II.1 Tinjauan Umum Proyek II.1.1 Revitalisasi - Parijs van Soematra

  BAB

Deskripsi Proyek

“Suasana kota begitu nyaman dan tidak bising oleh suara-suara

klakson, apalagi sampai macet. Maklumlah, di zaman itu kendaraan bermesin

seperti kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat masih sangat sedikit.

Hanya pengendara sepeda saja yang banyak terlihat hilir mudik di dalam kota

untuk beraktivitas.

  .”

  II.1 Tinjauan Umum Proyek

  II.1.1 Revitalisasi

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),

1 Revitalisasi berarti proses, cara, dan perbuatan

  menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya kurang

  2

  terberdaya. Sebenarnya revitalisasi berarti menjadikan sesuatu atau perbuatan menjadi vital. Sedangkan kata vital mempunyai arti sangat penting atau perlu sekali (untuk kehidupan dan sebagainya). Pengertian melalui bahasa lainnya revitalisasi bisa berarti proses, cara, dan atau perbuatan untuk menghidupkan atau menggiatkan kembali berbagai program kegiatan apapun. Atau lebih jelas revitalisasi itu adalah membangkitkan kembali vitalitas. Jadi, pengertian revitalisasi ini secara umum adalah usaha-usaha untuk menjadikan sesuatu itu menjadi penting dan perlu sekali.

  Revitalisasi, termasuk di dalamnya adalah konservasi- preservasi, merupakan bagian dari upaya perancangan kota untuk mempertahankan warisan fisik budaya masa lampau yang memiliki nilai sejarah dan estetika-arsitektural. Tepatnya, revitalisasi merupakan upaya pelestarian lingkungan binaan 1 agar tetap pada kondisi aslinya yang ada dan mencegah 2 http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php http://dewiultralight08.wordpress.com/2011/03/10/pengertian-

  revitalisasi/ terjadinya proses kerusakan. Tergantung dari kondisi lingkungan binaan yang akan dilestarikan, maka upaya ini biasanya disertai pula dengan upaya restorasi, rehabilitasi dan rekonstruksi. Jadi, revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami kemunduran/degradasi. Selain itu, revitalisasi adalah kegiatan memodifikasi suatu lingkungan atau benda cagar- budaya untuk pemakaian baru. Revitalisasi fisik diyakini dapat meningkatkan kondisi fisik (termasuk juga ruang-ruang publik) kota, namun tidak untuk jangka panjang. Untuk itu, tetap diperlukan perbaikan dan peningkatan aktivitas ekonomi (economic revitalization) yang merujuk kepada aspek sosial- budaya serta aspek lingkungan (environmental objectives). Hal ini mutlak diperlukan karena melalui pemanfaatan yang produktif, diharapkan akan terbentuklah sebuah mekanisme perawatan dan kontrol yang langgeng terhadap keberadaan fasilitas dan infrastruktur kota.

  Skala revitalisasi ada tingkatan makro dan mikro. Proses revitalisasi sebuah kawasan mencakup perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek sosial. Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan. Revitalisasi sendiri bukan sesuatu yang hanya berorientasi pada penyelesaian keindahan fisik saja, tapi juga harus dilengkapi dengan peningkatan ekonomi masyarakatnya serta pengenalan budaya yang ada. Untuk melaksanakan revitalisasi perlu adanya keterlibatan masyarakat. Keterlibatan yang dimaksud bukan sekedar ikut serta untuk mendukung aspek formalitas yang memerlukan adanya partisipasi masyarakat, selain itu masyarakat yang terlibat tidak hanya masyarakat di lingkungan tersebut saja, tapi masyarakat luas. Ada beberapa aspek lain yang penting dan sangat berperan dalam revitalisasi, yaitu penggunaan peran teknologi informasi, khususnya dalam mengelola keterlibatan banyak pihak untuk menunjang kegiatan revitalisasi. Selain itu revitalisasi juga dapat ditinjau dari aspek keunikan lokasi dan tempat bersejarah, atau revitalisasi dalam rangka untuk mengubah citra suatu kawasan.

  Dengan dukungan mekanisme kontrol/pengendalian rencana revitalisasi harus mampu mengangkat isu-isu strategis kawasan, baik dalam bentuk kegiatan sosial ekonomi maupun karakter fisik kota. Rancang kota merupakan perangkat pengarah dan pengendalian untuk mewujudkan lingkungan binaan yang akomodatif terhadap tuntutan kebutuhan dan fungsi baru.

3 II.1.2 Teori Revitalisasi

  Sebagai sebuah kegiatan yang sangat kompleks, revitalisasi terjadi melalui beberapa tahapan dan membutuhkan kurun waktu tertentu serta meliputi hal-hal sebagai berikut :

  1 1.

  Intervensi Fisik . Intervensi fisik mengawali kegiatan fisik revitalisasi dan dilakukan secara bertahap, meliputi perbaikan dan peningkatan kualitas dan kondisi fisik bangunan, tata hijau, sistem penghubung, sistem tanda/reklame dan ruang terbuka kawasan (urban realm). Mengingat citra kawasan sangat erat kaitannya dengan kondisi visual kawasan, khususnya dalam menarik kegiatan dan pengunjung, intervensi fisik ini perlu dilakukan. Isu lingkungan (environmental sustainability) pun menjadi penting, sehingga intervensi fisik pun sudah semestinya memperhatikan konteks lingkungan. Perencanaan fisik tetap harus dilandasi pemikiran jangka panjang.

  2 2. 3 Rehabilitasi Ekonomi

  http://revitalisasikawasan-upn.blogspot.com/2011/11/revitalisasi- kawasan-kota.html

  . Revitalisasi yang diawali dengan proses peremajaan artefak urban harus mendukung proses rehabilitasi kegiatan ekonomi. Perbaikan fisik kawasan yang bersifat jangka pendek, diharapkan bisa mengakomodasi kegiatan

  economic

  ekonomi informal dan formal (local

  

development), sehingga mampu memberikan nilai tambah

  bagi kawasan kota (P. Hall/U. Pfeiffer, 2001). Dalam konteks revitalisasi perlu dikembangkan fungsi campuran yang bisa mendorong terjadinya aktivitas ekonomi dan sosial (vitalitas baru).

