BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Store Atmosphere 2.1.1 Pengertian Store Atmosphere - Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Kongbox Cafe Medan

BAB II KERANGKA TEORI

2.1 Store Atmosphere

  2.1.1 Pengertian Store Atmosphere Store Atmosphere merupakan penciptaan suasana toko melalui visual,

  penataan, cahaya, musik dan aroma yang dapat menciptakan lingkungan pembelian yang nyaman sehingga dapat mempengaruhi persepsi dan emosi konsumen untuk melakukan pembelian (Levy, 2001: 576). Keseluruhan rancangan yang diciptakan bertujuan untuk membangun citra toko dan membangun karakteristik toko yang mempengaruhi keadaan emosional calon konsumen untuk melakukan keputusan pembelian.

  Menurut Lamb et al (2001: 105) “Store atmosphere (suasana toko) yaitu suatu keseluruhan yang disampaikan oleh tata letak fisik, dekorasi dan lingkungan sekitarnya”. Sutisna (2001: 164) mengatakan store atmosphere adalah “penataan ruang dalam (instore) dan ruang luar (outstore) yang dapat menciptakan kenyamanan bagi pelanggan”. Keseluruhan tata letak fisik toko dilakukan untuk menciptakan kenyamanan bagi pelanggan.

  2.1.2 Faktor-faktor dan tujuan store atmosphere

  Beberapa faktor yang berpengaruh dalam menciptakan suasana toko menurut Lamb et al (2001:108), yaitu:

1. Jenis karyawan, Karakteristik umum karyawan, sebagai contoh : rapi, ramah, berwawasan luas, atau berorientasi pada pelayanan.

  2. Jenis barang dagangan dan kepadatan, Jenis barang dagangan yang dijual bagaimana barang tersebut dipajang menentukan suasana yang ingin diciptakan oleh pengecer.

  3. Jenis perlengkapan tetap (fixture) dan kepadatan, Perlengkapan tetap bisa elegan (terbuat dari kayu jati), trendi (dari logam dan kaca tidak tembus pandang). Perlengkapan tetap harus konsisten dengan suasana umum yang ingin diciptakan.

  4. Bunyi suara, Bunyi suara bisa menyenangkan atau menjengkelkan bagi seorang pelanggan. Musik juga bisa membuat konsumen tinggal lebih lama di toko. Musik dapat mengontrol lain lintas di toko, menciptakan suasana citra, dan menarik atau mengarahkan perhatian pembelinya.

  5. Aroma, Bau bisa merangsang maupun mengganggu penjualan. Penelitian menyatakan bahwa orang-orang menilai barang dagangan secara lebih positif, menghabiskan waktu yang lebih untuk berbelanja. dan umumnya bersuasana hati lebih baik bila ada aroma yang dapat disetujui. Para pengecer menggunakan wangi antara lain sebagai perluasan dan strategi eceran.

  6. Faktor visual, Warna dapat menciptakan suasana hati atau memfokuskan perhatian, warna merah kuning atau oranges dianggap sebagai warna yang hangat dan kedekatan yang diinginkan. Warna-warna yang menyejukkan seperti hijau, dan violet digunakan untuk membuka tempat yang tertutup, dan menciptakan suasana yang elegan dan bersih.

  Pencahayaan juga dapat mempunyai pengaruh penting pada suasana toko. Konsumen takut untuk berbelanja pada malam hari di daerah tertentu dan lebih merasa senang bila tempat itu memiliki pencahayaan yang kuat untuk alasan keselamatan. Tampak luar .suatu toko juga mempunyai pengaruh pada suasana yang diinginkan dan hendaknya tidak menerbitkan kesan pertama yang mengkhawatirkan bagi pembelanja.

  Store atmosphere mempunyai tujuan tertentu. Menurut Lamb et al (2001:

  105-109), dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.

  Penampilan eceran toko membantu menentukan citra toko, dan memposisikan eceran toko dalam benak konsumen.

