Purpose of Practising Kammatthana Meditation

2. Vipassana kammatthana

Memiliki atribut-atribut ini tetap tidak akan menjamin/

1. Samatha kammatthana

membawa ke kebebasan dari ketidakpuasan kehidupan, usia tua, Latihan samatha kammatthana akan mengembangkan faktor

kematian dan seterusnya. Kematian seseorang yang mamiliki batin atas delapan pencapaian duniawi (lokiya samapatti) yang

jhana secara utuh akan menyebabkan tumimbal lahir di alam para terdiri dari 4 jenis rupa jhana dan 4 arupa jhana. Latihan yang

brahma yang jangka waktu kehidupannya sangat panjang; bisa berulangkali atas kondisi di dalam jhana ini akan membawa lima

satu usia dunia atau dua kali atau empat kali atau delapan kali kemahiran batin duniawi luar biasa (abhinna 5) sebagai berikut

usia dunia dan seterusnya, sesuai kasus per kasus. Iddhi vidha abhinna: kekuatan dari satu menjadi banyak

2. Vipassana kammatthana

dan dari banyak menjadi satu lagi. Kekuatan untuk Melalui latihan vipassana kammatthana seseorang dapat menembus dinding atau gunung tanpa rintangan, seolah di

merealisasi nibbana dan memenangkan kebebasan mutlak dari udara. Kekuatan untuk berjalan di atas air tanpa tenggelam,

penderitaan kehidupan.

seolah seperti berjalan di atas tanah. Kekuatan untuk memasuki/menyelam ke dalam tanah dan muncul lagi di

Vipassana kammatthana dibagi menjadi dua sub bagian, yaitu : permukaan tanah, seolah seperti ke/ dari dalam air. Kekuatan untuk terbang dengan kaki bersila ke angkasa, seolah seperti

Samattha yanika, seseorang yang mengambil dasar burung yang memiliki sayap. Kekuatan untuk menyentuh

permulaan latihan samatha kammatthana untuk merealisasi matahari dan bulan dengan menggunakan tangan.

nibbana .

Dibba sota abhinna: Telinga dewa, kekuatan untuk Suddha vipassana yanika, seseorang yang secara langsung mendengarkan suara baik suara manusia maupun makhluk

melatih vipassana kammatthana untuk merealisasi nibbana, surgawi, jauh maupun dekat.

tanpa melalui awal samatha kammatthana.

Sepuluh Asubha terdiri dari:

1. Sebuah mayat membiru (vinilaka)

Empat Puluh

2. Sebuah mayat membengkak (uddhumataka)

3. Sebuah mayat terinfeksi/bernanah (vipubbaka)

Objek Meditasi

4. Sebuah mayat terbelah dua (vicchiddaka)

5. Sebuah mayat yang telah digigit binatang buas (vikkhayittaka)

Di dalam naskah, terdapat empat puluh obyek meditasi,

6. Sebuah mayat yang terserak hancur (hatavikkhittaka) beberapa di antaranya dapat digunakan sebagai latihan dasar

7. Sebuah mayat yang terpotong-potong dan berserakan samatha untuk melaksanakan latihan vipassana. Empat puluh

(vikkhittaka)

objek meditasi itu adalah :

8. Sebuah mayat yang berdarah (lohitaka)

1. 10 kasina (alat perenungan)

9. Sebuah mayat yang terinfeksi cacing/belatung (puluvaka)

2. 10 asubha (ketidakmurnian)

10. Sebuah tengkorak (atthika)

3. 10 anussati (perenungan)

4. 4 brahma vihara (sikap batin luhur)

Sepuluh Anussati terdiri dari:

5. 4 arupa (tahapan arupa jhana)

1. Perenungan terhadap kualitas-kualitas Buddha

6. 1 ahare patikula sanna (perenungan atas makanan yang

(Buddhanusati)

menjijikan)

2. Perenungan terhadap kualitas-kualitas Dhamma

7. 1 catu dhatu vavatthana (analisis empat unsur)

(Dhammanussati)

3. Perenungan terhadap kualitas-kualitas Sangha

Sepuluh kasina terdiri dari:

(Sanghanussati)

1. Kasina tanah (pathavi)

4. Perenungan terhadap kemoralan seseorang (silanussati)

2. Kasina air (apo)

5. Perenungan terhadap kemurah-hatian seseorang

3. Kasina api (tejo)

(caganussati)

4. Kasina udara (vayo)

6. Perenungan terhadap kualitas untuk tumimbal lahir sebagai

5. Kasina warna biru gelap (nila) dewa (devatanussati), yaitu keyakinan teguh (saddha),

6. Kasina warna kuning (pita) kemoralan (sila), kemauan belajar dan mendengarkan

7. Kasina warna merah darah (lohita) Dhamma (suta), kemurah-hatian (cage) dan kebijaksanaan

8. Kasina warna putih (odata)

(panna)

9. Kasina cahaya (aloka)

7. Perenungan terhadap Nibbana (upasamanussati)

10. Kasina ruang terbatas (akasa)

8. Perenungan akan kepastian kematian (marananussati)

9. Perenungan atas 32 (tiga puluh dua) bagian tubuh (kayagatasati), seperti : rambut, bulu tubuh, kuku, gigi, 9. Perenungan atas 32 (tiga puluh dua) bagian tubuh (kayagatasati), seperti : rambut, bulu tubuh, kuku, gigi,

10. Perenungan terhadap kaluar dan masuknya nafas (anapanasati)

Empat brahma vihara terdiri dari:

1. Cinta kasih yang universal terhadap semua makhluk (metta)

2. Belas kasih terhadap makhluk menderita (karuna)

3. Simpati atas keberhasilan / pencapaian makhluk lain (mudita)

4. Keseimbangan batin sempurna (upekkha) “ ..... Berdiam dengan batin yang dipenuhi oleh cinta kasih uni-

versal yang diarahkan ke arah pertama, kemudian ke arah kedua. Kemudian ke arah ketiga. Kemudian ke arah keempat, demikan pula, ke atas, ke bawah, dan ke sekeliling dan ke segala penjuru kepada semua makhluk, seperti terhadap dirinya. Ia memancarkan ke segenap dunia dengan batin dipenuhi oleh cinta kasih univer- sal, batin yang lapang, berkembang, tanpa batas, terbebas dari kebencian dan niat jahat ……. dengan batin yang dipenuhi oleh belas kasihan, oleh sikap simpati terhadap pencapaian/ keberhasilan mahluk lain, dan oleh keseimbangan yang sempurna ......” (Jivaka Sutta, Majjhima Nikaya, Sutta Pitaka).

Empat arupa, terdiri dari:

1. Berdiam dalam permenungan atas kondisi ruangan yang tanpa batas (akasanancayatana)

2. Berdiam dalam permenungan atas alam kesadaran yang tak terbatas (vinnanancayatana)

3. Berdiam dalam permenungan atas alam kekosongan (akincannayatana)

4. Berdiam dalam permenungan atas kondisi alam bukan pencerapan juga bukan pencerapan (nevasannanasannayaatana) 4. Berdiam dalam permenungan atas kondisi alam bukan pencerapan juga bukan pencerapan (nevasannanasannayaatana)

Deskripsi Singkat Latihan

kelambanan batin).

