BALIST SIS Pembangkit Listrik Tenaga Sis

PROPOSAL KARYA
LOMBA KARYA INOVATIF ENERGI KELISTRIKAN
NATIONAL ELECTRICAL FESTIVAL UI 2015
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

DATA KARYA
Nama Karya

BALIST-SIS (Pembangkit Listrik Tenaga Sistem Sawah)
BALIST-SIS merupakan alat pembangkit listrik berbasis hayati atau
biobased system yang menggunakan sistem sawah, yaitu padi, air, tanah
dan berbagai mikroorganisme didalamnya. BALIST-SIS bukanlah suatu
alat yang berfungsi untuk memasok daya yang sangat besar untuk suatu
kota, melainkan ditunjukkan untuk menyediakan listrik bagi masyarakat
di pedesaan khususnya di pedesaan Indonesia. Kelebihan dari alat ini
adalah biaya yang murah, instalasi mudah, sustainable atau berkelanjutan

Deskripsi

dan didukung oleh negara Indonesia sendiri yang dikenal dengan sebutan

agriculture country. Kelebihan lain dari sistem pembangkit listrik tenaga
sawah ini ialah tidak menimbulkan polusi, yang berarti ramah lingkungan
-baik itu unsur di dalam tanah, suara, udara, bagi tanaman itu sendiri dan
makhluk hidup disekitarnya. Alat ini dapat direalisasikan atau
diaplikasikan dengan mudah dan tidak begitu mahal oleh banyak orang,
tentunya yang memiliki sawah.

Ide dari sistem pembangkit ini adalah ketika kami ingin menggeser peran
Latar Belakang

dari generator yang saat ini merupakan alat yang memiliki efisiensi
tertinggi yang oleh sebab itu generator listrik dipakai oleh hampir seluruh
pembangkit listrik, baik itu berbasis air, uap, nuklir, sampah, biomassa,
1

mikrohidro dan mungkin masih banyak lagi. Padahal jika dilihat,
generator merupakan suatu alat dimana membutuhkan tempat yang besar
untuk digunakan, juga menimbulkan kebisingan yang sangat mengganggu
masyarakat di setiap aktivitas kehidupan. Tempat yang besar ini tentunya
akan mengurangi lahan hijau di setiap area proyek pembangkitan instalasi

listrik. Seperti pohon hutan yang ditebang untuk dijadikan area
pembangkit listrik atau bahkan sawah di perkotaan yang terpaksa harus
dirombak menjadi instalasi listrik berdaya tinggi karena kota yang masih
kekurangan energi listrik.
Dari permasalahan diatas, bisa dilihat betapa terancamnya bumi tercinta
ini apabila sistem hayati seperti tanaman, hewan, protista sampai
arkaebakteria yang ada dalam ekosistem hilang tergeser karena
pembangunan proyek. Yang terjadi adalah ekosistem lainnya ikut
mengalami ketidakseimbangan, baik itu hilangnya keragaman spesies
(walaupun berukuran mikro) sampai struktur bumi sendiri rusak karena
proyek tersebut. Untuk itu timbullah ide luar biasa dari otak kami berdua
untuk membangun alat peng-generate listrik dari kemampuan makhluk
hidup itu sendiri. Makhluk hidup itu adalah mikroba yang ada di dalam
sawah. Mikroba tersebut memiliki peran penting pada medium sawah
dalam menghasilkan energi listrik tanpa mematikan ataupun merugikan
padi maupun ekosistem didalamnya. Dengan menggunakan prinsip
metabolisme dan pertukaran ion pada sistem penghasil listrik berbasis
hayati ini sudah dapat menjawab permasalahan lingkungan terkait
pembangunan instalasi listrik yang mengurangi lahan hijau di muka bumi
ini khususnya di Indonesia.