  2. Tata letak yang efektif tidak hanya akan menjamin kenyamanan dan kemudahan melainkan juga mempunyai pengaruh yang besar pada pola lalu lintas pelanggan dan perilaku belanja.

2.1.3 Cakupan Store Atmosphere

  Menurut Levi dan Weitz (2001: 118), Store atmosphere terdiri dari dua hal, yaitu Instore atmosphere dan Outstore atmosphere:

1. Instore Atmosphere

  Instore Atmosphere adalah pengaturan-pengaturan di dalam ruangan

  yang menyangkut: a.

  Internal Layout merupakan pengaturan dari berbagai fasilitas dalam ruangan yang terdiri dari tata letak meja kursi pengunjung, tata letak meja kasir, dan tata letak lampu, pendingin ruangan, sound. b.

  Suara merupakan keseluruhan alunan suara yang dihadirkan dalam ruangan untuk menciptakan kesan rileks yang terdiri dari live music yang disajikan restoran dan alunan suara musik dari sound system.

  c.

  Bau merupakan aroma-aroma yang dihadirkan dalam ruangan untuk meniptakan selera makan yang timbul dari aroma makanan dan minuman dan aroma yang ditimbulkan oleh pewangi ruangan.

  d.

  Tekstur merupakan tampilan fisik dari bahan bahan yang digunakan untuk meja dan kursi dalam ruangan dan dinding ruangan.

  e.

  Desain interior bangunan adalah penataan ruang-ruang dalam restoran kesesuaian meliputi kesesuaian luas ruang pengunjung dengan ruas jalan yang memberikan kenyamanan, desain bar

  counter , penataan meja, penataan lukisan-lukisan, dan sistem pencahayaan dalam ruangan.

2. Outstore atmosphere

  Outstore atmosphere adalah pengaturan-pengaturan di luar ruangan yang

  menyangkut: a.

  External Layout yaitu pengaturan tata letak berbagai fasilitas restoran diluar ruangan yang meliputi tata letak parker pengunjung, tata letak papan nama, dan lokasi yang strategis.

  b.

  Tekstur merupakan tampilan fisik dari bahanbahan yang digunakan bangunan maupun fasilitas diluar ruangan yang meliputi tekstur dinding bangunan luar ruangan dan tekstur papan nama luar ruangan.

  c.

  Desain eksterior bangunan merupakan penataan ruangan-ruangan luar restoran meliputi desain papan nama luar ruangan, penempatan pintu masuk, bentuk bangunan dilihat dari luar, dan sistem pencahayaan luar ruangan.

2.1.4 Elemen Store Atmosphere

  Menurut Barry dan Evans (2004: 455), “Atmosphere can be divided into

  several elements: exterior, general interior, store layout, and displays

  .” Elemen

  Store atmosphere ini meliputi : bagian luar toko, bagian dalam toko, tata letak

  ruangan, dan pajangan (interior point of interest display), akan dijelaskan lebih lanjut dibawah ini:

1. Exterior (bagian luar toko)

  Karakteristik exterior mempunyai pangaruh yang kuat pada citra toko tersebut, sehingga harus direncanakan dengan sebaik mungkin. Kombinasi dari exterior ini dapat membuat bagian luar toko menjadi terlihat unik, menarik, menonjol dan mengundang orang untuk masuk kedalam toko.

  Element-elemen exterior ini terdiri dari sub elemen-sub elemen sebagai berikut: a.

  Storefront (Bagian Muka Toko) Bagian muka atau depan toko meliputi kombinasi papan nama, pintu masuk, dan konstruksi bangunan. Storefront harus mencerminkan keunikan, kemantapan, kekokohan atau hal-hal lain yang sesuai dengan citra toko tersebut. Khususnya konsumen yang baru sering menilai toko dari penampilan luarnya terlebih dahulu sehingga merupakan exterior merupakan faktor penting untuk mempengaruhi konsumen untuk mengunjungi toko. b.