4. Batin sering tidak stabil serta gelisah, dan batin

Samatha Kammatthana

sering khawatir dalam merenungkan dalam merenungkan perbuatan buruk melalui ucapan dan tindak-tanduk jasmani yang telah lampau. Ini adalah

1. Pathavi kasina kammattha dan pencapaian jhana

uddhaca kukkucca nivarana (rintangan batin Seseorang yang mengambil objek meditasi dengan memilih

kegelisahan dan kekhawatiran).

kasina tanah (pathavi kasina) untuk permenungannya. Seyogyanya

5. Batin sering memikirkan “apakah metode memperhatikan sebongkah tanah di atas tanah atau alat berupa

yang sedang dilakukan ini adalah sebuah metode segumpal tanah yang merenungkannya dengan mengatakan di

yang benar. Apakah metode ini dapat membawa dalam batin: “pathavi, pathavi, pathavi” atau “tanah , tanah ,

hasil yang bermanfaat. Apakah ada kesempatan tanah”. Setelah merenungkan berulang kali untuk sejumlah waktu

untuk meraih hasil yang baik.” Ini adalah tertentu, gambaran alat-tanah yang kuat dan jelas akan muncul di

vicikiccha nivarana (rintangan batin keraguan dalam batin seolah-olah dilihat langsung oleh indera penglihatan

skeptis).

(mata). Penampilan gambaran batin ini disebut uggaha nimitta (bayangan yang diperoleh). Segera setelah bayangan (nimitta) ini

Kelima rintangan (nivarana) ini seyogyanya dipotong segera menjadi kuat dan stabil di dalam batin, ia dapat pergi ke mana

setelah mereka muncul dan batin seyogyanya kembali mengambil pun dan mengambil posisi apa saja, baik posisi duduk, berjalan,

objek ‘ugghana nimitta’ misalnya dengan merenungkan sebagai: berdiri atau berbaring. Ia seyogyanya kemudian melanjutkan untuk

‘pathavi, pathavi, pathavi’ atau ‘tanah, tanah, tanah’. Apabila batin merenungkan uggaha nimitta itu dengan mengatakan dalam batin

kehilangan ugghana-nimitta sebagai objek, maka ia seyogyanya “pathavi, pathavi, pathavi” atau “tanah, tanah, tanah”. Selama

kembali ke tempat asal alat-tanah itu dan melakukan perenungan waktu meditasi ini dapat terjadi bahwa batin tidak tetap terfokus

lagi: ‘pathavi, pathavi, pathavi’ atau “tanah, tanah, tanah” seperti pada objeknya namun sering kali mengembara/melayang-layang

yang dilakukan pada permulaan latihan. Kemudian ia seyogyanya mengalami objek lainnya dalam hal-hal sebagai berikut:

kembali ke tempat yang sama dan melanjutkan dengan

1. Batin sering berpikir akan objek-objek yang permenungan di dalam berbagai posisi tubuh, baik duduk, berdiri, diinginkan nafsu indera. Ini adalah kamacchanda

berbaring maupun berjalan.

nivarana (rintangan batin keinginan nafsu indera).

2. Batin sering bercokol pada pikiran-pikiran sedih Dengan melakukan permenungan demikian terhadap objek dan marah. Ini adalah vyapada nivarana (rintangan

uggaha nimitta secara berulang-ulang dalam waktu yang cukup batin keinginan jahat/niat buruk).

lama, objek tersebut akan 'terlihat' jelas dan mirip penampilan

3. Terdapat kekenduran di dalam meditasi dan kristal tidak seperti penampakan awalnya. Ini disebut 'patibhaga 3. Terdapat kekenduran di dalam meditasi dan kristal tidak seperti penampakan awalnya. Ini disebut 'patibhaga

Dengan melihat ketidakpuasan yang terdapat di dalam ‘piti’ ‘upacara samadhi’ dengan objeknya patibhaga nimitta, batin

ia melanjutkan dengan perenungannya untuk mengatasi piti dan mencapai satu keadaan seolah tenggelam ke dalam objek dan

berhasil mencapai tahap jhana ketiga yang kondisi faktor batin berdiam secara menetap di dalamnya. Tahap ketetapan dan

paling menonjolnya ada dua, yaitu sukha dan ekaggata. kestabilan batin ini dikenal sebagai 'appana samadhi' (konsentrasi pencapaian). Terdapat empat jenis Appana

Dengan melihat ketidakpuasan yang terdapat di dalam samadhi untuk rupa jhana, yaitu:

‘sukha’ ia melanjutkan dengan perenungan untuk mengatasi faktor batin sukha tersebut dan berhasil mencapai tahap jhana keempat

a. Jhana pertama yang kondisi faktor batin paling menonjolnya ada dua, yaitu

b. Jhana kedua

‘upekkha’ (keseimbangan) dan ekaggata.

c. Jhana ketiga

d. Jhana keempat Inilah diskripsi singkat cara untuk merenungkan pathavi kasina dan pengembangan bertahap keempat tingkat jhana. Hal Di dalam jhana pertama lima faktor batin yang hadir

yang sama dapat dilakukan untuk kasina yang lain. secara nyata adalah:

a. Faktor batin yang berfungsi dalam penerapan/ Di dalam hal seseorang yang memilih salah satu pokok perenungan awal/pengarahan terhadap objek (vitakka)

meditasinya ‘asubha’ sebagai subjek konsentrasinya, ia

b. Faktor batin yang berfungsi dalam penerapan seyogyanya melihat ke arah seonggok mayat membengkak, atau penambatan terhadap objek (vicara)

mayat membiru, dan seterusnya, dan merenungkan dengan

c. Faktor batin yang berfungsi dalam menimbulkan suka mengatakan di dalam batin 'mayat membengkak, mayat cita/kegiuran (piti)

membengkak,' 'mayat membiru, mayat membiru', dan seterusnya.

d. Faktor batin yang berfungsi dalam menimbulkan Ia seyogyanya kemudian melaksanakan perenungan di dalam cara kegembiraan (sukkha)

yang sama seperti kasus pathavi kasina. Perbedaan yang ada adalah

e. Faktor batin yang berfungsi dalam konsentrasi terfokus bahwa perenugan subjek asubha hanya akan mengantarkan untuk kuat terhadap objek (ekaggata)

pencapaian tingkat jhana pertama.

Seseorang yang telah mencapai tahap jhana pertama dan Perenungan terhadap 32 bagian tubuh, (kayagata sati) juga ahli, melihat ketidakpuasan di dalam dua faktor batin pertama

hanya akan mengantarkan untuk pencapaian tingkat jhana di atas, yaitu vitakka dan vicara, melanjutkan lagi melakukan

pertama.

perenungan untuk mengatasi kedua faktor batin tadi, dan berhasil mencapai tahap jhana kedua, yang kondisi faktor batin

Delapan perenungan yang terdiri dari Buddhanussati sampai Delapan perenungan yang terdiri dari Buddhanussati sampai

Rintangan ini seyogyanya tidak diikuti lebih lanjut, namun membawa hanya sampai tahap upacara samadhi.

perhatian seyogyanya dikembalikan ke titik sentuh dan merenungkan kembali sebagai “masuk, keluar, masuk, keluar”

Tiga dari empat brahma vihara, yaitu metta, karuna dan sesuai aktivitas nafas masuk dan nafas keluar. mudita akan membawa sampai dengan tingkat jhana ketiga, namun seseorang yang telah melakukan meditasi melalui

Dengan cara berkesinambungan mengamati titik sentuhan perenungan satu dari tiga brahma vihara ini yang telah mencapai

dan melaksanakan perenungan:

tingkat jhana ketiga, juga akan mencapai tingkat jhana keempat

a. Nafas masuk dan nafas keluar yang panjang menjadi jelas dengan melaksanakan perenungan brahma vihara keempat, yaitu

teramati ketika mereka panjang.

