BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum - Analisis Konsep Cadangan Waktu Pada Penjadwalan Proyek Dengan Critical Path Method (CPM) (Studi Kasus : Proyek Pembangunan Rumah Sakit Prima)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum

  Pemahaman tentang konstruksi dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu teknologi konstruksi (construction technology) dan manajemen konstruksi (construction ). Kedua hal tersebut saling terkait satu sama lain dan bersinergi untuk

  management meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pengelolaan proyek.

  Teknologi konstruksi (construction technology) mempelajari metoda atau teknik yang digunakan untuk mewujudkan bangunan fisik dalam lokasi proyek. Dalam bahasa Inggris, istilah technology berasal dari kata techno dan logic. Logic, dapat diartikan sebagai urutan dari setiap langkah kegiatan (prosedur), misalnya kegiatan X harus dilaksanakan lebih dahulu, kemudian baru kegiatan Y dan seterusnya, sedangkan techno adalah cara yang harus digunakan secara logic.

  Manajemen proyek adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan. Lebih jauh, manajemen proyek menggunakan pendekatan sistem dan hirarki (arus kegiatan) vertikal maupun horizontal (H. Kerzner, 1982).

  Dari definisi di atas terlihat bahwa konsep manajemen proyek mengandung hal- hal pokok berikut : a. Menggunakan pengertian manajemen berdasarkan fungsinya, yaitu merencanakan, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan sumber daya perusahaan yang berupa manusia, dana dan material. b. Kegiatan yang dikelola berjangka pendek, dengan sasaran yang telah digariskan secara spesifik. Ini memerlukan teknik dan metode pengelolaan yang khusus, terutama aspek perencanaan dan pengendalian.

  c. Memakai pendekatan sistem (system approach to management).

  d. Mempunyai hirarki (arus kegiatan) horizontal disamping hirarki vertikal.

Gambar 2.1. Sistem Manajemen Proyek

  Pada setiap proses penyelesaiannya, proyek konstruksi harus berpegang pada tiga kendala (triple constraint), yaitu sesuai spesifikasi yang ditetapkan, sesuai time

  schedule , dan sesuai biaya yang direncanakan.

Gambar 2.2. Triple Constraint

  Agar proyek dapat berjalan dengan lancar dan mencapai target yang diinginkan, proyek harus mengikuti ketiga batasan tersebut. Untuk memastikan proyek berjalan sesuai dengan ketiga batasan tersebut, diperlukan suatu sistem manajemen proyek. Manajemen untuk constraint mutu, waktu dan biaya dilakukan dengan jalan pengawasan (controlling). Constraint waktu dan biaya merupakan constraint yang saling terkait satu sama lain. Sehingga untuk mengendalikan keduanya perlu dilakukan usaha manajemen waktu dan biaya yang dapat meningkatkan kualitas perencanaan waktu dan jadwal untuk menghadapi jumlah kegiatan dan kompleksitas yang cenderung bertambah. Hal itu dapat dilakukan dengan bantuan Analisis Jaringan Kerja (network

  

analysis ) yang berupa penyajian perencanaan dan pengendalian, khususnya jadwal

kegiatan secara sistematis dan analitis.

2.2 Proyek

  2.2.1 Definisi Proyek

  Proyek adalah suatu proses pembangunan fisik yang mempunyai waktu terbatas (awal dan akhir proyek relatif pasti) dan hasil proyek yang bersifat unik (hanya satu/terbatas).

  Dari definisi proyek di atas, diketahui bahwa ciri pokok proyek adalah : a. Memiliki tujuan atau hasil kerja akhir.

  b. Biaya, jadwal dan mutu dalam pencapaian tujuan telah ditetapkan.

  c. Waktu awal dan akhir proyek ditentukan dengan jelas.

  d. Tidak berulang-ulang jenis kegiatan.

  2.2.2 Jenis-Jenis Proyek Konstruksi

  Proyek konstruksi dapat dibedakan menjadi dua jenis kelompok bangunan, yaitu :

   Bangunan gedung : rumah, kantor, pabrik dan lain-lain.

  Ciri-ciri dari kelompok bangunan ini adalah : 1. Proyek konstruksi menghasilkan tempat orang bekerja atau tinggal.

  2. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang relatif sempit dan kondisi pondasi umumnya sudah diketahui.

  3. Manajemen dibutuhkan, terutama untuk progressing pekerjaan.  Bangunan sipil : jalan, jembatan, bendungan dan infrastruktur lainnya.