  Marquee (Simbol) Marquee adalah suatu tanda yang digunakan untuk memejang nama atau logo suatu toko. Marquee dapat dibuat dengan teknik pewarnaan, penulisan huruf, atau penggunaan lampu neon. Marquee dapat terdiri dari nama atau logo saja, atau dikombinasikan dengan slogan dan informasi lainya. Supaya efektif, marquee harus diletakan diluar, terlihat berbeda, dan lebih menarik atau mencolok daripada toko lain disekitarnya.

  c.

  Entrance (Pintu Masuk) Pintu masuk harus direncanakan sebaik mungkin, sehingga dapat mengundang konsumen untuk masuk melihat ke dalam toko dan juga mengurangi kemacetan lalu lintas keluar masuk konsumen.

  d.

  Display Window (Tampilan Jendela) Tujuan dari display window adalah untuk mengidentifikasikan suatu toko dengan memajang barang-barang yang mencerminkan keunikan toko tersebut sehingga dapat menarik konsumen masuk. Dalam membuat jendela pajangan yang baik harus dipertimbangkan ukuran jendela, jumlah barang yang dipajang, warna, bentuk,dan frekuensi penggantiannya.

  e.

  Height and Size Building (Tinggi dan Ukuran Gedung) Dapat mempengaruhi kesan tertentu terhadap toko tersebut. Misalnya, tinggi langit-langit toko dapat membuat ruangan seolah-olah lebih luas.

  f.

  Uniqueness (Keunikan) Keunikan suatu toko bisa dihasilkan dari desain bangunan toko yang lain dari yang lain. g.

  Surrounding Area (Lingkungan Sekitar) Keadaan lingkungan masyarakat dimana suatu toko berada, dapat mempengaruhi citra toko. Jika toko lain yang berdekatan memiliki citra yang kurang baik, maka toko yang lain pun akan terpengaruh dengan citra tersebut.

  h.

  Parking (Tempat Parkir) Tempat parkir merupakan hal yang penting bagi konsumen. Jika tempat parkir luas, aman, dan mempunyai jarak yang dekat dengan toko akan menciptakan Atmosphere yang positif bagi toko tersebut.

2. General Interior (bagian dalam toko)

  Yang paling utama yaneg dapat membuat penjualan setelah pembeli berada di toko adalah display. Desain interior dari suatu toko harus dirancang untuk memaksimalkan visual merchandising. Display yang baik yaitu yang dapat menarik perhatian pengunjung dan membantu mereka agar mudah mengamati, memeriksa dan memilih barang dan akhirnya melakukan pembelian. Ada banyak hal yang akan mempengaruhi persepsi konsumen pada toko tersebut. Elemen-elemen general interior terdiri dari: a.

  Flooring (Lantai) Penentuan jenis lantai, ukuran, desain dan warna lantai sangat penting, karena konsumen dapat mengembangkan persepsi mereka berdasarkan apa yang mereka lihat.

  b.

  Color and Lightening (Warna dan Pencahayaan) Setiap toko harus mempunyai pencahayaan yang cukup untuk mengarahkan atau menarik perhatian konsumen ke daerah tertentu dari toko. Konsumen yang berkunjung akan tertarik pada sesuatu yang paling terang yang berada dalam pandangan mereka. Tata cahaya yang baik mempunyai kualitas dan warna yang dapat membuat suasana yang ditawarkan terlihat lebih menarik, terlihat berbeda bila dibandingkan dengan keadaan yang sebenarnya.

  c.

  Scent and Sound ( Aroma dan Musik) Tidak semua toko memberikan pelayanan ini, tetapi jika layanan ini dilakukan akan memberikan suasana yang lebih santai pada konsumen, khusunya konsumen yang ingin menikmati suasana yang santai dengan menghilangkan kejenuhan, kebosanan, maupun stres sambil menikmati makanan.

  d.

  Fixture (Penempatan) Memilih peralatan penunjang dan cara penempatan meja harus dilakukan dengan baik agar didapat hasil yang sesuai dengan keinginan. Karena penempatan meja yang sesuai dan nyaman dapat menciptakan image yang berbeda pula.

  e.

