Resume UU 17 th 2013

Resume Undang-undang RI No.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
Pokok-pokok Isi
1. Ketentuan Umum
2. Kekuasaan Atas Pengelolaan Keuangan Negara
3. Penyusunan dan Penetapan APBN
4. Penyusunan dan Penetapan APBD
5. Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Bank Sentral,
Pemerintah Daerah/Lembaga Asing
6. Hubungan
Keuangan
Antara
Pemerintah
dan
Perusahaan
Negara/Daerah/Swasta Serta Badan Pengelola Dana Masyarakat
7. Pelaksanaan APBN dan APBD
8. Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN dan APBD
9. Ketentuan Pidana, Sanksi Administrasi dan Ganti Rugi
10. Ketentuan Peralihan
11. Ketentuan Penutup
BAB 1 Ketentuan Umum

Bab 1 terdiri dari pasal 1 sampai pasal 5 tentang ketentun umum. Pasal 1
berisi tentang penjelasan pengertian istilah yang berkaitan dengan keuangan
negara. Pengertian Keuangan Negara menurut pasal 1 adalah semua hak dan
kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik
berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara
berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Pasal 2 berisi tentang ruang lingkup Keuangan Negara. Ruang Lingkup
Keuangan Negara sesuai dengan pengertian diatas yang tercantum pada pasal 2
meliputi :
a. Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan
mengedarkan uang dan melakukan pinjaman
b. Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan
umum pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga
c. Penerimaan Negara
d. Pengeluaran Negara
e. Penerimaan Daerah
f. Pengeluaran Daerah
g. Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau
oleh pihak lain berupa uang,surat berharga, piutang, barang,
serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang,termasuk

kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/
perusahaan daerah
h. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam
rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau
kepentingan umum

i.

Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan
fasilitas yang diberikan pemerintah.

Pasal 3 berisi cara pengelolaan keuangan negara,pertanggung jawaban
APBN dan APBD, dan cara penggunaan surplus penerimaan negara. Pasal 4
berisi tentang masa berlakunya tahun anggaran. Masa Berlaku Tahun Anggaran
meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31
Desember. Pasal 5 berisi tentang penggunaan rupiah sebagai satuan hitung di
dala APBN dan APBD dan jika menggunakan mata uang lain harus sesuai
dengan ketentuan UU dari Menteri Keuangan.

BAB 2 Kekuasaan Atas Pengelolaan Keuangan Negara

Bab 2 terdiri dari pasal 6 sampai pasal 10 tentang kekuasaan
pengelolaan keuangan negara. Pasal 6 berisi tentang pemegang kekuasan uang
negara. Pasal 7 berisi penyusunan APBN dan APBD untuk mencapai tujuan
negara. Pasal 8 berisi tentang tugas menteri keuangan. Pasal 9 berisi tentang
tugas lembaga/ menteri yang menggunakan anggaran. Pasal 10 berisi
kekuasaan dan tugas pengelolaan keuangan daerah oleh pemerintah daerah.
Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan
pengelolaan keuangan negara. Untuk membantu Presiden dalam
penyelenggaraan kekuasaan pengelolaan keuangan negarasebagian dari
kekuasaan tersebut dikuasakan kepada
 Menteri Keuangan selaku Chief Financial Officer (CFO) Pemerintah
Republik Indonesia
 Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Chief Operational Officer (COO) untuk
suatu bidang tertentu pemerintahan
Tugas Menteri keuangan selaku CFO adalah sebagai berikut :
 menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro;
 menyusun rancangan APBN dan rancangan Perubahan APBN;
 mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran;
 melakukan perjanjian internasional di bidang keuangan;
 melaksanakan pemungutan pendapatan negara yang telah ditetapkan

dengan undangundang;
 melaksanakan fungsi bendahara umum negara;
 menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN;
 melaksanakan tugas-tugas lain di bidang pengelolaan fiskal berdasarkan
ketentuan undang-undang.

