TUGAS GEOGRAFI PERBATASAN WILAYAH INDONE

TUGAS GEOGRAFI:
PERBATASAN WILAYAH INDONESIA
LYDIA / 20
XI IPS 2
/

Bina Bakti, Jl Bima 1 & 9, Arjuna, Bandung, Jawa
Barat

Batas Perairan Indonesia-Malaysia di Selat Malaka
Medan (ANTARA News) - Pemerintah melalui Kementerian Luar Negeri dapat menentukan batas wilayah perairan
Indonesia - Malaysia untuk menghindari tidak terjadinya lagi pelanggaran ketika menangkap ikan bagi nelayan kedua
negara.
"Ini harus secepatnya dibahas agar tidak keliru nelayan tradisional Langkat, mencari ikan di perairan Selat Malaka yang
berbatasan dengan Malaysia," ujar Sekretaris DPD Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Sumut, Fendi Pohan di
Medan, Kamis.
Batas wilayah dengan negara jiran tersebut, menurut dia, harus dituntaskan, sehingga tidak ada lagi nelayan Langkat
yang ditangkap polisi maritim Malaysia.
"Kita kasihan, nelayan Langkat terus menjadi sasaran dengan tuduhan memasuki perairan Malaysia," ujar Fendi.
Ia menjelaskan, nelayan Langkat yang mencari ikan di Selat Malaka itu, menganggap bahwa mereka tidak pernah
memasuki perairan negara asing tersebut.

Namun, kenyataannya tetap saja dituduh melakukan pelanggaran dan ditangkap polisi maritim Malaysia.
Selain itu, kapal nelayan tradisional juga disita dan ikan tangkapan mereka dirampas aparat tersebut.
Kemudian, nelayan Langkat itu dibawa ke Pulau Pinang dan terus diproses hukum, serta dimasukkan ke dalam penjara.
"Hal ini benar-benar tidak adil, dan sampai kapan permasalahan nelayan Langkat ini bisa diselesaikan secara arif dan

bijaksana oleh pemerintah," ucapnya.
Fendi menyebutkan, dengan adanya tanda perbatasan warna merah atau menara di tengah laut perairan Selat Malaka
itu, maka dipastikan tidak akan lagi nelayan yang dituding memasuki wilayah Malaysia.
"Pemerintah dalam hal telah menyelamatkan nasib nelayan kecil yang mencari nafkah di tengah laut dan juga keluarga
mereka tidak merasa cemas lagi akan ditangkap polisi maritim Malaysia," kata mantan Ketua DPC HNSI Kota Medan.
Sebelumnya, sembilan nelayan tradisional asal Sei Bilah Kecamatan Sei Lepan, Langkat,Sumatera Utara, ditangkap
polisi maritim Malaysia, ketika mencari ikan di tengah laut, Minggu (22/5) sekitar pukul 14.00 WIB.
Kesembilan nelayan tradisional itu adalah Usman (41) sebagai nahkoda, Diki Wahyudi (17), Ridwan (36), M Saleh (58),
M Fuad (40) Dedi (16), Syaiful Bahri alias Pol Botak (36), Hendra (33), dan Saiful Bahri.
Penangkapan sembilan nelayan tradisional tersebut diketahui dari salah satu anak buah kapal bernama Syahrian yang
pulang karena sedang mengalami sakit.
RINGKASAN
Pada tahun 1969 Malaysia mengumumkan bahwa lebar wilayah perairannya menjadi 12 mil laut diukur dari garis dasar
seseuai ketetapan dalam Konvensi Jenewa 1958. Namun sebelumnya Indonesia telah lebih dulu menetapkan batasbatas wilayahnya sejauh 12 mil laut dari garis dasar termasuk Selat Malaka. Hal ini menyebabkan perseteruan antara
dua negara mengenai batas laut wilayah mereka di Selat Malaka yang kurang dari 24 mil laut.

Penyelesaian
Pada tahun 1970 tepatnya bulan Februari-Maret dilaksanakan perundingan mengenai hal tersebut, sehingga
menghasilkan perjanjian tentang batas-batas Wilayah Perairan kedua negara di Selat Malaka. Penentuan titik kordinat
ditetapkan berdasarkan garis pangkal masing-masing negara. Dengan diberlakukannya Konvensi Hukum Laut
Internasional 1982, maka penentuan titik dasar dan garis pangkal dari tiap-tiap negara perlu diratifikasi berdasarkan
aturan badan internasional yang baru. Namun belum ditetapkannya batas ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) menyebabkan
seringnya tangkap-menangkap nelayan di wilayah perbatasan. Berdasarkan ketentuan UNCLOS-82, sebagai coastal
state, Malaysia tidak diperbolehkan menggunakan Pulau Jara dan Pulau Perak sebagai base line yang31dua pulau
tersebut lebih dari 100 mil laut.