  Ciri-ciri dari kelompok bangunan ini adalah :

  1. Proyek konstruksi dilaksanakan untuk mengendalikan alam agar berguna bagi kepentingan manusia.

  2. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang luas atau panjang dan kondisi pondasi sangat berbeda satu sama lain dalam suatu proyek.

  3. Manajemen dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan. Kedua kelompok bangunan tersebut sebenarnya saling tumpang tindih, tetapi pada umumnya direncanakan dan dilaksanakan oleh disiplin ilmu perencana dan pelaksana yang berbeda.

2.2.3 Tahapan dalam Kegiatan Proyek

  1.Tahap kegiatan persiapan tersebut meliputi : a. Identifikasi gagasan proyek atau analisis pendahuluan.

  b. Pengembangan gagasan menjadi konsep-konsep alternatif.

  c. Evaluasi kelayakan konsep alternatif yang baik.

  d. Penentuan konsep alternatif yang baik.

  e. Identifikasi sumber yang diperlukan dan jadwal pelaksanaan. f. Menyusun perkiraan biaya.

  g. Menyusun organisasi pelaksana.

  2. Tahap pelaksanaan ditandai dengan kegiatan proyek, mencakup :

  a. Menyiapkan rincian rekayasa desain untuk kegiatan pengadaan material dan konstruksi.

  b. Menyusun anggaran definitif dan jadwal induk proyek.

  c. Pengadaan dan mobilisasi tenaga kerja.

  d. Pembelian material dan peralatan masuk pabrikasi.

  e. Penyelesaian konstruksi, pra-operasi dan start-up.

2.2.4 Unsur-unsur Penyusunan Kegiatan Proyek

  Penyusunan kegiatan secara logis menurut waktu tertentu, akan menghasilkan rencana formal yang mencantumkan :  Kegiatan atau tugas  Waktu  Sumber daya  Biaya, sebagai target dalam pelaksanaan nantinya Mengingat perubahan-perubahan yang selalu terjadi pada saat pelaksanaan, maka beberapa faktor harus diperhatikan untuk membuat jadwal proyek yang cukup efektif, yaitu : 1. Secara teknis jadwal tersebut bisa dipertanggungjawabkan (technically feasible).

  2. Disusun berdasarkan perkiraan yang akurat (reliable estimate).

  3. Sesuai dengan sumber daya yang ada.

  4. Sesuai dengan penjadwalan proyek lain yang menggunakan sumber daya yang sama.

  5. Fleksibel terhadap perubahan-perubahan.

  6. Mendetail, dipakai sebagai alat ukur hasil yang dicapai dengan pengendalian kemajuan proyek.

  7. Dapat menampilkan kegiatan pokok yang kritis.

2.3 Penjadwalan Proyek

  Penjadwalan proyek merupakan hal yang sangat perlu kita perhatikan dalam pelaksanaan proyek. Penjadwalan merupakan alat mutlak yang diperlukan guna menyelesaikan suatu proyek. Untuk proyek yang berskala kecil yang hanya memiliki beberapa kegiatan, umumnya penjadwalan tidak begitu mutlak dilakukan. Akan tetapi pada proyek berskala besar serta rumitnya ketergantungan (keterkaitan) antar kegiatan, penjadwalan serta kontrol menjadi sangat penting agar kegiatan dapat dilaksanakan dengan efisien dan tepat waktu.

2.3.1 Tujuan dan Manfaat Perencanaan Jadwal

  Jadwal bagi proyek adalah sangat penting untuk dapat menyelesaikan proyek secara terjadwal. Untuk itu, sebelum proyek dimulai sebaiknya terlebih dahulu direncanakan jadwal proyek. Tujuan perencanaan jadwal dalam suatu proyek adalah :

  a. Mempermudah perumusan masalah proyek

  b. Menemukan metode atau cara yang sesuai

  c. Kelancaran kegiatan lebih terorganisir d. Mendapatkan hasil yang optimum Adapun manfaat dari perencanaan tersebut adalah :

  a. Mengetahui keterkaitan antar kegiatan

  b. Mengetahui kegiatan yang perlu menjadi perhatian (kegiatan kritis)

  c. Mengetahui dengan jelas kapan memulai kegiatan dan kapan harus menyelesaikannya

  2.3.2 Unsur-unsur Penyusunan Kegiatan

  Penyusunan kegiatan secara logis menurut waktu tertentu akan menghasilkan rencana formal yang mencantumkan kegiatan, waktu, sumber daya, dan biaya sebagai target di dalam pelaksanaan.