Tugas Menteri/Pimpinan Lembaga selaku COO adalah sebagai berikut :













menyusun rancangan anggaran kementerian negara/lembaga yang
dipimpinnya;
menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;
melaksanakan anggaran kementerian negara /lembaga yang
dipimpinnya;
melaksanakan pemungutan penerimaan negara bukan pajak dan
menyetorkannya ke Kas
Negara;
mengelola piutang dan utang negara yang menjadi tanggung jawab
kementerian
negara /lembaga yang dipimpinnya;
mengelola barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
kementerian
negara /lembaga yang dipimpinnya;
menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kementerian negara
/lembaga yang dipimpinnya;
melaksanakan tugas-tugas lain yang menjadi tanggung jawabnya
berdasarkan ketentuan undang-undang.

BAB 3 Penyusunan dan Penetapan APBN

Bab 3 terdiri dari 5 pasal dimulai dari pasal 11 sampai pasal 15 yang
berisi tentang penyusunan dan penetapan APBN. Pasal 11 berisi tentang
perwujudan pengelolaan negara yang diwujudkan dengan APBN, instrumen
penyusun APBN pendapatan negara dan penggunaan belanja negara. Pasal 12
berisi tentang penyusunan APBN, sumber-sumber biaya untuk menutupi defisit,
dan penggunaan anggaran surplus harus meminta ijin kepada DPR. Pasal 13
berisi tentang pokok-pokok kebijakan fiskal, pembahasan kerangkan ekonomi
makro bersama DPR, pembahsan ekonomi umum besama DPR yang bersumber
dari pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro. Pasal 14 berisi
tentang penyusunan RAPBN berdasarkan prestasi kerja yang disertai dengan
prakiraan belanja yang disampaikan kepada DPR yang kemudian disamapaikan
kepada menteri keuangan.
Pasal 15 berisi tentang pengajuan RUU APBN
yang dilengkapi dengan nota keuangan dan dokumen yang diserahkan kepada
DPR, DPR dapat merubah penerimaan maupun pengeluaran dalam RUU APBN
dan jika RUU APBN tidak disetujui oleh DPR maka menggunakan APBN tahun
sebelumnya.

BAB 4 Penyusunan dan Penetapan APBD


Bab 4 terdiri dari 5 pasal dimulai dari pasal 16 sampai pasal 20 yang
berisi tentang penyusunan dan penetapan APBD. Pasal 16 berisi tentang
perwujudan pengelolaan negara yang diwujudkan dengan APBD, instrumen
penyusun APBD pendapatan daerah dan penggunaan belanja daerah. Pasal 17
berisi tentang penyusunan APBD, sumber-sumber biaya untuk menutupi defisit,
dan penggunaan anggaran surplus ditetapkan dalam peraturan daerah. Pasal 18
berisi tentang penyampaian kebijakan umum APBD, pembahasan kebijakan
umum APBD oleh DPRD, dan pembahasan prioritas dan plafon anggaran
sementara oleh pemerintah daerah dan DPRD untuk dijadikan acuan bagi setiap
Satuan Kerja Perangkat Daerah. Pasal 19 berisi tentang penyusunan RAPBD
untuk kemudian dibahas oleh DPRD. Pasal 20 berisi tentang pengajuan
Rancangan peraturan daerah tentang APBD.

