NIM 6,87 6,71 6,48 6,63 6,76 6,19 6,95 6,56 BOPO 69,26 65,80 66,91 67,41 68,18 69,01 65,09 63,66

LDR 63,10 65,68 65,62 69,01 77,39 77,11 80,35 80,82 Sumber: Statistik Perbankan di Indonesia, 2004-2011 (Data Diolah)

Rata-rata ROA pada Bank BUMN pada tahun 2004 hingga 2005 menurun namun 2006 hingga 2011 meningkat tetapi LDR tidak stabil yaitu mengalami peningkatan dan penurunan setiap tahunnya. Hal ini bertentangan dengan teori yang ada, apabila ROA meningkat maka LDR seharusnya meningkat karena


(20)

semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin besar pula modal bank.

Rata-rata CAR pada Bank BUMN tidak stabil yaitu pada tahun 2008 dan 2010 mengalami penurunan tetapi LDR mengalami peningkatan. Fakta ini bertentangan dengan teori bahwa jika CAR mengalami peningkatan maka LDR juga akan meningkat dan begitu sebaliknya. Dengan modal yang besar maka suatu bank dapat menyalurkan kredit lebih banyak, sejalan dengan kredit yang meningkatkan LDR itu sendiri (Dendawijaya, 2005:38).

NPL pada Bank BUMN tahun 2004 meningkat namun 2005 hingga 2011 mengalami penurunan sedangkan LDR tidak stabil yaitu mengalami penurunan dan peningkatan setiap tahunnya. Hal ini sesuai dengan teori yang ada, NPL adalah rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Apabila kredit macet meningkat, maka akan mengurangi kemampuan bank dalam menyalurkan kreditnya. Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar.

Rata-rata NIM pada Bank BUMN tahun 2006 dan 2009 mengalami penurunan tetapi LDR mengalami penurunan juga. Fakta ini bertentangan dengan teori bahwa jika NIM mengalami peningkatan maka LDR juga akan meningkat dan sebaliknya. Semakin tinggi nilai NIM maka semakin meningkatnya pendapatan bunga yang diperoleh dari aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan bank tersebut dalam kondisi bermasalah semakin kecil.


(21)

Menurut Dendawijaya (2005:147), rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya tetapi pada Tabel 1.2 di tahun 2006 – 2009 BOPO mengalami kenaikan dan LDR juga naik. Hal ini tentunya tidak sesuai dengan teori bahwa jika BOPO meningkat menunjukkan bahwa bank tersebut kurang berhasil dalam mendistribusikan biaya untuk memperoleh pendapatan.

Berdasarkan Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa LDR Bank BUMN pada tahun 2005 - 2011 mengalami fluktuasi pada setiap tahunnya dan belum mencapai standart untuk ukuran bank di indonesia. Namun pada 2011 pada Bank BUMN secara rata-rata telah mencapai standart untuk ukuran bank di Indonesia yaitu antara 85% - 110% yaitu 88,00 % (Siamat, 2005:194). Bank yang terlalu tinggi LDR nya juga tidak selamanya baik karena berarti likuiditasnya ketat juga berpotensi menimbulkan permasalahan ketika membutuhkan likuiditas di saat pasokan mengetat.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai: “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Loan to Deposit Ratio pada Bank Badan Umum Milik Negara (Persero ) di Indonesia”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka yang menjadi rumusan masalah dari penelitian ini adalah “ Apakah Return on Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh terhadap


(22)

Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Bank Badan Umum Milik Negara (Persero) di Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Return on Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Bank Badan Umum Milik Negara (Persero) di Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan pertimbangan dan referensi dari Bank Badan Umum Milik Negara (Persero) di Indonesia dalam pengambilan keputusan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Bank Badan Umum Milik Negara (Persero) di Indonesia.

2. Sebagai menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti dibidang keuangan, khususnya mengenai kinerja perbankan dalam pengelolaan likuiditasnya.

3. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang sama di masa mendatang.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Pengertian Bank

Bank berasal dari bahasa Italia yaitu banca yang berarti tempat penukaran uang. Secara umum pengertian bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan yang umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang dan menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote.

Pengertian bank menurut Undang-undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Berikut ini beberapa pengertian bank menurut para ilmuan, yaitu:

1. Prof. G.M. Verryn Stuart (dalam Hasibuan 2008:2)

Bank is a company who satisfied other people by giving a credit with the money they accept as a gamble to the other, eventhough they should supply the new money (Bank adalah badan usaha yang wujudnya memuaskan keperluan orang lain, dengan memberikan kredit berupa uang yang diterimanya dari orang lain, sekalipun dengan jalan mengeluarkan uang baru kertas atau logam).


(24)

2. Ismail (2010:13)

Bank merupakan lembaga keuangan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam melakukan transaksi keuangan, maupun transaksi lainnya.

3. Abdurrachman (dalam Dendawijaya, 2005:14)

Bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga, membiayai perusahaan-perusahaan, dan lain-lain.

2.1.2. Jenis Bank

Didalam Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 dengan sebelumnya yaitu Undang-undang Nomor 14 Tahun 1967, terdapat beberapa perbedaan jenis perbankan. Untuk lebih jelasnya jenis perbankan dapat ditinjau dari beberapa segi antara lain:

1. Dari segi fungsinya a. Bank Umum

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah.

b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Menurut Undang-undang nomor 10 tahun1998, Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.