  Mengingat perubahan-perubahan yang selalu terjadi pada saat pelaksanaan, maka beberapa faktor harus diperhatikan untuk membuat jadwal proyek yang cukup efektif, yaitu :

  a. Secara teknis jadwal tersebut bisa dipertanggung jawabkan

  b. Disusun berdasarkan perkiraan yang akurat, seperti perkiraan waktu, sumber daya serta biaya berdasarkan kegiatan pada proyek sebelumnya c. Sesuai sumber daya yang tersedia

  2.3.3 Macam-macam Penjadwalan Proyek

  Dengan perkembangan saat ini, penjadwalan proyek mengalami perkembangan yang pesat pula. Sampai saat ini terdapat beberapa metode penjadwalan yang sering dipakai. Secara garis besar metode penjadwalan proyek dapat dibagi menjadi 5, yaitu:

2.3.3.1 Bar Chart (Diagram Batang)

  Bar chart adalah grafik batang dari sejumlah data kategori yang memiliki sifat-sifat yang sama, seperti skala yang sama, periode pengumpulan yang sama serta persamaan kondisi lainnya sehingga kategori data tersebut dapat diperbandingkan.

  Bar chart merupakan metode network planning yang cukup banyak digunakan. Pada Gantt Chart ini mengkombinasikan dua hal, yaitu penjadwalan dan fungsi perencanaan. Gantt chart ini lebih dikenal karena penggunaannya yang mudah dan sederhana.

  Sebuah Gantt Chart digunakan dengan mudah karena pelaksanaan sebuah pekerjaan tidak terganggu oleh kegiatan lainnya yang benar-benar dikerjakan sesuai dengan urutan pekerjaan tanpa mendahului atau melewati waktu perencanaan. Milestone chart juga merupakan bagian dari Gantt chart ini.

  Dengan menggunakan Gantt chart dapat diperoleh berbagai keuntungan seperti pada pelaksanaan pekerjaan, sebuah aktivitas mudah untuk dipahami urutan pekerjaannya. Dengan bar chart sebuah urutan pelaksanaan mudah dibuat dan diperbaiki. Namun, akibat dari ketidaktergantungannya pekerjaan yang satu dengan yang lain, maka pelaksanaan pekerjaan akan menjadi lebih lama. Juga dengan menggunakan metode ini, urutan kegiatan sebuah pekerjaan menjadi lebih sulit untuk dilaksanakan.

  Pembuatan bar chart bertujuan untuk memudahkan visualisasi dan pembacaan data. Untuk mengidentifikasi unsur waktu dan urutan dalam merencanakan suatu kegiatan, yang terdiri dari waktu mulai, waktu selesai dan pada saat pelaporan . penggambarannya terdiri dari baris kolom, pada kolom tersusun urutan kegiatan, sedang baris menunjukkan periode waktu (jam, hari, minggu atau bulan).

  Penggambaran bar chart terdiri dari kolom dan baris. Pada kolom terdapat urutan kegiatan yang disusun secara berurutan. Baris menunjukkan periode waktu yang dapat berupa jam, hari, mingguan, ataupun bulanan. Penggambaran bar (batang) pada setiap baris kegiatan untuk menunjukkan waktu mulai dan waktu selesainya kegiatan. Kelemahan bar chart, kurang dapat menjelaskan keterkaitan kegiatan satu dengan yang lainnya. Bar chart mula-mula diperkenalkan oleh Hendra Lawrence Gantt pada tahun 1917. Metode tersebut bertujuan mengidentifikasi unsur waktu dan urutan untuk merencanakan suatu kegiatan, yang terdiri dari waktu mulai, waktu selesai dan waktu pelaporan.  Aturan Bar Chart

  Penggambaran bar chart terdiri dari kolom dan baris. Pada kolom terdapat urutan kegiatan yang disusun secara berurutan. Baris menunjukkan periode waktu yang dapat berupa jam, hari, mingguan, ataupun bulanan. Penggambaran bar (batang) pada setiap baris kegiatan untuk menunjukkan waktu mulai dan waktu selesainya kegiatan. Disamping penjelasan di atas bila diperlukan, pada masing-masing balok minimal dibubuhi keterangan perihal :  Kurun Waktu Kegiatan Rencana atau perkiraan kurun waktu maupun kenyataan waktu yang digunakan. Kenyataan waktu yang digunakan yang terungkap pada waktu pelaporan biasanya digambarkan dengan garis tabel, sejajar dengan waktu pelaksanaan. Disini akan terlihat berapa besar perbedaan antara perencanaan dan kenyataan.

   Sumber Daya Penjelasan mengenai jumlah sumber daya untuk menyelesaikan kegiatan yang bersangkutan.