BAB 5 Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Bank Sentral,
Pemerintah Daerah/Lembaga Asing
Bab 5 terdiri dari 3 pasal dimulai dari pasal 21 sampai pasal 23 yang
berisi tentang hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan bank sentral,
pemerintah daerah/lembaga asing. Pasal 21 berisi koordinasi pemerintah pusat
dan bank sentral dalam penetapan dan pelaksanaan kebijakan fiskal dan
moneter. Pasal 22 berisi tentang pengalokasian dana perimbangan keuangan

oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, pemberian pinjaman
dana/hibah dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah atau sebaliknya dengan
persetujuan DPR. Pasal 23 berisi tentang pemberian dan penerimaan
hibah/pinjaman dari pemerintah pusat kepada lembaga asing dengan
persetujuan DPR dan dana hibah/pinjaman tersebut dapat diteruspinjamkan
kepada pemerintah daerah/perusahaan negara/perusahaan daerah

BAB 6 Hubungan Keuangan Antara Pemerintah dan
Negara/Daerah/Swasta Serta Badan Pengelola Dana Masyarakat

Perusahaan

Bab 6 terdiri dari 2 pasal yaitu pasal 24 dan pasal 25. Pasal 24 berisi
tentang pemberian pinjama/hibah/pnyertaan modal dari pemerintah kepada
perusahaan negara/daerah yang telah ditetapkan dalam APBN/APBD. Menteri
keuangan
melakukan
pembinaan
terhadap
perusahaan

negara.
Gubernur/walikota/bupati melakukan pembinaan dan pengawasan kepada
perusahaan daerah. Penjualan atau privatisasi perusahaan negara/daerah oleh
pemerintah melalui persetujuan DPR/DPRD. Pemberian pinjaman kepada
perusahaan swasta oleh pemerintah dalam rangka penyelamatan perekonomian
nasional melalui persetujuan DPR.
BAB 7 Pelaksanaan APBN dan APBD

BAB 7 terdiri dari 4 pasal mulai dari pasal 26 sampai pasal 29. Pasal 26
berisi
tentang
pelakasanaan
APBN/APBD
dalam
keputusan
Presiden/Gubernur/Walikota/Bupati. Pasal 27 berisi tentang penyusunan Laporan
Realisasi Semester Pertama APBN dan prognosis oleh pemerintah pusat
disampaikan kepada DPR selambat-lambatnya pada akhir Juli tahun anggaran
yang bersangkutan, untuk dibahas bersama antara DPR dan Pemerintah Pusat.
Penyesuaian APBN bersama antara DPR dan Pemerintah Pusat. Pasal 28 berisi

tentang berisi tentang penyusunan Laporan Realisasi Semester Pertama APBD
dan prognosis oleh pemerintah daerah untuk disampaikan kepada DPRD
selambat-lambatnya pada akhir Juli tahun anggaran yang bersangkutan, untuk
dibahas bersama antara DPRD dan Pemerintah Daerah. Pasal 29 berisi tentang
ketentuan mengenai pengelolaan keuangan negara dalam rangka pelaksanaan
APBN dan APBD ditetapkan dalam undang-undang yang mengatur
perbendaharaan negara.

BAB 8 Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN dan APBD
BAB 8 terdiri dari 4 pasal mulai dari pasal 30 sampai pasal 31. Pasal 30
berisi tentang ketentuan laporan keuangan dan batas waktu penyampaian
rancangan undang-undang tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN
kepada DPR selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran
berakhir. Pasal 31 berisi tentang ketentuan laporan keuangan dan batas waktu
penyampaian rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD kepada DPRD selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah
tahun anggaran berakhir. Pasal 32 berisi tentang Bentuk dan isi laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD. Pasal 33 berisi tentang
Pemeriksaan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara diatur
dalam undangundang tersendiri.


BAB 9 Ketentuan Pidana, Sanksi Administrasi dan Ganti Rugi
BAB 9 terdiri dari 2 pasal mulai dari pasal 34 sampai pasal 35. Pasal 34
berisi tentang ancaman hukuman kepada pidana penjara dan denda kepada
Menteri/Pimpinan lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota/ apabila terbukti melakukan
penyimpangan kebijakan yang telah ditetapkan dalam undang-undang tentang
APBN/Peraturan Daerah tentang APBD dan Pimpinan Unit Organisasi
Kementerian Negara/Lembaga/ Satuan Kerja Perangkat Daerah apabila terbukti
melakukanpenyimpangan kebijakan/kegiatan anggaran yang telah ditetapkan
dalam undang-undang tentang APBN/Peraturan Daerah tentang APBD. Pasal 35
berisi tentang penggantian kerugian keuangan negara pejabat negara dan
pegawai negeri bukan bendahara yang melanggar hukum atau melalaikan
kewajibannya,
Setiap
bendahara
wajib
menyampaikan
laporan