(25)

2. Dari segi kepemilikannya

Jenis Bank ini dilihat dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja boleh memiliki bank tersebut. Jenis bank dilihat dari segi kepemilikannya adalah sebagai berikut:

a. Bank milik Pemerintah

Dimana akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. Disini ada beberapa bank yang termasuk milik pemerintah yaitu PT. Bank Neagara Indonesia 46 Tbk, PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk, PT. Bank Tabungan Negara Tbk, PT. Bank Mandiri Tbk. Keempat bank diatas telah go public dan sahamnya tidak sepenuhnya lagi milik pemerintah melainkan sebagai milik masyarakat.

b. Bank Pemerintah Daerah (BPD)

Bank yang dimana seluruh sahamnya dimiliki oleh pemerintah daerah dan terdapat di daerah tingkat I dan tingkat II.

c. Bank milik swasta nasional

Merupakan bank yang seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya diambil oleh swasta pula. Dalam bank swasta milik nasional tersebut merupakan bank-bank yang dimiliki oleh badan usaha yang berbentuk Koperasi.


(26)

d. Bank milik asing

Bank milik asing merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing maupun pemerintah asing suatu negara.

e. Bank milik campuran

Bank milik campuran merupakan bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Di mana kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga neraga Indonesia.

3. Dari segi status

Dalam praktiknya jenis Bank dilihat dari statusnya dibagi ke dalam 2 (dua) macam, yaitu:

a. Bank devisa

Bank devisa merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan. b. Bank non devisa

Bank dengan status non devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa.

4. Dari segi cara menentukan harga

a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional

Mayoritas bank yang ada di Indonesia menganut prinsip konvensional. Hal ini disebabkan dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya, Bank yang berdasarkan prinsip ini menggunakan dua metode yaitu menetapkan bunga sebagai harga jual dan untuk jasa-jasa


(27)

Bank lainnya pihak perbankan konvensional menerapkan berbagai biaya-biaya.

b. Bank yang berdasarkan prinsif syariah

Bank yang berdasarkan dengan prinsip syariah merupakan aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara Bank dengan pihak lain, baik dalam hal untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya.

2.1.3. Peran dan Fungsi Bank

Secara lebih spesifik fungsi bank dapat sebagai agent of trust, agent of development, dan agent of services (Triandaru, dan BudiSantoso, 2006:9).

1. Agent of Trust

Dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau kepercayaan, baik dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur kepercayaan.

2. Agent of Development

Sektor dalam kegiatan perekonomian masyarakat yaitu sektor moneter dan sektor riil, tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut berinteraksi saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Tugas bank sebagai penghimpunan dan penyaluran dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan investasi, distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa, mengingat semua kegiatan investasi, distribusi, konsumsi selalu berkaitan dengan penggunaan uang.


(28)

3. Agent of Services

Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa - jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa - jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa - jasa bank ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, jasa penitipan barang berharga, jasa pemberian jaminan bank, dan jasa penyelesaian tagihan.

2.2. Fungsi Intermediasi Bank

Fungsi utama dari perbankan adalah intermediasi keuangan, yakni proses pembelian surplus dana dari sektor usaha, pemerintah maupun rumah tangga, untuk disalurkan kepada unit ekonomi yang defisit. Fungsi intermediasi keuangan muncul sebagai akibat dari mahalnya biaya minoritas. Peran sebagai intermediasi inilah yang membuat bank sangat berperan dalam mendukung segala kegiatan ekonomi suatu negara dalam pencapaiannya. Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Fungsi intermediasi dimulai dari penghimpunan dana dari pihak I, yaitu dana ditempatkan oleh pemilik bank; pihak II, dana yang berasal dari bank atau lembaga keuangan lainnya; dan yang terutama dari pihak III, yaitu dana dari masyarakat untuk kemudian ditransformasikan ke dalam aktiva (Idroes, 2008:16). Fungsi intermediasi yang diperankan oleh bank merupakan sumber pendapatan


(29)

utama sebuah bank. Selisih antara bunga yang diterima dari cadangan-cadangan sekunder, pinjaman, serta imbal hasil investasi setelah dikurangkan dengan biaya bunga dana pihak ketiga dan pihak kedua akan menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih hingga saat ini masih menjadi kontribusi utama penghasil pendapatan pada sebagian besar bank di dunia.

2.3. Analisis Rasio Keuangan

Rasio keuangan adalah ukuran yang digunakan dalam interpretasi dan analisis laporan finansial suatu perusahaan. Pengertian rasio ini sebenarnya hanyalah alat yang dinyatakan dalam arithmetical terms yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data finansial (Riyanto 2001:329). Analisi rasio merupakan salah satu alat analisis keuangan yang banyak digunakan. Rasio analisis keuangan meliputi dua jenis perbandingan. Pertama, analisis dapat membandingkan rasio sekarang dengan yang lalu dan yang akan datang untuk perusahaan yang sama (perbandingan internal). Kedua, perbandingan meliputi perbandingan lainnya yang sejenis atau dengan rata-rata industri pada satu titik yang sama (perbandingan eksternal).

2.3.1. Loan to Deposit Ratio (LDR)

Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio yang mengukur perbandingan jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank, yang menggambarkan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya (Rivai, at al 2007:394). Rasio ini digunakan untuk


(30)

mengukur tingkat likuiditas. Seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit (Dendawijaya, 2005:116).

Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa suatu bank meminjamkan seluruh dananya (loan-up) atau relatiftidak likuid(illiquid). LDR disebut juga rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga yang digunakan untuk mengukur dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit.

Besarnya Loan to Deposit Ratio (LDR) yang telah ditetapkan oleh pemerintah maksimum adalah 110%. Jumlah kredit yang diberikan biasanya relatif naik namun tak berarti jumlah kredit tidak akan turun. Jumlah kredit yang menurun karena permintaan terhadap kredit yang berfluktuatif. Untuk menghitung nilai dari LDR, dapat menggunakan suatu persamaan sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, yaitu:

Semakin tinggi Loan to Deposit Ratio menunjukan bahwa rendahnya kemampuan likuiditas bank yang besangkutan, hal ini dikarenakan jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar pula. Begitupun sebaliknya, jika angka Loan to Deposit Ratio yang rendah menunjukan bahwa tingkat tingginya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, karena bank tersebut tak perlu mengeluarkan jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit semakin kecil.