3. Revitalisasi Sosial/Institusional

  Keberhasilan revitalisasi sebuah kawasan akan terukur bila mampu menciptakan lingkungan yang menarik (interesting), jadi bukan sekedar membuatnya menjadi

  

beautiful place. Maksudnya, kegiatan tersebut harus

  berdampak positif serta dapat meningkatkan dinamika dan kehidupan sosial masyarakat (public realms). Sudah menjadi sebuah tuntutan yang logis, bahwa kegiatan perancangan dan pembangunan kota untuk menciptakan lingkungan sosial yang berjati diri (place making) dan hal ini pun selanjutnya perlu didukung oleh suatu pengembangan institusi yang baik.

4 II.1.3 Jenis Revitalisasi

  Ditinjau dari fungsi kawasan, revitalisasi terbagi menjadi:

  1. Revitalisasi kawasan perniagaan, 2.

  Revitalisasi kawasan perumahan, 3. Revitalisasi kawasan perindustrian, 4. 4 Revitalisasi kawasan perkantoran pemerintah,

  http://revitalisasikawasan-upn.blogspot.com/2011/11/l-kegiatan- konservasi-bisa-berbentuk.html

  5. Revitalisasi kawasan olahraga dan fasilitas sosial lainnya, 6. kawasan khusus (misalnya kawasan

  Revitalisasi pertambangan).

  Ditinjau dari letak kawasan, revitalisasi terbagi menjadi:

  1. Revitalisasi kawasan pegunungan/perbukitan, 2.

  Revitalisasi kawasan tepi air (sungai, laut, danau), 3. Revitalisasi kawasan perairan/rawa, 4. Revitalisasi kawasan khusus lainnya,

  Ditinjau dari usia dan sejarahnya, revitalisasi terbagi menjadi:

  1. Revitalisasi kawasan bersejarah, 2.

  Revitalisasi kawasan baru.

  II.1.4 Tujuan Revitalisasi

  Revitalisasi kawasan diarahkan untuk memberdayakan daerah dalam usaha menghidupkan kembali aktivitas dan vitalitas kawasan untuk mewujudkan kawasan yang layak huni (livable), mempunyai daya saing pertumbuhan dan stabilitas ekonomi lokal, berkeadilan sosial, berwawasan budaya serta terintegrasi dalam kesatuan sistem kawasan.

  II.1.5 Sasaran Revitalisasi

  Sasaran yang ingin dicapai dalam revitalisasi antara lain:

1. Mencegah terjadinya penurunan produksi ekonomi melalui

  penciptaan usaha lapangan kerja dan pendapatan ekonomi daerah,

  2. Meningkatkan stabilitas ekonomi kawasan dengan upaya

  mengembangkan daerah usaha dan pemasaran serta keterikatan dengan kegiatan lain,

  3. Meningkatkan daya saing ekonomi kawasan dengan mengatasi

  berbagai bpermasalahan lingkungan dan prasarana sarana yang ada,

  4. Meningkatkan pelayanan prasarana sarana di kawasan kumuh,

  5 5.

  kawasan,

   Mengembangkan amenitas 6. Mengkonservasi aset warisan budaya kawasan lama, 7. Mendorong partisipasi komunitas, investor dan pemerintah lokal dalam revitalisasi kawasan.

  II.2 Tinjauan Khusus Proyek

  II.2.1 Tentang Proyek

  Judul proyek ini adalah “Parijs van Soematra

  

(Revitalisasi kawasan bersejarah di jalan Ahmad Yani VII dan

jalan Hindu, Medan)

  ”. Proyek ini merupakan sebuah solusi dari permasalahan yang ditemukan di kawasan jalan Ahmad Yani VII dan jalan

  Hindu. Parijs van Soematra berdiri diatas lahan milik Pemerintah Kota Medan yang disewa oleh pihak swasta yang sangat peduli akan nilai-nilai sejarah yang ada di kota Medan. Proyek ini kemudian dikelola oleh pihak swasta tersebut dengan maksud agar kawasan ini dapat menjadi magnet baru masyarakat kota Medan dan wisatawan lokal/mancanegara. Dengan itu, kawasan ini menjadi hidup kembali dan nilai-nilai sejarah yang terkandung didalamnya pun akan tetap ada.

  Sejalan dengan itu, keuntungan yang akan diperoleh dari pariwiasata baru ini akan diterima oleh pengelola yang 5 memiliki niat luhur ini.

  

Komponen pendukung dari kegiatan pariwisata untuk memudahkan pengunjung

dan wisatawan.

  Parijs van Soematra merupakan suatu kawasan di kota

  Medan yang menjadi percontohan revitalisasi kawasan bersejarah. Parijs van Soematra terletak di jalan Ahmad Yani

  VII dan Jalan Hindu, dimana kawasan ini memiliki beberapa bangunan eksisting yang merupakan bangunan peninggalan era kolonial Belanda. Bangunan-bangunan bersejarah seperti gedung bekas kantor Depnaker (sekarang ditempati oleh organisasi AMPI), reruntuhan bekas gedung PT. Yuki Taxi, Yoga Life, restoran Delima, kantor LBH, serta ruko-ruko bergaya Eropa yang didominasi oleh wirausaha percetakan sebagian besar masih digunakan sampai sekarang meskipun tidak ada tindakan perawatan yang dilakukan oleh penggunanya.