pertanggungjawaban kepada BPK dan bertanggung jawab secara pribadi atas
kerugian keuangan negara yang berada dalam pengurusannya

BAB 10 Ketentuan Peralihan
BAB 10 hanya terdiri dari satu pasal yaitu pasal 36 yang berisi tentang
pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual dan Batas
waktu penyampaian laporan keuangan oleh pemerintah pusat/pemerintah
daerah,
BAB 11 Ketentuan Penutup
BAB 11 terdiri dari 3 pasal mulai dari pasal 37 sampai pasal 39. Pasal 37
berisi tentang tidak berlakunya UU sebelumnya ketika UU No.17 Tahun 2003 ini
berlaku. Pasal 38 berisi tentang Ketentuan pelaksanaan sebagai tindak lanjut
undang-undang ini sudah selesai selambat lambatnya 1 (satu) tahun sejak
undang-undang ini diundangkan. Pasal 39 berisi tentang berlakunya UU ini sejak
tanggal diundangkan.

Resume Undang-undang RI No.1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara

Pokok-pokok Isi
1. Ketentuan Umum
2. Pejabat Perbendaharaan Negara
3. Pelaksanaan Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah
4. Pengelolaan Uang
5. Pengelolaan Piutang dan Utang
6. Pengelolaan Investasi
7. Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
8. Larangan Penyitaan Uang Dan Barang Milik Negara/Daerah Dan/Atau
Yang Dikuasai Negara/Daerah
9. Penatausahaan Dan Pertanggungjawaban APBN/APBD
10. Pengendalian Intern Pemerintah
11. Penyelesaian Kerugian Negara/Daerah
12. Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
13. Ketentuan Peralihan
14. Ketentuan Penutup
BAB 1 Ketentuan Umum
Bab 1 terdiri dari pasal 1 sampai pasal 3 tentang ketentun umum. Pasal 1
berisi tentang pengertian tentang istilah-istilah yang berkaitan dengan
perbendaharaan negara. Dalam UU ini yang dimaksud Perbendaharaan Negara
adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk
investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN dan
APBD.
Pasal 2 berisi tentang ruang lingkup Perbendaharaan Negara. Ruang
Lingkup Perbendaharaan Negara sesuai dengan pengertian diatas yang
tercantum pada pasal 2 meliputi :












pelaksanaan pendapatan dan belanja negara;
pelaksanaan pendapatan dan belanja daerah;
pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran negara;
pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran daerah;
pengelolaan kas;
pengelolaan piutang dan utang negara/daerah;
pengelolaan investasi dan barang milik negara/daerah;
penyelenggaraan akuntansi dan sistem informasi manajemen keuangan
negara/daerah;
penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD;
penyelesaian kerugian negara/daerah;
pengelolaan Badan Layanan Umum;



perumusan standar, kebijakan, serta sistem dan prosedur yang berkaitan
dengan pengelolaan keuangan negara dalam rangka pelaksanaan
APBN/APBD.

