Pengembangan Budidaya Sayuran Dengan Sis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan penduduk dan meningkatnya urbanisasi merupakan tantangan

pada masa mendatang. Pada tahun 1994 diperkirakan 45 % penduduk dunia tinggal
di kota dan diperkirakan pada tahun 2025 meningkat menjadi 65 % (Nugent, 2000).
Keadaan ini akan menimbulkan permasalahan tentang infrastrur publik, tempat
tinggal, tenaga kerja, kerawanan pangan

serta permasalahan

lingkungan dan

sanitasi. Oleh karena itu pertanian kota perlu dikembangkan yang ditujukan untuk (a)
peningkatan ketahanan pangan, (b) pengentasan kemiskinan, peningkatan kesehatan
masyarakat, pengendalian lingkungan (Baumgartner dan Belevi , 2007).
Dikarenakan masyarakat melihat bagaimana komposisi penduduk yang
semakin tahun semakin bertambah kepadatannya, makin terlihat pula permasalahan

yang ada dibaliknya. Permasalahan tersebut diantaranya adalah ketersediaan pasokan
pangan.Makin berkurangnya lahan karena kepadatan penduduk menyebabkan harga
pangan makin melambung. Masyarakat pun harus mencari cara membuka lahan baru
pertanian. Selain itu, produk pertanian sangat bergantung pada alam, cuaca, dan
proses pengerjaannya. Ketika cuaca tidak menentu, petani harus mengalami kerugian
dan gagal panen yang mengantarkan produk pertanian tertentu langka dan harganya
mahal. Belum lagi maraknya penggunaan pestisida yang menyebabkan sayur mayur
dan buah-buahan mengandung racun juga tingkat kesegaran pasokan pangan
tersebut. Maka dari itu, banyak masyarakat yang memanfaatkan lahan mereka di
perkotaan untuk menghasilkan produk pertanian seperti sayuran dan buah-buahan.
Lahannya meliputi ruang sempit sekitar teras rumah hingga atap bangunan.
Tantangan yang dihadapi untuk pengembangan pertanian di wilayah
perkotaan antara lain keterbatasan lahan, keterbatasan pengetahuan dan teknologi,
keterbatasan waktu yang bisa dicurahkan, dan yang tidak kalah pentingnya adalah
keterbatasan media tanam. Pertanian perkotaan merupakan sebuah upaya
pemanfaatan ruang minimalis yang terdapat di perkotaan supaya dapat menghasilkan
produksi yang diinginkan. Produksi ini berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan

Geografi Pertanian 1


pangan, kenyamanan hidup ditengah polusi udara perkotaan dan menghadirkan
nuansa estetika dirumah kota. Jarak perkotaan yang jauh dari sumber produksi
pangan. Keterbatasan lahan, jarak perkotaan yang jauh dari sumber produksi pangan
bukanlah hal yang menjadi hambatan untuk mengaktualkan potensi nilai ekonomi
yang dimiliki lahan perkotaan. Dari sinilah pemerintah mulai bergerak, dengan
mengusung konsep atau model pertanian perkotaan. Melalui penerapan model ini
diharapkan mampu menjadi salah satu solusi untuk menjawab yang selama ini
menjadi kendala dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat perkotaan
sekaligus menumbuh-kembangkan kegiatan pertanian di wilayah perkotaan.
Implementasi model pertanian perkotaan yang dikembangkan adalah dengan cara
menanam secara vertikal atau bertingkat, yang populernya disebut juga model
dengan sistem pertanian vertikultur (Yenisbar dan Rawiniwati; 2012).
Pada sistem budidaya vertikultur tidak semua jenis tanaman dapat
dibudidayakan, namun terbatas pada tanaman yang bentuk dan ukurannya sesuai
dengan media tanam.
Tanaman yang sesuai dibudidayakan dengan cara vertikultur adalah jenis tanaman
sayur-sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat-obatan yang memiliki perakaran
yang dangkal dan memiliki berat yang relatif ringan sehingga tidak akan terlalu
membebani media tanam vertikultur pada pertumbuhan tanaman tersebut. Budidaya
sayuran dengan metode vertikultur merupakan salah satu cara untuk melakukan

efisiensi pemanfaatan lahan. Melalui cara ini penanaman beberapa jenis sayuran bisa
digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga.
1.2

1.3

Rumusan Masalah
1.1.1 Apa yang dimaksud dengan pertanian vertikultur?
1.1.2 Bagaimana cara menerapkan pertanian vertikultur?
1.1.3 Bagaimana budidaya sayuran dengan pertanian vertikultur?
Tujuan
Dengan dibuatnya karya ilmiah ini diharapkan dapat mengetahui apa yang

dimaksud pertanian vertikultur, cara menerapkan pertanian vertikultur serta
mengetahui budidaya sayuran dengan pertanian model vertikultur.