(31)

Ketentuan Loan to Deposit Ratio menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993 perihal tata cara penilaian tingkat kesehatan bank umum, menyatakan bahwa tingkat kesehatan bank untuk semua pihak yang terkain, maka Bank Indonesia menetapkan:

1. Untuk Loan to Deposit Ratio sebesar 110% atau lebih diberi nilai kredit nol (0), artinya likuiditas bank tersebut tidak sehat.

2. Untuk Loan to Deposit Ratio di bawah 110% diberi nilai 100, artinya likuiditas bank tersebut sehat.

Batas aman Loan to Deposit Ratio suatu bank secara umum adalah sekitar 90% - 100%, sedangkan menurut ketentuan bank sentral batas aman Loan to Deposit Ratio adalah 110%. Rasio ini juga merupakan indikator kerawanan dan kemampuan suatu bank, dimana sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman Loan to Deposit Ratio dari suatu bank adalah 80%. Namun batas toleransi berkisar antara 85% - 110% (Dendawijaya, 2005:117).

2.3.2. Return on Assets (ROA)

Return on Assets (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan (Rivai, et al:720). Semakin besar ROA suatu bank, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset (Dendawijaya 2005:119). ROA memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam kegiatan operasi perusahaan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Sehingga dalam penelitian ini ROA digunakan sebagai ukuran kinerja perbankan. Tujuan utama


(32)

operasional Bank adalah mencapai tingkat profitabilitas yang maksimal. ROA penting bagi Bank karena ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

ROA dihitung berdasarkan perbandingan laba sebelum pajak dan rata-rata total assets. ROA digunakan sebagai indicator performance atau kinerja bank. Semakin tinggi ROA maka akan menunjukkan semakin efektif perusahaan tersebut, karena besarnya ROA dipengaruhi oleh besarnya laba yang dihasilkan.

2.3.3. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio atau kecukupan modal minimum. Modal adalah faktor utama pada sebuah perusahaan, karena melalui modal inilah perusahaan memiliki kemampuan untuk mengembangkan kegiatan bisnisnya. Menurut Dendawijaya (2005:121) Capital Adequact Ratio adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank, disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain. Dengan kata lain, Capital Adequacy Ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:


(33)

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008 pasal 2 ayat 1 tercantum bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari aset tertimbang menurut resiko (ATMR), CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank (PBI, 2008).

2.3.4. Non Performing Loan (NPL)

Kredit bermasalah (problem loan), banyak yang menyamakannnya dengan kredit macet (Non Performing Loan). Hal tersebut memang ada benarnya karena kredit macet adalah bagian dari kredit bermasalah, namun tidak boleh menyatakan bahwa semua kredit bermasalah adalah kredit macet. Jelasnya, kredit bermasalah dapat diartikan sebagai kredit yang pembayaran kembali utang pokok dan kewajiban bunganya tidak sesuai dengan persyaratan atau ketentuan yang ditetapkan oleh bank, serta mempunyai resiko penerimaan pendapatan dan bahkan punya potensi untuk rugi.

Dalam menilai proporsi kredit bermasalah terhadap total kredit, maka bank dapat melakukan perhitungan dengan menggunakan rasio Non Performing Loan (NPL). Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001, maka perhitungan dan ketentuan perhitungan NPL adalah sebagai berikut:


(34)

NPL = x 100%

Kriteria penilaian tingkat kesehatan rasio NPL dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1

Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Rasio NPL

Rasio Predikat

NPL ≤ 5% NPL > 5%

Sehat Tidak Sehat

Sumber : SE BI No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004

Berdasarkan Tabel 2.1, Bank Indonesia menetapkan nilai NPL maksimum adalah sebesar 5%, apabila bank melebihi batas yang diberikan maka bank tersebut dikatakan tidak sehat.

2.3.5. Net Interest Margin (NIM)

Berdasarkan ketentuan pada peraturan BI No.5/2003, Rasio pasar dapat diukur dengan selisih antara suku bunga pendanaan (funding) dengan suku bunga pinjaman yang diberikan (lending) atau dalam bentuk absolute, yang merupakan selisih antara total biaya bunga pendanaan dengan total biaya bunga pinjaman disebut Net Interest Margin (NIM). Rasio ini menunjukkan kemampuan earning assets dalam menghasilkan bunga bersih (Rivai, at al 2007:721). Semakin besar rasio ini maka semakin meningkatnya pendapatan bunga yang diperoleh dari aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemingkinan bank tersebut dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (SE BI No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004):


(35)

NIM = x 100%

2.3.6. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Pperasional (BOPO)

Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya (Rivai, at all:722). Rasio ini menunjukkan perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana (misalnya dana masyarakat), maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga.

Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total beban operasional lainnya. Semakin rendah BOPO, berarti semakin efisien kinerja bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar. Namun, nilai resiko BOPO yang ideal berada antara 50-70% sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.


(36)

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, kategori peringkat yang akan diperoleh bank dari besaran nilai BOPO yang dimiliki adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2

Peringkat Bank berdasarkan Rasio BOPO

Peringkat Predikat Besaran nilai BOPO

1 Sangat Sehat 50-75%

2 Sehat 76-93%

3 Cukup Sehat 94-96%

4 Kurang Sehat 96-100%

5 Tidak Sehat >100%

Sumber : SE BI No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004

Berdasarkan Tabel 2.1, Bank Indonesia menetapkan peringkat BOPO dari yang sangat sehat sampai yang tidak sehat.