  Wall Texture (Tekstur Tembok) Tekstur dinding dapat menimbulkan kesan tertentu pada konsumen dan dapat membuat dinding terlihat lebih menarik.

  f.

  Temperature (Suhu Udara) Pengelola toko harus mengatur suhu udara, agar udara dalam ruangan jangan terlalu panas atau dingin.

  g.

  Width of Aisles (Lebar Gang)

  Jarak antara meja dan kursi harus diatur sedemikian rupa agar konsumen merasa nyaman dan betah berada di toko.

  h.

  Dead Area

  Dead Area merupakan ruang di dalam toko dimana display yang normal

  tidak bisa diterapkan karena akan terasa janggal. Misal : pintu masuk, toilet, dan sudut ruangan. i.

   Personel (Pramusaji) Pramusaji yang sopan, ramah, berpenampilan menarik, cepat, dan tanggap akan menciptakan citra perusahaan dan loyalitas konsumen. j.

  Service Level Macam-macam tingkat pelayanan menurut Kotler yang dialih bahasakan oleh Teguh,Rusli, dan Molan (2000) adalah self service, self selection,

  limited service, dan full service.

  k.

  Price (Harga) Pemberian harga bisa dicantumkan pada daftar menu yang diberikan agar konsumen dapat mengetahui harga dari makanan tersebut. l.

  Cash Refister (Kasir) Pengelola toko harus memutuskan penempatan lokasi kasir yang mudah dijangkau oleh konsumen. m.

  Technology Modernization (Teknologi) Pengelola toko harus dapat melayani konsumen secanggih mungkin.

  Misalnya dalam proses pembayaran harus dibuat secanggih mungkin dan cepat, baik pembayaran secara tunai atau menggunakan pembayaran cara lain, seperti kartu kredit atau debet. n.

  Cleanliness (Kebersihan) Kebersihan dapat menjadi pertimbangan utama bagi konsumen untuk makan di tempat tersebut.

3. Layout Ruangan (Tata Letak Toko)

  Pengelola toko harus mempunyai rencana dalam penentuan lokasi dan fasilitas toko. Pengelola toko juga harus memanfaatkan ruangan toko yang ada seefektif mungkin. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang layout adalah sebagai berikut: a.

  Allocation of floor space for selling, personnel, and customers.

  Dalam suatu toko, ruangan yang ada harus dialokasikan untuk: 1)

  Selling Space (Ruangan Penjualan) Ruangan untuk menempatkan dan tempat berinteraksi antara konsumen dan pramusaji.

  2) Personnel Space (Ruangan Pegawai)

  Ruangan yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan pramusaji seperti tempat beristirahat atau makan.

  3) Customers Space (Ruangan Pelanggan)

  Ruangan yang disediakan untuk meningkatkan kenyamanan konsumen seperti toilet, ruang tunggu.

  b.

  Traffic Flow (Arus Lalu Lintas)

  Macam-macam penentuan arus lalu lintas toko, yaitu: 1)

  Grid Layout (Pola Lurus) Penempatan fixture dalam satu lorong utama yang panjang.

  2) Loop/Racetrack Layout (Pola Memutar)

  Terdiri dari gang utama yang dimulai dari pintu masuk, mengelilingi seluruh ruangan, dan biasanya berbentuk lingkaran atau persegi, kemudian kembali ke pintu masuk. 3)

  Spine Layout (Pola Berlawanan Arah) Pada spine layout gang utama terbentang dari depan sampai belakang toko, membawa pengunjung dalam dua arah.

  4) Free-flow Layout (Pola Arus Bebas)

  Pola yang paling sederhana dimana fixture dan barang-barang diletakan dengan bebas.

4. Interior Point of Interest Display (Dekorasi Pemikat Dalam Toko)

  

Interior point of interest display mempunyai dua tujuan, yaitu memberikan

  informasi kepada konsumen dan menambah store atmosphere, hal ini dapat meningkatkan penjualan dan laba toko. Interior point of interest display terdiri dari : a.