Geografi Pertanian 2

1.4


Manfaat
1.4.1 Bagi akademik sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta melengkapi penelitian yang dilakukan.
1.4.2 Bagi penulis sebagai pengetahuan dan wawasan terutaman yang berkaitan
1.4.3

dengan topik penelitian.
Bagi pembaca sebagai sebagai bahan pustaka dalam menambah

pengetahuan dan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

Geografi Pertanian 3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Pertanian Vertikultur
Sesuai dengan asal katanya dari bahas inggris, yaitu vertical dan culture maka


maka vertikultur adalah system budidaya pertanian yang dilakukan secara vertical
atau bertinggkat, baik indoor mau pun outdoor. System budidaya pertanian secara
vertical ini merupakan konsep penghijauan yang cocok untuk daerah perkotaan dan
lahan terbatas. Misalnya, lahan 1 m mungkin hanya bisa menanam 5 tanaman
dengan, system vertical bisa untuk 20 batang tanaman. Vertikultur tidak hanya kebun
vertical namun ide ini sangat merangsang seseorang untuk menciptakan khasanah
biodiversitas dipekarangan yang sempit sekalipun. Struktur vertical, memudahkan
pengguna membuat dan memeliharanya (Liferdi, 2011).
Vertikultur merupakan upaya pemanfaatan lahan sempit dengan seoptimal
mungkin. Selain pemanfaatan lahan yang sempit, teknik bercocok tanam secara
vertikultur mampu menghasilkan tanaman yang berkualitas sesuai dengan kualitas
pembudidayaan pada tanaman itu sendiri. Sehingga teknik bercocok tanam secara
vertikultur dapat direalisasikan dalam pertanian masa kini. Pada teknik ini tanaman
ditanam secara bertingkat atau vertikal dengan bantuan media tanam berupa pipa
paralon atau bahan-bahan lainnya yang tersedia dan mampu menunjang pertumbuhan
tanaman ke arah samping (Ramdani, 2012).
Pertanian vertikultur tidak hanya sebagai sumber pangan tetapi juga
menciptakan suasana alami yang menyenangkan. Model,bahan,ukuran,wadah
vertikultur yang sangat banyak,tinggal di sesuaikan dengan kondisi dan keinginan.

Pada umumnya adalah berbentuk segi panjang,atau mirip anak tangga,dengan berapa
undak-undakan atau sejumlah rak. Bahan dapat berupa bamboo atau pipa paralon,
kaleng bekas, bahkan lebaran karung beraspun bisa,karena salah satu filosofinya dari
vertikultur adalah memanfaatkan benda-benda bekas di sekitar kita. Persyaratan
vertikultur adalah kuat dan mudah dipindah-pindahkan. Tanaman yang akan ditanam
sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan kepemilikan nilai ekonomis yang
tinggi, berumur pendek dan berakar pendek. Tanaman yang sering dibudidayakan
secara vertikultur antara lain, selada, kangkung, bayam, kangkung, bayam, pokcoy,
caisim, katuk, kemangi, tomat, pare, pace, kacang, panjang, mentimun dan tanaman
Geografi Pertanian 4

sayuran daun lainya. Untuk tujuan komersial, pengembangan vertikulur ini perlu
dipertimbangan aspek ekonominya agar biaya produksinya jangan sampai melebihi
pendapatan dari hasil penjualan tanaman. Sedangkan untuk hobi, vertikultur dapat
dijadikan sebagai media kreativitas dan memperoleh panenan yang sehat dan
berkualitas (Liferdi, 2011).
Ada beberapa jenis model vertikultur, masing-masing memiliki karakteristik
yang berbeda. Jenis yang pertama adalah vertikultur jenis vertical, biasanya ada
dalam bentuk wadah-wadah kokoh berbentuk kolom yang tegak berdiri dilahan. Jenis
yang kedua adalah jenis horizontal, yang umumnya dalam bentuk rak-rak atau tangga