upekkha .

b. Nafas masuk dan nafas keluar yang pendek menjadi jelas teramati ketika mereka pendek.

c. Setiap rangkaian nafas masuk dan nafas keluar yang permenungan kasina, akan mencapai tingkat-tingkat 4 arupa jhana

Mereka yang telah mencapai tingkat jhana keempat melalui

lembut pada awal, pertengahan dan akhirnya menjadi jelas dengan merenungkan empat arupa secara berurutan.

teramati dari titik sentuhan ujung hidung hingga ke tempat nafas itu meninggalkan hidung, dan

2. Anapanasati Kammatthana

d. Perubahan bertahap dari nafas masuk dan keluar yang Seseorang yang memilih anapanasati sebagai subjek

kuat ke nafas masuk dan keluar yang lebih halus menjadi perenungan seyogyanya tinggal di tempat yang sunyi dan duduk

jelas teramati.

dengan kaki bersila atau di dalam cara yang nyaman sehingga dapat duduk di dalam jangka waktu yang cukup lama, dengan

Sejalan dengan nafas masuk dan keluar menjadi lebih halus badan yang tegak, dan kemudian menetapkan perhatiannya pada

dan lebih halus lagi, maka nafas tersebut akan ‘tampak’ seolah celah/lubang hidung. Ia kemudian akan mengetahui secara jelas

nafas tersebut padam total. Di dalam kasus seperti ini, umumnya sensasi sentuhan di ujung hidung atau di sisi sebelah atas bibir,

waktu terbuang untuk mencari objek nafas masuk dan nafas keluar yang disebabkan oleh kontak berkesinambungan dari aliran nafas

dengan mencoba meneliti penyebab padamnya nafas dan akhirnya masuk dan keluar. Aliran ini seyogyanya diamati pada titik

tetap sia-sia tanpa melaksanakan perenungan. Namun demikian, sentuhannya dan direnungkan dengan mengatakan dalam batin:

janganlah membuang waktu dengan cara demikian; apabila batin “keluar, masuk, keluar, masuk” pada setiap aktivitas nafas masuk

dengan penuh perhatian kembali tetap mengamati titik sentuhan dan nafas keluar. Batin seyogyanya tidak pergi bersama aliran itu,

pada ujung hidung atau sisi bibir sebelah atas maka aliran nafas baik perjalanan nafas masuk maupun perjalanan nafas keluar,

masuk dan keluar yang halus akan ‘tampak’ lagi dan akan tercerap namun seyogyanya tetap pada titik sentuhan tadi.

dengan sangat jelas.

Selama di dalam perenungan, akan terdapat banyak Dengan terus-menerus merenungkan nafas masuk dan nafas Selama di dalam perenungan, akan terdapat banyak Dengan terus-menerus merenungkan nafas masuk dan nafas

Untuk orang tertentu, nafas masuk dan nafas keluar 'tampak' seperti sebuah bintang atau sebuah permata atau sebuah berlian, bagi yang lainnya dengan sebuah sentuhan kasar seperti dari kain sutera, atau sebuah tonggak terbuat dari hati kayu, bagi yang lainnya mirip benang panjang terurai atau sekuntum bunga atau segumpal asap rokok, sedangkan bagi yang lainnya mirip sebuah sarang laba-laba atau sebuah lapisan awan atau sekuntum bunga teratai atau sebuah roda kereta atau sebuah piringan bulan atau matahari. Dinyatakan bahwa keragaman bentuk atau objek bayangan itu disebabkan oleh perbedaan (sanna) individu yang mengalaminya. Bentuk objek yang khusus ini adalah “patibhaga nimitta ”. Konsentrasi (samadhi) yang kemudian dikembangkan dengan 'patibhaga nimitta' sebagai objeknya, disebut ‘upacara samadhi ’. Dengan secara berkesinambungan merenungkan dibantu oleh upacara samadhi maka tingkat appana samadhi dari tahapan 4 rupa sebagai dasar untuk merealisasi nibbana.

Mereka yang berhasrat untuk melatih vipassana seyogyanya pertama-tama dibekali dengan seperangkat pengetahuan, proses perubahan yang terus-menerus; oleh karena itu jasmani dan batin tidak kekal, tidak memuaskan dan tidak mengandung kepemilikan/ keakuan/‘atta’.

satu keteraturan pada setiap saat perenungan bahwa jasmani dan batin merupakan dua hal yang berbeda yang bekerja sama. Juga

Deskripsi Singkat Latihan

dapat dicerap bahwa objek dan batin yang secara langsung mengetahui objek tersebut, muncul dan padam pada setiap saat

Vipassana Kammatthana

perenungan. Oleh karena itu, dimengerti bahwa jasmani dan batin terbukti dengan jelas tidak kekal, bahwa mereka tidak memuaskan, tanpa kualitas atau keberadaan yang menyenangkan, dan bahwa

1. Samatha yanika

mereka semata-mata merupakan proses muncul dan padam dari Seseorang yang telah cukup pengetahuannya seperti

segala sesuatu yang tidak mengandung 'atta' (jiwa atau keberadaan disebutkan di atas seyogyanya pertama-tama berada di dalam jhana

kekal). Dengan perkembangan penuh dari pengetahuan langsung yang telah dicapainya dan kemudian merenungkannya.

ata “annica, dukkha, anatta” terealisasilah pengetahuan bijaksana akan magga, phala dan nibbana.

Ia seyogyanya kemudian melanjutkan dengan merenungkan secara berkesinambungan sensasi-sensasi, seperti melihat,

Inilah deskripsi singkat latihan dengan cara ‘samatha yanika’ mendengar, mencium bau, mengecap rasa, mengetahui sentuhan,

untuk tujuan merealisasi nibbana.

dan seterusnya sebagaimana mereka muncul dengan jelas pada salah satu dari enam pintu indera. Apabila ia merasa lelah atau

2. Suddhavipassana Yanika

bosan dengan melaksanakan terus-menerus perenungan akan Di bawah ini, adalah diskripsi singkat latihan dengan cara beragam objek (pakinnakasankhara) ia seyogyanya memasuki

‘suddha vipassana yanika’.

jhana lagi dengan menetapkan tekad yang kuat bahwa jhana tersebut akan berlangsung selama 15 atau 30 menit. Apabila

Dengan pengetahuan cukup seperti yang disebutkan di atas, keadaan jhana telah berlalu ia seyogyanya kemudian segera

seseorang yang berhasrat untuk latihan ‘vipassana’ seyogyanya merenungkan keadaan jhana tadi dan kemudian dilanjutkan

menetap di tempat sunyi dan duduk dengan kaki bersila atau dalam dengan merenungkan secara berkesinambungan sensasi-sensasi

cara yang nyaman sehingga ia dapat duduk dalam waktu yang indera sebagaimana mereka muncul pada saat salah satu dari enam

cukup lama, dengan badan tegak, dan kemudian merenungkan pintu indera. Prosedur bergantian dari memasuki keadaan jhana

dengan memusatkan perhatiannya terhadap fenomena jasmani dan dan kemudian dilanjutkan dengan perenungan sensasi indera pada

batin yang diketahui sebagai ‘upadanakkhandha’, dan yang secara enam pintu indera seyogyanya dilakukan dengan berulang kali.

jelas muncul di dalam tubuhnya. Fenomena-fenomena ini Apabila vipassana samadhi telah cukup kuat, ia akan dapat

seyogyanya secara berkesinambungan direnungkan pada setiap melaksanakan perenungan berkesinambungan siang dan malam

saat kemunculannya.

tanpa merasa terhambat. Upadanakkhandha adalah semua yang secara jelas dicerap Pada tingkat ini dapat dicerap dengan sangat jelas sebagai

pada saat melihat, mendengar, mencium bau, mengecap, pada saat melihat, mendengar, mencium bau, mengecap,

indera penglihatan ('mata').