   Node I dan J Bila bagan balok ini dihasilkan dari analisis jaringan kerja, misalnya CPM, maka akan meningkatkan dan mempermudah penggunaannya bila dicantunkan pula penjelasan mengenai nomor node-I dan node-J pada masing-masing kegiatan.

   Garis Laporan Laporan terkahir (setiap bulan) ditandai dengan garis putus vertikal. Dengan demikian, akan terlihat seberapa jauh kemajuan atau keterlambatan masing-masing kegiatan.

  Setelah diuraikan menjadi komponen-komponen yang bersangkutan dan ditentukan urutan pelaksanaan pekerjaannya, kemudian diperkirakan kurun waktu yang diperlukan.

Gambar 2.3. Bar Chart

2.3.3.2 Kurva S

  Kurva S merupakan gambaran diagram persen kumulatif biaya yang diplot pada suatu sumbu koordinat dimana sumbu absis (X) menyatakan waktu sepanjang masa proyek dan sumbu (Y) menyatakan nilai persen kumulatif biaya selama masa proyek tersebut. Kurva S merupakan salah satu metode perencanaan pengendalian biaya yang sangat lazim digunakan pada suatu proyek.

  Kurva S secara grafis adalah penggambaran kemajuan kerja (bobot %) kumulatif pada sumbu vertikal terhadap waktu pada sumbu horizontal. Bobot kegiatan adalah nilai persentase proyek dimana penggunaannya dipakai untuk mengetahui kemajuan proyek tersebut.

  Setelah mendapatkan bobot kegiatan, selanjutnya adalah membuat tabel bar chart dan bobit kegiatan dibagi-bagi ke setiap periode pekerjaan. Hasil setiap periode dijumlahkan dan selanjutnya bobot per periode ditambahkan periode sebelumnya (kumulatif) sehingga akhir proyek akan mencapai 100 %.

  Tujuan pembuatan kuva S adalah untuk mengetahui pengeluaran biaya yang dikeluarkan per satuan waktu dan progress pekerjaan yang didasarkan pada volume yang dihasilkan di lapangan.

Gambar 2.4. Kurva S

  ℎ Bobot kegiatan =

  100%

  ℎ

2.3.3.3 Presedence Diagram Method (PDM)

  PDM adalah metode jaringan kerja dimana kegiatan ditulis dalam node yang umumnya berbentuk segi empat, sedangkan anak panah hanya berfungsi sebagai penunjuk hubungan antara kegiatan-kegiatan yang bersangkutan. Oleh karena itu PDM sering disebut juga AON (Activity On Node).

  Pada umumnya perhitungan PDM terdiri dari 2 bagian, yaitu :

   Forward Analysis (perhitungan ke depan) untuk menentukan Earliest Start (ES) dan Earliest Finish (FS).

   Backward Analysis (perhitungan ke belakang) untuk menentukan Latest Start (LS) dan Latest Finish (LF).

  Bentuk node yang umum digunakan dalam diagram PDM adalah sebagai berikut: Dimana,

  ES : Earliest Start EF : Earliest Finish LS : Latest Start LF : Latest Finish

Gambar 2.5. Node PDM D : Durasi

  PDM mempunyai 4 jenis konstrain/hubungan logis ketergantungan, yaitu :

  1. Finish to Finish (FF), yaitu hubungan yang menunjukkan bahwa selesainya kegiatan berikutnya (successor) tergantung pada selesainya kegiatan sebelumnya (predecessor).

Gambar 2.6. Konstrain FF

  2. Finish to Start (FS), yaitu hubungan yang menunjukkan bahwa mulainya kegiatan berikutnya (successor) tergantung pada selesainya kegiatan sebelumnya (predecessor).

Gambar 2.7. Konstrain FS

  3. Start to Start (SS), yaitu hubungan yang menunjukkan bahwa mulainya kegiatan berikutnya (successor) tergantung pada mulainya kegiatan sebelumnya (predecessor).

Gambar 2.8. Konstrain SS

  4. Start to Finish (SF), yaitu hubungan yang menunjukkan bahwa selesainya kegiatan berikutnya tergantung pada mulainya kegiatan sebelumnya.

Gambar 2.9. Konstrain SF

2.3.3.4 Critical Path Method (CPM)

  CPM (Critical Path Method) merupakan suatu metode dalam mengidentifikasi jalur atau item pekerjaan yang kritis. CPM dikembangkan pada tahun 1957 sebagai model jaringan untuk pemetaan alur sebuah proyek. CPM adalah metode perancangan alur proyek yang menggunakan perkiraan waktu tetap untuk setiap kegiatannya.