Lebih dari Itu, fuel atau bahan bakar yang sekarang digunakan adalah
bahan yang diambil dari dalam bumi yang merupakan sisa dari kehidupan
yang telah mati beratus-ratus tahun yang lalu. Sisa kehidupan yang
mengandung karbon tersebut diambil dan dijadikan bahan bakar paling
efisien di dunia ini. Tapi produk dari hasil pembakaran atau pemakaian
bahan bakar tersebut merupakan senyawa berkarbon (karbon monoksida
dan karbon dioksida) yang menyebabkan pemanasan global dan
2

pencemaran lingkungan. Proses penggunaan atau konversi energi tersebut
sama saja dengan memindahkan karbon dari dalam bumi keluar menuju
permukaan bumi, yaitu biosfer. Sedangkan BALIST-SIS bekerja dengan
mendaur ulang karbon yang terdapat di udara (bagian biosfer) menjadi
suatu biomassa yang terus meningkat yang kemudian diproses menjadi
tenaga listrik yang siap dipakai. Pendaur ulangan karbon ini sangat
mengatasi polusi lingkungan yang terjadi saat ini. Dimana telah sangat
banyak mengandung karbon dioksida di udara.

MFC atau singkatan dari microbial fuel cell yang memiliki konsep
penggunaan mikroorganisme pada suatu sistem sebagai bahan bakar

bukanlah sesuatu yang baru, melainkan telah dikaji dan dibahas sejak
tahun 1970-an (Suzuki, 1976; Roller, 1991). Yang pada akhirnya
bermunculan fuel cell lainnya, seperti Plant MFC, Paddy Field-MFC atau
Rice Paddy-Field MFC, sediment MFC dan turunannya yaitu Microbial
Solar Cell (MSC) yang menggunakan sianobakteria dan alga (Fototropik
organisme) dalam produksi listrik dengan menggunakan energi matahari
atau solar (Rosenbaum et al, 2010). Pada MFC secara umum, bahwa
bakteri ataupun mikroba prokariota pada sistem tersebut dapat
memproduksi listrik (Logan dan Regan, 2006; Lovley, 2006).
Dasar Teori

Performa BALIST-SIS dalam menghasilkan daya listrik dipengaruhi oleh
jenis mikroba, jenis tanaman, medium sistem, elektroda, membran
penukar proton dan pH (keasaman). Sistem dibuat pada suatu bidang
berukuran 3 dimensi, Dimana urutan posisi dari atas ke bawah yaitu
tanaman padi (Oriza sativa), katoda (tempat reduksi), PEM (Proton
Exchange Membran) dan anoda (tempat oksidasi). Konsep yang
digunakan alat ini adalah dengan turunan MFC seperti pada PEMFC
(Proton Exchange Microbial Fuel Cell), PMFC (Plant Microbial Fuel
Cell), sMFC (sediment Microbial Fuel Cell), MSC (Microbial Sollar

Cell) dan HFC (Hidrogen Fuel Cell).

Dengan menggabungkan lima

konsep kerja tersebut, BALIST-SIS ini dapat membuat tenaga listrik dari
hasil kerja sama tanaman padi sebagai produksi gula atau makanan
3

dengan mikroba yang memakan makanan dari gula padi. Konsepnya
adalah padi sebagai Plant dan solar, tanah sebagai sediment, mikroba
sebagai microbial (MFC) dan pergerakan proton sebagai HFC dan PMFC
Kunci dari BALIST-SIS ini adalah metabolisme mikroba yang bergantung
hasil fotosintesis padi. Fotosintesis padi dipengaruhi cahaya matahari
(reaksi terang) sehingga diperoleh energi untuk membuat makanan bagi
tanaman melalui siklus Calvin-Benson (reaksi gelap). Setelah makanan
dibuat, sekitar 30-60% materi fotosintat tersebut didistribusikan ke akar,
dan akar sendiri yang akan mengeluarkannya ke rizosfer (Marschnerr,
1995). Sehingga mikroba di dalam tanah atau rizosfer dapat mengambil
energi dari makanan yang digunakan. Substrat makanan ini mulanya
dirombak menjadi senyawa sederhana melalui proses glikolisis di dalam