  Revitalisasi kawasan ini yang kemudian dinamakan

  

Parijs van Soematra direncanakan dengan fungsi-fungsi yang

  saling terintegerasi hasil dari penggabungan fungsi yang sudah ada dan fungsi baru yang ditawarkan. Kawasan ini akan dijadikan pusat perbelanjaan dan kuliner dengan konsep terbuka serta hotel berbintang di atas lahan yang memiliki nilai sejarah tinggi. Selain itu, fungsi-fungsi lain yang ditawarkan seperti galeri, area promenade, serta amphiteatre dapat sangat mendukung fungsi utama. Perencanaan proyek ini sangat mempertimbangkan kondisi eksisting yang ada. Keberadaan bangunan-bangunan bersejarah di atas lahannya sama sekali tidak dihilangkan, melainkan tetap dipertahankan serta dipugar. Keberadaan bangunan-bangunan bersejarah ini yang kemudian menjadi bahan pertimbangan dalam memunculkan konsep desain bangunan yang baru, sirkulasi, serta lansekap kawasan. Kehadirannya diharapkan dapat menghidupkan kembali kawasan yang pada era kolonial dahulu pernah menjadi kawasan yang selalu ramai disinggahi masyarakat kota, namun sekarang kondisinya bertolak belakang. Hadirnya suatu magnet baru di kawasan ini akan menarik masyarakat kota dan wisatawan lokal ataupun mancanegara untuk mengunjunginya. Generator aktivitas baru akan muncul di kawasan ini sebagai suatu daya tarik wisatawan untuk mengunjungi kota Medan. Selain itu, kekhasan kawasan ini akan peninggalan sejarahnya senantiasa akan menjadi suatu tempat baru yang menarik untuk dikunjungi oleh siapapun.

  Deskripsi singkat tentang proyek ini adalah sebagai berikut:  Judul Proyek : Parijs van Soematra (Revitalisasi Kawasan

  Bersejarah di jalan Ahmad Yani VII dan jalan Hindu, Medan)

  : Komersil, kawasan konservasi, ruang  Fungsi terbuka publik

  : Jalan Ahmad Yani VII dan jalan Hindu,  Lokasi Kelurahan Kesawan, Kecamatan Medan Barat, Medan, Sumatera Utara

  2

  : ± 25000 m / ± 2.5 Ha  Luas Lahan  Pemilik Lahan : Pemerintah Kota Medan (dikelola oleh swasta)

  : Swasta  Pengelola : Pengelola, penjual, masyarakat kota Medan,  Pengguna wisatawan lokal maupun mancanegara  Karakteristik Site :

   historis yang tinggi, Di

  Lokasi perencanaan merupakan kawasan yang memiliki nilai

   atas lahan masih berdiri bangunan-bangunan peninggalan era kolonial Belanda dan beberapa reruntuhan bangunan peninggalan, Lokasi perencanaan terletak di kawasan yang didominasi

   oleh fungsi komersil (percetakan, rumah makan, kantor, dan lain-lain) Kondisi lahan relatif rata / tidak berkontur,

  

   mulai pukul 5 pagi hingga pukul 6 sore, selebihnya kawasan mulai sepi.

  Kawasan di sekitar lokasi ramai dilintasi kendaraan

II.2.2 Julukan “Parijs van Soematra”

  “Kota Medan pernah dijuluki Parijs van Soematra. Itu

mungkin karena pada masa itu kota ini begitu mulus, indah,

dan tertib. Setiap hari mobil penyapu jalan dengan sapunya

yang bundar, berkeliling menyusuri sudut kota untuk

membersihkan jalan dari segala macam sampah, termasuk kotoran

kuda dan lembu. Di belakangnya menyusul mobil mengangkut

sampah dan kotoran tersebut untuk dibawa ke tempat

pembuangannya.

  Jalan di masa itu pun masih sangat mulus. Kalau pun

ada yang berlubang segera ditambal, tanpa harus menunggu

bopeng tersebut membesar dan parah baru diperbaiki. Suasana

kota begitu nyaman dan tidak bising oleh suara-suara klakson,

apalagi sampai macet. Maklumlah, di zaman itu kendaraan

bermesin seperti kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat

masih sangat sedikit. Hanya pengendara sepeda saja yang

banyak terlihat hilir mudik di dalam kota untuk beraktivitas.

Bila ada yang mengendarai sepeda ‘Fongrer’, maka dia pun

pantas untuk membusungkan dadanya penuh rasa bangga, karena

di masa itu sepeda ini termasuk kendaraan yang mahal.

  Di antara decitan rem sepeda, derap tapak kaki kuda

menarik sado yang menjadi angkutan umum dalam kota juga

menjadi hal yang biasa. Sesekali lonceng sado yang dipijak

oleh sais untuk meminta jalan atau memanggil penumpang bisa

menjadi irama yang indah. Jejeran sado di depan stasiun besar

kereta api Medan yang menunggu penumpang turun dari kereta

api, merupakan pemandangan yang biasa.

  Selain sado ada juga ‘angkong’, yakni kereta yang ditarik

oleh manusia sambil berlari kecil. Banyak masyarakat yang

mengumpamakan orang yang menarik angkong itu ibarat ‘kuda

  6 merokok’ …”

  Demikianlah penuturan dari seorang sejarahwan kota Medan Drs.H.Muhammad TWH. Kota Medan pada zaman penjajahan Belanda pernah mendapat julukan Parijs van Soematra. Nama besar yang disandang kota ini dulunya tak hanya ditujukan pada satu wilayah, namun menyeluruh. Hanya saja yang menjadi pusat perhatian julukan Parijs van Soematra saat itu berada di sekitar kawasan Kesawan. Keindahan, ketertiban, kebersihan, ketentraman, dan tata kota yang teratur pada zaman dahulu membuat kota Medan mendapat julukan ini. Tidak ada yang mengetahui darimana julukan ini berasal. Julukan ini seakan-akan muncul dengan sendirinya sebagai apresiasi dari kota Medan pada era kolonial Belanda. Menurut seorang sejarahwan Tengku Luckman Sinar, SH, Istilah Parijs van

Soematra merupakan istilah yang digunakan oleh kalangan pers.

  Karena julukan ini dibesarkan dari bahasa pers pada masa itu, maka istilah ini pun hanya beredar di kalangan masyarakat kota Medan. Belanda ataupun wisatawan mancanegara tidak mengetahui apapun mengenai julukan kota Medan ini.