bertingkat. Selain itu juga ada jenis vertikultur yang bergantung. Jenis ini umumnya
dalam bentuk pot-pot atau wadah yang diikat oleh tali atau kawat dan digantung pada
atao (Avicenna, 2010)
Dalam melakukan budidaya tanaman vertikultur hal terpenting yang
diperhatikan adalah wadah yang akan dipakai dalam menyediakan ruang yang baik
bagi tanaman. Bahan yang dapat digunakan dalam budidaya tanaman vertikultur
antara lain paralon, bambu, talang, pot, dan lain-lain. Banyak sedikitnya alat yang
digunakan tergantung pada bangunan dan model wadah yang akan digunakan.
Ukuran panjang-pendek, tinggi-rendah, serta besar kecilnya tergantung pada lahan
yang dimiliki (Bangfad, 2008).
2.2

Penerapan Pertanian Vertikultur
Cara bercocok tanam secara vertikultur sebenarnya sama dengan bercocok

tanam di kebun atau di ladang. Perbedaannya terletak pada lahan yang digunakan
lebih efisien, artinya jumlah tanaman yang ditanam dalam sistem vertikultur lebih
banyak dibandingkan dengan cara konvensional meskipun luas lahan yang digunakan
sama. Adapun alasan diterpakannya sistem pertanian vertikultur antara lain :
1.

Efisien dalam penggunaan lahan artinya bisa dilaksanakan di lahan yang
2.

relatif sempit sekalipun.
Pemakaian pupuk dan pestisida lebih efektif dan efisien, yaitu jumlah pupuk
yang digunakan lebih hemat dan pupuk yang diberikan langsung dapat
diserap oleh tanaman karena tersedia didalam media tanam diwadah yang
relatif lebih kecil dibandingkan di kebun. Sedangkan dalam penggunaan
pestisida jumlahnya lebih sedikit digunakan karena diaplikasikan langsung
pada tanaman dan lebih tepat sasaran.

Geografi Pertanian 5

3.

Mudah dipindahkan untuk tanaman yang ditanam didalam pot, atau mudah

4.

diubah tata letak bagi tanaman yang diletakkan didalam rak.

Lebih efektif dan efisien dalam hal perawatan seperti pengendalian
Organisme pengganggu tanaman karena kemungkinan untuk tumbuh gulma
ataupun munculnya serangan hama dan penyakit sangat kecil. Jika ada

5.

serangan hama lebih mudah dalam pengendalaiannya.
Dapat memanfaatkan benda-benda yang tidak terpakai untuk membuat potpot tanaman seperti bekas kaleng cat, kaleng biskuit, atau wadah plastik
pelumas, paralon bekas, talang bekas, gelas air minum mineral, ember bekas
serata dapat memakai kantung plastik jenis polybag. (Dewanto, 2012)
(Liferdi, 2011) Pelaksanan pertanian vertikultur ini ada beberapa langakah

yang harus dilakukan, yaitu antara lain:
1. Pembuatan wadah tanaman vertikultur.
Bahan yang kita gunakan, serperti yang sudah dikatakan tadi yaitu: bisa
memanfaatkan barang-barang bekas seperti paralon, talang, bamboo,pot dan bambu.
2. Pengadaan media tanam.
Media tanam adalah tempat tumbuhnya tanaman untuk menunjang perakaran.
Dari media tanam inilah tanaman menyerap makanan berupa unsur hara melalui
akarnya. Media tanam yang digunakan adalah campuran antara tanah, pupuk

kompos, dan sekam dengan perbandingan 1:1:1. Setelah semua bahan terkumpul,
dilakukan pencampuran hingga merata. Tanah dengan sifat koloidnya memiliki
kemampuan untuk mengikat unsur hara, dan melalui air unsur hara dapat diserap
oleh akar tanaman dengan prinsip pertukaran kation. Sekam berfungsi untuk
menampung air di dalam tanah sedangkan kompos menjamin tersedianya bahan
penting yang akan diuraikan menjadi unsur hara yang diperlukan tanaman.
Campuran media tanam kemudian dimasukkan ke dalam bambu hingga
penuh. Untuk memastikan tidak ada ruang kosong, dapat digunakan bambu kecil atau
kayu untuk mendorong tanah hingga ke dasar wadah (ruas terakhir). Media tanam di
dalam bambu diusahakan agar tidak terlalu padat supaya air mudah mengalir, juga
supaya akar tanaman tidak kesulitan bernafas, dan tidak terlalu renggang agar ada
keleluasaan dalam mempertahankan air dan menjaga kelembaban.
3. Persiapan bibit tanaman dan penanaman