sitoplasma kemudian dilanjutkan ke proses dekarboksilasi oksidatif dan
siklus Krebs yang juga menghasilkan senyawa berenergi tinggi yaitu
ATP, NADH, dan FADH2. Karena NADH dan FADH2 bukan senyawa
instan penghasil energi maka, kedua senyawa tersebut diolah melalui
rantai transfer elektron (RTE) pada membran sel. Penurunan potensial
elektron dilakukan pada proses RTE ini, hal ini dimaksudkan agar
akseptor elektron tidak menerima energi begitu tinggi. Sedangkan proton
diluar terlalu besar maka timbullan gradien proton yang menyebabkan
proton dari luar membran sel masuk ke dalam melalui ATP sintase. Pada
saat itu juga terjadi reaksi coupling atau bersamaan dengan pembentukan
ATP dari ADP+ dan Pi (Campbell et al., 2011). Rantai transfer elektron
adalah permulaan listrik dihasilkan, yaitu proses mulai bekerja pada
kompleks protein I dimana NADH dioksidasi menjadi NAD+, H+ dan
elektron (De Schamphelaire et al., 2008; Kaku et al., 2008). Elektron yang
dihasilkan akan ditransfer melalui elektroda oksidasi (anoda) sedangkan
H+ dialirkan menuju katoda (tempat reaksi reduksi) melalui membran
penukar proton. Pada katoda terdapat oksigen yang merupakan akseptor
terakhir elektron dan akan bereaksi dengan H+ hasil oksidasi NADH
menghasilkan air (H2O). Pada kasus ini BALIST-SIS bekerja menyerupai
konsep proses rantai transfer elektron pada kompleks protein IV, yaitu

4

tetap menggunakan oksigen sebagai penerima elektron terakhir.
Sebenarnya di dalam membran sel telah terjadi aliran listrik, hanya saja di
sini kami mengambil elektron tersebut keluar dengan cara menggunakan
elektrode berpotensial reduksi lebih tinggi (lebih plus) dibandingkan
potensial penerima elektron selanjutnya yaitu ubikuinon. Dari teori diatas
pembuatan ATP pada mikroba tentu akan mengganggu, karena H+ dan
elektron yang seharusnya menjadi elemen utama sintesis ATP hilang dari
sistem mikroba, yaitu ke sistem elektrode. Tapi Pengurangan produksi
ATP ini tidak akan berpengaruh banyak pada bakteri, hanya saja tumbuh
dan berkembangnya akan lebih lama daripada biasanya.
Dengan menggunakan perhitungan potensial reduksi oksigen dan oksidasi
NADH. Bahwa nilai potensial reduksi oksigen +840 mV dan oksidasi
NADH +320 mV. Rumusnya adalah Ereduksi + Eoksidasi, Sehingga
menghasilkan nilai 1.2 volt. Kemudian dilakukan perhitungan energi
Gibbs dengan rumus ∆G = - n. F. ∆E
Dengan: n=2, F= 96485 Coulomb/mol dan ∆E=1.2 volt. Diperoleh nilai 2.31 x 102 kJ/Coulomb. Nilai minus energi Gibbs menandakan bahwa
reaksi redoks tersebut berlangsung spontan. Tetapi untuk potensial
elektron tidak akan mencapai 1.2 volt pada sistem MFC. Karena terdapat