  Pada CPM, jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan berbagai tahap suatu proyek dianggap diketahui dengan pasti, demikian pula hubungan antara sumber yang digunakan dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek. Jadi CPM merupakan analisa jaringan kerja yang berusaha mengoptimalkan biaya total proyek melalui pengurangan waktu penyelesaian total proyek yang bersangkutan. Teknik penyusunan jaringan kerja yang terdapat pada CPM, sama dengan yang digunakan pada PERT. Perbedaan yang terlihat adalah bahwa PERT menggunakan activity oriented, sedangkan dalam CPM menggunakan event oriented. Pada activity oriented anak-panah menunjukkan

  

activity atau pekerjaan dengan beberapa keterangan aktivitasnya, sedang event

pada peristiwa merupakan pokok perhatian dari suatu aktivitas. oriented

  CPM mempunyai beberapa manfaat dalam kegiatan penjadwalan proyek, antara lain :  Memprediksi waktu yang dibuthkan untuk menyelesaikan proyek.  Menunjukkan alur kegiatan mana saja yang penting diperhatikan dalam menjaga jadwal penyelesaian proyek.

   Memberikan tampilan grafis dari alur kegiatan suatu proyek. CPM sering disebut juga AOA (Activity On Arrow) yang terdiri dari anak panah dan lingkaran/segi empat. Anak panah menggambarkan kegiatan/aktivitas, sedangkan lingkaran/segiempat menggambarkan kejadian (event). Kejadian (event) di awal anak panah disebut node “I”, sedangkan kejadian (event) di akhir anak panah disebut node “J”. Grafik atau bagan yang terdiri dari simbol-simbol anak panah dan lingkaran/segiempat tersebut melambangkan ilustrasi dari sebuah proyek. Bentuk node yang umum digunakan dalam diagram CPM adalah sebagai berikut:

Gambar 2.10. Simbol KejadianGambar 2.11. Simbol antarkejadian

  Bentuk jaringan kerja CPM secara sederhana dapat dilihat pada diagram berikut,

Gambar 2.12. Diagram CPM Dimana, Lingkaran (node), mewakili sebuah kejadian atau event yang menunjukan titik waktu mulai/selesainya suatu kegiatan.

  Anak panah mewakili sebuah kegiatan (activity) yang memerlukan jangka waktu tertentu.

  Anak panah putus-putus mewakili sebuah kegiatan semu (dummy) yang tidak memerlukan jangka waktu.

  Anak panah tebal mewakili kegiatan pada lintasan kritis. Pada CPM terdapat logika ketergantungan antar kegiatan-kegiatan yang dinyatakan sebagai berikut:

  1. Kegiatan A harus selesai sebelum kegiatan B dimulai.

Gambar 2.13. Sebuah kegiatan harus diselesaikan dahulu sebelum kegiatan lain dimulai 2. Kegiatan A, B dan C harus selesai sebelum kegiatan D dapat dimulai.Gambar 2.14. Tiga kegiatan harus diselesaikan lebih dahulu sebelum kegiatan lain dimulai

  3. Kegiatan A dan B harus dimulai sebelum kegiatan C dan D.

Gambar 2.15. Dua kegiatan harus dimulai terlebih dahulu sebelum dua kegiatan lain dimulai

  4. Kegiatan A dan B harus selesai sebelum kegiatan C dapat dimulai, tetapi D sudah dapat dimulai bila kegiatan B telah selesai.

Gambar 2.16. Dua kegiatan harus selesai terlebih dahulu sebelum kegiatan lain dimulai dan kegiatan lain dapat

   dimulai jika salah satu dari dua kegiatan sudah selesai

  5. Kegiatan A, B, dan C mulai dan selesai pada lingkaran kejadian yang sama.

Gambar 2.17. Kegiatan yang menggunakan dummy

  Dalam CPM (Critical Path Method) dikenal beberapa istilah, yaitu EET (Earliest Event Time) dan LET (Latest Event Time), Float, dan Critical Path.

  EET adalah peristiwa paling awal atau waktu tercepat dari event. LET adalah peristiwa paling akhir atau waktu paling lambat dari event.

  Berikut ini akan dijelaskan istilah-istilah yang terdapat pada CPM, yaitu:  EET (Earliest Event Time), adalah peristiwa paling awal atau waktu tercepat dari event. Untuk menghitung besarnya nilai EET, digunakan perhitungan ke depan (forward analysis), dimulai dari kegiatan paling awal dan dilanjutkan dengan kegiatan berikutnya.