  Theme Setting Display (Dekorasi Sesuai Tema) Dalam suatu musim tertentu retailer dapat mendesain dekorasi toko atau meminta pramusaji berpakaian sesuai tema tertentu.

  b.

  Wall Decoration (Dekorasi Ruangan)

  Dekorasi ruangan pada tembok bisa merupakan kombinasi dari gambar atau poster yang ditempel, warna tembok, dan sebagainya yang dapat meningkatkan suasana toko.

2.2 Keputusan Pembelian Konsumen

2.2.1 Pengertian Keputusan Pembelian Konsumen

  Menurut Schiffman dan Kanuk (2007: 285) yaitu, “Keputusan pembelian konsumen adalah seleksi terhadap dua pilihan atau lebih. Dengan perkataan lain, pilihan alternatif harus tersedia bagi seseorang ketika mengambil keputusan”. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Kotler dan Armstrong (2003: 224) yaitu “keputusan pembelian adalah saat konsumen membeli suatu produk dalam waktu tertentu”.

2.2.2 Proses Keputusan Pembelian Konsumen

  Kotler (2002: 184) menjelaskan secara umum tentang proses keputusan pembelian dalam model 5 tahap.

Gambar 2.1 Model Lima Tahap Proses Keputusan Pembelian Konsumen

  

Pengenalan masalah

Pencarian informasi

Evaluasi alternatif

Keputusan pembelian Sumber : Philips Kotler (2002 : 185) Model ini merupakan proses psikologis dasar yang memainkan peranan penting dalam memahami keputusan pembelian. Tahapan dalam model ini adalah:

  1. Pengenalan Masalah Proses pembelian dimulai ketika pembeli menyadari suatu masalah atau kebutuhan yang dipicu oleh rangsangan internal atau eksternal. Dengan rangsangan internal, salah satu dari kebutuhan normal seseorang (rasa lapar, haus, seks) naik ke tingkat maksimum dan menjadi dorongan; atau kebutuhan bisa timbul akibat rangsangan eksternal, sehingga memicu pemikiran untk melakukan pembelian.

  2. Pencarian Informasi Pada tingkat ini seseorang menjadi lebih perseptif terhadap informasi tentang sebuah produk. Secara umum konsumen menerima informasi terpenting tentang sebuah produk komersial, dimana informasi tersebut didominasi pemasar. Beberapa sumber informasi utama konsumen adalah pribadi yang meliputi keluarga, teman, tetangga, dan rekan. Komersial yang meliputi iklan, situs web penyalur, kemasan, tampilan. Publik yang meliputi media massa, organisasi dan eksperimental yang meliputi penanganan, pemeriksaan dan penggunaan produk. Sumber sumber informasi tersebut melaksanakan fungsi yang berbeda dalam mempengaruhi keputusan pembelian.

  3. Evaluasi Alternatif Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber tersebut akan menjadi bahan pertimbangan bagi konsumen untuk mengambil keputusan.

  Konsumen akan mempertimbangkan manfaat termasuk keterpercayaan merk dan biaya atau resiko yang akan diperoleh jika membeli suatu produk. Berbagai resiko seperti resiko waktu, tenaga, biaya, resiko psikologis dan sosial akan dipertimbangkan oleh konsumen.

  4. Keputusan Pembelian Konsumen membentuk preferensi antar merek dalam kumpulan pilihan.

  Konsumen juga membentuk maksud untuk membeli merek yang paling disukai. Keputusan pembelian ini sendiri dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu sikap orang lain dan uang akan mengurangi alternatif pilihan seseorang akan tergantung pada dua hal yaitu intensitas sikap orang lain terhadap pilihan konsumen dan motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain. Faktor yang lain adalah faktor situasi yang tidak dapat diantisipasi.

  Hal ini terjadi ketika konsumen mengambil keputusan pembelian terhadap suatu produk ada faktor keadaan yang tidak terduga sehingga konsumen merubah tujuan pembelian tersebut dengan menunda atau menghindari keputusan yang sangat dipengaruhi oleh resiko yang diperkirakan.