2.4. Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian yang terdahulu akan menjadi bahan referensi dalam penelitian ini antara lain:

Amriani (2012) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis pengaruh CAR, NPL, BOPO, dan NIM terhadap LDR pada Bank BUMN di Indonesia periode 2006-2010”. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). Sedangkan variabel independen yang digunakan adalah CAR, NPL, BOPO, dan NIM. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah Analisis Regresi Berganda. Hasil dari penelitian


(37)

tersebut menunjukkan bahwa CAR, NPL, BOPO, dan NIM secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap LDR. Artinya, dari setiap perubahan yang terjadi pada variabel independen yaitu CAR, NPL, BOPO, dan NIM secara simultan atau bersama-sama akan berpengaruh pada LDR pada Bank BUMN Persero di Indonesia.

Granita (2011) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh DPK, CAR, ROA, NPL, NIM, BOPO, Suku Bunga, Inflasi dan Kurs terhadap LDR (Studi Kasus pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa periode 2002-2009)”. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). Sedangkan variabel independen yang digunakan adalah DPK, CAR, ROA, NPL, NIM, BOPO, Suku Bunga, Inflasi dan Kurs. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda, dan uji hipotesis menggunakan t-statistik untuk menguji koefisien regresi parsial, serta F-statistik untuk menguji pengaruh secara bersama-sama dengan level 5%. Selain itu juga dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normlitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Net Interest Margin (NIM), Kurs, Dana Pihak Ketiga (DPK), Suku Bunga, Non Performing Loan (NPL), Inflasi, dan Capital Adequacy Ratio (CAR) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Bank Devisa periode 2002-2009 pada level of signifikan 5%.

Utari (2011) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh CAR, NPL, ROA dan BOPO terhadap LDR (Studi Kasus pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Indonesia Periode 2005-2008)”. Variabel dependen yang


(38)

digunakan dalam penelitian ini adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). Sedangkan variabel independen yang digunakan adalah CAR, NPL, ROA dan BOPO. Metode analisis yang digunakan adalah uji asumsi klasik dan uji hipotesis serta analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel-variabel independen CAR berpengaruh positif tidak signifikan terhadap LDR. NPL berpengaruh signifikan negatif terhadap LDR. ROA berpengaruh negatif tidak sigifikan terhadap LDR dan BOPO berpengaruh positif signifikan terhadap LDR.

Anisah (2010) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh CAR, DPK, ROA dan NPL terhadap jumlah penyaluran kredit perbankan kepada sektor UMKM”. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah penyaluran kredit. Sedangkan variabel independen yang digunakan adalah CAR, DPK, ROA dan NPL. Metode yang digunakan adalah metode analsis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel DPK, ROA dan NPL berpengaruh signifikan terhadap jumlah penyaluran kredit. Sedangkan variabel CAR berpengaruh tidak signifikan.

Nasiruddin (2005) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh CAR, NPL, dan Suku bunga kredit terhadap LDR pada Bank BPR di wilayah kerja kantor Bank Indonesia Semarang”. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). Sedangkan variabel independen yang digunakan adalah CAR, NPL dan Suku Bunga Kredit. Penelitiannya mengenai pengaruh CAR, NPL, dan suku bunga kredit terhadap LDR pada Bank BPR di wilayah kerja kantor Bank Indonesia Semarang. Metode


(39)

analisis yang dipakai adalah metode analsis regresi linear berganda. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap LDR, sedangkan NPL berpengaruh negatif signifikan terhadap LDR.

Prayudi melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Capital Adequecy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), BOPO, Return on Assets (ROA), Net Interest Margin (NIM) terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR)”. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). Sedangkan variabel independen yang digunakan adalah CAR, NPL, BOPO, ROA, NIM. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis regresi berganda dan uji asumsi. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa secara simultan variabel-variabel independen; CAR, NPL, BOPO, ROA dan NIM dengan uji F, secara bersama-sama berpengaruh terhadap LDR. Hasil penelitian secara parsial dengan uji t, variabel; CAR, NPL dan BOPO tidak berpengaruh terhadap LDR, sedangkan variabel ROA berpengaruh negatif dan NIM berpengaruh positif terhadap LDR.

Hidayat melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh pemberian kredit terhadap LDR dan dampaknya pada pendapatan bunga Bank”. Variable dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendapatan Bunga Bank. Sedangkan variabel independen yang digunakan adalah Pemberian Kredit dan Loan to Deposit Ratio. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan pemberian kredit dan Loan to Deposit Ratio (LDR) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan bunga bank. Secara ringkas, penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut ini, yaitu:


(40)

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Penelitian Variabel Metode Analisis

Hasil Penelitian

1. Fitri Riski Amriani (2012)

Analisis pengaruh CAR, NPL, BOPO, dan NIM terhadap LDR pada Bank BUMN di Indonesia periode 2006-2010 Dependen: LDR Independen: CAR, NPL, BOPO, dan NIM Regresi linier berganda

CAR, NPL, BOPO, dan NIM secara simultan atau bersama-sama akan berpengaruh signifikan terhadap LDR pada Bank BUMN Persero di Indonesia

2. Jen Kharisa Granita (2011)

Analisis Pengaruh DPK, CAR, ROA, NPL, NIM, BOPO, SUKU BUNGA, INFLASI, DAN KURS terhadap LDR

(Studi pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa periode 2002-2009) Dependen: LDR Independen: DPK, CAR, ROA, NPL, NIM, BOPO, Suku Bunga, Inflasi, dan Kurs Regresi linier berganda

Net Interest Margin (NIM), Kurs, Dana Pihak Ketiga (DPK), Suku Bunga, Non Performing Loan (NPL), Inflasi, dan Capital Adequacy Ratio (CAR) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR)

3. Mita Puji Utari (2011)

Analisis Pengaruh CAR, NPL, ROA dan BOPO terhadap LDR (Studi Kasus pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Indonesia Periode 2005-2008) Dependen: LDR Independen: CAR, NPL, ROA, BOPO Regresi linier berganda CAR berpengaruh positif tidak signifikan terhadap LDR. NPL berpengaruh signifikan negatif terhadap LDR. ROA berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap LDR BOPO berpengaruh positif signifikan terhadap LDR.