Pasal 3 berisi tentang asas umum. UU tentang APBN/Peraturan Daerah
tentang APBD merupakan dasar bagi Pemerintah Pusat/Daerah untuk
melakukan penerimaan dan pengeluaran negara/daerah.
BAB 2 Pejabat Perbendaharaan Negara
BAB 2 terdiri dari pasal 4 sampai pasal 10. Bab ini dibagi dalam 3 bagian,
yaitu : Pengguna Anggaran, Bendahara Umum Negara/Daerah, dan Bendahara
Penerimaan/Pengeluaran. Pengguna Anggaran diterangkan dalam Pasal 4
sampai
6.
Bendahara
Umum
Negara/Daerah,
dan
Bendahara
Penerimaan/Pengeluaran diterangkan dalam Pasal 7 sampai 9 berisi .
Penerimaan/Pengeluaran diterangkan dalam pasal 10.
BAB 3 Pelaksanaan Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah
BAB 3 terdiri dari pasal 11 sampai pasal 21. Bab ini dibagi dalam 4
bagian, yaitu : Tahun anggaran, Dokumen Pelaksanaan Anggaran, Pelaksana
Anggaran Pendapatan, dan Pelaksana Anggaran Belanja. Tahun Anggaran
diterangkan dalam pasal 11 sampai 13. , Dokumen Pelaksanaan Anggaran
diterangkan dalam pasal 14 dan 15. Pelaksana Anggaran Pendapatan
diterangkan dalam pasal 16. Pelaksana Anggaran Belanja diterangkan dalam
pasal 17 sampai 21
BAB 4 Pengelolaan Uang
BAB 4 terdiri dari pasal 11 sampai pasal 32. Bab ini dibagi dalam 3
bagian, yaitu : Pengelolaan Kas Umum/Daerah, Pelaksanaan Penerimaan
Negara/Daerah oleh Kementerian Negara/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat
Daerah, Pengelolaan Uang Persediaan untuk Keperluan Kementerian
Negara/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah . Pengelolaan Kas
Umum/Daerah diterangkan dalam pasal 22 sampai 28. Pelaksanaan Penerimaan
Negara/Daerah oleh Kementerian Negara/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat
Daerah diterangkan dalam pasal 29 dan 30. Pengelolaan Uang Persediaan untuk
Keperluan Kementerian Negara/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah
diterangkan dalam pasal 31 dan 32.

BAB 5 Pengelolaan Piutang dan Utang
BAB 5 terdiri dari pasal 33 sampai pasal 32. Bab ini dibagi dalam 2
bagian, yaitu : Pengelolaan Piutang dan Pengelolaan Utang. Pengelolaan Utang
diterangkan dalam pasal 33 sampai 37. Pengelolaan Piutang diterangkan dalam
pasal 38 sampai 40.
BAB 6 Pengelolaan Investasi
BAB 6 hanya terdiri dari 1 pasal, yaitu pasal 41. Bab ini menjelaskan
tentang kebolehan untuk melakukan invesati jangka panjang untuk memperoleh
manfaat ekonomi, sosial, atau manfaat lainnya. Investasi ini dapat dilakukan
dalam bentuk saham, surat utang, dan investasi langsung.
BAB 7 Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
BAB 7 terdiri dari pasal 42 sampai pasal 49. Bab ini menjelaskan tentang
pengelolaan Barang milik negara/daerah. Pasal 42 dan 43 berisi tentang
pengelola, pengguna, dan kuasa pengguna barang negara/daerah. Pasal 44
berisi tentang kewajiban kuasa pengguna barang. Pasal 45 berisi tentang
ketidakbolehan pemindahtanganan barang milik negara/daerah yang diperlukan
bagi penyelenggaraan pemerintah. Pasal 46 dan 47 berisi tentang peruntukan
pemindahtanganan barang negara/daerah yang disetujui oleh DPR/DPRD. Pasal
48 berisi tentang cara penjualan barang milik negara/daerah dilakukan, yaitu
dengan cara lelang.
BAB 8 Larangan Penyitaan Uang Dan Barang Milik Negara/Daerah Dan/Atau
Yang Dikuasai Negara/Daerah
BAB 8 hanya terdiri dari satu pasal yaitu pasal 50. Pasal ini berisi
ketidakbolehan melakukan penyitaan terhadap :
 Uang atau surat berharga milik negara/daerah baik yang berada pada
instansi Pemerintah maupun pada pihak ketiga;
 Uang yang harus disetor oleh pihak ketiga kepada negara/daerah;
 Barang bergerak milik negara/daerah baik yang berada pada instansi
Pemerintah maupun pada pihak ketiga;
 Barang tidak bergerak dan hak kebendaan lainnya milik negara/daerah;
 Barang milik pihak ketiga yang dikuasai oleh negara/daerah yang
diperlukan untuk penyelenggaraan tugas pemerintahan.
BAB 9 Penatausahaan Dan Pertanggungjawaban APBN/APBD
BAB 9 terdiri dari pasal 51 sampai pasal 57. Bab ini dibagi dalam 5
bagian,
yaitu
:
Akuntansi
Keuangan,
Penatausahaan
Dokumen,
Pertanggungjawaban keuangan, laporan keuangan, dan komite standard
Akuntansi Pemerintahan. Akuntansi Keuangan diterangkan dalam pasal 51.