7 Kota Medan pada era kolonial Belanda direncanakan

  sebagai sebuah kota modern. Dalam bingkai itu, termasuklah taman-taman, alokasi perumahan bagi orang-orang Eropa dan beberapa kawasan untuk kelompok orang Tionghoa, India dan pribumi. Ini merupakan hasil dari model quarter system, dimana tiap-tiap populasi tinggal di lokasi yang sudah ditentukan. Sistem seperti ini memunculkan suatu peraturan ketat berupa perizinan untuk meninggalkan wilayah populasi 6 tiap-tiap etnis. 7 Tuturan kisah dari sejarahwan Medan, Drs.H.Muhammad TWH

  

A plantation City on the East Coast of Sumatra 1870-1942 (Planters, the

Sultan, Chinese and the Indian), Dirk A. Buiskool

  Pemerintah kolonial Belanda kemudian merencanakan wilayah Kota Medan dengan mengadopsi gaya Eropa dengan mempergunakan aturan-aturan yang ada di dalamnya. Belanda kemudian membangun gedung-gedung bernuansa Eropa di seputar kawasan Lapangan Merdeka (dulu bernama Esplanade), Kesawan dan sekitarnya, yang kemudian dipadukan dengan perumahan elit bangsa Belanda. Karena banyaknya perumahan Belanda yang dibangun, maka kawasan pusat kota Medan pernah mendapat julukan “Garden City”. Keasrian dan keteraturan Kota Medan tempo dulu, juga diakui orang-orang Eropa pada zaman dahulu, terbukti dengan hadirnya kota Medan dalam beberapa buku karangan penulis-penulis Eropa pada masa itu.

  Istilah Parijs van Soematra kemudian hilang secara perlahan saat Belanda meninggalkan kota Medan. Kedatangan bangsa Jepang pada masa itu membawa dampak dan perubahan yang signifikan pada perkembangan kota Medan yang sudah terlebih dahulu dikembangkan oleh bangsa Belanda. Sejak itu, istilah

  

Parijs van Soematra tidak pernah terdengar lagi di kalangan

  masyarakat kota Medan hingga sekrang, yang tersisa hanya peninggalan-peninggalan bekas keindahan kota Medan pada era kolonial Belanda yang dibiarkan terbengkalai.

II.2.3 Sejarah Kawasan

  Kawasan yang menjadi objek pembahasan ini terletak pada Kelurahan Kesawan, Kecamatan Medan Barat. Kawasan ini merupakan salah satu kawasan yang memiliki nilai historis yang sangat tinggi, karena pada masa kolonial Belanda dan bahkan sebelumnya pun telah berkembang menjadi suatu kawasan yang telah banyak dipadati penduduk. Kelurahan ini secara historisnya dibagi kedalam beberapa kawasan (lingkungan) yang mencakup beberapa segmen berdasarkan fungsi dari kawasan itu sendiri.

  5

  3

  4

  2

  1 Gambar II.1 Peta pembagian kawasan kelurahan Kesawan secara historis

  Pembagian kawasan berdasarkan peta diatas meliputi: 1. Kawasan Putri Hijau (Boolweg/Laboeanweg) merupakan kawasan yang memiliki banyak bangunan untuk fasilitas kesehatan

  (rumah sakit, laboratorium patologi, barak kuli dan asilum).

  2. Kawasan Tembakau Deli (Deli Mijlaan/Serdangweg) merupakan kawasan tempat berdirinya kantor perusahaan perkebunan Deli (Deli Maatschappij) dan rumah manajernya, serta lokasi perusahaan Deli Atjeh Maatschappij dan perusahaan percetakan N.V. De Deli Courant.

  3. Lapangan Merdeka (Cremerweg/Societeitweg/ Kawasan

  Stationweg/Nienhuijsweg) merupakan kawasan sentral tempat

  didirikannya sarana publik (balaikota, bank sentral, kantor pos, stasiun kereta api, pusat perkumpulan, hotel, lapangan terbuka).

  Markt/Huttenbachstraat/

  4. Pasar Lama (Oude Kawasan

  Moskeestraat) merupakan kawasan yang terbentuk oleh Pasar

  Lama/Pasar Hindu serta mesjid tua. Kawasan ini sekarang banyak ditempati oleh penjual aksesoris sepeda motor dan percetakan.

  5. Kesawan (Kesawan/Nieuwemarkt/Spoorstraat) Kawasan merupakan kawasan perdagangan yang didominasi oleh ruko serta pasar tradisional.

  Pasar Lama sendiri tidak dapat dilepaskan dari sejarah Kesawan. Menurut sejarahwan Tengku Luckman Sinar, SH, kata “Kesawan” berasal dari kata “Kesawahan” yang berarti pergi ke sawah, de naam spreekt van een landelijk verleden (nama itu berbicara mengenai pedesaan di masa lampau) [“Gids voor de

  Oostku st van Sumatra”, 1940:28]. Penduduk pindah dari

  Labuhan

  • –kawasan yang lebih dahulu berkembang sebelum Medan, terletak di sumbu Belawan-Medan pada pertengahannya yang termasuk kota tua sebelum akhirnya wilayahnya juga dimasukkan ke administrasi Medan – pindah ke Kesawan dengan menaiki kereta lembu karena jalan dipenuhi lumpur setinggi lutut. Selain menaiki kereta, tuan-tuan besar Belanda ditandu oleh “orang-orang setrapan” (orang yang dihukum) melewati jalan raya ini dengan memakan waktu kurang lebih 5 jam.

  Nienhuijs, sang pionir pembentukan perusahaan perkebunan Deli, mula-mula mendirikan kantor pusat Deli

  Maatschappij di kampung Medan

  Putri untuk pindah dari Labuhan, dengan alasan letaknya agak lebih tinggi dan tidak mudah terkena banjir pada saat musim hujan serta lokasinya yang berada di tengah pusat perkebunannya (Gambar 2.2). Karena pusat perkebunan berada di situ, maka semakin ramai lah jumlah orang yang berdatangan dan pada akhirnya menetap di kampung Kesawan.

Gambar 2.2 Peta lokasi perkebunan pertama Nienhuijs di Labuhan Deli

  (sumber: ”Tabak Maatschappij Ardensburg (1877- 1927)”, A. Hoynck, 1927, p. 44)

  Pasar Lama sendiri mengacu pada Pasar Hindu yang sudah lama terbentuk seiring dengan berkembangnya kawasan Kesawan sebagai pasar yang menaungi kawasan sekitarnya sebelum pada akhirnya dibangun suatu pasar baru, yaitu Pasar Ikan Lama di seputaran jalan Perniagaan sekarang. Pasar Lama dalam Bahasa Belanda disebut Oude Markt.