(41)

Lanjutan Tabel 2.3

No Peneliti Judul Penelitian Variabel Metode Analisis

Hasil Penelitian

4. Anisah (2010)

Pengaruh CAR, DPK, ROA dan NPL terhadap jumlah penyaluran kredit perbankan kepada sektor UMKM Dependen: Jumlah penyaluran kredit Independen: CAR, DPK, ROA, NPL Regresi linear berganda

DPK, ROA dan NPL berpengaruh signifikan terhadap jumlah penyaluran kredit CAR berpengaruh tidak signifikan

5. Nasiruddin (2005)

Pengaruh CAR, NPL, dan Suku bunga kredit terhadap LDR pada Bank BPR di wilayah kerja kantor Bank Indonesia Semarang Dependen: LDR Independen: CAR, NPL, dan Suku bunga kredit Regresi linier berganda CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap LDR, sedangkan NPL berpengaruh negatif signifikan terhadap LDR

6. Arditya Prayudi

Pengaruh Capital Adequecy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), BOPO, Return on Assets (ROA), Net Interest Margin (NIM) terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR)

Dependen: LDR Independen: CAR, NPL, BOPO, ROA, dan NIM Regresi linier berganda

CAR, NPL, BOPO, ROA dan NIM secara simultan berpengaruh terhadap LDR. CAR, NPL dan BOPO tidak berpengaruh terhadap LDR. ROA berpengaruh negatif dan NIM berpengaruh positif terhadap LDR. 7. Iman

Pirman Hidayat

Pengaruh pemberian kredit terhadap LDR dan dampaknya pada pendapatan bunga Bank Dependen: Pendapatan Bunga Bank Independen: Pemberian Kredit dan Loan to deposit ratio deskriptif analisis dengan pendekatan studi kasus pemberian kredit dan loan to deposit ratio (LDR) secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap pendapatan bunga bank


(42)

2.5. Kerangka Konseptual

Menurut Dendawijaya (2005:119), Return on Asset (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar Return On Assets (ROA) suatu bank semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dengan laba yang besar maka suatu bank dapat menyalurkan kredit lebih banyak, sejalan dengan kredit yang meningkat maka akan meningkatkan LDR itu sendiri. Pada penelitian Anisa (2010) meneliti bahwa ROA memiliki pengaruh signifikan terhadap LDR.

Menurut Siamat (2005:291), fungsi utama modal yaitu untuk memenuhi kebutuhan minimum dan untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan. Semakin besar Capital Adequacy Ratio (CAR) maka semakin besar daya tahan bank dalam menghadapi penyusutan nilai harta bank yang timbul karena adanya harta bermasala. Bank yang memiliki kecukupan modal yang tinggi maka akan meningkatkan kepercayaan diri dalam menyalurkan kredit, sehingga apabila CAR meningkat maka akan meningkatkan nilai LDR.

Non Performing Loan merupakan hilangnya kesempatan memperoleh pendapatan (income) dari kredit yang diberikan, sehingga mengurangi laba dan mengurangi kemampuan untuk memberikan kredit. NPL mencerminkan kemampuan bank dalam mengelola risiko kredit yang timbul dari berbagai kredit masuk yang tergolong kredit bermasalah. Oleh karena itu, semakin besar kredit bermasalah, semakin kecil kredit yang dapat disalurkan bank pada masyarakat


(43)

mengingat risiko kredit yang timbul. Banyaknya kredit bermasalah membuat bank tidak berani meningkatkan penyaluran kreditnya apalagi bila dana pihak ketiga tidak dapat dicapai secara optimal maka dapat mengganggu likuiditas suatu bank. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa NPL berpengaruh negatif signifikan terhadap LDR. Hubungan antara Non Performing Loan (NPL) terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) dapat pula didasarkan pada hasil penelitian yang telah ada. Hasil penelitian oleh Nasiruddin (2005) NPL berpengaruh negatif signifikan terhadap LDR.

Net Interest Margin (NIM) merupakan rasio yang menggambarkan tingkat jumlah pendapatan bunga bersih yang diperoleh dengan menggunakan aktiva produktif dalam bentuk kredit yang dimiliki oleh bank. Menurut Rivai (2007:721) Net Interest Margin (NIM) memiliki pengaruh terhadap intermediasi bank, karena baik buruknya intermediasi bank akan berdampak pada pendapatan bunga yang akan diperoleh bank. semakin tinggi Net Interest Margin (NIM) menunjukkan semakin efektif bank dalam penempatan aktiva produktif dalam bentuk kredit. Sehingga nilai LDR juga akan meningkat dengan meningkatnya nilai NIM

Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) merupakan perbandingan antara beban operasional terhadap pendapatan operasional. Bank yang nilai BOPO-nya tinggi menunjukkan bahwa bank tersebut tidak beroperasi dengan efisien karena tingginya nilai dari rasio ini memperlihatkan besarnya jumlah biaya operasional yang harus dikeluarkan oleh pihak bank untuk memperoleh pendapatan operasional (Rivai 2007:722). Semakin rendah BOPO, berarti semakin efisien kinerja bank tersebut dalam mengendalikan biaya


(44)

operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar. Penelitian yang dilakukan Utari bahwa BOPO berpengaruh signifikan terhadap LDR.

Sehingga dapat dikembangkan kerangka konseptual sebagai berikut:

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual 2.7. Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual, maka dihipotesiskan bahwa Return on Asset (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh signifikan terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Bank Badan Umum Milik Negara (Persero) di Indonesia.

NPL (X3) CAR (X2)

NIM (X4) ROA (X1)

BOPO (X5)


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

1.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif, yaitu penelitian yang menghubungkan dua variabel atau lebih dimana di dalam usulan penelitian, proses, hipotesis, turun ke lapangan, analisis data dan kesimpulan data sampai dengan penulisannya mempergunakan aspek pengukuran, perhitungan, rumus, dan kepastian data numerik. Penelitian ini mempunyai tingkatan tertinggi bila dibandingkan dengan penelitian deskriptif dan komparatif. (Sangadji dan Sopiah, 2010:30).