banyak penghilangan tegangan (gambar 6), yaitu pada membran sel, pada
elektrolit di medium, pada elektrode dan pada membran penukar proton
(Rabaey, K. dan Verstraete W., 2005). Sehingga hasil penelitian didapat
bahwa Potensi tegangan sirkuit terbuka yang telah dideteksi pada sistem
MFC sebesar 750-800 mV (Madigan, 2000). Tetapi secara teori, daya
maksimal yang dikeluarkan oleh PMFC adalah sebesar 3.2 W/m2 plant
growth area (PGA) (Strik, 2011).
Untuk jalur transfer elektron BALISTS-SIS menggunakan Elektroda tipis
berbahan karbon (carbon paper). Karbon memiliki sifat berpori yang akan
meningkatkan luas permukaan dan membuat gaya adesi mikroba terhadap
elektroda meningkat. Permukaan yang akan ditempeli mikroba membuat
elektron langsung mengalir dari membran luar sel (tanpa melalui medium
tanah berair). Elektroda karbon memiliki efektivitas yang lebih baik
5

dibandingkan elektrode logam. Logam memiliki permukaan halus yang
padat (pori sangat halus) dan mudah terkorosi (teroksidasi). Salah satu
penanggulangan jika memakai logam adalah harus stainless Steel
sedangkan harganya menjadi meningkat. Untuk itu dipilihlah elektrode
berbahan karbon sebagai densitas daya terbaik untuk MFC (Dumas et al.,

2007). Anoda di pasang di ruang oksidasi yaitu tempat sedimen risosfer
dan mikroba, sedangkan katoda di tempatkan di ruang reduksi, yaitu udara
bebas (gambar 1).
Proton exchange membrane (PEM) yang diartikan membran penukar
proton merupakan lapisan atau membran yang berfungsi sebagai jalur
proton, khusus proton, termasuk H+. PEM ini menjadi unsur yang penting
agar jalur proton termobilisasi dengan baik menuju oksigen. Karena
diruang anoda tidak terdapat oksigen (anaerob). PEM yang digunakan
pada BALIST-SIS ini adalah Thamrion. Kemampuan membran ini tidak
kalah dengan membran kimia yang telah lama yaitu Nafion. Dengan harga
yang jauh lebih murah dan kemampuan transfer elektron yang baik, maka
terpilihlah Thamrion sebagai PEM sistem ini.
Medium yang diguanakan adalah sawah, terdiri atas tanah atau
sedimen, air dan mikroba prokariot dan makhluk hidup lainnya. Tanah
adalah campuran dari mineral, bahan organic, gas, cairan dan mikroba
yang merupakan lapisan di bumi yang dapat menyokong kehidupan
tanaman. Tanah memiliki 4 fungsi utama yaitu medium pertumbuhan
tanaman, penyimpanan air, suplai dan pemurnian, dan modifikasi
atmosfer tanah (Ward, 2008). Lapisan tanah paling atas merupakan
lapisan tanah yang paling subur karena mengandung humus, campuran

tanah yang sangat banyak mengadung bahan organik dan mikroba dan
baik untuk pertumbuhan tanaman. Partikel-partikel di dalam tanah dapat
berpindah-pindah tergantung dari muatannya, tanah yang berair akan
memiliki tingkat kemudahan dari partikel di dalamnya untuk berpindah
(David, 1982). Tanaman dan mikroba di dalam tanah memiliki banyak
simbiosis baik yang saling menguntungkan maupun tidak. Hubungan ini
akan menjalankan aliran energi di dalam tanah (Nyle, 1984)
6

Arus listrik dapat dihasilkan ketika ada beda potensial muatan di salah
satu sisi sistem yang kemudian perbedaan muatan tersebut akan berkurang
dan terus berkurang sehingga mencapai keseimbangan yang ditandai tidak
ada lagi arus yang mengalir (∆G=0). Sesuai teori atom bahwa hanya
elektron yang dapat melakukan perpindahan antar orbit atom, maka aliran
arus listrik disebabkan karena perpindahan elektron dari satu sisi negatif
ke satu sisi yang lebih positif (lebih sedikit elektron). Semakin banyaknya
perbedaan muatan semakin tingginya juga nilai perbedaan potensial.
Selama ini banyak yang tidak mengetahui ternyata makhluk hidup juga
menghasilkan arus listrik, hanya saja nilai dari energi listrik tersebut
sangat kecil sehingga saraf sensoris tubuh mengabaikannya. Begitu juga