  Etnis Tionghoa sendiri juga menyebutnya hingga sekarang sebagai 杀 (Hanyu Pinyin: Lǎo Bāshā; Hokkian Peh- ōe-jī: Lāu Pa-sat), dikarenakan etnis Tionghoa pada tahun 1900-an umumnya menyebut nama suatu kawasan ataupun jalan dengan sebutan yang digunakan sejak zaman kolonial Belanda.

  Beberapa penduduk di sana menyebutkan bahwa bangunan- bangunan yang masih menghadap ke arah sisi jalan Ahmad Yani masih belum termasuk kawasan Pasar Lama (walaupun persepsi ini bukan menjadi patokan mutlak). Beberapa penanda/landmark dari kawasan ini antara lain: 1.

  Masjid Lama Gang Bengkok, 2. Pasar Hindu, 3. Ruko bekas bengkel reparasi Ford (sekarang percetakan Bin

  Harun), 4. Bioskop Deli (sekarang menjadi ruko), 5. Yayasan Perguruan Kebudayaan, 6. Kedai Kopi Apek, 7.

  Restoran Delima, 8. Yoga Life, 9. Gedung bekas Royal Dutch Shell/PT. Yuki Taxi (sudah diruntuhkan),

10. Gedung bekas Borsumij (sudah diruntuhkan), 11.

  Gedung bekas Depnaker (sekarang ditempati oleh organisasi AMPI), 12.

  Gedung Empire Bioscoop (sudah diruntuhkan).

Gambar 2.3 Suasana di jalan Hüttenbach (sekarang jalan Ahmad Yani VII) (sumber: Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde )

  Kesawan sendiri pada awalnya merupakan kampung etnis Melayu, tetapi sejak 1873 orang-orang etnis Tionghoa yang berdagang semakin banyak berdatangan dari seberang (umumnya dari Malaka, Semenanjung Malaya) dan dari China yang kemudian membuat suasana kawasan ini menjadi seperti daerah pecinan/Chinatown, terutama disebabkan oleh pihak perkebunan memberikan kesempatan kepada mereka menjadi leveransir perkebunan (sayur-sayuran, ternak babi, barang-barang kedai sampah, dan lain-lain) dengan terlebih dahulu menyetor persekot. Pada tahun 1889 sempat terjadi kebakaran besar yang menghancurkan 67 rumah kayu dan toko-toko (Naudin ten Cate, 1905:43).

  Sejak saat itu, terjadi pertumbuhan pesat bangunan- bangunan ruko dengan bahan batu bata dengan suatu “galeri” di bawahnya.

Gambar 2.3 Tjong A Fie dan Suasana Pasar Lama jalan Perdana(sumber:

  Koninklijk Instituut voor de Tropen)

  Bangunan di kawasan ini pada umumnya berlantai dua, dengan papan nama toko bertuliskan nama toko dan apa-apa saja yang mereka perdagangkan dengan aksara Mandarin. Hal ini berlangsung hingga tahun 1960 karena munculnya larangan menggunakan aksara Mandarin karena alasan politik negara pada saat itu.

  Seluruh pasar yang ada di Medan saat itu dioperasikan oleh Tjong Bersaudara (Tjong Yong Hian dan Tjong A Fie). Pada tahun 1886, Pasar Lama didirikan di jalan Mayjend Sutoyo Siswomihardjo (dulu jalan Perdana), kemudian Pasar Ikan Lama pada tahun 1888 di jalan Kereta Api, dan Pasar Baru pada tahun 1906 di jalan Perniagaan.

  II.3 Tinjauan Kelayakan

  II.3.1 Tinjauan Latar Belakang

  Proyek Parijs van Soematra memiliki dasar pemikiran bahwa pada kelurahan Kesawan khususnya sekitar jalan Ahmad Yani VII dan jalan Hindu sekarang seakan-akan mati suri. Kawasan ini memang masih dilewati kendaraan yang berasal dari jalan Raden Saleh dan seputaran Lapangan Merdeka, namun sama sekali tidak menjadi suatu titik yang disinggahi, sehingga kawasan ini tidak memiliki aktivitas yang membuatnya menjadi tempat yang vital. Kawasan ini memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi tempat kunjungan pariwisata yang diandalkan kota Medan. Potensi yang paling nyata adalah kandungan nilai historis yang tinggi pada kawasan ini. Bangunan peninggalan era kolonial Belanda yang masih asli membuatnya menjadi suatu bukti kawasan yang pernah disebut sebagai kota Paris-nya Sumatra. Selain itu, kawasan ini juga berbatasan langsung dengan aliran sungai Deli yang berpotensi untuk dijadikan sebuah pemandangan menarik bagi masyarakat yang mengunjungi kawasan ini.

  Dengan direalisasikannya proyek ini, akan banyak pihak yang diuntungkan. Kota Medan tentunya akan mendapatkan keuntungan dari segi pariwisata, selain identitasnya tetap akan terjaga. Masyarakat kota juga akan merasakan keuntungan dari direalisasikannya proyek ini karena adanya pariwisata alternatif terbaru yang sesuai dengan gaya hidup, namun tetap mempertahankan secara utuh nilai sejarah. Wisatawan lokal dan mancanegara juga akan diuntungkan dengan adanya tujuan pariwisata baru sehingga tidak mudah bosan saat berada di kota Medan. Pemerintah Kota Medan juga akan mendapatkan keuntungan dari segi pariwisata kota yang dipimpinnya. Pihak swasta yang mengelola kawasan ini tentunya mendapatkan keuntungan langsung dari dibukanya kawasan revitalisasi ini.