Geografi Pertanian 6

Sebelum berencana membuat wadah vertikal, terlebih dahulu mempersiapkan
sejumlah bibit tanaman, Ketika tanaman sudah mencapai umur siap dipindahkan,
pada dasarnya ada tiga tahap dalam proses ini, yaitu persemaian, pemindahan, dan
penanaman. Seperti halnya menanam, menyemaikan benih juga memerlukan wadah

dan media tanam. Wadah bisa apa saja sepanjang dapat diisi media tanam seperlunya
dan memiliki lubang di bagian bawah untuk mengeluarkan kelebihan air.
Persemaian menggunakan wadah khusus persemaian benih yang disebut tray dengan
jumlah lubang 128 buah (tray lain jumlah dan ukuran lubangnya bervariasi). Dapat
juga persemain menggunakan sebuah pot ukuran sedang dan sebuah bekas tempat
kue. Ada pun untuk media tanamnya adalah media tanam dari produk jadi yang
bersifat organik. Jika menggunakan tray, jumlah benih yang dapat disemaikan sudah
terukur karena setiap lubang diisi sebuah benih (walaupun bisa juga diisi 2 atau 3).
Jika menggunakan wadah lain maka jumlah benih yang dapat disemaikan
disesuaikan dengan ukuran wadahnya, dalam hal ini jarak tanam benih diatur
sedemikian rupa agar tidak berdempetan. Dua-tiga minggu setelah persemaian benih
sudah berkecambah dan mengeluarkan 3-4 daun. Idealnya, benih yang sudah tumbuh
daun berjumlah 4-5 helai sudah layak dipindah tanamkan.
Bibit tanaman yang dipindahkan ke wadah vertukultur sudah berumur lebih
dari satu bulan, daunnya pun sudah bertambah. Karena hanya memiliki total 20
lubang tanam dari dua batang bambu, maka cukup leluasa untuk memilih 20 bibit
terbaik. Sebelum bibit-bibit ditanam di wadah bambu, terlebih dahulu menyiramkan
air ke dalamnya hingga jenuh, ditandai dengan menetesnya air keluar dari lubanglubang tanam. Setelah cukup, baru mulai menanam bibit satu demi satu. Semua
bagian akar dari setiap bibit harus masuk ke dalam tanah. Setiap jenis bibit (cabe
merah dan tomat) dikelompokkan di wadah bambu terpisah. Pemanenan
Pemanenan sayuran biasanya dilakukan dengan sistem cabut akar (sawi,
bayam, seledri, kemangi, selada, kangkung dan sebagainya). Apabila kita punya
tanaman sendiri dan dikonsumsi sendiri akan lebih menghemat apabila panen
dilakukan dengan mengambil daunnya saja. Dengan cara tersebut tanaman sayuran
bisa bertahan lebih lama dan bisa panen berulang-ulang.
2.3