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui media internet

dengan situs

da

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dari bulan Desember 2012 sampai dengan Maret 2013.

3.3. Batasan Operasional

Batasan operasional dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Return on Assets (ROA), Capital Adequecy Ratio (CAR), Non Performing Loan(NPL), Net Interest


(46)

Margin (NIM), dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).

b. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Loan to Deposit Ratio (LDR) c. Perusahaan yang diteliti adalah Bank Badan Umum Milik Negara (persero)

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2004-2011.

3.4. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variable penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.4.1. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). LDR adalah rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat (Dana Pihak Ketiga) yang digunakan. Rasio yang tinggi menggambarkan kurang baiknya posisi likuiditas bank (Siamat, 2005:344). Rasio ini menunjukkan salah satu penilaian likuiditas bank. Menurut Surat Edaran BI No. 3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001, LDR diukur dari perbandingan antara jumlah kredit yang diberikan terhadap jumlah dana pihak ketiga, sebagaimana yang dirumuskan sebagai berikut:

Menurut ketentuan dari Bank Indonesia, rasio LDR yang paling sehat berada pada kisaran 78%-100%. LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayarkan kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit sebagai sumber likuditasnya. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank


(47)

yang bersangkutan. Hal ini disebabkan oleh jumlah dana bank yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar (Dendawijaya, 2005:116).

3.4.2. Variabel Independen 1. Return on Assets (X1)

Return on Assets digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan (Dendawijaya, 2005:118). Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

2. Capital Adequacy Ratio (X2)

Capital Adequacy Ratio merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha serta menampung kemungkinan risiko kerugian yang diakibatkan dalam operasional bank. Dengan kata lain, Capital Adequacy Ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan (Dendawijaya, 2005:121).

Sejalan dengan standar yang ditetapkan Bank of International Settlements (BIS), seluruh bank yang ada di Indonesia diwajibkan untuk menyediakan modal

minimum sebesar 8%dari ATMR (Dendawijaya, 2005:144). Rumus Capital


(48)

CAR =

x 100%

3. Non Performing Loan (X3)

Non Performing Loan merupakan rasio yang membandingkan jumlah kredit bermasalah yang terdiri dari kredit kurang lancer, diragukan dan macet terhadap seluruh kredit yang diberikan. Dalam rasio NPL ini, kredit yang diperhitungkan adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001, maka dapat di rumuskan sebagai berikut:

NPL = x 100%

4. Net Interest Margin (X4)

Net Interest Margin merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya dalam rangka menghasilkan pendapatan bunga bersih. Semakin besar rasio ini maka semakin meningkatnya pendapatan bunga yang diperoleh dari aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan bank tersebut dalam kondisi bermasalah semakin kecil.

NIM = 100%

5. Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (X5)

Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Biaya


(49)

operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total beban operasional. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

3.5. Operasionalisasi Variabel

Penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik, maka perlu dipahami berbagai unsur-unsur yang menjadi dasar dari penelitian ilmiah yang termuat dalam operasionalisasi variabel penelitian. Secara rinci, operasionalisasi variabel dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini:

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Penelitian

No Variabel Definisi Indikator Satuan Skala

Ukur

1 Return on Assets (X1)

Kemampuan dari modal yang diinvestasikan ke dalam seluruh aktiva perusahaan untuk menghasilkan

keuntungan

%

Rasio

2 Capital Adequacy Ratio (X2)

Rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan.


(50)

Lanjutan Tabel 3.1

No Variabel Definisi Indikator Satuan Skala

Ukur

3 Non performing loan (X3)

Rasio yang membanding jumlah kredit yang bermasalah yang terdiri dari kredit kurang lancer, diragukan dan macet terhadap seluruh kredit yang diberikan

100% % Rasio

4 Net interest margin (X4)

Rasio pasar dimana dapat diukur dengan selisih antara suku bunga pendanaan dengan suku bunga pinjaman yang diberikan.

100% % Rasio

5 Biaya operasional terhadap pendapatan operasional (X5)

Kelompok rasio yang mengukur efisiensi dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan jalur membandingkan satu terhadap lainnya

% Rasio

6 Loan to Deposit Ratio (Y)

Rasio untuk merngukur komposisi jumlah kredit yang diberikan

dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat (Dana Pihak Ketiga) yang digunakan

100% % Rasio

3.6. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Badan Umum Milik Negara (Persero) di Indonesia yang terdiri dari 4 Bank, yakni PT. Bank Negara Indonesia, PT. Bank Rakyat Indonesia, PT. Bank Tabungan Negara, dan PT. Bank Mandiri. Teknik sampling menggunakan sampel Jenuh, yaitu teknik penentuan sampel bila


(51)

semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering digunakan bila jumlah populasi relatif kecil, dan istilah lain sampel jenuh adalah semua anggota populasi dijadikan sampel (Sangadji, dan Sopiah, 2010:189).

3.7. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang berupa data tahunan dengan periode penelitian yang dimulai dari tahun 2004 hingga tahun 2011 pada Bank Badan Umum Milik Negara.

3.8. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi dokumentasi dengan mengumpulkan data sekunder yang berupa laporan keuangan yang diperoleh dari website Bank Badan Umum Milik Negara (Persero) seperti

3.9. Teknik Analisis

Untuk menguji pengaruh Return on Assets (ROA), Capital Adequecy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) yang menggunakan regresi linier bergada (multiple linier regression). Adapun model persamaan regresi linier pada penelitian ini adalah sebagai berikut.