  II.3.2 Tinjauan Lokasi

  II.3.2.1 Lokasi Proyek

  Lokasi proyek terletak di jalan Ahmad Yani VII dan jalan Hindu, Kelurahan Kesawan, Kecamatan Medan Barat, Medan, Sumatera Utara. Lokasi proyek memiliki luas lahan sebesar ±

  2

  25000 m / ± 2.5 Hektar. Di atas lahan pada lokasi proyek masih terdapat beberapa bangunan peninggalan era kolonial Belanda yang masih utuh ataupun sudah menjadi reruntuhan. Bangunan eksisting yang terdapat di atas lahan ini antara lain gedung bekas kantor Depnaker (sekarang digunakan oleh organisasi AMPI), reruntuhan gedung bekas PT. Yuki Taxi,, restoran Delima, Yoga Life, ruko yang digunakan oleh LBH, serta ruko-ruko bergaya khas kolonial yang sebagian besar digunakan oleh wirausaha percetakan.

  Kawasan ini memiliki nilai sejarah yang sangat kental. Pada era kolonial Belanda, kawasan ini menjadi salah satu kawasan yang sangat ramai dikunjungi. Kawasan ini menjadi daya tarik masyarakat pada masa itu untuk mengunjunginya. Kawasan ini memiliki beberapa generator aktivitas yang menarik pengunjung. Bangunan yang sekarang digunakan oleh organisasi AMPI pada masa kolonial Belnada merupakan satu-satunya department store (Medan’s Warenhuis) yang ada di kota Medan yang menyediakan kebutuhan-kebutuhan masyarakat kota pada masa itu. Selain itu, pasar Hindu sebagai pasar pertama yang hadir di kota Medan juga menjadi generator aktivitas di kawasan ini. Kawasan ini pernah menjadi kawasan yang sangat hidup pada masa Medan masih mendapat julukan Parijs van Soematra, berbeda dengan sekarang. Kawasan ini sekarang seakan-akan terlantar. Bangunan-bangunan peninggalan sejarah dibiarkan terlantar tanpa ada perawatan, padahal apabila ada tindakan pelestarian yang serius, kawasan ini bisa menjadi pariwisata baru kota Medan dan menarik masyarakat serta wisatawan untuk mengununginya.

  Berdasarkan RUTRK (Rencana Umum Tata Ruang Kotamadya Medan), lokasi termasuk dalam WPP E (Wilayah Pengembangan Pembangunan E) dengan kegiatan utama yang ditujukan adalah sebagai pertokoan-perdagangan dan daerah konservasi.

Gambar 2.4 Peta lokasi proyek

II.3.2.2 Kondisi di Sekitar Kawasan

  II.4 Tinjauan Fungsi

  II.4.1 Pengguna

  Ada 4 pengelompokkan pengguna pada proyek Parijs van

  Soematra ini: 1.

  Kelompok pengawas (pihak Pemerintah Kota Medan), 2. Kelompok pengelola (pihak swasta), 3. Kelompok penjual/pedagang/penyewa retail, 4. Kelompok pengunjung/pembeli.

  II.4.2 Karakteristik Pengguna

  Ada 4 pengelompokkan karakteristik pengguna pada proyek Parijs van Soematra ini:

  1. Kelompok pengawas (pihak Pemerintah Kota Medan) Pihak Pemerintah Kota Medan sebagai pemilik lahan bertugas untuk mengawasi secara langsung ataupun tidak langsung keberlangsungan Parijs van Soematra.

  2. Kelompok pengelola (pihak swasta)  Memanajemen seluruh keberlangsungan Parijs van Soematra,  Mengawasi keutuhan bangunan-bangunan peninggalan sejarah di kawasan proyek,  Melakukan perawatan secara berkala pada bangunan- bangunan peninggalan sejarah di kawasan proyek,  Melakukan koordinasi dengan pemilik lahan (Pemerintah

  Kota Medan) mengenai perkembangan proyek Parijs van

  Soematra,

   Mempromosikan Parijs van Soematra kepada masyarakat kota Medan khususnya dan wisatawan lokal maupun mancanegara umumnya,

   Mengatur jalannya operasional bangunan-bangunan pada kawasan,

   Membayar biaya hak pemakaian lahan kepada Pemerintah Kota Medan, 3.

  Kelompok penjual/pedagang/penyewa retail  Menggunakan fasilitas yang ada di kawasan Parijs van

  Soematra,

   Berwirausaha yang sesuai dengan fungsi kawasan, dengan cara menyewa salah satu retail yang telah disediakan oleh pihak pengelola,  Membayar biaya sewa retail kepada pihak pengelola.

4. Kelompok pengunjung/pembeli

   Menggunakan fasilitas yang ada di kawasan Parijs van

  Soematra,

   Berbelanja di kawasan Parijs van Soematra,  Menginap di kawasan Parijs van Soematra  Berwisata di kawasan Parijs van Soematra,  Menyewa beberapa fasilitas (misalnya amphiteatre) untuk mengadakan kegiatan kepada pihak pengelola.

II.4.3 Alur Kegiatan Pengguna

  Berikut ini adalah diagram alur pengguna pada proyek

  Parijs van Soematra ini: 1.

  Kelompok pengawas (pihak Pemerintah Kota Medan)

  

Datang Ke Ruangan Mengawasi Istirahat Pulang

Diagram 2.1 Alur kegiatan kelompok pengawas

2.

  Kelompok pengelola (pihak swasta)

  

Rapat

Datang Ke Ruangan Istirahat Pulang

Mengawasi

  

Diagram 2.2 Alur kegiatan kelompok pengelola

3.

  Kelompok penjual/pedagang/penyewa retail

  

Ke Retail

Datang Pulang

  

(Berjualan)

Diagram 2.3 Alur kegiatan kelompok penjual

4.