Gambar 2.18. Diagram Perhitungan Maju

  EET j = EET i + durasi A EET k = EET j + durasi B

   LET (Latest Event Time), adalah peristiwa paling akhir atau waktu paling lambat dari event. Untuk menghitung besarnya nilai LET, digunakan perhitungan ke belakang (backward analysis), dimulai dari kegiatan paling akhir dan dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan sebelumnya.

Gambar 2.19. Diagram Perhitungan Mundur

  LET j = LET k – durasi B LET i = LET j – durasi A

   Float dapat didefinisikan sebagai sejumlah waktu yang tersedia dalam suatu kegiatan sehingga memungkinkan penundaan atau perlambatan kegiatan tersebut secara sengaja atau tidak sengaja, tetapi penundaan tersebut tidak menyebabkan proyek menjadi terlambat dalam penyelesaiannya.

   Lintasan kritis (critical path), adalah sebuah kegiatan yang menghubungkan antarkegiatan kritis. Aktifitas jalur terpanjang yang dilewati antarkegiatan merupakan jalur kritis. Sebuah kegiatan dikatakan kritis apabila penundaan saat awal akan menyebabkan penundaan waktu penyelesaian keseluruhan proyek.

2.3.3.5 Program Evaluation and Review Technique (PERT)

  Program Evaluation and Review Technique (PERT) adalah suatu model

  jaringan yang mampu memetakan waktu penyelesaian kegiatan yang acak. PERT dikembangkan pada akhir tahun 1950-an untuk proyek U.S. Navy’s Polaris yang memiliki ribuan kontraktor. PERT dikembangkan agar tercipta ruang/potensi untuk pengurangan waktu dan biaya yang diperlukan untuk penyelesaian proyek tersebut.

  Metodologi PERT divisualisasikan dengan suatu grafik atau bagan yang melambangkan ilustrasi dari sebuah proyek. Diagram jaringan ini terdiri dari beberapa titik (nodes) yang merepresentasikan kejadian (event) atau suatu titik tempuh (milestone). Titik-titik tersebut dihubungkan oleh suatu vektor (garis yang memiliki arah) yang merepresentasikan suatu pekerjaan (task) dalam sebuah proyek. Arah dari vektor atau garis menunjukan suatu urutan pekerjaan.

  Metode ini bertujuan untuk sebanyak mungkin mengurangi adanya penundaan maupun gangguan konflik suatu jadwal. PERT pada prinsipnya adalah hubungan ketergantungan antara bagian-bagian kegiatan yang harus didahulukan. Metode PERT ini mempunyai beberapa keunggulan yaitu hubungan ketergantungan yang logis, sehingga memungkinkan proyek dikendalikan dengan jelas. Keterbatasan dan kelemahan diagram PERT secara umum adalah bahwa perkiraan atas waktu yang dibutuhkan bagi masing-masing kegiatan bersifat subyektif dan tergantung pada asumsi. Sehingga secara umum PERT cenderung terlalu optimis dalam menetapkan waktu penyelesaian sebuah proyek.

  Diagram PERT sangat bermanfaat bagi pengelolaan sebuah proyek karena menyediakan informasi berikut:  Jangka waktu penyelesaian proyek.  Kemungkinan penyelesaian proyek sebelum tanggal yang ditentukan.

   Tahapan kegiatan yang kritis, yang dapat berdampak langsung terhadap waktu penyelesaian proyek.

   Kegiatan yang memiliki tenggat waktu relatif longgar yang seharusnya dapat dikelola sebagai tambahan waktu bagi tahapan kegiatan kritis.

   Tanggal kegiatan dimulai dan tanggal kegiatan berakhir (periode program). Untuk membuat jaringan kerja, harus diketahui semua kegiatan yang terjadi pada suatu proyek, waktu (durasi) setiap kegiatan, dan ketergantungan antar kegiatan (kegiatan pendahulu dan kegiatan pengikut).

  Untuk dapat menjadwal dengan metode tersebut, ada beberapa hal yang perlu diketahui, yaitu elemen-elemen PERT.

  Lingkaran (node), mewakili sebuah kejadian atau event yang menunjukan titik waktu mulai/selesainya suatu kegiatan.

  Anak panah mewakili sebuah kegiatan (activity) yang memerlukan jangka waktu tertentu.

  Anak panah putus-putus mewakili sebuah kegiatan semu (dummy) yang tidak memerlukan jangka waktu.