Pada saat melihat, objek penglihatan dan indera Dengan cara yang sama, kelima upadanakkhandha dicerap pengelihatan/'mata', keduanya dicerap. Keduanya itu merupakan

dengan jelas pada saat mendengar suara melalui indera kelompok materi (rupa). Mereka bukanlah menyenangkan, bukan

pendengaran, mencium bau melalui indera penciuman, mencerap pula ‘atta’ dan bukan ‘orang’. Mereka yang tidak merenungkan

rasa kecapan melalui indera pengecapan, mengetahui sensasi pada saat kemunculannya tidak akan mengerti bahwa 'mereka

sentuhan melalui indera sensasi sentuhan, mengetahui objek batin segera padam dan tidak kekal', bahwa mereka 'muncul dan padam

melalui indera pikiran. Namun demikian di dalam kasus objek tanpa henti dan oleh karenanya tidak memuaskan', bahwa mereka

batin, mungkin dialami unsur batin maupun unsur fisik/materi. bukan ‘atta’ bukan pula keberadaan hidup, namun anatta di mana mereka merupakan subjek bagi sebab dan akibat di dalam proses

Walaupun fenomena jasmani dan batin muncul dengan jelas muncul dan padam. Dikarenakan materi menjadi objek

pada saat melihat, mendengar dan seterusnya melalui pintu indera kecenderungan kekeliruan dan kemelekatan, maka mereka disebut

yang bersesuaian, tidaklah mungkin bagi seorang pemula untuk ‘upadanakkhandha’ atau ‘kelompok yang menimbulkan

merenungkannya di dalam urutan kemunculannya pada saat kemelekatan’.

memulai latihan vipassana. Di dalam vipassana, latihan dimulai dengan merenungkan hal khusus, objek yang paling mudah hadir

Kesadaran melihat (cakkhu vinnana), perasaan (vedana), di dalam jasmani. Mirip seperti di sekolah, sebagai ketentuan pencerapan (sanna) akan objek pengelihatan, dan keinginan untuk

keharusan saat memulai pelajaran, maka pelajaran-pelajaran melihat objek, bentuk/faktor batin (sankhara) juga secara jelas

mudah terlebih dulu yang dipelajari. Dari kedua jenis fenomena, dicerap pada saat melihat. Mereka semata-mata kelompok batin.

batin dan materi, maka fenomena materi yang lebih mudah dicerap, Mereka bukan menyenangkan, bukan 'atta', bukan pula 'orang'.

seyogyanya dipilih sebagai objek perenungan awal atau utama di Mereka yang tidak merenungkan pada setiap saat kemunculan

dalam vipassana kammatthana. Lagi, dari berbagai kelas fenomena itu, tidak akan mengerti bahwa mereka tidak kekal, tidak

fenomena materi, dibandingkan objek-objek dari pintu indera memuaskan dan 'anatta'. Oleh karena itu, mereka menganggap

(upada rupa) ketika melihat, mendengar, mencium bau, mengecap bahwa fenomena batin ini menyenangkan dan melekat kepadanya.

rasa kecapan maka kontak jasmaniah (bhuta rupa) merupakan Mereka secara egois menganggap “Saya melihat”, “Saya

objek yang lebih mudah dicerap, seyogyanya diambil sebagai objek merasakan”, “Saya mencerap”, “Saya melihat dengan penuh

utama/permulaan untuk perenungan saat memulai latihan perhatian” dan melekat kepadanya. Inilah alasan yang jelas

vipassana .

mengapa kelompok batin ini secara berurut disebut “vinnana upadanakkhandha, vedana upadanakkhandha, sanna

Oleh karena itu, dengan satu pandangan untuk mengamati upadanakkhandha , dan sankhara upadanakkhandha”. Inilah

kontak jasmani khusus yang lebih mudah dicerap, perhatian alasan mengapa lima “upadanakkhandha” secara jelas dicerap

seyogyanya ditetapkan pada posisi duduk dan merenungkan secara seyogyanya ditetapkan pada posisi duduk dan merenungkan secara

Perhatian khusus

seperti: 'duduk, duduk'. Pada saat perenungan mencapai Disebutkan di sini bahwa kata-kata 'naik/mengembang' dan kematangan, maka dengan jelas akan dapat diamati sensasi kontak

'turun/mengempis' seyogyanya tidak diulangi dengan mulut, jasmani pada paha atau kaki atau bagian tubuh lainnya. Sensasi

namun mereka seyogyanya diulangi di dalam batin. Di dalam kontak jasmani khusus ini seyogyanya diambil sebagai objek

kenyataannya, kata-kata bukan kepentingan yang nyata. Justru tambahan bersama 'duduk' dan secara berkesinambugan

mengetahui gerakan perut dan gerakan jasmani yang sebenarnya direnungkan sebagai 'kontak, duduk, kontak'. Namun demikian,

merupakan kepentingan yang nyata. Namun demikian, dengan apabila perenungan dengan cara demikian seperti 'kontak, duduk,

hanya merenungkan yang dilakukan melalui tindakan sederhana kontak' sulit untuk dimulai, maka perhatian seyogyanya ditetapkan

dari pengamatan batin tanpa aktivitas pengulangan di dalam batin, pada kontak jasmani saat aliran nafas masuk dan keluar dengan

perenungan akan sia-sia dan tidak efektif dan banyak kemunduran cara merenungkan 'kontak, kontak'. Apabila hal ini pun sulit

seperti perhatian gagal untuk mencapai cukup dekat terhadap objek dilakukan maka perenungan seyogyanya ditetapkan dengan

yang dituju, objek tidak jelas perbedaannya dan dicerap secara memperhatikan gerakan perut yang mengembang dan mengempis,

terpisah dan bahwa energi yang dibutuhkan menjadi bekurang. disebabkan oleh aliran keluar dan masuknya nafas.

Jadi, agar mencapai sasaran perenungan seyogyanya dilaksanakan secara berulang-ulang dalam batin dengan kata-kata khusus atas

Inilah ilustrasi untuk menunjukkan tata cara perenungan.

objek-objek yang bersesuaian.

Pertama-tama perhatian seyogyanya ditetapkan pada perut. Kemudian akan dirasakan bahwa perut mengembang dan

Ketika sedang dalam perenungan seperti 'naik, turun', mengempis dan gerakan perut selalu hadir. Apabila pada saat

mungkin akan terdapat banyak kesempatan ketika batin ditemukan permulaan latihan, gerakan naik dan turunnya perut tidak jelas

mengembara ke objeknya masing-masing. Pengembaraan batin dengan hanya menetapkan perhatian kepada perut, satu atau kedua

ini seyogyanya direnungkan sebagaimana mereka muncul. tangan seyogyanya ditempatkan pada perut. Penekanan nafas, mempercepat atau membuat nafas dalam seyogyanya tidak

Ilustrasi

dilakukan. Aliran nafas alamiah seyogyanya dipelihara. Saat perut Apabila dialami bahwa pikiran mengembara ke objek yang mengembang seyogyanya direnungkan dengan ditetapkan secara

bukan sedang diamati, seyogyanya direnungkan sebagai : bertahap dengan tahap naiknya perut sejak mulai hingga berakhir.