dengan sel, bakteri dan mikroba lain adalah penghasil listrik. Memang
arus listrik yang dihasilkan adalah kecil tetapi tidakkah kita berpikir
bahwa ukuran mikroba juga kecil, ukuran mereka hanya berkisar 0.2 um x
0.1um x 0.1 um. Jika kita mengakumulasi listrik yang dihasilkan dari
koloni jumlah mereka (seluruh mikroba di dalam sistem) daya listrik yang
dihasilkan akan mencapai 83 watt/m3 (Clauwaert et al., 2007)
Inverter merupakan alat yang mengubah sinyal listrik DC (Direct
Current) menjadi AC (Alternating Current) sekaligus meningkatkan
tegangan listrik. Karena daya bergantung murni pada sumber listrik,
otomatis kami tidak dapat menaikkan tegangan BALIST-SIS yang
diketahui dari jurnal mencapai 83 watt/m3. Untuk dapat meningkatkannya
menjadi 1000 atau bahkan 5000 watt, pastinya diperlukan lahan yang
cukup besar. Sedangkan untuk menaikkan tegangan, sirkuit atau sistem
alat ini dipasang seri. Untuk menaikkan arus listrik yang mengalir sistem
kami buat paralel. Akhirnya sistem pun kami buat seri agar menghasilkan
tegangan tertentu dan dari sistem seri tadi dibuat beberapa sistem seri lagi
dengan jumlah yang sama, yang kemudian disusun secara paralel atau
sebaliknya. Dengan begitu diharapkan daya akan meningkat.

7

Tentunya produk BALIST-SIS ini tidak semata-mata dihasilkan murni
dari pemikiran kami. Kombinasi dari jurnal-jurnal terkait dan realisasi
produk yang sudah ada serta kenyataan situasi bumi yang menjadikan
BALIST-SIS

ini

ada

dipikiran

kami.

Inovasinya

adalah

kami

menggunakan medium sawah yang sebagian besar kontur bumi pertiwi ini
cocok dijadikan sawah ataupun sawah yang sudah ada memiliki jutaan
hektar jika diestimasi. Serta pembaharuan lain adalah kita tidak
berlandaskan konversi energi mekanik menjadi energi listrik seperti pada
turbin dan generator, tapi konversi energi kimia menjadi energi listrik
yang ditampung dan kemudian disesuaikan bentuk dan ukuran energi
listrik tersebut untuk konsumen dan peralatan listrik yang sudah ada.
Inovasi lain adalah kami menerapkan 3 bidang keilmuan sekaligus yakni,
bioelektrokimia (biologi-elektro-kimia)
Inovasi
Kemudian penggunaan pupuk pada tanaman padi ini menjadi suatu
pembaharuan atau inovasi dari BALIST-SIS, karena pupuk ini merupakan
senyawa intermedia yang memediasi kecepatan metabolisme tanaman
padi dan mikroba. Tanaman padi akan memiliki fotosintesis yang baik
dan menghasilkan cadangan makanan dan zat buangan yang kemudian zat
buangan tersebut yang akan dikonsumsi mikroba, mikroba akan tumbuh
dan berkembang biak seiring meningkatnya substansi makanan dari
tanaman. Sehingga dari hubungan itu tercipta simbiosis mutualisme antara
padi dan mikroba di dalam sawah. Listrik yang dihasilkan akan
berlangsung sustainable selama padi dan mikroba masih ada. Pupuk
hanya digunakan dalam penentuan kecepatan aktivitas metabolik.
Sedangkan pupuk yang kami gunakan adalah EM4 yang merupakan
bakteri starter fermentasi.