Gambar 2.20. Diagram PERT

2.4 Network Planning

  Pengelolaan proyek berskala besar memerlukan perencanaan, penjadwalan, dan pengkoordinasian yang tepat dari berbagai aktivitas yang saling berkaitan. Untuk itu diperlukan prosedur yang tepat berdasarkan penggunaan network (jaringan) dan teknik- teknik network dalam perencanaan, penjadwalan, dan pengkoordinasian suatu proyek.

  Dengan menggunakan penjadwalan yang memiliki sifat sistematis maka pihak manajemen dapat mengetahui :

  1. Hubungan tiap kegiatan dengan kegiatan lainnya dan terhadap keseluruhan proyek.

  2. Hubungan yang harus didahulukan diantara kegiatan.

  3. Perkiraan biaya dan waktu realistis untuk setiap kegiatan.

  4. Penggunaan tenaga kerja, uang dan sumber daya lainnya dngan cara hal-hal kritis pada proyek.

  Dalam penjadwalan proyek, dikenal juga istilah metode jaringan kerja atau

  

network planning yang dari segi penyusunan jadwal, dipandang sebagai langkah penyempurnaan dari bagan balok, karena dapat memberikan penyelesaian masalah- masalah yang belum terpecahkan seperti lama perkiraan waktu penyelesaian proyek, kegiatan-kegiatan yang bersifat kritis dalam penyelesaian proyek secara keseluruhan.

  Pada dasarnya network planning dimaksudkan untuk merencanakan dan mengendalikan sejumlah besar kegiatan yang memiliki hubungan ketergantungan yang kompleks dalam masalah design engineering, konstruksi dan pemeliharaan. Dari segi penyusunan jadwal, jaringan kerja dipandang sebagai langkah penyempurnaan dari bagan balok, karena dapat memberikan penyelesaian masalah-masalah yang belum terpecahkan seperti lama perkiraan waktu penyelesaian proyek, kegiatan-kegiatan yang bersifat kritis dalam penyelesaian proyek secara keseluruhan. banyak membantu memecahkan persoalan perencanaan,

  Network planning

  penjadwalan dan pengendalian proyek yang besar dan kompleks. Manfaat penggunaan teknik-teknik network planning dalam pelaksanaan suatu proyek antara lain :

  1. Untuk mengatur jalannya proyek.

  2. Mengetahui lintasan kritis pekerjaan.

  3. Mengetahui pekerjaan mana yang harus diutamakan dan dapat selesai tepat waktu.

  4. Untuk persyaratan dokumen tender lelang proyek.

  5. Untuk mengetahui jenis pekerjaan mana yang tidak masuk lintasan kritis sehingga pengerjaannya bisa lebih santai sehingga tidak menggangu pekerjaan utama yang harus tepat waktu.

  6. Sebagai rekayasa value engineering sehingga dapat ditentukan metode kerja termurah dengan kualitas terbaik.

Gambar 2.21. Ringkasan langkah-langkah dalam menyusun jaringan kerja

2.5 Konsep Cadangan Waktu (Time Reserve Management)

  Cadangan waktu adalah kurun waktu proyek yang belum diperuntukkan (uncommitted) bagi kegiatan tertentu, sehingga dapat dipakai untuk memecahkan masalah proyek dalam aspek jadwal (Dennis H. Busch, 1991).

  Konsep cadangan waktu dijabarkan sebagai perbandingan antara waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek terhadap waktu yang tersedia.

  Dalam konteks yang spesifik, CW adalah cadangan waktu pada jalur tertentu dari urutan kegiatan proyek. Adapun WKJ merupakan jumlah kumulatif kurun waktu untuk menyelesaikan node-node pada jalur tersebut. Angka CW dapat positif, negatif, atau nol. Positif berarti waktu yang tersedia lebih besar dari waktu yang diperlukan guna menyelesaikan proyek. Nol berarti waktu yang tersedia sama besar dengan waktu yang diperlukan. Sedangkan angka CW negatif berarti tidak cukup waktu untuk menyelesaikan proyek sesuai jadwal.

2.5.1 Waktu Kumulatif Jalur – WKJ

  Idealnya jadwal yang dihasilkan dari perencanaan dasar sudah merupakan perencanaan yang memiliki WKJ yang terpendek, akan tetapi telah diketahui bahwa pada awal proyek sewaktu membuat perencanaan dasar, masih terbatas data dan informasi yang tersedia, sehingga WKJ yang tersusun masih banyak memiliki peluang untuk penyempurnaan.