Budidaya Sayuran dengan Vertikultur

Geografi Pertanian 7

a. Pemilihan Jenis Tanaman
Sebelum bercocok tanam sebaiknya mengenal terlebih dulu sifat-sifat
tanaman yang akan kita budidayakan . Beberapa tanaman sayuran kadang kala hanya
cocok untuk daerah dataran rendah dan sebagian lagi hanya cocok untuk daerah
dataran tinggi . Selain itu, sinar matahari sangat mempengaruhi pertumbuhan
tanaman kecuali jamur yang tidak membutuhkansinar matahari, hanya sirkulasi
udara.
1 . Sayuran Buah
Jenis sayuran buah biasanya dikonsumsi bagian buahnya. Yang bisaditanam
dalam pot di antaranya cabal besar, cabal rawit, terung, mentimun, pare, tomat,
kacang panjang, boncis, kapri, kecipir dan paprika. Pertumbuhan dan produksi
paprika, kapri, dan tomat akan lebih bagus bila ditanam di daerah dataran tinggi .
Namun jenis tomat tertentu seperti mutiara, intan, berlian, dan tomat sayur dapat
diusahakan di dataran rendah dengan hasil yang balk .
2 . Sayuran Daun
Jenis tanaman termasuk sayuran daun yang dapat dipotkan lebih beragam,
antara lain : bayam, kangkung, caisin, selada, selederi, bawang daun, baby capri,
kobis, talas daun, kemangi, pakcoi dan kailan . Selada merupakan sayuran dataran
tinggi, namun jenis selada betawi yang berdaun tipis dan rasanya renyah dapat
diusahakan di dataran rendah . Beberapa sayuran yang balk diusahakan di dataran
rendah adalah : pakcoi, kailan, kobis, dan baby capri.
3 . Sayuran Bunga
Hanya beberapa jenis sayuran bunga saja yang bisa ditanam dalam pot, yaitu
bunga kol dan brokoli . Itupun harus memperhatikan kondisi iklim setempat, karena
kedua tanaman ini umumnya banyak ditanam di dataran tinggi .
4 . Sayuran Umbi
Memang jarang sayuran umbi yang dipotkan . Syarat pot harus tinggi agar
pertumbuhan umbinya maksimal . Jenis sayuran umbi yang dipotkan antara lain :
wortel, kentang, lobak, bawang merah, bawang putih, radish, dan bawang bombay .
Semua jenis sayuran umbi umumnya di dataran tinggi hanya bawang merah dan
beberapa jenis bawang putih (Lumbu Putih, Jati Barang) yang cocok diusahakan di
dataran rendah.

Geografi Pertanian 8

5 . Tanaman Empon-Empon
Jenis empon-empon umumnya banyak sisukai ibu-ibu rumah tangga .
Alasannya, jika memerlukan bumbu tidak perlu ke warung atau pasar, tinggal ambil
sedikit dari tanaman koleksi . Jenis tanaman bumbu dan empon-empon yang dapat
dipotkan adalah: kunyit, kencur, lenkuas, serai, dan temu kunci . Tanaman ini baik
diusahakan di dataran rendah maupun tinggi .
b. Pemilihan jenis pot
Beberapa pilihan sistern bertanam verticulture dalam pot diantaranya adalah
dengan pot tunggal, pot horisontal bertingkat ataupun pot vertikal . Jenis maupun
bahan bisa berupa kaleng bekas, pot tanah, semen, plastik, ember, polybag, pipa
paralon, hambu petung dan sebagainya . Untuk kesempatan kali ini, secara khusus
akan dijelaskan pot tanaman dari bambu dengan posisi horisontal bertingkat . Wadah
ini bisa diletakkan di mana saja asal
kena sinar matahari . Bisa untuk menanam sayur, tanaman hias ataupun anggrek .
Wadah ini sangat cocok untuk lahan yang sangat terbatas dan apabila pandai
mengaturnya bisa menjadi satu karya seni yang indah . Untuk pembuatannya
diperlukan beherapa bahan dan alat. Bahan:
1.

Bambu petung ukuran diameter 8 inci I batang

2.

Bambu biasa ukuran sedang 2 batang

3. Tali injuk 10 ikat
4. Paku reng I ons dan paku ternit 1/2 ons
Alat :
Golok, palu, gergaji dan boor listrik
Cara Pembuatannya :
1. Bambu petung dipotong pakai gergaji menjadi 5 bagian (2 meteran).
2. Bambu potongan tersebut lalu dicoak selebar 7-10 cm di setiap ruasnya.
3. Buatlah lubang pada bagian bawah pakai boor supaya air tidak menggenang.
4. Ambil bambu biasa potong menjadi 4 bagian (sebagai tiang).
5. Buatlah juga potongan hambu panjang 60 cm dan 90 cm masing-masing 2
buah.
6. Silangkan 2 potongan bambu kemudian paku dan balut dengan tali injuk , dan
potongan bambu yang lainnya.