  5. Perilaku Pasca Pembelian Setelah melakukan pembelian konsumen mungkin akan mengalami konflik karena melihat beberapa hal tertentu yang dikhawatirkan atau mendengar hal-hal yang menyenangkan tentang merek lain dan waspada terhadap informasi yang mendukung keputusannya. Pada perilaku pasca pembelian ini ada beberapa hal yang akan terjadi seperti kepuasan pasca pembelian yang merupakan fungsi kedekatan antara harapan dan kinerja anggapan produk. Semakin besar kesenjangan antara harapan dan kinerja, maka semakin besarlah ketidakpuasan yang terjadi. Tindakan pasca pembelian, tindakan ini muncul dari puas tidak konsumen dalam melakukan konsumsi produk. Apabila konsumen puas, konsumen akan cenderung mengatakan hal-hal yang baik tentang merek kepada orang lain. Bila konsumen tidak puas maka akan terjadi hal yang sebaliknya ataupun konsumen tersebut akan mengabaikan merek yang tidak dapat memuaskan kebutuhannya tersebut. Hal yang terakhir adalah penggunaan dan penyingkiran pasca pembelian, semakin cepat pembeli mengkonsumsi produk maka akan semakin cepat pembeli tersebut kembali ke pasar. Artinya, semakin tinggi tingkat penggunaan produk maka akan semakin cepat produk tersebut disingkirkan karna masa pakainya.

  Menurut Kotler (2002: 202), pengambilan keputusan konsumen adalah seleksi yang dilakukan konsumen terhadap dua pilihan alternatif produk atau lebih. Terdapat 5 peran yang yang dimainkan konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian, antara lain :

  1. Pencetus (initiator), yaitu seseorang yang pertama kali mengusulkan gagasan untuk membeli suatu barang/jasa.

  2. Pembawa pengaruh (influencer), yaitu orang yang memiliki pandangan atau nasihat yang mempengaruhi keputusan pembelian.

  3. Pengambil keputusan (decider), yaitu seseorang yang mengambil keputusan untuk setiap komponen keputusan pembelian.

  4. Pembelian (buyer), yaitu orang yang melakukan pembelian secara nyata.

  5. Pemakai (user), yaitu orang yang mengkonsumsi dan menggunakan barang/jasa yang dibeli.

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Konsumen

  Faktor-faktor yang mempengarui keputusan pembelian konsumen terdiri dari faktor internal dan eksternal. Menurut Hawkins et al (Supranto,2007: 3) , faktor internal meliputi: persepsi, pembelajaran, memori, motivasi, kepribadian, emosi, sikap, sedangkan faktor eksternal meliputi: budaya, sub budaya, demografis, status sosial, kelompok rujukan, keluarga.

1. Faktor-faktor internal

  Faktor internal merupakan faktor dari dalam individu yang memiliki pengaruh yang sangat penting terterhadap keputusan individu. Pengaruh yang dimaksud adalah berkaitan dengan penilaian individu terhadap suatu alternatif produk yang ada yang mengarahkan seseorang untuk mengambil keputusan membeli suatu produk yang meliputi : a.

  Persepsi Persepsi adalah proses yang digunakan individu untuk memilih, mengorganisasi dan mengartikan masukan informasi guna menciptakan suatu gambaran yang berarti dari lingkungan sekitarnya (Kotler, 2005: 216).

  b.

  Pembelajaran

  Pembelajaran merupakan istilah yang dipergunakan untuk menguraikan proses dengan mana memori dan perilaku diubah sebagai suatu hasil dari proses informasi secara sadar dan tak sadar (Supranto,2007: 115).

  c.

  Memori Memori merupakan seluruh akumulasi pembelajaran pengalaman sebelumnya. Terdiri dari dua komponen, yaitu memori jangka pendek dan panjang. Memori jangka pendek merupakan porsi/ bagian dari seluruh memori yang pada saat terkirim (currently) diaktifkan atau dipergunakan (Supranto,2007: 129).

  d.