   Cadangan Waktu Node Untuk menghitung CW jalur, terlebih dahulu ditinjau cadangan waktu node CW. Selanjutnya, dianalisis bagaimana hubungan CW node-node yang menjadi komponen jalur tersebut terhadap CW jalur proyek secara keseluruhan. Batasan cadangan waktu node dinyatakan dengan rumus sebagai berikut.

  Cadangan waktu node, CW = EET – LET

  Dimana, CW = Cadangan Waktu EET = Earliest Event Time LET = Latest Event Time

  Angka CW dapat positif dan negatif. Positif berarti bahwa node yang bersangkutan memiliki waktu tersedia lebih besar dari yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan, dan negatif berarti bahwa yang terjadi adalah sebaliknya. Untuk menghitung cadangan waktu node, urutannya adalah sebagai berikut : a. Dari kalender kerja diambil angka-angka numerik parameter EET dan LET dari node.

  b. Hitung CW dengan rumus diatas.

2.5.2 Memantau dan Mengendalikan Jadwal Penggunaan Cadangan Waktu

  Syarat utama agar kegiatan pengendalian efektif adalah adanya tolok ukur yang dapat dipakai sebagai pembanding objek yang dikaji. Dalam hal pengendalian jadwal, tolok ukur yang dimaksud berupa jadwal induk. Jadwal induk ini terdiri dari beberapa milestone sebagai sasaran kegiatan komponen proyek.

  Pada umumnya cadangan waktu yang tersedia pada beberapa kegiatan dalam suatu proyek dapat dimanfaatkan untuk hal-hal berikut:

  1. Memperpanjang rentang waktu dari kegiatan non kritis sehingga dapat mengurangi kebutuhan tenaga kerja dan sumber daya manusia.

  2. Penundaan mulainya beberapa kegiatan dalam rangka menyesuaikan dengan situasi yang berkaitan dengan baik buruknya cuaca, kemungkinan pelaksanaan konstruksi yang lebih mapan, atau sekedar memperlambat sementara kegiatan berkaitan dengan proses manajemen.

  3. Merangkai kegiatan non kritis tertentu yang memerlukan sumber daya yang sama untuk penyelesaiannya, sebagai contoh kita dapat menggunakan peralatan tertentu dengan cara memindah-mindah dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya, dengan berdasarkan pada pertimbangan kemudahan operasi.

  Cadangan waktu akan memberikan kesempatan cukup dalam mengatur penjadwalan kegiatan dalam proyek bila dipergunakan dengan efektif.

Dokumen yang terkait

Metode Project Evaluation and Review Technique (PERT) dan Critical Path Method (CPM) dalam Optimalisasi Penjadwalan Proyek

2 82 49

Analisis Konsep Cadangan Waktu Pada Penjadwalan Proyek Dengan Critical Path Method (CPM) (Studi Kasus : Proyek Pembangunan Rumah Sakit Prima)

6 111 76

Optimalisasi Penjadwalan Proyek Menggunakan Fuzzy Critical Path Method (Fuzzy CPM) Berdasarkan Metric Distance Rank pada Bilangan Fuzzy

3 37 92

Rancang Bangun Aplikasi Penjadwalan Proyek Pada PT. Bintang Timur Nangendi Dengan Menggunakan Crithical Path Method

0 0 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Umum - Analisis Daya Dukung Mini Pile Pada Proyek Pembangunan Ruko Northcote Condominium Block-D

0 0 55

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PROYEK - Pengendalian Proyek Konstruksi Dengan Konsep Earned Value Studi Kasus : Pembangunan Gardu Induk Pasir Pangaraian dan Bangkinang

0 0 29

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proyek - Metode Project Evaluation and Review Technique (PERT) dan Critical Path Method (CPM) dalam Optimalisasi Penjadwalan Proyek

1 11 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Manajemen Proyek Konstruksi - Analisis Anggaran Biaya dan Waktu Optimal dengan Least Cost Scheduling (Studi Kasus Proyek Pembangunan Gedung Kuliah Sekolah Tinggi Managemen Informatika Komputer Triguna Dharma Medan)

0 1 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisa Percepatan Durasi Proyek Dengan Metode Pertukaran Waktu Dan Biaya (Time Cost Trade Off Method) (Studi Kasus : Proyek Perumahan Cemara Kuta – Medan)

0 5 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori - Evaluasi Penjadwalan Waktu Dan Biaya Proyek Dengan Metode Pert Dan CPM (Study Kasus : Proyek Pembangunan Gedung Kantor Badan Pusat Statistik Kota Medan Di Jl. Gaperta Medan, Sumatera Utara)

0 5 41