Geografi Pertanian 9

7. Untuk tiang penyangga tengah pakulah potongan bambu yang ukuran 60 cm.
8. Sedang untuk penyangga bawah pakulah potongan bambu ukuran 90 cm pada
bambu yang sebagai tiang.
9. Kemudian balutlah dengan tali injuk dan paku dengan paku ternit sebagai
penguat.
10. Setelah itu mulailah kita merangkai bambu yang ukuran 2 meteran dengan
cara menumpangkan lonjoran bambu pada tiang kiri dan kanan lalu paku dan
balut dengan tali injuk sehingga jadilah rak verti model horizontal bertingkat .
c. Media Tanam
Media tanam yang dapat digunakan untuk bercocok tanam sayur dalam pot
verti sangat beragam . Namun pertumbuhan tanaman lebih baik bila yang digunakan
sebagai media adalah tanah gambut. Campuran antara abu sekam + pupuk kandang,
abu sampah + pupuk kandang, pasir + pupuk kandang, gambut + pupuk kandang,
tanah + sekam + pupuk kandang juga bisa digunakan. Bisa juga menggunakan
kompos + tanah + arang sekam dengan perbandingan 1 :1 :1 . Aduklah campuran
tersebut secara merata. Sebaiknya media tanam juga ditambah dengan pupuk TSP
dan KCL masingmasing 10 gram per tanaman, bisa
juga menggunakan pupuk mejemuk yaitu NPK Ponska.
d. Persemaian dan penanaman
1.

Persemaian
Sebelum penanaman biasanya dilakukan persemaian terlebih dahulu.

Beberapa jenis tanaman tersebut adalah tomat, cabal, terong, mentimun, bunga kol,
brokoli, selada, caisim, kailan dan lain lainnya. Setelah benih tumbuh akan diperoleh
bibit. Bibit inilah yang nantinya
ditanam di dalam pot verti. Siapkan media untuk penyemaian benih yang biasanya
terdiri dari campuran tanah kebun yang telah diayak dengan pupuk kandang atau
pasir dengan perbandingan 2 : 1 : 2. Kedalam campuran media semai dapat
ditambahkan sejumput furadan serta pupuk NPK yang dihaluskan dan aduk merata.
Cara melakukan penyemaian sebagai berikut. Masukkan media semai ke dalam
wadah bak plastik datar, sementara itu benih yang akan disemai direndam dahulu
dalam air hangat selama kurang lebih satu jam maksudnya untuk mempercepat

Geografi Pertanian 10

proses kecambah, bisa juga setelah itu benih direndam sebentar dalam zat pengatur
tumbuh. Setelah itu benih diangkat dan dibungkus kain lembab yang dihamparkan .
Kurang lebih 1-5 hari biasanya benih sudah mulai berkecambah dan siap
dipindahkan kedalam bak pesemaian . Cara lain benih langsung dibariskan kedalam
bak persemaian dan tutupi dengan hamparan media tipis saja. Perawatan yang
dilakukan selama dalam persemaian cukup penyiraman saja dengan menggunakan
hand sprayer yang semprotannya halus . Setelah 3 minggu benih telah tumbuh
menjadi bibit dan siap dipindahkan ke dalam pot verti .
2. Penanaman
Pada pot yang telah dipersiapkan dalam hal ini pot dari bambu seperti
tersebut diatas yaitu pot horizontal bertingkat isikan media yang telah siap kedalam
coakan bambu sebanyak 2/3 bagian atau pada batas lubang coakan yang telah dibuat.
Setelah pot diisi media sebaiknya disiram terlebih dahulu sehingga didapatkan
keadaan yang basah/lembab .
Tanamkan bibit yang telah siap tanam yaitu caisin, selada, kalian, bawang-bawangan
dan lain sebagainya. Karena menggunakan pot bertingkat aturlah penanaman
misalnya rak terbawah dengan satu jenis tanaman, kemudian rak atasnya lagi dengan
jenis tanaman yang berbeda sehingga akan didapatkan susunan yang serasi dan
punya nilai seni . Sedangkan untuk jenis tanaman kangkung, bayam, baby capri lebih
baik ditanam langsung dari benih .
3. Perawatan
Perawatan mulai dilakukan sejak tanaman dipindahkan kedalam pot.
Kegiatan perawatan terdiri dari penyiraman, pemupukan dan pencegahan
hama/penyakit yang dilakukan secara rutin dan teliti. Penyiraman pada tanaman
sebaiknya dengan memperhatikan ukuran tanaman dan daya cengkeram akar
terhadap medianya. Tanaman yang berukuran kecil dan akarnya halus lakukan
penyiraman dengan semprotan halus. Adapun tanaman berukuran besar dan relative
kuat bisa dengan gayung secara hati-hati. Penyiraman dilakukan pagi dan sore, untuk
diperhatikan penyiraman jangan terlalu jenuh air, karena untuk jenis tanaman tertentu
tidak menghendaki dan tanaman akan bisa busuk dan mati. Hama dan penyakit pada
sayuran dalam pot relatif sedikit. Jadi tindakan pencegahan perlu dilakukan seperti
menjaga kelembaban jangan terlalu tinggi, karena akan memyebabkan timbulnya