  Kelompok pengunjung/pembeli

  

Berbelanja

Menginap

Datang Pulang

Makan & minum

  

Kegiatan lain

Diagram 2.4 Alur kegiatan kelompok pengunjung/pembeli

  II.4.4 Struktur Organisasi

  Berikut ini adalah diagram struktur organisasi pada proyek Parijs van Soematra ini:

  

General Manager

Bag. Finansial

Bag. Fungsional

Konservasi &

  Pemasaran Edukasi Teknisi Preperasi

Diagram 2.5 Struktur organisasi

  II.4.5 Aktivitas

No. Aktivitas Umum Sifat Aktivitas Khusus

  1. Kegiatan Utama Kegiatan utama pada  Pengelolaan kawasan Parijs van kawasan

  Soematra adalah

   Pelayanan toilet,  Pelayanan fasilitas ibadah,  Pelayanan informasi

  penginapan, dan pariwisata kawasan bersejarah. Sasaran kegiatan ini ditujukan kepada seluruh masyarakat kota

  Soematra adalah area perbelanjaan, wisata kuliner,

  bersejarah untuk tujuan pariwisata dan pelestaraian sejarah kota Medan. fungsi utama yang ada pada Parijs van

  Parijs van Soematra merupakan proyek revitalisasi kawasan

  Berikut ini merupakan uraian kegiatan berdasarkan keutamaannya:

Tabel 2.1 Tabel Aktivitas

  Kegiatan ini merupakan bentuk pelayanan kepada para pengguna kawasan.

  pertokoan dan pariwisata sejarah.

  3. Kegiatan Pelayanan

   Pameran galeri sejarah,  Membuat suatu acara/kegiatan misalnya acara musik, talkshow, dan lain-lain.

  mengunjungi galeri sejarah, dan membuat suatu acara/kegiatan .

  van Soematra adalah

  Kegiatan penunjang pada kawasan Parijs

  2. Kegiatan Penunjang

   Menginap di kawasan  Kegiatan jual beli  Menikmati suasana kawasan bersejarah

II.4.6 Uraian Kegiatan

1. Kegiatan Utama

  Medan khususnya dan wisatawan lokal maupun mancanegara pada umumnya.

  2. Kegiatan Penunjang Sebagai sebuah kawasan yang dikelola dengan tetap mempertahankan unsur-unsur sejarah, sudah sepantasnya

  Parijs van Soematra memfasilitasi jenis kegiatan yang

  berbasis sejarah. Fasilitas penunjang galeri sejarah, dan

  amphiteatre menampung kegiatan-kegiatan yang sangat

  mendukung tercapainya tujuan dari revitalisasi kawasan ini.

  3. Kegiatan Pelayanan Kegiatan pelayanan merupakan kegiatan yang ditujukan untuk memberikan pelayanan dan membantu pengguna yang mengunjungi kawasan ini. Fasilitas seperti toilet, tempat ibadah, mesin ATM, pusat informasi, dan lain-lain dapat memudahkan pengunjung untuk melakukan kegiatan yang terkait dengan pelayanan ini.

II.4.7 Kebutuhan Ruang

  Berikut ini merupakan uraian kebutuhan ruang berdasarkan aktivitas, perilaku, dan sifatnya:

1. Kelompok pengelola

  No. Aktivitas Pelaku Sifat Ruang

  1. Mengelola Privat  General  Ruang kerja GM keberlangsungan

  Manager (GM)  Ruang tamu proyek

   Sekretaris  Ruang rapat  Staff GM

   Ruang sekretaris

  2. Mengelola Privat  Kabag  Ruang kerja finansial financial kabag

   Sekretaris  Staff bagian finansial  Ruang tamu  Ruang sekretaris

  3. Mengelola pemasaran  Kabag pemasaran  Sekretaris  Staff bagian pemasaran

  Privat  Ruang kerja kabag  Ruang tamu  Ruang sekretaris

  4. Mengelola bimbingan edukasi

   Kabag edukasi  Sekretaris  galeri  Staff galeri

  Privat  Ruang kerja kabag  Ruang tamu

  5. Mengawasi dan merawat cagar budaya

   Kepala bagian konservasi & preperasi  Sekretaris  Staff bagian konservasi dan preperasi

  Privat  Ruang kerja kabag  Ruang tamu  Ruang sekretaris

  6. Mengawasi kinerja teknis sarana dan prasarana

   Kepala bagian teknisi  Sekretaris  Staff bagian teknisi

  Privat  Ruang kerja kabag  Ruang tamu  Ruang sekretaris 1.

  Kelompok penjual/pedagang/penyewa retail

  No. Aktivitas Pelaku Sifat Ruang

  1. Berwisata sejarah, melihat galeri

   Retail/toko  Café  Restoran  Coffee shop Bakery shop  Bar

  Pengunjung / pembeli Publik

  3. Berbelanja kuliner, makan dan minum, menggunakan fasilitas Wi-Fi sambil makan dan minum

   Retail/toko

  2. Berbelanja Pengunjung / pembeli Publik

  Pengunjung Publik  Bangunan eksisting peninggalan sejarah  Ruang terbuka publik di dalam kawasan  Galeri

  No. Aktivitas Pelaku Sifat Ruang

  1. Berjualan souvenir  Pemilik usaha yang menyewa retail

  Kelompok pengunjung/pembeli

   Penyewa ruko eksisting Publik Disesuaikan dengan kondisi eksisting ruko 2.

  3. Usaha-usaha pada ruko eksisting

  Publik  Retail/toko  Pantry  Gudang penyimpanan

  2. Berjualan kuliner  Pemilik usaha yang menyewa retail

  Publik  Retail/toko  Gudang penyimpanan

  4. Menginap, Pengunjung Semi  Hotel menggunakan fasilitas- fasilitas di hotel berbintang

  Publik  Restoran hotel  Coffee shop  Fasilitas Olahraga  Convention

  Hall dan Ballroom

  5. Bersantai,

  nongkrong,

  menggunakan fasilitas Wi-Fi sambil bersantai

  Pengunjung Publik  Ruang terbuka publik di dalam kawasan

   Area promenade  Café  Coffee shop Amphiteatre

  6. Berfoto-foto Pengunjung Publik  Entrance kawasan  Bangunan eksisting peninggalan sejarah  Ruang terbuka publik di dalam kawasan  Galeri  Area promenadeAmphiteatre

  7. Berkumpul komunitas, mengadakan acara, menyaksikan acara

  Pengunjung Publik  Bangunan eksisting peninggalan sejarah  Ruang terbuka publik di dalam kawasan  Area promenade

   Restoran  Coffee shop Amphiteatre Convention

  Hall dan Ballroom

3. Kegiatan pelayanan

  1. Mencari informasi  Pengunjung / pembeli  Penjual / pedagang

  Publik  Pusat informasi  Kantor pengelola

  2. Beribadah  Pengelola  Pengunjung / pembeli

   Penjual / pedagang Semi Publik

   Musholla:

   Tempat sholat

  No. Aktivitas Pelaku Sifat Ruang

   Tempat penitipan alas kaki

  3. Buang air  Pengunjung / pembeli

   Penjual / pedagang Privat Toilet

  4. Maintenance kebutuhan mekanikal elektrikal di kawasan

   Kepala bagian teknisi  Staff bagian teknisi

  Privat  Ruang kontrol  Ruang genset & trafo  Ruang tanki

  BBM  Ruang panel

   Ruang wudhu

   Ruang chiller  Ruang AHU  Ruang grand water tank  Ruang pompa  Ruang PABX  Ruang septictank

  cleaning service

  Chinatown yang menghubungkan Neil Road dengan New Bridge Road. Kreta Ayer Road merupakan suatu kawasan revitalisasi yang memiliki nilai historis yang tinggi bagi Singapura. Pada

  8 Kreta Ayer Road merupakan sebuah jalan di kawasan

  II.5.1 Kreta Ayer Road, Singapura

  II.5 Studi Kasus Proyek Sejenis

Tabel 2.2 Tabel kebutuhan ruang

  ATM Center

  7. Mengambil uang di ATM  Pengelola  Pengunjung / pembeli  Penjual Semi publik

   Ruang peralatan

  5. Keamanan  Satpam Privat  Ruang keamanan

  cleaning service

   Toilet

  service

  Privat  Loker cleaning

  service

   Seluruh pengguna kawasan  Cleaning

  6. Menjaga kebersihan kawasan, membersihkan kawasan

  8 http://infopedia.nl.sg/articles/SIP_325_2004-12-17.html abad ke-19, Kreta Ayer pernah mendapat sebu tan “Greater Town District”, dan merupakan warisan sejarah yang penting karena pernah menjadi hampir sebagian kemakmuran Singapura.

  Jalan ini merupakan salah satu area konservasi Singapura yang terdapat di kawasan pecinan. Kawasan ini merupakan salah satu daerah komersil yang direvitalisasi dengan tetap mempertahankan bangunan bersejarahnya. Fungsi- fungsi seperti tempat perbelanjaan, wisata kuliner, fasilitas umum, serta permukiman terdapat di kawasan ini. Kondisi bangunan peninggalan sejarah terawat dengan baik. Selain itu, pedestrian yang sangat bersih dengan penataan vegetasi yang baik juga menambah keindahan kawasan ini.

Gambar 2.21 Kreta Ayer Road, Singapura

  

Tanggapan : Revitalisasi kawasan Kreta Ayer Road ini

  menitikberatkan pada perlindungan warisan sejarah Singapura, terbukti dengan terjaganya bangunan-bangunan bersejarah. Selain itu, kawasan ini juga direncanakan sebagai tempat pariwisata kota tua Singapura di kawasan pecinan.

9 II.5.2 Kota Tua Jakarta

  Kota Tua Jakarta juga dikenal dengan sebutan Batavia

Lama (Oud Batavia). Kota Tua Jakarta atau yang akrab disebut

Kota Tua adalah sebuah wilayah kecil di Jakarta yang memiliki

9

luas 1,3 kilometer persegi yang melintasi Jakarta Utara dan

http://www.trackpacking.com/blog/kota-tua-jakarta-wisata-sejarah-kota- jakarta

  

Jakarta Barat, mencakup daerah Pinangsia, Taman Sari dan Roa

Malaka.

  Kota Tua Jakarta merupakan sebuah kawasan yang masih

kental unsur sejarah dan budaya baik itu peninggalan Belanda

maupun China. Wilayah Kota Tua ini telah resmi dijadkan

sebagai situs warisan oleh Gubernur Jakarta Ali Sadikin pada

tahun 1972. Peresmian Kota Tua sebagai situs budaya ini

bertujuan untuk menjaga arsitektur yang berada di dalam

wilayah Kota Tua. Arsitektur bangunan yang berada di kawasan

ini memang sangat melegenda dan kental dengan nuansa Belanda.

Dokumen yang terkait

Parijs van Soematra

5 53 173

BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Komunikasi II.1.1 Pengertian Komunikasi - Tabloid Aplaus Dan Kepuasan Mahasiswa (Studi Korelasional tentang Tabloid Aplaus Terhadap Kepuasan Lifestyle Mahasiswa FISIP USU)

0 0 21

BAB II KAJIAN PUSTAKA II.1 Paradigma dan Perspektif Kajian II.1.1 Paradigma Konstruksionis - Representasi Citra Perempuan Dalam Fotojurnalistik (Analisis Semiotika Foto Headline di Harian Tribun Medan)

0 1 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Umum - Pengembangan Genteng Beton Ringan sebagai Alternatif Penutup Atap

0 0 23

BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Analisis Isi (Content Analysis) II.1.1 Pengertian dasar - Analisis Isi Pesan Nilai Sosial dalam Iklan Pepsodent di Televisi

0 0 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 NYERI KEPALA II.1.1 Definisi - Hubungan Tekanan Darah, Kadar Hemoglobin Dan Kadar Trombosit Dengan Nyeri Kepala Primer

0 12 27

BAB II DESKRIPSI PROYEK 2.1 Tinjauan Umum Proyek 2.1.1 Pengertian Judul - Kompleks Olahraga Bulutangkis Djarum di Medan : Arsitektur Hijau

0 0 61

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pedestrian II.1.1 Pengertian Jalur Pedestrian - Studi Kualitas Jalur Pedestrian Di Jalan DR. Mansyur Medan Ditinjau Dari Faktor Fisik

2 1 22

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN II.1 MATERIAL BAJA II.1.1 SIFAT BAHAN BAJA - Analisa Nonlinier Tekuk Lateral Pada Balok Baja Profil I Non Prismatis Dengan Program ABAQUS

0 2 49

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum - Analisis Konsep Cadangan Waktu Pada Penjadwalan Proyek Dengan Critical Path Method (CPM) (Studi Kasus : Proyek Pembangunan Rumah Sakit Prima)

0 1 28