  Motivasi Motivasi merupakan kekuatan yang enejik yang menggerakkan perilaku dan memberikan tujuan dan arah pada perilaku. Suatu motif (motive) merupakan kostruk (construct) mewakili kekuatan dalam (inner force) yang tidak terlihat dan memaksa suatu respon perilaku dan memberikan pengarahan khusus terhadap respon (Supranto, 2007: 93) e. Kepribadian

  Kepribadian (personality) merupakan suatu karakteristik individu mengenai kecendrungan merespon lintas situasi yang mirip.

  Kepribadian konsumen menunjukkan dan mengarahkan perilaku yang dipilih untuk mencapai tujuandalam situasi yang berbeda (Supranto, 2007: 104).

  f.

  Emosi Emosi adalah perasaan yang secara relatif tidak terkontrol yang mempengaruhi perilaku secara kuat (Supranto, 2007: 108).

  g.

  Sikap Sikap merupakan ungkapan perasaan konsumen tentang suatu objek apakah disukai atau tidak, dan sikap juga bisa menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut dan dan manfaat dari objek tersebut (Sumarwan, 2004: 136).

3. Faktor-faktor eksternal a.

  Budaya Budaya (culture) adalah keseluruhan yang kompleks (complex

  whole ) meliputi pengetahuan, kepercayaan, snei, hukum, moral,

  kebiasaan, dan setiap kemampuan dan kebiasaan yang diperoleh oleh setiap orang sebagai anggota masyarakat (Supranto, 2007: 21) b.

  Sub Budaya Sub budaya merupakan segmen atau bagian dari masyarakat, sub budaya dan kelas sosial merupakan kelompok sosial dimana anggota-anggotanya sama memiliki makna budaya yang sama, akan tetapi keduanya merupakan bagian dari masyarakat yang lebih luas, jadi akan didipengaruhi oleh budaya secara keseluruhan (Supranto, 2007: 47).

  c.

  Demografis Demografis merupakan suatu akibat dan suatu sebab dari nilai budaya dan kultural (Supranto, 2007: ).

  d.

  Kelas Sosial Kelas sosial adalah pembagian masyarakat ke dalam kelas-kelas yang berbeda atau strata yang berbeda. Perbedaan kelas atau strata akan akan menggambarkan perbedaan pendidikan, pendapatan, pemilikan harta benda, gaya hidup, nilai-nilai yang dianut (Sumarwan, 2002: 219).

  e.

  Kelompok Rujukan/ Acuan Kelompok Rujukan/Acuan adalah seorang individu atau sekelompok orang yang secara nyata mempengaruhi perilaku seseorang.

  Kelompok rujukan/ atau acuan digunakan oleh seseorang sebagai dasar untuk perbandingan atau sebuah referensi dalam membentuk respons afektif dan kognitif dan perilaku (Sumarwan,2002: 250).

  f.

  Keluarga Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang terikat oleh perkawinan, darah (keturunan: anakatau cucu), dan adopsi (Sumarwan, 2002: 227).

2.3 Kerangka Konseptual

  Store Atmosphere Keputusan Pembelian

  (X) Konsumen (Y)

2.4 Penelitian Terdahulu

  Untuk menyelesaikan penelitian ini, peneliti menggunakan 4 refrensi jurnal dan skripsi yaitu sebagai berikut :

  1. Syafik (2011) sebelumnya telah melakukan penelitian dengan topik yang berkaitan dengan topik diatas dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh Store Atmosphere terhadap keputusan pembelian konsumen si Eva Bakery Gresik”. Hipotesis yang penulis rumuskan dalam penelitian ini adalah bahwa Store Atmosphere yang terdiri dari:

  

exterior, general interior, store layout dan display interior berpengaruh

  secara signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen di Eva

  

Bakery Gresik. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen

  yang ada di Eva Bakery Gresik, dengan menggunakan 100 sampel konsumen. Alat analisis yang digunakan adalah dengan regresi linier berganda dengan bantuan SPSS versi 10 for windows. Pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t dengan tingkat signifikan 2,5% dan uji F dengan tingkat signifikan 5%. Hasil persamaan regresi yang diperoleh adalah Y = 1,833 + 0,274 X1 + 0,317 X2 + 0,36 X3 + 0,100

  X4 Kesimpulannya yaitu, Store Atmosphere yang terdiri dari: exterior,

  

general interior, store layout dan display interior berpengaruh secara

  signifikan terhadap keputusan Pembelian Konsumen di Eva Bakery Gresik.