'mengembara', apabila pikiran bermaksud sesuatu seyogyanya Saat perut dirasakan mulai turun (mengempis) seyogyanya

direnungkan sebagai 'bermaksud'. Apabila pikiran sedang direnungkan di dalam batin sebagai 'mengempis'. Perhatian

merenung, seyogyanya direnungkan sebagai 'merenung', bila seyogyanya ditetapkan secara bertahap dengan tahap turunnya

menginginkan sesuatu seyogyanya direnungkan 'ingin', dalam hal perut sejak mulai hingga berakhir.

gembira, atau marah, atau kecewa, seyogyanya direnungkan sebagai 'gembira', 'marah', 'kecewa'; apabila merasa malas atau senang seyogyanya direnungkan sebagai 'malas' atau 'senang'. Perenungan seyogyanya dilakukan secara berulang hingga faktor gembira, atau marah, atau kecewa, seyogyanya direnungkan sebagai 'gembira', 'marah', 'kecewa'; apabila merasa malas atau senang seyogyanya direnungkan sebagai 'malas' atau 'senang'. Perenungan seyogyanya dilakukan secara berulang hingga faktor

Dalam kasus perubahan posisi dari duduk menjadi berdiri dan perubahan ke posisi berbaring, perenungan seyogyanyan Apabila sensasi yang tidak menyenangkan (dukhavedana),

dilakukan dengan menetapkan perhatian terhadap setiap seperti rasa lelah pada anggota tubuh atau perasaan panas atau

pergerakan mayor yang nyata dari jasmani dan anggota tubuh nyeri, dan sebagainya muncul di dalam jasmani, perhatian

sesuai urutan proses pergerakan perubahan tersebut. seyogyanya difokuskan ke titik sensasi dan perenungan dilakukan seperi : 'lelah, lelah', 'panas, panas', 'nyeri, nyeri', sesuai kasusnya.

Di dalam hal berjalan, perenungan seyogyanya dilakukan Apabila sensasi tak menyenangkan itu telah paham, maka

dengan menetapkan perhatian terhadap gerakan setiap langkah perenungan dikembalikan ke 'naik, turun' perut sesuai objek

dari saat mengangkat kaki hingga kembali meletakkan kaki dan semula.

dengan membuat catatan secara batiniah sebagai 'berjalan, berjalan' atau 'bergerak maju, bergerak maju', atau 'mengangkat, bergerak

Namun apabila sensasi nyeri begitu kuat sehingga mereka

maju, meletakkan kaki'.

tidak dapat ditoleransi lagi, maka posisi tubuh dan posisi tangan serta kaki harus diubah maka meringankan situasi. Di dalam

Secara singkat, dapat dikatakan bahwa perenungan perubahan posisi ini pun perhatian seyogyanya ditetapkan kepada

seyogyanya dilaksanakan terhadap semua aktivitas jasmani dan gerakan yang paling nyata (mayor) dari tubuh/jasmani dan anggota

anggota tubuh seperti menekuk, meregang, mengangkat, bergerak, tubuh dan perenungan dilaksanakan seperti 'menekuk', 'meregang',

dan seterusnya, untuk mengetahui bentuk sebenarnya ketika 'mengayun', 'bergerak', 'mengangkat', 'meletakkan ke bawah', dan

mereka muncul. Perenungan seyogyanya dilaksanakan seterusnya, sesuai urutan proses perubahan tersebut. Apabila

dilaksanakan terhadap setiap sensasi fisik dan perasaan batin perubahan itu telah selesai maka perenungan dikembalikan kepada

(vedana) untuk mengetahui sifat alamiahnya ketika mereka 'naik', 'turun'-nya perut sesuai objek semula.

muncul. Perenungan juga seyogyanya dilaksanakan terhadap semua gagasan/ide/faktor batiniah dan seterusnya, untuk

Pada saat sesuatu sedang diperhatikan, seyogyanya mengetahui sifat alamiah mereka sebagaimana mereka muncul. direnungkan sebagai 'memperhatikan', 'melihat'. Apabila sesuatu

Apabila tidak terdapat objek yang ‘outstanding’ yang dapat dilihat tanpa diperhatikan, seyogyanya direnungkan sebagai

direnungkan ketika berdiam dengan tenang dalam posisi duduk 'melihat, melihat'. Apabila seseorang akan mendengarkan sesuatu,

atau berbaring, maka perenungan seyogyanya dilaksanakan dengan seyogyanya direnungkan sebagai 'mendengar', 'mendengar'.

selalu menetapkan perhatian terhadap kontak jasmaniah. Oleh Apabila sesuatu didengar tanpa mendengarkan seyogyanya

karena itu, petunjuk-petunjuk yang diberikan di sini untuk direnungkan sebagai 'mendengar', 'mendengar'. Apabila pikiran

memperlakukan atau menjaga perhatian kepada naik dan turunnya merenungkan mengikuti maka seyogyanya direnungkan sebagai

gerakan perut, yang lebih mudah dijelaskan dan mudah untuk 'merenungkan', 'merenungkan'. Kemudian perenungan

direnungkan, sebagai objek utama dan pertama di dalam direnungkan, sebagai objek utama dan pertama di dalam

disebutkan di atas, yaitu

1. Perenungan terhadap posisi tubuh duduk dan sentuhan.

2. Perenungan terhadap impresi kontak di dalam nafas masuk dan keluar, di mana apabila diinginkan, salah satu dapat dipilih sebagai objek utama atau pertama di dalam perenungan.

Di dalam merealisasi kondisi perenungan yang luhur yang memungkinkan untuk merenungkan setiap objek sebagaimana mereka muncul, maka tidak dibutuhkan kembali semuanya untuk kembali ke objek utama dan pertama. Perenungan seyogyanya dilaksanakan pada setiap saat dari melihat, mendengar, mencium bau, mengecap rasa, mengetahui sentuhan jasmani, berpikir, bergagasan dan seterusnya sesuai urutan kemunculan mereka.

Siswa yang telah berkembang, dengan cara perenungan kontinyu ini, konsentrasi (samadhi) dan pandangan bijaksana ke dalam (nana) yang cukup kuat akan secara mandiri merealisasi muncul dan padamnya batin sangat sering di dalam satu detik. Namun seorang siswa yang baru saja mulai melatih perenungan belum dapat merealisasi perubahan yang demikian cepat. Mirip seseorang yang mulai belajar, tak dapat membaca begitu cepat dan baik bila dibandingkan dengan orang yang telah belajar dengan mahir. Namun demikian, seorang siswa seyogyanya berupaya untuk merealisasi muncul dan padamnya faktor batin tidak kurang daripada sekali setiap detik pada tahap permulaan latihannya.

Inilah latihan dasariah latihan vipassana secara singkat.

yang mengembara yang muncul sewaktu-waktu. Hanya perlu menyingkirkannya sesegera mungkin saat mereka muncul.