Penatausahaan Dokumen diterangkan dalam pasal 52. Pertanggungjawaban
keuangan diterangkan dalam pasal 53 dan 54. Laporan keuangan diterangkan
dalam pasal 55 dan 56. Komite Standard Akuntansi Pemerintahan diterangkan
dalam pasal 57
BAB 10 Pengendalian Intern Pemerintah
BAB 10 hanya terdiri dari satu pasal yaitu pasal 58. Pasal ini berisi
tentang penyelenggaraan sistem pengendalian intern di lingkungan
pemerintahan secara menyeluruh ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
BAB 11 Penyelesaian Kerugian Negara/Daerah
BAB 11 terdiri dari pasal 59 sampai pasal 67.
BAB 12 Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
BAB 12 terdiri dari pasal 68 dan pasal 69. Pasal 68 berisi tentang tujuan
pembentukan Badan Layanan Umum, Kekayaan Badan Layanan Umum, dan
Pembinaan keuangan Badan Layanan Umum pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah. Pasal 69 berisi tentang kewajiban Badan Layanan Umum
untuk menyusun rencana kerja yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja
Kementerian Negara/Lembaga/pemerintah daerah.
BAB 13 Ketentuan Peralihan
BAB 13 terdiri dari pasal 70 dan pasal 71. Pasal 71 berisi tentang batas
waktu pembentukan jabatan fungsional bendahara adalah selambat-lambatnya 1
(satu) tahun sejak Undang-undang ini diundangkan. pengakuan dan pengukuran
pendapatan dan belanja berbasis akrual. Penyimpanan uang negara/daerah
dalam Rekening Kas Umum Negara pada Bank Sentral/Daerah secara bertahap
sehingga terlaksana secara penuh selambat-lambatnya pada tahun 2006. Pasal
71 berisi tentang pelaksanaan pemberian bunga pada saat penggantian Sertifikat
Bank Indonesia dengan Surat Utang Negara dan dilakukan mulai tahun 2005.
Selama Surat Utang Negara belum sepenuhnya menggantikan Sertifikat Bank
Indonesia sebagai instrumen moneter, tingkat bunga yang diberikan adalah
sebesar tingkat bunga Surat Utang Negara yang berasal dari penyelesaian
Bantuan Likuiditas Bank Indonesia.
BAB 14 Ketentuan Penutup
BAB 14 terdiri dari pasal 72 sampai 73. Bab ini berisi tentang tidak
berlakunya
Undang-undang
Perbendaharaan
Indonesia/Indische
Comptabiliteitswet (ICW), Staatsblad Tahun 1925 Nomor 448 sebagaimana telah
beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1968
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 53, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 2860) setelah UU ini berlaku. pelaksanaan sebagai
tindak lanjut Undang-undang ini sudah selesai selambat-lambatnya 1 (satu)
tahun sejak Undang-undang ini diundangkan.