Mikroba yang ada pada tanah di sawah akan menghidrolisis dan memecah
Prinsip Kerja

bahan organik dari tanaman padi terutama sel-sel mati dan buangan
organik dari akar (eksudat) tak terpakai lainnya dengan menggunakan
reaksi fermentasi (karena ruang tanpa oksigen, anaerob). Perbedaan
8

potensial elektron dan proton akan terjadi pada membran sel mikroba
setelah mereka mengonsumsi bahan organik tanaman padi dan sesaat
konversi NADH dan FADH2 menjadi ATP berlangsung. Hasil akhir dari
metabolisme mikroba anaerob ini adalah NAD+, H+ dan elektron. Elektron
ini akan diterima oleh anoda dan dialirkan ke media penampungan.
Kemudian proton berupa H+ akan bergerak menuju PEM untuk bereaksi
dengan Oksigen (O2) dan elektron membentuk air (H2O) pada ruang
reduksi.
Mikroba yang ada adalah berbagai jenis karena tiap mikroba
mengkonsumsi bahan organik yang berbeda sehingga tiap mikroba akan
berkontribusi pada penghasilan listrik. Mekanisme yang terjadi dalam
keadaan anaerob sehingga menyebabkan tanaman padi akan membentuk
struktur penyimpan oksigen di akarnya yang akan meningkatkan buangan
organik sehingga dapat memberi makan mikroba lebih banyak dan akan
menghasilkan listrik lebih tinggi. Setelah seluruh elektron dikumpulkan
dari sawah oleh sebuah media penampungan energi listrik secara seri
(untuk mencapai tegangan tinggi) kemudian secara paralel (untuk
mencapai arus tinggi). Kemudian energi listrik ini dihubungkan dengan
inverter untuk mengubah bentuk arus searah (DC) menjadi arus bolakbalik (AC) dan berpotensial tinggi. Kami menggunakan inverter yang
mengubah potensial 12 VDC (Voltage Direct Current) menjadi 220 VAC
(Voltage Alternative Current). Output dari BALIST-SIS ini adalah listrik
bertegangan 220 VAC yang siap dikonsumsi oleh warga pedesaan yang
mayoritas adalah petani di sawah.
Untuk peningkatan produksi daya dari BALIST-SIS ini digunakan EM4
yang berfungsi sebagai katalis aktivitas reaksi. Selain itu digunakan
produk starter bakteri hidup kemasan untuk memperbanyak jumlah dari
bakteri dan mikroba yang ada sehingga diharapkan akan meningkatkan
aktivitas metabolisme.

9

Gambar 1. Desain 3 dimensi BALIST-SIS single
Skema-Desain

Gambar 2. Desain 3 dimensi BALIST-SIS skala besar
Setting seri dan paralel 5x5 sis (sistem)
1
0

Gambar 3. Skema sistem BALIST-SIS

Gambar 4. Skema jalur aliran elektron BALIST-SIS

08 Januari 2015
Dosen Pembimbing

Ketua Tim

5DPDGKDQL(ND3XWUD3K'

Ganjar Abdillah Ammar

1
1

Lampiran 1
Proses aliran elektron sistem BALIST-SIS

Gambar 5. Proses sistem aliran elektron dan senyawa fotosintat padi serta senyawa
metabolit mikroba