Geografi Pertanian 11

jamur dan tanaman menjadi tidak sehat hingga menimbulkan kematian. Jika
ditemukan ulat atau hama yang menyerang tanaman sebaiknya diambil dan
dimusnahkan secara manual. Penggunaan pestisida sebaiknya ditiadakan karena
sayuran yang meninggalkan residu pestisida akan
berbahaya jika dikonsumsi. Namun demikian untuk sekala serangan besar
penyemprotan pestisida dapat dilakukan dengan prinsip PHT. Pemupukan untuk
tanaman sayuran daun tentu saja berbeda dengan pemupukan tanaman sayuran buah.
Pada sayuran daun pemupukkan lebih dititikberatkan pada pertumbuhan vegetatif,
sedang pada sayuran buah selain pertumbuhan vegetatif, pertumbuhan generatif juga
harus diperhatikan agar produksi buahnya
maksimal. Pemupukan tidak bisa dilepaskan dari kegiatan ini, untuk itu lakukanlah
pemupukan secara rutin 2-7 hari sekali . Pada sayuran daun karena titik beratnya
pertumbuhan vegetatif maka pupuk yang diberikan harus banyak mengandung unsur
nitrogen, dosis 20 gr pupuk urea atau ZA dilarutkan dalam 10 liter air siramkan pada
masing-masing pot secukupnya saja sampai media basah atau bisa saja menggunakan
pupuk cair yang sudah umum dipasarkan di toko-toko pertanian.
Apabila suatu kali tanaman kita terserang hama, sebaiknya menggunakan
bahan alami yang bisa kita buat sendiri . Berikut ini cara pembuatan pemberantas
hama alami yang bisa dibuat sendiri dan lebih aman dipakai serta tak ada efek
sampingnya bagi tanaman .
a. Resep I
Bahan yang diperlukan: Tembakau 1/2 kg, 2 liter air, 4 butir kapur barus (digerus) .
Cara pembuatannya: Tembakau direndam air 2 liter selama dua hari, campurkan
gerusan kapur barus dan setiap 2 sendok makan rendaman tembakau dan kapur barus
dicampur dengan air cucian I liter . Semprotkan pada tanaman yang sedang kena
hama penyakit .
b. Resep II
Bahan yang diperlukan : Tembakau I ons, jahe I ons, bawang putih I ons dan air 5 ltr.
Cara pernbuatannya : Jahe dan bawang putih dihaluskan, campur dengan ternbakau
dan masukkan air, tutup rapat dan simpan selama 2 hari 2 malam langsung
digunakan. Resep pengendali harna ini bisa digunakan untuk 10.000 m² lahan.

Geografi Pertanian 12

Sebaiknya digunakan pada sore hari sekitar pukul 16.00 atau 17.00 WIB. Kalau
masih ada sisa bisa disimpan kurang lehih I
minggu. Pemakaian bisa diulangi kalau hama penyakitnya masih belum hilang
tuntas. Pengendali hama ini Iebih efektif bila digunakan untuk tiga kali pemakaian,
atau kalau misalnya masih tersisa banyak bisa disimpan di tempat yang tidak terkena
sinar matahari .
4. Panen
Pernanenan sayuran biasanya dilakukan dengan sistem cabut akar (sawi, bayam,
seledri, kemangi, salada, kangkung dan sebagainya). Apabila kita punya tanaman
sendiri dan dikonsumsi sendiri akan lebih menghemat apabila kita potong daunnya.
Dengan cara tersebut tanaman sayuran hisa bertahan chili lama dan kita bisa panen
berulang-ulang. Selain tanaman
sayuran dan obat-obatan, tanaman buah-buahan juga bisa ditanam secara verlikultur
dengan wadah pot atau drum bekas dan rnenggunakan tangga berjenjang (Rasapto,
2006).