(52)

Dimana:

Y = Loan to Deposit Ratio α = Konstanta

X1 = Return on Assets (ROA) X2 = Capital Adequecy Ratio (CAR) X3 = Non Performing Loan (NPL) X4 = Net Interest Margin (NIM)

X5 = Biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) X1 – X5 = Koefisien regresi variabel bebas

e = Term of error

Apabila masing-masing koefisien variabel bebas distandarisasi lebih dahulu maka koefisien yang diperoleh berbeda. Keuntungan dengan menggunakan standarized beta adalah mampu mengeliminasi perbedaan unit ukuran variabel bebas. Oleh karena itu, jika unit ukuran variabel bebas tidak sama maka sebaliknya interprestasi persamaan regresi menggunakan standarized beta (Ghozali, 2001:67).

3.10. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik merupakan persyaratan statistik yang harus dipenuhi dalam analisis linier berganda yang berbasis ordiny least square (OLS). Sebelum pengujian hipotesis dilakukan terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik ini yang meliputi uji normalitas, multikoliniearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi.


(53)

3.10.1.Uji Normalitas

Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal atau tidak. Menurut suliyanto (2011:69) uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual yang telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normat atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal.

Pengujian normalitas menggunakan analisis grafik yang dilakukan menggunakan histogram dengan menggambarkan variabel dependen sebagai sumbu vertikal sedangkan nilai residual terstandarisasi digambarkan sebagai sumbu horizontal. Cara lain untuk menguji normalitas dengan pendekatan garfik adalah menggunakan Normal Probability Plot, yaitu dengan membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal.

Adapun kriteria pengujian sebagai berikut :

a.Jika Asym. Sig > 0,05 berarti seluruh data berdistribusi normal b. Jika Asym. Sig < 0,05berarti seluruh data berdistribusi tidak normal

3.10.2.Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitasberarti ada varian variabel pada model regresi yang tidak sama/konstan (Suliyanto 2011:95). Uji heteroskedasitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang


(54)

tidak terjadi heteroskedasitas. Metode yang dapat dipakai untuk mendeteksi gejala heterokedasitas antara lain: metode grafik, Uji Park Glajser, Uji Rank Spearman, dan Barlett.

3.10.3.Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut waktu (time-series) atau ruang (cross section). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Uji Durbin-Watson (Uji D-W) untuk menguji ada tidaknya masalah autokorelasi dari model empiris yang diestimasi (Suliyanto, 2011:125). Kriteria pengambilan kesimpulan dalam uji Durbin-Watson (DW) adalah sebagai berikut:

1. Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4du), maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi.

2. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl), maka koefisien autokorelasi lebih besar dari nol, berarti ada autokorelasi positif. 3. Bila nilai DW lebih besar daripada (4-dl), maka koefisien autokorelasi lebih

kecil daripada nol, berarti ada autokorelasi negatif.

4. Bila nilai DW terletak diantara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau DW terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.


(55)

Tabel 3.2

Kriteria Nilai Uji Durbin Watson

No. Nilai DW Kesimpulan

1 1,65 ˂ DW ˂ 2,35 tidak ada autokorelasi 2 1,21 ˂ DW ˂ 1,65 tidak dapat disimpulkan 3 2,35 ˂ DW ˂ 2,79

4 DW ˂ 1,21

terjadi autokorelasi

5 DW > 2,79

Sumber : Suliyanto (2011:309)

Rumus yang digunakan untuk uji D-W adalah

(

)

= = − − = n i i n i i i d 1 2 2 2 1 µ µ µ

Keterangan: d = nilai D-W stat

µ = nilai residual dari persamaan regresi pada periode i

1 −

i

µ

= nilai residual dari persamaan regresi pada periode i-1 Selain menggunakan Durbin-Watson, untuk mengetahui apakah autokorelasi ini terjadi dapat diginakan uji Runs Test. Penelitian ini menggunakan uji Runs Test, dimana apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05 maka hipotesis nol diterima, dan artinya residual tidak terkena autokorelasi.

3.10.4.Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam metode regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atau sempurna di antara variabel bebas atau tidak. Pengujian terhadap multikolinieritas dapat dilakukan dengan:


(56)

a. Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF)

Nilai VIF yang semakin besar menunjukan masalah multikolinier yang semakin serius. Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Bila nilai tolerance diatas 0,1 maka dikatakan tidak terjadi kolinearitas yang berarti. Adanya multikolinearitas dapat dilihat dari tolerance value atau nilai variance inflation factor (VIF). Batas tolerance value adalah 0,1dan batas VIF adalah 5.

a. Tolerance value < 0,1 atau VIF > 10 = terjadi multikolinearitas b. Tolerance value > 0,1 atau VIF < 10 = tidak terjadi multikolinearit

Menurut Ghozali (2001:95) gejala Multikolinearitas ini dapat dideteksi dengan beberapa cara antara lain :

1. Menghitung koefisien korelasi sederhana (simple correlation) antara sesama variabel bebas, jika terdapat koefisien korelasi sederhana yang mencapai atau melebihi 0,8, hal tersebut menunjukkan terjadinya masalah multikolinearitas dalam regresi.

2. Menghitung nilai Toleransi atau VIF (Variance Inflation Factor), jika nilai Toleransi kurang dari 0.1 atau nilai VIF melebihi 10 maka hal tersebut menunjukkan bahwa multikolinearitas adalah masalah yang pasti terjadi antar variabel bebas.

3. Lakukan regresi antar variabel bebas dan menghitung masing-masing R2 , kemudian melakukan uji – F dan bandingkan dengan Ftabel (a;k-2,n-k+1). Jika nilai Fhit melebihi nilai Ftabel berarti dapat dinyatakan bahwa Xi kolinier dengan X yang lain.