Perkembangan Konsentrasi

Namun demikian, di dalam vipassana bhavana, semua

Vipassana dan Pengetahuan

fenomena batin dan jasmani yang muncul melalui enam pintu

Bijaksana Pandangan Terang

indera harus diamati. Oleh karena itu apabila dan ketika rintangan batin seperti misalnya batin merenungkan sesuatu selain objek

Vipassana Samadhi dan Vipassana Nana perenungan semula atau batin menikmati nafsu atau keserakahan

dan sebagainya mereka juga harus direnungkan. Apabila mereka tidak direnungkan, maka kemelekatan dan pandangan keliru

Bila tidak berupaya kuat untuk melaksanakan perenungan bahwa mereka kekal, menyenangkan dan atta (aku) akan muncul; seperti disebutkan di atas, para siswa akan gagal untuk mengamati

oleh karena itu menghindari mereka tidaklah cukup seperti dalam banyak aktivitas jasmani dan batin pada saat permulaan latihan.

kasus samatha. Objek vipassana akan lengkap hanya apabila Seperti ditunjukkan di dalam bagian samatha kammatthana,

seseorang merenungkan terhadap semua fenomena itu sehingga terdapat banyak rintangan batin (nivarana) yang menyebabkan

mengetahui dengan jelas sifat alamiahnya dan tidak melekat batin mengembara ke arah objek lain. Di dalam hal samatha

terhadapnya.

kammatthana , tidak ada perlakuan khusus untuk merenungkan faktor batin yang mengembara, namun mereka seyogyanya

Apabila faktor batin yang mengembara ini direnungkan ditekan, dan perenungan dikembalikan kepada objek semula secara

secara berkesinambungan dengan cara ini dalam jangka waktu berkesinambungan, sementara itu di dalam vipassana

yang cukup lama, maka hampir tidak akan ada lagi faktor batin kammathana perenungan juga harus dilakukan terhadap faktor

yang mengembara. Segera setelah faktor batin mengembara ke batin yang mengembara itu. Setelah perenungan dengan cara ini,

objek lain, batin segera memperhatikan dan merenungkannya dan maka perenungan seyogyanya dikembalikan kepada objek ‘naik’,

kemudian pengembaraan tersebut tidak berlangsung lebih jauh ‘turun’ seperti semula. Ini adalah satu dari butir-butir perbedaan

lagi. Di dalam beberapa kasus, ditemukan bahwa perenungan antara samatha bhavana dengan vipassana bhavana di dalam hal

dilaksanakan tanpa interupsi karena faktor batin dicerap segara mengatasi rintangan batin (nivarana).

saat faktor batin itu mulai muncul.

Di dalam kasus samatha bhavana seseorang harus Pada tahapan perenungan ini, ditemukan bahwa batin yang merenungkan secara berkesinambungan terhadap objek semula

merenungkan dan objeknya selalu datang bersama dan dari samatha untuk membuat batin terkonsentrasi dengan kuat

terkonsentrasi. Terkonsentrasinya batin terhadap objeknya ini hanya kepada objek tersebut. Tidak dibutuhkan untuk mengamati

disebut vipassana khanika samadhi (konsentrasi sementara dari fenomena batin dan fisik yang lain. Oleh karena itu tidak

pandangan terang).

diperlukan untuk merenungkan rintangan batin seperti faktor batin

Sekarang batin terbebas dari kamacchanda (nafsu indera) disebut ‘ditthi visuddhi’ (kemurnian pandangan). dan rintangan batin (nivarana) lainnya dan oleh karena itu sama seperti pada tingkat seperti upacara samadhi (konsentrasi

Dengan meneruskan perenungan lebih lanjut, dicerap bahwa berdekatan) yang disebutkan di dalam bagian samatha

fenomena materi/fisik dan batin yang muncul di dalam jasmani kammatthana . Begitu batin tidak lagi bercampur dengan rintangan

merupakan efek atau hasil dari sebab-sebab yang bersesuaian batin yang menyebabkan mengembaranya batin, maka hanya ada

dengannya.

perenungan murni yang terpusat. Inilah yang disebut citta visuddhi (kemurnian batin).

Sebagai ilustrasi: Seorang siswa mencerap kenyataan bahwa dikarenakan batin menginginkan untuk membungkuk atau Kemudian fenomena fisik seperti naik, turun, menekuk,

bergerak atau meregang atau mengubah posisi tubuh, maka muncul meregang, dan seterusnya, yang sedang direnungkan, dicerap pada

aksi atau tindakan membungkuk, meregang, bergerak, atau setiap saat perenungan di dalam setiap bentuk yang terpisah tanpa

mengubah posisi tubuh; dikarenakan fluktuasi di dalam bercampur dengan batin yang merenungkannya atau dengan

temperatur/suhu, maka selalu terdapat perubahan di dalam kondisi fenomena materi lain. Fenomena batin, seperti merenungan

fisik apakah menjadi dingin atau panas; dan dikarenakan berpikir, melihat, mendengar, dan seterusnya, juga dicerap pada

mengkonsumsi makanan maka akan selalu muncul energi fisik setiap saat perenungan di dalam keadaan terpisah tanpa dicampuri

yang baru. Lagi, ia mencerap kenyataan bahwa dikarenakan oleh fenomena materi lain atau fenomena batin lain. Pada setiap

kehadiran/adanya indera penglihatan dan objek penglihatan, indera saat bernafas, jasmani dan batin yang mengetahui jasmani dicerap

pendengaran, objek pendengaran, dan seterusnya, maka muncullah secara jelas dan terpisah sebagai dua hal yang berbeda.

kesadaran melihat, mendengar, dan seterusnya, dan dikarenakan Pengetahuan bijaksana atas pembedaan fenomena fisik dan batin

kehendak untuk mengarahkan, maka batin mencapai objeknya. sebagai dua proses yang terpisah disebut nama rupa pariccheda

Lagi, ia mencerap kenyataan bahwa dikondisikan kehadiran avijja nana (pengetahuan bijaksana yang dapat membedakan dengan

(kegelapan/kebodohan batin), yang memandang kehidupan jelas fenomena batin dan jasmani).

sebagai indah dan menyenangkan dan kehadiran tanha (keinginan rendah), semua jenis perbuatan dipikirkan dan dilakukan, dan

Dengan terealisasinya perkembangan pengetahuan bijaksana dikarenakan kemelekatan terhadap perbuatan-perbuatan tersebut (nana) selama satu periode waktu yang baik di dalam latihan

yang telah dilakukan, maka muncullah, di dalam urutan yang perenungan yang berkesinambungan, maka akan muncul sebuah

sangat cepat dan berkesinambungan, kesadaran-kesadaran pengertian jelas bahwa fenomena 'hanya terdiri dari proses batin

(vinnana) baru. Lagi, ia mencerap kenyataan bahwa kematian dan fisik'. Jasmani tidak memiliki kemampuan untuk mengetahui,

bukanlah kematian bukanlah sesuatu hanya padamnya kesadaran menaikkan, menurunkan, menekuk, memindahkan, dan

terakhir di dalam urutan kelangsungan kesadaran; dan lahir adalah seterusnya. Namun batin memiliki kemampuan merenungkan,

munculnya sebuah kesadaran baru di dalam urutan kelangsungan memikirkan, melihat, mendengar, dan sebagainya. Terpisah dari

kesadaran ini, tergantung atas formasi/bentukan materi/jasad yang dua faktor ini, tidak terdapat aku atau atta. Pengertian jelas ini

baru. Pengetahuan bijaksana membedakan sebab musabab yang baru. Pengetahuan bijaksana membedakan sebab musabab yang

Pengetahuan bijaksana ini disebut “dukkha sammassana nana” penuh akan sebab-musabab fenomena).