  2. Helga Megawati (2008) sebelumnya telah melakukan penelitian dengan judul yang sama y aitu “Pengaruh Store Atmosphere terhadap Keputusan

  Pembelian Kosumen Pada Butik Rumah Cinta”. Penelitian ini menggunakan analisis koefisien rank spearman. Hasil analisi menunjukkan tanggapan konsumen terhadap pelaksanaan store atmosphere yang dilakukan ole h “Rumah Cinta” adalah setuju bahwa

  

store atmosphere telah dilaksanakan dengan baik, begitu pula dengan

  analisa tanggapan konsumen bahwa mereka setuju dengan melakukan pembelian di “Rumah Cinta”. Hasil penelitian menggunakan korelasi

  

Rank Spearman (Rs) menunjukkan hubungan yang searah dan positif

  antara store atmosphere dengan keputusan pembelian konsumen. Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan tabel t juga menunjukkan bahwa H ditolak, dan Ha diterima, yaitu menunjukkan bahwa ada pengaruh yang berarti antara store atmosphere terhadap keputusan pembelian konsumen. Berdasarkan hasil penelitian, penulis memiliki kesimpulan bahwa store atmosphere dapat berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian apabila pelaksanaan store atmosphere tersebut dilaksanakan dengan baik, begitupun sebaliknya.

  3. Adityas Agung Wicaksono (2012) yang dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh store atmosphere terhadap keputusan pembelian konsumen Rumahku Art Cafe di Magelang” menyimpulkan hasil dari penelitiannya yang menunjukkan bahwa store atmosphere kurang memiliki pengaruh pada pembelian pertama. Penyebabnya mungkin adalah store atmosphere hanya akan dirasakan konsumen ketika konsumen telah berada dalam sebuah kafe. sehingga pada keputusan pembelian, terutama pembelian pertama akan lebih dipengaruhi oleh hal lain. Pada penelitian ini ditemukan beberapa hal hal yang mempengaruhi pembelian seperti media komunikasi atau promosi dan faktor sosial.

4. Rianti Pratiwi (2010) telah melakukan penelitian dengan judul

  “Pengaruh Store Atmosphere terhadap Keputusan Pembelian Konsumen pada Blind Cafe Bandung”. Hasil analisis pernyataan responden terhadap store atmosphere di Blind Cafe Bandung diperoleh nilai rata- rata keseluruhan sebesar 4,01 yang berarti bahwa konsumen menganggap pelaksanaan store atmosphere pada Blind Cafe Bandung telah dilaksanakan dengan baik karena berada pada interval 3,40-4,19.

  Hasil penelitian yang dilakukan dengan pengujian koefisien korelasi diperoleh nilai sebesar 0.960 yang menunjukkan

  Rank Spearman

  hubungan yang sangat kuat serta nilai positif yang menunjukkan searah antara store atmosphere dengan keputusan pembelian konsumen.

  Sedangkan besarnya pengaruh (Kd) store atmosphere terhadap keputusan pembelian konsumen pada Blind Cafe Bandung sebesar 92,16% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diukur dalam penelitian ini sebesar 7,84%. Berdasarkan analisis uji

  

hitung tabel

  hipotesis , didapat t sebesar 23,75 dan t sebesar 1,679 dengan

  hitung

  tingkat kekeliruan 5%. Ini menunjukkan bahwa t lebih besar darpada ttabel, yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara store atmosphere terhadap keputusan pembelian konsumen. Dengan