(57)

Apabila dalam penelitian terjadi multikolineritan, maka dapat diatasi dengan beberapa alternatif cara untuk mengatasi masalah multikolinearitas adalah sebagai berikut:

1. Mengganti atau mengeluarkan variabel yang mempunyai korelasi yang tinggi.

2. Menambah jumlah observasi.

3. Mentransformasikan data ke dalam bentuk lain, misalnya logaritma natural, akar kuadrat atau bentuk first difference delta.

4. Dalam tingkat lanjut dapat digunakan metode regresi bayessian yang masih jarang sekali digunakan.

3.11. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan koefisiean determinasi, secara serempak (Uji F) dan secara parsial (Uji t).

3.11.1.Uji F (Uji Serempak)

Uji statistik F bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua variabel bebas yang terdapat di dalam model secara serempak terhadap variabel terikat. Hipotesis ini dirumuskan sebagai berikut:

1. H0: b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = 0, Artinya secara serempak Return on Asset (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh tidak signifikan terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Bank Badan Umum Milik Negara (persero) di Indonesia.


(58)

2. H1: b1 b2 b3 b4 b5 0, Artinya secara serempak Return on Asset (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh signifikan terhadap Loan To Deposit Ratio (LDR) pada Bank Badan Umum Milik Negara (persero) di Indonesia.

Nilai Fhitung pada penelitian ini akan dibandingkan dengan Ftabel pada tingkat signifikan (α)= 5%. Nilai F-hitung dapat dicari dengan rumus:

F

hitung

=

Bila Fhitung > Ftabel, maka H1 diterima dan H0 ditolak Bila Fhitung≤ Ftabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak Dimana R2 =

TSS ESS

Keterangan :

R2 = Koefisien Determinasi ESS = Explained Sum of Squared TSS = Total Sum of Squared 1 – r2 = Residual Sum of Squared N = Jumlah Observasi K = Jumlah Variabel bebas

3.11.2.Uji t (Uji Persial)

Pengujian ini dilakukan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dengan pengujian sebagai berikut:


(59)

1. H0 : bi = 0 Artinya secara parsial Return on Asset (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh tidak signifikan terhadap Loan To Deposit Ratio (LDR) pada Bank Badan Umum Milik Negara (persero) di Indonesia.

2. H₁ : bi ≠ 0, Artinya secara parsial Return on Asset (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh signifikan terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Bank Badan Umum Milik Negara (persero) di Indonesia.

Selanjutnya pada penelitian ini nilai Fhitung akan dibandingkan dengan ttabel pada tingkat signifikan (α)= 5%. Kriteria pengambilan keputusan pada uji-t ini adalah sebagai berikut:

Bila ttabel ≤ thitung ≤ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak Bila ttabel > thitung > ttabel, maka H1 diterima dan H0 ditolak.


(1)

b.

Grafik Normal Plot

c.

Hasil Uji Normalitas dengan Uji Kolmogorov-Smirov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardiz

ed Predicted

Value

N

32

Normal Parameters

a

Mean

72.3584375

Std. Deviation

10.56070796

Most Extreme Differences Absolute

.175

Positive

.117

Negative

-.175

Kolmogorov-Smirnov Z

.992

Asymp. Sig. (2-tailed)

.279


(2)

1.2.

Uji Heteroskedastisitas

a.

Grafik Scatterplot

b.

Uji Glejser

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 14.042 9.742 1.441 .161

ROA -2.748 2.921 -.596 -.941 .355

CAR .069 .444 .037 .156 .877

NPL -.277 .475 -.192 -.583 .565

NIM .369 1.420 .147 .260 .797

BOPO .009 .078 .036 .121 .904


(3)

1.3.

Uji Autokorelasi

Sebelum Transformasi

Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea .54184

Cases < Test Value 16

Cases >= Test Value 16

Total Cases 32

Number of Runs 9

Z -2.695

Asymp. Sig. (2-tailed) .007

a. Median

Setelah Transformasi

Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea .19093

Cases < Test Value 15

Cases >= Test Value 16

Total Cases 31

Number of Runs 15

Z -.360

Asymp. Sig. (2-tailed) .719


(4)

1.4.

Uji Multikolinieritas

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 50.859 20.469 2.485 .020

ROA -7.954 5.777 -.686 -1.377 .180 .086 11.644

CAR 1.511 .885 .318 1.706 .100 .616 1.623

NPL -2.417 .799 -.771 -3.024 .006 .328 3.047

NIM 3.722 2.839 .590 1.311 .201 .105 9.489

BOPO .080 .158 .123 .506 .617 .364 2.751

a. Dependent Variable: LDR

Hasil Uji Multikolinearitas setelah di transformasi

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 2.544 .546 4.663 .000

LnROA -.320 .089 -.851 -3.607 .001 .191 5.225

LnCAR .569 .161 .480 3.526 .002 .576 1.736

LnNPL -.418 .064 -1.153 -6.554 .000 .344 2.904

LnNIM .391 .133 .610 2.942 .007 .248 4.032

LnBOPO .070 .055 .167 1.284 .210 .632 1.582


(5)

2.

Pengujian Hipotesis

2.1.

Analisis Regresi Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.544 .546 4.663 .000

LnROA -.320 .089 -.851 -3.607 .001

LnCAR .569 .161 .480 3.526 .002

LnNPL -.418 .064 -1.153 -6.554 .000

LnNIM .391 .133 .610 2.942 .007

LnBOPO .070 .055 .167 1.284 .210

a. Dependent Variable: LnLDR

2.2.

Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression

3457.385 5 691.477 4.168 .006a

Residual 4313.735 26 165.913

Total 7771.121 31

a. Predictors: (Constant), BOPO, ROA, CAR, NPL, NIM


(6)

2.3.

Uji t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.544 .546 4.663 .000

LnROA -.320 .089 -.851 -3.607 .001

LnCAR .569 .161 .480 3.526 .002

LnNPL -.418 .064 -1.153 -6.554 .000

LnNIM .391 .133 .610 2.942 .007

LnBOPO .070 .055 .167 1.284 .210