(pengertian bijaksana terhadap kondisi yang tidak memuaskan). Dengan mengerti kenyataan sebab-musabab yang saling

Dengan mencerap kenyataan bahwa fenomena materi/ tergantung (paticca samuppada) ia akan datang pada satu

jasmani dan batin secara alamiah tidak mengikuti perintah kesimpulan bahwa “hidup di masa lampau adalah sebuah formasi

keinginannya, namun muncul dan padam sesuai dengan sifat materi dan batin, yang tergantung dari sebab musabab yang terkait

alamiah dan kondisi relatifnya, maka direalisasi bahwa mereka dan dengan demikian akan ada proses yang mirip pada kehidupan

bukan “atta” atau “diri”. Pengertian bijaksana ini disebut “anatta di masa mendatang”. Pandangan murni seperti ini disebut “kankha

sammassana nana ” (pengertian bijaksana terhadap segala sesuatu vitarana visuddhi ” (kemurnian pandangan yang muncul setelah

yang bukan atta atau bukan diri).

mengatasi keraguan). Setelah merefleksikan kenyataan-kenyataan ini selama ia Sebelum mengembangkan pengetahuan benar kenyataan

inginkan, siswa itu melanjutkan dengan perenungan tanpa refleksi bahwa "kehidupan terdiri dari batin dan jasmani yang tergantung

lebih lanjut. Ia kemudian mencerap dengan sangat jelas permulaan atas 'sebab-musabab yang terkait' terdapat banyak keraguan skeptis

dari setiap objek perenungannya. Ia juga mencerap dengan sangat apakah terdapat SAYA di waktu lampau, apakah SAYA berada

jelas padamnya setiap objek perenungannya seolah-olah diputus hanya dalam kehidupan ini atau apakah SAYA akan terus ada di

dengan jelas. Pada tahap ini, seringkali muncul pengalaman- waktu mendatang" dengan memegang pandangan bahwa formasi/

pengalaman aneh, yang mengkondisikan terhambatnya latihan perpaduan meteri/jasmani dan batin adalah “ATTA” atau “DIRI”.

vipassana sehingga menjadi kotor (vipassanupakkilesa), seperti : Sekarang keraguan ini tidak dapat muncul karena mereka telah

1. Cahaya yang gemilang (obhasa)

diatasi.

2. Kegiuran batin (piti)

3. Sikap batin tenang (passaddhi)

4. Keyakinan kuat tak terhingga terhadap Tiratana materi/jasmani dan batin muncul dan padam pada setiap saat

Dengan melanjutkan perenungan lebih jauh, dicerap bahwa

(adhimokkho ti saddha)

5. Semangat yang sangat tinggi atas pelaksanaan nana ” (pengertian bijaksana akan ketidak-kekalan fenomena

perenungan. Pengertian bijaksana ini disebut “anicca sammassana

perenungan/meditasi (paggaha)

alam).

6. Kegembiraan yang mencakup ke seluruh tubuh (sukkha)

7. Pandangan yang tajam terhadap sifat alamiah anicca, jasmani dan batin secara konstan muncul dan padam, bahwa

Dengan mencerap kenyataan bahwa fenomena materi/

dukkha dan anatta tanpa halangan (nana) mereka secara konstan dicengkeram oleh “muncul dan padam”

8. Kemampuan di dalam melaksanakan perhatian murni mereka dipandang sebagai bukan menyenangkan juga tidak patut

tanpa kehilangan objek (upatthana)

9. Keseimbangan batin (Upekkha) kematangan atau tahap akhir dari “udayabbaya nana”. Perenungan

10. Melekat terhadap fenomena dhamma butir 1 – 9 itu mengalir tanpa hambatan seolah terbebas dari “upakkilesa” (nikanti)

(ketidakmurnian).

Oleh karena itu, siswa tersebut dapat terbuai sehingga ia Setelah pengertian bijaksana (nana) ini diperoleh cukup tidak dapat lagi menjaga mulutnya, umumnya ia menceritakan

kuat, pencerapan terhadap objek-objek dijumpai lebih cepat. Akhir pengalamannya. Ia sering kali menganggap bahwa ia telah

atau padamnya objek lebih jelas dicerap daripada permulaan merealisasi pencerahan sempurna. Inilah indikasi awal atau tahap

“upacara” (pendekatan) dan “anuloma” (adaptasi). Ini adalah permulaan dari 'udayabbaya nana' (pengetahuan bijaksana atas

“nana” atau pengertian bijaksana yang tepat bagi 8 vipassana nana muncul dan padamnya fenomena) yang lemah. Namun demikian

yang mendahuluinya dan “magga nana” (pengertian bijaksana sepuluh fenomena ini adalah jalan yang salah (amagga).

atas Jalan) yang mengikutinya.

Kemudian siswa itu memutuskan pengalaman melihat Pandangan terang mulai dari “udayabbaya nana” yang bayangan batin dan perasaan-perasaan lainnya bukanlah

masak sampai dengan “anuloma nana” secara kolektif dikenal perealisasian pencerahan sempurna yang sesungguhnya, dan

sebagai “patipada nana dassana visuddhi” (kemurnian dengan bahwa metode perenungan yang tepat untuk merealisasi

pengertian bijaksana dan pandangan terang yang muncul akibat pencerahan sempurna adalah hanya dengan mengobservasi secara

telah mengikuti latihan yang benar).

konstan terhadap semua fenomena yang muncul. Ia tiba pada keputusannya ini sesuai dengan apa yang telah dipelajarinya dari

Setelah anuloma nana, muncullah “gotrabhu nana” pengalaman atau sesuai dengan petunjuk gurunya.

(Pengertian bijaksana memenangkan kesucian) dimana nibbana adalah objeknya, dimana duka cita dan ketidakpuasan yang

Keputusan murni ini adalah indikasi “maggamagga nana berhubungan dengan fenomena fisik dan batin padam secara to- dassana visuddhi ” (kemurnian pandangan benar terhadap jalan

tal. Ini adalah pengertian bijaksana yang memotong kekerabatan dan bukan jalan).

“puthujjana” (makhluk awam duniawi) dan memasuki kekerabatan “ariya” (makhluk suci).

Setelah tiba pada keputusan ini dan diteruskan dengan melanjutkan perenungannya pengalaman-pengalaman melihat

Kemudian muncul “sotapati magga nana dan phala nana” bayangan batin dan perasaan-perasaan lainnya secara bertahap

(Pengetahuan bijaksana dari jalan suci pemenang arus dan akan berkurang dan pencerapan objek menjadi lebih jelas dan lebih

buahnya) yang merealisasi nibbana. Magga nana disebut “nana jelas lagi. Muncul dan padamnya fenomena materi pada setiap

dassana visuddhi ” (kemurnian pandangan). gerakan di dalam hal satu gerakan membungkuk atau meregangkan tangan atau kaki atau di dalam hal satu langkah, setiap fregmen

Saat kemunculan magga dan phala nana tidak berjeda waktu (bagian) dari satu gerakan akan dengan sangat jelas diamati. Inilah

sedetik pun. Kemurnian segera disusul kemunculan refleksi atas sedetik pun. Kemurnian segera disusul kemunculan refleksi atas

menuju elevasi yang lebih luhur).

perenungan mendalam). Pengertian bijaksana ini muncul merealisasi bahwa Seseorang yang telah merealisasi paccavekkhana nana

fenomena fisik dan batin yang muncul melalui enam pintu indera sesuai urutan itu disebut sebagai makhluk “sotapanna” (pemenang

pada saat itu tidak kekal, tidak memuaskan, dan bukan diri/aku. arus).