1
2

Lampiran 2
Diagram penurunan potensial elektron di dalam sistem MFC

Gambar 6. Pengurangan potensial selama proses transfer elektron dalam MFC

1
3

Lampiran 3
Referensi
1. Brady, Nyle .1984. The Nature and Properties of Soils (9th ed.). USA: Macmillan Publishing Co.
2. Campbell, Reece, J.B., Urry, L.A., Cain, M.L., Wasserman, S.A., Minorsky, P.V., Jackson,
R.B., 2011. Biology 9th Edition. 125-205
3. Clauwaert, P., Van der Ha, D., Boon, N., Verbeken, K., Verhaege, M., Rabaey, K.,
Verstraete, W., 2007. Open air biocathode enables effective electricity generation with
microbial fuel cells. Environ. Sci. Technol. 41, 7564-7569.
4. Chesworth, Ward, ed. 2008. Encyclopedia of soil science. Dordrecht, Netherlands: Springer
5. De Schamphelaire, L., Bossche, L.V.D., Dang, H.S., Höfte, M., Boon, N., Rabaey,
K.,Verstraete, W., 2008. Microbial fuel cells generating electricity from rhizodeposits of rice
plants. Environ. Sci. Technol. 42, 3053–3058.
6. Dumas, C., Mollica, A., Feron, D., Basseguy, R., Etcheverry, L., Bergel, A., 2007. Marine
microbial fuel cell: use of stainless steel electrodes as anode and cathode materials.
Electrochim. Acta 53, 468–473
7. Jones, D.L. (1998). Organic acids in the rhizosphere- a critical review. Plant soil 205:25-44.
8. Logan BE, Regan JM (2006) Electricity-producing bacterial communities in microbial fuel
cells. Trends Microbiol. 14, 512-518.
9. McCarthy, David F. 1982. Essentials of Soil Mechanics and Foundations: Basic Geotechnics (2nd
ed.). Reston, Virginia: Reston Publishing

10. Madigan, M.T. et al. (2000). Brock Biology of Microorganisms, Prentice Hall
11. Marschener, H. (1995) Mineral nutrition of higher plants, 2nd edition. Academic press,
London.

1
4

12. Niessen, J.; Schröder, U.; Rosenbaum, M.; & Scholz, F. (2004). Fluorinated polyanilines as
superior materials for electrocatalytic anodes in bacterial fuel cells. Electrochem. Commun.
6, 571–575.
13. Oller, S.D. et al. (1984) Electron-transfer coupling in microbial fuelcells.1. Comparison of
redox-mediator reduction rates and respirator rates of bacteria. J. Chem. Technol.
Biotechnol. B Biotechnol. 34, 3–12
14. Rabaey, K. dan Verstraete W., 2005. Microbial Fuel Cells: novel biotechnology for energy
conservation, Trends in Biotechnology. 23. 291-293
15. Strik DPBTB, Timmers RA, Helder M, Steinbusch KJJ, Hamelers HVM, Buisman CJN.
Microbial solar cells: applying photosynthetic and electrochemically active organisms.
Trends Biotechnol 2011;29:41–9.
16. Suzuki, S. (1976) Fuel cells with hydrogen-forming bacteria. Hospitalhygiene,
Gesundheitswesen und desinfektion, 15

1
5

Dokumen yang terkait

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Dampak Kecelakaan Pembangkit Tenaga Nuklir Fukushima Daiichi Terhadap

0 15 13

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI (PTKLN) BERDASARKAN PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NO.2 TAHUN 2004 BAB II PASAL 2 DI KABUPATEN BONDOWOSO (Studi Kasus pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupa

3 68 17

IbM Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Menuju Desa Mandiri Energi

25 108 26

Pengaruh PDB, Investasi, dan Jumlah Unit Usaha terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Periode 2000-2011

1 22 123

Tinjauan Atas Prosedur Pelaksanaan Pencatatan Persediaan material Pada PT. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkit Saguling

11 80 36

Daya Tarik Isi Pesan Majalah Dinding "Layanan Informasi Oleh Humas Pusat Pengembangan Dan Pembedayaan Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (P4TK IP) Bandung Terhadap Motivasi Perolehan Informasi Karyawannya

0 12 1

Analisis Sistem Informasi Databse Di Jabatan Fungsional Instalasi Multimedia Di Balai Pelatihan Dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK) Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat

1 16 61

Analisis Perencanaan Pengendalian Persediaan Komponen Tiang Listrik Besi Tipe 9 Meter Dengan Model Gabungan Economic Order Quantity dan Just In Timed PT.PLN (PERSERO) Pusharlis Unit Workshop dan Pemeliharaan III- Bandung

2 29 1

Aplikasi Manajemen Informasi Rekening Listrik pada PT. PLN (Persero) UPJ Cimahi Kota

0 12 1