Geografi Pertanian 13

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Bertambahnya jumlah penduduk akan menimbulkan permasalahan seperti,
tentang infrastrur publik, tempat tinggal, tenaga kerja, kerawanan pangan

serta

permasalahan lingkungan dan sanitasi. Pertambahan penduduk juga mengurangi
perluasan lahan yang ada, dengan kata lain alih fungsi lahan semakin genjar terjadi,
seperti perubahan lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi pemukiman, industri
dan yang lain sebagainya.Pada daerah perkotaan lahan pertanian semakin berkurang,
berkurangnya lahan pertanian akan menambah permasalahan baru yang berpengaruh
pada kegiatan pertanian khususnya kebutuhan pangan. Untuk mengatasi masalah
tersebut, penduduk yang tinggal diperkotan masih bisa bertani dengan menggunakan
sistem vertikultur. Sistem vertikultur merupakan sistem budidaya pertanian yang
dilakukan secara vertical atau bertinggkat, baik indoor mau pun outdoor. Sistem
budidaya pertanian secara vertical ini merupakan konsep penghijauan yang cocok
untuk daerah perkotaan dan lahan terbatas.
Selain pemanfaatan lahan yang sempit, teknik bercocok tanam secara
vertikultur mampu menghasilkan tanaman yang berkualitas sesuai dengan kualitas
pembudidayaan pada tanaman itu sendiri. Sehingga teknik bercocok tanam secara
vertikultur dapat direalisasikan dalam pertanian masa kini. Pada teknik ini tanaman
ditanam secara bertingkat atau vertikal dengan bantuan media tanam berupa pipa
paralon atau bahan-bahan lainnya yang tersedia dan mampu menunjang pertumbuhan
tanaman ke arah samping. Pertanian vertikultur tidak hanya sebagai sumber pangan
tetapi juga menciptakan suasana alami yang menyenangkan.
3.2 Saran
Sistem pertanian vertiluktur harus terus dijalankan dan dikembangkan
sebagai salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan pangan dan memanfaatkan
lahan sempit yang ada. Diharapkan pemerintah juga ikut mendukung kegiatan ini,
seperti melakukan sosialisasi agar sistem pertanian vertikultur ini dapat dikenaldan
dijalankan oleh masyarakat baik di perkotaan ataupun di pedesaan.

Geografi Pertanian 14

DAFTAR PUSTAKA
Baumgartner, N, and H. Belevi.2007. A Systematic Overview of Urban
Agriculture in Developing Countries AWAG – Swiss Federal Institute for
Environmental Science & Technology.SANDEC – Dept. of Water & Sanitation in
Developing Countries.
Lukman, Liferdi. 2011. Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara
Vertikultur. Bandung : Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Nugent, R. (2000), "The impact of urban agriculture on the household and
local economies", In: Growing cities, growing food (Ed.: N. Bakker, M. Dubbeling,
S. Gündel, U. Sabel-Koschella and H. de Zeeuw), DSA, Eurasburg, 76-97
Rasapto, Pujo.2006. Budidaya Sayuran Dengan Vertikultur. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Jawa Tengah.
Yenisbar & Rawiniwati.2012. Pertanian Perkotaan Dengan Sistem
Vertikultur.
Avicenna. 2011. Mengenal Vertikultur.
http:// thegreenstall.blogspot.com/2011/02/mengenal-vertikultur-dan-tips
.html. ( diakses 20 November 2014)
Bangfad. 2008. Budidaya Secara Vertikultur. http:// cerianetagricultur.blogspot.com/2008/12/budidaya-tanaman-secara-vertikultur. html.(diakses
20 November 2014)
Dewanto, Kenardi. 2012 .Sistem Pertanian Vertikultur.
http://kenzhi17.blogspot.com/2012/10/sistem-pertanian-vertikultur_702.html.
(diakses 20 November 2014)
Maunilai. 2013. Penerapan Budidaya Vertikultur.
http://paknilaia.blogspot.com/2013/12/penerapan-sistem-budidaya-vertikultur.html.
(diakses 20 November 2014)
Ramdani, Dadan. 2012.Vertikultur.
http://dadanramdanipertanian.blogspot.com/2012/03/blog-post.html (diakses 20
November 2014

Geografi Pertanian 15