Pengertian bijaksana terakhir adalah “anuloma nana” (pengertian bijaksana atas adaptasi) yang terdiri dari tiga “javana” (saat-saat

Khas anicca, dukkha, anatta dengan kejelasan khusus yaitu dorongan) disebut “parikamma” (persiapan), seyogyanya dukkha. Ini adalah “patisankha nana” (pengertian bijaksana yang

melaksanakan latihan meditasi sesuai dengan petunjuk yang muncul dari perenungan yang lanjut).

diberikan di atas.

Ketika “patisankha nana” ini masak, perenungan berlanjut Semoga semua makhluk dapat melaksanakan latihan secara otomatis mirip sebuah jam tanpa upaya khusus bagi

meditasi dan merealisasi nibbana.

pencerapan dan pengertian bijaksana. Dilanjutkan dengan perenungan atas objek-objek dengan keseimbangan batin – hanya memperhatikan objek tanpa terlarut di dalam kesenangan maupun ketidaksenangan. Perenungan ini begitu damai dan tanpa upaya khusus saat itu dan dilanjutkan dengan mengetahui objek-objek begitu otomatis dan dapat berlangsung lebih dari satu jam, dua jam atau tiga jam; dan bahkan dapat berakhir dalam jangka waktu yang begitu lama, tanpa lelah atau bosan. Pencerapan yang muncul dalam jangka waktu lama ini merealisasi sifat alamiah objek-objek perenungan secara otomatis dan tanpa terlibat di dalam kesenangan dan ketidaksenangan, disebut “sankharupekkha nana” (pengetahuan bijaksana yang muncul dari keseimbangan batin terhadap sankhara).

Keluar dari perenungan ini yang dilanjutkan secara otomatis dan dengan momentumnya merealisasi objek, muncullah pengertian bijaksana yang khusus sangat cepat dan aktif. Pengertian bijaksana yang muncul langsung menuju sebuah jalan mulia ini yang juga dikenal sebagai “vuitthana” (elevasi) adalah

Dukkha

1. Di dalam sifat alamiah universal (tilakkhana),

Keterangan Beberapa

mengandung pengertian = tidak memuaskan. Dukkha

Istilah Penting jenis ini meliputi makhluk hidup suci atau tidak suci dan

juga bukan makhluk hidup.

2. Di dalam kebenaran suci tentang dukkha (dukkha sacca),

Ariya Sacca

mengandung pengertian = penderitaan biasa (dukkha Kebenaran Suci, terdapat 4 jenis :

dukkha ), penderitaan yang inheren karena perubahan

1. Dukkha sacca = Kebenaran suci tentang 'penderitaan' (viparinama dukkha), penderitaan yang inheren bagi

2. Samudaya sacca = Kebenaran suci tentang penyebab mahluk yang merupakan perpaduan (sankhara dukkha). 'penderitaan'

Dukkha jenis ini hanya berkenaan dengan makhluk hidup

3. Nirodha sacca = kebenaran suci tentang padamnya

yang belum suci.

'penderitaan'

4. Magga sacca = Kebenaran suci tentang jalan untuk

Ekaggata

terbebas dari 'penderitaan'.

1. Sebagai faktor batin bersifat netral (bukan baik juga bukan tidak baik), mengandung pengertian faktor batin

Bhavana

yang berfungsi memusatkan batin terhadap objek yang

1. Samatha bhavana

diamati.

Pengembangan ketenangan batin. Secara sementara

2. Di dalam faktor jhana, mengandung pengertian sebagai kekotoran batin tertentu mengendap (lihat nivarana).

faktor batin yang berfungsi menekan kamachanda Objek samatha bhavana ini merupakan pannatti

nivarana (hasrat nafsu indera).

(konsepsi batin).

Jhana

2. Vipassana bhavana Kondisi batin yang melekat kuat terhadap objek (arammana) Pengembangan kebijaksanaan melalui pengamatan dan

yang dialami. Objek yang dialami oleh batin selama di dalam perhatian murni terhadap fenomena batin dan jasmani

kondisi jhana merupakan objek yang bukan sesungguhnya atau yang dicengkeram oleh sifat universal (lihat tilakkhana).

bersifat konsepsi batin (pannatti).

Hasil akhirnya, kekotoran batin terbasmi hingga ke akarnya. Objek vipassana bhavana ini merupakan

Khanda

paramattha (hakekatnya sesungguhnya segala sesuatu Mengandung pengertian sebagai kelompok perpaduan; yang dialami).

umum pula dijumpai dalam istilah upadanakkhandha yang berarti kelompok perpaduan yang berpotensi menimbulkan kemelekatan.

Khandha terdiri dari 5 lima kelompok yaitu :

I. Vedanakkhandha = kelompok perpaduan perasaan, yaitu “Apakah tujuan utama melaksanakan latihan meditasi” telah perasaan yang menyenangkan, perasaan tidak

diberikan jawabannya sebagai berikut :

menyenangkan dan perasaan netral (bukan menyenangkan juga bukan tidak menyenangkan).

“Latihan meditasi dilaksanakan untuk tujuan utama merealisasi nibbana dan terbebas dari duka cita kehidupan di dalam bentuk

II. Sannakkhandha = kelompok perpaduan pencerapan. ketuaan, kesakitan, kematian, dan seterusnya”. Fungsinya menandai objek, mencerap objek yang dialami, mengkondisikan pengenalan terhadap objek.

Oleh karena itu mereka semua yang dengan tekun berharap untuk merealisasi nibbana dan merealisasi kebebasan mutlak atau Apabila makhluk anagami melaksanakan latihan vipassana

kemunculannya. Objek-objek perenungan nampak padam. Bentuk dengan sebuah pandangan untuk merealisasi “anagami phala

dan ukuran tangan, kaki, kepala, jasmani dan seterusnya tidak sampatti ”, maka ia akan merealisasi tingkatan tersebut. Apabila

dicerap lagi. Hanya kepadaman jasmani dan batin yang dicerap ia melaksanakan latihan bagi tingkatan yang lebih luhur, maka

pada setiap saat perenungan. Bahkan, perenungan batin dicerap vipasanna nana akan dikembangkan di dalam urutan yang sama

padam bersama objek perenungannya setiap saat. Pengertian seperti sebelumnya dan di dalam kematangan yang penuh ia akan

bijaksana atas proses kepadaman ini di dalam pasangan batin dan merealisasi nibbana dengan pandangan terang “arahatta magga

objeknya adalah “bhanga nana” (pengetahuan bijaksana akan dan phala” (jalan kesucian arahat dan buahnya) dan menjadi

proses padamnya fenomena).

makhluk suci arahat. Makhluk Arahat telah terbebas dari lima belenggu (samyojana) yang masih tersisa, yaitu :

Dengan terus-menerus mencerap proses yang selalu padam

1. Rupa raga (hasrat untuk keberadaan bermateri halus) di dalam tiap pasang batin dan objeknya maka akan tiba

2. Arupa raga (hasrat untuk keberadaan tanpa materi) kemunculan perealisasian bahwa setiap fenomena dapat

3. Mana (kesombongan) menimbulkan ketakutan. Ini adalah “bhaya nana” (pengetahuan

4. Uddhacca (kegelisahan batin) bijaksana atas kondisi-kondisi yang menakutkan).